indriwspjt.files.wordpress.com · web viewhati memiliki peran dalam pertahanan tubuh yang...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK ANALISIS DAN APLIKASI ENZIM
PENENTUAN AKTIVITAS DAN KINETIKA ENZIM ALANIN
AMINOTRANSFERASE PADA HOMOGENAT HATI TIKUS
Penyusun :
Indriani Wisnu Susanto Panjaitan
1706121294
Dosen Pengampu :
Dr. dr. Ninik Mudjihartini, MS
PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktikum 2
1.2 Dasar reaksi 2
BAB II ISI 3
2.1 Enzim 3
2.2 Enzim alanine aminotransferase (ALT) 4
2.3 Hati 5
BAB III METODE 7
3.1 Alat dan Bahan 7
3.2 Cara Kerja 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 11
4.1 Hasil10
4.2 Pembahasan 17
BAB V PENUTUP 21
DAFTAR PUSTAKA 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim adalah suatu protein katalis yang berperan penting dalam metabolisme
dengan mempercepat terjadinya reaksi. Tanpa keberadaan enzim, reaksi biokimia
berjalan sangat lambat, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi reaksi. Fungsi suatu enzim
ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel.
Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10-11 kali lebih cepat daripada apabila reaksi
tersebut dilakukan tanpa katalis. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain suhu, derajat keasaman (pH), konsentrasi enzim dan substrat, kofaktor, dan
inhibitor. Enzim terdistribusi di tempat-tempat tertentu di dalam sel yang ditentukan
sesuai dengan golongan dan fungsinya.1
Salah satu golongan enzim yang biasa digunakan sebagai biokatalis adalah
golongan transferase. Enzim golongan ini umum digunakan dalam menilai penyakit hati
seperti alanine aminotransferase (ALT) atau secara spesifik adalah serum glutamate
piruvat transaminase (SGPT). Enzim ALT (alanine aminotransferase) berfungsi untuk
mengkatalisis pemindahan gugus amin dan alanin ke α-ketoglutarat menjadi piruvat dan
glutamat yang berperan pada proses glukoneogenesis dengan memfasilitasi sintesis
glukosa dari bahan non karbohidrat. Proses ini diperantarai oleh adanya koenzim
piridoksial fosfat (Vitamin B6) yang berubah menjadi piridoksamin. Enzim ALT adalah
enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati
dibandingkan dengan enzim lain.2
Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh, beratnya
rata-rata sekitar 1500 gram atau 2,5% berat badan pada orang dewasa normal. Hati
memiliki peran dalam pertahanan tubuh yang kaitannya dengan proses detoksifikasi
toksin, obat, serta senyawa yang dianggap asing oleh tubuh. Pada pemeriksaan fungsi
hati, analit atau zat yang diperiksa dapat berupa produk metabolisme sel hati (hepatosit).
Sel hepatosit hati yang bekerja untuk fungsi sepesifik tersebut diantaranya adalah sel
Kuppfer. Sel Kuppfer merupakan sistem retikoloendotel dan mempunyai fungsi utama
untuk menelan bakteri dan benda asing lain dalam tubuh. Dengan demikian, hati
merupakan salah satu organ yang berperan untuk menangani infeksi bakteri. Salah satu
1
pemeriksaan fungsi hati yaitu pemeriksaan aktivitas dan kinetika enzim alanine
aminotransferase (ALT) pada homogenat hati tikus.3
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk memahami konsep aktivitas spesifik dari enzim
glutamate-piruvat transminase (GPT) atau enzim alanine transaminase (ALT) dan
mengetahui total protein pada homogenat hati tikus. Selain itu, praktikum ini juga
bertujuan untuk menetapkan nilai Km dan Vmax pada reaksi enzimatik enzim ALT.
1.3 Dasar Reaksi
Gambar 1. Reaksi konversi glutamat dan piruvat menjadi alanin yang bersifat bolak-balik2
Eznim ALT mengkatalisis pemindahan amino dari alanin ke α-ketoglutarat.
Dimana alanin berasal dari piruvat dan oksaloasetat oleh transaminasi dari glutamat.
Produk dari reaksi transaminase berisifat reversibel (bolak-balik) menjadi piruvat dan
glutamat. Produk berupat piruvat akan menghasilkan warna coklat yang diamati
absorbansinya pada panjang gelombang 55 5 nm.
2
BAB II
ISI
2.1 Enzim
Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel. Oleh
karena enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan reaksi katalis.
Enzim merupakan katalisator organik dan dibuat dalam sel makhluk hidup sehingga
enzim disebut juga biokatalisator. Enzim juga memiliki sifat diantaranya selektif,
karena enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu.1
Suatu enzim berfungsi sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam
sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10-11 kali lebih cepat
daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang
sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Enzim dapat
menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan
energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi/mengeluarkan energi
(eksergonik).
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat zat yang
bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena
enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah
terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis
enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini
disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Kerja enzim
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, derajat keasaman (pH), konsentrasi
enzim dan substrat, kofaktor, dan inhibitor.1
Enzim tersusun dari protein, maka enzim sangat peka terhadap suhu. Suhu yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein. Suhu yang terlalu rendah dapat
menghambat reaksi. Pada umumnya suhu optimum enzim adalah 30-40℃. Kebanyakan
enzim tidak menunjukkan reaksi jika suhu turun sampai 0℃, namun enzim tidak rusak,
bila suhu normal maka enzim akan aktif kembali. Enzim tahan pada suhu rendah,
namun rusak diatas suhu 50℃. Jika berada pada suhu yang tidak optimum akan
menyebabkan perubahan bentuk dan enzim tidak bekerja secara optimal atau
strukturnya akan mengalami kerusakan serta kehilangan fungsinya. Enzim juga sangat
3
terpengaruh oleh pH. Perubahan pH dapat memengaruhi perubahan asam amino pada
sisi aktif enzim sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. pH
optimum yang diperlukan berbeda-beda tergantung jenis enzimnya. Agar reaksi berjalan
optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat harus sesuai. Jika enzim
terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan betjalan lambat bahkan ada
substrat yang tidak terkatalisasi. Karena semakin banyak jumlah enzim maka reaksi
akan berjalan semakin cepat. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain seperti
inhibitor. Seringkali enzim dihambat oleh suatu zat yang disebut inhibitor dengan cara
menurunkan aktivitas enzim secara langsung.
2.2 Enzim alanine aminotransferase (ALT)
ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim aminotransferase yang
berkaitan dengan kerusakan hati. Kerusakan sel atau degenerasi sel menentukan
tingginya angka enzim-enzim yang dilepas dari hati yang rusak. Enzim ini berperan
dalam proses katalisa kelas transferase dengan memindahkan gugus amino dari alanin
ke α-ketoglutarat dengan produk dari reaksi transaminase yang reversibel yaitu piruvat
dan glutamat dan berperan pada proses glukoneogenesis dengan memfasilitasi sinsetis
glukosa dari bahan non karbohidrat. Enzim ALT juga befungsi dalam pembentukan
asam-asam amino yang dibutuhkan untuk menyusun protein di hati. 2
Dua jenis aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik
kerusakan sel hati adalah aspartat aminotransferase (AST) yang disebut SGOT (serum
glutamic oxaloasetic transaminase) dan alanine aminotransferase (ALT) yang disebut
juga sebagai SPGT (serum glutamic pyruvic transaminase). AST atau SGOT adalah
enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung dan hati, sebagian lagi
ditemukan dalam otot rangka, ginjal, dan pankreas. Sedangkan ALT atau SPGT adalah
suatu enzim yang ditemukan pada sel-sel hepar dan sangat efektif dalam mendiagnosa
kerusakan hepatoseluler.
Jika rerjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju sirkulasi
darah. Kadar enzim ALT normal pada manusia adalah 5-35 U/L dimana pada pria
sebesar 30 U/L dan pada wanita sebesar 10 U/L. Sedangkan pada tikus, kadar normal
ALT sebesar 15-84 U/L. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan atau
infeksi akan meningkatkan 20 hingga 100 kali batas normal. Aktivitas enzim ALT akan
4
berada pada puncaknya pada hari ke 7 hingga 12 setelah hati mengalami kerusakan, dan
akan menjadi normal kembali dalam waktu 3-5 minggu.3
Enzim ALT berfungsi untuk mengkatalisis pemindahan amino dari alanin ke α-
ketoglutarat. Produk dari reaksi transaminase adalah reversibel, yaitu piruvat dan
glutamat. Enzim ALT memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor.4 Zat
ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-
enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin B6 seperti hemodialisis dan malnutrisi.
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati, karena
peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam
amino ke jalur-jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel
dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka
mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pankreas,
paru, limfa, dan eritrosit.5
2.3 Hati
Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh, beratnya
rata-rata sekitar 1500 gram atau 2,5% berat badan pada orang dewasa normal. Hati
memiliki peran dalam pertahanan tubuh yang kaitannya dengan proses detoksifikasi
toksin, obat, serta senyawa yang dianggap asing oleh tubuh. Pada pemeriksaan fungsi
hati, analit atau zat yang diperiksa dapat berupa produk metabolisme sel hati (hepatosit).
Sel hepatosit hati yang bekerja untuk fungsi sepesifik tersebut diantaranya adalah sel
Kuppfer. Sel Kuppfer merupakan sistem retikoloendotel dan mempunyai fungsi utama
untuk menelan bakteri dan benda asing lain dalam tubuh.6 Dengan demikian, hati
merupakan salah satu organ yang berperan untuk menangani infeksi bakteri. Hati juga
menseksresikan kolesterol dan bilirubin sebagai produk penguraian yang berasal dari
perombakan sel darah merah. Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai
peranan besar sebagai berikut :
a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Hati mengekskresikan sekitar satu liter empedu
setiap hari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus
halus.
5
b. Fungsi metabolik
Hati berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
juga memproduksi energi. Hati mengubah amonia menjadi urea untuk dikeluarkan
melalui ginjal dan usus.
c. Fungsi pertahanan tubuh
Hati mempunyai fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan. Fungsi detoksifikasi
dilakukan oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau
konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat
yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kupfer
yang terdapat di dinding sinusoid hati.
d. Fungsi vaskuler hati
Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap
menit. Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai filter karena
letaknya antara usus dan sirkulasi umum.7
Sel hepatosit yang mengalami luka akan mengeluarkan enzim berupa
aminotransferase. Aminotransferase merupakan enzim yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis kerusakan hati baik inflamasi maupun nekrosis. Peningkatan kadar
aminotransferase dapat menunjukan keabnormalan pada tubuh. Kenaikan kadar enzim
tersebut dapat menandakan pasien mengalami infeksi bakteri, virus, bahkan penyakit
autoimun. Enzim aminotransferase tersebut berupa alanin aminotransferase (ALT) atau
secara spesifik adalah serum glutamate piruvat transaminase (SGPT).8
6
BAB III
METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu tabung reaksi, pH meter, pipet mikro,
kuvet, penangas air, beaker glass, tissue homogenizer, spektrofotometer UV-Vis,
sentrifugator, neraca analitik, rak tabung reaksi, labu ukur, dan batang pengaduk
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu hati tikus, larutan NaCl 0,9%,
larutan dapar fosfat 0,1 M pH 7,4, larutan standar piruvat 2 mmol/L, larutan dapar
substrat yang mengandung 2mM asam α-ketoglutarat dan 100 mM L-alanin pH 7,4,
larutan pewarna: larutan 1,5 mM 2,4-dinitrofenilhidrazin, larutan NaOH 0,4 N, pereaksi
biuret, larutan standar albumin sapi 0,14 g/ 5 mL, dan larutan PBS (phosphate buffer
saline).
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Larutan
3.2.1.1 Larutan NaCl 0,9 %
Sebanyak 0,9 gram NaCl ditimbang dan dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 100 mL
3.2.1.2 Larutan NaOH 0,4 N
Sebanyak 1,6 gram NaOH ditimbang dan dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 100
mL
3.2.1.3 Larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin
Sebanyak 0,0297 gram serbuk 2,4-dinitrofenilhidrazin ditimbang dan dilarutkan dalam
100 mL HCl 1 N
3.2.1.4 Larutan standar piruvat 2 mmol/L
Sebanyak 0,022 gram serbuk piruvat ditimbang dan dilarutkan dalam PBS 0,1 M pH 7,4
hingga 100 mL ke dalam labu ukur.
3.2.1.5 Larutan dapar substrat yang mengandung 2mM asam α-ketoglutarat dan
100 mM L-alanin pH 7,4
7
Sebanyak 0,809 gram substrat L-alanin ditimbang dan ditambahkan dengan 0,0308
gram α -ketoglutarat, kemudian dilarutkan dalam PBS 0,1 M hingga volume mencapai
100 mL. Setelah itu larutan tersebut diatur pH nya menjadi 7,4.
3.2.2 Persiapan Sampel
3.2.2.1 Pembuatan homogenat hati tikus
Jaringan hati tikus ditimbang dan ditambahkan larutan NaCl 0,9% ke dalam
setiap jaringan dengan perbandingan 100 mg : 100 mL. Kemudian jaringan hati tikus
dilumatkan dengan tissue homogenizer sampai larutan homogen. Setelah homogen,
kedua suspensi disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 2000 rpm. Supernatan
diambil untuk dilakukan analisis selanjutnya.
3.2.3 Pelaksanaan Praktikum
3.2.3.1 Pembuatan kurva standar ALT
Kurva standar ALT dibuat dengan pengenceran larutan standar ALT menjadi
beberapa konsentrasi. Kurva standar dibuat dengan menggunakan aktivitas enzim ALT
sebagai sumbu x dan serapan (A) sebagai sumbu y. Seluruh larutan dipipet ke dalam
tabung reaksi sesuai dengan bahan yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 1. Komposisi larutan standar ALT
Tabung 1 2 3 4 5 6Aktivitas ALT (U/L) 0 14 32 51 69 92Larutan standar piruvat (mL) 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05Larutan dapar substrat GPT (mL) 0,1 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05
Larutan dicampur dengan baikPereaksi warna (mL) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Larutan dicampur dan didiamkan selama 20 menitLarutan NaOH 0,4 N (µL) 1 1 1 1 1 1Larutan dicampur dan didiamkan selama 5-20 menit lalu serapan dibaca pada panjang
gelombang 500-560 nm
3.2.3.2 Pengukuran aktivitas enzim ALT
Aktivitas enzim ALT diukur dengan memimpetkan komposisi bahan yang
sesusai pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi larutan untuk pengukuran aktivitas enzim ALT
Tabung Blanko UjiDapar substrat 0,5 mL 0,5 mL
8
Masing-masing tabung diinkubasi pada penangas 370C selama 5 menitBahan uji (homogenat hati) - 0,1 mL
Masing-masing tabung diinkubasi pada suhu 370C tepat 30 menitPereaksi warna 0,5 mL 0,5 mLBahan uji (homogenat hati) 0,1 mL -
Masing-masing tabung didiamkan pada suhu ruang selama tepat 20 menitLarutan NaOH 5 mL 5 mL
Larutan dihomogenkan dan serapannya dibaca pada panjang gelombang 500-600 nm setiap 5 menit
3.2.3.3 Penetapan kadar protein (Weischelbaum)
Kadar ptotein total dari keseluruhan jaringan diukur dengan metode
Weischelbaum dengan pereaksi biuret. Pembuatan larutan untuk pengukuran kadar
protein terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3. Komposisi pembuatan larutan uji Weischelbaum
Tabung Bahan Uji Standar BlankoBahan uji (mL) 0,1 - -Larutan standar (mL) - 0,1 -Akuades (mL) - - 0,1Larutan NaCl 0,9% (mL) 4,9 4,9 4,9Pereaksi Biuret (mL) 5 5 5
Masing-masing tabung diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit kemudian serapannya dibaca pada panjang gelombang 555 nm
3.2.3.4 Penentuan nilai Km dan Vmax
Penentuan nilai Km dan Vmax dilakukan dengan menggunakan variasi
konsentrasi substrat sehingga dapat disubstitusikan ke persamaan Lineweaver-Burk.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengukuran kurva standar ALT
Tabel 4. Nilai absorbansi pada pengukuran kurva standar ALT
Aktivitas ALT (U/L) Absorbansi 1 Absorbansi 2 Absorbansi
Rata-rataAbsorbansi
Koreksi0 0 0 0 014 0,151 0,152 0,152 0,04832 0,198 0,201 0,200 0,09651 0,226 0,227 0,227 0,12369 0,273 0,271 0,272 0,16892 0,303 0,306 0,305 0,201
Absorbansi blanko = 0,104
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
f(x) = 0.00214264112903226 x + 0.0138664314516129R² = 0.980870928227022
Kurva Standar Enzim ALT
Aktivitas enzim ALT (U/L)
Abs
orba
nsi
Grafik 1. Kurva standar enzim ALT
4.1.2 Pengukuran aktivitas enzim ALT
Tabel 5. Hasil pengamatan aktivitas enzim ALT
Sampel Blanko Absorbansi 1
Absorbansi 2 Rerata Koreksi Aktivitas
Enzim
10
ALT (U/L)
Homogenat hati tikus 0,228 0,373 0,375 0,374 0,146 60
Berdasarkan kurva standar ALT, diperoleh persamaan garis lurus y = 0,002x + 0,026
dimana y adalah absorbansi dan x adalah aktivitas enzim (U/L). Maka perhitungan
aktivitas enzim ALT (U/L) dapat dihitung sebagai berikut :
Aktivitas Enzim ALT (UL )= Absorbansi−slope
intercept
Aktivitas Enzim GPT ( unitL )= Absorbansi−b
a
Aktivitas Enzim GPT ( unitL )=0.146−0,026
0,002
Aktivitas Enzim GPT ( unitL )=60 U/L
4.1.3 Penetapan kadar protein (Weischelbaum)
Tabel 6. Perhitungan serapan dalam menetapkan kadar protein hati
Tabung AbsorbansiAbsorbansi
rata-rataAbsorbansi terkoreksi
Uji 1 0,091 0,090 0,036Uji 2 0,089Standar 1 0,177 0,179 0,125Standar 2 0,18Blanko 0,054 0,054 0,054
Perhitungan kadar protein:
Kadar protein( gL )= Au−Ab
As−Abx 28 g
Lbahanuji
¿ 0,0360,125
x 28
= 8,096 g/L
Aktivitas spesifik enzim ALT :
Aktivitas spesifik ALT= Aktivitas enzim ALTKadar protein
11
¿ 60U /L8 ,096 g /L
= 7,411 U/g
4.1.4 Pengaruh waktu inkubasi terhadap kecepatan reaksi ALT
4.1.4.1 Pengukuran kurva standar piruvat
Tabel 7. Nilai absorbansi pada pengukuran kurva standar piruvat
Konsentrasi Piruvat (mM)
Absorbansi 1
Absorbansi 2
Absorbansi rata-rata
Absorbansi terkoreksi
0 (blanko) 0,358 0,278 0,318 0,0000,2 0,392 0,382 0,387 0,0690,4 0,434 0,465 0,450 0,1320,6 0,511 0,520 0,516 0,1980,8 0,558 0,539 0,549 0,2311 0,586 0,573 0,580 0,262
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2-0.05
-4.16333634234434E-17
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
f(x) = 0.265428571428571 x + 0.0156190476190476R² = 0.975498039865795
Kurva Standar Piruvat
Konsentrasri piruvat (mM)
Abs
orba
nsi
Grafik 2. Kurva standar piruvat
4.1.4.2 Pengaruh waktu inkubasi terhadap kecepatan reaksi enzim ALT
Tabel 8. Perlakuan waktu inkubasi terhadap kecepatan reaksi enzim ALT
Waktu (menit) Blanko Uji 1 Uji 2 Absorbansi
rata-rataAbsorbansi koreksi
Konsentrasi piruvat (mM)
Kecepatan reaksi
(mM/menit)
12
10 0,436 0,596 0,591 0,594 0,158 0,535 0,053515 0,429 0,641 0,658 0,650 0,221 0,772 0,051520 0,430 0,613 0,621 0,617 0,187 0,646 0,0323
8 10 12 14 16 18 20 220.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
Pengaruh waktu inkubasi
Waktu inkubasi (menit)
Abs
orba
nsi
Grafik 3. Pengaruh waktu inkubasi terhadap laju reaksi enzim ALT
Berdasarkan kurva standar piruvat, didapatkan persamaan garis lurus y = 0,2654x +
0,0156 dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi piruvat (mM). Maka pada
menit ke-10, perhitungan konsentrasi piruvat adalah sebagai berikut :
Konsentrasi piruvat (mM )= Absorbansi−slopeintercept
Aktivitas Enzim GPT= Absorbansi−ba
Aktivitas Enzim GPT=0.158−0,01560,2654
¿0,535 mM
Perhitungan laju reaksi, contoh pada data waktu inkubasi 10 menit, dapat dilakukan sebagai berikut:
Lajureaksi= Konsentrasi piruvat (mM )waktu inkubasi (menit)
=0,535 mM10 menit
=0,0535 mM /menit
13
4.1.5 Penentuan Km dan Vmax enzim ALT
4.1.5.1 Pengukuran kurva standar piruvat
Pada pengukuran aktivitas enzim ALT, terlebih dahulu dilakukan pembuatan
kurva standar. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar piruvat pada beberapa
konsentrasi yang akan digunakan untuk pembuatan kurva standar dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 9. Nilai absorbansi pada pengukuran kurva standar piruvat
Konsentrasi Piruvat (mM) Absorbansi 1 Absorbansi 2 Absorbansi
rata-rataAbsorbansi terkoreksi
0 0,423 0,417 0,420 0,0000,2 0,498 0,531 0,515 0,0950,4 0,554 0,579 0,567 0,1470,6 0,677 0,619 0,648 0,2280,8 0,788 0,759 0,774 0,3541 0,802 0,813 0,808 0,388
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
f(x) = 0.399428571428571 x + 0.00195238095238093R² = 0.98415464248472
Kurva Standar Piruvat
Konsentrasi piruvat (mM)
Abso
rban
si
Grafik 4. Kurva standar piruvat
4.1.5.2 Penentuan kinetika enzim ALT
Tabel 10. Data absorbansi piruvat dengan perlakuan variasi konsentrasi substrat
14
Konsentrasi
substrat (mM)
Absorbansi 1
Absorbansi 2
Absorbansi rata-
rata
Konsentrasi
piruvat (mM)
10 0,309 0,311 0,310 0,77120 0,488 0,497 0,493 1,22830 0,600 0,592 0,596 1,48740 0,642 0,640 0,641 1,60050 0,677 0,680 0,679 1,69460 0,694 0,701 0,698 1,74170 0,716 0,732 0,724 1,80880 0,720 0,729 0,725 1,80990 0,726 0,727 0,727 1,814100 0,728 0,724 0,726 1,813
Berdasarkan kurva standar piruvat, didapatkan persamaan garis lurus y = 0,3994x +
0,002 dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi piruvat (mM). Maka pada
konsentrasi substrat 10 mM, perhitungan konsentrasi piruvat adalah sebagai berikut:
Konsentrasi piruvat (mM )= Absorbansi−slopeintercept
Aktivitas Enzim GPT= Absorbansi−ba
Aktivitas Enzim GPT=0.310−0,0020,3994
¿0,771 mM
Tabel 11. Perhitungan nilai S. 1/S, v, dan 1/v
s 1/s v 1/v10 0,100 0,051 19,45120 0,050 0,082 12,21430 0,033 0,099 10,08640 0,025 0,107 9,37650 0,020 0,113 8,85660 0,017 0,116 8,61470 0,014 0,121 8,29880 0,013 0,121 8,29290 0,011 0,121 8,269100 0,010 0,121 8,275
15
0 20 40 60 80 100 120-0.02
1.04083408558608E-17
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
Kurva Michaelis-Menten
[S] (mM)
v (m
M/m
enit)
Grafik 5. Kurva Michaelis-Menten
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.120,000
0,005
0,010
0,015
0,020
0,025
f(x) = 124.915278050853 x + 6.51431841407753R² = 0.987346214995169
Kurva Lineweaver-Burk
1/[S]
1/v
Grafik 6. Kurva Lineweaver-Burk
Berdasarkan persamaan Lineweaver-Burk:
1v= Km
Vmax∙ 1
S+ 1
Vmax
Persamaan garis lurus hasil perhitungan kinetika enzim ALT:
y = 124,92x + 6,5143
16
sehingga
KmVmax
=124,92 dan 1Vmax
=6,5143
Maka diperoleh nilai Vmax untuk ALT yaitu:
V max=1
6,5143=0,154 mM /menit
Nilai Km untuk ALT adalah:
Km=124,92× V max=124,92 ×0,154=19,176
1.2 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas spesifik dari enzim ALT,
total protein pada homogenat hati tikus, dan menetapkan nilai Vmax dan Km pada
reaksi enzimatik enzim ALT. Enzim ALT bekerja dengan mengubah substrat alanin
menjadi piruvat dengan memindahkan gugus amina dari alanin ke α -ketoglutarat. Uji
ini dilakukan dengan mengukur aborbansi larutan enzim ALT yang direaksikan dengan
substrat alanin dan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin pada keadaan lingkungan yaitu
suhu 37℃. Pengukuran aktivitas enzim ALT diperoleh dengan mengekstrapolasikan
aborbansi enzim ALT kepada kurva standar enzim ALT. Kurva standar dibuat untuk
menghubungkan antara nilai absorbansi dengan parameter kuantitatif yang telah
diketahui. Pada praktikum ini, kurva standar dibuat dengan menggunakan beberapa
variasi aktivitas enzim ALT antara lain 0, 14, 32, 51, 69, dan 92 U/L sebagai sumbu x
sedangkan nilai absorbansi digunakan sebagai sumbu y. Kurva standar enzim ALT
menghasilkan persamaan garis lurus yaitu y = 0,002x + 0,026. Berdasarkan hasil pada
tabel 4 diperoleh hasil aktivitas enzim ALT pada homogenat hati tikus sebesar 60 U/L.
Aktivitas enzim ALT pada homogenat tikus tinggi karena enzim ALT adalah enzim
intraseluler dan hati merupakan organ yang memproduksi enzim ALT.
Dalam mengukur aktivitas enzim dikenal istilah aktivitas spesifik enzim yang
didefinisikan sebagai besarnya aktivitas enzim per kadar protein total yang terkandung
dalam sumber enzim yang diuji. Satuan aktivitas enzim dinyatakan dalam unit aktivitas
yang menyatakan jumlah enzim yang mengubah 1 µmol substrat per menit pada kondisi
17
optimum. Semakin besar aktivitas spesifik enzim, maka makin besar tingkat kemurnian
suatu enzim.
Pengukuran aktivitas spesifik enzim ALT pada hati tikus dilakukan dengan
menetapkan kadar protein total yang terkandung di dalam homogenat hati tikus.
Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode Weischelbaum menggunakan
pereaksi biuret. Penetapan kadar protein didasarkan pada pengukuran absorbansi secara
kualitatif dengan adanya pembentukan senyawa kompleks warna. Reaksi warna terjadi
karena adanya ion Cu2+ pada pereaksi biuret yang akan membentuk kompleks dengan
ikatan peptida pada protein. Dengan reaksi tersebut menyebabkan terbentuknya warna
ungu-violet yang diidentifikasikan dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 555 nm. Pada praktikum kali ini, hasil perhitungan kadar protein pada
homogenat hati tikus diperoleh sebesar 8,096 g/L bahan uji.
Selain pentingnya menentukan kadar protein, namun penentuan aktivitas enzim
per jumlah protein yang terkandung dalam campuran enzim yang diuji juga merupakan
faktor terpenting. Semakin besar suatu aktivitas spesifik enzim, maka semakin besar
tingkat kemurnian enzim. Pada praktikum kali ini diperoleh aktivitas spesifik enzim
ALT pada homogenat hati tikus sebesar 7,411 U/g.
Pada praktikum ini juga dilakukan perlakuan variasi waktu inkubasi untuk melihat
optimasi aktivitas enzim ketika berikatan dengan substratnya yang disebut kecepatan
reaksi. Jika dilihat pada tabel 8 diperoleh absorbansi tertinggi yaitu 0,772 pada waktu
inkubasi 15 menit. Hal ini menyatakan bahwa waktu optimum yang dibutuhkan oleh
enzim ALT adalah pada menit ke-15 untuk membentuk produk dengan hasil yang lebih
besar dengan substrat alanin dan alfa-ketoglutarat yaitu dengan laju reaksi sebesar
0,0535 mM/menit. Selain itu kondisi di luar waktu optimum menyebabkan penurunan
aktivitas enzim dengan cepat bahkan kehilangan aktivitas katalitiknya.
Persamaan garis Michaelis-menten menyatakan bahwa pada konsentrasi substrat
yang rendah, hanya sedikit substrat yang menempati situs katalitik ini sehingga sedikit
pula komplek ES yang terbentuk. Penambahan substrat akan menyebabkan banyaknya
substrat yang dapat berinteraksi dengan bagian pada enzim tersebut. Dengan demikian,
kompleks ES yang terbentuk akan semakin banyak dan laju reaksi enzimatik juga akan
meningkat. Pada penentuan kinetika enzim diawali dengan pembuatan kurva standar
piruvat. Dalam melihat reaksi enzimatik, hal yang diukur adalah produk sehingga kurva
18
standar diperlukan untuk menghubungkan antara absorbansi dan konsentrasi produk
(piruvat). Pada kurva standar piruvat diperoleh persamaan garis y = 0,3994x + 0,002
dimana x adalah konsentrasi piruvat (mM) dan sumbu y menyatakan absorbansi.
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan penambahan substrat
10-60 mM diperoleh absorbansi yang meningkat secara bertahap. Namun pada
penambahan substrat 70 mM terjadi penurunan aborbansi, begitu pula pada penambahan
subtrat 80, 90, dan 100 mM. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
substrat alanin akan meningkatkan laju reaksi enzimatik pada enzim ALT. Jika diamati
pada grafik 5 yaitu kurva Michaelis-Menten menunjukkan konsentrasi substrat 70 mM
tidak naik namun membentuk garis parabola. Garis parabola ini mengindikasikan bahwa
pada garis tersebut penambahan substrat tidak lagi mampu untuk meningkatkan laju
reaksi atau kompleks ES pada konsentrasi substrat 70 mM sudah berada dalam keadaan
jenuh.
Pada kondisi dimana penambahan substrat tidak dapat meningkatkan laju reaksi
dan enzim telah mencapai laju reaksi maksimum maka dilakukan pengamatan pengaruh
konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim dapat dilakukan dengan memplot data
kinetik sebagai perbandingan terbalik dari laju reaksi (1/v) pada sumbu y dan
perbandingan terbalik konsentrasi (1/S) pada sumbu x. Persamaan ini dikenal sebagai
persamaan Lineweaver-Burk dan berbentuk sebagai grafik garis lurus. Persamaan garis
lurus Lineweaver-Burk dapat menghitung nilai Km dan Vmax. Km merupakan tetapan
keseimbangan reaksi enzimatik paruh pertama dan menunjukkan tingkat afinitas
substrat terhadap enzim sedangkan Vmax merupakan laju reaksi maksimum dimana
seluruh kompleks ES tidak dapat terbentuk lagi karena sistem sudah berada dalam
keadaan jenuh oleh penambahan substrat.
Hasil praktikum menunjukan bahwa nilai Vmax diperoleh sebesar 0,154
mM/menit. Hal ini menunjukan bahwa pada kecepatan maksimum, enzim alanin
aminotransferase dapat mengubah subtrat sebesar 0,154 mM/menit. Akan tetapi perlu
diperhatikan bahwa peningkatan konsentrasi substrat belum tentu meningkatkan
kecepatan laju reaksi, dimana pada saat enzim akan jenuh oleh substrat sehingga
kecepatan reaksinya teta yangsudah dijelaskan dengan kurva mendatar yang terdapat
pada teori Michaelis-Menten. Hasil praktikum ini juga menunjukkan nilai Km sebesar
19,176. Nilai Km yang diperoleh pada praktikum ini dapat dikatakan kecil sehingga
19
enzim alanin aminotransferase yang digunakan memiliki afinitas yang tinggi terhadap
substrat alanin. Dengan demikian keseimbangan reaksi lebih kearah pembentukan
komplek ES sehingga produk yang dihasilkan tinggi. Hal ini sejalan dengan penjelasan
mengenai nilai Km berbagai enzim yang sangat beragam, yaitu berkisar antara 10-1 dan
10-7. Enzim yang mempunyai nilai Km kecil menunjukan afinitas yang tinggi terhadap
substrat. Demikian pentingnya nilai Km ini sehingga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi enzim sekalipun.
20
BAB V
PENUTUP
Kerja enzim sebagai katalisator dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah konsentrasi substrat. Konsentrasi substrat ini akan mempengaruhi
kecepatan reaksi dari enzim. Pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar
protein total homogenat hati tikus yaitu 8,096 g/L dan aktivitas sepesifik enzim alanin
transferase sebesar 60 U/L. Dengan demikian, aktivitas spesifik enzim ALT adalah
7,411 U/g protein yang terkandung di dalam hati tikus. Pengukuran kinetika enzim
memiliki absorbansi tertinggi pada waktu inkubasi 15 menit dan waktu ini digunakan
untuk penetapan Km dan Vmax enzim ALT. Pada konsentrasi substrat 70 mM tidak
dapat meningkatkan laju reaksi dan enzim telah mencapai laju reaksi maksimum.
Perhitungan Km dan Vmax dapat dilakukan menggunakan kurva Lineweaver-Burk dan
diperoleh persamaan garis lurus y = 124,92x + 6,5143 dimana nilai Km pada enzim
ALT di organ tikus diperoleh sebesar 19,176 dan Vmax sebesar 0,154 mM/menit .
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 9,
EGC, Jakarta, 2007.
2. Sadikin, Mohammad.2002.Biokimia Enzim. Widya Medika: Jakarta
3. Soewoto, Hafiz et al. 2000. Biokimia eksperimen laboratorium. Widya Medika:
Jakarta
4. Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
5. Kosasih EN, Kosasih AS. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik,
Edisi 2, Karisma Publishing Group, Tangerang.
6. Giboney. P T. 2005. Midley Elevated Liver Transaminase Levels In The
Asymptomatic Patient. Am Fam Physician, 71(6) : 1105-10.
7. Guyton, Ac. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran diterjemahkan oleh Irawati
Setiawan. Jakarta: EGC. Hlm: 1103-1105, 1234-1237.
8. Widman FK. 1995. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC : 331.
22