مهللا كمساب بتكا نكلو ُٖام يردا ام...
TRANSCRIPT
46
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Proses dan strategi komunikasi politik Rasulullah saw dalam perjanjian
Hudaibiyah untuk pengaruh terhadap dakwah Islam.
a. Proses Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian ini berlaku pada bulan Zulqaidah tahun ke 6 H (628) dan
ditanda tangani oleh pihak Quraisy Makkah dengan Rasulullah saw. Ketika
Rasulullah saw melihat kedatangan Suhail bin Amr beliau optimis akan
mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Karena Suhail bin Amr langsung
mengajak melakukan perjanjian tertulis dengan Rasulullah saw. Rasulullah
saw pun memanggil Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan isi perjanjian.1
Kepada Ali bin Abi Thalib beliau memerintahkan,
كتب بسم اهلل الرحمن الرحيىما
“Tulislah Bismillah al-Rahman al-Rahim!”
Mendengar bunyi kalimat itu dengan cepat Suhail menukas,
فواهلل ما ادري ماىي ولكن اكتب باسمك اللهم
“Demi Allah, kami tidak mengenal apa itu al-Rahman, tuliskan saja
Bismikka Allahhuma.”
1Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang
Agung Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik terakhir, h. 506
47
Kaum Muslimin yang menyaksikan penulisan perjanjian itu
memprotes,
واهلل ال نكتبها اال بسم ااهلل الرحمن الرحيم
“Tidak, demi Allah kami hanya bersedia menulis Bismillah al-
Rahman al-Rahim.”
Namun segera Rasulullah saw berkata tegas,
اكتب باسمك اللهم ىذا ما قاضى عليو محمد رسول اهلل
“Wahai Ali tuliskan Bismika Allahuma kemudian lanjutkan dengan
“inilah yang menjadi keputusan Muhammad Rasulullah.”
Mendengar kalimat Muhammad Rasulullah, Suhail kembali protes,
وااهلل لو كنا انك رسول اهلل ما صدناك عن البىت وال قاتاناك ولكن اكتب محمد بن عبداهلل
“Demi Allah, jika kamimengakui Anda Rasulullah tentu kami tidak
akan menghalangi Anda berkunjung ke Baitullah dan kami tidak akan
memerangi Anda, tuliskan saja Muhammad bin „Abdullah.”
Dengan tenang dan sabar Rasulullah saw menjawab,
واهلل اني لرسول اهلل وان كذبتمونيي اكتب محمد بن عبد اهلل
“Demi Allah, aku adalah Rasulullah walau kalian mengingkariku.
Wahai Ali hapuslah, lalu tuliskan saja Muhammad bin „Abdullah.”
48
Dalam riwayat Imam Muslim, mendengar perintah Rasulullah, Ali
menjawab, “Tidak, demi Allah aku tidak akan menghapusnya.” Rasulullah
pun mengerti menagapa Ali tidak mau menghapusnya, akhirnya beliau
bersabda, “Baik kalau begitu, sekarang tunjukkan aku di mana letak kalimat
itu tertulis.” Beliau lalu menghapus kalimat yang tertulis tersebut.2
Dalam rangka penulisan naskah perjanjian itu Rasulullah saw
memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan kalimat,3 “Tulis: Inilah
yang diputuskan dan disetujui oleh Muhammad bin Abdullah.” Dan
selanjutnya perjanjian antara kedua belah pihak itu ditulis, bahwa keua belah
pihak mengadakan gencatan senjata selama sepuluh tahun;- bahwa
barangsiapa dari golongan Quraisy menyebrang kepada Muhammad tanpa
seizing walinya, harus dikembalikan kepada mereka dan barangsiapa dari
pengikut Muhammad menyeberang kepada Quraisy, tidak akan
dikembalikan;- bahwa barangsiapa dari masyarakt Arab yang senang
mengadakan persekutuan dengan Muhammad diperbolehkan dan
barangsiapa yang senang mengadakan persekutuan dengan Qurasiy juga
diperbolehkan;- bahwa untuk tahun ini Muhammad dan sahabat-sahabatnya
harus kembali meninggalkan Makkah dengan ketentuan akan kembali pda
tahun berikutnya, mereka dapat memasuki kota dan tinggal selama tiga hari
2 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, ibid, h506
3 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Dari bahsa Arab Ali Audah ,
Cet. Ke 15 (Jakarta: PT INTERMASA,1992), h. 402
49
di Makkah dan senjata yang dapat mereka bawa hanya pedang tersarung dan
tidak dibenarkan membawa senjata lain.
Sampai pada akhir perudingan itu Umar bin Al-Khattab pergi
menemui Abu Bakar dan terjadi percakapan berikut ini:4
Umar:- Abu Bakar, bukankh dia Rasulullah?
Abu Bakar:- Ya, memang!
Umar:- Bukankah kita ini Muslimin?
Abu Bakar:- Ya, memang!
Umar:- kenapa kita direndahkan dalam soal agama kita?
Abu Bakar:- Umar, duduklah di tempatmu. Aku bersaksi, bahwa dia
Rasulullah.
Setelah itu Umar kembali menemui Rasulullah. Diulanginya
pembicaraan itu kepada Rasulullah dengan perasaan geram dan kesal. Tetapi
hal ini tidak mengubah kesabaran dan keteguhan hati Nabi. Paling banyak
yang dikatakannya pada akhir pembicaraannya dengan Umar itu ialah:
انا عبد اهلل و رسولو لن اخالف امره و لن يضيعني
“Saya hamba Allah dan Rasul-Nya. Saya takkan melanggar
perintahNya, dan Dia tidak akan menyesatkan saya.”
Meskipun proses penulisan naskah perjanjian berlangsung a lot dan
tersendat-sendat, akhirnya dapat dirampungkan dan ditandatangani oleh
4Ibid, h. 401
50
kedua belah pihak. Perjanjian Hudaibiyah yang disepakati itu mengandung
Pasal-pasal pokok perjanjian5 itu adalah sebagai berikut :
1. Rasulullah saw harus kembali ke Madinah pada tahun ini dan tidak
boleh masuk ke Makkah. Lalu pada tahun yang akan datang, kaum
Muslimin diperbolehkan memasuki kota Makkah dan tinggal di
sana selama tiga hari dengan hanya boleh membawa senjata yang
biasa dibawa oleh seorang pengendara, yaitu pedang-pedang dalam
sarungnya dan orang-orang Quraisy tidak boleh mengganggu
mereka dalam bentuk apa pun.
2. Gencatan senjata selama 10 (sepuluh) tahun antara kedua belah
pihak, semua merasa aman, dan saling menahan diri.
3. Barangsiapa ingin bergabung ke dalam perjanjian Muhammad, dia
boleh melakukannya. Begitu juga sebaliknya, yang ingin bergabung
dengan pihak Quraisy, maka dia boleh melakukannya. Karena itu,
kabilah yang bergabung dengan salah satu dari kedua belah pihak
dianggap menjadi bagian darinya (afilialnya) sehingga bentuk
kezhaliman apa saja terhadap masing-masing kabilah tersebut,
maka dianggap sebagai kezhaliman terhadap pihak tersebut.
4. Siapa saja yang mendatangi Muhammad dari pihak Quraisy tanpa
seizing dari walinya (melarikan diri), maka dia harus di kembalikan
5Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, ibid, h. 505
51
kepada mereka lagi, dan sebaliknya, jika yang datang kepada
mereka (melarikan diri) berasal dari pihak Muhammad, maka ia
tidak dikembalikan lagi jepada beliau.
Sekilas isi perjanjian tersebut sama sekali tidak menguntungkan bagi
kaum Muslimin dan hanya menguntungkan kaum Quraisy Makkah. Ini bisa
kita cermati satu persatu isinya:
1. Gencatan senjata sudah tidak diperlukan oleh kaum Muslimin,
mengingat setelah perang Ahzab/Khandaq, kaum Quraisy sudah
putus asa dalam memerangi kaum Muslimin. Dan itu dibuktikan
bahwa mereka tidak berani memerangi kaum Muslimin yang
hendak datang ke Makkah.
2. Jika penduduk Makkah tidak boleh menyeberang ke Madinah,
jelas jumlah kaum Muslimin tidak akan bertambah, sedangkan
kaum Quraisy tidak akan melemah.
3. Jika penduduk Madinah yang pergi ke Makkah tidak
diperbolehkan untuk kembali ke Madinah, tentu warga Madinah
akan berkurang.
4. Kaum Muslimin yang sudah lelah menempuh perjalanan harus
pulang tanpa tercapai tujuannya yaitu berhaji/berumrah. Ini tentu
sangat mengecewakan mereka. Ditambah lagi sebelumnya
Rasulullah saw telah menyampaikan bahwa beliau bermimpi
52
memasuki Makkah bersama-sama kaum Muslimin dengan aman
dan mimpi beliau pasti terjadi. Jika ternyata apa yang beliau
ucapkan tidak menjadi kenyataan, tentu akan menjadi pukulan
bagi mereka. Terlebih berita tersebut sudah tersebar di kalangan
kaum Munafiq dan kaum Yahudi. Jika mereka tahu, tentu
Rasulullah saw dan kaum Muslimin akan menjadi bahan ejekan
oleh mereka.
5. Diperbolehkan untuk kembali lagi, dan hanya tinggal selama 3
hari, maka waktu 3 hari ini tidak cukup untuk melaksanakan
ibadah Haji. Apalagi tidak diperkenakan menghunus pedang,
maka ini adalah hal yang sangat merugikan.
Perjanjian itu disaksikan oleh kaum muslimin dan beberapa tokoh
Musyrikin Quraisy seperti Suhail bin Amr pemipinan delegasi dan Mikraz
bin Hafs. Saat itu beberapa tokoh Bani Khuzaah yang hadir menyatakan
bergabung di bawah perlindungan Rasulullah saw, sementara Bani Bakr
bergabung dengan pihak Quraisy Makkah.
Baru saja perjanjian itu ditandatangani dan disetujui oleh kedua belah
pihak, datanglah anak laki-laki Suhail yaitu Abu Jandal bin Suhail dalam
keadaan kaki dibergol ia melari dari dataran rendah kota Makkah hingga tiba
53
dia melemperkan dirinya berniat bergabung dengan kaum Muslimin. 6Begitu
Suhail melihat anaknya datang, ia langsung berkata kepada Rasulullah, “Ini
adalah kasusu pertama yang aku perkarakan kepadamu untuk engkau
kembalikan (ke Makkah).” Maka rasulullah berkata”Sesungguhnya kita
belum lagi menuntaskan perjanjian ini.” Dia menjawab pula, “Demi Allah,
kalau begitu aku juga tidak jadi melakukan perjanjian denganmu
selamanya.” Lalu Nabi berkata, “Relakanlah ia, demi aku.” Dia
menjawab,”Aku tidak akan melakukannya.” Setelah itu Suhail menampar
muka sang anak kemudian memegangi kerah bajunya dan menyeretnya
untuk kembali kepada kaum Msuyrikin seraya Abu Jandal pun berteriak,
“Wahai kaum Muslimin! Apakah kalian rela aku dikembalikan kepada
orang-orang musyrik yang akan menggoda Agamaku (Islam)?”
Dengan peristiwa itu kaum Muslimin makin gelisah, makin tidak
senang mereka pada hasil perjanjian yang diadakan antara Rasulullah dengan
Suhail. Tetapi Rasulullah saw berkata,”Abu Jandal, tabahkan hatimu.
Semoga Allah membuat engkau dan orang-orang Islam yang ditindas
bersama kau merupakan suatu jalan keluar. Kita sudah menanda-tangani
persetujuan dengan golongan itu, dan ini sudah kita berikan kepada mereka
6Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang
Agung Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik terakhir, h. 507
54
dan mereka pun sudah pula memberikan kepada kita, dengan nama Allah.
Kita tidak akan mengkhianti mereka.”7
Beberapa saat setelah itu delegasi kaum Quraisy Makkah kembali ke
Makkah membawa Abu Jandal. Sementara itu Rasulullah dan rombongan
masih tinggal di Hudaibiyah.
Syarat-syarat itu tentu sangat tidak menyenangkan kaum Muslimin
tetapi karena menghormati sikap perdamaian Rasulullah saw, mereka tetap
diam. Kemurahan dan keluhuran budi Rasulullah saw didalam menyetujui
perjanjian ini menyebabkan sedikit rasa tidak puas diantara pengikutnya.
Akan tetapi, Rasulullah saw menyakinkan mereka akan pendirian yang benar
dan akan menghasilkan akhir yang baik dari perjanjian itu. Akan tetapi
berbeda dengan beberapa orang kaum Quraisy. Mereka tidak menerima baik
perjanjian itu bahkan ada beberapa yang melanggar isi perjanjian itu. Ada
sekitar delapan puluh orang kaum Musyrikin Quraisy yang berusaha
menyerang kaum muslimin pada saat perundingan, tetapi kesemuannya
berhasil dicegah.
Sesuai dengan kesepakatan dengan kaum Quraisy, kaum muslimin
harus kembali ke Madinah. Semnatara mereka memakai pakain ihram dan
niat umrah akan tetapi tidak terlaksanakan karena terhalangi. Sehingga
Rasulullah saw memerintahkan mereka semua yang berihram untuk
7 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, ibid, h. 403
55
bertahalul, yakni kembali kepada keadaan semula, bebas melakukan apa saj
yang tadinya terlarang karena berihram. Tahalul itu dilakukan dengan cara
menggunting rambut atau menggunduli kepala.
Namun , perintah Rasulullah disambut dingin para sabahatya. Tiga
kali Rasulullah memerintahkan mereka tetapi sambutan mereka tetap dingin
dan Rasulullah kecewa dan masuk kedalam tenda dan menemui istri beliau
yakni Ummu Salamah r.a dan menceritakan hal tersebut. Mendengar
penunturan dari Rasulullah, Ummu Salamah berkata kepada beliau, “wahai
Rasulullah sukakah engkau mereka bertahalul?, sekarang keluarlah sekali
lagi dan jangan ucapkan sepatah katapun kepada mereka. Sembelihlah
kurbanmu dan cukurlah rambutmu.”8
Rasulullah saw menuruti anjuran istrinya. Beliau keluar dan tidak
berkata sepatah kata pun. Beliau menyembelih untanya, memanggil tukang
cukurnya dan mencukur rambut beliau. Melihat Rasulullah saw melakukan
itu, para sabahat berlomba-lomba untuk segeara mengikuti apa yang beliau
lakukan.
Dalam perjalanan menuju Madinah tiba-tiba turun wahyu kepada
Rasulullah saw yaitu surah al-Fath yang kemudian dibacakan oleh
Rasulullah saw kepada para sahabat-Nya dan kaum Muslimin:
8Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang
Agung Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik terakhir, h.507-508
56
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu
terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada
jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan
yang kuat (banyak).” (Q.S. Al-Fath:1-3).9
Turunnya ayat ini merupakan kabar gembira yang menyejukkan jiwa
mereka dan menyembuhkan lika hati. Mereka sangat yakin terhadap
informasi yang datang dari al-Quran karena mereka adalah generasi yang
dibentuk oleh kitab tersebut. Bahwa ternyata perjanjian yang telah disepakati
sebenarnya mengandung hikmah yang sangat besar.
Dan surat ini yang menceritakan tentang apa yang terjadi diantara
rasulullah saw dengan kaum Quraisy dan menyatakan bahwa perjanjian
tersebut adalah kemenangan dikarenakan berbagai maslahat yang ada
didalamnya.10
Seperti yang ditegaskan oleh Ibnu Mas‟ud r.a dikatakan11
,
“Sesungguhnya kalian menyangka kemenenangan yang dimaksud ayat itu
9 Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 1019
10 Tafsir Ibnu Katsir juz VII h. 325
11 Tafsir Ibnu Katsir juz IV: 182
57
adalah ditakulukkannya Makkah, padahal kami mengatakan bahwa yang
dimaksud kemenangan adalah perjanjian damai di Hudaibiyah”.12
b. Strategi Komunikasi Politik Rasulullah saw dalam perjanjian
Hudaibiyah
Pada saat itu kondisi psikis Kaum Muslimin sangat tertekan. Mereka
tidak percaya bahwa pemimpin mereka yang sangat cerdas mau menerima
perjanjian itu begitu saja. Bahkan Umar bin Khattab r.a sempat memprotes
secara halus tentang isi perjanjian ini.
Namun ternyata Rasulullah SAW mempunyai pandangan yang orang
lain tidak mampu menangkapnya. Dan hal ini tidak pernah beliau beri
tahukan kepada sahabat- sahabat beliau, bahkan kepada Abu Bakar r.a. Ini
beliau lakukan demi menjaga rahasia strategi beliau.. maka beliau
membiarkan para sahabat dan kaum Muslimin dalam keadaan seperti itu.
Rasulullah saw mencurahkan perhatiannya pada soal kelanjutan
menyampaikan ajarannya kepada seluruh umat manusia di segenap pelosok
dunia. Pandangannya diarahkan dalam langkah mencapai sukses untuk
ketenteraman umat muslimin di seluruh jazirah. Bidang itulah yang
dilakukannya dengan mengirimkan utusan-utusan kepada raja-raja pada
12
Siti Fatimah, “Dakwah Struktural, Studi Kasus Perjanjian Hudaibiyah”, Jurnal Dakwah,
Vol X No.1 Januari-Juni 2009, h. 74.
58
beberapa negara, di samping mengosongkan orang-orang Yahudi dari
seluruh jazirah arab yang semuanya itu selesai sesudah perang khaibar.13
Ternyata, setelah kemenangan Islam terjadi, kita bisa mengambil
pelajaran bahwa paling tidak ada 5 hal penting yang beliau ambil dari
perjanjian hudaibiyah tersebut:
1) Perjanjian ini ditandatangani oleh kaum Quraisy dengan Suhail bin
Amr sebagai wakilnya. Suku Quraisy adalah suku yang paling
terhormat di daerah Arab, sehingga siapapun akan menghormati apa
yang mereka tentukan. Dengan penandatanganan perjanjian ini, maka
Madinah diakui sebagai suatu daerah yang mempunyai otoritas
sendiri. Jika suku Quraisy telah mengakui, maka suku-suku lain pun
pasti mengakuinya.
2) Dengan perjanjian ini, maka pihak Quraisy (Makkah) member
kekuasaan kepada Madinah untuk menghukum mereka jika
menyalahi perjanjian tersebut. Ternyata sangat hebat konsekuensi
dari perjanjian ini. Kaum Muslimin Madinah yang tadinya dianggap
bukan apa-apa, sejak perjanjian itu dibuat bisa menghukum suku
yang paling terhormat di Arab.
3) Perjanjian ini menjadi payung legalitas kaum Muslimin dalam
berdakwah di jazirah Arab, termasuk di Makkah. Karena dalam
13
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, ibid, h. 410.
59
perjanjian itu tidak boleh ada penyerangan dari kedua pihak.
Termasuk perjanjian no 3 tidak menjadi sebuah kerugian bagi kaum
Muslimin. Karena ketika ada seseorang dari Makkah yang masuk
Islam ia harus kembali ke Makkah sebagai guru dakwah. Hingga
justru perkembangan dakwah Islam di Makkah menjadi signifikan,
termasuk masuknya Khalid bin Walid ke dalam Islam tanpa ada satu
orangpun bisa menghalangi.
4) Perjanjian ini juga membuka keran dukungan kabilah-kabilah yang
ada di Jazirah Arab untuk bersekutu dengan kaum Muslimin.
Kabilah-kabilah yang tadinya sembunyi-sebunyi menyatakan
dukungan pada kaum Muslimin, karena memangdang Makkah,
setelah perjanjian ini terang-terangan menyatakan bersekutu dengan
kaum Muslimin.
5) Perjanjian ini mengajarkan kita, dalam fiqh pertimbangan yang
ditulis Dr. Yusuf Al-Qordhowi bahwa dalam mengambil keputusan
kita harus mendahulukan kepentingan yang lebih luas dan lebih
panjang. Lebih luas artinya membawa maslahat ke lebih banyak
orang dan membawa mudhorot pada lebih sedikit orang. Lebih
panjang, artinya kemaslahatannya lebih tahan lama bahkan lebih
berkembang dan kemudhorotnnya tidak berlanjut.
60
Demikian dengan dibolehkannya Kaum Muslimin melakukan ibdah
haji, merupakan suatu pengakuan dari mereka bahwa Islam adalah agama
yang sah diakui diantara agama-agama di jazirah Arab. Berkat perjanjian
Hudaibiyah ini, maka pada tahun yang telah ditentukan (satu tahun
kemudian), obsesi Kaum Muslimin menjadi kenyataan. Di Makkah banyak
orang yang membuka pintu hatinya untuk menerima ajakan orang-orang
Islam betapun kondisi mereka dalam pengawasan pemerintahan Quraisy.14
Masuknya Rasulullah saw ke Makkah merupakan langkah yang
mempunyai makna startegis bagi terjalinya hubungan Rasulullah saw dengan
berbagai suku. Ibadah haji kali ini telah membuka peluang bagi orang-orang
Islam untuk mengadakan dialog dengan mayoritas warga Makkah dan warga
suku-suku yang lain dengan melancarkan dakwah kepada mereka untuk
memeluk agama Islam. Semua itu dapat dilakukan dengan mulus tanpa
ancaman yang berarti, bahkan sekalipun dari pihak-pihak yang tidak mau
menerima ajakan Rasulullah saw. Tak ada lagi keberanian melakukan
ancaman terhadap orang-orang Islam secara terang-terangan dan biadab
sebagaimana masa-masa yang silam.
Demikian halnya dengan adanya gencatan senjata, maka Rasulullah
saw dengan leluasa menjalin komunikasi dengan penguasa-penguasa di luar
jazirah Arab. Rasulullah saw menulis surat yang dikirim kepada raja-raja dan
14
Abdurrahman al-Sharqawi, Muhammad Rasul al-Huriyyah, Ter Ilyas Siraj (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), h. 329.
61
penguasa diluar semananjung Arab yang isinya berupa ajakan untuk
bergabung dalam satu ajaran. Rasulullah saw mengutus kurir yang
ditugaskan untuk menyampaikan suratnya pada Heraklius, Kisra, Muqauqis,
Najasyi (Negus) di Abisinia, kepada Haristh al-Ghassani dan kepada
penguasa Kisra di Yaman.15
Demikian juga surat dikirim kepada penguasa
Bashra di Siria yang isi suratnya itu adalah mengajak untuk memeluk agama
Islam.16
Rasulullah saw mengetahui daerah Basshra pada masa Ramawi
selalu mengalami penderitaan. Dan secara khusus Rasulullah saw
menggugah keadilan dan melepaskan manusia dari kesewenang-wenangan
yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Maka pada dasarnya, komunikasi dakwah yang dilakukan oleh
Rasulullah saw tidak hanya lah bentuk lisan akan tetapi juga dalam bentuk
tulisan. Yang dimana ditemukan cara pendekatan media tulisan Rasulullah
saw yaitu melalui startegi korespondensi kepada madu yang jaraknya lebih
jauh. Keberangkatan delegasi dengan membawa surat-surat dakwah untuk
disampaikan kepada para penguasa kerajaan dan penguasa dunia saat itu,
menandai lahirnya sebuah periode dakwah baru dan berbeda dengan periode
sebelumnya.
15
Muhammad Husayn Haikal, Hayat Muhammad (Cairo: Dar al-Ma‟arif, 1935), h. 387. 16
Abdurrahman al-Sharqawi, Muhammad Rasul al-Huriyyah, Ter Ilyas Siraj (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), h. 929.
62
2. Dampak perjanjian Hudaibiyah yang dilakukan Rasulullah saw bagi
pengembangan dakwah Islam
a. Pengiriman surat kepada Raja-raja dan Para Penguasa
Perjanjian Hudaibiyah menciptakan suasana yang tenang dan tentram
sehingga kegiatan dakwah Islam dapat berlangsung dengan leluasa dan
mencapai kemajuan yang sangat pesat. Dalam suanasa seperti inilah
Rasulullah saw mengirimkan beberapa utusan beliau yang terpilih dengan
kemampuan berdiplomasi dan berbahasa dengan membawa surat kepada
raja-raja di berbagai negeri asing dan kepada penguasa Arab di sekitar
semenanjung Arab pada saat itu.
Dalam kaitan surat-surat yang ditulis oleh Rasulullah saw ahli tarikh
Muhammad bin Sa‟ad (w230H) dalam kitab al-Tabaraqad al-Kabra,17
telah
menulis dan mengabdikan satu per satu teks/surat Rasulullah saw secara
lengkap dengan sanadnya. Surat itu berjumlah kurang lebih 150 teks surat.
Surat-surat tersebut, diberi stempel dari bahan perak dan diukir dengan tiga
baris kata yaitu: Muhammad, Rasul, Allah. Pada stempel tersebut, nama
“Allah” diletakkan pada baris bagian atas, kata “Rasul” pada baris bagian
tengah, sedangkan nama “Muhammad” diletakkan pada bagian bawah.
“Ajaklah hamba-hamba Allah berbuat baik. Allah tidak memasukkan
ke surge orang-orang yang menjadi pengurus masalah manusia, tetapi tidak
17
Wahyu Illaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.194
63
berupaya menuntun dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar.
Kalian harus menyampaikan risalah Islam ke wilayah-wilayah yang jauh
sehingga umat manusia mendengar suara tauhid.”
اهلل
رسول
محمد
Berikut ini beberapa isi surat-surat yang Rasulullah saw kirimkan
kepada raja dan para penguasa melalui utusan beliau:
1) Surat kepada an-Najasyi, Raja Habasyah
an-Najasyi ini bernama ash-hamah bin al-Abjar. Rasulullah
saw mengirimkan surat kepadanya Amr ibnu Umayyah ad-Dhamri
pada akhir tahun keenam atau bulan Muharram tahun ketujuh
Hijriyah yang isinya:
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang.
Dari Muhammad, utusan Allah kepada an-Najasyi, penguasa
Habasyah. Ssemoga kesejahreraan bagi orang yang mau mengikuti
petunjuk, amma ba‟du: kepadamu aku memuji Allah yang tidak ada
tuhan selain Dia, Raja Yang Mahasuci, Yang Maha Sejahtera lagi
Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara. Aku bersaksi
64
bahwa Isa putra Maryam adalah Ruh Allah dan kalimatNya yang
telah Ia tiupkan kepada Maryam yang suci, baik dan terpelihara.
Dia mengandung Isa dari ruh yang tiupkanNya ssebagiamana Dia
menciptakan Adam dengan tanganNya. Sesungguhnya aku
mengajakmu kepada Allah semata, tiada sekutu bagiNya, menyeru
kepada saling berloyalitas dalam menantiNya, hendaknya kamu
mengikutiku, beriman kepada apa yang diturunkan kepadaku,
karena aku adalah Rasulullah saw. Aku mengajakmu dan
pasukanmu kepada Allah SWT. Aku telah menyampaikan dan
member nasihat, maka terimalah nasihatku. Semoga kesejahteraan
bagi orang yang mau mengikuti petunjuk.18
Raja Najasyi adalah raja Ethiopia, satu-satunya raja di luar
semenanjung Arab yang memberikan simpati khusus terhadap
dakwah Rasulullah saw. Banyak dari sahabat Rasulullah yang
berhijrah ke Ethiopia untuk menghindarkan penindasan kaum
Quraisy. Raja Najasyi menyambut dengan baik dan meyatakan
masuk Islam di hadapan Ja‟far bin Abi Thalib. Ia wafat pada bulan
Rajab, tahun ke-9 H setelah peperangan Tabuk. Rasulullah saw
mengumumkannya dan melaksanakan shalt gaib untuknya.19
18
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang
Agung Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik terakhir, h. 520. 19
Ibid, h. 522.
65
2) Surat kepada al-Muqauqis, Raja Mesir
Rasulullah saw menulis surat kepada Juraji bin Matta yang
bergelar al-Muqauqis, raja Mesir dan Iskandariyah. Raja ini
bermukim di Alexandria dan merupakan peuasa Koptik yang
berfungsi mewakili imperium Romawi Timur. Rasulullah saw
memilih Hatib bin Abi Balta‟ah. Al-Muqauqis menyambut surat
dari Rasulullah ini dengan baik bahkan mencium surat itu setelah
membacanya. Dia bertnya kepada Hatib dihadapan sejumlah
pemuka agama Kristen, “Mengapa kalau Muhammad itu seorang
Nabi tidak mendoakan kebinasaan kepada kaumnya yang telah
menyakiti dan mengusirnya dari Makkah?”
Mendengar pertanyaan tersebut Hathib menjawab, ”Beliau
seperti Isa as yang tidak mendoakan kebinasaan buat kaumnya
ketika kaumnya bermaksud menyalibnya.”
Jawaban Hathib ternyata memuasakan Muqauqis, maka ia
pun membalas surat Rasulullah saw dengan penuh hormat. Dalam
surat itu, bahwa dia mengakui bahwa dia mengetahui aka nada Nabi
Batu yang akan diutus oleh Allah SWT. Al-Muqauqis
mempersembahkan kepada Rasulullah sekian hadiah, yaitu dua
gadis Mesir yakni Mariyah dan Sirin. Rasulullah saw memilih
66
maria untuk beliau sendiri dan Sirin beliau berikan kepada Hassan
bin Thabit ra.
3) Surat kepada Kisra Raja Persia
Rasulullah saw menulis surat kepada Kisra, raja Persia yang isinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Kisra penguasa Persia.
Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk, beriman
kepada Allah dan utusanNya, dan bersaksi tiada ilah selain Allah
yang Esa, tiada sekutu bagiNya, bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusanNya. Aku ajak kamu dengan seruan Allah,
karena sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada seluruh
manusai, untuk member peringatan kepada orang-orang yang
hidup dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang
kafir. Masuk Islamlah, niscaya kamu selamat. Jika kamu enggan,
kamu akan memikul dosa orang Majusi.20
Untuk mengantarkan surat ini beliau mengutus Abdullah bin
Hudazafah as-Sahmi. Setelah membaca surat itu, ia langsung
merobek-robeknya dan dengan sombong berkata, “Seorang hamba
yang hina dari rakyatku berani menulis namanya sebelum namaku.”
Ketika hal itu disampaikan kepada Rasulullah saw, beliau pun
20
Ibid, h. 524-525
67
bersabda,”Semoga Allah mengoyak-oyak kerajaannya.” Dan hal itu
benar-benar terjadi. Kisra menulis surat kepada Badzan,gubernur
Yaman dan memerintahkan untuk mengirimkan dua orang anak
buahnya yang kuat kepada Rasulullah agar membawanya
kehadapannya yakni Kisra. Sesampai di Madinah, 2 utusan dari
Badzan yang diperintahkan oleh Kisra menemui Rasulullah saw
sambil mengancam. Rasulullah pun memerintahkan mereka
menemui dirinya kembali besok hari. Rasulullah saw pada saat itu
mengetahui akan terjadi kekacauan demi kekacauan yang melanda
kerjaan tersebut yang dimana Syirawaih anaknya sendiri membunuh
ayahnya Kisra karena kekalahan yang besar melawan pasukan
kaisar Romawi melalui wahyu yang diterimanya.
Keesokan harinya, ke 2 Utusan Badzan pun datang menemui
Rasulullah dan beliau memberitahukan perihal pembunuhan itu.
Sehingga mereka itu mengira itu ancaman dari Rasulullah. Lalu
keluarlah keduanya dari hadapan Rasulullah saw dan pulang
menghadap Badzan dan menceritkan semuany kepadanya. Tidak
lama setelah itu datang surat berisi pemberitahuan tentang
pembunuhan Syirawaih terhadap ayahnya. Dalam surat itu itu
Syirawaih berkata kepada Badzan, “Perhatikanlah orang yang
ayahku (Muhammad saw) menulis surat kepadamu mengenai
68
dirinya, jangan kau membuatnya marah sampai datang perintahku
kepadamu.”
Peritiwa itu akhirnya menjadi sebab masuk Islamnya Badzan
dan orang-orang Persia yang bersamanya di Yaman.21
4) Surat kepada al-Mundzir bin Sawi, penguasa Bahrain
Rasulullah saw meulis surat kepada al-Mundzir ni Sawi
penguasa Bahrain berisikan ajakan untuk masuk Islam. Beliau
mengutus al-„Ala‟ bin al-hadhrami untuk mengirim surat itu. Raja
Bahrain ini menerima baik ajakan Rasulullah saw kepada bahkan
sebagian penduduknya juga memeluk Islam. Sementara sebagian
penduduk lainnya masih berpegang teguh pada agama lama yang
mereka yakni Yahudi dan Majusi.
Rasulullah saw mengingatkan kepadanya agar ia
membiarkan orang-orang yang telah memeluk Islam tanpa
kewajiban membayar jizyah. Semenatara untuk penganut agama
Yahudi dan Majusi dikenakan pembayaran Jizyah sebagai imbalan
pemeliharaan keamanan dan sarana kesejahteraan yang mereka
nikmati.
Di selain surat di atas, Rasulullah saw juga menyurat kepada sekian
penguasa lainnya untuk mengajak mereka memeluk Islam, seperti penguasa
21
Ibid, h. 526
69
Yamamah, Damaskus, Oman dan lainnya. Walauapun reaksi yang
bermacam-macamdari para raja dan penguasa tersebut, namun pada
hakikatnya setelah adanya perjanjian Hudaibiyah terbukalah bagi orang-
orang untuk mempelajari Islam dan mengikuti Rasulullah saw, sehingga
menjadi umat yang berbeda dari nenek moyang dahulu. Dengan kondisi
seperti ini mendorong masyarakat yang lain untuk mempelajari,
mengembangkan dan memahami dakwah Islam.
b. Penakulkan kota Khaibar atau perang Khaibar
Dampak setelah perjanjian Hudaibiyah pengiriman surat, yaitu
penakalukan kota Khaibar oleh Rasulullah saw. Khaibar adalah kota besar
yang memiliki banyak benteng dan kebun. Terletak sekitar 60 atau 80 mil di
utara kota Madinah. Sekarang ia berubah menjadi desa yang di beberapa
wilayahnya terdapat daerah yang gersang dan tidak banyak dihuni.22
Sebab terjadinya perang khaibar ini yaitu ketika Rasulullah saw
merasa tenang dari ancaman sayap terkuat dari tiga sayap musuh dan merasa
aman setelah adanya gencatan senjata, beliau pun ingin membuat
perhitungan dengan dua kelompok lainnya yang ada yaitu orang-orang
Yahudi dan kabilah-kabilah Arab di wilayah Utara.
Beliau pun setelah pulang dari Hudaibiyah dan tinggal di Madinah
selama kurang lebih satu bulan akhirnya bertolak keluar lagi memimpin
22
Ibid, h. 542
70
1400 pasukan (ahli Hudaibiyah, kaum Muslimin yangbikut serta dalam
peristiwa Hudaibiyah) di samping 200 orang pasukan berkuda.
Bani Ghathafan yang menjalin kerja sama dengan orang-orang
Yahudi. Mendengar mengenai keberangkatan Rasulullah kali ini ingin
membantu sekutu mereka yaitu Yahudi tetapi mereka niat mereka tidak
telaksanakan karena Rasulullah saw mengambil markas yang terletak di
antara pemukiman Bani Ghathafan dan benteng Yahudi Khaibar dan
mendengar kegaduhan di pemukiman mereka dan membbiarkan orang-orang
Yahudi menghadapi Rasululullah dan kaum Muslimin sendiri.
Orang-orang Yahudi bermusyarwarah bagaimana menghadapi
serangan Rasulullah. Pemimpin mereka Salam bin Misykam mengususlkan
agar harta benda dan anak-anak mereka ditempatkan di benteng al-Wathiht
dan al-Sulaim. Sedang amunisi dan bahan makanan di benteng Naim
sementara bala tentara bertahan di sekitar benteng al-Nathat. Pasukan Islam
pertama kali menyerang al-Nathat dimana terdapat benteng Naim, dan panji
tersebut diserahkan kepada Abu Bakar. Dua hari pasukan muslimin berusaha
menerobos benteng ini namun selalu gagal sehingga benar pada sat itu
pasukan islam berada dalam posisi yang sangat sulit. Sehingga pada sore itu
Rasulullah saw bersabda, “esok aku akan menyerahkan panji kepada satu
orang yang mencintai Allah dan Rasulullah dan ia juga dicintai oleh Allah
dan Rasulullah. Kemenangan akan dianugrahkan melalui dia.” Dan pagi
71
harinya Ali bin Abi Thalib ditunjuk menjadi panji oleh Rasulullah untuk
bertempur dan memerintahkan mereka untuk memeluk Islam.23
Tanpa membuang waktu Ali bin Abi Thalib bersama kaum pun
Muslimin pun berangkat membawa bendera perang. Di sana ia dihadang
oleh Marhab seorang tokoh Yahudi yang dikenal gagah berani. Terjadilah
duel yang sangat sengit antara keduanya dan Ali bin abi Thalib pun berhasil
menghabisi lawannya. Setelah itu tampilah Yasir saudara Marhab yang
dimana dihabisi oleh az-Subair bin Awwam.
Setelah berlalu pertempuran/pengepungan selama sepuluh hari
lamanya, benteng al-Nathat yang terdapat benteng al-Naim dapat dikuasa
oleh kaum Muslimin. Dengan penguasaan ini kaum muslimin mendapatkan
keuntungan amunisi dan pasokan makanan karena sebelum itu kaum
muslimin sangat minimpasokan makanan. Pengepungan selanjutnya yaitu ke
beneteng al-sha‟ab yang dipertahankan oleh 500 orang pasukan Yahudi.
Panji kaum muslim pada itu diserahkan pada al-Khubab bin al-Mundzir dan
setelah 3 hari benteng ini pun akhirnya dikuasa oleh pasukan kaum
Muslimin. Disisi lain penguasaan kelompok benteng al-Nathath ini sangat
memukul mental kaum yahudi.
Selanjutnya pengepungan dilanjutkan pada benteng al-Syiq yang
dimana menewaskan beberapa orang Yahudi dan benteng ini pun jatuh
23
Ibid, h. 549
72
ditangan kaum Muslimin. Dan orang-orang Yahudi yang selamat berlarian
pada benteng yang terakhirnya yaitu al-Katibah untuk berlindung di benteng
al-Qamus dan Sulalim. Empat belas hari lamanya mereka dikepung dan pada
akhirnya menyerah dan meminta berdamai.
Orang-orang Yahudi Khaibar bersedia menyerahkan emas, perak dan
perisai kepada Rasulullah dan kaum muslimin milik mereka dan dapat
mengambilnya selainnya sebanyak yang dapat dipikul oleh kenderan mereka
dengan syarat mereka jujur karena apabila melanggar maka tidak akan
memperoleh jaminan keamanan.
Rasulullah saw memperkenakan permintaan orang-orang Yahudi
untuk diperbolehkan tinggal di pemukiman mereka guna menggarap tanah
mereka. Rasulullah setuju dengan syarat setengah dari hasil pertanian
mereka menajdi milik kaim muslimin namun beliau juga bersabda dengan
tegas kepada orang-orang Yahudi khaibar ini merupakan kesepakatan
sepanjang waktu yang mereka kehendaki guna mengantisipasi jangan sampai
lahir niat buruk dari orang-orang yahudi yang mengaharuskan perjanjian itu
harus dibatalkan dan agar tidak dituduh melanggar perjanjian.
Setelah jatuhnya khaibar ke tangan kaum muslimin sekelompok
orang yahudi yang tinggal di Fadak sebelah utara khaibar pun menyerah dan
meminta diperlakukan sebagimana orang-orang Yahudi di khaibar. Karena
73
penyerah ini tanpa pengerahan pasukan maka wilayah Fadak menjadi milik
Rasulullah saw tidak dibagikan kepada pasukan.
Setelah selesai dari Khaibar Rasulullah sw pun menuju wadil qura
yang dimana dihuni oleh orang-orang Yahudi untuk memeluk Islam akan
tetapi mereka menolak masuk dan menyerahkan diri atau berdamai bahkan
pada saat itu mereka berada dalam keadaan siaga untuk berperang. Setelah
terjadi pertempuran selama sehari akhirnya orang-orang Yahudi tersebut
menyerah dan meminta diperlakukan sebagaiman Yahudi di Khaibar dan
fadak.
Penyerahan ini akhirnya juga diikuti oleh orang-orang Yahudi di
Taima yang terletak tidak jauh dari Wadil Qura. Dan dari Taima Rasulullah
bersama dengan kaum Muslimin pun kembali ke Madinah.
Tidak dapat diduga bahwa pasukan kaum muslimin akan meraih
kemenangan yang sangat lengkap persenjataannya, kuat dan berlapis
benteng-bentengnya. Kemenangan ini menjadikan Rasulullah saw lebih
berkonsentrasi dalam berdakwah dan dalam saat yang sama terpenuhi pula
keamanan bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat Islam. Dan masalah
perang tidak mereka pikirkan lagi karena keadaan menjadi aman dan
tentram. Tidak lebih yang dilakukan hanya mengirimkan pasukan-pasukan
guna menindak barangsiapa saja yang bermaksud hendak melanggar hak-hak
orang atau hendak merampas harta benda orang.
74
c. Umrah al-Qada‟
Sebagaimana tercantum dalam perjanjian Hudaibiyah bahwa satu
tahun setelah disepakatinya perjanjian, Rasulullah saw dan kaum Muslimin
dapat memasuki kota Makkah untuk berziarah atau umrah dan kaum
Musyrikin Quraisy akan membiarkan mereka tinggal di kota tersebut selama
tiga hari. Ziarah atau umrah ini dinamai dengan Umrah al-Qada‟ karena
pelaksanaanyamerupakan al-Qada‟ dari umrah yang direncanakan, tetapi
batal pada tahun sebelumnya.
Pada bulan Dhilqa‟dah tahun ke 7H , Rasulullah saw berangkat dari
Madinah menuju Makkah bersama dengan dua ribu kaum Muslimin. Mereka
terdiri dari orang-orang yang dulunya ikut perjanjian Hudaibiyah dan
ditambah kaum muslimin lainnya.
Ketika kaum Musyrikin Quraisy mengetahui kedatangan rombongan
kaum muslimin ke Makkah, mereka keluar menuju bukit Qu‟aiqo‟an, bukit
yang berada di sebelah utara ka‟bah, untuk melihat kaum Muslimin.24
Terjadi perbincangan diantara mereka, “sungguh telah datang kepada kalian
rombongan yang menjadi lemah karena demam (yang menyerang) kota
Yasrib. Rasulullah saw memerintahkan para sahabatagar berlari kecil tiga
putaran dan berjalan di antara dua rukun (yamani dan hajar aswad). Beliau
24
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung
Muhammad Saw Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik terakhir,h. 571.
75
memerintahkan seperti itu sebenranya untuk memperlihatkan kepada kaum
Musyrikin Quraisy kekuatan mereka.25
Rasulullah saw dan kaum muslimin berlari kecil dalam tiga putaran.
Takala Kaum Musyrikin Quraisy yang melihat kaum Muslimin penuh
semangat dan energik itu berkata, “Kalian mengira demam telah membuat
mereka lemah, (lihatlah) mereka lebih militant dari ini dan ini.
Setelah thawaf beliau melaksanakan sa‟i di antara bukit shafa dan
Marwah. Ketika selesai selasai sa‟i beliau pun berkurban di marwah dan
mencukur rambutnya disana, begitu pula yang dilakukan oleh kaum
Muslimin.26
Rasulullah saw tinggal di Makkah selama tiga hari. Pada pagi hari
keempat kaum Musyrikin Quraisy Suhail bin Amr dan Hawathub bin Abdul
Uzza mendatangi Ali bin abi Thalib dan berkata,”katakana pada
sahabatmu;”keluarlah dari kami, waktunya telah habis.” Maka Rasulullah
pun keluar meninggalkan Makkah.
Umrah al-Qada‟ dampak dari perjanjian Hudaibiyah ini menjadi
bomerang bagi pihak Musyrikin Quraisy yang sebelumnya menduga bahwa
kekuatan kaum muslimin telah melemah akibat kelelahan. Namun apa yang
ditunjukkan oleh kaum muslimin dalam menjalankan ibdah umrah justru
mengguncang jiwa dan membuat ketakutan pihak Quraisy.
25
Ibid, h. 572 26
Ibid, h. 573
76
d. Masuk Islamnya tokoh-tokoh Quraisy
Perjanjian Hudaibiyah terbukti memberikan dampak yang luar biasa
bagi perkembangan dakwah Islam. Rasulullah di madinah menerima
kedatangan tokoh-tokoh kaum Musyrikin Quraisy yang selam ini begitu
hebat memusuhi Islam, mereka itu adalah Khalid bin al-Walid, Amr bin al-
Ash dan Utshman bin Thalhah.
Mengenai masuknya Khalid bin al-Walid begitu ia berangkat kembali
ke Madinah berdiri di tengah-tengah siding masyaraktnya sendiri
menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakui Rasulullah saw adalah
utusan Allah SWT. Setelah itu Khalid lalu mengutus pasukan berkudanya
kepada Rasulullah menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakuinya.
Sesudahnya Khalid pergi meninggalkan Makkah dan pergi ke Madinah, ia
menggabungkan diri ke dalam barisan Muslimin.27
Mengenai masuk Islam Amr bin al-Ash, setelah kegagalan kaum
musyrikin Quraisy dalam perang al-Ahzab ia semakin geram dengan
kemajuan yang dicapai oleh kaum Muslimin. Dia tidak tahan berada di
sekitar kaum muslimin, ia pun pergi meninggalkan Makkah menuju
Habasyah. Disana dia bertemu dengan utusan Rasulullah untuk raha Najashi.
Kesempatan ini digunakan Amr bin Ash untuk meminta kepada raja
Najashi ahar diserahkan utusan tersebut kepadanya untuk dibunuh. Sama
27
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, h. 439
77
sekali tidak diduga oleh Amr, raja Najashi marah mendengar permintaannya
dan berkata, “Apakah wajar aku menyerahkan utusan seorang Nabi yang
datang kepadanya malikat yang pernah atang kepada Musa dan Isa?”
Dari sinilah bermula hati Amr bin ash tergugah. Ia kemudian
menetapkan hati untuk pergi ke Madinah menuju pelabuhan yang
mengantarnya pulang. Setelah berlabuh, ia membeli seekor unta yang
ditungganginya menuju Madinah. Di tengah perjalanan itulah, ia bertemu
dengan Khalid bin Walid dan Utshman bin Thalhah yang ternyata keduanya
juga memiliki niat yang sama dengan Amr untuk masuk Islam dan menemui
Rasulullas saw di Madinah.28
Setelah mereka bertiga tiba di Madinah dan mempersiapkan diri
dengan pakaian yang bersih, mereka bertiga bertemu dan disambut dengan
hangat dan ramah oleh Rasulullah saw, “Kemarilah segala puji bagi Allah
yang telah memberimu hidayah. Aku sejak dulu menilaimu memeliki akal
yang cemerlang yang aku harapkan tidak mengantarkanmu kecuali kepada
kebaikan.”
Khalid menjawab, “Aku telah banyak terlibat dalam sekian tempat
menentang kebenaran yang engkau sampaikan, doakanlah semoga Allah
mengampuniku”, Rasulullah saw menjawab, “Keislaman menutupi dosa
yang dilakukan sebelumnya.” Kemudian Usthman bin Thalhah tampil juga
28
Ibnu Hisham, al-Sirah al-Nabawiyah, h.414
78
dan berjanji setia di hadapan Rasulullah disusul Amr bin al-Ash yang
berjanji setia juga. Sebagimana ia ceritakan sendiri, “Demi Allah situasi
sedemikian cepat dan aku hanya mendapati diriku duduk dihadapan beliau.
Aku malu menghadapkan kedua mataku di hadapan beliau. Aku membai‟t
beliau dengan syarat diampuni dosaku yang terdahulu. Beliau saw pun
bersabda, “Keislaman menutupi dosa yang dilakukan sebelumnya. Hijrah
pun menutupi dosa yang dilakukan sebelumnya.”29
e. fathu Makkah (penaklukan kota Makkah)
Salah satu butir kesepakatan dalam Perjanjian Hudaibiyah adalah
menjamin keluasan bagi pihak luar untuk bersekutu dengan Rasulullah atau
dengan kaum Musyrikin Quraisy. Atas dasar itu Kabilah Bani Bakr besekutu
dengan kaum Musyrikin Quraisy sementara Kabilah Bani Khuza‟ah
bersekutu dengan Rasulullah SAW. Antara kedua kabilah itu telah terjadi
permusuhan lama dan berlangsung terus-menerus sejak sebelum islam,
dengan datangnya islam permusuhan itu terhenti sementara karena masing-
masing sibuk menghadapinya sebagai kekuatan baru yang sedang tumbuh.
Namun itu tidak berarti dendam kusumat dan kebencian yang satu
terhadap yang lain telah pupus atau lenyap. Bani Bakr bersekutu dengan
Musyrikin Quraisy bukan tanpa tujuan, demikian pula Bani Khuza‟ah yang
29
Zaenal Abidin, perjanjian Hudaibiyah Tahun 628M/6H dan dampaknya bagi dakwah Islam
di Jazirah Arabia(Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2014), h.97
79
bersekutu dengan Rasulullah. Bani Bakr bersekutu untuk memperoleh
tambahan kekuatan dalam menghadapi musuh lamanya Bani Khuza‟ah.
Demikian pula dengan Bani Khuza‟ah yang bersekutu dengan Rasulullah
untuk memperoleh tambahan kekuatan dalam mengahadapi musuh lamanya,
Bani Bakr.
Suatu hari ketika orang-orang Bani Khuzaah sedang sibuk mencari air
di sumur mereka sendiri, secara mendadak orang-orang Bani Bakr
menyerang secara tiba-tiba orang-orang Khuza‟ah. Beberapa orang Bani
Khuzaah terluka bahkan tewas akibat inseden ini. kejadian ini berkembang
hingga terjadi saling bunuh membunuh antara kedua kabilah ini. Saat itu
orang-orang Musyrikin Quraisy membantu Bani Bakr dengan senjata dan
personel. Sampai orang-orang Khuza‟ah lari ke Makkah berlindung kepada
salah seorang kerabat mereka, Budail bin Warqa‟ dan rumah mantan budak
mereka yang bernama Rafi‟.30
.
Sementara itu salah seorang pemimpin Bani Khuzaah bernama Amr
bin Salim pergi ke Madinah menemui Rasulullah. Kepada Rasulullah ia
menceritakan dihadapan beliau sedangkan beliau duduk di tengah-tengah
para sahabat. Bagaimana Bani Bakr dengan bantuan Musyrikin Quraisy
menyerang mereka. Hal itu berarti Musyrikin Quraisy telah melanggar
perjanjian Hudaibiyah. Amr mewakili Bani Khuza‟ah selaku sekutu kaum
30
Ibid, h. 586
80
muslimin, berharap Rasulullah saw turun tangan untuk membantu Bani
Khuza‟ah. Setelah menyakini kebenaran laporan dari Amr bin Salim
Rasulullah saw bersabda kepadanya, “Engkau pasti memperoleh
pertolongan wahi Amr bin Salim.”
Tidak lama setelah kehadiran Amr menyusul lagi Budail bin Warqa‟
bersama serombongan Bani Khuzaah menyampaikan hal yang sama. Lalu
mereka segera kembali ke Makkah. Di perjalanan mereka bertemu dengan
Abu Sufyan. Kendati Budail mengingkari bahwasanya dia dan rombongan
orang-orang Bani Khuzaah baru saja bertemu dengan Rasulullah, tetapi Abu
Sufyan tidak percaya, apalagi setelah dia menemukan di areal tempat mereka
biji-biji kurma Madinah yang berarti mereka baru saja dari Madinah.
Sungguh pun demikian Rasulullah masih perlu mengecek kebenaran
laporan dari Amr bin Salim dan Budail. Untuk itu beliau mengutus seorang
sahabat bernama Dhamrah berangkat ke Makkah. Di Makkah Dhamrah
ditugaskan oleh Rasulullah untuk menawarkan jalan penyelesaian atas dasar
salah satu di antara tiga pilihan. Peratama, Musyrikin Quraisy harus
membayar diyah kepada keluarga-keluarga orang Bani Khuza‟ah yang
dibunuh. Kedua, Quraisy harus mengeluarkan orang-orang yang
melancarkan serangan terhadap Bani Khuza‟ah dari persekutuannya dengan
Bani Bakr. Mereka itu adalah orang-orang Bani Nafisah, salah satu suku
81
kabilah Bani Bakr. Ketiga, sama-sama membatalkan perjanjian yang ada/
pertempuran.
Tiga pilihan itu disampaikan Dhamrah kepada pimpinan Quraisy.
Selaku juru bicara orang mushrikin Quraysh, Qurthah bin Amr menjawab,
“Kita batalkan saja perjanjian yang ada!” dengan demikian berakhirlah masa
berlaku perjanjian Hudaibiyah. Karena tidak terikat lagi oleh perjanjian
Hudaibiyah Rasulullah bertekad hendak mengakhiri kesewenang-wenangan
kaum Quraisy dengan jalan membebaskan kota Makkah dari kekuasaan
mereka. Untuk itu beliau berseru kepada segenap kaum muslimin bersiap-
siap menantikan panggilan berangkat ke Makkah.
Kaum Quraisy tampak khawatir dan menyesal karena mereka sadar
bahwa pembatalan Perjanjian Hudaibiyah yang mereka lakukan justru di saat
kaum muslimin dalam keadaan kuat dan bertambah besar. Dengan menolak
pilihan pertama dan kedua yang ditawarkan oleh Rasulullah saw mereka
menyadari kekeliruan langkahnya dan mencoba hendak memperbaikinya
kembali.
Kaum Quraisy berpikir dari pada menghadapi serbuan kaum
muslimin ke Makkah yang tidak mungkin dapat mereka bendung lebih baik
malu asalkan selamat. Mereka lalu mengutus Abu Sufyan untuk berangkat
ke Madinah untuk berunding dengan Rasulullah saw mengenai kemungkinan
diperlakukannya kembali Perjanjian Hudaibiyah dan diperpanjang masa
82
berlakunya. Berbagai upaya ditempuh Abu Sufyan agar bagaimana
Rasulullah menyetujui diperbaharuinya perjanjian, namun Rasulullah saw
menolak.
Akhirnya pada tanggal 10 bulan Ramadhan tahun ke-8H, kaum
muslimin yang berjumlah 10.000 orang bergerak menuju Makkah untuk
membebaskan kota itu dari cengkraman kaum Quraisy. Kaum muslimin
sebanyak itu terdiri dari kaum Muhajirin, Anșar, serta kabilah-kabilah yang
telah menyatakan keislamannya seperti kabilah Sulaiman, Muzainah,
Ghatafan, dan lain sebagainya. Mereka berangkat serentak, berjalan
melingkar di tengah gurun pasir yang terbentang luas.
Selama dalam perjalanan juga banyak kabilah-kabilah lain yang ikut
bergabung. Dengan demikian jumlah pasukan islam pun semakin besar dan
kuat. Selama perjalanan Rasulullah saw selalu berpikir ingin memasuki
Makkah tanpa adanya pertumpahan darah. Itulah yang selalu beliau
harapkan dan mohonkan kepada Allah SWT. Sampai di Juhfah Rasulullah
saw bertemu dengan pamannya al-Abbas dan keluarganya yang telah masuk
islam, kemudian setelah tiba di Abwa beliau juga bertemu dengan anak
pamannya, Abu Sufyan bin al-Harits dan anak bibi beliau Abdullah bin
Umayyah. Namun beliau menolak menemui keduanya karena pernah
memusuhi islam dengan sangat keras.
83
Meskipun begitu karena kesungguhan meminta maaf dan penyesalan
yang ditunjukkan mereka berdua, pada akhirnya Rasulullah saw memaafkan
keduanya. Rasulullah saw dan pasukan kaum muslimin pun bergerak
melanjutkan perjalanan hingga tiba di Marr al-Zhahran pada waktu Isya.
Beliau memerintahkan pasukan agar menyalakan api unggun. Melihat
pasukan yang sedemikian besar dan api unggun yang sangat besar
dinyalakan pimpinan Musyrikin Quraisy Abu Sufyan bin Harb ketakutan
bukan main. Ia pun akhirnya menyatakan keislamannya.
Bahkan mendapatkan kehormatan dari Rasulullah dengan jaminan
siapa saja penduduk Makkah yang masuk ke rumah Abu Sufyan maka dia
aman. Sesampainya di tempat beranama Dhutuwa tempat yang dekat dengan
Makkah Rasululllah mengatur ulang posisi pasukan sambil berpesan kepada
masing-masing agar menahan diri, tidak memerangi kecuali yang melawan.
Khalid bin al-Walid dan pasukannya diperintahkan masuk dari arah
Kuday. Zubair bin Awwam dari arah utara Makkah dan Qais bin Sa‟ad
diperintahkan masuk dari arah barat. Rasululah masuk dari arah atas Kada,
satu lokasi dalam kota Makkah bersama sejumlah pasukan yang dikomandoi
oleh Abu Ubaidah bin Jarrah.
Akhirnya pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 H, beliau memasuki
kota Makkah dengan menunggang unta beliau al-Qashwa. Sampainya beliau
di al-Hajun satu lokasi dekaat pemakaman al-Ma-la dewasa ini. Di sini
84
beliau memerintahkan untuk membangun kemah. Setelah beristirahat
beliaupun bertolak menuju Ka‟bah, dengan memakai sorban berwarna hitam
tanpa berpakaian ihram, Rasulullah berṭawaf di Ka‟bah dengan menunggang
unta beliau.
Rasulullah saw saat itu tidak memaksakan diri untuk mencium hajar
Aswad namun cukup menunjuknya dengan menggunakan tongkat beliau.
Ketika itu di sekeliling Ka‟bah ada 360 buah patung dan berhala. Rasulullah
menunjuk patung-patung itu dengan tongkat beliau sehingga saling
berjatuhan, saat itu Rasulullah membaca,
Artinya: “Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil
telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap.” (Q.S.Al-Isra‟17:81).31
Rasulullah saw enggan masuk ke dalam Ka‟bah sebelum dibersihkan
dari segala bentuk kemusyrikan dan kedurhakaan. Beliau memerintahkan
untuk mengahuncurkan berhala atau gamabar-gambar yang masih ada
didalam Ka‟bah. Setelah bersih barulah beliau masuk di dalamnya bersama,
Usamah bin Zaid, bilal dan Uthman bin Thalhah pemegang kunci Ka‟bah.
Di dalam Ka‟bah menurut riwayat Bukhari, beliau tidak shalat tetapi
dalam riwayat muslim beliau shalat dua rakaat antara dua tiang Ka‟bah yang
berada di depan dengan membelakangi arah pintu Ka‟bah. Selesai shalat di
31
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 577
85
dalamnya Rasulullah menyampaikan Khutbah di depan pintu Ka‟bah dan
dihadapan sekian banyak orang yang telah datang menyelamatkan diri
setelah mendengar pengumuman bahwa masjid adalah tempat yang aman.
Hati mereka bertanya-tanya, mengenai apa yang akan dilakukan oleh
Rasulullah. Beliau memulai khutbahnya dengan bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia menepati janji-Nya,
memenangkan hamba-Nya.Kemudian beliau menetapkan pembatalan segala
keistimewaan yang dimiliki oleh siapa saja pada masa jahiliyyah kecuali al-
Sadaanah yakni pengelolaan dan pengawasan terhadap Ka‟bah dan al-
Siqayah, yakni penyediaan air untuk para pengunjung Ka‟bah. Beliau juga
menentukan juga kadar yang harus dibayar sebagai diyah atau ganti rugi
untuk keluarga yang anggotanya terbunuh tanpa sengaja.
Beliau mengingatkan suku Quraisy dan pemimpin-pemimpinnya
bahwa, “Sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian kebanggaan
jahiliyah dan pengagungannya terhadap leluhur. Semua manusia dari Adam
dan Adam tercipta dari tanah.” Rasulullah SAW kemudian membacakan
firman Allah SWT,
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
86
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S.
al-Hujurrah 49:13)32
Rasululllah saw kemudian mengarahkan pembicaraan beliau ke arah
kaum Musyrikin Quraisy yang harap-harap cemas menunggu keputusan
beliau, “Wahai orang-orang Quraisy apa yang kalian duga yang akan aku
lakukan terhadap kalian?” “Kami menanti yang baik, engkau adalah
saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia.” Jawab mereka. “pada
hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah
mengampuni dosa-dosa kalian, kalian boleh pergi kemanapun kalian adalah
orang-orang yang bebas.”
Sejak saat itu masyarakat Makkah berduyun-duyun atas dasar
kesadaran dan keyakinan untuk memeluk Islam. Mereka yang dulunya ragu
dan menentang kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Mengenai hal ini
al-Quran menggambarkan dalam surat al-Nasr akan berbondong-
bondongnya masyarakat Makkah memeluk islam,
Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-
32
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 1031
87
bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji T uhanmu dan mohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima
taubat.” (Q.S An-Nashr 110:1-3).33
B. Pembahasaan hasil Penelitian
Dakwah Rasulullah saw hanyalah semata-mata untuk mengajak
manusia kepada jalan kebenaran, menyeru kepada agama yang diridhoi-Nya,
yaitu agama Islam. Maka dari itu segala langkah-langkah yang dilakukan
Rasulullah, semata-mata untuk menegakkan Islam di muka bumi ini.
Namun ternyata apa yang dilakukan Rasulullah saw mengandung indikator
komunikasi politik. Dan indikator komunikasi politik itu, mulai tampak ketika
Rasulullah saw menjalankan dakwah beliau di Madinah yang sebagaimana
terefleksi pada perjanjian Hudaibiyah.
Peristiwa yang merupakan titik awal yang memiliki pengaruh besar
berkembangnya dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Dimana sejarah
membuktikan bahwa perjanjian yang mencerminkan pandangan jauh dan
bijaksana Rasulullah saw yang hanya dalam waktu dua tahun saja telah
memperlihatkan keberhasilan dan kemajuan pesat yang sangat
menguntungkan Islam dengan menfaatkan para delegasinya untuk mengirim
surat dakwah ke beberapa raja dan penguasa, yang sebagai seorang pemimpin
Negara tentunya mempunyai otoritas, kekuasaan dan wewenang penuh dalam
mengatur negaranya.
33
Kementerian Agama, Al-Quran dan Terjemahnya,h.1203
88
Kebijaksanaan dan cara pandang jauh yang dilaksanakan oleh
Rasulullah tidak terlepas dari tipe perencanaan komunikasi pada dasarnya.
Dalam hal ini Rasulullah mengajarkan kepada cara calon pemimpin
perencanaan komunikasi Strategik yang mengacu pada kebijaksanaan
komunikasi yang menetapkan alternative dalam mencapai tujuan jangka
panjang, serta menjadi kerangka dasar untuk perenacanaan operasional jangka
pendek. Perenacanaan strategic ini diwujudkan dalam target yang dapat
dikuantifikasi dengan pendekatan-pendektan yang sistematis terhadap tujuan
yang ingin dicapai menurut kebijaksanaan komunikasi.34
Dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah, perencanaan strategic yang
dilakukan oleh Rasulullah saw yaitu proses suatu Negara atau organisasi
untuk menentukkan strategi atau arahan serta mengambil keputusan untuk
mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia)
untuk mencapai suatu tujuan yakni mengukuhkan status Madinah dan
mengembangkan dakwah Islam dengan cara mengutus utusan ke berbagai
pemimpinan Negara tetangga dan menyebarkan pendakwah.
Oleh karena itu, proses perencanaan komunikasi strategik harus
mengacu pada konsep dasar perencanaan panjang yang dibuat dalam rentan
waktu 10-25 tahun, selama jangka waktu tersebut mampu menempatkan suatu
cita-cita yang dilandasi filosofi dan nilai-nilai yang adal dalam masyarakat
34
Prof. H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 48.
89
maupun meminjam nilai-nilai dari luar yang dipandang bias memajukan dan
menjadi cita-cita masyarakat dalam tataran yang lebih luas.35
Dari perjalanan dakwah Rasulullah yang terlihat pada peristiwa
hudaibiyah tersebut, ada dua faktor kebijaksanaan yaitu: pertama, Makkah
merupakan pusat keagamaan bangsa arab dan melalui konsolidasi bangsa
Arab dalam Islam, islam bias tersebar keluar. Kedua, apabila suku Rasulullah
sendiri dapat di Islamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena
kaum Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar yang dimana
kabilah tersebut sangat disegani dan dihormati sehingga dalam proses
pengembangan Islam mempunuai kebijaksanaan dan kekuasaan.
Adapun mengenai nilai-nilai yang di kandung pada perjanjian
hudaibiyah yang bagi sebagian kalangan, klausul-klausul dalam perjanjian
tersebut merugikan umat Islam dan menguntungkan kaum Quraisy. Akan
tetapi, dapat dicermati dengan seksama butir-butir isi yang tertulis dalam
perjanjian Hudaibiyah ini sambil mengaku beberapa isi kelemahannya, tidak
dapat diragukan bahwa langkah ini merupakan kemenangan yang amat besar
bagi kaum Muslimin.
Sebab, sudah sekian lama pihak Quraisy tidak mau mengakui
sedikitpun keberadaan kaum Muslimin. Itu artinya mereka telah mengakui
hak kaum Muslimin berziarah ke Ka‟bah menunaikan ibadah umrah dan Haji.
35
Prof. H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 51
90
Mereka mengakui Islam sebagai agama yang berhak hidup dikawasan jazirah
Arab. Dengan persetujuan gencatan senjata yang berlaku selama 10 tahun atau
2 tahun menjamin keamanan dakwah dan membuka jalan selebar-lebarnya
bagi pengembangan agama Islam ke berbagai daerah.
Sejarah membuktikan belum ada satu tahun perjanjian Hudaibiyah ini
berlaku, jumlah orang Arab yang memeluk Islam lebih besar daripada jumlah
kaum muslimin sebelum adanya perjanjian tersebut. Padahal pada saat itu
Makkah belum jatuh ke tangan kaum Muslimin. sejarah juga mengatakan
bahwa dalam waktu satu tahun setelah perjanjian tersebut ditandatangani,
jumlah orang yang masuk Islam lebih jauh banyak daripada jumlah kaum
muslimin sebelum adanya perjanjian Hudaibiyah. Ini membuktikan setelah
berjalan setahun ketika itu bulan Zulqaidah Rasulullah pun berangkat dengan
membawa dua ribu orang guna melakukan umrah pengganti sesuai dengan
ketentuan-ketentuan perjanjian juga untuk menghilangkan rasa haus yang
sudah sangat dirasakan oleh jiwa yang tengah dahaga hendak menunaikan
ibdah ke rumah Purba itu.36
Perjanjian gencatan senjata ini juga menjadi kesempatan bagi kaum
lemah di Makkah untuk beramai-ramai memeluk Islam. Tidak sedikit dari
kaum Quraisy itu memeluk Islam bahkan beberapa tokoh Musyrikin Quraisy
seperti Khalid bin al-Walid, amr bin al-Ash dan Usthman bin Thalalah juga
36
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, h.432
91
atas kesadaran diri mereka menyatakan diri masuk Islam di hadapan
Rasulullah saw.
Dengan mengerahkan seluruh kekuatan, mereka mencoba untuk
memasang penghalang antara dakwah islam dan manusia, sambil membual
bahwa merekalah yang layak memegang kepemimpinan agama dan roda
kehidpan di seluruh jazirah Arab. Sekalipun hanya mengukuhkan perjanjian
namun ini sudah bias dianggap sebuah pengakuan terhadap kekuatan kaum
muslimin, di samping orang-orang Quraisy merasa tidak sanggup lagi
menghadapi kaum Muslimin.
Kandungan poin yang menunjukkan bahwa, “barangsiapa yang ingin
masuk ke pihak Rasulullah dan perjanjiannya, silahkan ia masuk” pihak
Quraisy lupa terhadap kedudukannya sebagai pemegang roda kehidupan dunia
dan kepemimpianan agama. Mereka tidak lagi memperdulikan hal ini. Yang
mereka pikirkan yakni adalah keselamatan diri mereka sendiri. Kalaupun
manusia dan orang-orang selain Arab mau masuk Islam, maka mereka tidak
lagi memperdulikannya dan mereka tidak akan ikut campur, dalam bentuk
apapun.
Sesuai dengan poin tersebut, maka masuklah khuza‟ah ke pihak
Rasulullah saw dan Bani Bakr ke pihak Quraisy. Sehingga masing-masing
dari kedua belah tersebut merasa aman dari gangguan pihak lain sedangkan
sejak dulu kedua kabilah tersebut terjadi permusahan secara turun temurun.
92
Dan dari situlah persekutuan yang dilakukan Quraisy beserta bani Bakr
melakukan murni pengianataan dan pelanggaran nyata terhadap perjanjian
yang tidak dapat dibenarkan di karena Bani Bakr telah membalaskan dendam
lamanya dengan membunuh beberapa suku Khuza‟ah. Dan Rasulullah saw
pun tidak tinggal diam atas penghianatan tersebut sehingga ketika itu sepuluh
hari lewat dari bulan Ramadhan tahun 8H Rasulullah berangkat ke Makkah
untuk merebut kota itu dua tahun setelah perjanjian yang telah disepakati
dengan damai jumlah kaum Muslimin yang menyertai Rasulullah mencapai
10.000 orang.37
Dan itu adalah penaklukan terbesar yang dengannya Allah memuliakan
agama, Rasul, tentara dan kelompok (Hizb)Nya yang terpercaya. Denagn
terselamatkanlah tanah suci dan rumahnya yang Dia jadikan sebagai petunjuk
bagi semesta dari cangkraman orang kafir dan musyrikin.38
Dengan
penaklukan ini masuklah manusia ke dalam agama Allah dengan berbondong-
bondong dan wajah bumi bersinar terang dan berseri yang dapat disebut
dengan Fatthu Makkah atau penaklukan kota Makkah.
Dalam komunikasi dakwah yang dilakukan Rasulullah, disamping
berupa komunikasi verbal, baik yang langsung dari beliau maupun melalui
seorang utusan yang akhirnya melahirkan kesepakatan dalam bentuk
perjanjian, Rasulullah juga melakukan komunikasi nonverbal berupa surat-
37
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, ibid, h.592 38
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mabarakfuri, ibid, h.585
93
surat yang beliau kirimkan kepada beberapa petinggi disuatu daerah. Surat-
surat yang Rasulullah kirimkan berisiskan ajakan kepada Islam. Surat-surat
yang dikirimkan Rasulullah layaknya seperti brosur-brosu pengiklanan yang
tidak semuanya mendapat tanggapan positif dan memang demikian fakta yang
selalu dialami para pendakwah di lapangan.
Jika ditinjau dari sudat pandang ilmu komunikasi, dakwah yang
dilakukan Rasulullah saw termasuk dalam kategori Iklan Layanan
Masyarakat, yakni berupa ajakan, pernyataan atau himbuan kepada
masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi
kepentingan umum atau merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi
lebih baik.
Beberapa peristiwa penting yang dilakukan oleh Rasulullah saw
setelah terjadinya perjanjian hudaibiyah yang menunjukkan bahwa perjanjian
ini berdampak positif bagi aktivitas dakwah Islam yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. Yang dimana dengan dikaji lebih jauh dari perjanjian
hudaibiyah dengan strategi komunikasi politik terdapat keuntungan yang
besar bagi kaum Muslimin. keuntungan tersebut untuk jangka pendek yakni
pengkuan dan penghormatan Quraisy terhadap kedudukan kaum Muslimin.
pengakuan yang diberikan mempunyai impilasi positif yang besar untuk
dakwah Rasulullah saw. Dan dengan adanya perjanjian itu pula mereka
memperoleh legitimasi dan status yang sama untuk melakukan perjanjian dan
94
perundingan dengan siapa saja, yang lebih utama adalah mereka dapat
beristirahat dari peperangan. Dan dari situlah kaum muslimin mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan dakwah Islam dalam suasana dan situasi
yang kondusif, aman dan tentram.
Disamping itu juga terbuka kesempatan untuk kaum muslimin untuk
berinteraksi dengan kaum non Islam sehingga mereka bias mendapatkan
kesempatan untuk melihat keindah Islam. Adapun keuntungan jangka panjang
bagi Rasulullah dan kaum Muslimin adalah kebebasan untuk berdakwah.
Dakwah yang merupakan misi utama Rasulullah saw dimana sebelumnya
mendapatkan rintangan keras sehingga menyebabkan terjadinya bentrokan
dan peperangan.