apriyanidewi.files.wordpress.com … · web viewkebanyakan siswa, belajar matematika merupakan...
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Inovasi Pembelajaran Matematika
Kelompok :
1. Satria Adi P A 4100901562. Nanik Nurviani A 4100901863. Dewi Apriyani A 4100901974. Yanuar Kristina P A410090199
PENDIDIKAN MATEMATIKAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan
interkasinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan
teknologi. Peran matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu
dan perlatan yang digunakan. Ilmu matematika sekarang ini masih banyak
digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi,
ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik.
Kebanyakan siswa, belajar matematika merupakan beban berat dan
membosankan, jadinya siswa kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah.
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas
dengan melakukan inovasi pembelajaran. Beberapa cara yang dapat
dilakukan antara lain memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak
baik secara berkelompok ataupun individu, memberikan permainan di
kelas suatu bilangan dan sebagainya tergantung kreativitas guru. Jadi
untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran matematika harus
dihubungkan dengan kehidupan nyata yang terjadi di dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ciri-ciri pendekatan pembelajaran matematika dari berbagai
fase perkembangan?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran
matematika dari berbagai fase perkembangan?
3. Pendekatan pembelajaran matematika apa yang paling cocok untuk
KTSP?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui ciri-ciri pendekatan pembelajaran matematika dari
berbagai fase perkembangan.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran
matematika dari berbagai fase perkembangan.
3. Mengetahui pendekatan pembelajaran matematika yang paling cocok
untuk KTSP.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan)
1. Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model
pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci
yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah
menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif
di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan
kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan
dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri.
Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang.
Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam
menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan
kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya
penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan
mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa
percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah
cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak
ubahnya seperti bermain biasa.
Siswa tidak memungkiri bahwa metode “PAIKEM = pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan metode
yang sangat mengerti dan memahami kondisi siswa. bagaimana guru
menyampaikan materi merupakan penilaian utama siswa, seorang guru
mempunyai wawasan yang luas akan tergambar dengan cara
bagaimana seorang guru menyampaikan pembelajaran di kelas, fokus
terhadap materi dan penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa.
peduli terhadap siswa dan tidak pilih-memilih (diskriminatif),
performance yang menarik serta bisa dijadikan partner dalam
berdiskusi dan berkeluh kesah merupakan sekian banyak kriteria yang
siswa sampaikan jika seorang guru ingin menjadi favorit di mata siswa
(Herman, 2008).
2. Ciri – ciri PAIKEM
a. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang
miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka
normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan
kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang
harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat,
anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji
anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang
menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti
yang dimaksud
b. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual
perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang
sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-
anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal
kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan
sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan
tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau
dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan
tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan
agar bakat individunya berkembang
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif,
berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri
anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan
tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik
daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang
umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat
disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya
dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil
pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau
kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model,
benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh
dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat
membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan
ketika membahas suatu masalah.
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang
sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan
sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber
belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering
membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan
menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari
lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan
waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah
keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat,
merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat
tulisan, dan membuat gambar/diagram
g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan
salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik
hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal
ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil
pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan
diri siswa daripada hanya sekedar angka
h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para
siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan
meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan.
Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif
mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan
merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif
mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan,
takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu,
guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik
yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’
(Agustina, 2008).
3. Kelebihan dan kekurangan PAIKEM
a. Kelebihan
Pendekatan pembelajaran PAIKEM dapat membawa angin perubahan
dalam pembelajaran, yaitu:
1) Guru dan murid sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik
antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan
sebagai pengajar dan pendidik juga berperan sebagai fasilitator.
2) Guru dan murid dapat mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam
hal: teknik pengajaran, penggunaan multimetode, pemakaian
media, dan guru dapat berperan sebagai mediator bagi murid-
muridnya.
3) Murid merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak
merasa tertekan sehingga proses berpikir anak akan berjalan
normal.
4) Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.
B. Pembelajaran Kontekstual – Contextual Teaching and
Learning (CTL)
1. Definisi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
a. Elaine B. Johnson
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara
lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.
Dengan pengertian tentang pembelajaran kontekstual diatas,
diperlukan usaha dan strategi pengajaran yang tepat, sehingga dapat
dicapai tujuan untuk mengantarkan guru dan murid dalam sebuah
pendidikan yang kontekstual. Untuk mencapai tujuan ini, sistem
pembelajaran kontekstual mempunyai delapan komponen utama.
Komponen pembelajaran kontekstual tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna
2) Melakukan pekerjaan yang berarti
3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
4) Melakukan kerja sama
5) Berpikir kritis dan kreatif
6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
(konstruktivisme)
7) Mencapai standar yang tinggi
8) Menggunakan penilaian autentik.
b. Akhmad Sudrajat
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu
proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa
memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
c. Diknas
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang
terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri,
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
sehari-hari.
2. Ciri-ciri pembelajaran kontekstual
Beberapa ciri pembelajaran kontekstual antara lain:
1) Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
2) Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan
saling mengoreksi.
3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau
masalah yang disimulasikan.
4) Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
5) Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
6) Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri.
7) Siswa mengunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh
dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran efektif,
ikut bertanggungjawab atas terjadinya pembelajaran yang
efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses
pembelajaran.
3. Kelebihan & Kekurangan Contextual Teaching and Learning
Kelebihan
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa
materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
4. Kelemahan
1) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode
CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas
guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang
baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan
pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru
bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa
kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar
dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–
strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
apa yang diterapkan semula.
C. Pendekatan Open-Ended
1. Pengertian Open Ended
a. Penerapan problem open-ended dalam pembelajaran adalah untuk
mengembangkan metode, cara, pendekatan yang berbeda ketika
menjawab suatu permasalahan, dan bukan hanya berorientasi kepada
hasil akhir.
b. Pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian
yang benar lebih dari satu.
2. Kelebihan
a. Siswa lebih berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran dan
mengekspresikan ide mereka lebih sering.
b. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk membuat
komprehensif menggunakan matematika mereka pengetahuan dan
ketrampilan.
c. Siswa berprestasi rendah dapat menanggapi masalah dalam
beberapa cara penting mereka sendiri.
d. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti.
e. Siswa memiliki pengalaman yang kaya dalam kenikmatan
penemuan dan menerima persetujuan dari sesame siswa.
D. Realistic Mathematic Education (RME) atau Pembelajaran
Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
1. Pengertian pembelajaran matematika realistic
Menurut pandangan konstruktifis pembelajaran matematika
adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
konsep-konsep matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Dimana
dalam hal ini guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan kemampuan
siswa sendiri dan guru terus memantau atau mengarahkan siswa dalam
pembelajaran.
2. Ciri-ciri pembelajaran matematika realistic
Pembelajaran matematika realistik merupakan teori belajar
mengajar dalam pendidikan matematika. Karakteristik RME, menurut
de Lange (1987) dan Gravemeijer (1994), sebagai penjabaran dari
ketiga level Van Hiele, Fenomenologi Didaktik Freudenthal dan
Matematisasi Progresif Treffers (1991) adalah sbb :
a. Penggunaan konteks dalam eksplorasi secara fenomenologis
(mathematics as human activity and the use of context)
b. Penggunaan model atau penghubung sebagai jembatan untuk
mengkonstruksi konsep: matematisai horizontal dan vertical
c. Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
d. Sifat interaktif proses pembelajaran
e. Saling-berkait antara aspek-aspek atau unit-unit matematika
(intertwinement)
3. Kelebihan
a. Siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuan yang ia dapatkan
b. Siswa dalam proses pembelajaran menyenangkan
c. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka
d. Memupuk kerjasama dalam kelompok
e. Melatih keberanian siswa dalam menjawab soal-soal
f. Melatih siswa untuk terbiasa berfikirdan mengemukakan pendapat
g. Pendidikan budi pekerti, misalnya : saling kerjasama dan
menghormati teman yang sedang berbicara
4. Kelemahan
a. Siswa masih kesulitan dalam menemukan penyelesaian soal-soal
sendiri
b. Membutuhkan waktu yang relatif lama terutama bagi siswa yang
lemah
c. Siswa yang pandai kadang - kadang tidak sabar untuk menanti
temannya yang belum selesai
d. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran
e. Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan
dalam evaluasi
E. Dari ke empat macam pendekatan di atas pendekatan
pembelajaran yang paling cocok untuk KTSP
Pendekatan yang paling cocok untuk KTSP adalah pendekatan
kooperatif seperti apa yang tertera pada salah satu prinsip KTSP yaitu
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya. Dalam pendekatan kooperatif peserta
didik dituntut untuk mandiri dan mampu bekerja sama dengan peserta
didik lainnya sehingga secara tidak langsung peserta didik telah
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya baik dari kesadaran
diri sendiri maupun dengan bantuan orang lain (peserta didik lain,
pendidik) serta lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode “PAIKEM = pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan” merupakan metode yang sangat mengerti dan memahami
kondisi siswa. Ciri-cirinya : Memahami sifat yang dimiliki anak,
Mengenal anak secara perorangan, Memanfaatkan perilaku anak dalam
pengorganisasian belajar, Mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah, Mengembangkan ruang
kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik, Memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar, Memberikan umpan balik yang baik untuk
meningkatkan kegiatan belajar, Membedakan antara aktif fisik dan aktif
mental.
Contextual Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara
lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat
makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial dan budaya mereka.
Pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih
dari satu.
Menurut pandangan konstruktifis pembelajaran matematika adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-
konsep matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Dimana
dalam hal ini guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan kemampuan siswa
sendiri dan guru terus memantau atau mengarahkan siswa dalam
pembelajaran.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh guru agar bagaimana caranya bisa menciptakan suasana pembelajaran yang Kreatif, efektif dan Menyenangkan. Karena keberhasilan pembelajaran bukan hanya terpusat pada guru melainkan pada peserta didik juga, kondisi psikologis dan suasana lingkungan sangatlah berpengaruh besar terhadap psikologis dari peserta didik, jadi tugas guru salah satunya juga membuat inovasi dalam pembelajaran, membuat suasana belajar yang menyenangkan terlebih dahulu maka akan otomatis terbentuknya suasana kelas yang aktif dan efektif.