· web viewindustri adalah sebuah usaha besar yang sangatlah perlu diolah sedemikian rupa sehingga...

13
TUGAS RESUME JURNAL PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC) Revising the Master Production Schedule in Sequence Dependent Processes” JAMES A. HILL, WILLIAM L. BERRY and DAVID A.SCHILLING DOSEN PENGAMPU : Ika Atsari Dewi, STP, MP NAMA KELOMPOK 1 : KELAS I 4. Hananingsih Widya R. (11510030011104 5) 5. Refa Hero Prakoso 1. Riza Nofyanti (115100300111010) 2. Alynka Prayfadhilla J.R. (115100300111031) 3. Saundra Rosallina

Upload: lamxuyen

Post on 03-May-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS RESUME JURNAL

PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC)

“Revising the Master Production Schedule in Sequence Dependent Processes”

JAMES A. HILL, WILLIAM L. BERRY and DAVID A.SCHILLING

DOSEN PENGAMPU : Ika Atsari Dewi, STP, MP

NAMA KELOMPOK 1 :

KELAS IJURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2013

4. Hananingsih Widya R.

(115100300111045)

5. Refa Hero Prakoso

(115100300111050)

6. Devian Festi Khalangi

(115100300111071)

1. Riza Nofyanti

(115100300111010)

2. Alynka Prayfadhilla J.R.

(115100300111031)

3. Saundra Rosallina L.

(115100300111043)

“Merevisi MPS Pada Rangkaian Proses yang Saling Bergantung”James A. Hill, William L. Berry and David A.Schilling

BAB IPENDAHULUAN

Industri adalah sebuah usaha besar yang sangatlah perlu diolah sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan sebagai hal untuk memperoleh keuntungan. Hal ini menjadikan dengan berjalannya industri secara lancar, maka keuntungan yang didapat juga akan makin banyak lagi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan banyak keuntungan itu adalah dengan mengelola jadwal dengan sebaik mungkin. Jadwal yang dimaksud adalah jadwal untuk memproduksi barang di perusahaan, baik produk jadi maupun produk setengah jadi. Adapun yang akan dibahas dari bab ini adalah MPS, atau Master Production Schedule. Makna lainnya adalah Jadwal Induk Produksi, yaitu ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau ramalan permintaan.

MPS menentukan pengaturan waktu dan ukuran dari jumlah produksi pada tiap produk. MPS yang dimiliki oleh perusahaan memiliki keterkaitan strategi yang luas, sebagai perencanaan agregat. Terdapat 2 tujuan dari MPS yang akan dibahas pada jurnal, yaitu menyampaikan metode dengan program yang efisien untuk meninjau ulang MPS untuk meningkatkan performansi dari pabrik yang rangkaian prosesnya saling bergantung dan untuk menentukan sensitivitas dari metode ini terhadap perbedaan yang sering di temui pada kondisi operasi di pabrik. Selain itu tujuan lain dari MPS adalah memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen, efisiensi penggnaaan sumber daya produksi, dan mencapai target tingkat produksi tertentu.

Sehingga dapat diketahui bahwa MPS sangat penting bagi perusahaan, karena tanpa adanya MPS maka proses produksi akan berjalan secara tidak teratur sehingga hasil yang didapat terkadang akan berlebihan sehingga tidak ada tempat untuk menyimpannya, dapat pula terjadi kekurangan persediaan sehingga pelanggan akan beralih ke produsen lain yang menyebabkan hilangnya pelanggan dan produk kita tidak akan dipilih oleh pelanggan, karena pelanggan sudah kecewa.

BAB IIPEMBAHASAN

1. PendahuluanPerubahan pasar menjadi sebuah ketentuan bisnis yang baru pada proses-proses

industri pabrik, termasuk kebutuhan untuk berbagai macam produk yang lebih besar dengan peningkatan atas kinerja waktu dan pengiriman. Untuk mendukung ketentuan ini sangatlah susah, seperti perusahaan pembuat bahan kimia, biasanya produk seperti ini memerlukan proses yang lama dan berurutan yang saling bergantung. Salah satu cara untuk mendukung adanya perubahan waktu dan persaingan pengiriman di lingkungan dengan variasi tinggi, yaitu dihadapi dengan mengembangkan jadwal induk produksi. Jurnal ini fokus pada peningkatan kerja pabrik dengan meninjau ulang jadwal induk produksinya dengan metode make to stock.

MPS menentukan pengaturan waktu dan ukuran dari jumlah produksi pada tiap produk. MPS yang dimiliki oleh perusahaan memiliki keterkaitan strategi yang luas, sebagai perencanaan agregat. Pada jurnal ini terdapat 2 tujuan yaitu, menyampaikan metode dengan program yang efisien untuk meninjau ulang MPS untuk meningkatkan performance dari pabrik yang rangkaian prosesnya saling bergantung dan untuk menentukan sensitivitas dari metode ini terhadap perbedaan yang sering di temui pada kondisi operasi di pabrik. 2. Heuristik Penjadwalan

SWAP heuristik adalah pencarian secara sederhana yang diuji secara ekstensif dalam penjadwalan literatur. Heuristik dimulai dengan menetapkan MPS pesanan dan mengurangi perubahan dari waktu ke waktu. Peralihan pesanan lokal dianggap menguntungkan dalam jadwal induk produksi karena pesanan tidak melampaui tanggal jatuh tempo aslinya, sehingga memungkinkan untuk perbaikan.3OPT adalah cara untuk meningkatkan penggunaan MPS dengan memeriksa tiga perintah pada suatu waktu. Contoh penomoran :

Pengambilan pesanan dan perubahan diwakili oleh 1,2,5,6, dan 8, 9, dengan membuat urutan baru dimana 1 diikuti oleh 6, 8 diikuti oleh 2, dan 5 diikuti oleh 9. Secara spesifik urutan hasil akan menjadi :

Jika hasil urutan kedua dalam perubahan total lebih kecil dari waktu ke waktu, maka masih dipertahankan di tempat pertama. Ada sejumlah cara yang berbeda untuk melakukan pertukaran tiga-cara. Penyederhanaan dilaksanakan untuk pendekatan swapping pada ilustrasi di atas, yang mempertahankan urutan semua perintah. Metode ini memberikan tandingan ke heuristik SWAP.

3. Desain PenelitianPada bagian ini, penulis menyajikan desain penelitian yang digunakan untuk mengevaluasi

kinerja dari jadwal Induk Produksi pada lingkungan proses industri. 3.1 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini digunakan sebelum melakukan perencanaan ulang Jadwal Induk Produksi. Penelitian ini mencoba untuk mengatasai beberapa masalah penting yang relatif ada pada pabrik yang multiple production. Beberapa pertanyaan yang diteliti dalam penelitian ini untuk meningkatkan kinerja Penjadwalan Induk Produksi pada proses industri, salah satu pertanyaan yang digunakan adalah “ Bagaimana kinerja dari Jadwal Induk produksi yang direvisi dipengaruhi oleh perubahan frekuensi perencanaan ulang?”3.2 Faktor Eksperimental

3.2.1 Koefisien Variasi Perubahan WaktuPenurunan persentase yang relatif kecil dalam perubahan waktu dapat

mewakili peningkatan dalam kinerja operasi. Banyak perusahaan yang meningkatkan margin produksi dengan memasukkan penjadwalan heuristik pada desain Jadwal Induk Produksi agar dapat mengurangi perubahan waktu yang bisa meningkatkan kinerja pabrik. Koefisien perubahan waktu sangat bervariasi, pada penelitian sebelumnya oleh Gavett (1965) dan Guinet (1993) menunjukkan variasi besar perubahan waktu yaitu 0,17-0,57. Pada penelitian kali ini menunjukkan koefisien perubahan waktu sebesar 0.97 atau hampir dua kali lipat nilai maksimum yang telah dipelajari. Faktor eksperimental membawa dimensi baru untuk penelitian penjadwalan induk produksi karena, dalam penelitian sebelumnya, giliran (perubahan) dapat diabaikan atau urutan independen. Untuk memahami bagaimana merevisi MPS di bawah kondisi operasi yang berbeda, peneliti memvariasi matriks perubahan untuk menghasilkan dua tingkat koefisien variasi (tinggi = tingkat dasar 0,97; rendah = 0:32 sepertiga dari dasar).3.2.2 TBO (Time Between Order)

Dalam jadwal Induk Produksi, waktu antara pesanan (TBO) umumnya digunakan untuk mengetahui ukuran masalah yang berbeda. TBO adalah rasio antara kuantitas pesanan ekonomi dan permintaan pesanan rata-rata. Jika jumlah item produksi tetap, maka perusahaan memiliki produk persediaan ( make to stock) dengan nilai TBO yang didominasi kecil dan MPS dengan ukuran masalah yang relaitf besar. Apabila perusahaan memiliki nilai TBO yang didominasi besar mencerminkan situasi di mana produk yang dihasilkan jarang dalam ukuran lot yang besar dan MPS dengan ukuran masalah yang telatif kecil. Pada penelitian ini, peneliti telah memilih nilai TBO( tinggi = 20, rendah = 4) yang menghasilkan urutan ukuran mulai dari 20 sampai 100.3.2.3 Metode MPS

Metode eksperimental faktor penjadwalan induk produksi ditetapkan pada tiga tingkatan. Pengaturan pertama merupakan hasil MPS awal tanpa menggunakan

perencanaan ulang heuristik. Pengaturan kedua dan ketiga merupakan hasil revisi MPS menggunakan SWAP dan 3OPT masing-masing.3.2.4 Ketidakpastian Permintaan

Ketidakpastian permintaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kinerja penjadwalan induk produksi. Kesalahan perkiraan yang dimodelkan menggunakan distribusi normal dengan rata-rata nol dan standar deviasi dengan dua pengaturan eksperimental: 15% dan 30% dari kebutuhan rata-rata. Persyaratan perkiraan yang digunakan dalam menentukan MPS dihitung dengan menambahkan kesalahan perkiraan untuk permintaan yang sebenarnya setiap periode selama menjalankan simulasi. Asumsi penting adalah isi dari peramalan. Penelitian ini menggunakan peraturan Fixed Periodic Requirement (FPR), dimana FPR yang digunakan menggunanakan aturan lot-sizing. 3.2.5 Frekuensi Perencanaan Ulang

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh merevisi MPS dalam lingkungan industri proses. Sridharan dan Berry (1990) telah menunjukkan bahwa panjang horison perencanaan memiliki sedikit pengaruh pada biaya sistem dan layanan pelanggan. Oleh karena itu, peneliti tidak bermaksud untuk fokus pada panjang horison perencanaan. Tetapi peneliti fokus mengatur frekuensi perencanaan ulang (R) untuk bea sebagian kecil dari horison perencanaan tetap (N). Nilai R untuk eksperimen ini adalah 0,25, 0,50, 0,75 dan 1,0. Ketika R adalah sama dengan 0,25, merevisi dilakukan setiap periode 0.25N.

3.3 Kriteria-KinerjaTekanan pelanggan untuk meningkatkan kinerja pengiriman membuat jumlah

shortage menjadi ukuran sangat penting. Kinerja pengiriman didefinisikan sebagai sejauh mana manufaktur tidak dapat memenuhi tanggal jatuh tempo keterlambatan MPS. Keterlambatan diukur dengan periode penjadwalan setiap pesanan dalam bentuk MPS yang disampaikan terlambat. Pengukuran ini diubah menjadi jumlah shortage dengan mengalikan keterlambatan dengan penjualan rata-rata perkiraan per periode penjadwalan. Total persediaan adalah sama dengan total shortage. Waktu changeover merupakan ukuran penting karena MPS sering dikembangkan di lingkungan yang mempertimbangkan kriteria lain, seperti investasi persediaan layanan pelanggan dan ketidakstabilan pelanggan. Adanya kapasitas tambahan dapat digunakan sebagai penyangga terhadap variabilitas permintaan. Akibatnya, ukuran ini menggambarkan potensi peningkatan kapasitas diperoleh dengan merevisi MPS. Berdasarkan pembahasan di atas, kita menggunakan tiga kriteria kinerja untuk mengevaluasi kinerja MPS, yaitu jumlah total shortage dalam perencanaan MPS, jumlah total persediaan barang jadi sesuai perencanaan MPS, dan jumlah total waktu changeover sesuai perencanaan.

3.4 Desain-EksperimentalSimulasi percobaan dilakukan untuk menguji pertanyaan penelitian yang disajikan

sebelumnya. Sebuah Analisis faktorial penuh desain variasi dengan 40 ulangan digunakan untuk memeriksa pertanyaan penelitian. Ulangan dalam percobaan ini adalah 40 set produk yang berbeda. Setiap set produk meliputi sepuluh produk, masing-masing memiliki data sebagai berikut: penjualan periode rata-rata perkiraan untuk 30 periode (dalam unit), ukuran sekumpulan MPS (dalam unit), persediaan awal MPS dan jangka waktu tingkat pengolahan (dalam unit / jam). Data matriks waktu changeover mewakili data operasi aktual yang dikumpulkan dari sebuah perusahaan pengolahan kimia. Selanjutnya, catatan MPS digunakan untuk setiap produk yang mengandung prakiraan, yaitu persediaan. Catatan-catatan ini diproses untuk mengembangkan 30 periode MPS. Pada akhir setiap siklus perencanaan ulang, MPS direvisi menggunakan penjadwalan heuristik. Prosedur ini diulang sampai semua 30 periode persyaratan diproses. Untuk menghilangkan efek kondisi transien terhadap kinerja operasi, kelima periode data kinerja operasi di setiap menjalankan simulasi dibuang. Interval inisialisasi-periode lima terpilih setelah inspeksi visual dari data tingkat persediaan. Di percobaan ini, kondisi persediaan awal adalah sama untuk semua set produk. Oleh karena itu, perbedaan kinerja antara ulangan dihasilkan dari perbedaan acak perkiraan periode rata-rata, rasio produk nilai, dan perbedaan dalam pergantian koefisien waktu nilai variasi.

4. Hasil penelitian dan pembahasanHasil menunjukkan pengaruh faktor eksperimental terhadap kinerja manufaktur

disajikan dalam tiga bagian. Bagian I membahas perbedaan statistik dalam kinerja antara MPS tanpa menggunakan heuristik penjadwalan dan MPS direvisi menggunakan SWAP dan 3OPT. Bagian II akan membahas perubahan frekuensi perencanaan ulang dan pengaruh pada kinerja. Bagian III membahas interaksi dua arah antara faktor-faktor eksperimental.

4.1 Metode penjadwalan induk produksi Pada ANOVA efek metode MPS terhadap keseluruhan shortage, hasil Tukey

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara MPS tanpa revisi, MPS direvisi dengan SWAP dan MPS direvisi dengan 3OPT. Hasil untuk jumlah shortage ditunjukkan metode SWAP lokal memiliki jumlah shortage rendah rata-rata di semua lingkungan operasi dari kedua metode 3OPT global dan MPS tanpa heuristik penjadwalan. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa merevisi MPS dengan heuristik SWAP lokal menyediakan total shortage terendah ketika beroperasi di lingkungan dengan Changeover tergantung urutan.

Pada ANOVA efek metode MPS terhadap total persediaan, hasil Tukey menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara 3OPT dengan SWAP dan MPS tanpa revisi. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara SWAP dan MPS tanpa revisi. Karena 3OPT adalah heuristik global, pesanan berpotensi bergerak maju sesuai perencanaan menyebabkan persediaan terbangun. Hasil ini menunjukkan bahwa rancangan heuristik penjadwalan

digunakan untuk merevisi MPS dapat menyebabkan degradasi kinerja MPS saat dioperasikan dalam Changeover tergantung urutan. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya (Yano dan Carlson 1987, Sridharan dan Berry 1990) frekuensi merevisi MPS dapat diinginkan dalam lingkungan operasi tertentu.

Pada ANOVA efek metode MPS terhadap waktu Changeover, hasil Tukey menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara MPS tanpa revisi dengan SWAP atau 3OPT. Ada juga perbedaan yang signifikan antara 3OPT dan SWAP. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa waktu Changeover adalah ketika pengukuran kinerja yang dipilih itu bermanfaat untuk merevisi MPS untuk meningkatkan kinerja. Kita juga dapat menyimpulkan bahwa 3OPT melebihi SWAP dalam mengurangi waktu Changeover di horison perencanaan. Sekarang kita telah menyimpulkan bahwa merevisi MPS akan meningkatkan kinerja pabrik kita, mengalihkan perhatian kita untuk seberapa sering MPS harus direvisi.4.2 Perubahan frekuensi perencanaan ulang

Pengaruh frekuensi perencanaan ulang pada kinerja tergantung pada metode yang dipilih untuk merevisi MPS dan pengukuran kinerja yang dipilih. Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam waktu Changeover antara semua tingkat frekuensi perencanaan ulang untuk 3OPT dan SWAP. Seringnya perencanaan ulang MPS menyebabkan lebih banyak pesanan terbuka untuk penjadwalan ulang. Dengan lebih banyak pesanan terbuka untuk penjadwalan ulang, waktu Changeover lebih dapat dikurangi. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan dalam total shortage ketika frekuensi perencanaan ulang lebih besar dari 0,50 dari horison perencanaan untuk heuristik SWAP. Hal ini menyebabkan kemungkinan peningkatan lebih banyak pesanan akan dipindahkan lebih jauh dari tanggal jatuh tempo asli mereka menyebabkan peningkatan shortage. Sebaliknya, heuristik 3OPT hanya meningkatkan kinerja shortage ketika frekuensi perencanaan ulang ditetapkan sebesar 0,75. Dalam hal ini, hanya 25% dari horizon perencanaan terbuka untuk penjadwalan ulang. Frekuensi revisi MPS menggunakan heuristik 3OPT dapat menyebabkan degradasi total shortage. Hasil ini terjadi karena 3OPT adalah heuristik yang lebih global daripada SWAP. Hasil Tukey untuk MPS tanpa heuristik penjadwalan tidak konklusif. Bahkan, hasil ANOVA faktorial lengkap menunjukkan bahwa frekuensi perencanaan ulang tidak signifikan dibandingkan dengan faktor-faktor lingkungan lainnya.4.3 Interaksi dua arah

Hasil menunjukkan efek CV terhadap total shortage tidak sama untuk MPS tanpa revisi dan MPS direvisi menggunakan SWAP dan 3OPT. Interaksi ditunjukkan pada Gambar 1. Jumlah shortage degradasi di MPS tanpa revisi dan 3OPT sebagai peningkatan CV dibandingkan SWAP, di mana jumlah shortage relatif konstan di kedua tingkat CV. Interaksi MPS X CV juga dapat dilihat di bawah total waktu Changeover pada gambar 2. Peningkatan CV menyebabkan lebih banyak waktu Changeover di MPS tanpa revisi versus solusi MPS direvisi.

Ringkasan frekuensi perencanaan ulang X interaksi CV pada shortage perencanaan, persediaan dan waktu Changeover ditunjukkan dalam tabel 7 untuk heuristik 3OPT. Data menunjukkan bahwa frekuensi perencanaan ulang menghasilkan efek lebih besar pada persediaan dan shortage ketika koefisien variasi yang tinggi dan heuristik 3OPT digunakan untuk merevisi MPS. Oleh karena itu, kondisi di mana keputusan dibuat untuk perencanaan ulang MPS yang menguntungkan dapat memiliki pengaruh penting terhadap kinerja.

5. KesimpulanPercobaan ini menunjukkan pentingnya merevisi MPS dalam proses lingkungan industri.

Hasil ini merupakan perbaikan yang signifikan terhadap MPS direvisi. Hasilnya terutama signifikan karena mereka dicapai di bawah kondisi operasi yang tidak dipertimbangkan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi merevisi MPS dalam proses industri dengan pergantian urutan dependen. Makalah ini juga dibangun di atas penelitian sebelumnya dengan secara eksplisit mempelajari efek gabungan merevisi MPS dengan proses yang memiliki beberapa produk dengan urutan giliran dependen. Lebih lanjut harus menyelidiki desain kerja jadwal induk produksi dalam proses industri dengan urutan giliran dependen, dan sensitivitas penjadwalan metode untuk perubahan dalam kondisi operasi.

BAB IIIPENUTUP

Dari resuman jurnal yang telah kami kerjakan, dapat diambil kesimpulan bahwa MPS sangat perlu bagi perusahaan, karena tanpa adanya MPS maka proses produksi akan berjalan secara tidak teratur sehingga hasil yang didapat terkadang akan berlebihan sehingga tidak ada tempat untuk menyimpannya, dapat pula terjadi kekurangan persediaan sehingga pelanggan akan beralih ke produsen lain yang menyebabkan hilangnya pelanggan dan produk kita tidak akan dipilih oleh pelanggan, karena pelanggan sudah kecewa. MPS juga perlu diperhatikan sebaik mungkin, karena terdapat banyak manfaat yang didapat apabila mengelola Jadwal Induk Produksi dengan baik. Salah satu manfaatnya adalah menjadwalkan produksi dan pembelian material untuk produk. Jadwal induk produksi menyatakan kapan, jumlah, dan due date produk harus dipesan.

Merevisi MPS dalam proses lingkungan industri signifikan karena dicapai di bawah kondisi operasi yang tidak dipertimbangkan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi merevisi MPS dalam proses industri dengan pergantian urutan dependen. Jurnal ini juga dibangun di atas penelitian sebelumnya dengan secara eksplisit mempelajari efek gabungan merevisi MPS dengan proses yang memiliki beberapa produk dengan urutan giliran dependen. Lebih lanjut harus menyelidiki desain kerja jadwal induk produksi dalam proses industri dengan urutan giliran dependen, dan sensitivitas penjadwalan metode untuk perubahan dalam kondisi operasi.

Merevisi MPS adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan. Selain itu dapat juga dengan menggunakan metode SWAP dan 3OPT. dapat menggunakan salah satu dari ketiga metode itu, dan dapat menggunakan kombinasi dari kedua bahkan ketiga metode tergantung bagi perusahaan sanggup menjalankan metode yang mana. Cara tersebut ditempuh ketika MPS yang awal mengalami kendala atau masalah sehingga perlu dilakukan cara yang baru. Namun dari jurnal lebih menekankan untuk melakukan cara merevisi MPS karena dianggap cara yang paling efektif dibandingkan dengan dua metode yang lainnya.