eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5215/1/skkripsi.docx · web viewdi samping tempat parkir...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap pulau mempunyai perbedaan
berdasarkan kondisi fisiknya, hal demikian menyebabkan Indonesia sangat
berpotensi dalam mengembangkan objek wisata di berbagai provinsi untuk
menarik minat wisatawan berkunjung ke Indonesia.
Di Indonesia sendiri, kata “Pariwisata” jadi popular setelah digelarnya
Musyawarah Nasional Tourisme II di Tretes, 12 -14 Juni 1958. Sebelumya, istilah
yang digunakan untuk “pariwisata” adalah “tourisme” yang berasal dari bahasa
Belanda. Sebagai pengganti istilah “tourisme” digunakan “dharmawisata” untuk
perjalanan antarnegara (manca negara). Adapun yang berjasa memperkenalkan
dan mempopulerkan istilah pariwisata ialah Jenderal G.P.H Djatikusumo yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi dan
Pariwisata.
Pariwisata merupakan kegiatan yang mampu mewujudkan,
mempertahankan, menumbuhkembangkan dan menghargai kebinekaan yang ada
di Nusantara, sektor ini juga mampu menjadi pendobrak di tengah masa sulit
untuk mampu menciptakan pergerakan ekonomi masyarakat.1
1Ir. Jero Wacik, S.E,. Informasi Pariwisata Nusantara. (Jakarata: Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 2006), hlm 3
1
2
Schulard dalam Yoeti, seorang ahli berkebangsaan Austria (1910),
mendefenisikan bahwa:
pariwisata sebagai sejumlah kegiatan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan maksudnya, yakni adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, suatu daerah atau suatu Negara.2
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990
tentang kepariwisataan. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
serta usaha-usaha terkait di bidang tersebut.3
Objek wisata dapat dibagi menjadi tiga yaitu wisata alam seperti Pantai,
Pegunungan dan Gua. Objek wisata rekreasi seperti kolam renang dan objek
wisata budaya seperti bangunan-bangunan yang bersejarah. Misalnya Candi,
bangunan tua, museum dan lain-lain.4 Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah
satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata, salah satu potensi
pariwisata tersebut terdapat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).
Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah tiga dimensi yang terdiri dari
daratan berupa pegunungan, darat dan perairan sehingga potensi pariwisata di
daerah Pangkajene dan Kepulauan cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Salah
satu daerah di Pangkajene dan Kepulauan yang telah dikembangkan potensi
2 Nadjamuddin Ramly, Pariwisata Berwawasan Lingkungan. (Jakarta: Grafindo 2007), hlm 48
3 Ibid. hlm 494 Iwan Setiawa, dkk. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial. (Jakarta: Kemendikbud RI 2013), hlm
171
3
pariwisatanya ialah permandian alam Mattampa yang terletak di Kelurahan
Samalewa, Kecamatan Bungoro sekitar 3 Km dari kota Pangkajene.5
Pembangunan Proyek Objek Pariwisata Mattampa dimulai pada tahun 2000,
anggaran yang digunakan dalam pembangunan proyek tersebut berasal dari
APBD Pangkajene dan Kepulauan sekitar Rp.5 milyar yang dilakukan secara
bertahap. Obyek Pariwisata Mattampa diresmikan oleh Gubernur Sulawesi
Selatan HM. Amin Syam pada tahun 2004 di bawah pengelolaan Pemerintah
Daerah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan selama kurang lebih dua
tahun lamanya.
Selama kurang lebih dua tahun Objek Pariwisata Mattampa dikelolah oleh
pemerintah daerah, Objek Pariwisata Mattampa mengalami devisit sehingga
pemerintah daerah berinisiatif untuk mencari investor untuk mengelolah Objek
Pariwisata Mattampa. Akhirnya pada tahun 2007 Objek Pariwisata Mattampa
resmi dikelolah oleh investor dalam negeri yaitu CV. Abadi Mega Group
Daya tarik utama sehingga peneliti meneliti tentang Objek Pariwisata
Mattampa sebagai sasaran kawasan karena Objek Pariwisata Mattampa
merupakan objek wisata yang meniru konsep Ancol Jakarta yang merupakan
pertama kali di Sulawesi Selatan. Seyogyanya mampu menjadi objek wisata yang
berkembang karena selain menyuguhkan wisata rekreasi juga menyuguhkan
wisata alam berupa gua bersejarah yaitu gua Karts.
Gua alam Karts di dalamnya terdapat peninggalan purbakala berupa gambar
telapak tangan, babi, rusa, perahu yang diperkirakan berusia 5000 tahun.6 Namun
5 Wacik Op.Cit, hlm 511.6 Wacik Op.Cit, hlm 511.
4
Objek Pariwisata Mattampa hampir tidak beroperasi dibawah pengelolaan
pemerintah daerah. Akhirnya pada tahun 2007 oleh Bupati Ir. Syafrudin Nur M.Si
menyerahkan Objek Pariwisata Mattampa untuk dikelolah oleh investor dalam
negeri yaitu CV. Abadi Megah Group yang juga pernah mengelola wisata yang
sama di Rengat (Dumai) dan Probolinggo. Dalam hal ini peneliti akan menelusuri
tentang bagaimana perkembangan Objek Pariwisata Mattampa mulai dari tahun
2004-2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan-
permasalahan pokok yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang keberadaan Objek Pariwisata Mattampa?
2. Bagaimana perkembangan Objek Pariwisata Mattampa (2004-2013)?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari adanya Objek Pariwisata Mattampa baik
bagi masyarakat sekitar maupun Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep)?
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam sebuah penulisan utamanya dalam penulisan sejarah dibutuhkan
suatu pembatasan agar pembahasan dapat dilakukan secara terfokus. Untuk itu
pembahasan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Batasan tematik atau batasan tema, batasan ini membatasi suatu pengkajian
atau penelitian terkait tentang tema yang dikaji oleh peneliti. Dalam hal ini,
penulis mengkaji tentang “Objek Pariwisata Mattampa” (2004-2013)
5
2. Batasan spasial atau batasan tempat, batasan ini membatasi suatu pengkajian
atau penelitian berdasarkan suatu tempat dalam suatu peristiwa. Dalam hal
ini, obyek peneliian ini berlokasi pada kawasan Objek Pariwisata Mattampa
yang terletak di Kabupaten Pangkep.
3. Batasan temporal atau batasan waktu, batasan ini membatasi suatu pengkajian
atau penelitian berdasarkan kurun waktu dalam sebuah peristiwa. Dalam hal
ini, batasan waktu yang dikaji penulis dari tahun 2004-2013. Pengkajian pada
tahun 2004 karena pada tahun itu objek pariwisata Mattampa diresmikan.
Adapun akhir pengkajian sampai tahun 2013 karena data Objek Pariwisata
Mattampa untuk tahun 2014 belum diketahui.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang keberadaan Objek Pariwisata Mattampa
(2004-2013). di Kab. Pangkajene dan Kepulauan.
2. Untuk mengetahui perkembangan Objek Pariwisata Mattampa (2004-2013) di
Kab. Pangkajene dan Kepulauan.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya Objek Pariwisata
Mattampa baik bagi masyarakat sekitarnya maupun bagi Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan secara keseluruhan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang mengkaji tentang “Objek Pariwisata
Mattampa yaitu sebagai berikut:
6
1. Sebagai salah satu sumber yang dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang
mampu menambah pengetahuan terkait tentang Kepariwisataan.
2. Memperkaya khasanah kepustakaan daerah pariwisata yang ada di daerah
Sulawesi Selatan pada umumnya dan kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
pada khususnya.
3. Dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin
mengkaji tentang kepariwisataan.
F. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Setelah peneliti membaca sumber-sumber berupa buku dan sikripsi tentang
kepariwisataan, ada beberapa buku yang peneliti jadikan sebagai sumber rujukan.
Namun dalam buku tersebut tidak memaparkan bagaimana kedaan Objek
Pariwisata Mattampa di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan serta di bawah pengelolaan investor dalam
negeri yaitu CV. Abadi Mega Group secara sempurna. Sebut saja buku karangan
Asdar Muis RMS yang berjudul Ir. Syafruddin Nur Tulus Membangun Pangkep”.
Dalam buku tersebut, ia hanya menjelaskan sedikit tentang Mattampa seperti
lokasi, wahana wisata yang terdapat di Mattampa bahwa Mattampa terletak di
Kecamatan Bungoro, dua kilometer lebih dari ibu Kota Pangkajene dan
Kepulauan. Objek Pariwisata Mattampa melengkapi arena permainan yang
dimilikinya dengan permandian alam layaknya waterboom.7 Begitupula dengan
buku karangan Ir. Jero Wacik, S.E, yang berjudul Informasi Pariwisata Nusantara
hanya menyebutkan wahana wisata Mattampa seperti kolam olimpyc, waterboom,
7 Muis Op.Cit hlm 59- 60
7
kolam baby, permaianan anak dan gua karts namun tidak menjelaskan secara
detail seperti waterboom dan wahana permainan anak.8.
G. Metode Penelitian
Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang obyek kajiannya berupa
perkembangan dari sebuah objek pariwisata, maka metode dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian sejarah yang memiliki empat tahap yaitu
heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. “Metode sejarah merupakan cara
atau teknik dalam merekontruksi peristiwa masa lampau, melalui empat tahapan
kerja, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik sumber (eksternal/bahan dan
internal/isi), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan kisah
sejarah).”9
1. Lokasi Penelitian
Secara geografis, Mattampa terletak di Kelurahan Samalewa kecamatan
Bungoro sekitar 3 Km dari Pangkajene Ibu Kota Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan yang berada pada jalan poros Makassar-Pare-pare. Kawasan wisata
Mattampa memiliki area seluas 12 ha.10 Namun yang dimanfaatkan baru sekitar
3,5 ha.
2. Jenis Penelitian8 Wacik Op.cit, hlm 510.9 M.Saleh Madjid dan Abd. Rahman Hamid, Pengantar Ilmu Sejarah (Makassar: Rayhan
Intermedia, 2008) hlm 48-4910 Muis Op.cit hlm 60
8
Penelitian tentang “Objek Pariwisata Mattampa (2004-2013)” ini termasuk
jenis penelitian sejarah kepariwisataan. Adapun prosedur penelitian dari sejarah
kepariwisataan adalah sebagai berikut:
a. Heuristik
Heuristik adalah tahapan awal dalam penelitian sejarah. “Heuristik berasal
dari kata Yunani yaitu Heuriskein artinya sama dengan to find yang berarti tidak
hanya menemukan tetapi mencari dahulu11.” Dalam hal ini peneliti terlebih
dahulu mendatangi kawasan objek pariwisata Mattampa dan melakukan
wawancara dengan Joko Pradityo selaku manejer Objek Pariwisata Mattampa,
Puang Dengkeng selaku tokoh masyarakat, Syarifuddin selaku masyarakat
setempat. Rahman selaku karyawan Objek Pariwisata Mattampa. Suryani, Ramla
dan Marsuki yang berdagang di Objek Pariwisata Mattampa. Wahyu, Mella dan
Muhammad Reski selaku pengunjung Objek Pariwisata Mattampa.
Setelah melakukan wawancara dengan menejer Mattampa, peneliti juga
melakukan wawancara dengan beberapa orang staf Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Staf yang diwawancarai ialah
Novi Ismawan, Abdul Jabbar, dan Maslia. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengumpulkan sumber adalah sebagai berikut:
1) Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan ini dilakukan dengan jalan mendatangi langsung lokasi
atau daerah yang menjadi obyek penelitian. Lokasi yang dijadikan sebagai obyek
penelitian ialah kawasan objek pariwisata Mattampa. Hal ini dilakukan guna
11 Nugroho Notosusanto, Norma-norma dasar penelitian dan Penulisan Sejarah (Jakarta: Dephankam, 1971) hlm 18
9
mendapatkan dan mengumpulkan data yang lebih akurat yang digunakan sebagai
bahan atau sumber dalam penulisan sejarah. Tahapan dalam pengumpulan sumber
pada kegiatan lapangan ini dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
(a) Observasi
Metode observasi yang dimaksud di sini adalah penulis menggunakan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini peneliti mengamati
tentang apa saja yang ada di Objek Pariwisata Mattampa sebagai salah satu wujud
dari perkembangan Objek Pariwisata Mattampa.
(b) Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan
mengadakan tanya jawab kepada orang-orang yang dianggap mengetahui
peristiwa yang akan dikaji. Wawancara dilakukan terhadap orang-orang yang
terlibat dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Dalam melakukan wawancara ini, penulis dihadapkan pada berbagai jenis
golongan. Olehnya itu, pelaksanaan wawancara dibagi dalam dua cara untuk
mendapatkan informasi. Pertama, menggunakan informan kunci atau orang yang
mengetahui perkembangan Objek Pariwisata Mattampa , seperti wawancara
dengan menejer CV. Abadi Mega Group, karyawan CV. Abadi Mega Group,
pedagang yang berdagang di sekitar Objek Pariwisata Mattampa, pengunjung
yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa dan staf Dinas Pariwisaata dan
Kebudayaan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Dalam melakukan wawancara dengan manejer CV. Abadi Mega Gruop dan
staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, peneliti menggunakan alat perekam
10
berupa kamera dan buku catatan. Kedua, menggunakan informan pangkal yaitu
orang yang mampu memberikan informasi maupun data tambahan tentang apa
yang telah diberikan oleh informan kunci. Misalnya tokoh masyarakat atau
masyarakat umum.
2) Penelitian Pustaka
Pada tahap ini, penulis mengumpulkan sumber-sumber pustaka berupa
buku-buku seperti buku Informasi Pariwisata Nusantara, Pariwisata Berwawasan
Lingkungan, Syafruddin Nur Tulus Membangun Pangkep, Sejarah Kekaraengan
di Pangkep, Karyaku Untuk Rakyat, Sejarah Kelahiran Pangkep, Ilmu sejarah dan
Histografi, Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Pengantar
Ilmu Sejarah, Pengantar Teori Ekonomi, Buku Ilmu Pengetahuan Sosial,
Metodologi Sejarah dan buku tentang Norma-Norma dasar penelitian dan
Penulisan Dalam Metodologi Sejarah serta arsip-arsip tentang Objek Pariwisata
Mattampa mulai tahun 2004-2013.
Arsip yang dimaksud berupa data pengunjung yang berkunjung ke Objek
Pariwisata Mattampa, sarana dan prasarana Objek Pariwisata Mattampa, data
peningkatan jumlah penduduk serta data penggunaan air bersih penduduk
Pangkep dan data Momerandum Of Undersanding (MOU). Data-data tersebut
dapat diperoleh di Kantor Bupati Pangkajene dan Kepulauan, Perpustakaan
Daerah Kabupaten Pangkep, Badan Pusat Statistik Kab. Pangkep, Multimedia
Makassar dan di Kantor Mattampa. Dengan demikian nantinya dapat digambarkan
dengan jelas mengenai perkembangan Objek Pariwisaata Mattampa dari tahun
2004-2013.
11
b. Kritik sumber
Tahap ini merupakan tahap kedua yang harus dilalui setelah heuristik. Pada
tahapan ini, semua sumber yang telah dikumpulkan harus melalui tahap
penyeleksian. Kegiatan ini untuk menguji sumber melalui kritik eksternal dan
kritik internal. “Setiap sumber mempunyai aspek ekstern dan aspek intern. Aspek
eksternnya bersangkutan dengan persoalan apakah sumber itu memang sumber,
artinya sumber sejati yang kita butuhkan. Aspek internnya bertalian dengan
persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan.
Karena itu penulisan sumber-sumber sejarah mempunyai dua segi eksternnya dan
internnya.”12
Untuk lebih jelas mengetahui tentang metode kritik sumber, maka akan
dijelaskan sebagai berikut:
a) Kritik Ekstern
Kritik ekstern atau kritik luar dilakukan untuk meneliti keaslian sumber,
apakah sumber tersebut valid, asli dan bukan tiruan, sumber tersebut utuh dalam
arti belum berubah baik bentuk maupun isinya. “Kritik ekstern meneliti apakah
dokumen tersebut autentik, yaitu kenyataan identitasnya, jadi bukan tiruan,
turunan atau palsu. Kesemuanya dilakukan dengan meneliti bahan yang dipakai,
jenis tulisan, gaya bahasa dan lain-lain sebagainya.”13
Selain mengkritik sumber sejarah berupa dokumen dan catatan pribadi,
maka yang perlu dikritik dalam kritik eksteren adalah sifat dan posisi orang yang
di wawancarai. Dalam mewawancarai pegawai Objek Pariwisata Mattampa dan
12 Notosusanto. Op.Cit hlm 2013Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992) hlm 16
12
staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, pegawai Objek Pariwisata Mattampa
beranggapan bahwa perhatian pihak pemerintah terhadap Objek Pariwisata
Mattampa sangat kurang begitupula dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
Dalam, kritik eksteren itu sendiri harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa :
(1) Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini (authenticity). (2) Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan (uncorupted), tanpa ada suatu tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang subtansial (integrity).14
Kritik eksternal dalam konteks ini yakni mengkritisi aspek eksternal dari
informan atau pelaku sejarah. Mereka yang diwawancarai adalah merasakan atau
pada saat peristiwa terjadi minimal telah berusia 15 tahun, sehingga dapat
mengerti dan memahami zaman ketika itu.
b) Kritik Intern
Kritik intern atau kritik dalam dilakukan untuk meneliti sumber yang
berkaitan dengan masalah penelitian dan penulisan skripsi ini. Menurut Gottschalk
bahwa:
“Setelah menetapkan sebuah teks autentik dan menemukan sungguh-sungguh yang hendak dikatakan pengarang, maka sejarawan baru menetapkan apa yang menjadi kesaksian saksi. Ia masih harus menetapkan apakah kesaksian itu kredibel dan jika memang demikian, sejauh mana itu merupakan masalah bagi kritik intern.”15
Pada kritik internal ini, dalam wawancara lebih menekankan pada isi atau
hasil wawancara, apakah hasil tersebut dapat diandalkan atau tidak. Oleh karena
itu dapat dihasilkan suatu kesaksian sejarah yang objektif yang kemudian dapat
dimasukkan dalam data penulisan sejarah. “Untuk memperoleh akurasi data yang
diperoleh, maka aspek yang diperhatikan adalah siapa, kapan, dimana, dan
bagaimana peran yang dimainkan oleh pengkisah atau tingkat keterlibatannya
14 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007) hlm 134.15 Notosusanto Op.cit hlm 94
13
dalam peristiwa itu.”16 Dengan demikian pada tahapan kritik internal sangat
dibutuhkan untuk menghasilkan data sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil dari kritik sejarah tersebut, baik internal maupun eksternal diharapkan
dapat menghasilkan data yang akurat, yang kemudian disebut fakta sejarah.
Setelah mendapatkan data yang akurat, melalui tahapan kritik eksternal dan kritik
internal, maka selanjutnya diadakan interpretasi terhadap fakta sejarah tersebut.
c. Interpertasi
Setelah kritik sumber selesai, diadakanlah interpretasi atau penafsiran
terhadap fakta sejarah yang diperoleh dalam bentuk penjelasan terhadap fakta
tersebut sesubyektif mungkin. “Fakta-fakta itu merupakan lambang atau wakil
dari pada sesuatu yang pernah nyata ada, tetapi fakta ini tidak memiliki kenyataan
obyektif sendiri. Dengan kata lain fakta-fakta itu hanya terdapat dalam pikiran
pengamat atau sejarawan. Karenanya disebut subyektif, yakni tidak memihak
sumber, bebas dari seseorang, sesuatu pertama kali ia harus mempunyai eksistensi
yang merdeka.”17
Dengan demikian diperlukan kehati-hatian penulis untuk menghindari
interpretasi yang sifatnya subjektif terhadap fakta. Hal ini dimaksudkan untuk
memberi arti terhadap aspek yang diteliti, mengaitkan antara fakta yang satu
dengan fakta yang lainnya, agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah
yang ilmiah.
d. Historiografi
16 M. Saleh Madjid dan Abd.Rahman Hamid, Op.Cit, hlm 5417Ibid. hlm 24
14
Tahapan ini merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian prosedur kerja
dari metode historis. “Penulisan sejarah merupakan puncak dari segalanya, sebab
apa yang dituliskan oleh sejarawan itulah sejarah yang histoire recite sejarah
sebagaimana yang dikisahkan yang mencoba mengungkap dan memahami
histoire realite, sejarah sebagaimana yang terjadi dan hasil penulisan inilah yang
disebut dengan historiografi.”18
Hasil penulisan tersebut merupakan hasil dari penemuan sumber-sumber
yang diseleksi melalui kritik baik ekstern maupun intern, kemudian
diinterpretasikan lalu disintesa yang selanjutnya disajikan secara deskriptif dalam
bentuk tulisan.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PARIWISATA MATTAMPA
A. Latar Belakang Objek Pariwisata Mattampa
18 Taufik Abdullah, Ilmu Sejarah dan Historiografi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1985) hlm 12
15
Objek Pariwisata Mattampa merupakan taman hiburan yang terletak di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selain terkenal sebagai pemasok ikan
bandeng terbesar di Sulawesi Selatan juga menjadi daerah yang cukup
menjanjikan untuk dijadikan sebagai daerah yang berpotensi sebagai tujuan
wisata.
Dibalik kemodernan Objek Pariwisata Mattampa, ternyata Objek Pariwisata
Mattampa merupakan salah satu daerah di Pangkajene dan Kepulauan yang
menjadi saksi bisu atas penjajahan bangsa Belanda terhadap bangsa Indonesia. Di
dalam kawasan Objek Pariwisata Mattampa terdapat kolam tua bekas
peninggalan Belanda yang kemudian oleh pemerintah daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan melakukan pembenahan terhadap lokasi tersebut
untuk dijadikan sebagai objek pariwisata yang modern namun menyatu dengan
alam sehingga memberi panorama dan nuansa tersendiri bagi para pengunjung
yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa.
Awalnya Objek Pariwisata Mattampa hanya berupa rawa-rawa yang
berlumpur dan ditumbuhi oleh pepohonan rumbia di pinggir pegunungan bukit
kapur Mattampa dan beberapa pohon kayu Belanda. Rawa-rawa tersebut selalu
digenangi air yang terbentuk akibat adanya tiga mata air yang terpancar dari
pinggir pegunungan bukit kapur Mattampa sehingga kampung tersebut diberi
nama Balannge19.
19 Balannge adalah suatu tempat yang selalu tergenang air.
15
16
Kampung Balannge merupakan lokasi didirikannya Objek Pariwisata
Mattampa hingga dewasa ini masyarakat sekitar lebih akrab menyebut Kampung
Balannge sebagai Mattampa padahal Kampung Mattampa sebenarnya berada di
sebelah Utara Kampung Balannge.
Keakraban penamaan Kampung Balannge disebut sebagai Kampung
Mattampa tidak terlepas dari jumlah penduduk Mattampa yang lebih dahulu
ramai dibandingkan dengan Kampung Balannge sehingga masyarakat Pangkejene
dan Kepulauan lebih mengenal Mattampa dari pada Balannge. Apabila ditinjau
dari segi historisnya, keramaian penduduk di Kampung Mattampa tidak terlepas
dari Kerajaan Lombasang. Mattampa merupakan kampung yang terletak paling
ujung dari Kecamatan Bungoro berbatasan dengan Kampung Lembang.
Kampung Lembang merupakan salah satu kampung bekas Ibu Kota
kerajaan Lombasang pada abad ke XVI sebelum raja Lombasang yang bergelar
Sombayya20 memindahkan Ibu Kota Kerajaan Lombasang ke Kamponga.
Pemindahan Ibu Kota Kerajaan Lombasang ke Kamponga disebabkan karena
sungai Soreang yang merupakan pelabuhan Kerajaan Lombasang telah
mengalami pendangkalan.
Di dalam kawasan Objek Pariwisata Mattampa terdapat bangunan kolam
yang terletak di depan mulut gua karts. Bangunan kolam tersebut merupakan
bekas bangunan Belanda sebelum Jepang masuk dan berkuasa di Indonesia. Pada
tahun 1906 Sulawesi Selatan secara keseluruhan telah berada langsung di bawah
kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.20 Sombayya artinya yang disembah
17
Pada tahun 1916, Belanda membentuk lima distrik21 di Pangkep, yakni
Segeri, Ma’rang, Labakkang, Pangkajene, dan Balocci. Distrik ini kemudian
dirubah menjadi kekaraengang22 pada tahun 1917. Pada tahun 1918 Belanda
membenuk lagi dua kekaraengang yaitu kekaraengan Bungoro dan Mandalle.23
Bangunan kolam oleh Belanda diperkirakan di bangun sekitar tahun 1918. Dalam
pembangunan kolam tersebut dilakukan dalam kondisi yang berlumpur sehingga
dalam proses pengerjaannya, para pekerja memberinya ijuk sebagai tempat untuk
kaki berpijat agar supaya kaki tidak tenggelam ke dalam lumpur.
Langkah pertama yang dilakukan bangsa Belanda dalam menata Kampung
Balannge yaitu melakukan penebangan pohon rumbia di kaki pegunungan bukit
kapur Mattampa dan pohon kayu Belanda yang ada di sekitar lokasi oleh
masyarakat sekitar dengan pengawasan seorang mandor kepercayaan bangsa
Belanda.
Adapun maksud dan tujuan Belanda membangun kolam tersebut yaitu untuk
menampung air yang selalu terpancar dari pinggir pegunungan bukit kapur
Mattampa yang kemudian digunakan sebagai sumber irigasi bagi sawah-sawah
masyarakat dan untuk kebutuhan air minum dan keperluan sehari-hari oleh
masyarakat Pangkajene dan Kepulauan pada umumnya dan masyarakat Bungoro
pada khususnya.
21 Distrik adalah pembagian wilayah administratif Provinsi22 Kekaraengan adalah Orang yang dipertuankan di dalam suatu daerah tertentu.23 As. Kambie, Pangkep Tempo Doloe. (Makassar: Pustaka Refleksi, 2008)
hlm 19
18
Sebelum pemerintah daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
menjadikan Balannge sebagi Objek Pariwisata Mattampa, masyarakat sekitar
terlebih dahulu telah menjadikannya sebagai tempat rekreasi. Masyarakat sekitar
bebas melakukan aktivitas di kolam bekas bangunan bangsa Belanda seperti
mandi-mandi, mengambil air minum dan mencuci pakaian. Namun setelah
pembangunan Objek Pariwisata Mattampa oleh pemerintah, maka masyarakat
sudah tidak bebas lagi untuk mandi-mandi, mengambil air minum dan mencuci.
Memasuki tahun 1978 sumber mata air yang terpancar dari kaki
pegunungan bukit kapur Mattampa menarik perhatian pihak PDAM Pangkajene
dan Kepulauan sehingga pada tahun itu juga PDAM Pangkajene dan Kepulauan
menyedot sumber mata air yang bisa menghasilkan sebanyak 24 (dua puluh
empat) liter perdetik. Namun dewasa ini PDAM Pangkejene dan Kepulauan
hanya mampu menghasilkan 5 (lima) liter perdetik.
Krisis air dewasa ini disebabkan karena semakin bertambahnya jumlah
penduduk Pangkajene dan Kepulauan sehingga pasokan air menjadi meningkat.
Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tidak hanya
berpengaruh pada kurangnya pasokan air minum tetapi juga berpengaruh
terhadap irigasi dari persawahan para petani sehingga di dalam kawasan Objek
Pariwisata Mattampa tampak saluran irigasi sebagai saksi bisu sejarah yang telah
mengering.
Untuk lebih jelasnya berikut akan disajikan peningkatan jumlah penduduk
Pangkajene dan Kepulauan yang berpengaruh terhadap kebutuhan air.
19
Tabel 2.1. Peningkatan Jumlah Penduduk Pangkajene dan Kepulauan yang Berpengaruh Terhadap Kebutuhan Air.
No. Tahun Jumlah Penduduk Kebutuhan Air1 2004 285.172 791.9802 2005 289.347 813.8033 2006 291.016 893.9744 2007 291.513 892.6745 2008 295.263 944.2716 2009 298.871 946.6007 2010 306.717 1.008.8818 2011 310.288 1.066.4019 2012 313.722 1.132.75310 2013 317.110 1.144.765
Sumber : Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Desember 2014
Apabila melihat tabel diatas maka tampak bahwa penggunaan air oleh
penduduk Pangkajene dan Kepulauan setiap tahunnya mengalami peningkatan
kecuali pada tahun 2007 terjadi penurunan pemakaian air, hal demikian
disebabkan oleh faktor cuaca. Pada tahun 2007 terjadi curah hujan dengan
intensitas yang tinggi.
Sekitar tahun 1998 Balannge yang sering dijadikan oleh masyarakat
setempat sebagai tempat rekreasi menarik perhatian Pemerintah Daerah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan tertarik untuk menjadikannya sebagai salah satu objek
pariwisata dengan konsep yang modern namum menyatu dengan alam.
Adapun yang menjadi daya tarik sehingga Pemerintah Daerah Pangkajene
dan Kepulauan menjadikan Balannge sebagai Objek Pariwisata Mattampa yaitu
karena sejak dahulu Balannge telah dijadikan oleh masyarakat Pangkajene dan
Kepulauan sebagai tempat rekreasi yang sejak dahulu telah ramai dikunjungi oleh
20
masyarakat untuk mandi-mandi. Selain itu letak lokasinya yang strategis berada di
pinggir jalan poros Makassar- Pare-pare sehingga mudah dijangkau oleh para
wisatawan serta fasilitas yang ada didalamnya hanya membutuhkan pembanahan
dan perenovasian serta penambahan wahana objek pariwisata. Berangkat dari itu
semua kemudian Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
berinisiatif untuk menjadikannnya sebagai objek pariwisata.
Atas kesepakatan bersama antara masyarakat sekitar dan para pemilik lahan
dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan maka
dibangunlah Objek Pariwisata Mattampa di Balannge dengan luas area kurang
lebih 12 ha. Namun lokasi yang dimanfaatkan sekarang baru sekitar 3,5 ha.
Memasuki tahun 2000 mulailah dibangun proyek Objek Pariwisata
Mattampa. Memasuki tahun 2001 pemerintah daerah Pangkejene dan Kepulauan
telah melakukan pembenahan seperti pengadaan berbagai sarana dan parasarana
sebagai penunjang Objek Pariwisata Mattampa, diantaranya pembangunan kolam
olimpyc, pembangunan kolam waterboom, pembangunan kolam baby dan lain-
lain. Setelah memasuki tahun 2004, Objek Pariwisata Mattampa resmi diresmikan
oleh gubernur Sulawesi Selatan H.M. Amin Syam.
B. Kawasan Objek Pariwisata Mattampa
Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah tiga dimensi yang terdiri dari
daratan berupa pegunungan, darat dan perairan sehingga potensi pariwisata di
daerah Pangkajene dan Kepulauan cukup menjanjikan untuk dikembangkan.
21
Salah satu daerah di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang telah
dikembangkan potensi pariwisatanya ialah permandian alam Mattampa yang
sekarang telah dijadikan sebagai objek pariwisata dengan konsep modern.
Lokasi Objek Pariwisata Mattampa terletak di jalan poros Makassar-Pare-
pare Kampung Balannge, Kelurahan Samalewa, Kecamatan Bungoro sekitar 3
Km dari kota Pangkajene.24 Objek Pariwisata Mattampa berbatasan dengan
Kampung Mattampa di sebelah Utara, Kampung Lejang di sebelah Selatan,
Kampung Malewa di sebelah Timur dan Kampung Campeang di sebelah Barat.
Luas lokasi Objek Pariwisata Mattampa 12 ha namun kawasan objek
pariwisata yang dimanfaatkan sampai sekarang baru sekitar 3,5 ha. Kawasan
pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.25
Pembangunan Proyek Objek Pariwisata Mattampa dimulai pada tahun 2000,
anggaran yang digunakan dalam pembangunan proyek tersebut berasal dari
APBD Pangkajene dan Kepulauan yang menghabiskan dana sekitar Rp.5 milyar,
pembangunannya dimulai dari tahun 2000 sampai pada tahun 2006. Dalam proses
pembangunan Objek Pariwisata Mattampa, penimbunan lokasi, pondasi lokasi,
dan bangunan Objek Pariwisata Mattampa menghabiskan dana sekitar Rp. 2
milyar. Pembangunan kolam beserta penunjangnya menghabiskan dana sekitar
Rp. 3 milyar.
24 Wacik Op.Cit, hlm 511.25Ibid. hlm 49
22
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan proses pembangunan dan
pengadaan sarana dan prasarana penunjang Objek Pariwisata Mattampa:
Tabel 2.2. Pembangunan serta Pengadaan Sarana dan Prasarana Objek Pariwisata Mattampa
No.
Pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana
Jumlah Tahun
1
2.
3
TANAH1. Pondasi pagar Kawasan Mattampa 3,5
ha.2. Penimbunan Kawasan Mattampa 3,5 ha.3. Pemasangan talud dan Drainase Tersier4. Pemasangan Paving blok & floor pelataran
depan gua 5. Penataan pelataran depan kolam Baby6. Pembuatan kecapan & pemasangan floor
area kolam7. Talud penahan tanah8. Pagar kawasan dan dreinase
BANGUNAN DAN GEDUNG1. Kolam renang Olimpyc2. Kolam Baby3. Penyempurnaan kolam,Tribun, loncat indah
& pintu gerbang4. Tribune berlantai II5. Lanjutan pemb. Tribune berlantai I & II6. Pintu gerbang 7. Restaurant8. Pagar kawasan9. Penyempurnaan loncat indah & kolam
renang, pemb. Tempat parkir, shower/ganti pakaian, loket, pekarangan lanscape/ taman bermain+plat duiker+ WC. Umum + WC turis
10. Pemb. Gazebo dan los jualan dalam kawasan kolam
11. Pemangunan Mushollah12. Pemb. Pos petugas karcis, Relling
pintu masuk kolam renang13. Gazebo-gazebo dekat kawasan
permainan anak
PERALATAN DAN MESIN
1 Paket1 Paket1 Paket1 Paket
1 Paket1 Paket
1 Paket1 Paket
1 Unit1 Unit1 Paket
1 Unit1 Paket1 Unit1 Unit1 Paket1 Paket
1 Paket
1 Unit1 Paket
1 Paket
1 Paket
20002000 s/d 20042003 2003
20032003
20042004
2001 & 20022001 & 20022002
200220032002 & 2003200420042004
2004
20032004
2004
2002
23
1. Instalasi air luar, Mesin sirkulasi & instalasi listrik, power house
2. Pemasngan mesin sirkulasi3. Lampu jalan, lampu kolam anti air4. Mesin genset 40 Kva, mesin submerssibel
pomp roll5. vacum pomp6. Pipa kolam renang 7. Penyambung listrik dan instalasi air taman
1 Paket1 Paket1 Paket
1 Unit1 Paket1 Paket
200220032003
200320032003
Sumber : Kantor Bupati Kab. Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), September 2014
Pembangunan proyek Objek Pariwisata Mattampa dimulai dari tahun
2000. Langkah awal yang dilakukan ialah pondasi pagar kawasan Objek
Pariwisata Mattampa dan penimbunan kawasan Objek Pariwisata Mattmpa.
Penimbunan kawasan Objek Pariwisata Mattampa dilakukan mulai dari tahun
2000 sampai pada tahun 2004.
Pada tahun 2001 mulai dibangun kolam olimpyc dan kolam Baby.
Pembangunan Kolam olimpyc dan kolam Baby dilakukan sampai pada tahun
2002. Pada tahun 2002 sampai dengan pada tahun 2003 perlengkapan sarana dan
prasana penunjang kolam dan Objek Paiwisata Mattampa mulai diadakan, seperti
penyempurnaan kolam, Tribun, loncat indah & pintu gerbang, instalasi air luar,
mesin sirkulasi & instalasi listrik, power house, pemasangan mesin sirkulasi,
Tribune berlantai II, lanjutan pembangunan Tribune berlantai I & II, pintu
gerbang, Pemasangan talud dan Drainase Tersier, penataan pelataran depan
kolam Baby, pembuatan kecapan & pemasangan floor area kolam, lampu jalan,
lampu kolam anti air, mesin genset 40 Kva, mesin submerssibel pomp roll,
vacum pomp, pipa kolam renang , penyambung listrik dan instalasi air taman,
24
Pemasangan Paving blok & floor pelataran depan gua dan pemangunan
Mushollah.
Pada tahun 2004 dibangun talud penahan tanah, pagar kawasan dan
dreinase, pintu gerbang, Restaurant, pagar kawasan, pembangunan gasebo dan
los jualan dalam kawasan kolam, pembangunan pos petugas karcis, relling pintu
masuk kolam renang, gasebo-gasebo dekat kawasan permainan anak. Tahun
2004 juga merupakan tahun penyempurnaan dari kelengkapan sarana dan
prasarana penunjang Objek Parwisata Mattampa seperti, penyempurnaan loncat
indah & kolam renang, pembangunan tempat parkir, shower/ganti pakaian, loket,
pekarangan lanscape/ taman bermain, plat duiker, WC. Umum, WC turis.
Objek Pariwisata Mattampa diresmikan oleh gubernur Sulawesi Selatan
H.M. Amin Syam pada tahun 2004 di bawah pengelolaan Pemerintah Daerah
Pangkajene dan Kepulauan khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan selama
kurang lebih dua tahun lamanya.
C. Wahana Objek Pariwisata Mattampa
Objek Pariwisata Mattampa merupakan salah satu objek pariwisata yang ada
di Sulawesi Selatan yang berlokasi di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Objek Pariwisata Mattampa menyuguhkan panorama wisata yang dirancang
dengan konsep modern namun menyatu dengan alam sehingga memberikan
nuansa dan panorama tersendiri yang berbeda bagi para pengunjung yang
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa.
25
Objek Pariwisata Mattampa beroperasi mulai pukul 08.00-18.00 WITA.
Untuk memasuki Objek Pariwisata Mattampa, pengunjung dikenakan retrebusi
sesuai dengan minat pengunjung untuk menikmati wahana yang disediakan oleh
penglolah Objek Pariwisata Mattampa, diantaranya retrebusi untuk masuk di
kawasan objek wisata, retrebusi untuk menikmati wahana yang disediakan oleh
pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa seperti masuk ke kawasan Objek
Pariwisata Mattampa, menikmati wahana permainan dan wahana permandian
yang disediakan oleh pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa,
Sebelum memasuki pintu gerbang kedua dari kawasan Objek Pariwisata
Mattampa, para pengunjung yang membawa kendaraan roda dua terlebih dahulu
harus memparkir kendaraannya di tempat parkir yang telah disediakan oleh pihak
pengelolah Objek Pariwisata Mattampa begitupula dengan kendaraan roda empat.
Biaya parkir untuk roda dua Rp. 2.000,00 dan biaya parkir untuk roda empat Rp.
5.000,00.
Di samping tempat parkir terdapat beberapa pedagang yang berdagang
menjual jajanan dan minuman bagi pengunjung. Ketika pengunjung hendak
memasuki kawasan Objek Pariwisata Mattampa, para pengunjung terlebih dahulu
harus antree memesang tiket pada loket yang telah disediakan di pintu gerbang
kedua Objek Pariwisata Mattampa.
Harga tiket dibedakan antara orang dewasa dan anak-anak. Usia untuk orang
yang dianggap dewasa di Objek Pariwisata Mattampa yaitu 9 (sembilang) tahun
ke atas. Adapun usia yang dianggap masih anak-anak yaitu antara usia 2 (dua)
tahun sampai 9 (sembilang) tahun. Harga tiket untuk memasuki kawasan
26
Mattampa bagi orang dewasa sebesar Rp. 6.000,00 dan harga tiket untuk anak-
anak sebesar Rp 5.000,00.
Ketika memasuki gerbang kedua dari Objek Pariwisata Mattampa,
pengunjung akan disambut dengan dua patung replika kuda putih yang merupakan
patung penyambut selamat datang. Warna hijau dari berbagai jenis pohon yang
menyelubungi pusat wisata Mattampa dan embusan angin semilir menjadi
pertanda betapa asrinya Objek Pariwisata Mattampa.
Selain patung kuda juga terdapat beberapa replika patung lain seperti
patung Donal Bebek, patung Jerapa, Singa, Macan Tutul, Zebra. Replika patung-
patung yang terdapat di taman Objek Pariwisata Mattampa sering dimanfaatkan
oleh pengunjung untuk berfose dan berfoto. Selain patung-patung hewan, pihak
pengelolah Objek Pariwisata Mattampa juga menyediakan gasebo-gasebo yang
dapat digunakan oleh pengunjung untuk bersantai menyantap bekal bersama
keluarga, kerabat dan teman-teman dan juga sebagai tempat beristerahat.
Suasana yang nyaman, bersih dan tenang sangat terasa sebelum pengunjung
memasuki wahana permandian. Kondisi kawasan yang bersih, asri, nyaman dan
damai dapat terwujud karena di Objek Pariwisata Mattampa dipekerjakan
sebanyak 15 (lima belas) karyawan. Di kolam renang ditempatkan 4 (empat)
karyawan untuk merawat dan menjaga kebersihan kolam, di kawasan taman dan
permainan ditempatkan 4 (empat) karyawan yang bertugas membersihkan
kawasan Objek Pariwisata Mattampa dan merawat wahana permainan, sebanyak 2
(dua) karyawan yang bertugas di bagian loket, 1 (satu) karyawan yang bertugas di
27
cafe, sebanyak 2 (dua) karyawan yang bertugas sebagai keamanan, 1 (satu)
karyawan untuk karcis dan 1 (satu) karyawan sebagai juru parkir.
Di dalam kawasan Objek Pariwisata Mattampa bukan hanya bangunan
modern yang ada. Akan tetapi terdapat pula bangunan bersejarah yaitu banguan
kolam yang dibangun oleh bangsa Belanda sekitar tahun 1918. Tujuan Bangsa
Belanda membagun kolam tersebut yaitu untuk menampung air yang senangtiasa
terpancar dari pinggir kaki pegunungan bukit kapur Mattampa yang sampai
sekarang bangunan kolam peninggalan Belanda masih tergenang dengan air.
Bangunan kolam peninggalan Belanda yang oleh masyarakat sekitar
sebelum Balannge dijadikan sebagai Objek Pariwisata Mattampa oleh pemerintah
daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, masyarakat Pangkajene dan
Kepulauan telah menjadikannya sebagai tempat rekreasi masyarakat. Namun
bangunan kolam peninggalan Belanda sekarang warna airnya sudah tidak sejernih
dulu lagi melainkan sudah berwarna hijau, hal ini disebabkan karena air kolam
tersebut tertampung dan berlumpur.
Menurut penuturan masyarakat sekitar bahwa bangunan kolam itu dibangun
oleh bangsa Belanda untuk menampung air yang terus mengalir dari kaki
pegunungan bukit kapur Mattampa yang kemudian digunakan untuk sumber
irigasi dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Lokasi bangunan kolam
peninggalan Belanda terletak di depan mulut gua karts.
Secara garis besar Objek Pariwisata Mattampa menyediakan tiga wahana
yang dapat dinikmati para wisatawan yang ingin berkunjung ke Objek Pariwisata
Mattampa, diantaranya wahana permandian, wahana permainan anak, dan gua
28
alam yang disebut dengan gua karts. Berikut ini akan dipaparkan wahana-wahana
yang terdapat di Objek Pariwisata Mattampa:
a) Wahana permandian
Salah satu wahana yang menjadi andalan pihak pengelolah Objek Pariwisata
Mattampa adalah kolam renang, sebab kolam renang merupakan Objek Pariwisata
yang paling diminati dan digemari oleh para pengunjung yang berkunjung ke
Objek Pariwisata Mattampa. Alasan para pengunjung sehingga sangat menyukai
kolam renang yang ada di Objek Pariwisata Mattampa ialah karena selaian untuk
bisa berfantasi dengan berbagai macam permainan air bersama keluarga, kerabat
dan karib, mereka juga bisa berenang sambil menikmati pemandangan
pegunungan bukit kapur Mattampa.
Berbagai permainan yang disediakan oleh pihak pengelolah Objek
Pariwisata Mattampa dalam menunjang wahana permandian alam Mattampa
membuat pengunjung betah dan selalu rindu untuk datang kembali berfantasi di
Objek Pariwisata Mattampa. Selain permainan yang membuat pengunjung senang,
Objek Pariwisata Mattampa berbeda dengan Dunia Fantasi lain sebab sumber air
kolam tersebut bersumber dari mata air alami yang berasal dari pegunungan bukit
kapur Mattampa.
Air kolam di Objek Pariwisata Mattampa senantiasa terjaga kebersihan dan
kejernihannya, sebab dalam perawatan kolam di Objek Pariwisata Mattampa
dikerahkan sebanyak 4 (empat) karyawan untuk mengelolah ke tiga kolam yang
terdapat di Objek Pariwisata Mattampa. Ke 4 (empat) karyawan yang ditugaskan
di kolam renang Mattampa selalu rutin membersihkan kolam. Pembersihan
29
dilakukan satu kali dalam satu pekan dengan menggunakan sistem buang.
Meskipun pada awalnya pembersihan kolam renang Mattampa dilakukan dengan
sistem sirkulasi, namun karena pipa sirkulasi pecah akhirnya pembersihan kolam
dibersihkan dengan sistem buang.
Adapun tata cara pembersihan kolam yang dilakukan oleh petugas yaitu
terlebih dahulu petugas menaburkan tawas dan kaporit kedalam kolam kemudian
ditunggu selama kurang lebih delapan jam. Setelah delapan jam maka kotoran air
akan mengendap ke permukaan kolam, setelah kotoran mengendap ke permukaan
kolam, kotoran tersebut dibersihkan menggunakan alat pakung. Untuk membuang
kotoran yang mengendap di permukaan kolam, maka sebagian air dari kolam
tersebut harus ikut dibuang. Air kolam yang dibuang terbuang begitu saja
mengalir ke rawa-rawa sebelah Utara Objek Pariwisata Mattampa
Bagi pengunjung yang hendak berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa
terutama yang ingin menikmati permandian kolam olimpyc, waterboom dan
kolam baby untuk balita dan anak-anak maka pengunjung sebelum berangkat ke
Objek Pariwisata Mattampa harus mempersiapkan pakaian untuk berenang.
Apabila pengunjung lupa membawa perlengkapan renang, pihak pengelolah
Objek Pariwisata Mattampa menyediakan perlengkapan renang seperti baju
renang dan alat pelampung renang. Namun perlengkapan renang yang disediakan
oleh pengelolah Objek Pariwisata Mattampa tidak disewakan melainkan diperjual
belikan. Baju untuk renang harganya Rp. 20.000,00. Pelampung renang untuk
renang harganya berpariasi tergantung dari bentuk pelampung renang yang
30
diperjual belikan, harga pelampung renag mulai dari harga Rp. 20.000,00. Rp.
25.000,00. Rp. 30.000,00 hingga dengan harga Rp. 35.000,00.
Sebelum memasuki wahana permandian, para pengunjung terlebih dahulu
harus mengantree untuk mengambil tiket pada loket yang telah disediakan. Harga
tiket untuk anak-anak Rp. 10.000,00 dan harga tiket untuk orang dewasa harganya
sebesar Rp. 15.000,00 dari harga tiket Rp. 10.000,00 bagi anak-anak dan Rp.
15.000,00 untuk orang dewasa pengunjung sudah dapat menikmati permandian
kolam olimpyc, waterboom dan kolam baby.
Setelah pengunjung memesan tiket untuk masuk ke wahana permandian
maka pengunjung akan merasakan suasana riuh dan ribut oleh teriakan para anak-
anak maupun para orang dewasa. Teriakan akan terdengar ketika anak-anak
bermain bersama keluarga dan teman di atas pelampung renang dan atau ketika
meluncur dari peluncuran. Teriakan orang dewasa akan terdengar ketika mereka
meluncur dari peluncuran yang disediakan oleh pihak pengelolah Objek
Pariwisata Mattampa.
Secara garis besar ada tiga jenis kolam renang yang terdapat di Objek
Pariwisata Mattampa diantaranya kolam olimpyc, waterboom, dan kolam baby.
Berikut ini akan dijelaskan tentang kolam-kolam yang terdapat di dalam
permandian alam Objek Pariwisata Mattampa.
(1). Kolam Renang Olimpyc
Pembangunan kolam renang Olimpyc dibangun pada tahun 2001 sampai
pada tahun 2002. Kolam renang Olimpyc berbentuk persegi panjang dengan
ukuran luas 25 X 50 meter. Kedalaman pada kolam olimpyc di Objek Pariwisata
31
Mattampa terbagi menjadi tiga bagian. Di ujung Utara kolam olimpyc
kedalamannya 1, 5 meter, di tengah kolam reanang olimpyc kedalamannya 1,8
meter dan di sebelah ujung Selatan kedalamannya 4,5 meter.
Kedalaman 4,5 meter merupakan suatu satndar untuk kaedah atau aturan
untuk loncat indah sebab di sebelah ujung Selatan kolam olimpyc dilengkapi
dengan papan loncat indah. Papan loncat indah dibangun pada tahun 2003. Papan
loncat indah memiliki dua tempat untuk meloncat ke dalam kolam olimpyc. Papan
loncat indah yang paling tinggi memiliki ukuran 10 meter sedangkan papan loncat
indah yang bawah hanya memiliki ketinggian 5 meter.
Kolam olimpyc merupakan kolam terluas dan terdalam yang ada di Objek
Pariwisata Mattampa sehingga kolam olimpyc hanya dipakai oleh pengunjung
yang pandai berenag, beda halnya dengan waterboom dan kolam baby yang
senagtiasa ramai oleh pengunjung karena kedalamannya yang tidak terlalu dalam
dan dikedua kolam tersebut disediakan peluncuran.
(2). Waterboom
Kolam waterboom di bangun pada tahun 2007 oleh CV. Abadi Mega
Group. Kolam waterboom yang terdapat di Objek Pariwisata Mattampa berbentuk
angka delapan dengan ukuran diameter lingkaran yang berbeda dan dengan
kedalaman yang berbeda pula. Ukuran diameter lingkaran di ujung Utara
memiliki ukuran yang kecil berbeda dengan ukuran diameter lingkaran yang ada
di sebelah Selatan yang luasnya tiga sampai empat kali lipat dari luas diameter
lingkaran yang ada di sebelah Selatan.
32
Pembuatan kolam waterboom dengan bentuk angka delapan dengan ukuran
dan kedalaman yang berbeda sengaja dirancang sedemikian rupa karena yang
menikmati waterboom bukan hanya orang dewasa melainkan anak-anak. Apabila
luas waterboom dirata-ratakan maka secara keseluruhan luasnya mencapai15 X 25
meter.
Waterboom pada Objek Pariwisata Mattampa berbentuk angka delapan
dengan luas yang berbeda dan dengan kedalaman yang berbeda pula. Kedalaman
kolam waterboom di sebelah Utara hanya ½ meter, sedangkan kedalaman kolam
renang di sebelah Selatan memiliki kedalaman 1 meter.
Pada bagian ujung Selatan waterboom terdapat peluncuran yang bermahkota
dengan tiga peluncuran. Pembangunan peluncuran dibangun pada tahun 2007
yang merupakan satu paket dengan pembangunan waterboom. Peluncuran yang
paling atas tingginya 10 meter, peluncuran tengah tingginya 7 meter dan
peluncuran paling bawah tingginya hanya 4 meter. Adapun bahan dasarnya terdiri
dari 3 material. Bagian atap terbuat dari seng besi, tiang dan tangga terbuat dari
besi dan peluncurannya terbuat dari bahan feber.
Di sisi kanan dan kiri waterboom juga terdapat peluncuran yang masing-
masing ketinggiannya hanya sekitar 2,5 meter yang dibangun pada tahun 2007.
Adapun bahan dasarnya terdiri atas 3 material. Bagian atas terbuat dari genteng
aluminaum, badannya terbuat dari kayu ulin dan kayu biasa, peluncurannya
terbuat dari feber
33
(3). Kolam Baby
Kolam Baby dibangun pada tahun 2001 sampai pada tahun 2002. Kolam
baby teletak di antara kolam olimpyc dan waterboom. Kolam baby berbentuk
persegi dengan luas 11 x 11 meter. Kolam baby memiliki kedalaman ½ meter.
Sama halnya dengan kolam waterboom di bagian Utara.
Kolam baby juga dilengkapi dengan peluncuran namun tingginya hanya
sekitar 2 meter. Adapun bahan dasarnya terbuat dari 2 material yaitu bagian atap
terbuat dari seng dan bagian badannya terbuat dari besi, peluncurannya terbuat
dari feber. Kolam baby ini tidak hanya dinikmati oleh anak-anak balita saja
bahkan anak-anak di atas usia 10 tahunpun senang bermain di kolam baby
terutama bagi mereka yang belum bisa berenang. Kolam baby selain digemari
oleh anak-anak juga digemari oleh ibu-ibu yang bermain dengan anaknya.
b). Taman Bermain Anak
Objek Pariwisaata Mattampa selain menyediakan kolam untuk berenang
juga menyediakan taman bermain bagi anak-anak. Berbagai bentuk permainan
yang terdapat di Objek Pariwisata Mattampa seperti kincir putar dengan
ketinggian sekitar 15 meter, jet koster, karosel, rek boneka, rel naga, kuda-kuda,
kereta naga, kereta singa, tawon putar dan bum-bum car. Semua sarana dan
prasarana penunjang Taman Bermain Anak diadakan pada tahun 2007 oleh CV.
Abadi Mega Group.
Anak-anak yang ingin menikmati wahana permainan cukup memesan tiket
pada loket yang disediakan. Harga tiketnya Rp. 6.000,00 per orang. Setiap wahana
34
permainan yang ingin dinikmati tarifnya Rp. 6.000,00. Dengan harga Rp.
6.000,00 anak-anak dapat menikmati permainan yang dipilihnya dengan putaran
sebanyak 6-7 kali putar dengan durasi waktu sekitar kurang lebih 3 menit.
Diantara wahana permainan yang disediakan oleh pengelolah Objek
Pariwisata Mattampa, wahana yang paling digemari oleh anak-anak adalah jet
koster. Sebab jet koster memanjakan anak-anak dengan cara berputar dan seolah-
olah terbang. Selain itu, untuk pengunjung yang ingin berkeliling di kawasan
Objek Pariwisata Mattampa cukup menaiki kereta singa. Kereta singa adalah
kereta khusus yang disediakan oleh pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa
untuk mengelilingi kawasan Objek Pariwisata Mattampa.
(c). Gua Karts
Taman Hiburan Mattampa memberikan panorama tersendiri bagi
pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa sebab konsepnya
yang menyatu dengan alam pegunungan yang memberikan pesona tersendiri,
menikmati panorama alam dan gua-gua di pegunungan karst yang merupakan
pegunungan karts terpanjang kedua di dunia setelah pegunungan karst di China.26
Karts adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya
dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan
dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu
26 galeriwisata.wordpress.com/wisata.../wisata.../dufan-m, diakses tanggal 22 Oktober 2014
35
gamping.27 Pegunungan bukit kapur Mattampa terletak di sebelah Utara wahana
taman bermain yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari wahana taman bermain.
Pegunungan bukit kapur Mattampa digolongkan sebagai pegunungan karts
sebab pegunugan bukit kapur Mattampa memiliki Ornamen dan Keindahan Gua.
Bentuk ornamen-ornamen gua merupakan keindahan alam yang jarang dijumpai
di alam terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung
hingga membentuk ornamen-ornamen gua ( speleothem ). Proses ini disebabkan
karena air tanah yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak CO2
daripada udara sekitarnya. Dalam rangka mencapai keseimbangan, CO2 menguap
dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah asam
karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang.
Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit (CaCO3) dan kemudian mengendap.
Ada Beberapa ornamen yang terdapat di dalam gua sehingga pegunungan
Mattampa dikategorikan kedalam jenis pegunungan karst. Adapun ornamen-
ornamen tersebut diantaranya yaitu:
a. Stalaktit ( stalactite )
Stalaktik terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium
karbonat (CaCO3 ) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal
endapan yang membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua.
b. Stalakmit ( stalacmite )
27 lokersputra.wordpress.com/2010/10/23/karts, diakses tanggal 22 Oktober 2014
36
Stalamit merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua
karena hasil tetesan air dari atas langit-langit gua.
c. Tiang ( Colum )
Tiang merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit
yang akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit
menjadi satu.
d. Tirai (drapery)
Tirai (drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang rekahan
yang memanjang pada langit-langit yang miring hingga membentuk endapan
cantik yang berbentuk lembaran tipis vertikal.
e. Teras Travertin
Teras Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir dari satu
lantai tinggi ke lantai yang lebih rendah, dan ketika mereka menguap, kalsium
karbonat diendapkan di lantai gua
f. Geode
Goede merupakan Batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga
oleh aktivitas pelarutan air`tanah. Kemudian dalam kondisi yang berbeda terjadi
pengendapan material mineral (kuarsa, kalsit dan fluorit) yang dibawa oleh
air`tanah pada bagian dinding rongga.28
Pegunungan gua karts Mattampa diyakini oleh masyarakat setempat sebagai
pegunungan yang dahulunya merupakan pinggir laut sebab terdapat beberapa kulit
kerang yang menempel pada mulut gua bagian atas. Selain itu gua alam Karts
28 wordpress.com/2010/10/23/karts/ Op.cit,
37
didalamnya terdapat peninggalan purbakala berupa gambar telapak tangan, Babi
Rusa dan perahu yang diperkirakan berusia 5000 tahun.29
Pengunjung yang ingin berkunjung dan masuk ke dalam gua karts tidak
dikenakan retrebusi. Sebelum memasuki gua karts para pengunjung akan
disambut dengan dua replika patung Macan Tutul. Pengunjung yang ingin masuk
ke dalam gua karts perlu berhati-hati, sebab untuk masuk ke dalam gua karts
terlebih dahulu pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga yang terbuat dari
beton yang selalu basah oleh air yang menetes dari stalaktik dan stalakmit yang
ada di atas dinding gua.
Setelah melewati beberapa anak tangga, suasana dingin bercampur sejuk
dan gelap akan terasa. Sehingga para pengunjung yang ingin masuk lebih dalam
menelusuri dalamnya gua harus membawa alat penerang berupa senter atau lilin.
Pada awalnya pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa telah melengkapi gua
karts dengan alat penerang berupa lampu listrik, namun lampu listrik tersebut
dirusak oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab.
Di dalam gua karts, terdapat beberapa stalaktik dan stalakmit yang
meneteskan air sehingga tanah di dalam gua terkadang becek ringan. Apabila
pengunjung telah menempuh perjalanan sejauh sekitar 80 meter ke dalam gua
karts, pengunjung perlu ekstra hati-hati sebab gua karts memiliki beberapa lubang
yang dalamnya kurang lebih 2 meter. Panjang gua karst sekitar 1 km. Konon
dahulu kala terowongan gua karts lebih dari 1 Km, akan tetapi karena proses
stalaktik dan stalakmit yang pernah aktif membuat terowongan gua karts tertutup.
29 Wacik Op.cit, hlm 511.
38
BAB III
DINAMIKA OBJEK PARIWISATA MATTAMPA (2004-2013)
A. Defenisi Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku
kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti berulang-ulang atau berkali-kali,
sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti
perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang (H. Oka A. Yoeti :1996:112).30
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab
I Pasal 1, dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang di kunjungi dalam jangka waktu sementara.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya wisata mengandung beberapa
unsur yaitu :
1. Kegiatan perjalanan.
2. Dilakukan secara sukarela.
3. Bersifat sementara.
4. Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata.
30 Elib unicom.ac.id/donlowad.php.?id=175818
39
39
Berikut ini adalah pendapat para pakar dari berbagai negara tentang defenisi
pariwisata yaitu sebagai berikut:
a. Richard Sihite dalam Marpaung ( 2000:46-47) mengemukakan bahwa:
“Suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.
b. E. Guyer Freuler dalam Yoeti (1996: 115) mengemukakan bahwa:
“Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan phenomena dari jaman sekarang yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan”.
c. H. Oka A. Yoeti mengemukakan bahwa:
“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan guna bertamasya atau rekreasi dan untuk menutupi kebutuhan yang beraneka ragam. Pengertian ini dapat dipahami bahwa unsur pokok dari pariwisata adalah adanya unsur perjalanan, unsur tempat, aktivitas perjalanan, adanya unsur waktu, unsur tempat dan tujuan serta pemenuhan kebutuhan”.
d. Mc. Intosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8)
mengatakan bahwa: Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang
timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat
tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para
pengunjung lainnya.
40
40
e. Nyoman S. Pendit (2003:33) mengatakan bahwa:
“Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya”.
f. Schulard dalam Yoeti (1996:114) mengatakan bahwa:
“Pariwisata adalah sejumlah kegiatan yang dilakukan terutama yang ada kaitannya langsung berhubungan dengan masuknya kegiatan perekonomian secara langsung berhubungan dengan maksudnya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing yang keluar masuk suatu kota, daerah atau negara”.
g. Karyono (1997:15) mengatakana bahwa pariwisata adalah Rangkaian
kegiatan yang dilakukan manusia baik secara perorangan maupun kelompok di
dalam wilayah negara sendiri atau negara lain.
h. Waluyo (2007) mengatakan bahwa: pariwisata adalah Usaha jasa
pelayanan yang melayani keperluan perjalanan seseorang/kelompok ke destinasi
wisata (tourism/travel/industry).
Berdasarkan beberapa pengertian pariwisata di atas, dapat disimpulkan
bahwa pariwisata adalah “suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih yang diselenggarakan dalam jangka waktu yang pendek dari
suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud untuk bertamasya atau
rekreasi”.31
31 Elib Unicom.ac.id/donlowad.php.?id=175818, diakses tanggal 19 Oktober 2014
41
B. Objek Pariwisata Mattampa di Bawah Pengelolaan Pemerintah Daerah
(2004-2006)
Objek Pariwisata Mattampa pada awalnya dikelolah oleh Pemerintah
Daerah Pangkajene dan Kepulauan dibawah pengawasan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan selama kurang lebih dua tahun lamanya. Setelah kurang lebih dua
tahun dikelolah oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Objek Pariwisata
Mattampa setiap tahun ramai dikunjungi oleh pengunjung.
Objek Pariwista Mattampa dibawah pengelolaan Pemerintah Daerah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan menunjukkan angka pengunjung yang
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa tiap tahunnya mengalami
peningkatan. Salah satu yang menyebabkan peningkatan jumlah pengunjung
yaitu karena untuk memasuki kawasan Objek Pariwisata Mattampa, pengunjung
yang masih tergolong anak-anak hanya dikenakan retrebusi sebesar Rp. 1.000,00
dan untuk dewasa dikenakan retrebusi Rp. 3.000,00. Dengan harga tiket Rp.
1.000,00 bagi anak-anak dan harga tiket Rp. 3.000,00 bagi orang dewasa mereka
sudah dapat memasuki kawasan Objek Pariwisata Mattampa sekaligus sudah
dapat menikmati seluruh wahana yang disediakan oleh pihak pengelolah Objek
Pariwisata Mattampa.
Selain karena harga tiket masuknya yang murah, petugas yang bertugas
mengelolah Objek Pariwisata Mattampa menyambut para tamu dengan senyuman
yang hangat sehingga membuat para pengunjung yang berkunjung ke Objek
42
Pariwisata Mattampa merasa nyaman dan merasa diperlakukan sebagai tamu
kehormatan. Selain itu, keramaian pengunjung yang berkunjung ke Objek
Pariwisata Mattampa tidak terlepas dari usaha pemerintah daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan dalam mempromosikan keberadaan Objek Pariwisata
Mattampa.
Adapun cara yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam
mempromosikan Objek Pariwisata Mattampa yaitu dengan memasang pamplet-
pamplet tentang Mattampa serta aktif mengikuti segala bentuk kegiatan pameran
yang diadakan, mulai dari pameran tingkat Sulawesi yang biasa disebut Kemilau
Sulawesi, pameran yang berskala nasional yang biasa diadakan di Jogja dan di
kota-kota besar Indonesia lainnya maupun pameran yang berskala internasional
seperti di Myammar, dan lain-lain.
Bentuk keterlibatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam mengikuti
setiap kegiatan pameran yaitu mempromosikan keberadaan Objek Pariwisata
Mattampa dengan memaparkan profil dan mempresentasikan wahana-wahana
yang terdapat di Objek Pariwisata Mattampa.
Keramaian pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa
tiap tahunnya ternyata tidak mampu menutupi pembiayaan dana operasional dari
setiap wahana pariwisata dan honor para karyawan yang bekerja di Objek
Pariwisata Mattampa sehingga membutuhkan dana yang cukup besar. Dana
tersebut diperunukan untuk biaya perawatan sarana dan prasarana dan para
karyawan Objek Pariwisata Mattampa.
43
Ada beberapa sarana dan prasana yang mulai mengalami kerusakan. Mulai
dari kerusakan yang bersifat ringan maupun kerusakan yang berat. Untuk lebih
jelasnya, berikut tabel pengadaan sarana dan prasarana yang diadakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai penunjang
Objek Pariwisata Mattampa:
Tabel 3.1. Pengadaan Sarana dan Prasarana oleh Pemerintah Kab. Pangkajene dan Kepulauan sebagai Penunjang Objek Pariwisata Mattampa.
No.
Sarana dan Prasarana Jumlah
1.2
Kolam renang olimpycKolam Baby
1 unit1 unit
44
345678
9
101112
1315
1617
1819
21
Tribune, loncat indahPintu gerbangTribune berlantai duaStand pameran/ galeriRestaurantPemb. Tempat parkir, shower, loket, Landscape/ taman bermain, Plat Duiker, WC. UmumGazebo pinggir kolam dan lost jualan dalam kawasanPembuatan LandscapeMushallahPos petugas karcis dan relling pintu masuk dan keluarWC. Untuk turisInstalasi air luar, mesin sirkulasi dan instalasi listrik, power houseLampu jalan, lampu kolam anti airMesin genset 40 Kva, Mesin Submerssibel pomp roll, vacum pomp.IPA kolam renang MattampaPenyambungan listrik dan instalasi air tamanPemb. Jalan dan Jembatan Beton
1 unit1 paket1 unit1 paket1 unit1 paket
1 paket
1 paket1 unit1 paket
1 paket1 paket
1 paket1 paket
1 paket1 paket
1 paket
Sumber : Kantor Bupati Kab. Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), September 2014
Kolam renang olimpyc terletak di dalam kawasan permandian Objek
Pariwisata Mattampa. Kolam olimpyc merupakan kolam yang paling luas dianara
kolam renang yang ada di Objek Pariwisata Mattampa. Luas kolam renang
olimpyc 25 X 50 m. Kedalaman 1,5 hingga 4,5 m. Kolam Baby dianara kolam
renang olimpyc dengan waterboom. Luas kolam baby 11 X 11 m dengan
kedalaman 1,5 m.
Didalam kawasan Objek Pariwisata Mattampa terdapat beberapa WC yang
terbagi atas WC umum dan toilet turis. WC umum terdapat 8 buah, 4 buah WC
terdapat di belakang pintu gerbang masuk ke kawasan, 2 WC di samping
45
Mushollah dan 2 buah WC di dalam kawasan permandian. Untuk WC turis
terdapat di belakang pintu gerbang masuk ke kawasan. Toilet untuk turis terdapat
2 buah dan toilet tersebut khusus diperuntuhkan untuk turis. Adapun perbedaan
antara toilet turis dengan toilet umum yaitu toilet umum menggunakan klosek
jongkok sementara klosek untuk turis menggunakan klosek duduk.
Pada tahun 2004 sarana dan prasarana penunjang Objek Pariwisata
Mattampa sudah ada yang mengalami kerusakan mulai dari kerusakan yang
sifatnya ringan maupun kerusakan yang sifatnya berat. Kerusakan berat
membutuhkan biaya operasional yang sangat besar. Seperti Panggung kesenian,
mesin genset 40 kva, mesin submerssibel pomp roll, vacum pomp, papan loncat
indah, lampu jalan, lampu kolam anti air. Hampir setiap tahun sarana dan
prasarana penunjang Objek Pariwisata Mattampa mengalami kerusakan ringan
maupun berat.
Pada tahun 2005 Pipa kolam renang Objek Pariwisata Mattampa mengalami
kerusakan sehingga setiap tahunnya Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan harus mengeluarkan biaya operasional kurang lebih Rp.
100.000.000,00 untuk perawatan sarana dan prasarana Objek Pariwisata
Mattampa di luar dari gaji para karyawan yang bertugas mengelolah Objek
Pariwisata Mattampa.
Salah satu pemicu terjadinya kerusakan sarana dan prasarana Objek
Pariwisata Mattampa adalah keterlambatan dana operasional dari pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sehingga perawatan
46
untuk sarana dan prasarana sebagai penunjang Objek Pariwisata Mattampa
terbengkalai. Selain itu para karyawan yang bekerja di Objek Pariwisata
Mattampa terkadang harus bekerja seikhlasnya karena honor para karyawan yang
bekerja mengelolah Objek Pariwisata Mattampa biasanya menunggak tiga bahkan
sampai enam bulan lamanya sehingga pengerjaan dan pengelolaan Objek
Pariwisata Mattampa tidak sebanding dengan tenaga dan upah yang diperoleh
para pekerja di Objek Pariwisata Mattampa dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan.
Hal demikian di atas yang membuat Pemerintah Daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan tidak mampu mengelolah Objek Pariwisata Mattampa.
Berikut ini akan digambarkan grafik perkembangan Objek Pariwisata Mattampa
dari segi pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa selama
dikelolah oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan:
Grafik 3.2. Trend Jumlah Pengunjung yang Berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa Tahun 2004-2006
47
20042005
2006
2800029000300003100032000330003400035000360003700038000
Pengunjung
Sumber : Kantor Bupati Pangkaje dan Kepulauan (Pangkep), September 2014.
Pada tahun 2004 grafik menunjukkan bahwa jumlah pengunjung yang
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa sebanyak 31.420 orang dengan
pemasukan sebesar Rp. 81.716.500,00. Pada tahun 2005 grafik menunjukkan
bahwa jumlah pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa
mengalami peningkatan. Jumlah pengunjung yang berkunjung ke Objek
Pariwisata Mattampa sebanyak Rp. 35,998 orang dengan pemasukan sebesar Rp.
94.744.000,00. Pada tahun 2006 grafik menunjukkan bahwa jumlah pengunjung
yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa masih mengalami peningkatan.
Jumlah pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa sebanyak
37,502 orang dengan pemasukan sebesar Rp. 90.000.000,00. Pengunjung yang
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa rata-rata berasal dari Pangkajene dan
Kepulauan.
Setelah melihat grafik perkembangan pengunjung dan pemasukan setiap
tahunnya ke Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulaun
48
menunjukkan bahwa pengunjung dan pemasukan yang diperoleh setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Namun peningkatan pendapatan dari Objek Pariwisata
Mattampa ternyata belum mampu menutupi pengeluaran untuk biaya operasional
yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan untuk menutupi devisit dan mengembangkan sarana serta prasarana
Objek Pariwisata Mattampa.
Biaya operasional untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak di
Objek Pariwisata Mattampa setiap tahun membutuhkan dana kurang lebih Rp.
100.000.000,00 sehingga Objek Pariwisata Mattampa selalu mengalami devisit
dari segi pembiayaan operasional maupunn upah dari para karyawan Objek
Pariwisata Mattampa, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene yang
dikala itu dijabat oleh Ir. Syafruddin Nur berusaha mencari investor untuk
mengelolah Objek Pariwisata Mattampa.
Berkat usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepuluan
akhirnya Objek Pariwisata Mattampa siap dikelolah oleh investor dalam negeri
yaitu CV. Abadi Mega Promosindo yang berpusat di Jombang. Jawa Timur.
Namun untuk cabangnya tidak mengatasnamakan CV. Abadi Mega Promosindo
melainkan CV. Abadi Mega Group.
C. Objek Pariwisata Mattampa Di bawah Pengelolaan CV. Abadi Mega
Group (2007-2013)
49
Selama kurang lebih dua tahun Objek Pariwisata Mattampa dikelolah oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Objek Pariwisata
Mattampa mengalami devisit sehingga Objek Pariwisata Mattampa terbengkalai
dan bahkan hampir tidak beroperasi. Oleh sebab itu Pemerintah Daerah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berinisiatif untuk mencari investor untuk
mengelolah Objek Pariwisata Mattampa.
Pada tahun 2006 dilakukan sebuah exspo di Kampung Balannge lokasi
Objek Pariwisata Mattampa sekarang. Exspo adalah sejenis pasar malam namun
lebih besar lagi cakupannya dari pada pasar malam. Pada kegiatan exspo tersebut
masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
memamerkan dan memperkenalkan Objek Pariwisata yang ada di daerahnya
masing-masing.
Setelah pergelaran usai, investor dalam negeri yaitu CV. Abadi Mega
Promosindo lebih tertarik untuk mengelolah Objek Pariwisata Mattampa.
Akhirnya pada hari sabtu, tanggal 02 Desember 2006 Objek Pariwisata Mattampa
oleh pihak Pemerintah Daerah Pangkajene dan Kepulauan dengan pihak CV.
Abadi Mega Group menandatangani kontrak kerjasama dalam pengelolaan Objek
Pariwisata Mattampa. Hal demikian menandakan bahwa Objek Pariwisata
Mattampa telah resmi dikelolah oleh investor dalam negeri yaitu CV. Abadi
Mega Group di bawah naungan CV. Abadi Mega Promosindo yang berpusat di
Jombang, Jawa Timur.
a. Struktur CV. Abadi Mega Group
50
CV. Abadi Mega Promosindo merupakan sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang yang mengelolah kepariwisataan, perhotelan dan perindustrian. CV.
Abadi Mega Promosindo yang berpusat di Jombang memiliki beberapa cabang di
Indonesia salah satu cabangnya ada di Sulawesi Selatan yang nama cabangnya
disebut CV. Abadi Mega Group. Adapun cabang CV. Abadi Mega Promosindo
di Sulawesi Selatan yaitu permandian di Pare-pare dan waterboom di Objek
Pariwisata Mattampa. Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).
Struktur CV. Abadi Mega Group dipimpin oleh seorang direktur yaitu Herry
Susanto yang berkedudukan di Jombang, Jawa Timur. Pengelolaan Objek
Pariwisata Mattampa dikoordinir oleh seorang manejer yaitu Djoko Pradityo.
Djoko Pradityo selaku manejer bertanggung jawab atas CV. Abadi Mega Group
di Objek Pariwisata Mattampa di Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).
CV. Abadi Mega Group di Objek Pariwisata Mattampa mempekerjakan 15
(lima belas) karyawan. 4 orang karyawan ditempatkan di kolam renang yang
bertugas menjaga kebersihan kolam renang, 2 orang karyawan ditugaskan di
wahana permainan anak-anak, 2 orang karyawan ditugaskan dibagian loket, 1
orang karyawan yang bertugas untuk karcis, 2 orang karyawan ditugaskan
sebagai kemanan, 2 orang ditugaskan sebagai petugas kebersihan dan 1 orang
ditugaskan sebagai juru parkir.
CV. Abadi Mega Group bekerja dengan sistem group atau kelompok maka
dalam laba atau keuntungan dari pengelolaan Objek Pariwisata Mattampa,
mereka saling membagi hasil dan saling menutupi kekurangan dari salah satu
51
cabang dari CV. Abadi Mega Promosindo yang mengalami kerugian atau
pemasukan yang tidak seseuai dengan target keuntungan yang ditargetkan.
CV merupakan singkatan dari Commanditiar Venotschap (persekutuan
komanditer) adalah bentuk kerjasama yang mengkobinasikan antara PT
(Perseroan Terbatas)32 dengan firma.33 Dalam CV ini, ada beberapa orang yang
mengumpulkan sejumlah uang dalam bentuk tunai. Akan tetapi beberapa orang
tersebut terbagi menjadi dua. Misalnya ada lima orang sebagai pengunmpul dana.
Dua orang diantaranya bertindak sebagai sekutu penguasa atau sekutu pengurus,
sedangkan tiga orang lainnya sebagai sekutu komenditer. Sekutu pengurus yang
menjalankan usaha dan bertanggung jawab atas usaha. Adapun ketiga orang
sekutu komenditer tidak ikut menjalankan usaha, mereka hanya bertanggung
jawab pada penyetoran saja.34
b. CV. Abadi Mega Group dalam Mengelolah Objek Pariwisata Mattampa
Penandatanganan kontrak kerja sama antara pihak CV. Abadi Mega Group
yaitu Herry Susanto selaku direktur CV. Abadi Maga Promosindo dengan pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam mengelolah
Objek Pariwisata Mattampa ditandatangani pada hari sabtu, 02 Desember 2006 di
Pangkajene.
32 Perseroan Terbatas (PT) adalah bentuk usaha dimana seseorang mengumpulkan dana dari banyak orang dengan cara menjual semacam surat yang disebut saham atau sero yang tertera sejumlah nilai uang tertentu.
33 Firma hampir sama dengan PT, tetapi firma bukan merupakan pengumpulan modal melalui saham. Modal Firma diperoleh dari beberapa orang dalam bentuk tunai, bukan saham. Jumlah penyetor pada firma tidak sebanyak pesero dalam PT.
34 Suherman Rosyidi. Pengantar Teori Ekonomi. (Jakarata: Rajawali Press 1984), hlm 47
52
Awal mula sehingga CV. Abadi Mega Group mengenal Objek Pariwisata
Mattampa terjadi pada akhir tahun 2006. Pada tahun tersebut diadakan exspo yang
berlokasi di Kampung Balannge, lokasi Objek Pariwisata Mattampa sekarang.
Tujuan diadakannya kegiatan exspo yaitu sebagai ajang pameran untuk
memamerkan seluruh potensi daerah yang dimiliki oleh tiap-tiap kecamatan yang
ada di Pangkajene dan Kepulauan.
Dalam kegiatan exspo tersebut CV. Abadi Mega Group lebih tertarik untuk
mengelolah Objek Pariwisata Mattampa karena Mattampa merupakan salah satu
objek pariwisata yang ada di Sulawesi Selatan dengan konsep yang modern
namun menyatu dengan alam serta akses jalan menuju Objek Pariwisata
Mattampa terletak di jalan poros Makassar- Pare-pare sehingga mudah dijangkau
oleh para wisatawan dengan demikian para pengunjung yang akan berkunjung ke
Objek Pariwisata Mattampa tidak perlu berpikir atau mempertimbangkan akses
jalan untuk berekreasi di Objek Pariwisata Mattampa.
Selain dari konsep Objek Pariwisata Mattampa yang modern dan akses
jalan yang mudah dijangkau, sebagai perusahaan yanng bergrak dibidang
kepariwisataan membuat CV. Abadi Mega Group prihatin terhadap kondisi Objek
Pariwisata Mattampa yang butuh untuk dibenahi dan dikembangkan maka
berangkat dari itu semua membuat CV. Abadi Mega Group bersedia melakukan
kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
dalam bentuk investasi.
53
Pada hari sabtu tanggal 02 Desember 2006 di Pangkajene kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selaku
pihak pertama melakukan penandatanganan konrak kerjasama dengan pihak
kedua yaitu CV. Abadi Mega Promosindo resmi menandatangani perjajian
kerjasama untuk mengelolah Objek Pariwisata Mattampa.
Berdasarkan perjanjian dan kesepakatan yang ditandatangani bersama,
dalam pasal 3 berbunyi bahwa jangka waktu perjanjian kerjasama antara pihak
pertama dan pihak kedua dalam hal ini CV. Abadi Mega Promosindo selama 20
(dua puluh) tahun terhitung sejak ditandatanganinya surat perjanjian.
Berdasarkan perjanjian dan kesepakatan yang ditandatangani bersama di
dalam pasal 4 ayat 1 berbunyi bahwa pihak pertama memberikan masa
pembebasan pembayaran sewa selama 2 (dua) tahun kepada pihak kedua (Grasi
priode) untuk mengadakan dan melengkapi fasilitas permainan dan hiburan, yaitu
dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008.
Berdasarkan perjanjian dan kesepakatan yang ditandatangani bersama dalam
pasal 4 ayat 3 berbunyi bahwa pihak pertama dan pihak kedua sepakat nilai sewa
untuk periode 5 (lima) tahun pertama, adalah dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3.3. Hasil Kesepakatan Antara Kedua Belah Pihak Terkait Pemasukan Objek Pariwisata Mattampa ke Khas APBD Kab. Pangkep.
Tahun Jumlah Terbilang
54
2009 Rp. 25.000.000,00 Dua puluh lima juta rupiah2010 Rp. 29.000.000,00 Dua puluh sembilang juta rupiah2011 Rp. 33.000.000,00 Tiga puluh tiga juta rupiah2012 Rp. 38.000.000,00 Tiga pulh delapan juta rupiah2013 Rp. 44.000.000,00 Emat puluh empat juta rupiah
TOTAL Rp. 169.000.000,00 Seratus enam puluh sembilang juta rupiahSumber : Kantor bupati Kab. Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), September
2014
Berdasarkan hasil perjanjian tersebut, pihak pertama dan pihak kedua
sepakat bahwa penghasilan yang diperoleh dari pengelolaan Objek Pariwisata
Mattampa untuk tahun 2007 dan 2008 merupakan masa dimana pihak kedua
dalam hal ini CV. Abadi Mega Group tidak memberikan keuntungan untuk
pemerintah daerah melainkan untuk mengadakan penambahan sarana hiburan dan
melakukan pembenahan Objek Pariwisata Mattampa.
Setelah Objek Pariwisata Mattampa resmi dikelolah oleh CV. Abadi Mega
Group penambahan, perenovasian dan pembenahan sarana dan prasarana Objek
Pariwisata Mattampa terus dijadikan sebagai sasaran utama untuk menciptakan
suasana baru di Objek Pariwisata Mattampa dengan tujuan untuk menarik minat
para wisatawan untuk berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa. Sarana dan
prasarana yang diadakan oleh CV. Abadi Mega Group seperti permainan anak-
anak diantaranya yaitu jet koster, kincir, karosel, rek boneka, rel kereta naga,
sepeda air, kereta singa, tawon putar, dan bum-bum car.
Selain melakukan pengadaan permainan anak-anak, CV. Abadi Mega
Group juga mengadakan pembangunan berupa gapura pintu masuk + loket,
patung binatang dan mainan taman, seperti ayun-ayunan, pagar dan toilet disekitar
gua karts, penambahan pagar keliling kolam renang, bangunan untuk areal mainan
55
anak seluas 6m X 22m, bangunan waterboom, kamar mandi luar seluas 4m X
18m, ruang pertemuan seluas 12m X 30m dan gasebo-gasebo.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan pengadaan sarana dan
prasarana yang diadakan oleh CV. Abadi Mega Group :
Tabel 3.4. Pengadaan Sarana dan Prasarana oleh CV. Abadi Mega Group
No.
Sarana dan Prasarana Jumlah
1234567891011121314151617181920
Jet KosterKincir KaroselRek BonekaRel NagaSepeda airKereta SingaTawon PutarBum-bum CarGapura pintu masuk dan loketPatung binatang dan mainan tamanPagar dan toilet disekitar GoaPenambahan pagar keliling kolam renangBangunan untuk areal mainan anak-anak (6m x 22m)Bangunan Water Boom (besar, kecil dan tong tumpah)Kamar mandi kolam (5m x 10m)Kamar mandi diluar (4m x 18m)Ruang pertemuan (12m x 30m)Gasebo (4m x 12m dan 4m x 14m)Gasebo
2 unit2 unit1 unit2 unit2 unit6 unit1 unit1 unit5 unit1 paket1 paket1 paket1 paket1 paket1 paket1 paket1 paket1 paket2 unit12 unit
Sumber : Kantor Bupati Pangkaje dan Kepulauan (Pangkep), September 2014.
Pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa telah menyediakan berbagai
macam fasilitas diantaranya Jet Koster, kincir yang sudah tidak dapat difungsikan
karena mengalami kerusakan sama halnya dengan kincir, Sepeda air dan tawon
putar sudah tidak berfungsi. Sepeda air mengalami kerusakan karena apaila
musim kemarau tiba, sepeda air sudah tidak bisa digunakan. Adapun untuk tawon
56
putar disebabkan karena mesinnya. Karosel, Rek Boneka, Rel Naga, Kereta
Singa, Bum-bum Car sampai sekarang masih berfungsi.
Bangunan kolam Waterboom yang terdapat di Objek Pariwisata Mattampa
berbentuk angka delapan dengan ukuran diameter lingkaran yang berbeda dan
dengan kedalaman yang berbeda pula. Ukuran diameter lingkaran di ujung Utara
memiliki ukuran yang kecil berbeda dengan ukuran diameter lingkaran yang ada
di sebelah Selatan yang luasnya tiga sampai empat kali lipat dari luas diameter
lingkaran yang ada di sebelah Selatan. Apabila luas waterboom dirata-ratakan
maka secara keseluruhan luasnya mencapai15 X 25 meter. Kedalaman kolam
waterboom di sebelah Utara hanya ½ meter, sedangkan kedalaman kolam renang
di sebelah Selatan memiliki kedalaman 1 meter.
Pihak pengelolah objek pariwisata Mattampa menyediakan kamar mandi
kolam dengan ukuran 5m x 10m dan kamar mandi diluar 4m x 18m. Kamar mandi
kolam dengan ukuran 5m x 10m berjumlah 10 buah. 8 buah terleak di sebelah
Timur kolam olimpyc dan 2 buah terletak di sebelah Timur waterboom dan kamar
mandi diluar 4m x 18m berjumlah 8 buah yang terletak di sebelah Selatan Kantor
Objek Pariwisata Mattampa. Pembangunan kamar mandi tersebut dibangun pada
tahun 2007 oleh pihak pengelolah CV. Abadi Mega Group.
Ruang pertemuan (aula) dengan ukuran 12m x 30m terletak di dekat
Mushollah. Ruang pertemuan ini dibangun pada tahun 2007 oleh pihak CV. Abadi
Mega Group . Di Ojbjek Pariwisata Mattampa tersedia gasebo sebanyak 63 unit.
Diantara ke 63 unit gasebo tersebut ada gasebo yang berbentuk lingkaran yang
57
terbuat dari besi, beton, perpaduan antara kayu dan beton serta gasebo yang
berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu.
Gasebo yang terbuat dari besi tersebar di pinggir kolam renang olimpyc,
waterboom dan kolam baby. Gasebo yang terbuat dari besi berjumlah 18 buah dan
1 buah diantaranya telah mengalami kerusakan. Gasebo yang terbuat dari beton
berjumlah 4 buah yang tersebar di sebelah Timur kolam olimpyc dan waterboom,
namun 1 buah diantaranya telah mengalami kerusakan.
Gasebo yang terbuat dari tiang kayu dan bertempat duduk beton berjumlah
24 buah. 9 buah tersebar di dalam kawasan permandian dan 15 buah tersebar di
kawasan taman Objek Pariwisata Mattampa. 3 buah di dalam kawasan
permandian telah mengalami kerusakan dan 1 buah di dalam kawasan taman
Objek Pariwisata Mattampa mengalami kerusakan.
Gasebo yang berbentuk persegi panjang berjumlah 17 dengan berbagai
ukuran yang tersebar di kawasan permandian dan di kawasan taman Objek
Pariwisata Mattampa. Sebanyak 5 buah gasebo yang berada di dalam kawasan
permandian dan 12 buah yang terdapat di kawasan taman Objek Pariwisata
Mattampa. Di dalam kawasan permandian ada gasebo yang berukuran 3m X 4m
sebanyak 3 buah. 1 buah berada di antara kolam olimpyc dan waterboom, 2 buah
terletak di sebelah Utara waterboom dan gasebo yang berukuran 4m X 5m
sebanyak 2 buah yang terletak di sudut tenggara kolam renang olimpyc dan 1 buah
berada di antara kolam olimpyc dan waterboom.
Adapun gasebo yang terdapat di kawasan taman Objek Pariwisata Mattampa
berukuran 2m X 2,5m. Bahan dasar uatama dari gasebo yang berukuran persegi
58
panjang terdiri atas seng genteng aluminium, tiang dari kayu ulin dan tempat
duduk dari papan biasa.
Pengadaan gasebo dilakukan secara bertahap. Tahap pertama diadakan oleh
pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada tahun 2005.
Tahap ke dua pembangunan gasebo dilakukan pada tahun 2007 di kawasan taman
bermain anak, tahap ke tiga pada tahun 2008 pembangunan gasebo dilakukan di
dekat mulut Gua Karts dan pada tahap ke empat pembangnan gasebo dilakukan
oleh pihak CV. Abadi Mega Group pada tahun 2007.
Adapun gasebo yang di bangun oleh pihak CV. Abadi Mega Group tersebar
di pinggir waterboom dan kolam olimpyc. Gasebo yang berukuran 3m X 4m
sebanyak 3 buah. 1 buah berada di antara kolam olimpyc dan waterboom, 2 buah
terletak di sebelah Utara waterboom dan gasebo yang berukuran 4m X 5m
sebanyak 2 buah yang terletak di sudut tenggara kolam renang olimpyc.
Pengadaan sarana dan prasarana oleh CV. Abadi Mega Group di Objek
Pariwisata Mattampa ternyata mampu menarik minat para wisatawan. Baik
wisatawan dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan itu sendiri maupun
wisatawan dari luar daerah Pangkajene dan kepulauan seperti Barru, Pare-Pare,
Maros dan Makassar. Wisatawan yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa
didominasi oleh masyarakat Pangkajene dan Kepulauan. Sehingga apabila kita
melihat perkembangan pengunjung yang berkunjung ke objek pariwisata
Mattampa, jumlah pengunjung yang paling ramai berkunjung ke Objek Pariwisata
Mattampa terjadi pada tahun 2007.
59
Tahun 2007 merupakan tahun dimana CV. Abadi Mega Group mengelolah
Objek Pariwisata Mattampa. Akan tetapi peningkatan jumlah pengunjung hanya
terjadi pada tahun 2007, sementara pada tahun 2008 sampai pada tahun 2013 telah
terjadi suatu dinamika.
Untuk lebih jelasnya berikut akan digambarkan grafik Trend pengunjung
yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa setiap tahunnya:
Grafik 3.5. Trend Jumlah Pengunjung yang Berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa Tahun 2007-2013
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Sumber : Kantor Bupati Pangkaje dan Kepulauan (Pangkep), September 2014.
Pada grafik diatas nampak bahwa pada tahun 2007 pengunjung yang
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa sebanyak 64. 960 orang. Pada tahun
2007 terjadi lonjakan pengunjug, hal ini disebabkan karena ada inovasi baru dari
Objek Pariwisata Mattampa yang dilakukan oleh CV Abadi Mega Group yang
memiliki nuansa yang berbeda dari pengelolaan pihak Pemerintah Daerah
Pangkajene dan Kepulauan khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaaan
60
sebelumnya sehingga masyarakat ingin merasakan ada apa di Objek Pariwisata
Mattampa sekarang? Apa perbedaan antara wahana wisata di Objek Pariwisata
Mattampa ketika masih dikelolah oleh Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan dengan pengelolah yang baru yaitu CV. Abadi Mega Group.
Pada tahun 2008 pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata
Mattampa sebanyak 36. 071 orang. Pada tahun 2008 ini pengunjung yang
berkunjung sudah mengalami penurunan, hal demikian disebabkan oleh
pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa sudah merasakan
sensasi yang telah dirasakan di tahun 2007.
Pada tahun 2009 pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata
Mattampa sebanyak 21.677 orang. Hal demikian menunjukkan penurunan yang
sangat drastis dari tahun 2008. Hal demikian disebabkan oleh rasa jenuh dari para
pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa sebab tidak ada
perubahan wahana yang dilakukan oleh pihak pengelolah Objek Pariwisata
Mattampa dari tahun 2007.
Pada tahun 2010 pengunjung yang berkunung ke Objek Pariwisata
Mattampa sebanyak 11.171 orang. Penurunan pengunjung yang berkunjung ke
Objek Pariwisata Mattampa mulai dari tahun 2008 sampai pada tahun 2010
disebabkan oleh tingkat kejenuhan dari para pengunjung. Kejenuhan yang
dirasakan oleh para pengunjung disebabkan oleh wahana yang disediakan oleh
pihak pengelolah itu-itu terus sehingga menimbulkan kebosanan tersendiri bagi
para pengunjung.
61
Pengunjung yang merasa jenuh dengan wahana yang disediakan oleh pihak
pengelolah tidak ada perubahan sama sekali bahkan kualitas dari wahana yang
disediakan oleh pihak pengelolah sudah mengalami penurunan, hal demikian
membuat para pengunjung berusaha untuk mencari suasana baru dan nuansa yang
baru di tempat rekreasi lain.
Pada tahun 2011 pengunjung yang berkunung ke Objek Pariwisata
Mattampa sebanyak 18.409 orang. Pada tahun ini terjadi peningkatan
dibandingkan pada tahun 2010. Peningkatan pengunjung disebabkan oleh adanya
perasaan rindu dari para pengunjung yang pernah berkunjung ke Objek Pariwisata
Mattampa sebelunnya untuk kembali lagi merasakan dan menikmati wahana yang
disediakan oleh pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa. Selain untuk
kembali merasakan, pengunjung juga ingin mencari tahu bahwa apakah sudah ada
perubahan atau inovasi baru yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2012 pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata
Mattampa sebanyak 19.394 orang. Pada tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan.
Hal demikian disebabkan keinginan kembali para pengunjung yang pernah
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa. Pada tuhun 2013 jumlah pengunjung
yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa senbanyak 15.353 orang. Hal
demikian kembali menunjukkan penurunan pengunjung yang berkunjung ke
Objek Pariwisata Mattampa.
Penurunan pengunjung pada tahun 2013 disebabkan karena tidak adanya
inovasi baru dari wahana yang disediakan oleh pihak pengelolah Objek Pariwisata
62
Mattampa. Selain dari faktor rasa jenuh dari pengunjung akibat kurangnya
inovasi di Objek Pariwisata Mattampa, penurunan pengunjung disebabkan oleh
kondisi cuaca dan faktor dari masyarakat itu sendiri yang belum menjadikan
wisata sebagai kebutuhan tapi hanya sekedar menjadikan wisata sebagai
penghibur dan pelepas rasa lelah dan kejenuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengantisipasi kejenuhan pengunjung maka perlu ada sesuatu yang
beda. Beda bukan berarti merubah atau mengganti wahana di dalam sebuah objek
pariwisata melainkan perlu dibenahi. Adapun hal yang perlu dibenahi di Objek
Pariwisata Mattampa mulai dari pintu gerbang terlebih lagi didalam kawasan
sehingga orang yang tidak mengetahui bahwa Mattampa adalah suatu objek
pariwisata yang ada di daerah Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan akan
menjadi tahu hanya dengan melihat pintu gerbang yang mencerminkan bahwa di
tempat itu adalah sebuah objek pariwisata.
Kendala yang dihadapi oleh CV. Abadi Mega Group sehingga tidak
melakukan pembenahan dan perenovasian ialah kurangnya dukungan dari pihak
pemerintah setempat sehingga meskipun pihak pengelolah ingin melakukan suatu
inovasi baru namun tidak mendapatkan dukungan dari pihak pemerintah daerah,
maka pihak pengelolah dalam hal ini CV. Abadi Mega Group tidak dapat berbuat
apa-apa.
63
BAB IV
DAMPAK OBJEK PARIWISATA MATTAMPA
A. Dampak Bagi Masyarakat Sekitar
Dalam sebuah usaha yang dikelolah di tengah-tengan pemukiman
masyarakat tentu akan memberikan dampak tersendiri bagi masyarakat sekitar
yang berada di lokasi. Begitupula halnya dengan masyarakat sekitar yang ada di
Objek Pariwisata Mattampa yang terletak di Kampung Balannge, Kelurahan
Samalewa, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Berbicara masalah dampak, maka yang biasa timbul adalah dampak positif
dan dampak negatif. Adapun dampak positif yang ditimbulkan dari keberadaan
Objek Pariwisata Mattampa bagi masyarakat sekitar ialah Objek Pariwisata
Mattampa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk mengais rezeki dengan
mendirikan warung-warung disekitar lokasi Objek Pariwisata Mattampa tanpa
harus membayar pajak.
Di Objek Pariwiasata Mattampa terdapat 10 pedagang yang berdagang. Di
dalam kawasan permandian terdapat 1 warung yang keuntungannya tidak
menentu kadang Rp. 50.000,00 kadang Rp. 150.000,00. Di kawasan taman Objek
Pariwisata Mattampa terdapat 2 warung yang pendapatannya hanya sekitar Rp.
30.000,00 sampai Rp. 50.000,00.
Di luar pintu gerbang ke dua Objek Pariwisata Mattampa terdapat 6 warung
yang keuntungannya hanya mencapai Rp. 20.000,00 sampai 30.000,00 sama
64
64
halnya dengan 1 warung yang terdapat di luar pintu gerbang Objek Pariwisata
Mattampa. Keuntungan yang diperoleh oleh para pedagang tidak diperoleh setiap
hari akan tetapi tergantung kedatangan para pengunjung yang berkunjung ke
Objek Pariwisata Mattampa. Meskipun pendapatan yang diperoleh dari hasil
jualan tidak terlalu besar, tapi para pedagang yang berdagang diarea Objek
Pariwisata Mattampa tetap antusias untuk berdagang di sekitar Objek Pariwisata
Mattampa.
Para pedagang yang berdagang di dalam kawasan maupun diluar kawasan
Objek Pariwisata Mattampa mengeluhkan sepinya pembeli karena kurangnya
pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa berbeda ketika
Objek Pariwisata Mattampa dikelolah oleh pihak pemerintah daerah Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan. Salah satu penyebab dari sepinya pengunjung yang
berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa ialah karena harga tiketnya yang
kurang terjangkau berbeda ketika Objek Pariwisata Mattapa dikelolah oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan harga tiket masuknya terjangkau.
Keberadaan Objek Pariwisata Mattampa juga dimanfaatkan oleh pemulung
yang memulung botol plastik, kaleng dan gelas plastik yang dibuang oleh
pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Keberadaan Objek Pariwisata Mattampa telah memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Rata-rata yang dipekerjakan sebagai karyawan
65
ialah masyarakat sekitar yang pekerjaannya sebelum bekerja di Objek Pariwisata
Mattampa rata-rata petani dan ibu rumah tangga.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari keberadaan Objek Pariwisata
Mattampa yaitu sawah para petani yang berada di areal Objek Pariwisata
Mattampa mau tidak mau harus dijual ke pihak pemerintah untuk dijadikan
sebagai objek pariwisata.
B. Dampak Bagi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep)
Kemajuan suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Salah
satu potensi yang berpengaruh bagi perkembangan dan kemajuan ekonomi dari
suatu daerah adalah pada sektor kepariwisataan.
Pangkajene dan Kepulauan memiliki beberapa lokasi yang telah dijadikan
sebagai objek wiasata, salah satunya adalah Objek Pariwisata Mattampa yang
berlokasi di Kecamatan Bungoro. Objek Pariwisata Mattampa bagi Daerah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sejauh ini belum memberikan dampak
negatif yang berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat Pangkajene dan
Kepulauan.
Hal demikian disebabkan karena pengunjung yang berkunjung rata-rata
adalah wisatawan lokal seperti masyarakat pangkajene dan Kepulauan itu sendiri,
Barru, Pare-pare, Maros, dan Makassar sehingga pola hidup masyarakat dari segi
66
sosial dan budaya belum mendapat pengaruh dari luar daerah Sulawesi dan
Indonesia. Keberadaan Objek Pariwisata Mattampa hanya berdampak pada sektor
pertanian sebab keberadaan Objek Pariwisata Mattampa membuat lahan
pertanian semakin sempit di daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Keberadaan Objek Pariwisata Mattampa bagi Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan setelah dikelolah oleh investor dalam negeri dalam hal ini CV. Abadi
Mega Group mampu meningkatkan pendapatan daerah dan membuat Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan lebih dikenal oleh daerah lain bahwa di Pangkajene
dan Kepulauan terdapat suatu objek pariwisata berupa waterboom, dan
permainan anak-anak.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan pemasukan pendapatan
daerah dari Objek Pariwisata Mattampa.
Tabel 4.1. Pemasukan Pendapatan Objek Pariwisata Mattampa ke Khas Pemerintah Daerah Kab. Pangkep oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
No.
Tahun Pendapatan Jumlah Pengunjung
123
200420052006
Rp. 81.716.500,00Rp. 94.744.000,00Rp. 90.000.000,00
31. 42035. 99837. 502
Sumber : Kantor Bupati Pangkaje dan Kepulauan (Pangkep), September 2014.
Pemasukan pendapatan yang diperoleh dari Objek Pariwisata Mattampa
menunjukkan peningkatan mulai dari ahun 2004 sampai pada tahun 2006. Namun
peningkatan pendapatan dari tahun ke tahun tidak mampu memberikan
sumbangan bagi penadapatan Daerah Kab. Pangkajene dan Kepulauan. Hal
demikian disebabkan karena biaya operasional dan gaji unuk karyawan yang
67
bekerja di Objek Pariwisata Mattampa lebih besar dari pemasukan yang diperoleh
oleh Objek Pariwisata Mattampa. Pengeluaran unuk biaya operasional Objek
Pariwisata Mattampa mencapai Rp. 100.000.000,00 diluar dari gaji para karyawan
yang bekerja di Objek Pariwisata Mattampa sememtara pemasukan kurang dari
Rp. 100.000,000,00.
Tabel 4.2. Pemasukan Objek Pariwisata Mattampa ke Khas Pemerintah Daerah Kab. Pangkajene dan kepulauan oleh CV. Abadi Mega Group.
No.
Tahun Pendapatan Jumlah Pengunjung
12345
2007200820092010201120122013
Rp. 434.880.000,00Rp. 275.855.000,00Rp. 247.432.000,00Rp. 159.779.000,00Rp. 276.135.000,00Rp. 328.008.000,00Rp. 246.130.000,00
64. 96036. 07121. 67711. 17118. 40919. 39415. 353
Sumber : Kantor Bupati Pangkaje dan Kepulauan (Pangkep), September 2014.
Pada hari Sabtu, 2 Desember 2006 CV. Abadi Mega Group menandatangani
kontrak kerjasama antara pihak Pemerintah Daerah Kaupaten Pangkajene dan
Kepulauan. CV. Abadi Mega Group mulai mengelolah Objek Pariwisata
Mattampa pada tahun 2007. Namun berdasarkan perjanjian antara pihak
Pemerintah Daerah Pangkajene dan Kepulauan dengan pihak CV. Abadi Mega
Group.
Tahun 2007 dan tahun 2008 merupakan masa percobaan dalam hal ini
pihak CV. Abadi Mega Group dibebaskan untuk tidak memberikan pemasukan
bagi pendapatan Daerah Pangkajene dan Kepulauan melainkan pendapatan Objek
Pariwisata Mattampa digunakan untuk pengembangan penunjang wahana, sarana
dan prasarana dari Objek Pariwisata Mattampa.
68
Dalam kontrak kerja sama antara pihak Pemerintah Daerah Pangkajene dan
Kepulauan dengan pihak CV. Abadi Mega Group disepakati bahwa pihak CV.
Abadi Mega Group harus memberi pemasukan pendapatan bagi pendapatan
Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebesar Rp. 25.000.000,00 pada
tahun 2009. Pada tahun 2010 Rp. 29.000.000,00, pada tahun 2011 Rp.
33.000.000,00, pada tahun 2012 Rp. 38.000.000,00 dan pada tahun 2013 CV.
Abadi Mega Group harus memberi pemasukan sebesar Rp. 44.000.000,00.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka kesimpulan dari skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Pada mulanya Objek Pariwisata Mattampa adalah tempat yang telah dijadikan
oleh masyarakat sekitar sebagai tempat rekreasi masyarakat yang dalam hal ini
masyarakat bebas berenang, mencuci dan mengambil air minum. Keberadaan
Objek Pariwisata Mattampa pada awalnya di kelolah oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pemerintah daerah
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tertarik untuk mengembangkan
Balannge sebagai objek pariwisata, sebab sebelum dikembangkan menjadi
Objek Pariwisata Mattampa, tempat tersebut telah ramai dikunjungi oleh
masyarakat Pangkajene dan Kepulauan. Selain itu lokasinya yang strategis
terletak dijalan poros Makassar- Pare-pare yang mudah dijangkau oleh para
wisatawan. Akhirnya pada tahun 2000 pembangunan proyek Objek Pariwisata
Mattampa telah dijalankan dan memasuki tahun 2004 Objek Pariwisata
Mattampa diresmikan oleh gubernur Sulawesi Selatan H.M. Amin Syam.
Objek Pariwisata Mattampa dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan hanya mampu berjalan kurang lebih 2 tahun lamanya. Hal
demikian disebabkan karena pengeluaran untuk biaya operasional lebih banyak
daripada pemasukan sehingga mengalami devisit, meskipun angka pengunjung
tiap tahunnya mengalami peningkatan. Akibatnya pemerintah daerah 70
70
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berinisiatif untuk mencari investor yang
mau bekerja sama untuk mengelolah Objek Pariwisata Mattampa. Pada akhir
tahun 2006 CV. Abadi Mega Promosindo bersedia melakukan kerjasama
dengan pemerintah daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk
mengelolah Objek Pariwisata Mattampa dalam bentuk ivestasi.
2. Pada tahun 2007, Objek Pariwisata Mattampa telah resmi dikelolah oleh
investor dalam negeri yaitu CV. Abadi Mega Group. Tahun 2007 dan tahun
2008 merupakan masa percobaan sehingga pemasukan yang diperoleh dari
Objek Pariwisata Mattampa dikelolah sendiri oleh pihak investor untuk
penambahan dan pembenahan Objek Pariwisata Mattampa. Memasuki tahun
2009 barulah kemudian pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa
menyerahkan pemasukan pendapatan berdasarkan hasil kesepakatan bersama
sebagai hasil pendapatan daerah dari Objek Pariwisata Mattampa. Awal
dikelolahnya Objek Pariwisata Mattampa oleh CV. Abadi Mega Group
menunjukkan peningkatan pengunjung yang sangat signifikan namun setelah
memasuki tahun ke dua, ke tiga jumlah pengunjung yang berkunjung
mengalami penurunan dan memasuki tahun ke empat pengunjung yang
berkunjung mulai meningkat meskipun peningkatannya tidak signifikan.
3. Peningkatan dan penurunan jumlah pengunjung merupakan hal biasa dalam
sebuah kepariwisataan. Hal yang membuat peningkatan pengunjung dalam
sebuah objek wisata yaitu adanya rasa penasaran untuk merasakan sensasi yang
dapat diperoleh dari wahana pariwisata yang ada pada sebuah objek pariwisata.
Memasuki tahun kedua dan ketiga pengunjung mengalami penurunan dalam
71
sebuah kepariwisataan karena pada tahun itu pengunjung sudah mulai merasa
jenuh dan bosan dengan wahana sehingga untuk mengantisipasi kejenuhan dan
kebosanan pengunjung maka perlu ada yang baru, baru bukan berarti harus
diganti melainkan penataan, perenovasian dan lain sebagainya sehingga
pengunjung merasakan suasana berbeda.
4. Secara garis besarnya, Objek Pariwisata Mattampa menyuguhkan tiga wahana
yang bisa dinikmati. Adapun wahana tersebut yaitu Permandian yang terbagi
menjadi tiga, diantaranya adalah kolam olimpyc, kolam baby dan waterboom.
Wahana kedua adala taman bermain anak yang menyediakan kincir, jet koster,
karosel, rek boneka, rel naga, sepeda air, kereta singa, tawon putar dan bum-
bum car. Wahana yang ketiga adalah gua alam yang disebut dengan gua karts.
5. Keberadaan Objek Pariwisata Mattampa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk mengais rezeki. Masyarakat sekitar mendirikan warung-warung baik
didalam kawasan maupun diluar kawasan Objek Pariwisata Mattampa selain
itu keberadaan Objek Pariwisata Mattampa telah memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Sebab karyawan yang bertugas di Objek
Pariwisata Mattampa rata-rata masyarakat sekitar. Objek Pariwisata Mattampa
setelah dikelolah oleh CV. Abadi Mega Group telah mampu meningkatkan
jumlah pendapatan daerah Pangkajene dan Kepulauan.
B. Saran-saran
1. Kepada pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep) dan pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa agar kiranya
72
membangun komunikasi dan kerjasama serta saling mendukung dalam
mengembangkan Objek Pariwisata Mattampa.
2. Diharapkan kepada pihak pengelolah Objek Pariwisata Mattampa agar kiranya
membenahi pintu gerbang Objek Pariwisata Mattampa sehingga nampak
bahwa lokasi tersebut adalah objek pariwisata.
3. Khusus bagi pengunjung yang berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa
agar kiranya betul-betul berkunjung ke Objek Pariwisata Mattampa untuk
berfantasi, bukan untuk hal-hal yang lain yang merupakan pelanggaran
terhadap norma asusila serta memperhatikan kebersihan kawasan Objek
Pariwisata Mattampa.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1985. Ilmu sejarah dan Histografi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
A.M. Dg. Masiga. 2008. Sejarah Kelahiran Pangkep. Kabupaten Pangkep: Dinas Kesejahteraan Sosial dan Tenaga Kerja.
Kambie, As. 2008. Pangkep Tempo Doloe. Makassar: Pustaka Refleksi.
Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Madjid, M. Saleh dan Hamid, Abd. Rahman. 2008. Pengantar Ilmu Sejarah. Makassar: Rayhan Intermedia.
Muis, Asdar. 2009. Syafruddin Nur Tulus Membangun Pangkep. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta.
M. Farid & W. Makklau. 2008. Sejarah Kekaraengan di Pangkep. Makassar: Pustaka Refleksi.
Nawawi S. Ramli. 2009. Ir. Syafruddin Nur, Msi. “Karyaku Untuk Rakyat”. Makassar: Yayasan Paleteang.
Noto Susanto, Nugroho. 1971. Norma-Norma dasar penelitian dan Penulisan Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramly, Najamuddin. S,E. 2006. Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Grafindo
Rosyidi, Herman. 1984. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: Rajawali Press.
Setiawan, Iwan dkk, 2013. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Kemendikbud RI
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Wacik, Jero. S.E. 2006. Informasi Pariwisata Nusantara. Jakarta: Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
(http://id.wikipedia.org/wiki/partisipasi)
(http://lokersputra.wordpress.com/2010/10/23/karts/trackback)
Elib Unicom.ac.id/donlowad.php.?id=175818
6974
74
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Novi IsmawanPekerjaan : Staf Dinas Pariwisata dan KebudayaanUmur : 41 tahunAlamat : Mattampa
2. Nama : Abdul JabbarPekerjaan : Staf Dinas Pariwisata dan KebudayaanUmur : 54 tahunAlamat : Jl. Andi Mauraga. Pangkajene
3. Nama : MasliatiPekerjaan : Staf Bidang Perlengkapan WisataUmur : 36 tahunAlamat : Pangkajene
4. Nama : Puang DengkengPekerjaan : Pensiunan PNSUmur : 57Alamat : Mattampa
5. Nama : Djoko PradityoPekerjaan : Menejer Dufan MattampaUmur : 49 tahunAlamat : Mattampa
6. Nama : RahmanPekerjaan : Petugas Dufan MattampaUmur : 39 tahunAlamat : Mattampa
7. Nama : RamlaPekerjaan : Karyawan Canteen dalam kolam renangUmur : 37 tahunAlamat : Mattampa
8. Nama : Suryani Pekerjaan : Pedagang diluar kawasan Dufan MattampaUmur : 43 tahunAlamat : Mattampa
75
9. Nama : MarsukiPekerjaan : Pedagang dalam kawasan Dufan MattampaUmur : 61Alamat : Mattampa
10. Nama : SyarifuddiPekerjaan : Pensiunan PDAMUmur : 57Alamat : Mattampa
11. Nama : MellaPekerjaan : IRTUmur : 34Alamat : Mattampa
12. Nama : JafarPekerjaan : Guru BKUmur : 22Alamat : Banga-bangae (Barru)
13. Nama : Muhammad ReskyUmur : 15 tahunPekerjaan : Pelajar SMPAlamat : Labakkang
76
77
LAMPIRAN 1
78
LAMPIRAN 2
79
LAMPIRAN 3
80
81
LAMPIRAN 4
82
83
LAMPIRAN 5
84
LAMPIRAN 6
85
LAMPIRAN 7
86
87
88
89
LAMPIRAN 8:Pintu Gerbang Pertama Objek Pariwisata Mattampa
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Pintu Gerbang Ke 2 (dua) Objek Pariwisata Mattampa
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
90
Replika Patung Kuda Penyambut Selamat Datang
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Taman Objek Pariwisata Mattampa
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
91
Wahana Permainan Anak
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Kincir
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
92
Jet Koster
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Kereta Singa
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
93
Gua Karts
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Keadaan dalam Gua:
Gambar: 1
94
Gambar: 2
Gambar: 3Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 201
95
Kolam Peninggalan Bangsa Belanda
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Sumber Mata Kolam Renang Objek Pariwisata Mattampa dan PDAM Pangkep.
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
96
Pintu Gerbang Waterboom dan Kantor Objek Pariwisata Mattampa
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Kolam Olimpyc
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
97
Waterboom
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
Kolam Baby + Tong tumpa dan perosotan
Sumber: Foto Jamaluddin, 29 September 2014
98
Pamplet Objek Pariwisata Mattampa
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
Tiket Masuk untuk Orang Dewasa
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
99
Tiket Masuk untuk Anak-anak
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
Tiket Masuk Permandian untuk Orang Dewasa
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
100
Tiket Masuk Permandian untuk Anak-Anak
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
Tiket unuk Kendaraan Roda Dua
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
101
Tiket unuk Kendaraan Roda Empat
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
Gasebo Persegi Panjang
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
102
Gasebo Lingkaran dari Besi
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
Gasebo Lingkaran dari Beton
Sumber: Foto Jamaluddin, 22 Desember 2014
103
RIWAYAT HIDUP
Jamaluddin, lahir di Lembang Saliweng Kec. Labakkang
Kab. Pankajene dan Kepulauan (Pangkep) pada tanggal
12 Februari 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari 5
bersaudara, buah hati dari pasangan L. Dg. Nimbang
dan R. Dg. Caya. Penulis memulai pendidikan formal di
SD Negeri 19 Pacikombaja Kec. Labakkang Kab. Pagkejene dan Kepulauan
(Pangkep) dan menyelesaikan studi pada tahun 2004. Setelah tamat di SD Negeri
19 Pacikombaja, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Labakkang
Kab. Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan tamat pada tahun 2007.
Setelah tamat di SMP tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Labakkang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) dan lulus
pada program IPA pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan melalui jalur PMDK
A dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
Selama terdaftar sebagai mahasiswa di UNM, pada tahun 2012 penulis dipercaya
sebagai Ketua Bidang I (Perlengkapan dan Pelayanan Umum) Perpustakaan Prodi
Pendidikan Sejarah Masa Bakti 2012-2013. Anggota Departemen Wirausaha
Study Club Al- Furqan BEM FIS UNM. Kemudian pada periode 2013-2014,
penulis kembali dipercaya dan diamanahkan sebagai Ketua Umum Perpustakaan
Prodi Pendidikan Sejarah. Ketua Departemen Kewirausahaan Study Club Al-
Furqan BEM FIS UNM. Setelah periode kepengurusan berakhir di Study Club Al-
104
Furqan BEM FIS UNM. Pada periode 2014-2015 penulis diamanahkan untuk
menjadi Majelis Syuro Organisasi (MSO) Study Club Al-Furqon BEM FIS UNM
dan anggota Departemen Dakwah Forum Study Islam Raohdatul Ilmi (FSI RI)
UNM yang merupakan lembaga dakwah tingkat universitas.
106