01 photovoltaik

42
 1 Kesepahaman Agenda 2 Global Pemanfaatan Energi Surya Melalui Photovoltaik Sebagai Upaya Pengembangan Energi Baru Terbarukan Dalam Rangka Diversifikasi Energi Mix di Indonesia Penulis: Drs. ASMUNIV, MT NIP. 19611009 198803 1 001 (Widyaiswara PPPPTK-VEDC Malang) ABSTRAKSI Memasuki abad ke 21 merupakan era abad industrialisasi dan diperkirakan pada pada tahun 2050 kebutuhan energi dunia meningkat dua kali atau hampir mendekati angka tiga kali lipat sebanding dengan pertumbuhan populasi penduduk secara global. Beban ini dirasakan dari tahun ke tahun semakin bertambah berat, terutama ketergantungan terhadap sumber energi fosil sebagai pemasok energi utama masih begitu tinggi, situasi ini menyebabkan kelangkaan dan persediaan sumber energi fosil dari tahun ke tahun semakin menipis dan amat terbatas. Kondisi ini turut menperkuat terjadinya krisis energi dan secara tidak langsung membuat harga energi menjadi mahal dan semakin bertambah melambung tinggi. Perkembangan dunia industri dan peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali secara langsung dapat mengakibatkan tuntutan kebutuhan dan persediaan sumber energi semakin meningkat. Permasalahan ini dirasakan hampir sebagian besar negara-negara di seluruh dunia. Persediaan energi fosil yang terbatas dengan kebutuhan yang meningkat, menyebabkan harga menjadi mahal. Selain itu dampak eksploitasi energi fosil yang berlebihan khususnya minyak bumi terbukti telah membawa dampak polusi udara serta pengotoran lingkungan menjadi panorama sebagai ciri khas kota-kota besar negara berkembang saat ini, terutama seperti kota-kota besar di negara-negara berkembang seperti Jakarta, New Delhi dan kota-kota besar di belahan benua  Amerika Latin seperti Rio de Janeiro. Untuk itu dalam waktu mendesak segera perlu dipikirkan, bagaimana upaya mencari energi alternatif sebagai sumber energi pengganti. Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan rencana induk (blue print) atau pemetaan persoalan (roadmap) mengenai pengembangan energi terbarukan 2005-2020. Dalam jangka panjang energi terbarukan itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam penyediaan energi yang berkelanjutan di masa depan. Penyiapan rencana induk itu merupakan kelanjutan atas kebijakan energi nasional. Sebagai negara yang beriklim tropis, energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Dampak positif dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan khususnya pembangkit listrik, pemerintah Indonesia disebutkan juga telah menyiapkan beberapa peraturan, antara lain: Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Listrik yang Memprioritaskan Penggunaan Sumber Energi Setempat, dengan Mengutamakan Pemakaian Energi Terbarukan. Kata Kunci: Kesepahaman Agenda Teknologi Abad 21, Peraturan Pemerintah Indonesia Tentang Energi Baru Terbarukan, Kebutuhan Energi Dunia, Efek Gas Rumah Kaca, Konsep Green Technology-Training Center (GTTC), Konsep PLTS off Grid, Konsep PLTS on Grid, Solar Modul, Inverter, Komunikasi energi,

Upload: jos-asmonov

Post on 04-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Photovoltaik

TRANSCRIPT

  • 1

    Kesepahaman Agenda 21 Global

    Pemanfaatan Energi Surya Melalui Photovoltaik Sebagai Upaya Pengembangan Energi Baru Terbarukan Dalam Rangka

    Diversifikasi Energi Mix di Indonesia

    Penulis: Drs. ASMUNIV, MT

    NIP. 19611009 198803 1 001 (Widyaiswara PPPPTK-VEDC Malang)

    ABSTRAKSI

    Memasuki abad ke 21 merupakan era abad industrialisasi dan diperkirakan pada pada tahun 2050 kebutuhan energi dunia meningkat dua kali atau hampir mendekati angka tiga kali lipat sebanding dengan pertumbuhan populasi penduduk secara global. Beban ini dirasakan dari tahun ke tahun semakin bertambah berat, terutama ketergantungan terhadap sumber energi fosil sebagai pemasok energi utama masih begitu tinggi, situasi ini menyebabkan kelangkaan dan persediaan sumber energi fosil dari tahun ke tahun semakin menipis dan amat terbatas. Kondisi ini turut menperkuat terjadinya krisis energi dan secara tidak langsung membuat harga energi menjadi mahal dan semakin bertambah melambung tinggi.

    Perkembangan dunia industri dan peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali secara langsung dapat mengakibatkan tuntutan kebutuhan dan persediaan sumber energi semakin meningkat. Permasalahan ini dirasakan hampir sebagian besar negara-negara di seluruh dunia. Persediaan energi fosil yang terbatas dengan kebutuhan yang meningkat, menyebabkan harga menjadi mahal. Selain itu dampak eksploitasi energi fosil yang berlebihan khususnya minyak bumi terbukti telah membawa dampak polusi udara serta pengotoran lingkungan menjadi panorama sebagai ciri khas kota-kota besar negara berkembang saat ini, terutama seperti kota-kota besar di negara-negara berkembang seperti Jakarta, New Delhi dan kota-kota besar di belahan benua Amerika Latin seperti Rio de Janeiro. Untuk itu dalam waktu mendesak segera perlu dipikirkan, bagaimana upaya mencari energi alternatif sebagai sumber energi pengganti.

    Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan rencana induk (blue print) atau pemetaan persoalan (roadmap) mengenai pengembangan energi terbarukan 2005-2020. Dalam jangka panjang energi terbarukan itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam penyediaan energi yang berkelanjutan di masa depan. Penyiapan rencana induk itu merupakan kelanjutan atas kebijakan energi nasional.

    Sebagai negara yang beriklim tropis, energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar. Dampak positif dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan khususnya pembangkit listrik, pemerintah Indonesia disebutkan juga telah menyiapkan beberapa peraturan, antara lain: Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Listrik yang Memprioritaskan Penggunaan Sumber Energi Setempat, dengan Mengutamakan Pemakaian Energi Terbarukan.

    Kata Kunci: Kesepahaman Agenda Teknologi Abad 21, Peraturan Pemerintah Indonesia Tentang Energi Baru Terbarukan, Kebutuhan Energi Dunia, Efek Gas Rumah Kaca, Konsep Green Technology-Training Center (GTTC), Konsep PLTS off Grid, Konsep PLTS on Grid, Solar Modul, Inverter, Komunikasi energi,

  • 2

    1. LATAR BELAKANG

    1.1. PPPPTK/VEDC-BOE Malang

    Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan atau lebih dikenal dengan sebutan Vocational Education

    Development Center (PPPPTK/VEDC-BOE) Malang merupakan bagian terpadu

    dari sistem Pendidikan Nasional di bawah naungan Direktorat Jenderal

    Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan

    Nasional, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

    Sejarah PPPPTK/VEDC-BOE Malang didirikan pada tahun 1982, dengan nama

    Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Teknologi (PPPGT-Malang) yang

    mana tugas utama pada saat itu adalah mencetak (D3GT) dan melatih guru-

    guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bidang Teknologi di kawasan

    Indonesia Bagian Timur.

    Gambar 1. View Depan PPPPTK/VEDC-BOE Malang

    Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan teknologi

    saat ini, maka PPPPTK/VEDC-BOE Malang sudah seharusnya perlu merevisi

    dan memperbaiki visi, misi dari tujuan pendidikan dan pelatihan kita.

    Pembangunan sistem pendidikan dan pelatihan dengan mempertimbangkan

    Green development tidak dapat terlepas dari pembangunan kebutuhan

    masyarakat saat ini secara utuh (berkelanjutan). Konsep pembangunan

    pendidikan yang demikian, yakni dengan memperhatikan kesejahteraan

    ekonomi, ekologi dan keadilan sosial dengan menyertakan masyarakat sebagai

    bagian yang tidak terpisahkan (terintegrasi) dari sistem alam (ekosistem)

    merupakan sistem pendidikan dan pelatihan yang menerapkan kurikulum hijau.

    Pembangunan kurikulum pendidikan yang tidak berwawasan lingkungan dan

    tidak menyertakan masyarakat sebagai subjek sosial merupakan sistem

    pendidikan yang egois (dampak egois masyarakat kelak akan menimbulkan

  • 3

    bencana). Sifat egois dari masyarakat berperan dapat merusak lingkungan.

    Konsep Hijau lebih mengedepankan pemberdayaan masyarakat sekitar

    sebagai bagian integral dari pembangunan kurikulum pendidikan/pelatihan yang

    ramah lingkungan (Agenda 21 Global).

    1.2. Kebutuhan Energi Dunia

    Kebutuhan energi listrik global dari tahun ke tahun semakin

    meningkat. Peningkatan kebutuhan energi listrik tersebut sejalan dengan

    meningkatnya laju pertumbuhan penduduk, ekonomi, dan pesatnya

    perkembangan di sektor industri. Guna mendukung pembangunan yang

    berkelanjutan (sustainable development), maka pemerintah Indonesia telah

    menyusun kebijakan energi nasional dengan melakukan pendekatan yang

    terintegrasi dengan memperhatikan dan mempertimbangkan masalah

    konservasi serta kemampuan daya dukung dari lingkungan sekitar. Oleh karena

    itu eksploitasi terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia harus

    memperhatikan kebutuhan generasi sekarang baik secara ekonomis, ekologis

    maupun sosial tanpa mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang.

    Sampai saat ini masalah kebutuhan energi dunia masih didominasi

    oleh sumber energi tak terbarukan (fosil). Pemanfaatan sumber energi fosil,

    seperti minyak bumi, gas dan batubara, secara alamiah dari tahun ke tahun

    jumlahnya semakin menipis dan terbatas. Disamping itu dampak dari

    penggunaan energi fosil, mulai dari proses penyediaan, pengolahan,

    transportasi dan hingga sampai pada pemanfaatan, terutama terkait dengan

    masalah pemanfaatan kebutuhan energi di sektor transportasi sampai saat ini

    masih menggunakan sumber energi fosil. Mengingat kecenderungan

    penggunaan energi fosil yang cenderung semakin meningkat dengan jumlah

    produksi semakin menipis dan terbatas. Disamping itu, terutama terkait dengan

    masalah dampak perubahan iklim (climate change) yang ditimbulkan akibat

    penggunaan energi fosil. Maka dari itu, perubahan cara pandang negara-

    negara di dunia mulai cenderung mengurangi penggunaan sumber energi fosil

    dan mengalihkan perhatiannya pada pemanfaatan sumber energi terbarukan

    (renewable energy source) sebagai sumber energi pengganti masa depan

    ramah lingkungan.

  • 4

    Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy

    Agency-IEA), menunjukan bahwa permintaan kebutuhan energi dunia terus

    mengalami peningkatan. hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat

    sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun.

    Sebagaian besar atau sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok

    dari bahan bakar fosil.

    Tabel 1 Kebutuhan energi primer dunia sampai tahun 2030.

    Berdasarkan proyeksi Badan Energi Dunia (IEA) selama periode

    2006-2030, permintaan energi dunia sebagian besar didominaasi dari negara-

    negara non OECD yakni sebesar 87 %. Pertumbuhan permintaan energi China

    diproyeksikan paling besar dibandikan dengan kawasan lainnya. India,

    belakangan ini juga memperlihatkan pertumbuhan permintaan energi cukup

    besar satu tingkat dibawah China.

    Berdasarkan data, bahwa pertumbuhan energi pada periode

    tersebut, juga ditandai dengan menempatkan posisi batubara sebagai urutan ke

    dua terpenting pemasok sumber energi setelah minyak. Pemakaian batubara

    diperkirakan mengalami peningkatan tiga kali lipat hingga 2030. Sebesar 97%

    pemakaian batubara adalah non OECD dengan China mengkonsumsi dua

    pertiga terbesar di dunia.

    Posisi batubara dalam memasok energi sejalan dengan

    meningkatnya permintaan pembangunan pembangkit listrik di sejumlah

    kawasan yang didorong pula oleh pertumbuhan ekonomi dan pendapatan.

    Pertumbuhan permintaan batubara diproyeksikan tumbuh sekitar 2% per tahun

    (pada periode 2006-2007 permintaan batubara tumbuh 4,8%). Terhadap

    permintaan energi dunia batubara menyumbang 26% tahun 2006 menjadi 29%.

  • 5

    Posisi kedua setelah batubara, pasokan energi dunia secara

    berurutan disumbang oleh gas, biomasa, nuklir, hydro dan sumber energi baru

    dan terbarukan. Peran sumber energi baru dan terbarukan (EBT) untuk

    kelistrikan memperlihat terus mengalami peningkatan. Diproyeksikan mulai

    2010 peran energi baru dan terbarukan dalam kelistrikan menduduki posisi ke

    dua setelah batubara dan hydro.

    Meskipun demikian, berdasarkan analisa dari IEA kecenderungan

    pemakaian energi dunia masih dibayang-bayangi beragam masalah terkait

    dengan aspek sosial, lingkungan dan ekonomi. Keamanan cadangan dan impor

    minyak dan gas semakin sangat bergantung kepada OPEC. Pada sisi lain

    peningkatan pemakaian bahan bakar fosil memicu perubahan iklim. Untuk itu

    sebagai upaya meredam perubahan iklim global, maka Badan Energi Dunia

    (IEA) menganjurkan pemakaian energi yang bersih dan efisien guna menekan

    naiknya emisi gas karbon.

    1.3. Isu Lingkungan Global

    Efek Gas Rumah Kaca (Green House Effect), marupakan gejala

    alam dengan ditandai naiknya suhu permukaan bumi akibat naiknya

    konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfir yang diakibatkan oleh

    kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organic

    lainnya yang melampaui kemampuan tumbuh-tumbuhan dan laut untuk

    mengaborsinya. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfir,

    semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi,

    kemudian dipantulkan dan diserap kembali oleh atmosfir. Efek ini akan

    menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi semakin meningkat (pemanasan

    global/global warming), sehinggga mengakibatkan adanya perubahan iklim

    (climate change) yang sangat ekstrim di bumi dan pada akhirnya akan

    berpengaruh, permukaan air laut semakin meningkat, banjir bandang dan pada

    akhirnya mempengaruhi pola tanam sistem pertanian.

  • 6

    Gambar 2. Efek Gas Rumah Kaca

    Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon

    Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan

    (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO)

    dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan

    (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan

    CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan

    melepaskan CO2 yang tersimpan didalam jaringannya ke atmosfer.

    Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang

    berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari

    CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek pemanasan 23

    kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan

    sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons

    (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2.

    Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC

    telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

    1.4. Kesepahaman Agenda 21 Global

  • 7

    Di abad ke21, pembangunan mulai bergeser ke arah yang

    berkelanjutan. Melalui berbagai pemikiran yang berkembang di dunia sejak

    tahun 1960an, pembangunan yang bersifat ekspansif diupayakan beralih

    menjadi pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development), yakni

    pembangunan yang memperhatikan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi hak

    pemenuhan kebutuhan bagi generasi mendatang. Gambar 3 memperlihatkan

    ciri-ciri dari konsep pembangunan berkelanjutan.

    Gambar 3: Tiga Pilar Konsep Pembangunan Berkelanjutan

    Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan harus mengacu pada tiga aspek penting,

    yaitu pembangunan hendaknya tidak hanya mementingkan dari sisi aspek

    ekonomi saja, namun juga harus memperhatikan sisi aspek sosial dan dapat

    mengurangi dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan (ekologis).

    Tabel 2. Pemikiran-pemikiran tentang syarat-syarat proses pembangunan

    berkelanjutan.

    Dimensi/Aspek Brundtland, GH. 1987 ICPQL 1996 Becker, F. Et al 1997

    Ekonomi Pertumbuhan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan dasar

    Ekonomi kesejahteraan

    Ekonomi kesejahteraan

    Lingkungan Lingkungan untuk generasi sekarang dan mendatang

    Keseimbangan lingkungan yang sehat

    Lingkungan adalah dimensi sentral dalam proses sosial

    Sosial

    Pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua

    Keadilan sosial, kesetaraan jender, rasa aman, menghargai

    Penekanan pada proses pertumbuhan sosial yang

  • 8

    diversitas budaya dinamis, keadilan sosial dan kesetaraan

    Ekonomi Kesejahteraan merupakan pertumbuhan ekonomi yang

    ditujukan untuk kesejahteraan semua anggota masyarakat, dan dapat dicapai

    melalui teknologi yang inovatif berdampak minimum terhadap lingkungan.

    Lingkungan Berkelanjutan merupakan etika lingkungan non antroposentris yang

    menjadi pedoman hidup masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan

    kelestarian dan keseimbangan lingkungan, pentingnya peranan konservasi

    sumberdaya alam, dan mengutamakan peningkatan kualitas hidup non

    material. Keadilan Sosial, merupakan perwujudan dari nilai-nilai keadilan dan

    kesetaraan akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan publik,

    menghargai diversitas budaya dan kesetaraan jender.

    Senyampang dengan tingginya disparitas sosial di masyarakat dan

    kerusakan lingkungan karena perilaku di sektor industri tanpa didukung

    kemampuan teknologi yang berwawasan lingkungan, sehingga semakin

    mempercepat parahnya kerusakan lingkungan seperti semakin meningkatnya

    efek pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca. Dengan situasi dan

    kondisi tersebut, maka masalah yang menyangkut isuisu Green Energy

    menjadi prioritas penting dalam upaya mendukung konsepkonsep seperti

    teknologi hijau (Green Technology), industri hijau (Green Industry), Corporate

    Social Responsibility (CSR), dan EcoIndustrial Park (EIP) telah banyak

    dikembangkan dan diterapkan oleh banyak negara, baik di negara-negara maju

    maupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

    Paradigma pembangunan Indonesia sebelum dicetuskannya

    konsep pembangunan berkelanjutan adalah hanya bertumpu pada

    pertumbuhan ekonomi semata, yakni pembangunan tanpa mempertimbangkan

    aspek-aspek penting lainnya, seperti aspek keseimbangan ekologi, aspek

    keadilan sosial, aspek aspirasi politis dan sosial budaya dari masyarakat

    setempat. Gambar 4 memperlihatkan tahapan-tahapan revolusi konsep

    pembangunan berkelanjutan.

  • 9

    Gambar 4: Tahapan-tahapan Pembangunan Berkelanjutan

    Masalah pembangunan berkelanjutan terutama di bidang

    pendidikan akan menjadi tantangan bagi PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    PPPPTK/VEDC-BoE Malang harus menjadi pelopor dalam pengembangan

    sains, teknologi, dan manajemen yang terarah ke pembangunan berkelanjutan-

    pendidikan dengan konsep Green Training Campus terutama di bidang

    teknologi. Arah tujuan pelatihan yang berwawasan lingkungan ini akan menjadi

    keunggulan kompetitif (competitive advantage) bagi PPPPTK/VEDC-BOE

    Malang untuk bersaing di era abad 21 Global, selain itu sebagai upaya bagi

    PPPPTK/VEDC-BOE Malang untuk menghasilkan lulusan pelatihan dengan

    konsep Green Technology-Training Center yang kelak dapat mewujudkan

    rasa kepekaan serta kepedulian terhadap Global Green Development sebagai

    pengabdian nyata dan tanggung jawab PPPPTK/VEDC-BOE Malang terutama

    di bidang pembangunan teknologi yang berkelanjutan.

    1.5. Konsep Green Technology-Training Center (GTTC)

    Green Development didalam ruang lingkup pembangunan

    berkelanjutan memiliki definisi dan arti yang sangat luas. Konsep Hijau tidak

    hanya terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang hanya berbicara dan

    mengedepankan masalah ramah lingkungan (ekologis) saja, melainkan juga

    dapat berhubungan dengan penerapan suatu sistem yang terintegrasi, holistik,

    dan efisien. Hakekat di dalam Konsep Hijau dapat berupa infrastruktur,

    perencanaan, dan sistem dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki hubungan

    dan kedekatan dengan ekosistem, di mana energi yang berasal dari dukungan

    sumber daya alam dimanfaatkan secara efisien, dimana materi dimanfaatkan

    dari satu entitas ke entitas yang lain dalam sistem siklus tanpa merusak

  • 10

    lingkungan/alam sekitar. Gambar 5: Memperlihatkan Green Concept

    PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    Gambar 5. Green Concept PPPPTK/VEDC-BoE Malang

    Di dalam konsep mengenai Green Development terutama di

    bidang teknologi hendaknya dapat dipertimbangkan sebagai ide awal untuk

    pengembangan kurikulum SMK bagi PPPPTK/VEDC-BOE Malang sebagai

    pusat pelatihan energi baru terbarukan (EBT). Maka dari itu kedepan konsep

    Green Technology-Training Center (GTTC) sangat sesuai dengan arah

    perkembangan sains dan teknologi yang merupakan perwujudan dari semangat

    kesepahaman agenda 21 global. Selain itu PPPPTK/VEDC-BoE Malang dapat

    berperan serta menjadi pelopor solusi bagi pembangunan berkelanjutan

    (sustainable development) di dalam Negara Kesatuan Kepulauan Republik

    Indonesia khususnya kurikulum pendidikan sekolah menengah kejuruan.

    Green Technology-Training Center (GTTC) merupakan bentuk

    perwujudan dari penerapan Green Concept di dalam proses pendidikan dan

    pelatihan (diklat). Di dalam Green Technology-Training Center (GTTC).

    PPPPTK/VEDC-BOE Malang sebagai institusi Pendidikan dan pelatihan di

    bidang teknologi harus dapat mengarahkan proses pendidikan dan pelatihan

    projek, dan pengabdian masyarakatnya ke arah pembangunan yang

    berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dan didukung oleh Kurikulum

    Pendidikan Abad 21 yang merupakan kurikulum berwawasan Teknologi

    Hijau dan Lingkungan Hijau.

  • 11

    Gambar 6. Konsep Green Technology-Training Center (GTTC)

    Pengembangan paradigma kurikulum 2013 merupakan kurikulum

    abad 21 Hijau berhubungan dengan tujuan pendidikan dan projek yang terarah

    pada isuisu pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Melalui

    Kurikulum Hijau, hendaknya konsep pelatihan di PPPPTK/VEDC-BOE Malang

    mengacu pada pokok bahasan dengan materi pelatihan yang mengarah pada

    konsep teknologi hijau, sistem manajemen lingkungan dan ekoefisiensi

    (perilaku hemat energi). Dan untuk membiasakan perilaku hemat energi dapat

    dimulai dari lingkungan training, sehingga pengelolaan lingkungan training

    dapat menjadi sarana pembelajaran termasuk perilaku membiasakan hemat

    energi baik itu di lingkungan training ataupun di rumah, sehingga kelak dapat

    terbentuk manusia-manusia yang memiliki wawasan berkelanjutan.

    Di dalam konsep Hijau, sumberdaya dimanfaatkan seefisien mungkin.

    Teknologi Hijau yaitu suatu konsep pemilihan dan penerapan teknologi dengan

    mempertibangkan kemampuan daya dukung dari sumberdaya alam sehingga dapat

    meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya sedikit mungkin sehingga

    mengurangi limbah yang dihasilkan.

  • 12

    Gambar 7: Konsep Kurikulum Hijau

    Perencanaan Teknologi Hijau Green Technology berkaitan erat

    dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendidikan dan

    pelatihan (diklat) yang memenuhi kriteria Konsep Kampus Hijau Green

    Campus Concept. Kampus PPPPTK/VEDC-BOE Malang hendaknya tidak

    hanya sekedar memikirkan pendidikan dan pelatihan yang mengacu pada

    Pendidikan Lingkungan Hidup saja, tapi hendaknya juga berupaya untuk

    memprioritaskan perencanaan infrastruktur dengan keberadaan peralatan yang

    berbasis pada konsep pemikiran teknologi hijau. Konsep perencanaan teknologi

    hijau dengan dukungan konsep kampus hijau Green Concept Campus

    bertujuan memberikan contoh bagaimana pemanfaatan energi baru terbarukan

    (EBT) dengan memperhatikan daya dukung sumber daya alam, sehingga

    terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif dan nyaman selama

    berlangsungnya proses pendidikan dan pelatihan di Kampus PPPPTK/VEDC-

    BoE Malang.

    Gambar 8. Konsep Diklat Green Curriculum di Kampus PPPPTK/VEDC-BoE Malang

  • 13

    1.6. Kebijakan Pemerintah Indonesia

    Sistem penyediaan dan pemanfaatan energi berkelanjutan telah

    menjadi agenda internasional dan telah disepakati pada Konferensi Tingkat

    Tinggi Pembangunan Berkelanjutan (World Sumit on Sustainable Development)

    di Johannesburg Afrika Selatan pada bulan September 2002. Untuk

    mewujudkan sistem penyediaan dan pemanfaatan energi yang berkelanjutan

    dapat ditempuh dengan memadukan konsep optimasi pemanfaatan energi baru

    terbarukan (EBT), pemilihan dan penggunaan teknologi energi tepat dan efisien

    dan dengan membudayakan pola hidup hemat energi, yang lebih dikenal

    dengan Energi Hijau (Green Energy).

    Komitmen pemerintah Republik Indonesia melanjutkan pelaksanaan

    pembangunan berkelanjutan telah digariskan di dalam Garis Besar Haluan

    Negara (GBHN) serta program-program pemerintah dalam pelaksanaan

    pembangunan nasional melalui pengelolaan sumberdaya alam dan

    pemeliharaan daya dukungnya guna membawa manfaat bagi peningkatan

    kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi hak generasi mendatang.

    Peranan aktif Indonesia di dalam pembahasan isu pembangunan

    berkelanjutan dan persiapan pelaksanaan World Summit on Sustainable

    Development 2002 dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat

    bangsa-bangsa mengenai komitmen Indonesia tersebut.

    Kebijakan pemerintah mempertahankan pos Menteri Negara

    Lingkungan Hidup di dalam kabinet gotong royong serta upaya pemerintah

    membentuk Dewan Pembangunan Berkelanjutan dinilai masyarakat

    internasional sebagai komitmen kuat pemerintah RI dalam melaksanakan

    program pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

    Untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan bagi pembangkit

    listrik, pemerintah Indonesia disebutkan juga telah menyusun beberapa

    peraturan antara lain Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 2005 tentang

    Penyediaan dan Pemanfaatan Listrik yang Memprioritaskan Penggunaan

    Sumber Energi Setempat, dengan Kewajiban Mengutamakan Pemakaian

    Energi Terbarukan.

    Untuk meningkatkan kapasitas terpasang dan mendorong peran

    serta pengusaha kecil dan menengah dalam energi terbarukan, pemerintah

    telah menyusun program pembangkit listrik skala kecil, dengan menggunakan

  • 14

    energi terbarukan. "Program ini mengatur listrik yang dihasilkannya,

    berdasarkan skema itu nantinya dapat dibeli dan digunakan oleh perusahaan

    nasional dalam hal ini PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

    Untuk mendukung upaya dan program pengebangan EBT,

    pemerintah sudah menerbitkan serangkaian kebijakan dan regulasi yang

    mencakup Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,

    Undang-Undang No. 30/2007 tentang Energi, Undang-undang No. 15/1985

    tentang Ketenagalistrikan, PP No. 10/1989 sebagaimana yang telah diubah

    dengan PP No. 03/2005 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 10

    Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik dan PP No.

    26/2006 tentang Penyediaan & Pemanfaatan Tenaga Listrik, Permen ESDM

    No. 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi

    Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen ESDM No.1122K/30/MEM/2002

    tentang Pembangkit Skala Kecil tersebar. Saat ini sedang disusun RPP Energi

    Baru Terbarukan yang berisi pengaturan kewajiban penyediaan dan

    pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan dan pemberian kemudahan

    serta insentif.

    Visi kebijakan pengembangan energi terbarukan dan konservasi

    energi adalah terwujudnya penyediaan dan pemanfaatan energi yang efisien,

    bersih, handal, dan harga yang terjangkau dalam kerangka pembangunan

    berkelanjutan.

    Berdasarkan visi, maka misi kebijakan pengembangan energi

    terbarukan dan konservasi energi adalah upaya menjaga kesinambungan

    ketersediaan energi nasional yang berkelanjutan (security of supply) dan

    memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan serta mendorong penguasaan,

    penerapan dan penggunaan teknologi yang efisien dan hemat energi sehingga

    terciptanya budaya hemat energi di masyarakat, terwujudnya pemerataan

    kesejahteraan di masyarakat dan pada akhirnya adanya peningkatan partisipasi

    masyarakat dalam hal penggunaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan

    dan konservasi energi.

    1.7. Geografis

    Dilihat secara geografis posisi Indonesia terletak antara 60LU

    sampai 110LS dan 950BT sampai 1410BB, antara Samudera Pasifik dan

  • 15

    Samudera Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia, dan antara

    pertemuan dua rangkaian pegunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum

    Mediterania. Posisi letak geografis yang demikian menempatkan Indonesia

    berada pada posisi silang yang strategis dibawah garis khatulistiwa dan berada

    di daerah yang beriklim tropis yang panasnya merata sepanjang tahun,

    sehingga semua wilayah dapat menerima energi panas dari sinar Matahari

    yang melimpah hampir sepanjang hari. Berdasarkan data kekuatan radiasi sinar

    matahari yang sampai di Bumi, yang berasal dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi

    surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk

    kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan

    Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar

    10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1kWh/m2/hari dengan

    variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia

    sekitar 4,8kWh/m2/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.

    Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di

    dunia dengan luas wilayah sebesar 9,8juta-km2 yang terdiri dari lautan dan

    daratan yang membentuk pulau-pulau besar dan keil. Luas wilayah lautan kira-

    kira mencapai 7,9juta-km2 atau kira-kira 81% dari luas keseluruhan. Dan

    sisanya luas daratan sekitar 1,9juta-km2 atau kira-kira 19% dari luas wilayah

    secara keseluruhan. Seluruh wilayah Indonesia terdiri atas 18.110 buah pulau

    besar dan kecil, dimana antara pulau yang satu dengan yang lainnya

    dipisahkan oleh lautan. Dari seluruh pulau tersebut baru 6.044 yang memiliki

    nama, sedangkan yang berpenghuni (didiami manusia) baru 931 pulau.

    Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil

    dengan kondisi daerah-daerah yang terpencil menyebabkan sulit untuk

    dijangkau oleh jaringan listrik konvensional. Untuk memenuhi kebutuhan energi

    di daerah-daerah semacam ini, salah satu jenis energi yang cocok dan

    potensial untuk dikembangkan adalah pemanfaatan energi surya.

    Indonesia dengan negara kepulauan yang mempunyai kondisi

    geografi yang sangat beragam. Dengan kondisi yang bersifat alami ini

    menyebabkan terjadinya kesenjangan yang beragam, baik dalam sarana,

    prasarana, sumberdaya manusia maupun dalam tingkat sosial ekonomi.

    Dengan perbedaan kesenjangan tersebut, maka terdapat sebagian kondisi

  • 16

    daerah yang sudah maju dan terdapat kondisi daerah yang masih

    terbelakang.

    Gambar 9: Kondisi Geografis Indonesia

    Oleh sebab itu pembangunan di wilayah dengan kondisi daerah

    yang masih terbelakang perlu adanya penyediaan energi yang cukup, hal ini

    bermanfaat untuk mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah dan antara

    perkotaan dan perdesaan, dengan demikian tingkat kesenjangannya dapat

    diperbaiki dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemerataan pembangunan.

    Secara garis besar fokus permasalahan adalah kebutuhan energi

    listrik domestik semakin meningkat dengan jumlah produksi terbatas, terutama

    kebutuhan energi baik itu untuk masyarakat secara umum, industri skala kecil,

    menengah maupun besar. Dampak semua itu menyebabkan eksploitasi

    sumberdaya alam yang tak terkendali sehingga menyebabkan efek pemanasan

    global di bumi semakin meningkat.

    2. TUJUAN:

    2.1. Penguatan penggunaan energi sel surya sebagai salah satu pemasok

    energi baru terbarukan, sekaligus sebagai perwujudan dan tanggung

    jawab PPPPTK-VEDC BoE Malang sebagai lembaga wisata diklat.

  • 17

    2.2. Mengetahui apakah pemanfaatan tenaga surya sebagai sumber energi

    guna memperlambat pemanasan global.

    2.3. Mempersiapkan kurikulum Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP)

    dalam rangka mewujudkan PPPPTK/VEDC-BOE Malang sebagai Green

    Technology-Training Center (GTTC).

    2.4. Mempersiapkan peralatan untuk keperluan laboratorium Sistem Energi

    Surya Photovoltaik (SESP) dalam upaya mendukung Green Technology-

    Training Center (GTTC) di PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    2.5. Memanfaatkan dalam pemilihan dan penggunaan teknologi hijau untuk

    keperluan Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP) dalam upaya

    mendukung Green Technology-Training Center (GTTC) di

    PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    2.6. Menerapkan Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP) dalam rangka

    mewujudkan kebutuhan energi alternatif terbarukan yang ramah

    lingkungan.

    2.7. Memperlakukan dan menerapkan photovoltaik pada Sistem Energi Surya

    Photovoltaik (SESP) untuk keperluan berbagai macam beban yang

    berbeda.

    2.8. Membangun dan menerapkan perangkat lunak (interface) ke dalam

    suatu sistem photovoltaik, seperti sistem off grid maupun on grid

    terintegrasi pada Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP).

    2.9. Merancang sistem kontrol untuk photovoltaik guna meningkatkan unjuk

    kerja (efisiensi) dari Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP).

    2.10. Menyiapkan sistem komunikasi energi khususnya di bidang energi baru

    tebarukan guna mendukung Green Technology-Training Center (GTTC)

    di PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    2.11. Membangun sistem komunikasi energi berbasis WEB khususnya di

    bidang energi baru tebarukan guna mendukung Green Technology-

    Training Center (GTTC) di PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    2.12. Menyiapkan sistem komunikasi energi berbasis GIS khususnya di bidang

    energi baru tebarukan guna.

    2.13. Mendidik dan Melatih guru maupun praktisi (energi alternatif) serta

    masyarakat tentang energi alternatif pada tingkat regional maupun

    nasional.

  • 18

    3. TARGET

    Target/sasaran dari projek ini diharapkan dapat memberikan

    pemahaman, kesadaran dan kepekaan terhadap peserta diklat, masyarakat,

    widyaiswara dan lingkungan lembaga diklat PPPPTK/VEDC-BOE Malang tentang

    pentingnya pemanfaatan energi baru terbarukan. Target/sasaran khusus

    pengembangan energi surya yang hendak dicapai dari projek ini adalah sebagai

    berikut:

    3.1. Terealisasinya modul-modul untuk keperluan pendukung laboratorium

    energi baru terbarukan (EBT), baik itu untuk keperluan projek inovasi bagi

    lembaga serta Diklat di bidang : photovoltaik, fuel cell dan Kincir angin.

    3.2. Terealisasinya pemanfaatan energi surya melalui photovoltaik

    menggunakan sistem Multiple String Solar Generator & Single String

    Inverter yang terkoneksi langsung dengan jaringan PLN dalam upaya

    mempersiapkan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) selanjutnya

    sebagai partisipasi terciptanya Green Technology-Training Center (GTTC)

    di PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    3.3. Penguasaan teknologi di bidang energi baru terbarukan (EBT) seperti

    teknologi inverter dan teknologi untuk sistem komunikasi energi.

    3.4. Untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam hal meningkatkan peran

    serta pemanfaatan Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP) di

    masyarakat dalam penyediaan energi di daerah perdesaan, sehingga

    tercapainya target sampai pada tahun 2020 kapasitas terpasang sebesar

    25 MW.

    3.5. Mendorong untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal

    pemanfaatan Sistem Energi Surya Photovoltaik (SESP) baik itu sistem on

    grid maupun off grid di kawasan perkotaan, sehingga beban

    penggunaan energi fosil menjadi terkurangi.

    3.6. Mendorong semakin murahnya harga komponen-komponen pendukung

    untuk keperluan energi terbarukan seperti modul photovoltaik, inverter,

    sehingga tercapainya komersialisasi.

    3.7. Mendorong investor untuk memproduksi komponen-komponen pendukung

    produksi dalam negeri khususnya untuk keperluan peralatan Sistem Energi

    Surya Photovoltaik (SESP).

  • 19

    3.8. Mengurangi ketergantungan kebutuhan energi listrik

    konvensional/domestik sehingga pada akhirnya dapat mengurangi efek

    pemanasan global bumi.

    4. MANFAAT:

    Hasil projek ini diharapkan dapat memberi dampak manfaat bagi

    peserta diklat, masyarakat, widyaiswara dan lingkungan lembaga diklat di

    PPPPTK/VEDC-BOE Malang. Sedangkan manfaat bagi peserta

    diklat/masyarakat, widyaiswara dan lingkungan lembaga diklat adalah sebagai

    berikut:

    4.1. Bagi Lembaga Diklat:

    a. Hendaknya menjadi pelopor pusat dalam pengembangan Kurikulum

    Hijau dengan didukung teknologi dan manajemen Hijau dalam

    konsep pembangunan berkelanjutan.

    b. Merupakan pusat pendidikan dan pelatihan berdasarkan konsep

    teknologi Hijau berdasarkan arah gerak yang berwawasan lingkungan

    menjadi program unggulan yang kompetitif (competitive advantage)

    yang mampu bersaing di era globalisasi, selain itu juga menjadi upaya

    bagi PPPPTK/VEDC-BOE Malang untuk menghasilkan lulusan dengan

    karya-karya yang merupakan refleksi pengabdian bagi Green

    Development khususnya di lingkungan lembaga diklat sesuai dengan

    potensi yang ada.

    4.2. Bagi Widyaiswara dan Peserta Diklat:

    a. Dapat digunakan sebagai tempat pengembangan profesi (penelitian)

    berkenaan dengan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam

    hal penggunaan dan penerapan teknologi sesuai dengan konsep

    Hijau.

    b. Dengan kondisi peralatan laboratorium yang lengkap maka

    widyaiswara mengajar dengan professional dan mengikuti

    perkembangan jaman.

    c. Peserta diklat akan memperoleh ilmu terkini tentang Energi Baru

    Terbarukan dengan maksimal.

  • 20

    5. PEMILIHAN SOLAR MODAL & INVERTER

    Sebelum projek ini direalisasi sesuai dengan tujuan yang telah

    direncanakan, maka masalah yang perlu dipikirkan adalah pemilihan teknologi

    yang akan digunakan harus sesuai dengan semangat kesepahaman teknologi

    Hijau agenda abad 21 (Green Technology & Green Training).

    Berdasarkan kajian-kajian dari segi teknis, maka produk yang

    memenuhi persyaratan teknologi agenda abad 21 adalah inverter dari Sunny Boy

    dapat direkomendasi sebagai komponen pendukung utama projek ini. Sedangkan

    untuk Solar Modul yang sangat sesuai dengan spesifikasi projek adalah dari

    produksi BP Solar, dengan alasan selain harganya tidak mahal, produk

    monokristalin dari BP Solar memiliki efisiensi yang lebih baik dengan memberikan

    garansi selama sampai 25 tahun.

    Sesuai dengan tujuan diklat kurikulum hijau dan pokok-pokok

    pikiran tertuang dalam GTTC, untuk itu diperlukan dukungan infrastruktur yang

    terdiri dari 4 kelompok struktur program, yaitu:

    a. Pemasangan photovoltaik on grid tiga fasa berbasis IT (Komunikasi Energi)

    40kWatt

    b. Laboratorium photovoltaik 7 Set

    c. Laboratorium fuel cell 1 set

    d. Laboratorium energi tenaga angin

    e. Pemasangan sistem komunikasi energi

    f. Penginstalan sistem komunikasi energi berbasis GIS

    6. Sistem Koneksi

    Teknologi Inverter terkoneksi Grid, ada tiga macam konfigurasi sistem koneksi

    langsung ke jaringan (on grid), yaitu:

    6.1. Inverter Tersentral (Centralized Inverter)

    Konsep Inverter Tersentral dapat dibangun dari beberapa string

    yang dihubungkan secara paralel, dimana masing-masing string dikopel sebuah

    dioda pengaman anti paralel. Konsep Inverter Tersental cocok digunakan untuk

    tegangan DC rendah (UDC120V). Gambar xx memperlihatkan sistem konfigurasi

    inverter tersentral (centralized inverter).

  • 21

    Gambar 10. Sistem konfigurasi inverter tersentral (Centralized Inverter)

    Oleh karena konsep inverter tersentral hanya menggunakan satu

    buah inverter dan satu buah kontrol daya PMPP yang tersambung dengan

    beberapa string, maka dari itu dan agar didapatkan daya keluaran yang sama

    besar pada setiap perubahan sumber energi dari matahari. Untuk itu banyaknya

    jumlah solar modul didalam masing-masing string jumlahnya dibatasi hanya

    sekitar 3 sampai 4 buah yang terhubung secara seri. Hal ini bertujuan agar

    supaya setiap solar modul menerima jumlah energi dari matahari yang sama rata

    (mengurangi efek gangguan bayangan) dan selain itu juga untuk mengurangi

    perbedaan sudut azimut sinar matahari yang jatuh pada masing-masing solar

    modul. Keuntungan dari konsep inverter tersentral adalah rangkaian sederhana,

    ekonomis sehingga mengurangi biaya perawatan yang rendah. Salah satu

    kelemahan dari konsep inverter tersentral adalah setiap modul dalam setiap

    string menghasilkan jumlah daya (PMPP) yang berbeda dengan arus (IMPP) dan

    tegangan (VMPP) yang berbeda pula, sehingga masalah ini membuat rangkaian

    kontrol daya menjadi tidak bisa optimum, karena hanya menggunakan satu buah

    inverter dan satu buah kontrol daya yang terkoneksi secara tersentral dengan

    beberapa string.

  • 22

    Gambar 11. Posisi String terhadap sudut azimut matahari

    Persyaratan instalasi: Oleh karena konsep inverter tersentral solar

    modul tersambung secara seri sehingga membentuk beberapa string, yang mana

    tujuannya tidak lain adalah agar setiap string mendapatkan energi sama besar

    pada setiap perubahan sudut azimut dari sumber energi matahari, maka

    pemasangngan posisi string diletakan sedemikian rupa memanjang mengarah ke

    posisi garis lintang utara, bukan memanjang sejajar dengan arah datangnya sinar

    matahari (garis bujur timur). Perlu diingat, bahwa rangkaian string yang terhubung

    secara seri dari beberapa solar modul (arus yang mengalir pada hubungan seri

    adalah sama besar pada hambatan yang berbeda).

    Gambar 12. Sistem Koneksi Photovoltaik yang terhubung langsung dengan jaringan listrik PLN menggunakan sistem inverter tersentral (Centralized Inverter)

    Kekurangan dari sistem ini adalah bilamana sistim string tersentral

    digunakan untuk kebutuhan daya yang besar diperlukan kabel yang besar, maka

    dari itu perlindungan untuk keamanan dari sistem ini harus mengacu dan

    memperhatikan katagori keselamatan kelistrikan Klas III. Karena sistem ini

    bekerja pada tegangan DC120V, maka banyak kerugian energi untuk koneksi

    dengan hubungan kabel yang panjang dan kecenderungan inverter memiliki

    efisiensi yang rendah. Konsep sistem inverter tersentral lebih cocok digunakan

    untuk kebutuhan konsumsi daya yang kecil. Dalam instalasi harus

    memperhatikan peletakan posisi arah string, karena sistem ini sangat tergantung

    dari kondisi geografi setempat (lokal).

  • 23

    Tabel 3. Standar Kelistrikan

    Standard Electrical protection Symbol

    Device is Earthed/Grounded

    Class II Protective Insulation (double/reinforced insulation)

    Class III

    Safety extra low voltage:

    maximum AC voltage: 50V

    maximum DC voltage: 120V

    6.2. String inverter

    Konfigurasi konsep String Inverter dapat dibangun dari beberapa

    solar modul yang terhubung secara seri sehingga tersusun menjadi string,

    dimana masing-masing string terkoneksi dengan inverter secara independen

    (terpisah). Konsep String Inverter cocok digunakan untuk tegangan DC tinggi,

    yaitu (UDC120V).

  • 24

    Gambar 13. Konsep String Inverter

    Konsep ini merupakan perbaikan dari kelemahan yang dimiliki oleh

    konsep inverter tersentral. Gambar 13 memperlihatkan sistem konfigurasi string

    inverter, yaitu yang berkenaan dengan masalah efisiensi pada sistem inverter

    tersentral menggunakan inverter dengan piranti MPPT tunggal, reduksi akibat

    daya hilang akibat gangguan bayangan (reducing losses due to shading). Karena

    sistem ini bekerja pada tegangan DC120V (tinggi), maka kerugian akibat

    tahanan kabel menjadi lebih rendah dan inverter memiliki efisiensi jauh lebih baik

    (tinggi). Konsep sistem string inverter sangat cocok digunakan untuk kebutuhan

    konsumsi daya yang tinggi. Dalam instalasi tidak tergantung dari kondisi geografi

    lingkungan setempat (lokal). Karena masing-masing inverter bekerja secara

    independen, maka peletakan posisi string bebas mengarah kemana saja.

    Kerugian dari konsep string inverter adalah masalah dengan instalasi lebih rumit

    (pengkabelan) dan biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih mahal.

    Perlindungan untuk keamanan dari sistem instalasi harus mengacu dan

    memperhatikan katagori keselamatan kelistrikan Klas II (lihat tabel 3 diatas).

  • 25

    Gambar 14. Sistem Koneksi Photovoltaik yang terhubung langsung dengan jaringan listrik PLN menggunakan sistem String inverter

    6.3. Multi-string inverter

    Topologi konsep Multi-String Inverter dapat dibangun berdasarkan

    konsep string inverter yang masing-masing inverter bekerja seca independen dan

    dengan penambahan satu dependent inverter untuk melayani string inverter

    (independent inverter) secara bersamaan. Karena satu Inverter melayani

    beberapa (banyak) string inverter secara bersamaan, maka konsep ini dinamakan

    Multi-String Inverter. Gambar 15 memperlihatkan konsep Multi-String Inverter.

  • 26

    Gambar 15 Konsep Multi-String Inverter

    Karena sistem multi-string inverter bekerja pada tegangan DC120V

    (tinggi), dengan demikian kerugian akibat tahanan kabel menjadi lebih rendah

    dan inverter memiliki efisiensi jauh lebih baik (tinggi). Konsep sistem multi-string

    inverter sangat cocok digunakan untuk kebutuhan konsumsi daya yang tinggi.

    Tuntutan instalasi tidak tergantung dari kondisi geografi lingkungan setempat

    (lokal). Karena masing-masing inverter bekerja secara independen, maka

    peletakan posisi string bebas mengarah kemana saja. Perbedaan keuntungan

    menggunakan konsep multi-string inverter bila dibandingkan dengan string

    inverter adalah adanya perbaikan rugi daya keluran pada masing-masing string

    inverter menjadi jauh lebih kecil (rugi distribusi AC).

  • 27

    Gambar 16. Sistem Multi-String Inverter

    Kerugian dari konsep multi-string inverter adalah masalah dengan

    instalasi menjadi rumit (pengkabelan) dan biaya yang harus dikeluarkan menjadi

    lebih mahal bila dibandingkan dengan konsep string inverter.

    Perlindungan untuk keamanan dari sistem instalasi harus mengacu dan

    memperhatikan katagori keselamatan kelistrikan Klas II (lihat tabel 3 diatas).

    Gambar 17. Sistem Koneksi Photovoltaik yang terhubung langsung dengan jaringan listrik PLN menggunakan sistem Multi-String Inverter

    Berdasarkan pertimbangan, baik itu pertimbangan dari segi teknis,

    kegunaan/fungsi, perawatan dan kerusakan, lifetime dan biaya, maka sistem

    koneksi yang tetap untuk direkomendasi adalah gabungan antara sistem A dan

  • 28

    B, yaitu Sistem solar modul terhubung grid dengan arsitektur String

    Inverter dan Multi-String Inverter (satu output solar string terkoneksi dengan

    satu input inverter/string inverter) yang tertera seperti pada Gambar 17.

    7. Pengkabelan

    Oleh karena photovoltaik bekerja dengan sinar Ulra Violet (UV)

    gelombang cahaya tampak, untuk itu mulai dalam hal pemilihan kabel dan

    arsitektur pengkabelan harus memperhatikan kaidah-kaidah berdasaran aturan

    yang disarankan oleh standar industri.

    Gambar 18. Arsitektur Pengkabelan

    8. Arsitektur Sistem Instalasi

    Rangkaian kelistrikan dalam projek ini menggunakan arsitektur

    koneksi string inverter. Jumlah string keseluruhan adalah sebanyak 27 string,

    dimana setiap string terhubung secara seri sebanyak 8 buah solar modul type

    BP4165T dengan total tegangan keluaran VMPP sebesar 34,8Volt x 8 = 278,4Volt,

    arus keluaran IMPP sebesar 4,74Amp dan daya keluaran PMPP sebesar 278,4Volt x

    4,74Amp = 1319,62Watt. Dari 27 string terbagi menjadi 9 bagian kelompok string,

    sehingga masing-masing string terdiri dari 3 buah string yang terhubung secara

    paralel, sehingga setiap kelompok string menghasilkan total tegangan keluaran

    VMPP sebesar 278,4Volt, arus keluaran IMPP sebesar 4,74Amp x 3 = 14,22Amp dan

    daya keluaran PMPP sebesar 278,4Volt x 14,22Amp = 3961,98Watt. Jumlah daya

  • 29

    keseluruhan dari projek ini adalah 9 kali daya dari masing-masing kelompok string,

    yaitu 9 x 3961,98Watt = 35657,82Watt. Gambar 19 memperlihatkan perencanaan

    instalasi photovoltaik On Grid 35657kW di PPPPTK/VEDC-BOE Malang.

    Gambar 19. Rencana Instalasi Photovoltaik On Grid 38kW di PPPPTK/VEDC-BOE Malang

  • 30

    9. Karakteristik Modul Solar BP4165T/165W

    Tugas utama Solar Modul adalah untuk merubah secara langsung

    energi elektromagnetik dari matahari menjadi energi listrik. Dual hal penting yang

    harus diperhatikan dalam memilih suatu produk Modul Solar adalah efisiensi dan

    adanya jaminan garansi yang memadai dari Pabrik. Produk dari modul BP solar telah

    melalui beberapa pengujian berdasarkan acuan Standard Test Condition (STC),

    yaitu energi global sebesar 1000W/m2, temperatur ruang dipertahankan 25oC,

    kelembaban udara AM = 1,5 dan kualitas produk telah mendapat pengakuan dari 6

    asosiasi idependen.

    Electrical characteristics

    Electrical (1)

    STC 1000W/m

    2

    (2) NOCT

    800W/m2

    Dimension

    Maximum power (Pmax) 165W 118.8W front view

    Voltage at Pmax (Vmpp) 34.8V 31.0V

    Current at Pmax (Impp) 4.74A 3.79A

    Short circuit current (Isc) 5.30A 4.29A

    Open circuit voltage (Voc) 43.6V 39.7V

    Module efficiency 13.2%

    Tolerance -3/+5%

    Nominal voltage 24V

    Efficiency reduction at 200W/m2

  • 31

    (1) Values at Standard Test Conditions (STC): 1000W/m2 irradiance, AM1.5 solar spectrum and

    25C module temperature.

    (2) Values at 800W/m2 irradiance, Nominal Operation Cell Temperature (NOCT) and AM1.5 solar

    spectrum.

    (3) Nominal Operation Cell Temperature: Module operation temperature at 800W/m2 irradiance,

    20C air temperature, 1m/s wind speed.

    10. Karakteristik Solar Modul

    10.1. Arus-Tegangan

    Berikut memperlihatkan kurva arus tegangan BP4165T tergantung

    oleh perubahan temperatur. Modul Solar memiliki perilaku seperti komponen

    semikonduktor pada umumnya, yaitu bilamana temperatur berubah naik

    tegangan cenderung berubah menurun.

    Gambar 20. Kurva Arus-Tegangan Tergantung Temperatur

    Berikut memperlihatkan kurva arus tegangan BP4165T tergantung oleh

    perubahan irradiation dari matahari. Bila irradiation dari matahari menurun dari

    1000W/m2 ke 200W/m2, arus hubung singkat dari Solar Modul akan menurun dari

    sekitar 5A menjadi sekitar 1A saja. Perubahan akibat temperatur dan irradiation

    matahari sangat penting digunakan sebagai acuan dalam memilih inverter yang

    dilengkapi sistem kontrol yang handal.

  • 32

    Gambar 21. Kurva Arus-Tegangan Tergantung Irradiation

    10.2. Mechanical characteristics

    Solar cells 72 monocrystalline 5 silicon cells (125x125mm) in series

    Front cover High transmission 3.2mm (1/8th in) glass

    Encapsulant EVA

    Back cover White polyester

    Frame Silver anodized aluminum (Universal II)

    Diodes IntegraBus with 3 Schottky diodes

    Junction box Potted (IP 67); certified to meet UL 1703 flammability test

    Output cables 4mm2 cable with latching MC4 connectors. Asymetrical cable lengths:

    (-)1250mm (49.21in) / (+)800mm (31.50in)

    Dimensions 1587x790x50mm / 62.5x31.1x2in

    Weight 15.4kg / 33.95lbs

    Warning: All dimensional tolerances within 0.1% unless otherwise stated.

    11. Pemilihan Inverter

    Tugas utama inverter adalah merubah tegangan DC dari Modul Solar

    menjadi tegangan AC. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih

    inverter adalah minimum inverter harus memiliki (1) efisiensi tinggi diatas 90%, (2)

    memiliki kontrol MPP yang handal dan (3) dilengkapi dengan rangkaian ESS

    bilamana inverter terkoneksi langsung sistem dengan jaringan 220V. Sesuai dengan

    kebutuhan dalam projek ini, inverter yang digunakan adalah inverter dari produk

    Sunny Boy tipe SB 3800. Gambar 22(a) memperlihatkan 9 buah inverter dari SB

    3800 yang masing-masing terkoneksi langsung dengan jaringan 3 fasa.

  • 33

    Gambar 22(a). String Inverter terhubung pada jaringan 3 phase

    12. DC Panel

    Sebelum dihubungkan ke Inverter, tegangan keluaran DC dari masing-

    masing string solar generator didistribusakan menjadi satu kesatuan di dalam kotak

    DC panel. Gambar 22(a) memperlihatkan rangkaian DC panel dari keluaran string

    solar generator.

  • 34

    Gambar 22(b). Rangkaian DC Panel

    13. Inverter

    13.1. Diagram Blok Inverter SB 3800

    Berikut memperlihatkan diagram blok inverter dari produk Sunny Boy

    tipe SB 3800.

    Gambar 23. Diagram blok inverter dari produk Sunny Boy tipe SB 3800

    13.2. Spesifikasi Data Teknis Inverter

  • 35

    Berikut data teknis dari Inverter SB 3800 yang digunakan pada projek

    ini.

    14. Pemilihan Kabel

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jenis

    kabel yang akan digunakan selain jenis bahan adalah ukuran luas penampang,

    tahanan isolasi dan karet pembungkus untuk pelindung air dan sinar Ultra Violet

    (UV).

    Gambar 24. Spesifikasi Kabel Photovoltaik

  • 36

    15. Pemasangan Solar Modul

    Dalam pemasangan solar modul diperlukan komponen/bahan pendukung yang

    memadai, agar proses pengerjaan lebih cepat dan efisien. Diantaranya diperlukan rails

    system yang dipasang langsung diatas atap gedung, seperti terlihat pada gambar dibawah

    ini.

    Gambar 25. Rails System untuk pemasangan modul Photovoltaik

  • 37

    Klem Antara Klem Penutup

    Gambar 26. Metode pemasangan modul Photovoltaik di atap gedung

  • 38

    16. Sistem Komunikasi Energi

    Sistem standar baru dalam komunikasi energi di masa mendatang tidak

    bisa lepas dari dukungan Teknologi Informasi (TI), beberapa manfaat sistem

    komunikasi energi berbasis Teknologi Informasi antara lain:

    Sistem akses dari manapun Web browser-di mana saja di dunia (System

    access from any Web browser-anywhere in the world).

    Pencatatan harian, bulanan dan tahunan menghasilkan energi melalui

    Sunny Portal (Recording of daily, monthly and annual energy yield via

    Sunny Portal)

    Diagnosis dari Jarak Jauh (Remote plant diagnosis)

    Sistem Konfigurasi Jarak Jauh (Remote system configuration)

    Transfer data pada interval dipilih secara otomatis (Automatic data

    transfer at chosen intervals)

    Penyimpanan dan menampilkan data melalui Ethernet (Data storage and

    display via Ethernet)

    Kompatibel dengan semua SMA utilitas interaktif inverter (Compatible with

    all SMA utility interactive inverters)

    Konsumsi daya rendah (Low power consumption)

    Komunikasi dengan Sunny Portal secara otomatis (Automated

    communication with Sunny Portal)

    Gambar 27 Sistem Komunikasi Energi Berbasis Web

    17. Melalui web memungkinkan data logging dan kontrol

    Sistem komunikasi energi berbasis web memungkinan sistem operasi

    data dari sistem pembangkit tenaga surya (lihat Gambar 27). Sistem monitoring

    pencatatan data dapat dilakukan melalui modem atau Ethernet ke internet atau

    langsung ke PC Anda. Selain itu data-data tersebut juga dapat dikirim ke portal

  • 39

    internet milik SMA (Sunny Portal) yang berada di Amerika Serikat. Portal Sunny

    menyediakan penyimpanan data secara gratis untuk jangka panjang dan

    menyediakan tampilan grafis (software) dari data kinerja sistem anda. Informasi yang

    disimpan dalam Portal Sunny dikumpulkan dalam format bentuk file yang kompatibel,

    sehingga dapat digunakan di berbagai spreadsheet, grafik atau situs web kita sendiri.

    Sistem komunikasi energi berbasis web memberikan kemudahan dalam hal,

    membuat penyimpanan, transmisi, pengelolaan dan menampilkan data sistem.

    Gambar 28 Pengukuran radiasi matahari (pyranometer) dan temperatur Ambient

    Sistem standar baru dalam komunikasi energi, mencakup beberapa

    layanan seperti sistem pemantauan, diagnosis daerah terpencil, penyimpanan data

    dan dilengkapi dengan sistem penampil (display). Pada umumnya fitur sistem

    komunikasi energi merupakan fitur/web menggunakan antarmuka HTTP yang

    terintegrasi. Keuntungan dari sistem ini adalah memungkinkan kita dapat mengakses

    sistem informasi melalui PC, terlepas dari sistem operasi atau jenis browser. Sistem

    komunikasi energi berbasis web dapat memberikan informasi seperti penghitungan

    daya, penyimpanan kapasitas, dan komunikasi antarmuka.

    Gambar 29 Koneksi PC modem dan tranmisi untuk fax

  • 40

    Transfer data dan konfigurasi sistem melalui internet dapat dilakukan

    dengan baik melalui koneksi Ethernet atau melalui telepon modem. Transfer data

    secara otomatis dapat kita lakukan dengan interval sesuai dengan keinginan. Sistem

    komunikasi energi dengan menggunakan webbox tunggal dapat memonitor

    sebanyak sampai 50 inverter, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya dalam

    perawatan dan perbaikan.

    Sistem komunikasi berbasis web memberikan pelayanan sistem

    monitoring secara on line perihal status sistem PV yang dapat diperiksa dari

    beberapa tempat yang berbeda, seperti dari rumah, kantor atau di mana saja yang

    memungkinkan dengan layanan internet browser.

    Sistem komunikasi energi berbasis web perlu dilengkapi dengan web

    server tersendiri (independen). Hal ini supaya kita lebih mudah dalam melihat output

    dari sistem dan unjuk kerja dari masing-masing saluran inverter.

    Gambar 30 Koneksi RS485 antara PC dan Sunny Boy Control

    Data teknis sunny webbox.

  • 41

    Perakitan Sistem Photovoltaik Terkoneksi Jaringan Listrik (on grid system)

    Pustaka

    1. Alsema, E A, 2000, 'Energy payback time and C02-emissions of PV systems',

    Progress in Photovoltaics: Research and Applications 8,S. 17-25.

    2. Basore, P A, 2004, 'Simplified processing and improved efficiency of crystalline

    silicon on glass modules', in Proceedings of the 19th European Photovoltaic Solar

    Energy Conference, 7-11 June, Paris, France.

    3. Baumgartner, F, NTB, 2004, ' M P P voltage monitoring to optimise grid connected

    system design rules, Beitrag zur 19', European Photovoltaic Solar Energy

    Conference, June, Paris.

    4. Baumgartner, F, NTB, 2005, 'Euro Realo inverter efficiency: DC-Voltage

    Dependency, Beitrag zur 20', European Photovoltaic Solar Energy Conference,

    June, Barcelona.

    5. Becker, G, 2001, Innovative gebaudeintegrierte Solarstromanlagen-

    Architekturwettbewerb des Solarenergiefbrdervereins Bayern e. V, Broschiire,

    Munich.

  • 42

    6. Becker, G, 2002, Solarstrom aus Fassaden - Architekturwettbewerb des

    Solarenergiefdrdervereins Bayern e.V, Vortrag, Munich.

    7. Becker, H, 1997, 'Blitz- und ueberspannungsschutz bei Photovoltaikanlagen',

    Photon 12

    8. Bendel, C, Nestle D and Malcher S, 2005, Dezentrale Energieeinspeisungen ins

    Niederspannungsnetz, Tagungsband des 20. Symposiums Photovoltaische

    Solarenergie, Hrsg.OTTI-Kolleg.

    9. Bernreuter, J, 2005, 'Die Branche hat geschlafen, fachartikel in sonne wind and

    warme', Ausgabe 29.

    10. Brosicke, W, 1995, Vorlesungsskript Elektrische Energiewandler - Photovoltaik Teil

    3, FHTW, Berlin.