fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · web viewprogram semester,...

25

Click here to load reader

Upload: phungtuyen

Post on 08-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Belajar dan Mengajar

1.1 Proses Belajar

Belajar artinya berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya

mendapatkan suatu panduan (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Sedangkan

dalam Wittaker (1970:215) yang dikutip Westy Soemanto (dalam Fatah

2007:12) menyebutkan bahwa : belajar dapat didefinisikan sebagai proses

dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman (learning may be defined as the proscess by which behavior

originates or as altered through training or experience).

Menurut Fontana (dalam Tim MKPMB, 2001:8), pengertian belajar

adalah proses perubahan tingkah laku individual yang relatif tetap sebagai

hasil dari pengalaman. Selanjutnya Arifin dalam (Hartini dalam Fatah,

2007:12) memberikan definisi sebagai berikut : Belajar adalah suatu kegiatan

peserta didik dalam menerima, menenggapi, serta menganalisa bahan-bahan

pelajaran yang disajikan oleh para guru yang berakhir pada kemampuan anak,

menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu. Dengan kata lain, belajar

adalah suatu rangkaian proses kegiatan respons yang terjadi dalam suatu

rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah

laku, baik jasmaniah maupun rohaniah akibat pengalaman atau pengetahuan

yang diperoleh.

Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan

tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen serta perubahan tersebut

disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan

ataupun perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh karena itu,

pada prinsinya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

8

Page 2: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

interaksi antara siswa dengan sumber–sumber belajar, baik sumber yang

didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya trerjadi

karena adanya interaksi antara siswa dengan guru, namun hasil belajar yang

maksimal juga bisa diperoleh dari interaksi antara siswa dengan sumber-

sumber belajar lainnya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman dalam interaksai

dengan lingkungan. Belajar sebagaimana yang dikemukakan diatas

merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang, sehingga terjadi

perubahan pada diri orang tersebut. Perubahan tersebut mencakup perubahan

tingkah laku secaran keseluruhan, baik dalam hal pengetahuan (kognitif),

nilai sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor).

1.2 Mengajar

Menurut Arifin (dalam Muhibin Syahdalam Fatah, 2007:14) :

“Mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran

kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan

mengembangkan bahan pelajaran itu”. Dari definisi di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa mengajar itu pada intinya mengarah pada

timbulnya prilaku belajar siswa. Mengajar merupakan aktivitas yang

dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Guru memegang

peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, oleh karena itu guru harus

memiliki berbagai pengetahuan dan kemampuan untuk mencapai hasil yang

lebih baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam menjalankan tugas sehari-hari, setiap guru akan melaksanakan

pembelajaran di kelas, disadari atau tidak, akan memilih strategi tertentu agar

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan dengan hasil

optimal. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru Matematika

sebelum melaksanakan pembelajaran Matematika di kelas, biasanya dibuat

9

Page 3: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

secara tertulis, mulai dari telaah kurikulum, penyusunan program tahunan,

program semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Strategi pembelajaran meliputi pendekatan, metode, teknik,

model pembelajaran, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan peserta

didik, dan upaya evaluasi dampak pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran Matematika adalah cara yang ditempuh

guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa

beradaptasi dengan siswa. Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran

Matematika, yaitu pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan

bersifat materi. Pendekatan metodologi diantaranya adalah pendekatan

intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistik,

heuristik. Sedangakan pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran

Matematika dengan dalam penyajian konsep Matematika disajikan dengan

konsep lain.

Ada beberapa macam metode pengajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran Matematika, diantaranya metode ceramah, tanya jawab, dikusi,

pemberian tugas belajar (resitasi), demonstrasi dan eksperimen, kerja

kelompok, wisata, mengajar beregu (team teaching).

2. Hakikat Pendidikan Matematika

2.1 Matematika Sekolah

Matematika sekolah adalah Matematika yang diajarkan di jenjang

persekolahan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan

Sekolah Menengah Atas. Matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama

dengan Matematika sebagai ilmu. Dikatakan tidak sepenuhnyan sama, karena

memiliki perbedaan, antara lain :

1. Penyajian Matematika

Penyajian atau pengungkapan butir-butir Matematika di sekolah

disesuaikan dengan perkiraan perkembangan intelektual peserta didik

dengan mengaitkan butir yang akan disampaikan dengan realitas disekitar

10

Page 4: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

siswa atau disesuaikan dengan pemakaiannya. Penyajian Matematika di

SMA berbeda dengan penyajian di SMP maupun di SD.

2. Pola Pikir Matematika

Pola pikir Matematika secara ilmu adalah deduktif. Sifat atau teorema

yang ditentukan secara induktuf ataupun empirik kemudian dibuktikan

kebenarannya dengan langkah-langkah deduktif sesuai strukturnya.

Tidaklah demikian halnya dengan Matematika sekolah, meskipun siswa

pada akhirnya diharapkan mampu berpikir deduktif namun dalam proses

pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif

yang digunakan yang dimaksud untuk menyesuaikan dengan tahap

perkembangan intelektual siswa.

3. Keterbatasan Semesta

Sebagai akibat dipilihnya unsur atau elemen Matematika sekolah dengan

memperhatikan aspek kependidikan, dapat terjadi “penyederhanaan” pada

konsep Matematika yang kompleks. Pengertian semesta pembicaraan

tetap diperlukan namun mungkin sekali lebih dipersempit. Selanjutnya

semakin meningkat usia siswa, yang berarti meningkat juga tahap

perkembangannya, maka semesta itu berangsur lebih diperluas lagi.

4. Tingkat Keabstrakan

Objek Matematika adalah abstrak. Sifat abstrak objek Matematika

tersebut tetap ada pada Matematika sekolah. Hal ini merupakan salah satu

penyebab sulitnya seorang guru mengajarkan Matematika sekolah.

Seorang guru Matematika harus mengurangi sifat abstrak dari objek

Matematika sehingga memudahkan siswa dalam menangkap pelajaran

Matematika sesuai dengan tingkatannya.

2.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Matematika

Fungsi Matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan

instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan melandaskan kebenaran,

konsistensi, dalam setiap proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan

11

Page 5: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

pendidikan. Kebenaran konsistensi adalah kebenaran yang terdahulu yang

telah diterima. Tujuan pembelajaran Matematika yang dituntut dalam

kurikulum 2006 adalah :

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelildikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melkibatkan imajinasi, institusi,

dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan kemampuann menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicartaan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram, dan menjelaskan gagasan.

Kecakapan dan kamahiran Matematika yang diharapkan dapat tercapai

dalam belajar Matematika adalah:

1. Menunjukan pemahaman konsep Matematika yang dipelajari,

menjelaskan keterkaitan anatar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3. Menggunakanan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manifulasi

Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

4. Menunujukan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan),

menafsirkan dan menyelesaikan model Matematika dalam pemecahan

masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan.

2.3 Strategi Belajar Mengajar Matematika

12

Page 6: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

Strategi belajar mengajar Matematika adalah seperangkat

kebijaksanaan terpilih mengenai kurikulum dan materi, yang bila bersama-

sama dengan tujuan, bahan pelajaran, metode mengajar dan media pengajaran

dikembangkan dalam bentuk sajian seperti rencana pelaksanaan

pembelajaran, modul, atau pengajaran terprogram menjadi rancangan

pelajaran atau disain instruksional.

2. 4 Tipe Pembelajaran Matematika

Ketika akan melakukan pembelajaran Matematika, maka seharusnya

ditetapkan sasaran yang akan dicapai. Untuk mencapai sasaran tersebut maka

harus dipilih pendekatan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal,

berhasil guna dan tepat guna. Demikian juga halnya dengan pelaksanaan

pembelajaran Matematika, diperlukan adanya suatu pendekatan khusus yang

harus ditempuh guru agar konsep yang disajikan bisa disajikan dan bisa

beradaptasi dengan siswa.

3. Pembelajaran Matematika Realistik

Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan

mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada Matematika

diletakan dasar bagaimana mengembangkan cara berpikir dan bertindak

melalui aturan yang disebut dalil (dapat dibuktikan) dan aksioma (tanpa

pembuktian). Kekhasan dari pendekatan pembelajaran Matematika yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Realistik atau Realistic

matemathics Education (RME).

Pembelajaran Matematika Realistik adalah suatu teori dalam

pendidikan Matematika yang berdasarkan pada ide bahwa Matematika adalah

aktivitas manusia dan Matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap

konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan

dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun

vertikal. Dalam Realistic Mathematics Education, siswa belajar

13

Page 7: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

mematematisasi masalah-masalah kontekstual. Dengan kata lain, siswa

mengidentifikasi bahwa soal kontekstual harus ditransfer ke dalam soal

bentuk Matematika untuk lebih dipahami lebih lanjut, melalui penskemaan,

perumusan dan pemvisualisasian. Hal tersebut merupakan proses

matematisasi horizontal. Sedangkan matematisasi vertikal, siswa

menyelesaikan bentuk Matematika dari soal kontekstual dengan

menggunakan konsep, operasi dan prosedur Matematika yang berlaku dan

dipahami siswa (Dian Armanto, 2001). Sehingga dalam matematisasi

horizontal berangkat dari dunia nyata masuk ke dunia simbol sedangkan

matematisasi vertikal berarti proses/pelaksanaan dalam dunia simbol.

Pada pendekatan ini peran guru tak lebih sebagai fasilitator, moderator,

evaluator, sementara siswa berpikir, berkomunikasi, respponding, dan melatih

nuansa demokratis dengan mernghormati pendapat orang lain.

RME (Realistic Matematic Education) banyak diwarnai pandangan

feudhental tentang Matematika. Adapun dua pandangan feudhental yaitu

Matematika harus dihubungkan dengan realitas dan Matematika sebagai

aktivitas manusia, sehingga siswa harus diberikan kesempatan belajar

melakukan aktivitas matematisasi pada semua topik dalam Matematika.

Dengan menggunakan pendekatan realistik dapat diciptakan lingkungan

belajar yang kondusif untuk terjadinya interaksi belajar mengajar yang lebih

efektif sehingga siswa dapat membangun sendiri kemampuannya.

Beberapa karakteristik belajar mengajar Matematika dengan

menggunakan pendekatan realistik yang direkomendasikan oleh NCTM

(1989, dalam Susilawati 2001:9 dalam Suparta 2006:16) antara lain dengan

meningkatkan perhatian pada :

a. Menginvestasikan dan memformulasikan pertanyaan “problem solution”.

b. Menyatakan situasi secara verbal, bilangan, grafik atau simbol.

c. Menghubungkan Matematika dengan subyek lain dan dunia luar kelas.

d. Mengaitkan topik-topik dalam Matematika.

e. Menerapkan Matematika.

14

Page 8: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

f. Menciptakan algoritma dan prosedur.

g. Mengembangkan dan menggunakan tabel, grafik, aturan-aturan untuk

menjelaskan situasi.

h. Menggunakan macam-macam metode untuk memecahkan

permasalahkan Matematika.

Karakteristik Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik.

Pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada RME banyak

dipengaruhi oleh pandangan Freudental tentang Matematika. Salah satu

filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa Matematika

bukanlah suatu kumpulan aturan-aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap

yang harus siwa pelajari.

Pembelajaran Matematika Realistik mempunyai lima karakteristik,

yaitu :

1. Menggunakan konteks yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk

belajar.

2. Menggunakan model sebagai suatu jembatan antara real dan abstrak yang

membantu siswa belajar Matematika pada level abstraksi yang berbeda.

3. Menggunakan produksi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari

mereka “doing mathematics”.

4. Interaksi adalah penting untuk belajar Matematika antara guru dan siswa,

siswa dan siswa.

5. Keterkaitan antara unit-unit Matematika dan masalah-masalah yang ada

dalam dunia ini.

Kelima prinsip belajar dan mengajar menurut filosofi realistik di atas

inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran Matematika. Dalam proses

pengembangan bahan ajarnya, disampaikan dengan dua karakteristik yaitu

percobaan berpikir dan implementasi pembelajaran. Kerangka pembelajaran

15

Page 9: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

Matematika dengan pendekatan realistik mempunyai dua kelebihan, yaitu

menuntun siswa dari keadaan yang sangat konkret melalui proses

matematisasi horizontal (Matematika dalam tingkat ini adalah Matematika

informal). Biasanya para siswa dibimbing oleh masalah-masalah konstektual,

dimana dalam falsafah realistik dunia nyata digunakan sebagai pangkal

permulaan dalam pengembangan konsep-konsep dan gagasan Matematika.

4. Kurikulum Pendidikan Dasar Matematika

Pengertian Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah

berkembang sangat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan

demikian maka setiap upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan

kurikulum Matematika sekolah perlu mempertimbangkan perkembangan-

perkembangan tersebut, pengalaman masa lalu, dan perkembangan masa

depan. Matematika sekolah adalah Matematika yang diajarkan di pendidikan

dasar dan pendidikan menengah. Matematika sekolah tersebut terdiri atas

bagian Matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-

kemampuan dan membentuk klepribadian siswa serta terpadu pada

perkembangan IPTEK. Ini berarti bahwa Matematika sekolah memiliki ciri-

ciri penting, yaitu (a) Memiliki obyek yang abstrak dan (b) memiliki pola

pikir dedukatif dan konsisten, juga tidak dpat dipisahkan dari perkembangan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

5. Minat Belajar

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan

terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24)

minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa

tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam

bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat

adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

16

Page 10: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang

disertai dengan rasa sayang. ”Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan

minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri

atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan

atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri”.Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah

bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan

pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan

karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang

siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah

dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu

hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang

diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

Terlepas dari kompleksitas dalam kegiatan pemotivasian tersebut,

dengan merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008), di bawah ini

dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru dalam rangka

meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu :

1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin

dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat

menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat

meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin

dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu,

sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan

terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, para siswa pun

seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan tujuan

belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.

2. Membangkitkan minat siswa.

17

Page 11: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat

untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa

merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar

siswa, diantaranya : Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan

dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat

menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.

Dengan demikian guru perlu enjelaskan keterkaitan materi pelajaran

dengan kebutuhan siswa. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat

pengalaman dan kemampuan siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit

untuk dipelajari atau materi pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa,

akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak

akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan siswa akan

gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat membunuh

minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau ia

mendapatkan kesuksesan dalam belajar. Gunakan berbagai model dan

strategi pembelajaran secara bervariasi, misalnya diskusi, kerja

kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam

suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.

Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas

dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal

yang lucu.

4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.

Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai.

Memberikanpujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus

dengan kata-kata. Pujian sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan

18

Page 12: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

isyarat, misalnya senyuman dan anggukan yang wajar, atau mungkin

dengan tatapan mata yang meyakinkan.

5. Berikan penilaian.

Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk

itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi

motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus

dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil

kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan

kemampuan siswa masing-masing.

6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.

Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan

memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu

tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan

memberikan tulisan “bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain

sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

7. Ciptakan persaingan dan kerja sama.

Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk

keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa

dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh

hasil yang terbaik. Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran

yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun

antar-individu. Namun demikian, diakui persaingan tidak selamanya

menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang dirasakan tidak

mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan realistik dapat

dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antar kelompok.

Di samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar

siswa di atas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan

cara-cara lain yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman,

teguran, dan kecaman, memberikan tugas yang sedikit berat (menantang).

19

Page 13: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus-

kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan membangkitkan

motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan siswa.

Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif,

sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.

6. Pembelajaran matematika Pada Pokok Bahasan Operasi Bilangan

Pecahan.

Obyek ilmu ukurnya adalah benda-benda. Setiap benda memiliki

harga yang berbeda-beda antara benda yang satu dengan benda yang lainnya.

Apabila beberapa benda dibahas sekaligus, maka perlu juga diperhatikan

jumlah dan banyaknya benda yang satu dengan yang lainnya.

Dalam pembelajaran Matematika berdasarkan pendekatan Realistik, materi

disajikan dengan bentuk persoalan-persoalan konstektual yang merupakan

masalah-masalah yang menghadirkan lingkungan yang nyata bagi siswa.

Sebagai contoh, persoalan konstektual tentang gambar-gambar yang mirip

dengan bentuk suatu benda yang sesuai dengan benda yang disebutkan dalam

soal.

Hal ini berbeda dengan pembelajaran matematika biasa, dimana

persoalan yang diberikan, guru menjelaskan cara menyelesaikan, sedangkan

dalam pembelajaran Matematika berdasarkan pendekatan realistik siswa

dengan pengalaman yang dimilikinya mencoba menyelesaikan dengan

strategi mereka sendiri, sehingga diharapkan akan muncul beragam strategi

jawaban. Aspek lain yang ada pada pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan realistik adalah adanya aktivitas siswa berupa komunikasi dalam

kelas, sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih efisien

B. Penelitian yang Relevan

20

Page 14: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Susanti (2008) yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan

Realistik pada siswa kelas XI MA Annajah Sesela Gunug Sari Tahun

Pelajaran 2007/2008”. Rini Susanti menyimpulkan bahwa dengan

menggunakan pendekatan realistik dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

2. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Iwan

Firmansyah (2008) dengan judul “Pembelajaran Matematika dengan

menggunakan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Minat Belajar

dan hasil Belajar Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cisalak”. Iwan

Firmansyah menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan positif antara

pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan Realistik

terhadap minat dan hasil belajar Matematika siswa

Kedua penelitian tersebut pada dasarnya memiliki relevansi dalam

pemilihan Pendekatan yang tepat sebagai upaya peningkatan minat belajar

dan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Matematika pada kelas V SD sampai sejauh ini

masih menggunakan metode yang konvensional. Hal itu menyebabkan

rendahnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. Dari rendahnya

minat belajar tersebut menyebabakan siswa tidak antusias dalam mengikuti

pelajaran sehingga sebagian besar siswa tidak menguasai pelajaran yang

diajarkan. Pendekatan Realistik atau Realistic Matemathict Education

(RME) merupakan salah satu alternatif untuk menanggulangi metode

konvensional yang biasa dilakukan oleh guru.

21

Page 15: fajarss.blog.uns.ac.idfajarss.blog.uns.ac.id/files/2010/06/bab-ii.docx · Web viewprogram semester, silabus, sampai pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran

Pendekatan Realistik atau Realistic Matemathict Education (RME)

dipilih karena pendekatan tersebut sangat menyenangkan dan

mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa

dalam mengikuti pelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas

proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD.

Berdasarkan analisis ini diduga bahwa melalui pendekatan realistik

dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar Matematika Siswa

kelas V SD Negeri III Waleng Girimarto Wonogiri

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64). Hipotesis penelitian ini diturunkan

berdasarkan cara berpikir deduktif, yakni menentukan jawaban sementara

atas dasar analisis teori-teori pengetahuan ilmiah yang relevan dengan

permasalahan melalui penalaran.

Hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Terdapat pengaruh positif antara pendekatan pembelajaran realistik

atau Realistic Matemathict Education (RME) terhadap peningkatan

hasil belajar Matematika

2. Terdapat pengaruh positif antara minat belajar matematika yang

tinggi terhadap peningkatan hasil belajar Matematika.

3. Terdapat pengaruh positif antara pendekatan pembelajaran realistik

atau Realistic Matemathict Education (RME) dan minat belajar

terhadap peningkatan hasil belajar Matematika.

22