002 pengaruh locus of control _prosiding

17
1 PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROFESIONALISME APARATUR (Studi pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah) Agustinus Sujatmiko Program Magister Sains Manajemen Roby Sambung Program Magister Sains Manajemen Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh locus of control terhadap kinerja pelayanan public secara langsung, maupun melalui profesionalisme aparatur. sampel dalam penelitian ini sebesar 108 orang aparatur Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan dengan statistik inferensial dengan alat analisis smart PLS II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa locus of control tidak berpengaruh terhadap profesionalisme aparatur namun locus of control berpengaruh kuat terhadap kinerja aparatur dan profesionalisme apartur berpengaruh kuat terhadap kinerja aparatur. Kata kunci : locus of control, profseionalisme dan kinerja Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat, secara langsung disadari maupun tidak disadari pasti memiliki dampak yang luar biasa terhadap perkembangan organisasi. Perubahan tersebut selain memiliki dampak positif di sisi lain dapat berdampak negatif terhadap organisasi. Dengan demikian dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu menyikapi perubahan yang tidak pernah berhenti. Sumber daya manusia diharapkan dapat mengolah sumber-sumber lain yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi organisasi. Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk melaksanakan tugas mulia itu diperlukan pegawai negeri yang mempunyai kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Upload: roby-sambung

Post on 07-Feb-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Prosiding tentang pengaruh locus of control terhadap kinerja

TRANSCRIPT

Page 1: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

1

PENGARUH LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA

PELAYANAN PUBLIK MELALUI PROFESIONALISME APARATUR (Studi pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah)

Agustinus Sujatmiko

Program Magister Sains Manajemen

Roby Sambung

Program Magister Sains Manajemen

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh locus of control

terhadap kinerja pelayanan public secara langsung, maupun melalui profesionalisme aparatur.

sampel dalam penelitian ini sebesar 108 orang aparatur Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi Kalimantan Tengah, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan

metode simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan dengan statistik inferensial

dengan alat analisis smart PLS II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa locus of control tidak

berpengaruh terhadap profesionalisme aparatur namun locus of control berpengaruh kuat

terhadap kinerja aparatur dan profesionalisme apartur berpengaruh kuat terhadap kinerja

aparatur.

Kata kunci : locus of control, profseionalisme dan kinerja

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat, secara

langsung disadari maupun tidak disadari pasti memiliki dampak yang luar biasa terhadap

perkembangan organisasi. Perubahan tersebut selain memiliki dampak positif di sisi lain

dapat berdampak negatif terhadap organisasi. Dengan demikian dibutuhkan sumber daya

manusia yang mampu menyikapi perubahan yang tidak pernah berhenti. Sumber daya

manusia diharapkan dapat mengolah sumber-sumber lain yang dapat mendukung pencapaian

visi dan misi organisasi.

Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat mempunyai peran

sangat penting dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat madani yang taat hukum,

berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi menyelenggarakan

pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat, serta menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa. Untuk melaksanakan tugas mulia itu diperlukan pegawai negeri yang mempunyai

kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam

menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Page 2: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

2

Kepemerintahan yang baik (good governance) dapat menjadi kenyataan dan sukses

apabila didukung oleh aparatur yang memiliki profesionalisme tinggi dengan mengedepankan

pentingnya akuntabilitas dan responsibilitas publik, yakni dengan menekan sekecil mungkin

pemborosan penggunaan sumber-sumber keuangan pemerintah (negara) dan juga sekaligus

memperkuat peraturan perundangan-undangan yang berlaku sebagai fondasi untuk

melaksanakan tugas-tugasnya (Islamy, 2001).

Pentingnya profesionalisme aparatur pemerintahan ini sejalan dengan bunyi pasal 3

ayat (1) UU no. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang menyebutkan bahwa “Pegawai Negeri

berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan dan pembangunan”.

Alvaro (2008), yang mengungkapkan bahwa internal auditor yang memiliki locus of

control internal memiliki kinerja yang lebih tinggi dari internal auditor yang memiliki locus

of control eksternal. Wiriani (2011) menemukan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh

karyawan yang memiliki locuc of control internal tinggi dibandingkan locus of control

exsternal karyawan. Penelitian Dahren (2008), menunjukkan dan membuktikan bahwa

profesionalisme memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja pelayanan . Sulistya (2008),

menyatakan bahwa profesionalisme aparat sebagai bentuk dari kemampuan seorang aparat

dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif serta mampu merespon dinamika

lingkungan nasional maupun global termasuk perkembangan kebutuhan dan tuntutan

masyarakat dengan menciptakan inovasi-inovasi baru guna tercapainya penyelenggaraan

pembangunan dan pelayanan publik yang profesional namun tetap menjadikan tujuan

organisasi sebagai acuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Berdasarkan uraian-uraian

tersebut maka masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh locus of control dalam

meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui profesinalisme aparatur pemerintah.

Karyawan dengan locus of control internal yang tinggi, akan berusaha untuk encapai

prestasi belajar yang tinggi sehingga mampu untuk menerapkan hasil pelatihan ke pekerjaan

yang akan mempengaruhi kinerja (Kustini, 2005). Karyawan yang memiliki locus of control

yang tinggi mampu meningkat kinerja karyawan Alvaro (2008), Sulistya (2008), Dahren

(2008), dan Wiriani (2011).

Agar kinerja pelayanan publik semakin berkualitas diperlukan aparatur pemerintah

yang profesional. Profesionalisme adalah kemampuan seseorang yang memiliki profesi

melayani kebutuhan orang lain atau professional menanggapi kebutuhan khas orang lain.

Profesionalisme dalam suatu bidang merupakan hal yang sangat penting, karena hal ini

berhubungan dengan pelaksanaan tugas seorang aparatur pemerintah yang bekerja dengan

baik tanpa adanya kerjasama yang menguntungkan atau merugikan salah satu pihak. Selain

itu, dengan aparatur pemerintah yang profesional menunjukkan bahwa aparat pemerintah

tersebut bekerja sesuai dengan bidang keahliannya sehingga dapat melayani masyarakat

dengan baik.

Page 3: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

3

Dengan demikian agar terwujud kinerja pelayanan publik yang baik diperlukan

profesionalisme aparatur melalui kinerja yang baik dari seorang aparat pemerintah dengan

bekerja secara profesional berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan demi terwujudnya

kesejahteraan masyarakat.

Dengan melandaskan pemikiran kepada pendapat di atas maka menurut penulis perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan menganalisis indikator-indikator yang

berpengaruh dominan dengan tujuan penulisan, dan pada akhirnya diharapkan hasil yang

diperoleh dapat meningkatkan kinerja pelayanan publik aparatur pemerintah khususnya pada

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah.

Gambar 1. kerangka konseptual

Konsep tentang locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter

pada tahun 1966 seorang ahli pembelajaran sosial. Locus of control merupakan salah satu

variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap

mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu yang memiliki keyakinan

bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan

individu tersebut memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki

keyakinan bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event

yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki locus of control

external.

Karyawan yang mempunyai locus of control internal akan memandang dunia sebagai

sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada

individu yang mempunyai locus of control external akan memandang dunia sebagai sesuatu

yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku

individu tidak akan mempunyai peran didalamnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ngatemin (2009) sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja sedangkan

variabel moderating locus of control dan gaya kepemimpinan. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa moderasi variabel locus of control dan gaya kepemimpinan berpengaruh

terhadap kinerja.

Kinerja

Pelayanan

Profesionalisme

Aparatur

Locus of Control

Page 4: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

4

Chen (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa orientasi pelanggan dan locus of

control internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Selain itu, locus of

control internal tidak memiliki efek moderasi pada orientasi pelanggan dan kinerja tetapi

locus of control exsternal memiliki efek moderasi pada orientasi pelanggan dan kinerja. Dia

menguji hubungan antara locus of control dan prilaku stress kerja, kepuasan kerja dan

kinerja. Temuan-temuan menunjukkan bahwa salah satu dari aspek kepribadian seorang

akuntan yang diukur dengan lokus of control internal yang lebih tinggi cendrung memiliki

tingkat stress kerja dan tingkat kepuasan kerja dan kinerja praktis lebih tinggi.

Teori locus of control memungkinkan bahwa perilaku karyawan dalam situasi konflik

akan dipengaruhi oleh karakteristik internal locus of control mereka yakin bahwa suatu

kejadian selalu berada dalam rentang kendalinya dan kemungkinan akan mengambil

keputusan yang lebih etis dan independen. Oleh karena itulah dapat disimpulkan kinerja juga

dipengaruhi oleh tipe personalitas individu dengan internal locus of control lebih berorientasi

pada tugas yang dihadapinya sehingga akan meningkatkan kinerja mereka.

Kartika dan Wijayanti (2007) meneliti tentang pengaruh kinerja auditor dan

penerimaan perilaku disfungsional audit. Hasil analisis terhadap sampel yang terdiri dari 140

auditor di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menjelaskan bahwa karakteristik

individual auditor mempengaruhi secara signifikan kinerja auditor, dimana auditor yang

memiliki locus of control internal berkinerja lebih baik dari auditor yang memiliki locus of

control eksternal.

Alfaro (2008) melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dari internal auditor

yang ada di Jawa Tengah, hasil penelitian menemukan bahwa internal auditor yang memiliki

locus of control internal memiliki kinerja yang lebih tinggi dari internal auditor yang

memiliki locus of control exsternal. Patten (2005) dalam Alfaro (2008) melakukan penelitian

berdasarkan sampel yang terdiri dari 50 orang internal auditor yang berasal dari enam

perusahaan AS berkedudukan di wilayah Midwest. Hasil penelitian menyatakan bahwa

internal auditor dengan kecendrungan locus of control internal memiliki kinerja lebih baik

dari internal auditor yang memiliki locus of control exsternal. Berdasarkan tinjauan teoritis

dan beberapa hasil penelitian maka hipotesis yang dapat diajukan adalah

H1 Kinerja kelompok karyawan level locus of control internal lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok karyawan level locus of control external.

Locus of control merupakan keyakinan seseorang tentang sejauh mana orang tersebut

merasakan ada atau tidaknya hubungan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang

diterima, sehingga mereka mampu mengontrol peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi

hidupnya. Seorang pegawai yang mempunyai locus of control tentunya akan mampu

mengontrol kejadian-kejadian dalam hidupnya, terutama kejadian-kejadian yang

berhubungan dengan pekerjaannya. Hal ini menjadikan pegawai tetap mampu bekerja dengan

baik. Pegawai mampu memberikan pelayanan yang adil dan inklusif kepada masyarakat.

Selain itu, pegawai yang mempunyai locus of control akan memilih pekerjaan yang sesuai

Page 5: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

5

dengan keahlian sehingga mampu memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat ke dalam kegiatan dan program pelayanan. Dengan demikian semakin tinggi

locus of control seorang pegawai maka akan semakin tinggi juga profesionalisme seorang

pegawai.

Sulistya (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa profesionalisme seorang

aparatur negara merupakan bentuk dari kemampuan seorang aparat dalam menjalankan tugas

dan fungsinya secara efektif serta mampu merespon dinamika lingkungan nasional maupun

global termasuk perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan menciptakan

inovasi-inovasi baru guna tercapainya penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan publik

yang profesional namun tetap menjadikan tujuan organisasi sebagai acuan dalam

menjalankan tugas dan fungsinya dipengaruhi oleh locus of control.

Gouzali (2006) dalam Wiriani (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa

pelatihan memberikan manfaat yang amat besar, karena mampu mengembangkan

kemampuan berfikir guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Pelatihan yang

diikuti seorang pegawai mampu meningkatkan locus of control dalam dirinya. Hal ini berarti

pelatihan mampu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pribadi, profesional, dan

sosial peserta pelatihan, bahkan dapat dilakukan sebagai wahana promosi. Berdasarkan

uraian-uraian yang terdapat dalam landasan teori, maka perumusan hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

H2: Profesionalisme kelompok karyawan level locus of control internal lebih tinggi

mempengaruhi kinerja dibandingkan dengan kelompok karyawan level locus of control

external.

Wroom (1964) dalam Cahyasumirat (2006), mengemukakan bahwa kinerja karyawan

dipengaruhi oleh profesionalisme dan motivasi kerja merupakan kemauan individu untuk

menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada individu

tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan akan sulit

tercapai.

Dahren (2008) dalam hubungan antara profesionalisme dengan kinerja pelayanan,

dimana hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa profesionalisme memiliki hubungan

yang kuat terhadap kinerja pelayanan dengan koefisien korelasi sebesar 0,769. Besarnya

sumbangan variabel profesionalisme terhadap kinerja pelayanan adalah sebesar 59%.

Berdasarkan uraian-uraian yang terdapat dalam landasan teori, maka perumusan hipotesis

dalam penelitian ini adalah

H3 : Profesionalisme karyawan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan.

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini sebesar 148 pegawai, maka dengan rumus slovin sampel

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

n = N / (1 + Ne²)

Page 6: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

6

n = 148 / (1 + 148 x 0,05²)

n = 108.03

Dengan demikian, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 108 pegawai. Maka sampel

dalam penelitian ini sebesar 108 orang aparatur Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi Kalimantan Tengah, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan

metode simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel, di mana tiap elemen

memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai subjek.

Variabel penelitian

a. Locus of control

Keyakinan seseorang tentang sejauh mana seseorang merasakan ada atau tidaknya

hubungan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang diterima, sehingga mereka

mampu mengontrol peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupnya. Locus of control

terdiri dari Semangat kerja, memiliki inisiatif, selalu berusaha dan berfikir efektif.

b. Profesionalisme Aparatur

Profesionalisme aparatur adalah kemampuan seorang aparat yang memiliki profesi

melayani kebutuhan orang lain atau professional menanggapi kebutuhan khas

masyarakat. Profesionalisme aparatur diukur dengan indikator sebagai berikut (Widodo,

2005):

1. Itikad kerja yang baik, dengan item pertanyaaan yaitu bekerja tidak semata-mata

mencari materi dalam pemberian pelayanan, Ketaatan dan kepatuhan dalam

mengikuti apel mingguan dengan taat dan patuh

2. Kualifikasi formal dan teknis, item pertanyaaan yaitu tingkat pendidikan yang

sesuai dengan pekerjaannya, diklat, kursus dan seminar yang diikuti dan Tugas

pelayanan masyarakat mampu dilaksanakan dengan baik

3. Ketaatan terhadap peraturan bersama, dengan item pertanyaan yaitu pemahaman

terhadap tupoksi yang melekat pada jabatan, Memanfaatkan waktu luang untuk

kegiatan yang positif, Tugas pelayanan senantiasa sesuai kode etik

c. Kinerja Aparatur

Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa ukuran kinerja. Beberapa ukuran

kinerja yang meliputi; kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan tentang pekerjaan,

kemampuan mengemukakan pendapat, pengambilan keputusan, perencanaan kerja dan

daerah organisasi kerja. Ukuran prestasi yang lebih disederhana terdapat tiga kriteria

untuk mengukur kinerja (menurut pendapat Leon C.Megginson, sebagaimana dikutip

Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000) yaitu:

1) Kuantitas Kerja, yaitu jumlah yang harus dikerjakan

2) Kualitas Kerja, yaitu mutu yang dihasilkan

3) Ketepatan Waktu, yaitu kesesuaiannya dengan waktu yang telah ditetapkan.

Page 7: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

7

Untuk menguji hipotesis dan menghasilkan suatu model yang layak (fit), penelitian ini

menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan variance based atau

component based dengan Partial Least Square (PLS). Analisis regresi Partial Least Square

(PLS) di desain khusus untuk mengatasi masalah-masalah dalam regresi berganda seperti

jumlah pengamatan terbatas, banyak data yang hilang (missing) dan korelasi antara variabel

independen tinggi (Ghozali, 2011).

Hasil Analisis Inferensial

1. Uji Unidimensionalitas

Menguji Unidemensionalitas dari masing-masing konstruk dengan melihat

convergent validity dari masing-masing indikato konstruk. Menurut Chin (1998) dalam

Ghozali (2011), suatu indikator dikatakan mempunyai realibilitas yang baik jika nilainya

lebih besar dari 0,70, sedangkan loading factor 0,50 sampai 0,60 masih dapat

dipertahankan. Berdasarkan kriteria ini bila ada loading factor dibawah 0,50 maka akan di

drop dari model.

a. Pengujian Convergent Validity

Perhitungan convergent validity bertujuan untuk mengetahui item-item

instrumen yang dapat digunakan sebagai indikator dari seluruh variabel laten. Hasil

uji convergen validity diukur berdasarkan besarnya nilai loading faktor (outer

loading) dari indikator construct. Hasil pengujian convergent validity disajikan pada

Tabel berikut.

Tabel 1 Hasil Uji convergent validity

Variabel Outer Loading Keterangan

Locus of control X1.2 0.732 Valid

X1.3 0.940 Valid

Profesionalisme

Y1.1 0.783 Valid

Y1.2 0.739 Valid

Y1.3 0.625 Valid

Kinerja Aparat Y2.1 0.899 Valid

Y2.2 0.715 Valid

Sumber: data diolah

Hasil diatas menunjukkan bahwa seluruh indikator memiliki nilai outer loading

diatas 0,6, sehingga dapat dikatakan seluruh indikator memenuhi convergent validity.

b. Composite Reliability

Pengujian composite reliability bertujuan untuk menguji validitas instrumen

dalam suatu model penelitian. Hasil pengujian composite reliability disajikan pada

Tabel.

Page 8: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

8

Tabel 2. Hasil Pengujian Composite Reliability

Variabel Composite

Reliability

Keterangan

Locus od Control (X1) 0.828 Reliabel

Profesionalisme (Y1) 0.761 Reliabel

Kinerja Aparatur (Y2) 0793 Reliabel

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel tersebut dapat diuraikan bahwa hasil pengujian composite

reliability menunjukkan nilai yang memuaskan, yaitu semua variabel laten telah

reliabel karena seluruh nilai variabel laten memiliki nilai composite reliability ≥ 0,7.

Hal itu berarti bahwa, kuisioner yang digunakan sebagai alat dalam penelitian ini

telah andal atau konsisten. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikator memang menjadi pengukur konstruknya masing-masing.

2. Pemodelan Persamaan Struktural Pendekatan PLS

Penelitian ini menggunakan model persamaan struktural pendekatan Partial Least

Square (PLS). Sebelum menganalisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atau evaluasi

model empiris penelitian. Hasil pengujian model empiris penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Goodness of Fit Model

Pengujian Goodness of Fit model struktural pada inner model

menggunakan nilai predictive-relevance (Q2). Nilai R

2 tiap-tiap variabel

endogen dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut.

Page 9: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

9

Tabel 3. Nilai R2 Variabel Endogen

Variabel Endogen R-square

Profesionalisme (Y1) 0.036

Kinerja (Y2) 0.298

Sumber: Lampiran 2

Nilai predictive-relevance diperoleh dengan rumus:

Q2 = 1 – ( 1 – R1

2) ( 1- Rp

2 )

Q2 = 1 – (1 – 0.036) (1 – 0.298)

Q2 = 0.323

Hasil perhitungan diatas memperlihatkan nilai predictive-relevance sebesar

0.323 (> 0). Hal itu berarti bahwa 32.3% variasi pada variabel kinerja

(dependent variabel) dijelaskan oleh variabel-variabel yang digunakan. Dengan

demikian model dikatakan layak memiliki nilai prediktif yang relevan.

b. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis dengan Partial Least Square menunjukkan bahwa

enam hipotesis dinyatakan signifikan dan satu hipotesis dinyatakan tidak

signifikan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test)

pada tiap-tiap jalur pengaruh antara variabel dependen dengan variabel

independen. Hasil pengujian hipotesis tersebut ditunjukkan pada Tabel

berikut.

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengaruh Langsung Koefisien

Jalur

Standard

deviation

T-

Statistic

P-

Value Keterangan

Locus of Control ->

Profesional 0.190 0.260 0.731

0,047 Tidak

Signifikan

Locus of Control ->

Kinerja 0.350 0.139 2.523

0,000 Signifikan

Profesional -> Kinerja 0.357 0.139 2,569 0,011 Signifikan

Pengaruh tidak

langsung

Locus of Control ->

Profesional -> kinerja 0,068 0,7030 0,482

Bukan

mediasi

Sumber: data diolah

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa koefesion jalur yang dominan adalah

pengaruh profesionalisme apartur terhadap kinerja sebesar 0,357 atau sebesar

Page 10: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

10

35,7 persen. Sedangkan pengaruh locus of control terhadap kinerja sebesar

0,350 atau 35 persen. Sedangkan Pengaruh locus of control terhadap

profesionalisme sebesar 0,190 atau 19 persen. Analisis data untuk pengaruh

tidak langsung antara locus of control terhadap kinerja melalui profesionalisme

menggunakan sobel test, diperoleh koefesien sebesar 0,068 atau 6 persen.

c. Pengujian Hipotesis

Hipotesis 1 : Locus of control berpengaruh postif signifikan terhadap

Profesionalisme aparatur

Hasil pengujian hipotesis dengan pendekatan PLS menghasilkan koefisien

jalur pengaruh Locus of control terhadap Profesionalisme aparatur dengan nilai

0,190 dan t-statistik 0.731. Karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel 1,96 dan nilai p-

value sebesar 0,047 maka hipotesis Locus of control berpengaruh positif

signifikan terhadap Profesionalisme aparatur ditolak. Mengingat koefisien

bertanda positif dan tidak signifikan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

keduanya adalah searah. Artinya, semakin meningkat Locus of control pegawai

tidak mempengaruhi profesionalisme aparatur.

Hipotesis 2 : Locus of control berpengaruh signifikat terhadap kinerja

aparatur.

Pengujian hipotesis dengan pendekatan PLS menghasilkan koefisien jalur antara

Locus of control terhadap kinerja aparatur dengan nilai 0,350 dan t-statistik 2,523.

Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel 1,96 dan nilai p-value sebesar 0,000 lebih

kecil dari 0,05 dan dibawah 0,01 maka hipotesis yang menyatakan bahwa Locus

of control berpengaruh signifikat terhadap kinerja aparatur diterima. Mengingat

koefisien bertanda positif dan signifikan sangat kuat dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, semakin meningkat Locus of

control pegawai maka semakin meningkatkan kinerja aparatur.

Hipotesis 3 : Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kinerja

aparatur

Pengujian hipotesis dengan pendekatan PLS menghasilkan koefisien jalur

pengaruh Profesionalisme terhadap kinerja aparatur dengan nilai 0,357 dan t-

statistik 2.569. Karena t-hitung lebih besar dari t-tabel 1,96 dan nilai p-value sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa

Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur diterima.

Mengingat koefisien bertanda positif dan signifikan kuat, dapat disimpulkan

bahwa hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, meningkatknya

profesionalisme aparatur mampu meningkatkan kinerja aparatur.

Pembahasan hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, maka diuraikan pembahasan dan

penalaran mengenai masing-masing variabel berdasarkan hubungan kausal masing-masing

Page 11: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

11

variabel laten. Pembahasan dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai kajian teori dan

penelitian empiris sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.

Variabel locus of control

Indikator yang menggambarkan locus of control pegawai adalah memiliki inisiatif yang

baik dan selalu berusaha. Sedangkan indikator yang paling besar dalam menggambarkan

locus of control pegawai adalah selalu berusaha dengan baik dalam menyelesaikan

pekerjaan, dengan nilai outer loading sebesar 0.940.

Artinya dalam penelitian ini indikator dari locus of control pegawai dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah adalah selalu berusaha.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa locus of control pegawai Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah termasuk dalam

kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 79,2%. Hal ini berarti sebagian besar keyakinan

pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah

sudah sangat tinggi tentang sejauh mana pegawai tersebut merasakan ada atau tidaknya

hubungan antara usaha yang dilakukan dengan hasil yang diterima, sehingga mereka mampu

mengontrol peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidupnya. Dengan locus of control yang

tinggi, seorang pegawai mampu mengatasi setiap permasalahan yang timbul dalam

kehidupannya baik dengan usaha sendiri maupun dengan bantuan dari orang-orang di sekitar

dirinya. Tingginya locus of control pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi Kalimantan Tengah tercermin dalam sikap pegawai yang menunjukkan

semangat kerja, memiliki inisiatif, selalu berusaha dan tidak pantang menyerah serta selalu

berfikir efektif.

Variabel Profesionalisme aparatur

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa profesionalisme pegawai Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah sudah tinggi. Dengan

profesionalitas yang tinggi maka pegawai akan semakin mampu dalam memberikan

pelayanan yang baik, adil, dan inklusif dan tidak hanya sekedar kecocokan keahlian dengan

tempat penugasan. Untuk mencapai profesionalisme yang tinggi diperlukan kemampuan dan

keahlian untuk memahami dan menterjemahkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat kedalam

kegiatan dan program pelayanan. Tingginya profesionalisme pegawai Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah tercermin dalam itikad kerja yang

baik, kualifikasi formal dan teknis serta ketaatan terhadap peraturan bersama.

Indikator yang menggambarkan profesionalisme pegawai dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah adalah memiliki kreativitas,

inovasi dan responsifitas yang baik. Sedangkan indikator yang paling besar dalam

menggambarkan locus of control pegawai adalah kreatifitas dalam menyelesaikan pekerjaan,

dengan nilai outer loading sebesar 0.783.

Artinya dalam penelitian ini indikator dari profesionalisme pegawai dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah adalah memiliki kreativitas yang

tinggi.

Page 12: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

12

Variabel Kinerja Aparatur

Selain itu, dengan locus of control yang sangat tinggi dan profesionalisme yang tinggi

akan mendorong tingginya kinerja pegawai. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar

pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah

mempunyai kinerja yang tinggi (48,8%). Dengan kinerja yang tinggi, pegawai dapat

memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Tingginya kinerja pegawai Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat dari

kuantitas dan kualitas kerja serta ketepatan waktu.

Indikator yang menggambarkan kinerja pegawai dinas Perhubungan, Komunikasi dan

Informatika Provinsi Kalimantan Tengah adalah ditunjukkan dengan kuantitas kerja serta

kualitas kerja. Sedangkan indikator yang paling besar dalam menggambarkan kinerja

pegawai adalah kuantitas pekerjaan, dengan nilai outer loading sebesar 0.899.

Artinya dalam penelitian ini indikator dari kinerja pegawai dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah adalah memiliki kuantitas pekerjaa

yang baik.

Pengaruh langsung locus of control terhadap profesionalisme aparatur

Hasil penelitian membuktikan bahwa Locus of control pegawai Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah yang tinggi belum mampu

profesionalisme aparatur. Artinya bahwa dengan selalu berusaha di dalam diri pegawai

untuk menunjukkan atau mengendalikan keadaan belum tentu mampu membentuk tingkat

profesionalisme seseorang.

Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara locus of control

dengan kinerja. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib

(destiny) sendiri. Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam

kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal

locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang

mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam kehidupannya

dikatakan individu tersebut memiliki locus of control external.

Pegawai yang mempunyai locus of control internal akan memandang dunia sebagai

sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan didalamnya. Pada

individu yang mempunyai locus of control external akan memandang dunia sebagai sesuatu

yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku

individu tidak akan mempunyai peran didalamnya.

Teori locus of control memungkinkan bahwa perilaku pegawai dalam situasi konflik

akan dipengaruhi oleh karakteristik internal locus of control mereka yakin bahwa suatu

kejadian selalu berada dalam rentang kendalinya dan kemungkinan akan mengambil

keputusan yang lebih etis dan independen. Oleh karena itulah dapat disimpulkan kinerja juga

dipengaruhi oleh tipe personalitas individu dengan internal locus of control lebih berorientasi

pada tugas yang dihadapinya sehingga akan meningkatkan kinerja mereka. Hasil penelitian

Page 13: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

13

ini konsisten dengan penelitian Chen (2010) yang menemukan bahwa orientasi pelanggan

dan locus of control internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.

Pengaruh langsung locus of control terhadap kinerja aparatur

Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan antara profesionalisme dengan

kinerja. Profesionalisme merupakan suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan

kompetensi, intelektualitas, sikap yang professional dan keterampilan tertentu yang diperoleh

melalui proses pendidikan secara akademisi dan pengalaman dalam mengemban profesi.

Profesionalisme dalam suatu pekerjaan menuntut seorang pegawai untuk bekerja sesuai

dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya, sehingga pegawai dapat bekerja dengan

baik.

Hal ini akan mendorong meningkatnya kinerja pegawai. Apabila seorang pegawai

bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan keahliannya, maka pegawai tersebut akan

merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja karena tidak cocok dan tidak mengetahui harus

melakukan apa dalam pekerjaan. Sebaliknya, apabila pegawai bekerja pada bidang yang

dikuasainya dan sesuai dengan keahliannya, maka pegawai tersebut akan bekerja dengan

sungguh-sungguh karena ia merasa nyaman bekerja pada bidang tersebut, dan hal ini akan

mendorong kinerjanya. Dengan demikian semakin tinggi profesionalisme seorang pegawai

maka kinerja pegawai juga akan semakin meningkat.

Sulistya (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa profesionalisme seorang

aparatur negara merupakan bentuk dari kemampuan seorang aparat dalam menjalankan tugas

dan fungsinya secara efektif serta mampu merespon dinamika lingkungan nasional maupun

global termasuk perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan menciptakan

inovasi-inovasi baru guna tercapainya penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan publik

yang profesional namun tetap menjadikan tujuan organisasi sebagai acuan dalam

menjalankan tugas dan fungsinya dipengaruhi oleh locus of control.

Pengaruh langsung locus of control terhadap kinerja aparatur

Selain itu, penelitian ini juga membuktikan terdapat pengaruh yang positif antara

profesionalisme dengan kinerja aparat. Profesionalisme merupakan suatu pekerjaan atau

keahlian yang mensyaratkan kompetensi, intelektualitas, sikap yang professional dan

keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademisi dan

pengalaman dalam mengemban profesi. Profesionalisme dalam suatu pekerjaan menuntut

seorang pegawai untuk bekerja sesuai dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya,

sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik. Hal ini akan mendorong meningkatnya kinerja

pegawai.

Apabila seorang pegawai bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan keahliannya,

maka pegawai tersebut akan merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja karena tidak cocok

dan tidak mengetahui harus melakukan apa dalam pekerjaan. Sebaliknya, apabila pegawai

bekerja pada bidang yang dikuasainya dan sesuai dengan keahliannya, maka pegawai tersebut

akan bekerja dengan sungguh-sungguh karena ia merasa nyaman bekerja pada bidang

tersebut, dan hal ini akan mendorong kinerjanya.

Page 14: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

14

Dengan demikian semakin tinggi profesionalisme seorang pegawai maka kinerja

pegawai juga akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian

Wroom (1964) dalam Cahyasumirat (2006) yang menemukan bahwa kinerja pegawai

dipengaruhi oleh profesionalisme dan motivasi kerja.

Pengaruh tidak langsung antara locus of control terhadap kinerja aparatur melalui

profesionnal

Hasil ini tidak terbukti bahwa variabel profesional aparatur sebagai variabel

intervening. Hal ini menunjukkan bahwa locus of control tidak berpengaruh terhadap

kinerja aparatur melalui profesionalisme aparatur.

Hasil penelitian ini telah memberikan temuan-temuan sesuai dengan konstruk-konstruk

yang digunakan. Atas dasar tersebut dapat dikemukakan beberapa implikasi teoritis sebagai

berikut.

1. Secara teoritis penelitian ini telah mampu memprediksi bahwa Locus of control, atau

keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri.

Mampu meningkatkan kinerja mereka. Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib

atau event-event dalam kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan

individu tersebut memiliki internal locus of control pegawai.

2. Profesionalisme seorang aparatur pemerintah juga terbukti mampu miningkatkan kinerja

pegawai di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan

Tengah .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme seorang aparatur pemerintah

lebih besar pengaruhnya dalam meningkatkan kinerja, dibandingkan locus of control

seseorang. Hal ini berarti bahwa profesionalisme menjadi faktor penting dalam meningkatkan

kinerja pegawai selain locus of control seseorang.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah berupaya untuk menyajikan model yang terintegrasi dan

komprehensif tentang locus of control, profesionalisme dan kinerja aparatur. Namun disadari

masih terdapat keterbatasan-keterbatasan sehingga membuat hasil penelitian ini kurang

sempurna. Beberapa keterbatasan penelitian ini dapat diuraikan dan menyangkut hal-hal

sebagai berikut.

1. Indikator Locus of control yang digunakan tidak bisa menunjukkan internal Locus of

control pegawai dan eksternal Locus of control pegawai.

2. Penelitian ini hanya digeneralisasikan pada pegawai Dinas Perhubungan, Komunikasi

dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah untuk mengungkap seberapa besar

hubungan antara variabel locus of control dan profesionalisme terhadap kinerja aparat

serta seberapa besar hubungan antara locus of control dengan profesionalisme.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa

locus of control yang ditunjukkan dengan selalu berusaha dalam keyakinan dalam

Page 15: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

15

mengendalikan diri, tidak mampu mempengaruhi atau meningkatkan profesionalisme

pegawai di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah.

Locus of control yang ditunjukkan dengan selalu berusaha dalam keyakinan dalam

mengendalikan diri mampu meningkatkan kinerja kinerja pegawai di Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah.

Pegawai yang memiliki profesionalisme tinggi mampu meningkatkan kinerja pegawai pada

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Tengah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian diatas, maka penulis memberikan saran

Untuk penelitian berikutnya menggunakan locus of control internal dan eksternal, Bagi

instansi, diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme pegawai melalui penyelenggaraan

diklat-diklat agar pegawai mempunyai kemampuan dan keahlian yang dapat menunjang

tugas-tugasnya dalam melayani masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad. 1998. Profil Hukum Administrasi Negara Indonesia Dikaitkan dengan

Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pidato Pengukuhan Jabatan

Guru Besar Tetap. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Amaral M. Alfaro. 2008 . Analisi Dampak Locus of Control Terhadap Kinerja dan Kepuasan

Kerja Internal Auditor. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Semarang.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Cahyasumirat, Gunawan. 2006. Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi

Terhadap Kinerja Internal Auditor, Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel

Intervening (Studi Empiris Pada Internal Auditor PT. Bank ABC), Tesis, Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Chen, Jui, 2008. The impact of Locus of Control on Job Stress, Job Performance and Job

Satisfaction in Taiwan, Leadership & Organization Development, Journal Vol. 29

No 7, 2008 pp 572-582.

Dahren, Yen. 2008. Hubungan antara Profesionalisme dengan Kinerja Pelayanan Aparatur

Pemerintahan Kecamatan (Studi pada Kantor Camat Abung Barat Kabupaten

Lampung Utara). Tugas Akhir Program Magister. Program Pascasarjana

Universitas Terbuka Bandar Lampung

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz

Media.

http://mohtar.staff.uns.ac.id

Page 16: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

16

http://id.wikipedia.org/

http://intanghina.wordpress.com/2008/06/10/kinerja/

Islamy, M. Irfan. 1998. Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara. Pidato

Pengukuhan Guru Besar. Malang: FIA Unibraw

Juliantara, Dadang. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayanan

Publik. Yogyakarta: Pembaruan

Kartika, I dan Wijayanti P, 2007. Locus of Control Sebagai Anteseden hubungan Kinerja dan

Penerimaan Prilaku Disfungsional Audit, SNA X. Makasar.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

Keputusan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan

Tengah

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kuncoro, Wahyu. 2006. Studi Evaluasi Pelayanan Publik dan Kualitas Pelayanan Di Rumah

Sakit Umum DR. Soetomo. Tesis. Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Kustini. 2005. Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan

Kerja Terhadap Self Efficacy dan Transfer Pelatihan Karyawan PT. Telkom

Kandatel Surabaya Timur, (Studi Ilmu Pengembangan Sumber Daya Manusia),

Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV

Rosda Karya

-----------------------------------. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama

------------------------------------. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

M. Nur Ghufron, dan Rini Risnawita S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz

Media.

Nawawi, Zaidan. 2007. Analisis tentang Profesionalisme Aparatur dalam Pelayanan Publik di

Era Otonomi Daerah. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 8, Nomer 2

Ngatemin, 2009. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Locus of Control terhadap Hubungan

antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial pada Badan

Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayaan

dan Pariwisata Republik Indonesia. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kalimantan Tengah

Siagian, Sondang P. 2000. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara

Sianipar, J.P.G. 2007. Perencanaan Peningkatan Kinerja. Jakarta: Lembaga Administrasi

Negara

Page 17: 002 Pengaruh Locus of Control _prosiding

17

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan dan

Implementasi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sugiyono. 2002. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta

Sulistya, Arief Dwi. 2008. Profesionalisme Aparatur Pemerintah (Studi Kasus Responsifitas

dan Inovasi Aparatur di Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang). Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Sumarni dan Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset

Sundarso, dkk.2006. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik melalui Reformasi Birokrasi.

Jurnal Ilmu Administrasi

Tjiptono, Fandi. 2000. Manajemen Jasa, Edisi Pertama. Andi Offset, Yogyakarta

UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Veithzal, Rivai. 2006. Credit Manajemen Handbook. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Widodo, Djoko. 2005. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang: Bayu Media.

Wiriani, Wayan. 2011. Efek Moderasi Locus Of Control pada Hubungan Pelatihan dan

Kinerja pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.