02. konsep dasar pneumonia
DESCRIPTION
Dasar PneumoniaTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit Pneumonia
1. Definisi
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agen infeksius (Smeltzer and Bare, 2012). Pneumonia adalah inflamasi atau
infeksi pada parenkim paru(Betz C, 2009). Pneumonia adalah peradangan alveoli
atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2010)
Pneumonia adalah Suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ( FKUI, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan pneumonia adalah
proses inflamasi / peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh agen
infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
2. Epidemiologi
Pneumonia adalah penyakit yang sering menyebabkan kematian di Amerika
Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke empat dan wanita menduduki
peringkat ke lima sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas
dibagian rawat jalan ( Smeltzer and Bare, 2012 ).
Menurut Price ( 2013 ) pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan
setiap tahun menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Di Amerika
Serikat terdapat 2 sampai 3 juta per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000
orang. Sedangkan di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian no 3
setelah kardiovaskuler dan tuberkolosis. Meskipun telah ada kemajuan dalam
dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kematian terbanyak
keenam di Amerika Serikat. Munculnya organism nosokomial (didapat dari rumah
sakit) yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-organisme yang
baru yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya
tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum
dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia masih merupakan
masalah kesehatan yang mencolok. Kini telah tersedia vaksin untuk melawan
pneumonia pneumokokus dan pada 80% sampai 90% orang dewasa, efektif untuk
melawan serotype pneumokokus yang paling sering. Vaksin ini biasanya diberikan
pada kasus-kasus dengan risiko fatal yang tinggi, misalnya pasien anemia sel sabit,
myeloma multiple, sindrom nefrotik atau diabetes melitus.
3. Penyebab / Faktor predisposisi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini :
a. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
b. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung
d. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
4. Patofisiologi
Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai
unit paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa
mekanisme seperti filtrasi partikel dari hidung, pencegahan aspirasi oleh reflek
epiglotal, penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin, penyergapan
dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris, pencernaan dan
pembunuhan bakteri oleh makrofag, netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal,
pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik. Infeksi pulmonal bisa terjadi
karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat
mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi.
Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpukan dari cairan
edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak
mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai
darah atau pleura viseral.
Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru
menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi
menjadi fisiologis dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan
hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya
destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas. Pada anak kondisi ini
dapat akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda asing dan
congenital yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.
5. Klasifikasi
Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya, dikategorikan
menjadi pneumonia bakterial dan pneumonia atipikal.
Jenis Organisme penyebab
Pneumonia Bakteriala. Pneumonia Streptokokusb. Pneumonia Stafilokokusc. Pneumonia Klebsiellad. Pneumonia Pseudomonase. Haemophilus influensa
a. Streptococus pneumoniaeb. Staphylococus aureusc. Klebsiella pneumoniaed. Pseudomonas aeruginosae. Haepmohilus influenza
Pneumonia Atipikal
a. Penyakit Legionnairesb. Pneumonia mikoplasc. Pneumonia Virusd. Pneumonia pneumosistis carinil (PCP )e. Pneumonia Fungif. Pneumonia klamidia ( pneumonia TWAR )
a. Legionella pneumophilab. Mycoplasma pneumoniaec. Virus influenza tipe A, B,
Cd. Pneumocyctis carinile. Apergilus fumigatusf. Cipitaci
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia
dapat diklasifikasikan:
a. Usia 2 bulan – 5 tahun
1) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
2) Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia
2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5
tahun 40 x/menit atau lebih.
3) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan
tanpa adanya nafas cepat.
b. Usia 0 – 2 bulan
1) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
2) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah
dan tidak ada nafas cepat.
Menurut Smeltzer and Bare ( 2012 ), jika suatu bagian substansial dari satu lobus
atau lebih yang terkena penyakit ini disebut sebagai pneumonia lobaris. Sedangkan
bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyebarab berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”.
b. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
c. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular
6. Gejala Klinis
a. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai :
- Demam
- Malaise
- Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
- Ekspirasi bebunyi
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lobar
b. Pneumonia virus
Gejala awal :
- Batuk
- Rinitis
Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat
dan lesu
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah
- Penurunan leukosit
c. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
- Demam
- Mengigil
- Sakit kepala
- Anoreksia
- Mialgia
Berkembang menjadi :
- Rinitis
- Sakit tenggorokan
- Batuk kering berdarah, Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak
7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak.
b. Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun.
c. Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
d. Perkusi : pekak bagian dada.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
b. Bila kondisi berat harus dirawat
c. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
Menurut Suzanne and Bare penatalaksanaan yang bisa diberikan pada pasien
dengan pneumonia yaitu :
a. Inhalasi yang lembab. Hal ini akan sangat membantu dalam menghilangkan iritasi
bronkial
b. Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda – tanda
penyembuhan. Jika klien dirawat di rumah sakit, klien diamati dengan cermat dan
secara kontinusampai kondisi klinis membaik
c. Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen
d. Analisa gas darah arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan
untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.
e. Tindakan dukungan pernafasan seperti ventilasi mekanik mungkin diperlukan
untuk beberapa pasien
9. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan
predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
2) Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di
atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
3) Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
4) Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
b. Pemeriksaan mikrobiologik
1) Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum
darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
2) Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi
paru.
c. Pemeriksaan imunologis
1) Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat
2) Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
3) Spesimen: darah atau urin.
4) Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex
agglutination, atau latex coagulation.
d. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap
mikroorganisme penyebab pneumonia.
1) Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi
ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan
anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
2) Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia
difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang
terdapat adenopati hilus.
3) Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan
penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan
mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks
umumhya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
10. Therapy / Tindakan Penanganan
Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotic yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 yang menanggulangi
hipoksemia, dan pengobatak komplikasi.
a. Pengobatan antibiotik.
1) Penicillin 50.000 u/kg BB/ hari ditambah dengan Klorampenikol 50-70 mg/ kg
BB/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektru luar seperti
Ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai batas demam 4-5 hari.
2) Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap
ampisillin.
3) Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal
sefatoksim.
4) Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa
umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi
kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.
5) Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia
karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik
dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi.
Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy.
6) Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in
vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa
5% dan nacl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10
mEq/500ml/botol infus
c. Karena sebagian pasien jatuh kedalam asidosis metabolilk akibat kurang makan
dan hipoksia maka dapat dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
11. Komplikasi
a. Pneumonia interstisial menahun
b. Atelektasisi segmental atau lobar kronik
c. Rusaknya jalan nafas
d. Efusi Pleura
e. Kalsifikasi paru
f. Fibrosis paru
g. Bronkitis obliteratif dan bronkiolitis
h. Atelektasis persisten.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Masuk
1) Data subjektif
Kemungkinan akan ditemukan data bahwa anak dikeluhkan batuk pilek,
muntah, panas, diare, nafsu makan menurun, jumlah jam tidur berkurang,
sesak, rewel dan mual, sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk. Kesadaran
kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang
demam (seizure). Orang tua pasien bertanya-tanya tentang keadaan penyakit
anaknya.
2) Data objektif
Kemungkinan data yang ditemukan adalah anak/pasien tampak sesak,
nafas cepat dan dangkal, terlihat nafas cuping hidung, retraksi otot bantu
pernafasan, cyanosis, respirasi > 60 x/menit, anak tampak pucat, batuk-batuk,
suhu meningkat( > 38ºC, berkeringat, terba hangat, kulit memerah, bibir
kering, terjadi leukositosis, ronkhi positif, ekspirasi memanjang, dari hasil
rontgen tampak adanya konsolidasi atau infiltrasi paru, kultur nasofaring
positif, berat badan menurun, anak lemah / lemas.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi
dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat
klinis penderita
c. Pemeriksaan Fisik
Demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan otot pernapasn
tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel darah putih (bakteri
pneumonia), arterial blood gas, X-Ray dada
d. Psikososial dan faktor perkembangan
Usia, tingkat perkembangan, kemampuan memahami rasionalisasi
intervensi, pengalaman berpisah dengan orang tua, mekanisme koping yang
dipakai sebelumnya, kebiasaan (pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu
tidur/rutinitas pemberian pola makan, obyek favorit)
e. Pengetahuan dan tingkat kecemasa keluarga
Pengalaman dengan penyakit pernafasan, pemahaman akan kebutuhan
intervensi pada distress pernafasan, tingkat pengetahuan kesiapan dan keinginan
untuk belajar.
Pengkajian setiap Sistem :1) Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
2) Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat,
terdengar stridor, wheezing, ronchii pada lapang paru,
3) Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas
darah menurun
4) Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
5) Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat, lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
6) Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal
7) Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan spasme jalan nafas, peningkatan sekresi ditandai dengan produksi
sputum, dispnea, suara nafas tambahan, batuk tidak efektif atau tidak dapat
batuk.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipoventilasi, kelelahan otot pernafasan, penurunan energi ditandai dengan
sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis,
ronchii, cyanosis, leukositosis
c. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi ditandai dengan dipsnea, takikardia,
AGD abnormal, nafas cuping hidung, abnormal pH arteri, sianosis, hipoksemia.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
e. Hypertermi berhubungan dengan proses inflamasi
ditandai dengan suhu tubuh meningkat ( > 38 ° ), kulit teraba panas, kulit
kemerahan, klien berkeringat.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan karena peningkatan upaya pernafasan.
g. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan demam, masukan cairan yang kurang karena dispnea.
h. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan
kurang informasi tentang penyakit anaknya.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme spasme jalan
nafas, peningkatan sekresi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama... x....jam anak
diharapkan memiliki jalan nafas yang bersih, dengan kriteria hasil :
1) Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
2) Sekret di jalan nafas bersih
3) Cuping hidung tidak ada
Tindakan keperawatan :
1) Instruksikan dan atau awasi latihan pernafasan. Kaji status pernafasan tiap 2
jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit
R / meningkatkan pernafasan diafragma yang tepat, ekspansi paru dan
perbaikan mobilitas dinding dada. Sebagai data fokus untuk menentukan
perkembangan keadaan pasien.
2) Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas
R / membantu pengeluaran sekeret sehingga jalan nafas menjadi bebas.
3) Lakukan postural drainase
R / membantu memobilisasi sekret sehingga sekeret terakumulasi dan
mempermudah pengeluaran.
4) Gunakan teknik bermain untuk latihan pernafasan pada anak kecil seperti
meniup gasing atau bola – bola kertas di atas meja
R / memperpanjang waktu ekspirasi dan meningkatkan tekanan ekspirasi.
5) Saat di rumah anjurkan anak untuk berenang
R / anak akan menghirup udara yang tersaturasi dengan kelembaban dan
berekshalasi di bawah air dapat memperpanjang ekspirasi dan meningkatkan
tekanan ekspirasi akhir.
6) Ajari keluarga untuk melakukan perkusi dan drainase postural dan untuk
menganjurkan batuk bila diindikasikan.
R / membantu memandirikan keluarga sehingga dapat memberikan intervensi
yang optimal selama perawatan di rumah.
7) Kolaborasi dalam pemberinan obat pengencer dahak ( mukolitik dan
ekspektoran)
R / membantu memperlancar pengeluaran dahak / sekret sehingga jalan nafas
kembali normal
8) Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melakukan fisiotherapi dada
R / membantu pengeluaran sekret jika anak tidak mampu mengeluarkan
sekret sendiri
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi, kelelahan otot
pernafasan, penurunan energi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x .... jam anak akan
diharapkan mengalami pola nafas efektif dengan kriteria hasil :
1) Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi
2) Suhu tubuh dalam batas 36,5°C – 37OC
3) Laju nafas dalam rentang normal
4) Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dinding dada dan
penggunaan otot bantu pernafasan
Tindakan keperawatan
1) Observasi RR, S dan tanda –
tanda keefektifan jalan nafas
R : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan
2) Posisikan untuk ventilasi
yang maksimum ( misalnya jalan nafas terbuka dan memungkinkan ekspansi
paru maksimum )
R : Membantu untuk mengoptimalkan pola nafas dan memenuhi kebutuhan
oksigen yang adekuat.
3) Beri posisi yang nyaman
misalnya dengan mempertahankan peninggian kepala sedikitnya 30 derajat.
Periksa posisi anak dengan sering memastikan bahwa anak tidak merosot.
R : Untuk menghindari penekanan diafragma
4) Berikan Oksigen lembab,
kaji keefektifan terapi
R : Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru
5) Anjurkan untuk nafas dalam
menggunakan spirometri atau permainan yang sesuai dengan perkembangan
anak.
R : Membantu mengoptimalkan ekspansi paru dan melapangkan paru
6) Anjurkan anak untuk
melakukan aktivitas latihan yang sesuai. Atur aktivitas klien
R : Aktivitas yang sesuai dan tidak berlebihan akan membantu menghemat
penggunaan oksigen yang dibutuhkan klien.
7) Berikan antibiotik dan
antipiretik sesuai indikasi, kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare)
R : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan
8) Lakukan pengecekan hitung
SDM dan photo thoraks
R : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan
paru
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di
alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama ... x ... jam pertukaran
gas dalam alveoli adekuat dengan kriteria hasil :
1) Akral hangat
2) Tidak ada tanda sianosis
3) Tidak ada hipoksia jaringan
4) Saturasi oksigen perifer 90%
Tindakan keperawatan :
1) Pantau tanda vital, gas darah arteri dan oksimetri nadi
R / untuk mendeteksi atau mencegah terjadinya hipoksemia
2) Beri suplemen oksigen sesuai ketentuan / kebutuhan. Pantau anak dengan
ketat
R / Narkosis karbondioksida akibat oksigen merupakan bahaya dari terapi
oksigen pada anak terutama dengan penyakit paru yang kronis.
3) Dorong latihan fisik yang tepat sesuai dengan kondisi anak
R / membantu membersihkan akumulasi sekresi paru dan untuk
meningkatkan kapasitas latihan ketahanan sebelum mengalami dispnea
4) Awasi tingkat kesadaran klien
R / sebagai data dasar untuk menentukan perkembangan kondisi klien.
Tingkat kesadaran yang menurun merupakan komplikasi dari kerusakan
pertukaran gas yang memburuk.
5) Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis
R / mencegah kondisi yang lebih buruk yang dapat terjadi pada klien.
d. Diagnosa 4 : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x... jam diharapkan
gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Klien tidak mengalami mual dan muntah
2) Nafsu makan kembali normal
Tindakan Keperawatan :
1) Kaji faktor yang menimbulkan mual dan muntah.
R / Untuk menentukan penyebab lain yang dapat meningkatkan rasa mual
dan muntah anak.
2) Timbang berat badan setiap hari.
R / Membantu menilai perkembangan kondisi anak
3) Beri makanan porsi kecil tapi sering.
R / membantu pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat
4) Beri makanan secara menarik, hangat dan bervariasi.
R / membantu merangsang nafsu makan anak sehingga nutrisi dapat
terpenuhi
5) Beri suplemen vitamin bila perlu.
R / pemberian suplemen membantu memenuhi kebutuhan nutrisi tambahan
6) Kolaborasi pemberian antiemetik.
R / mengatasi mual dan muntah anak.
e. Diagnosa 5 : Hypertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan
suhu tubuh > 38 ° C, kulit kemerahan, kulit teraba panas, pasien berkeringat
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .....x.... jam
diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria hasil :
1) Suhu tubuh 36,5 – 370 C
2) Kulit teraba hangat
3) Kulit tidak kemerahan
Tindakan keperawatan :
1) Observasi ada tidaknya peningkatan suhu tubuh
R / menentukan data dasar / sebagai data fokus untuk menentukan
perkembangan kondisi klien.
2) Berikan kompres hangat di daerah ketiak, paha, perut, leher
R / membantu meningkatkan vaso dilatasi pembuluh darah sehingga sehingga
mempercepat proses penguapan / evaporasi.
3) Berikan klien minum yang banyak sesuai dengan kebutuhan cairan dalam
tubuh
R / memenuhi kehilangan cairan akibat peningkatan suhu tubuh dan
membantu proses penguapan.
4) Anjurkan keluarga untuk mengenakan klien baju yang longgar dan menyerap
keringat
R / membantu memberiakn kenyamanan klien dan mempercepat evaporasi
5) Kolaborasi dalam pemberian obat anthipiretik sesuai indikasi
R / anthipiretik membantu menurunkan suhu tubuh sehingga suhu tubuh dapt
kembali normal
f. Diagnosa 6 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan karena
peningkatan upaya pernafasan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x... jam
diharapkan anak dapat melakukan aktivitas yang ditoleransi dan terjadwal
dengan kriteria hasil :
1) TTV dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
Tindakan keperawatan :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan lingkungan termal yang netral.
R / Hipotermi atau hipertermi akan meningkatkan kebutuhan oksigen anak
2) Meminimalkan aktivitas.
R / menghemat penggunaan energi dan kebutuhan oksigen
3) Anjurkan aktivitas disamping tempat tidur.
R / aktivitas yang ringan membantu penghematan kebutuhan oksigen dan
membantu dalam pengawasan.
4) Buat jadwal aktivitas perawatan agar sedapat mungkin tidak mengganggu
aktivitas anak.
R / memberikan waktu istirahat yang optimal sehingga kebutuhan energi
dapat terpenuhi
g. Diagnosa7 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong
Tindakan Keperawatan :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
untuk memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran
tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan
kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Berikan cairan secara parenteral
R / membantu memenuhi kebutuhan cairan yang telah hilang
6) Ciptakan lingkungan yang sejuk
R / mengatasi faktor utama kehilangan cairan
h. Diagnosa 8 : Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang
informasi mengenai penyakit anaknya.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x.... jam
diharapkan orang tua mengerti tentang penyakit yang dialami anaknya dengan
kriteria hasil :
1) Keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas
2) Orang tua mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
Tindakan Keperawatan :
1) Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan
yang diberikan).
R / Informasi yang adekuat dapat membantu meningkatkan pemenuhan
informasi tentang kondisi anaknya
2) Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
R / membantu meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya
3) Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang
dimengerti/ tidak jelas.
R / Mengevaluasi tentang pengetahuan orang tua dan memastikan informasi
yang diberikan cukup atau tidak.
4) Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam
perawatan anaknya.
R / mempersiapkan keluarga dalam melakukan perawatan di rumah nanti
4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan, menurut Effendi, (2009). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi,
dan tindakan rujukan atau ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawan. Pada situasi nyata sering
implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena parawat belun
terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu
yang dilaksanakan.
Pelaksanaan (implementasi) adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik, menurut Lyer, (2010). Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Diagnosa 1
1) Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
2) Sekret di jalan nafas bersih
3) Cuping hidung tidak ada
b. Diagnosa 2
1) Suara nafas paru bersih dan
sama pada kedua sisi
2) Suhu tubuh dalam batas 36,5
– 37,2OC
3) Laju nafas dalam rentang
normal
4) Tidak terdapat batuk,
cyanosisi, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis
c. Diagnosa 3
1) Akral hangat
2) Tidak ada tanda sianosis
3) Tidak ada hipoksia jaringan
4) Saturasi oksigen perifer 90%
d. Diagnosa 4
1) Klien tidak mengalami mual dan muntah
2) Nafsu makan kembali normal
e. Diagnosa 5
1) Suhu tubuh 36,5 – 370 C
2) Kulit teraba hangat
3) Kulit tidak kemerahan
f. Diagnosa 6
1) TTV dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
g. Diagnosa 7
1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong
h. Diagnosa8
1) Keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas
2) Orang tua mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Betz & Sowden.2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
Doengoes.2012. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta : EGC
NANDA International. 2013. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-
2014. Jakarta : EGC
Ngastiyah.2007. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Staf Pengajar FKUI. 2011. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika
Suriadi, Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Suryanah.2010. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Wong and Whaley.2008. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia