web viewbiokimia (akkc 382) percobaan vi ”isolasi dan hidrolisis pati
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
(AKKC 382)
PERCOBAAN VI
”ISOLASI DAN HIDROLISIS PATI”
Dosen Pengasuh:Dra. Sudarsih
Drs. Syahmani, M. Si
Asisten Dosen :Kharis FadillahSidik Prasetyo
Oleh : Sogandi
A1C308045Kelompok 5
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIAJURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARMASIN
APRIL 2011
PERCOBAAN V
Judul : Isolasi dan Hidrolisa Pati
Tujuan : 1. Mengetahui cara isolasi dari bahan umbi-umbian
2. Melakukan hidrolisis terhadap pati
Hari/Tanggal : Rabu / 27 April 2011
Tempat : Laboratorium FKIP Kimia Unlam Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Pada umumnya karbohidrat yang ditemukan di alam terdapat sebagai
polisakarida dengan berat molekul tinggi. Beberapa polisakarida berfungsi sebagai
bentuk penyimpanan monosakarida sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai
unsur struktur di dalam didinding sel dan jaring-jaring pengikat.
Pati atau dikenal juga dengan amilum adalah nutrien polisakarida yang
ditemukan dalam sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme dan dalam
beberapa hal mempunyai kesamaan dengan glikogen. Pati selalu dapat dalam sel
tumbuhan dalam bentuk granula. Dalam tumbuhan seperti kentang, jagung, dll.
Granula ini mempunyai diameter beberapa mikron, sedangkan dalam
mikroorganisme hanya sekitar 0,5-2 mikron. Granula pati mengandung campuran
dari dua polisakarida yang berbeda; amilosa dan amilopektin. Jumlah kedua
polisakarida ini berbeda-beda tergantung dari jenis pati. Dalam kentang, jagung,
dan tumbuhan lain yang banyak mengandung pati, kandungan amilopektin
berkisar antara 75-80% dan amilosa 20-25%. Dalam protozoa persentase amilosa
bervariasi antara 0-45%.
Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang dimakan rakyat
Indonesia pada umumnya. Kacang hijau mudah digunakan dan dimasak. Cukup
banyak makanan yang divariasi dari kacang hijau misal: Bubur kacang hijau atau
sebagai isi dari onde-onde dan lain lain.
Kecambah dari kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di
kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia dikenal sebagai tauge.
Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam
bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Bubur kacang hijau
banyak dijual di warung-warung dan biasanya disajikan bersama bubur ketan
hitam dan santan. Kacang hijau yang dihaluskan juga dijadikan pengisi bakpau
serta onde-onde. Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung
hunkue digunakan dalam pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel.
Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.
Kacang hijau sering digunakan dalam percobaan-percobaan di sekolah
karena sifatnya yang mudah dan cepat tumbuh pada media kapas. Kacang hijau
yang dibungkus daun pisang dengan kelembaban tinggi akan menghasilkan
kecambah atau taoge.
Klasifikasi kacang hijau adalah kerajaan plantae, divisi magnoliophyta,
kelas magnoliopsida, ordo fabales, famili fabaceae, genus vigna dan spesies vigna
radiata. Berikut ini gambar kacang hijau :
Gambar 1. Kacang Hijau
Kacang hijau mempunyai nilai gizi yang cukup baik, mengandung vitamin
B1 cukup tinggi (150-400 i.u.) dan vitamin A (9 i.u.). Kacang hijau yang sudah
menjadi kecambah kaya kandungan vitamin E (tokoferol) yang penting sebagai
anti oksidan, dalam mencegah penuaan dini, dan anti sterilitas. Kandungan protein
kacang hijau mencapai 24%, dengan kandungan asam amino esensial seperti
isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Kacang
hijau mengandung karbohidrat sekitar 58%. Pemanfaatan sifat fungsional dari
patinya dapat dibuat sebagai tepung bahan berbagai bentuk makanan bayi sampai
orang dewasa. Pati kacang hijau terdiri dari amilosa 28,8%, dan amilopektin
71,2%. Kegunaan lain tanaman kacang hijau adalah sebagai pupuk hijau dan
penutup tanah.
Pati merupakan monopolimer glukosa dengan ikatan glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta
apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari 2 fraksi yang
dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan yang tidak
terlarut disebut amilopektin.
Amilosa terdiri dari 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan α
1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga
terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-
glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan ini
menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai
terbuka dan bercabang.
Pati adalah polisakarida penyimpan energi pada tanaman. Pati dapat
diendapkan menjadi dua bagian yaitu amilosa (20%) dan amilopektin (80%).
amilosa membentuk warna biru bila dicampur dengan larutan I2. Warna yang
timbul merupakan dasar bagi uji iod terhadap patil. Amilopektin mempunyai
rantai utama 1,4-α-D-glukosa dan terdapat percabangan rantai dengan ikatan 1,6-
glikosida.
Polisakarida dapat diubah menjadi monosakarida oleh reaksi hidrolisis. Jika
dalam reaksi hidrolisis melibatkan air sebagai pereaksi, maka katalis akan
berperan dalam tahap penentu kecepatan reaksi. Untuk mengamati
berlangsungnya reaksi hidrolisis, dapat dilakukan dengan tes iodin. Campuran pati
dan iodin akan memberikan warna biru tua. Produk antara dari reaksi hidrolisis
pati diketahui sebagai dekstrin yang akan memberikan warna merah sampai coklat
kemerahan. Hasil hidrolisis tidak memberikan warna terhadap iodin.
Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air
dipanaskan akan terjadi suatu larutan koloid yang kental. Larutan koloid ini
apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan
oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium
akan memberikan warna ungu atau berah lembayung. Berikut ini gambar struktur
amilosa dan amilopektin :
Gambar 2. Unit glukosa dalam amilosa
Gambar 3. Unit glukosa dalam amilopektin
Hidrolisis sempurna oleh asam atau enzim spesifik terhadap polisakarida
menghasilkan monosakarida atau senyawa turunannya. Amilum dapat dihidrolisis
sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa.
Terbentuknya monosakarida pada hidrolisis pati dapat diketahui dengan uji
benedict, iodin, dan fenilhidrazin.
Pereaksi Benedict mengandung atom Cu yang terikat sebagai kompleks.
Pereaksi ini dapat mengoksidasi gula pereduksi. Pereaksi Benedict dapat
mendeteksi gula dengan konsetrasi 0,01%. Endapan Cu2O dapat berwarna merah,
kuning, atau hijau kekuningan bergantung pada warna asal dan jumlah gula
pereduksi yang direaksikan.
II. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan :
a) Gelas kimia 250 mL 1 buah
b) Gelas kimia 500 mL 1 buah
c) Thermolyn 1 buah
d) Gelas ukur 10 mL 2 buah
e) Gelas ukur 25 mL 1 buah
f) Tabung reaksi 10 buah
g) Rak tabung reaksi 1 buah
h) Penangas air 1 buah
i) Batang pengaduk 1 buah
j) Pipet tetes 1 buah
k) Spatula 1 buah
l) Plat tetes 2 buah
m)Neraca analitik 1 buah
n) Kaca arloji 1 buah
o) Serbet 1 buah
2.2 Bahan yang digunakan :
a) Pati kacang hijau
b) HCl pekat
c) Akuades
d) Reagen Benedict
e) Iodin
f) HCl 6 M
g) NaOH 6 M
h) Etanol PA
i) Kertas saring
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Isolasi Pati
1. Menghomogenkan 300 gram kacang hijau yang telah bersih dengan 200
mL dalam blender selama 30 detik.
2. Menyaring campuran melalui secaring kain dan menampung cairan yang
keruh ke dalam gelas kimia 500 mL sedangkan residu dibuang.
3. Menambahkan lagi 200 mL air pada larutan yang keruh, mengocok, dan
membiarkan campuran mengendap.
4. Mendekantasi cairan atas.
5. Mensuspensi pati (endapan) dengan 200 mL air dan mendekantasi cairan
atasnya.
6. Mensusupensi lagi dengan 50 mL etanol 95% dan mendekantasi cairan
atasnya
7. Menyaring campuran melalui corong Buchner.
8. Mengeringkan pati dengan cara penyebaran pada suhu kamar.
9. Menimbang pati yang diperoleh.
3.2 Uji Benedict
1. Menimbang pati kacang hijau sebanyak 0,25 g.
2. Melarutkan pati dengan 25 mL akuades dalam gelas kimia sehingga
diperoleh larutan pati 1 %.
3. Menambahkan 10 tetes HCl pekat dan mendidihkannya.
4. Pada selang waktu 2 menit mengambil 3 tetes campuran dan
menambahkan 5 mL pereaksi Benedict dalam tabung reaksi.
5. Pekerjaan dilakukan sampai menit ke-20 ( jadi ada 10 tabung reaksi berisi
5 mL pereaksi Benedict ).
6. Memanaskan tabung-tabung yang berisi pereaksi Benedict dalam air
mendidih.
7. Mendinginkan tabung-tabung tersebut dan mengamati reduksi yang terjadi.
3.1 Uji Iodin
1. Menimbang pati kacang hijau sebanyak 0,25 g.
2. Melarutkan pati dengan 25 mL akuades dalam gelas kimia sehingga
diperoleh larutan pati 1 %.
3. Menambahkan 10 tetes HCl pekat dan mendidihkannya.
4. Pada selang waktu 2 menit mengambil 1 tetes campuran dan melakukan
uji Iodin.
5. Uji iodin : tiap 1 tetes campuran di teteskan pada plat tetes yang masing-
masing berisi akuades, HCl 6 M dan NaOH 6 M, lalu ditambahkan setetes
larutan iodin.
6. Pekerjaan dilakukan sampai menit ke-20 (jadi ada tiga plat tetes tiap
menit).
7. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
8. Membandingkan percobaan yang dilakukan dengan uji benedict.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Isolasi Pati Kacang hijau
No Variabel yang Diamati Hasil Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Menghomogenkan 300 gram kacang
hijau yang bersih dengan 200 mL
Menyaring dengan kain jarang
Filtrat + 200 mL, mengaduk dan
membiarkan
Mendekantasi
Endapan + 200 mL air, mengaduk
dan membiarkan
Mendekantasi
Endapan + 100 mL etanol 95%,
mengaduk dan membiarkan
Mendekantasi
Menyaring dengan corong Buchner
Mengeringkan pati kacang hijau
Campuran homogen
-Filtrat
-Endapan dibuang
Terbentuk endapan
-Filtrat
-Endapan berwarna putih
kehijauan
Terbentuk endapan
-Filtrat
-Endapan hijau muda
Terbentuk endapan hijau muda
Filtrat dan endapan memisah
Endapan hijau muda (pati)
Endapan mongering
11. Menimbang pati kacang hijau m = 32, 8284 g
4.2 Hidrolisis Pati
No Variable yang Diamati Hasil Pengamatan
A Uji Benedict
Menimbang pati
25 mL akuades + 0,25 g
pati kacang hijau
Menambahkan 10 tetes
HCl pekat dan
mendidihkannya
3 tetes larutan + 5 mL
larutan benedict
Menit ke-2 (I)
Menit ke-4 (II)
Menit ke-6 (III)
Menit ke-8 (IV)
Menit ke-10 (V)
Menit ke-12 (VI)
Menit ke-14 (VII)
Menit ke-16 (VIII)
Menit ke-18 (IX)
Menit ke-20 (X)
Memanaskan tabung
dalam air mendidih
Tabung I
Tabung II
Tabung III
Tabung IV
Tabung V
Tabung VI
0,2543 g
Larutan pati 1%, keruh, kuning
Larutan tetap keruh
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Endapan diatas mengapung, putih kuning
Larutan biru, endapan merah sedikit
Larutan biru
Larutan biru
Larutan biru
Larutan biru
Larutan biru, endapan merah sedikit
B
Tabung VII
Tabung VIII
Tabung IX
Tabung X
Uji Iodin
Pemanasan
Menit ke-2
Menit ke-4
Menit ke-6
Menit ke-8
Menit ke-10
Menit ke-12
Menit ke-14
Menit ke-16
Menit ke-18
Larutan biru endapan merah sedikit
Larutan biru belau (++), endapan merah
(+++)
Larutan biru belau (+++), endapan merah
(++++++)
Larutan biru belau (++++), endapan
merah (+++++)
Pati yang ditambahkan iodin
Akuades HCl NaOH
Hijau
kekuningan
biru tua
Coklat tua
(+)
Coklat tua
(+)
Coklat
muda (+)
Coklat
muda (+)
Coklat
muda (+)
Coklat
muda (+)
Kuning
Hijau
kebiruan
Ungu tua
Coklat tua
Coklat (+)
Coklat
muda (++)
Coklat
muda (++)
Coklat
muda (+)
Coklat tua
(++)
Coklat
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
Bening
muda
Dengan benedict makin lama waktunya
warnanya semakin bertambah, sedangkan
pada iodin makin lama waktunya warna
ungu semakin pudar
V. ANALISIS DATA
5.1 Isolasi Pati
Pada percobaan ini akan ditentukan kadar amilum dalam kacang hijau.
Kacang hijau yang mula-mula dihomogenkan dengan air dalam blender sehingga
terbentuk suspensi. Sampel perlu dihaluskan terlebih dahulu, penghalusan sampel
bertujuan agar semakin besar kontak dengan pelarut maka akan semakin banyak
pati yang dapat diperoleh. Kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dari
residu, penyaringan campuran dilakukan dengan menggunakan kain jarang
(serbet) untuk memisahkan antara ampas dan pati yang telah dilarutkan oleh air
sehingga ketika disaring, air bersama-sama dengan pati akan keluar dalam sampel
dan dihasilkan filtrat. Selain itu juga penyaringan dapat berlangsung lebih cepat.
Filtrat tersebut ditampung dan residunya dibuang.
Cairan keruh dicampurkan sebanyak 2 kali dengan aquades, karena air
dapat mengikat kotoran dan melarutkan zat-zat yang bersifat polar dalam sampel.
Kemudian didiamkan beberapa saat, didiamkan selama beberapa menit ini
bertujuan agar terjadi pengendapan yang maksimal dimana pati akan terendap
seluruhnya dan terpisah dari air karena pati merupakan makromolekul dengan
berat molekul yang besar dan berakibat pada pengendapan pati. Kemudian
didekantasi, fungsi dekantasi adalah untuk memisahkan filtrat dengan residu atau
memurnikan.
Endapan yang telah dipisahkan ditambahkan dengan etanol 95%.
Penambahan ini berfungsi untuk memisahkan pati dari air sehingga pati akan
terpisah dari dalam larutannya. Air dan etanol memiliki sifat kepolaran yang sama
yakni sama-sama polar sehingga air yang ada dalam pati akan larut dalam etanol
dan setelah endapan mengendap, mendekantasi kembali cairan diatasnya untuk
membuang cairan air dan etanol sehingga yang tersisa endapannya saja (endapan
pati yang lebih bersih).
Kemudian endapan disaring dengan menggunakan corong Buchner agar
endapan terpisah dari pelarutnya karena corong Buchner dilengkapi dengan
penyedot sehingga mampu menyedot air yang terdapat dalam endapan dan
diperoleh endapan pati yang lebih kering dan bebas dari pelarutnya.
Endapan yang diperoleh dikeringkan pada suhu kamar sehingga diperoleh
endapan pati kering yang sudah bebas dari air ataupun etanol. Dan ketika
ditimbang diperoleh pati dari kacang hijau sebanyak 32,8284 g dengan kadar
sebesar 10,9428 %. Pati kacang hijau terdiri dari amilosa 28,8%, dan amilopektin
71,2%. Hal ini berarti pada pati kacang hijau yang diperoleh saat percobaan
mengandung amilosa sebesar 9,45 gram dan amilopektin sebesar 23,37 gram.
5.2 Uji Benedict
Pada percobaan pertama, melarutkan pati kacang hijau dalam akuades
sehingga terbentuk larutan pati 1%, lalu menambahkan dengan HCl pekat.
Penambahan asam klorida pekat ini bertujuan untuk menghidrolisis pati karena
pati dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Setelah itu larutan dipanaskan, pemanasan bertujuan untuk
mempercepat terjadinya hidrolisis dimana dengan meningkatnya suhu makaenergi
kinetik partikel akan semakin besar sehingga gerak partikel akan semakin cepat
maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif akan semakin meningkat dan
reaksi hidrolisis akan berjalan lebih sempurna. Juga semakin lama pemanasan,
maka semakin banyak pati yang akan terhidrolisis menjadi monosakaridanya
yakni glukosa.
Berikut ini reaksi hidrolisis pati dengan HCl :
Amilopektin
atau
Amilosa
+ HCl + Cl-
Glukosa
Untuk mengetahui apakah terbentuk glukosa atau tidak dari reaksi hidrolisis
tersebut, maka dilakukan uji benedict. Pereaksi benedict merupakan larutan yang
mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu2+ dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap
sebagai Cu2O.
Dalam percobaan, larutan pati yang telah dipanaskan tiap-tiap 2 menit
diambil dan diuji dengan benedict. Hasil positif untuk benedict ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata. Perlakukan ini dilakukan hingga menit kedua
puluh. Setelah itu, campuran pati dengan pereaksi benedict dipanaskan hingga
muncul perubahan warna atau timbul endapan. Ketika percobaan, endapan merah
yang muncul yakni pada menit ke-12, 14, 16, 18, dan 20, serta menit ke-2.
Timbulnya endapan merah ini membuktikan bahwa pati mengalami
hidrolisis selama pemanasan dengan adanya penambahan HCl pekat. Hal ini dapat
terjadi karena hidrolisis pati akan membentuk monosakaridanya yaitu glukosa,
dimana glukosa akan bereaksi dengan reagen benedict sehingga membentuk
endapan merah bata, adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
Adapun pati merupakan polisakarida dan bersifat bukan sebagai gula
pereduksi sehingga tidak mampu mereduksi ion tembaga(II) menjadi ion
tembaga(I) dari reagen benedict, akibatnya tidak dapat membentuk endapan
merah, Cu2O.
Sewaktu percobaan, setelah larutan pati yang telah ditambahkan HCl pekat
dan dipanaskan selama 2 menit, larutan tersebut langsung diambil dan diuji
dengan benedict. Seharusnya larutan dipanaskan hingga mendidih terlebih dahulu
lalu diuji dengan benedict karena dengan mendidihnya larutan maka pati telah
mengalami hidrolisis yang lebih sempurna untuk membentuk glukosa
dibandingkan tanpa pendidihan terlebih dahulu. Akibatnya ketika percobaan
didapatkan data bahwa pada pemanasan menit ke 4, 6 dan 8, setelah diuji dengan
benedict tidak timbul endapan merah. Hal ini mungkin dikarenakan hidrolisis pati
masih belum sempurna sehingga masih belum terbentuk glukosa, dan akibatnya
larutan tidak mampu mereduksi reagen benedict sehingga tidak muncul endapan
merah Cu2O. Sedangkan pada tabung yang pertama (pemanasan selama 2 menit),
muncul endapan merah, dimana seharusnya belum terbentuk endapan merah, hal
tersebut mungkin terjadi karena adanya kesalahan sewaktu praktikum ataupun
kekurang telitian dalam mengamati hasil percobaan.
Pada reaksi ini, semakin lama waktu pemanasan larutan pati, semakin
banyak endapan merah yang terbentuk ketika direaksikan dengan benedict. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama pemanasan maka semakin banyak pati yang
terhidrolisis menjadi monosakarida penyusun pati yaitu glukosa. Sehingga
semakin banyak endapan merah bata yang terbentuk karena jumlah gula pereduksi
yang direaksikan semakin banyak pula.
Ketika uji benedict, endapan merah yang dihasilkan semakin banyak ketika
pemanasan semakin lama, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pemanasan
maka semakin banyak tembaga yang tereduksi atau semakin banyak glukosa yang
teroksidasi sehingga semakin banyak pula endapan merah bata yang terbentuk.
5.3 Uji Iodin
Pada uji ini, larutan pati dibuat dengan perlakuan yang sama seperti dalam
uji benedict. Penambahan HCl berfungsi untuk menghidrolisis pati menjadi
glukosa dan pemanasan bertujuan agar proses reaksi hidrolisis berjalan dengan
cepat karena adanya bantuan suhu. Larutan pati dipanaskan hingga mendidih.
Pada menit ke-2 setelah mendidih, larutan pati diambil dan dilakukan uji iodin.
Dalam uji iodine, memberikan hasil yang positif apabila terbentuk larutan warna
ungu. Perlakukan ini dilakukan tiap-tiap 2 menit sampai pada menit kedua puluh.
Dari percobaan diperoleh data, bahwa larutan pati yang ditambahkan dengan
akuades dan iodin serta HCl dan iodin membentuk larutan berwarna ungu.
Sedangkan pada penambahan NaOH dan iodin larutan tidak menunjukkan
perubahan warna (bening). Terbentuknya larutan berwarna ungu pada
penambahan akuades dan HCl disebabkan karena pati dapat bereaksi dengan iodin
dalam suasana asam, dan tidak dapat bereaksi apabila dalam suasana basa
(NaOH).
Terbentuknya warna ungu ini disebabkan oleh terbentuknya kompleks
berwarna biru-hitam dengan iodin. Iodin membentuk kompleks polisakarida yang
besar dengan α-heliks amilosa menghasilkan warna biru-hitam, dimana I2
terperangkap atau terikat molekul spiral dari amilum. Terbentuknya warna ungu
ketika ditambahkan HCl, karena dalam suasana asam amilum dapat terhidrolisis
sehingga memudahkan untuk bereaksi dengan iodin membentuk kompleks
berwarna ungu pada amilopektin dan biru pada amilosa. Adapun reaksi uji positif
terhadap iodin:
(C6H10O5)n + H2O + I2 (C6H10O5)nI + H2
Berikut ini gambar amilum dengan iodin dan membentuk kompleks
berwarna :
Ketika percobaan, larutan berwarna ungu yang terbentuk dan tidak terlihat
adanya larutan yang berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan
pati kacang hijau terdapat amilopektin. Karena amilopektin dengan iodium akan
memberikan warna ungu sedangkan amilosa dengan iodium akan menghasilkan
warna biru. Tidak nampaknya amilosa dalam larutan pati tersebut mungkin
disebabkan karena kadar amilosa yang lebih sedikit dibandingkan amilopektin
(amilosa (20%) dan amilopektin (80%)) ataupun juga warna biru tertutup oleh
warna ungu yang dihasilkan oleh amilopektin dengan iodium.
Dari data percobaan terlihat bahwa semakin lama waktu pemanasan larutan
pati, warna ungu yang dihasilkan ketika uji iodin juga semakin berkurang. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama pemanasana maka pati semakin banyak
terhidrolisis membentuk glukosa sehingga semakin berkurang pula terbentuknya
kompleks antara amilum dengan iod yang berwarna ungu, akibatnya warna ungu
larutan akan semakin pudar, karena larutan iod tidak dapat bereaksi dengan
glukosa untuk membentuk kompleks yang berwarna ungu.
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa berdasarkan uji benedict dan uji iodin,
hidolisis pati memberikan hasil yang berbanding terbalik antara uji benedict dan
iodin. Dimana dalam uji benedict semakin lama waktu pemanasan larutan pati,
maka semakin banyak endapan merah yang terbentuk (menunjukkan hasil yang
semakin positif). Sebaliknya dalam uji iodin, semakin lama waktu pemanasan
larutan pati, maka larutan berwarna ungu yang dihasilkan semakin pudar atau
semakin menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini terjadi karena larutan pati
dengan semakin lama pemanasan maka akan semakin terhidrolisis menjadi
monosakaridanya yaitu glukosa oleh adanya asam klorida pekat, sehingga uji
benedict untuk menunjukkan positif ada glukosa akan semakin kuat, dan uji iodin
yang memberikan hasil positif dengan adanya amilum akan semakin berkurang.
VI. KESIMPULAN
1. Pati dari kacang hijau yang dihasilkan dari 300 g adalah 32,8284 atau sebesar
10,9428% yang terdiri dari amilosa sebesar 9,45 g dan amilopektin sebesar
23,37 gram.
2. Hidrolisis pati oleh asam akan menghasilkan monosakaridanya yaitu glukosa.
3. Identifikasi reaksi hidrolisis pati dengan membentuk monosakarida dapat
melalui uji benedict ataupun uji iodin.
4. Pada uji benedict, semakin lama waktu pemanasan larutan pati, maka semakin
banyak endapan merah yang terbentuk.
5. Pada uji iodin, semakin lama waktu pemanasan larutan pati, maka warna ungu
pada larutan semakin berkurang.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kacang Kedelai. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_hijau).
diakses tanggal 29 April 2011.
Anonim. 2009. Iodin Test. (http://www.wikipedia.com/iodin_test). Diakses
tanggal 30 April 2011.
Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi
Wahyuningsih. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Depdikbud,
Jakarta.
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga,
Jakarta.
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996.
Kimia Organik II. Depdikbud, Jakarta.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-
Press, Jakarta
Somantri, Ida Hanarida, Maharani Hasanah, Soenartono Adisoemarto, Machmud
Thohari, Agus Nurhadi dan Ida N. Orbani. 2008. Mengenal Plasma Nutfah
Tanaman Pangan.
(
http://biogen.litbang.deptan.go.id/berita_artikel/mengenal_plasmanutfah.php
). Diakses tanggal 29 April 2011.
Syahmani dan Sudarsih. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. FKIP UNLAM,
Banjarmasin.
LAMPIRAN GAMBAR
Menyaring pati Larutan Pati 1%
Proses Pemanasan Larutan Pati Pereaksi Benedict
Pereaksi Benedict + Larutan Pati Proses Pemanasan Uji Benedict
Hasil Uji Benedict Hasil Uji Iodin
LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Kadar pati kacang hijau
Kadar pati =
32,8284 gram 300 gram x 100%
= 10,9428 %
1. kadar amilosa pada kacang hijau
28,80 100
X 32 ,8284=9 , 45g
2.
71,2100
X 32 ,8284=23 , 37 g
B. Pertanyaan dan Jawaban Pertanyaan
1. Larutan amilosa tak berwarna. Larutan iodin berwarna coklat kemerahan.
Setelah Anda mencampurkan dua larutan tersebut, terbentuk warna biru
yang kuat. Perubahan apa dalam struktur molekul yang memberi pewarnaan
itu ?
Iodin membentuk kompleks polisakarida yang besar dengan α-heliks
amilosa menghasilkan warna biru-hitam, dimana I2 terperangkap atau terikat
molekul spiral dari amilum.
Berikut ini gambar amilum dengan iodin dan membentuk kompleks
berwarna :
2. Hidrolisis pati dihentikan saat tidak lama setelah uji iodin memberikan
warna biru. Apakah ini berarti bahwa larutan pati terhidrolisis semua
menjadi glukosa? Jelaskan.
Hidrolisis pati dihentikan saat tidak lama setelah uji iodin
memberikan warna biru maka larutan pati tidak terhidrolisis semua menjadi
glukosa. Sehingga yang terjadi hidrolisis parsial amilosa manghasilkan
maltosa sebagai satu-satunya disakarida sedangkan untuk amilopektin
menghasilkan suatu campuran disakarida maltosa dan isomaltosa. Amilosa
mengandung 250 satuan glukosa atau lebih per molekul. Amilopektin
mengandung 1000 satuan glukosa atau lebih per molekul.
Berdasarkan data percobaan terlihat bahwa semakin lama waktu
pemanasan larutan pati, warna biru atau ungu yang dihasilkan ketika uji
iodin juga semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
pemanasan maka pati semakin banyak terhidrolisis membentuk glukosa
sehingga semakin berkurang pula terbentuknya kompleks antara amilum
dengan iod yang berwarna biru atau ungu, akibatnya warna biru atau ungu
pada larutan akan semakin pudar, karena larutan iod tidak dapat bereaksi
dengan glukosa untuk membentuk kompleks yang berwarna ungu. Jadi,
hidrolisis pati dihentikan saat warna larutan memudar/menjadi bening tidak
saat larutan tersebut berwarna biru.
FLOWCHART
PERCOBAAN VHIDROLISA PATI
NB : Sampel yang digunakan adalah pati jagung kuning, pati jagung putih, pati wortel, pati singkong, pati ubi jalar putih, pati ubi jalar kuning, dan pati kentang.
Membandingkan
Positif / Negatif
Meletakkan tabung ke dalam air mendidih
Mendinginkan Mengamai derajat
reduksi yang terjadi
Larutan II
Melakukan uji tersebui sebanyak 10 kali
3 tetes larutan I + 5 ml Pereaksi benedict
Positif / Negatif
Melakukan uji iodin pada plat tetes (sebanyak sepuluh kali)
1 tetes larutan I
Mengambil dalam selang waktu 2 menit
Larutan I
Mendidihkan
Melarutkan
25 Larutan Pati 1 % + 10 tetes HCl Pekat
1 gram pati + 100 ml aquades