03.bab i pendahuluan, bab 2 tinjauan pustaka, bab 3 penutup
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi anak dinyatakan sebagai rata-rata tekanan darah sistolik dan/atau tekanan
darah diastolik ≥ persentil 95 menurut jenis kelamin, usia, dan tinggi badan pada ≥ 3
kali pengukuran.1-4 Prevalensi dan diagnosis hipertensi pada anak dan remaja yang
sebelumnya dianggap jarang terjadi semakin bertambah selama 15 tahun terakhir ini,
di mana diperkirakan sebesar 12% dari total populasi anak dan remaja mengalami
hipertensi.2 Peningkatan prevalensi tersebut kemungkinan berkaitan dengan
meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan meningkatnya kepedulian terhadap
penyakit ini.2,5
Hipertensi pada anak dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder.1,3
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi oleh
akibat penyakit lain dan merupakan bentuk hipertensi yang sering ditemukan pada
anak.1
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat penting pada
evaluasi anak dengan kenaikan tekanan darah, terutama konfirmasi kenaikan tekanan
darah yang benar dan konsisten. Berdasarkan data dari studi kohort yang
dilaksanakan di Ohio, Amerika Serikat tahun 1999-2006 dapat disimpulkan bahwa
kejadian prehipertensi dan hipertensi pada anak dan remaja masih sering tidak
terdiagnosis.7 Pengukuran tekanan darah secara rutin berguna untuk deteksi hipertensi
pada anak sedini mungkin. Task Force on Blood Pressure in Children menganjurkan
untuk melakukan pengukuran tekanan darah pada setiap anak usia 3 tahun ke atas
paling kurang sekali setahun dan bila ada kecurigaan atau tersangka anak menderita
hipertensi pengukuran dapat dilakukan lebih sering.1 Tekanan darah normal anak
bervariasi karena banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain usia, jenis
kelamin, tinggi, dan berat badan. Pemeriksaan penunjang yang tepat disesuaikan
dengan usia anak dan beratnya kenaikan tekanan darah. Pemeriksaan tidak hanya
1
difokuskan pada penyakit yang mendasarinya, namun juga pada organ target,
komplikasi atau penyakit lainnya, dan penilaian terhadap risiko kardiovaskuler
menyeluruh pada anak.1
Hipertensi anak merupakan suatu masalah klinik penting karena dapat
bermanifestasi langsung sebagai penyakit yang berakibat kematian atau tidak
langsung menimbulkan kecacatan menetap setelah proses akutnya sembuh. Hipertensi
merupakan salah satu faktor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner pada
orang dewasa dan adanya hipertensi pada masa anak berperan dalam perkembangan
dini penyakit jantung koroner. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan bukti klinis nyata
kerusakan organ target pada kasus hipertensi pada anak. Hipertensi berat juga
meningkatkan risiko berkembangnya ensefalopati hipertensif, kejang, kelainan
serebrovaskuler, dan gagal jantung kongestif. Komplikasi hipertensi tersebut dapat
dicegah bila dilakukan pengawasan dan pengobatan dini adekuat terhadap
hipertensi.2,6
Penatalaksanaan hipertensi anak bersifat multidimensi, meliputi
nonfarmakologis berupa pengurangan berat badan, olahraga, dan modifikasi diet serta
farmakologis berupa terapi obat yang didasarkan pada gejala hipertensi, bukti adanya
kerusakan organ target, hipertensi stadium 2, dan hipertensi stadium 1 yang tidak
berespon terhadap pengobatan nonfarmakologis. Edukasi, deteksi dini, diagnosis
yang akurat dan terapi yang tepat akan memperbaiki hasil jangka panjang anak dan
remaja yang menderita hipertensi ini.3
1.2 Batasan Masalah
Pembahasan referat ini dibatasi pada definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis,
diagnosis, dan penatalaksanaan hipertensi pada anak.
2
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini diharapkan memberikan kontribusi berupa informasi pada
pembaca mengenai definisi, etiologi, klasifikasi, patogenesis, diagnosis, dan
penatalaksanaan hipertensi pada anak.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan referat ini berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
beberapa literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan.
Definisi hipertensi pada anak dan remaja didasarkan pada distribusi normal tekanan
darah pada anak sehat.1-4
Hipertensi dinyatakan sebagai rata-rata tekanan darah sistolik dan/atau
tekanan darah diastolik ≥ persentil 95 menurut jenis kelamin, usia, dan tinggi badan
pada ≥ 3 kali pengukuran. Prehipertensi yaitu rata-rata tekanan darah sistolik atau
tekanan darah diastolik ≥ persentil 90 tetapi < persentil 95 merupakan keadaan yang
berisiko tinggi berkembang menjadi hipertensi. White-coat hypertension merupakan
keadaan penderita yang tekanan darahnya > persentil 95 pada pemeriksaan di klinik
atau praktik dokter, padahal di luar tempat tersebut tekanan darahnya yang normal.
Seperti halnya pada dewasa, hipertensi dibedakan atas beberapa tingkat.2-3
2.2 Epidemiologi
Kejadian hipertensi pada populasi anak tidak diketahui secara pasti. Ketidakjelasan
ini sebagian berasal dari ketidaksamaan definisi hipertensi yang digunakan. Penelitian
serupa belum dilakukan pada anak, meskipun laporan dari populasi kecil anak
memberikan bukti kuat hubungan antara hipertensi dan hipertrofi kedua ventrikel dan
aterosklerosis. Jumlah anak-anak yang mungkin didefinisikan memiliki hipertensi dan
frekuensi yang mengalami komplikasi selama masa dewasa tetap tidak diketahui.2
Hipertensi pada anak dan remaja sering ditemukan, dimana prevalensinya
± 0.8 - 10%. Dimana 10% nya atau 0,1% populasi anak mengalami hipertensi berat.
Fixler dkk menemukan prevalensi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik yang
menetap pada anak usia sekolah sebesar 1,2% dan 0,37%, sedangkan Rames dkk.
menemukan prevalensi kenaikan tekanan darah yang menetap pada anak usia antara
5-18 tahun kurang dari 1%.3 Studi Kolaboratif Penyakit Ginjal Anak di Indonesia
4
tahun 2002 –2006 mendapatkan 3,7 % anak mengalami hipertensi. Peningkatan
prevalensi hipertensi erat kaitannya dengan peningkatan Indeks Masa Tubuh (IMT),
sebagai contoh risiko hipertensi pada anak obesitas usia 11 –16 tahun di Semarang
adalah 6,6 kali dibanding gizi normal.2
Perbedaan faktor genetik dan lingkungan menyebabkan insiden yang
bervariasi dari satu negara ke negara dan bahkan dari wilayah ke wilayah di negara
yang sama. Tinggi dan berat badan juga mempengaruhi tekanan darah. Banyak
peneliti telah mencatat korelasi antara tekanan darah orang tua dan keturunannya.
Pendekatan familial tekanan darah terdeteksi sejak awal kehidupan. Beberapa data
terkait dengan kejadian yang bersamaan obesitas pada kedua orangtua dan anak.
Tidak ada perbedaan signifikan tekanan darah antara perempuan dan anak lelaki yang
berusia kurang dari 6 tahun, sedangkan dari usia 6 tahun sampai pubertas, tekanan
darah anak perempuan sedikit lebih tinggi daripada anak laki-laki. Pada masa
pubertas dan seterusnya, tekanan darah remaja laki-laki sedikit lebih tinggi
dibandingkan pada remaja putri.2,5
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan hipertensi
sekunder.1,3,8
2.3.2 Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Kebanyakan hipertensi primer atau esensial dijumpai
pada remaja laki-laki. Beberapa faktor yang berperan dalam kejadian hipertensi
pada anak antara lain faktor keturunan, berat badan, respon terhadap stres fisik
dan psikologis, resistensi insulin, serta respon terhadap masukan garam dan
kalsium.1,3,8
2.3.3 Hipertensi Sekunder
1. Penyakit Ginjal1,3,8
5
Hipertensi yang disebabkan penyakit ginjal, dapat berasal dari penyakit
parenkim ginjal atau penyakit pembuluh darah ginjal. 60-80 % hipertensi pada
anak berhubungan dengan penyakit parenkim ginjal.
Hipertensi yang berasal dari penyakit parenkim ginjal bisa timbul
dalam bentuk akut maupun kronik dan menetap. Hipertensi akut dapat
ditemukan pada glomerulonefritis akut pasca streptokok, sindrom hemolitik
uremik, pielonefritis akut, lupus eritematosus sistemik, dan gagal ginjal akut.
Penyakit parenkim ginjal lebih sering berkaitan dengan hipertensi
kronik menetap, yang termasuk diantaranya adalah glomerulonefritis kronik,
pielonefritis kronik dengan atau tanpa uropati obstruktif, glomerulosklerosis
fokal atau nefropati membranosa, anomali kongenital seperti hipoplasia ginjal
segmental, ginjal polikistik, dan ginjal displastik.
Hipoplasia ginjal segmental merupakan penyakit ginjal unilateral
congenital yang dapat ditemukan pada masa anak maupun dewasa. Ginjal
displastik dan ginjal polikistik merupakan anomali kongenital yang dapat
ditemukan pada masa bayi atau anak dan tidak jarang disertai dengan
hipertensi berat dan gagal ginjal kronik.
Keadaan lain yang juga dapat menimbulkan hipertensi pada anak
adalah nefritis pasca radiasi, setelah pencangkokan ginjal, hematoma
perirenal pasca trauma, tumor ginjal seperti tumor Wilms atau tumor yang
berasal dari sel apparatus juksta glomerular dan gagal ginjal kronik stadium
lanjut.
2. Penyakit Kardiovaskular1,3,8
Koartasio aorta merupakan penyakit kardiovaskular yang selalu menyebabkan
hipertensi baik pada masa bayi, anak maupun remaja. Gejala yang ditemukan
biasanya disebabkan oleh hipertensi dan fungsi miokard yang menurun atau
aliran darah yang kurang pada ekstremitas bawah.
3. Gangguan Endokrin1,8
6
Hipertensi pada anak yang disebabkan oleh penyakit endokrin sangat jarang
ditemukan. Beberapa di antaranya adalah :
a. Feokromositoma
b. Neuroblastoma dan Ganglioneuroma
Kedua jenis tumor ini dapat mensintesis dan mensekresi katekolamin
dalam jumlah berlebihan ke dalam aliran darah sehingga menimbulkan
hipertensi.
c. Sindrom Adrenogenital
Terdapat 2 jenis penyakit endokrin yang sangat jarang ditemukan dan
merupakan penyebab hipertensi sekunder yaitu defisiensi 11 beta
dehidroksilase dan 17 alfahidroksilase.
d. Hiperaldosteronisme primer
Hiperplasia, adenoma, atau karsinoma kelenjar adrenal merupakan
penyakit yang dapat menyebabkan hiperaldosteronisme primer. Hipertensi
diakibatkan oleh retensi air dan garam oleh pengaruh aldosteron yang
berlebihan.
e. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing merupakan gangguan endokrin yang ditandai dengan
gejala hipertensi, obesitas, moon face, buffalo hump, strie, pertumbuhan
rambut berlebihan, kelemahan otot, osteoporosis, dan diabetes mellitus.
4. Kelainan Neurologik1
Tekanan intrakranial yang meningkat baik oleh karena tumor, infeksi atau
trauma dapat menimbulkan hipertensi.
Tabel 1. Etiologi Hipertensi pada Anak1
7
2.4 Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan oleh tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik berdasarkan persentil untuk umur, jenis kelamin, dan/atau tinggi badan. Jika
persentil sistolik atau diastolik lebih > 90, ulangi dua kali pada kunjungan yang sama
sebelum menafsirkan hasil.11
Pengukuran presentil tinggi mengunakan bagan perkembangan anak menurut
CDC yang terbaru. Tekanan sistolik dan diastolik anak yang telah diukur seterusnya
akan dibandingkan ke nomor-nomor yang ditentukan berdasarkan umur, jenis
kelamin, dan presentil ketinggian tadi.10
8
Tabel 2. Frekuensi Pengukuran Tekanan Darah Berdasarkan Klasifikasi1
Persentil Sistolik atau
Diastolik
Frekuensi Pengukuran
Tekanan Darah
Normal < persentil 90 Cek ulang kembali pada jadwal
pemeriksaan fisik selanjutnya
Prehipertensi Persentil 90 - < persentil
95
Cek ulang kembali dalam 6 bulan
Hipertensi
tingkat I
Persentil 95 – Persentil 99
tambah 5 mmHg
Cek ulang kembali dalam 1-2 minggu
atau secepatnya jika pasien telah
menunjukkan gejala. Jika menetap pada
2 waktu pengukuran yang berbeda,
lakukan evaluasi terhadap penyebabnya
dalam 1 bulan
Hipertensi
tingkat 2
> Persentil 99 tambah 5
mmHg
Evaluasi terhadap penyebabnya dalam 1
minggu atau secepatnya jika pasien
sudah menunjukkan gejala
2.5 Patogenesis
Tekanan darah normal dipengaruhi oleh keseimbangan antara curah jantung dan
tahanan perifer total.10,11 Ketidakseimbangan di antara kedua faktor tersebut dapat
menyebabkan perubahan nilai tekanan darah. Pada anak, perubahan tahanan perifer
lebih sering menyebabkan hipertensi dibandingkan cardiac output. Tahanan perifer
dipengaruhi oleh pembuluh arteri kecil karena terdapat lapisan otot polos di
dalamnya. Kontraksi otot polos tersebut menyebabkan diameter pembuluh darah kecil
menebal serta melalui rangkaian proses hormonal menyebabkan peningkatan tekanan
darah.10
2.4.1 Patogenesis Hipertensi pada Penyakit Ginjal
Penyakit parenkim ginjal seperti inflamasi atau penekanan jaringan parenkim ginjal
oleh tumor, abses, dan parut pielonefritik serta stenosis arteri renalis paling banyak
9
menyebabkan hipertensi pada anak. Hal ini disebabkan karena kelainan-kelainan
tersebut dapat menyebabkan iskemia parenkim ginjal sehingga aliran darah intrarenal
akan berkurang dan laju filtrasi glomerulus akan menurun. Hal ini merangsang
aparatus sel jukstaglomerular untuk melepaskan renin1,13 Renin merupakan enzim
proteolitik yang disintesis, disimpan, dan disekresi di aparatus sel jukstaglomerular.
Renin akan mengubah angiotensinogen, suatu substrat renin di dalam pembuluh darah
menjadi angiotensin I. Angiotensin I selanjutnya akan diubah oleh enzim konvertase
di paru menjadi angiotensin II.1,10-12
Gambar 1. Sistem renin – angiotensin – aldosteron dalam mekanisme terjadinya
hipertensi.11
Angiotensin II akan menyebabkan dua mekanisme, vasokontriksi
pembuluh darah dan merangsang korteks adrenal untuk memproduksi aldosteron.
Vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tahanan perifer total.
10
Sementara itu, aldosteron akan menyebabkaqn retensi natrium dan air di tubulus
ginjal sehingga volum darah akan meningkat, sehingga terjadi hipervolemia dan
peningkatan curah jantung. Pada akhirnya, peningkatan tahanan perifer total dan
peningkatan curah jantung akan menyebabkan peningkatan tekanan darah sehingga
terjadi hipertensi.1,10-12
Gambar 2. Mekanisme peningkatan tekanan darah pada penyakit ginjal, uremia, dan
penyakit dasar.12
Keadaan uremia juga dapat meningkatan tahanan perifer total melalui
perangsangan saraf simpatis yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah serta
perangsangan parratiroid hormon yang menyebabkan kekakuan pembuluh darah.
Sekalipun curah jantung dalam batasan normal, namun terdapat peningkatan tahanan
perifer total, hipertensi akan tetap ada.12
2.4.2 Patogenesis Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular
Koartasio aorta merupakan penyakit kardiovaskular yang selalu menyebabkan
hipertensi, baik pada masa bayi maupun pada usia anak dan remaja. Mekanisme
terjadinya hipertensi pada koartasio aorta belum diketahui pasti, namun kelainan yang
menyertai koarktasio aorta seperti duktus arteriosus persisten, defek septum ventrikel,
defek septum atrium, stenosis aorta, dan deformitas katup aorta menimbulkan
perubahan hemodinamik yang mempercepat timbulnya dekompensasi jantung.1
11
Dekompensasi jantung ini disertai ketidakseimbangan sistem saraf
otonom, kerusakan fungsi pembuluh darah, dan hiperaktivitas sistem renin –
angiotensin – aldosteron. Keterlibatan tiga mekanisme tersebut akan menyebabkan
hipertensi.13
2.6 Diagnosis
2.6.1 Manifestasi Klinik Hipertensi
Anak dengan prehipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala, sedangkan anak
dengan hipertensi tingkat 1 terkadang menunjukkan gejala. Gejala tergantung
penyakit yang mendasarinya seperti glomerulonefritis akut, sindrom Henoch-
Schonlein atau lupus eritematosus sistemik.1,14
Pada hipertensi tingkat 2 dan krisis hipertensi terdapat gejala hipertensi yang
nyata. Umumnya manifestasi klinik hipertensi tingkat 2 atau krisis hipertensi pada
anak adalah sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah, anoreksia, gelisah, berat badan
turun, keringat berlebihan, murmur, bruit (suara bising di bagian atas abdomen yang
menjalar ke punggung), epistaksis, palpitasi, poliuria, proteinuria, hematuria dan
retardasi pertumbuhan adalah gejala pada anak dengan hipertensi yang berat. Dari
semua gejala tersebut, gejala yang tersering ditemukan adalah sakit kepala.14
Pada krisis hipertensi jarang terdapat gejala sisa, bila tekanan darah dapat
segera diturunkan. Manifestasi klinik krisis hipertensi adalah dekompensasi kordis
dengan edema paru yang ditandai gejala edema, dispneu, sianosis, takikardi, ronkhi,
kardiomegali, suara bising jantung, hepatomegali, naiknya tekanan darah mendadak
dalam waktu cepat dapat menyebabkan ensefalopati hipertensi.14
Kelainan patologi ensefalopati hipertensif terdiri dari gangguan sirkulasi,
edema otak, dan kadang-kadang perdarahan otak. Hipertensi disertai koma harus
dipikirkan hipertensi ensefalopati. Manifestasi hipertensi ensefalopati adalah kejang,
baik fokal maupun umum, diikuti penurunan kesadaran dari somnolen hingga koma,
hemiplegia, gangguan penglihatan dan pendengaran, parese nervus fasialis.
Umumnya gejala yang tampak pada anak dengan ensefalopati hipertensif akan segera
12
menghilang bila pengobatan segera diberikan dan tekanan darah turun menjadi
normal.1,15
Hipertensi emergensi berhubungan dengan gejala kerusakan organ seperti
edema paru, hipertensi ensefalopati, perdarahan otak, infark otak. Terapi adalah
menurunkan tekanan darah dibawah 25% dari tekanan darah maksimal yang harus
tercapai dalam 48 jam.15,16
Anak dan remaja dengan tekanan darah sistolik dan diastolik berada di antara
90 dan 95 persentil menurut umur atau dengan hipertensi bermakna perlu dilakukan
pemeriksaan secara berkala dan belum perlu dirujuk. Untuk kasus yang sulit atau
hipertensi derajat berat perlu dikirm kerumah sakit yang mempunyai fasilitas lengkap
serta dokter spesialis anak konsultan nefrologi untuk mendapatkan pemeriksaan
penunjang dan penanganan spesialistik.1
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah yang tepat tergantung dari kondisi penderita saat diperiksa,
kualitas peralatan, dan keterampilan pemeriksa. Peralatan standar untuk mengukur
tekanan darah adalah sfigmomanometer air raksa pada anak berusia lebih dari tiga
tahun.1,16,17
Untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang tepat perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1,16,17
1. Manset yang digunakan harus cocok untuk ukuran anak (lihat Tabel di bawah ini).
Bila menggunakan manset yang terlalu sempit akan menghasilkan angka
pengukuran yang lebih tinggi, sebaliknya bila menggunakan manset yang terlalu
lebar akan memberikan hasil angka pengukuran lebih rendah.
Tabel 3. Ukuran-ukuran Manset yang Tersedia di Pasaran Untuk Evaluasi
Pengukuran Tekanan Darah Pada Anak1
Jenis Manset Lebar kantong karet (cm) Panjang kantong karet (cm)
Neonatus 2.5 - 4.0 5.0 - 9.0
13
Bayi 4.0 - 6.0 11.5 -18.0
Anak 7.5 - 9.0 17.0 - 19.0
Dewasa 11.5 -13.0 22.0 - 26.0
Lengan besar 14.0 -150 30.5 - 33.0
Paha 18.0 -19.0 36.0 - 38.0
2. Lebar kantong karet harus menutupi ⅔ panjang lengan atas sehingga memberikan
ruangan yang cukup untuk meletakkan bel stetoskop di daerah fossa kubiti,
sedang panjang kantong karet sedapat mungkin menutupi seluruh lingkaran
lengan atas.
3. Periksa terlebih dahulu sphigmomanometer yang digunakan apakah ada kerusakan
mekanik yang mempengaruhi hasil pengukuran.
4. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam suasana yang tenang,
usahakan agar anak jangan sampai menangis karena keadaan ini akan
mempengaruhi hasil pengukuran.
5. Pada anak yang lebih besar, pengukuran dilakukan dalam posisi duduk, sedangkan
pada anak yang lebih kecil pengukuran dilakukan dalam posisi anak berbaring.
6. Tekanan darah diukur pada ke dua lengan atas dan paha, untuk mendeteksi ada
atau tidaknya koarktasio aorta. Dalam keadaan normal, tekanan darah sistolik di
lengan 10-15 mmHg lebih rendah dibanding dengan tekanan darah tungkai.
7. Cara yang lazim digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah cara indirek
dengan auskultasi.
Manset yang cocok untuk ukuran anak dibalutkan kuat-kuat pada ⅔ panjang
lengan atas.
Tentukan posisi arteri brakialis dengan cara palpasi pada fossa kubiti. Bel
stetoskop kemudian ditaruh di atas daerah tersebut.
Manset dipompa kira-kira 20 mmHg di atas tekanan yang diperlukan untuk
menimbulkan sumbatan pada arteri brakialis.
Tekanan di dalam manset kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan
kecepatan 2-3 mmHg per detik sampai terdengar bunyi suara lembut.
14
Bunyi suara lembut yang terdengar ini disebut fase 1 dari Korotkoff (K1) dan
merupakan petunjuk tekanan darah sistolik. Fase 1 kemudian disusul fase 2
(K2), yang ditandai dengan suara bising (murmur), lalu disusul dengan fase 3
(K3) berupa suara yang keras, setelah itu suara mulai menjadi lemah (fase 4
atau K4) dan akhimya menghilang (fase 5 atau K5). Pada anak jika fase 5 sulit
didengar, maka fase 4 digunakan sebagai petunjuk tekanan diastolik.
The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children menganjurkan
untuk menggunakan fase 4 (K4) sebagai petunjuk tekanan diastolik untuk anak-anak
berusia kurang dari 13 tahun, sedang fase 5 (K5) digunakan sebagai petunjuk tekanan
diastolik untuk anak usia 13 tahun ke atas. Pada bayi baru lahir penggunaan
sfignomanometri konvensional tidak direkomendasikan karena suara Korotkoff tidak
dapat terdengar dengan jelas. Untuk itu digunakan alat ultrasonik Doppler, puls
oksimetri, atau osilometri. Teknik puls oksimetri menggunakan muncul dan
hilangnya gelombang phletysmographic saat manset menaik dan menurun di sekitar
tekanan sistolik. Manometer osilometrik digunakan secara luas dalam praktek klinis
tetapi lebih kurang akurat jika dibandingkan dengan alat ultrasonik Doppler dan puls
oksimetri saat dibandingkan dengan baku emas yaitu tekanan darah intraarterial.1,20
Peningkatan tekanan darah harus dikonfirmasi pada kunjungan ulang sebelum
menetapkan anak menderita hipertensi. Konfirmasi dari hasil pengukuran tekanan
darah yang meningkat sangat penting karena tekanan darah yang tinggi dapat turun
pada pengukuran berikutnya karena terpengaruh oleh faktor-faktor sebagai berikut:1,18
1. Berkurangnya kecemasan penderita dari kunjungan pertama ke kunjungan
berikutnya.
2. Regresi rata-rata tekanan darah karena sifat tekanan darah yang bersifat tidak
statis, tetapi bervariasi, bahkan dalam kondisi tenang.
2.6.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tahap awal untuk mencari penyakit primer adalah bila
tekanan darah diastolik pada seorang anak prapubertas > 90 mmHg dan pada anak
15
remaja > 100 mmHg, sedang pada anamnesis dan pemeriksaan fisik terdapat tanda-
tanda yang mencurigakan kearah hipertensi sekunder, maka lakukan evaluasi
diagnostik berdasarkan pemeriksaan tahap awal. Langkah selanjutnya adalah sebagai
berikut: 1,16-18
Tabel 4. Pemeriksaan Penunjang Awal Untuk Evaluasi Diagnostik Ke Arah Penyebab
Hipertensi Sekunder
Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit ginjal:
Urinalisis, biakan urin
Kimia darah (kolesterol, albumin, globulin, asam urat, ureum, kreatinin)
Klirens kreatinin dan ureum
Darah lengkap
Pielografi intravena (bila scanning ginjal dan USG tak tersedia)
Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit endokrin:
Elektrolit serum
Aktivitas renin plasma dan aldosteron
Katekolamin plasma
Katekolamin urin dan metabolitnya dalam urin
Aldosteron dan metabolit steroid dalam urin
(17 ketosteroid dan 17 hidrokortikosteroid)
Evaluasi akibat hipertensi terhadap organ target
EKG, foto thorax dan ekokardiografi, funduskopi
1. Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit ginjal
Pemeriksaan yang diperlukan adalah urinalisis dengan kultur, serum kreatinin,
serum potasium, aktivitas plasma renin, rontgen thorax, elektrokardiografi.
Stenosis arteri renalis merupakan penyebab penting pada hipertensi sekunder,
tetapi skrining terhadap stenosis arteri renalis mengalami berbagai problematik.
Test noninvasif seperti urografi intravena dan skan ginjal, belum secara adequat
dapat membedakan hipertensi renovaskular dari hipertensi esensial.
16
Pada pasien yang telah diketahui menderita hipertensi, sebaiknya dimulai
dengan memeriksa aktivitas renin plasma. Aktivitas renin plasma akan meningkat
pada 80% pasien yang menderita hipertensi renovaskular. Namun, 15% pasien
dengan hipertensi esensial juga memiliki renin yang meningkat, namun lebih
rendah dari hipertensi renovaskular.
Pemeriksaan pielografi intravena (PIV) dimasukkan sebagai bagian dari
pemeriksaan tahap awal terhadap kelainan struktur anatomi ginjal. Dengan PIV
dapat diperlihatkan bentuk dan dan besarnya ginjal, kelainan obstruksi, parut
pielonefritik, ukuran ginjal yang asimetris dan massa intrarenal. Keadaan ini
menunjukkan bahwa uropati obstruktif, pielonefritis kronik atau tumor ginjal
sebagai penyebab hipertensi.
2. Deteksi penyebab hipertensi karena kelainan endokrin
Selain mencari penyebab hipertensi ke arah penyakit parenkim ginjal dan
penyakit renovaskuler, pemeriksaan aktivitas renin plasma (ARP) juga berguna
untuk diagnosis kearah penyakit endokrin. Pada hiperaldosteronisme primer, hasil
pemeriksaan kadar kalium dan natrium serum menunjukkan peningkatan
bermakna, di samping adanya tanda-tanda alkalosis metabolik berat. Oleh karena
itu, diperlukan pemeriksaan aktivitas renin plasma (ARP) dan kadar aldosteron
darah untuk memperkuat diagnosis.
Bila dari hasil pemeriksaan didapatkan ARP merendah dan kadar
aldosteron meningkat, ini menunjukkan anak menderita hiperaldosteronisme
primer. Jika kadar ARP rendah dan kadar aldosteron juga merendah, maka ini
merupakan petunjuk diagnostik ke arah defisiensi 11 beta dan 17 alfa
hidroksilase. Dengan mengukur aktivitas renin plasma membantu untuk
pemisahan pasien-pasien yang mekanisma humoralnya terlibat dengan sistem
renin-angiotensin- aldosteron yang sering berkaitan dengan hipertensi
renovaskular. Nilai aktivitas renin plasma membantu untuk menentukan pasien
mana yang perlu dioperasi.
3. Evaluasi akibat hipertensi terhadap organ target
17
Dengan funduskopi dapat dilihat adanya kelainan retina berupa perdarahan,
eksudat, edema papil, atau penyempitan pembuluh darah arteriol retina. Foto
toraks menunjukkan adanya pembesaran jantung dengan edema paru. Pada EKG
kadang-kadang ditemukan pembesaran ventrikel kiri. Pada CT-scan kepala
kadang-kadang ditemukan atrofi otak.
Pemeriksaan penunjang lanjutan dapat pula dilakukan, bergantung dari
kelainan yang didapat dari pemeriksaan penunjang tahap awal. Adapun pemeriksaan
lanjutan yang dapat dilakukan sebagai berikut:1,20,21
Tabel 5.Pemeriksaan Penunjang Lanjutan untuk Evaluasi Diagnostik Ke Arah Penyebab Hipertensi Sekunder3
ASTO, Komplemen (C3), kultur apus tenggorok/keropeng infeksi kulit
Sel LE, uji serologi untuk SLE
Miksio sistouretrografi (MSU)
Biopsi ginjal, CT ginjal
Tc 99m DTPA atau DMSA Scan, Renografi
Arteriografi, Digital Subtraction Angiography (DSA)
CT kelenjar adrenal atau abdomen
Scanning adrenal dengan I131 meta-iodobenzilguanidin
Katekolamin vena kava
Analisis aldosteron dan elektrolit urin
Uji supresi dengan deksametason
Renin vena renali
18
Bila jenis kelainan yang didapat berupa glomerulonephritis akut, maka
pada tahap 2 pemeriksaan yang diperlukan adalah memeriksa ASTO, kadar
komplemen (C3) dan biakan hapusan tenggorok. Bila pada pemeriksaan tahap 1
didapatkan tumor ginjal, maka perlu dilakukan scanning ginjal ataupun computed
tomography kelenjar adrenal.1,20,21
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan anak dengan hipertensi ditujukan untuk mengurangi tekanan darah
dibawah persentil 95 sehingga mengurangi resiko komplikasi dan mencari penyebab
meningkatnya tekanan darah serta mengurangi gejala1,3,19. Kerusakan organ target,
kondisi patologis lain, serta faktor resiko juga mempengaruhi keputusan terapi. Jika
ditemukan kerusakan organ target atau ada penyakit yang mendasari tujuan terapi
adalah tekanan darah kurang dari persentil 90. Terapi non farmakologis dan terapi
farmakologis direkomendasikan berdasarkan usia anak, derajat berat ringannya
hipertensi dan penyakit yang mendasarinya.1,19
2.7.1 Terapi Nonfarmakologis
Pengobatan tanpa obat (nonfarmakologik), biasanya digunakan pada remaja dengan
hipertensi primer dalam derajat ringan. Pada anak dengan kondisi prahipertensi atau
hipertensi tingkat 1 dianjurkan terapi berupa perubahan gaya hidup. Terapi ini
meliputi pengendalian berat badan, olahraga yang teratur, diet rendah lemak dan
garam, pengurangan kebiasaan merokok bagi anak remaja yang merokok, dan tidak
mengkonsumsi alkohol.1,3,20
2.7.1 Terapi Farmakologis
Pada saat memilih jenis obat yang akan diberikan kepada anak yang menderita
hipertensi harus dimengerti tentang mekanisme yang mendasari penyakit hipertensi
tersebut. Menurut the National High Blood Pressure Education Program (NHBEP)
Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescents obat yang
diberikan sebagai antihipertensi harus mengikuti aturan berjenjang (step-up), dimulai
19
dengan satu macam obat pada dosis terendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap
hingga mencapai efek terapeutik, atau munculnya efek samping, atau bila dosis
maksimal telah tercapai.21 Kemudian obat kedua boleh diberikan, tetapi dianjurkan
menggunakan obat yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda.1,20
Pengobatan dengan obat antihipertensi (farmakologik) harus di tentukan
terlebih dahulu indikasi yang pasti, seperti tidak berespons terhadap pengobatan tanpa
obat (terapi nonfarmakologis), hipertensi berat, adanya gejala klinis yang
berhubungan dengan kenaikan tekanan darah. Indikasi pemberian obat antihipertensi
pada anak yaitu hipertensi simptomatik, hipertensi simptomatik, kerusakan organ
target, hipertensi sekunder, diabetes mellitus, hipertensi tingkat 1 yang tidak respon
terhadap perubahan gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2.21
Langkah 1 atau
Jika diperlukan, dosis dapat dinaikkan
Sampai mencapai dosis maksimal
Tekanan darah tidak turun
Langkah 2 atau
Lanjutkan sampai mencapai dosis maksimal
Tekanan darah tidak turun
Langkah 3 atau
Gambar 3. Langkah-langkah pendekatan pengobatan farmakologis pada anak dengan
hipertensi.1,20
20
Diuretik, mulai dengan dosis minimal
Rujuk kepada SpA (K) nefrologi
Tambahkan golongan vasodilator
Tambahkan atau ganti dengan diuretik
Tambahkan atau ganti dengan penghambat
adrenergik
Penghambat adrenergik (alpha atau beta) mulai dengan dosis minimal
Menurut Konsensus Tatalaksana Hipertensi Pada Anak, obat golongan
diuretik dan β-blocker merupakan obat yang dianggap aman dan efektif untuk
diberikan kepada anak. Golongan obat lain yang pelu dipertimbangkan untuk
diberikan kepada anak hipertensi bila ada penyakit penyerta adalah penghambat
angiotensin converting enzyme (ACE inhibitor) pada anak yang menderita diabetes
mellitus atau terdapat proteinuria, serta β-adrenergic atau penghambat calcium-
channel pada anak-anak yang mengalami migrain. Penggunaan obat ACE inhibitor
harus hati-hati digunakan pada anak yang mengalami penurunan fungsi ginjal.1,19-22
Obat yang memiliki mekanisme kerja hampir serupa dengan ACE inhibitor
adalah penghambat reseptor angiotensin II (AII reseptor blockers). Obat ini lebih
selektif dalam mekanisme kerjanya dan memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan golongan ACE inhibitor. 1,19-22
Tabel 6. Obat Antihipertensi yang Digunakan pada Anak dan Remaja20
Golongan
Obat
Jenis Obat Dosis dan Interval Keterangan
Angiotensin
converting
enzyme
Inhibitor
Kaptopril
Enalapril
Benazepril
Lisinopril
Fosinopril
Dosis : 0,3-0,5 mg/kgbb/kali
Maksimum 6 mg/kg/hari
Dosis: 0,08 mg/kg/hari sampai 5
mg/hari
Dosis : 0,2 mg/kg/hari sampai 10
mg/hari
Maksimum : 0,6 mg/kg/hari sampai
40 mg/hari
Dosis : 0,07 mg/kg/hari sampai 40
mg/hari
Anak > 50 kg: dosis 5-10 mg/hari
Dosis maksimum : 40 mg/hari
Dosis : 5 -10 mg/hari
Dosis maksimum : 80 mg/hari
Kontraindikasi pada ibu
hamil
Hati-hati pemakaian
pada penyakit ginjal
dengan proteinuria dan
diabetes mellitus.
Angiotensin Irbesartan 6 s/d 12 tahun : 75-150 mg/hari Kontraindikasi pada ibu
21
receptor
blocker
(ARB)
Losartan
(satu kali perhari)
≥13 tahun : 150 – 300 mg/hari
Dosis : 0,7 mg/kg/hari sampai 50
mg/hari (satu kali sehari)
Dosis maksimum : 1,4 mg/kg/hari
sampai 100 mg/hari
hamil
Losartan dapat dibuat
suspense
FDA membatasi
losartan hanya untuk
anak ≥6 tahun dan
kreatinin klirens ≥30
mL/min per 1,73 m2
Calcium
channel
blocker
Amlodipine
Felodipin
Isradipin
Extended
release nifedipin
Anak usia 6 sampai 17 tahun: 2,5 –
5 mg/hari
Dosis : 2,5 mg/hari
Dosis maksimum 10 mg/hari
Dosis : 0,15 – 0,2 mg/kg/hari
(dibagi dalam 3-4 dosis)
Dosis maksimum : 0,8 mg/kg/hari
sampai 20 mg/hari.
Dosis : 0,25 – 0,5 mg/kg/hari (1-2
kali perhari)
Dapat menyebabkan
takikardi dan edema.
Alpha dan
beta blocker
Labetalol Dosis : 1-3 mg/ kg/hari
Dosis maksimum: 10 – 12
mg/kg/hari sampai 1200 mg/hari
Kontraindikasi pada
penderita asma dan
gagal jantung.
Tidak digunakan pada
pasien diabetes yang
insulin dependent.
Beta blocker Atenolol
Metoprolol
Dosis : 0,5 – 1 mg/kg/hari (1 – 2
kali perhari)
Dosis maksimum : 2 mg/kg/hari
sampai 100 mg/hari
Dosis : 1 – 2 mg/kg/hari (2 kai
Noncardioselective
agents
Tidak digunakan pada
pasien diabetes mellitus
22
Propranolol
perhari)
Dosis maksimum : 6 mg/ kg/hari
sampai 200 mg/hari
Dosis : 1-2 mg/kg/hari (dibag 2-3
dosis)
Dosis maksimum : 4 mg/kg/hari
sampai 640 mg/hari
Central alpha
blocker
Klonidin Anak ≥12 tahun :
Dosis : 0,2 mg/ hari (dibagi 2 dosis)
Dosis maksimum : 2,4 mg/hari
Dapat menyebabkan
mulut kering atau
sedasi
Penghentian terapi yang
tiba-tiba dapat
menyebabkan rebound
hypertension
Vasodilator Hidralazin
Minoxidil
Dosis : 0,75 mg/kg/hari
Dosis maksimum : 7,5 mg/kg/hari
sampai 200 mg/hari
Anak ;< 12 tahun :
Dosis : 0,2 mg/kg/hari (dibagi 1-3
dosis)
Dosis maksimum : 50 mg/hari
Sering menyebabkan
takikardi dan retensi
cairan.
Dapat meyebabkan
lupus like syndrome
Kontra indikasi pada
efusi pericardium,
supraventrikuler
takikardi, dan
takidisritmia.
Minoxidil biasanya
digunakan pada pasien
hipertensi yang resisten
terhadap multiple drug.
Diuretik Hidroklorotiazid
Furosemide
Dosis : 1 mg/kg/hari (sekali sehari)
Dosis : 0,5 mg s/d 2 mg/kg/hari
Harus dimonitor kadar
elektroit secara
23
Spironolakton
Triamterene
Dosis maksimum : 6 mg/kg/hari
Dosis : 1 mg/kg/hari (dibagi 1-2
dosis)
Dosis : 1 – 2 mg/kg/hari
Dosis maksimum : 3 – 4 mg/hari
sampai 300 mg/hari
periodik.
Diuretik hemat kalium
dapat menyebabkan
hiperkalemia berat
terutama bila
dikombinasikan dengan
ACEi atau ARB
Furosemid berguna
sebagai terapi tambahan
pada penyakit ginjal.
Tatalaksana Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tekanan darah yang
harus diturunkan dalam waktu satu jam. Pemberian nifedipin secara oral atau
sublingual dapat membantu pada tahap awal pengobatan, sambil mencari cara agar
obat suntikan dapat diberikan. Pengobatan secara intravena yang harus segera
diberikan adalah natrium nitroprusid atau infus labetolol bila tersedia. Bolus
hidralazin secara intravena dapat diberikan bila obat infus diatas tersebut tidak
tersedia. Pada anak yang menderita hipertensi kronik dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah sebesar 20-30% dalam waktu 60-90 menit.1,3
Anak yang menderita hipertensi urgensi harus diberikan nifedipin yang
kerjanya cepat dan harus dirawat untuk memantau keadaan dan melihat efek samping.
Tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam dengan nifedipin. Salah satu
bentuk hipertensi emergensi adalah krisis hipertensi, yaitu tekanan darah meningkat
dengan cepat hingga mencapai sistolik ≥ 180 mmHg atau diastolik ≥ 120 mmHg.3
Tabel 7. Obat Antihipertensi untuk Penanggulangan Krisis Hipertensi20
24
Obat Cara
pemberian
Dosis awal Respon
Awal
Lamanya
respon
Efek
samping/koment
ar
Diazoksid Pompa infus 2-5 mg/kg dalam
30 menit, respon (-)
ulangi
3-5 menit 4-24 jam Nausea,
hiperglikemia,
retensi natrium,
obat pilihan
Natrium
Nitroprusid
Pompa infus 50 mg/l dalam
larutan D5%
(5µg/ml)
0,5-8 µg/kg/menit
atau 0,01 – 0,16
ml/kg/menit
Segera Selama
infus
Membutuhkan
pengawasan
terus menerus,
risiko keracunan
tiosinat
Hidralazin IV atau IM 0,1-0,2 mg/kg 10-30 menit 2-6 jam Takikardia,
flushing, sakit
kepala
Reserpin IM 0,07 mg/kg,
maksimal 2,5 mg
1,5 – 3 jam 2 – 12 jam Hidung
tersumbat,
respon awal
lambat
Alfa metil-
dopa
Pompa infus 5-10 mg.kg dalam
50 ml D5% ulangi
setiap 6-8 jam
2-6 jam 6-18 jam Mengantuk,
respon awal
lambat
Klonidin IV
IM
0,002 mg/kg/kali
ulangi tiap 6-8 jam
IV: 5 menit
IM:
beberapa
menit lebih
lama
Beberapa
jam
Mengantuk,
mulut kering,
Rebound
hypertension
25
Bila tekanan darah terkontrol dan tidak terdapat kerusakan organ, maka obat
dapat diturunkan secara bertahap, kemudian dihentikan dengan pengawasan yang
ketat setelah penyebabnya diperbaiki. Tekanan darah harus dipantau secara ketat dan
berkala karena banyak penderita akan kembali mengalami hipertensi di masa yang
akan datang.20
Tabel 8. Petunjuk untuk Step-down Therapy pada Bayi, Anak, atau Remaja1,20
Bayi Kenaikan tekanan darah terkontrol untuk 1 bulan
Dosis obat tidak meningkat, dan bayi terus tumbuh
Tekanan darah tetap konstan dan terkontrol
Dosis obat diturunkan sekali seminggu dan berangsur-angsur dihentikan
Anak atau remaja Tekanan darah terkontrol dalam batas normal untuk 6 bulan sampai 1 tahun
Kontrol tekanan darah dengan interval waktu 6-8 minggu
Ubah menjadi monoterapi
Setelah terkontrol berlangsung kira-kira 6 minggu, turunkan monoterapi
setiap minggu dan bila memungkinkan berangsur-angsur dihentikan
Jelaskan pentingnya arti pengobatan non-farmakologik untuk pengontrolan
tekanan darah
Jelaskan pentingnya untuk memonitor tekanan darah secara terus-menerus,
dan bahwa terapi farmakologik dapat dibutuhkan pada setiap waktu.
Tindakan operasi biasanya ditujukan untuk mengobati penyebab hipertensi
sekunder yang berkaitan dengan penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah ginjal dan
koarktasio aorta. Penderita dengan stenosis arteri renalis perlu dilakukan pembedahan
dengan angioplasti balon atau operasi by pass untuk mengatasi hipertensi dan
memperbaiki fungsi ginjal. Demikian juga pada penderita infark ginjal segmental,
hipoplasia ginjal unilateral yang sudah tidak berfungsi perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan nefrektomi parsial atau lengkap. Untuk memaksimalkan pengobatan
hipertensi, ginjal yang terkena dan kontralateralnya harus dievaluasi secara seksama,
termasuk menilai kadar renin vena renalis setelah tindakan bedah.21,22
26
2.8 Komplikasi
Seperti pada orang dewasa, hipertensi ringan sampai sedang pada anak dan
remaja bisa tanpa gejala atau dengan gejala seperti sakit kepala, epistaksis, sesak
napas, dan perubahan perilaku, meskipun hubungan antara pengamatan dan
hipertensi bisa dengan mudah diabaikan.3
1. Hipertensi pada anak menjadi hipertensi pada dewasa
Peningkatan tekanan darah pada anak akan berlanjut hingga dewasa . Tekanan darah
sistolik yang memenuhi definisi tekanan darah tinggi pada semua usia meningkatkan
kemungkinan berlanjutnya tekanan darah tinggi di masa dewasa sebesar 3 hingga
4 kali lipat dibandingkan dengan anak dengan tekanan darah sistolik normal. Yang
masih tidak diketahui adalah apakah intervensi untuk mengurangi tekanan
darah tinggi selama masa anak akan mengurangi pengembangan menjadi hipertensi di
masa dewasa. Meskipun telah diketahui bahwa hipertensi di masa dewasa adalah
faktor risiko utama untuk kardiovaskuler, serebrovaskuler, dan penyakit ginjal. Ada
beberapa studi prospektif jangka panjang yang telah mengamati tingkat tekanan
darah dari masa anak ke usia dewasa muda. Oleh karena itu, tingkat tekanan darah
di masa anak yang memprediksi kardiovaskuler atau penyakit ginjal di masa
dewasa tidak diketahui.3
2. Metabolik
Data terbaru dari studi longitudinal Fels telah menemukan bahwa orang dewasa yang
mengalami sindrom metabolik secara signifikan memiliki tekanan darah sistolik
tinggi pada usia anak dibandingkan mereka yang tidak mengalami sindrom
metabolik.3
3.Kerusakan Organ Target
Meskipun tingkat tekanan darah di masa kecil tidak dapat secara langsung dikaitkan
dengan risiko untuk kardiovaskuleratau penyakit ginjal di masa dewasa,sejumlah
studi telah melaporkan bahwa antara penanda kerusakan target organ yang terdeteksi
adalah pada anak dan remaja dengan tekanan darah tinggi.3
27
4. Hipertrofi Ventrikel Kiri
Pada orang dewasa, left ventricle hypertrophy merupakan faktor risiko independen
untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan dianggap menjadi bukti klinis
yang paling menonjol dari kerusakan organ target akibat daripada hipertensi selama
anak dan remaja. Sebuah analisis regresi logistik menetapkan bahwa indeks massa
tubuh (IMT) tinggi, denyut jantung rendah pada latihan maksimal, dan jenis kelamin
laki-laki adalah prediksi independen kepada left ventricle hypertrophy. Prevalensi
left ventricle hypertrophy meningkat lebih dari 3 kali lipat pada mereka dengan
hipertensi dan 2 kali lipat lebih tinggi pada mereka dengan prehipertensi
dibandingkan dengan mereka yang tekanan darah normal. Temuan bahwa
prehipertensi dikaitkan dengan efek buruk pada struktural ventrikel kiri remaja dan
dewasa muda adalah sebuah temuan yang signifikan. Obesitas dapat berkontribusi
kepada left ventricle hypertrophy.3
5. Aterosklerosis
Penebalan media intima karotid (PMIK) seringkali digunakan sebagai penanda
kesehatan kardiovaskuler (aterosklerosis praklinis). Dalam studi Heart Bogalusa,
ultrasonografi arteri karotid dilakukan dalam survei tahun 1996 untuk menguji
hubungan antara faktor risiko kardiovaskuler di masa anak dan PIMK pada dewasa
muda. Anak dengan tekanan darah sistolik, tingkat lowdensity lipoprotein kolesterol
(LDL-C), dan IMT berkorelasi dengan PMIK pada dewasa muda, seperti tekanan
darah sistolikdi masa dewasa. Secara khusus, tekanan darah berkorelasi secara
signifikan dengan lapisan lemak di kedua aorta dan arteri koronaria dengan plak
fibrosa di arteri koroner. Tekanan darah diastolik juga berkorelasi dengan plak
fibrosa di arteri koronaria.3
6. Perubahan pada Retina
Penyempitan arteriolar retina merupakan akibat daripada tekanan darah tinggi dan
dapat digunakan untuk memprediksi morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Data
terbaru dari 2 populasi-paralel berbasis penelitian di antara 1952 anak-anak di
Australia dan Singapura menunjukkan bahwa penyempitan arteri retina yang
28
konsisten antara anak berumur 6 sampai 8 tahun dengan tekanan darah sistolik
tinggi. Untuk setiap kenaikan tekanan darah sistoliksebanyak 10mmHg, diameter
arteriol retina berkurang sebesar 2,08 lm pada anak-anak dari Australia dan 1,43 lm
pada anak-anak dari Singapura, menurut sebuah analisis multivariasi regresi
disesuaikan menurut usia, jenis kelamin, IMT, faktor okular, dan berat lahir.3,4
7. Fungsi Kognitif
Tekanan darah sistolik tinggi dan dislipidemia adalah faktor risiko untuk mengalami
penurunan kognitif ringan, menyebabkan perhatian, waktu reaksi, kefasihan lisan,
dan fungsi eksekutif yang semakin berkurang. Penurunan kognitif mungkin
diakibatkan dari penyempitan dan sklerosis pada arteri yang lebih kecil di otak, yang
berkontribusi terhadap hipoperfusi, hilangnya autoregulasi, dan demielinasi
substansia alba subkortikal.3,4
8. Ekskresi Albumin Urin
Ekskresi sejumlah kecil protein lewat ginjal, atau mikroalbuminuria, merupakan
tanda awal dari penurunan fungsi ginjal. Proteinuria (bahkan mikroalbuminuria)
dikaitkan dengan peningkatan risiko kardiovaskuler dan penyakit ginjal pada orang
dewasa dengan dan tanpa diabetes. Beberapa penelitian pada 55 anak-anak berumur
11 hingga 19 tahun dengan hipertensi esensial telah menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara mikroalbuminuria dan risiko kardiovaskuler dengan faktor-faktor
seperti tekanan darah tinggi. Sebuah studi kecil dari 55 anak berusia 11 sampai 19
tahun dengan hipertensi esensial menemukan bahwa mikroalbuminuria merupakan
prediksi left ventricle hypertrophy dalam kelompok usia ini.3,4
2.9 Pencegahan23
2.9.1 Pencegahan Premordial
Pencegahan premordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi
terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Upaya
ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
29
pencegahan terjadinya hipertensi mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya
hidup dan faktor lainnya, misalnya menciptakan kondisi sehingga masyarakat merasa
bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap
positif terhadap bukan perokok, merubah pola konsumsi masyarakat yang sering
mengonsumsi makanan cepat saji.
2.9.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak
pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi dengan
usaha peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal dan menghindari faktor resiko timbulnya
hipertensi. Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar resiko, yaitu
menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan,
menghindari meminum minuman beralkohol, mengurangi/membatasi asupan
natrium/garam, berhenti merokok bagi perokok, mengurangi/menghindari makanan
yang mengandung makanan yang berlemak dan kolesterol tinggi
b. Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan olahraga
secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik sepeda,
berenang, dan lain-lain, diet rendah lemak dan memperbanyak mengonsumsi buah-
buahan dan sayuran, mengendalikan stres dan emosi.
2.9.3 Pencegahan Sekunder
Sasaran utama adalah pada mereka yang terkena penyakit hipertensi melalui dignosis
dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah prosespenyakit lebih lanjut
dan timbulnya komplikasi.
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah
sebagai berikut :
30
a. Pemeriksaan berkala 1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara
teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi
atau tidak
2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-
obatan anti hipertensi
b. Pengobatan/perawatan
1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit
hipertensi dapat segera dikendalikan
2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes
melitus dan lain-lain.
3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
4. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi, baik tungggal
maupun majemuk
5. Memperkecil efek samping pengobatan
6. Menghindari faktor resiko penyebab hipertensi seperti yang disebutkan di atas
7. Mengobati penyakit penyerta seperti diabetes melitus, kelainan pada ginjal,
hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ.
2.9.4 Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi.
Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan
anggota badan
c. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan tekanan darah rutin pada anak jarang sekali dilakukan. Biasanya,
pemeriksaan dilakukan apabila terdapat indikasi tertentu, seperti keadaan presyok.
Sementara itu, peningkatan tekanan darah pada anak masih kurang menjadi
kewaspadaan bagi petugas kesehatan ataupun orang tua anak. Hipertensi pada anak
menjadi sulit dideteksi karena pemeriksaan rutin terhadap tekanan darah anak yang
jarang dilakukan tersebut. Secara klinis, keadaan prehipertensi atau hipertensi ringan
saja tidak menunjukkan manifestasi klinis, tetapi keadaan ini akan berlanjut menjadi
hipertensi yang lebih besat, bahkan sampai menjadi hipertensi krisis. Apabila keadaan
hipertensi krisis sudah menyebabkan komplikasi ke sistem organ tubuh, maka
penanganannya akan semakin sulit. Untuk itu, pemeriksaan tekanan darah rutin
sangat perlu dilakukan, terutama pada anak berumur 3 tahun ke atas, untuk memantau
tekanan darah anak serta mendeteksi secara dini hipertensi dan penyakit yang
mendasarinya sehingga dapat mencegah komplikasi lanjut.
32