06 tutik- j. pasca

5
J. Sains & Teknologi, Desember 2005, Vol. 5 No. 3: 154-158 ISSN 1411-4674 154 PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KEBERADAAN CENDAWAN DAN BAKTERI PASCA PANEN PADA BIJI KAKAO Tutik Kuswinanti Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRACT The objective of the research was to observe the effect of storage period on the presence of post harvest fungi and bacteria on cocoa seed. Percentage of infected cocoa seed was obtained trough incubation on filter paper and through spreading of solution from grinding method. Identifi-cation of fungi was conducted based on morphologically character whereas for bacteria was mainly based on their physiological character. The result showed, that the highest percentage of infected seed by fungi (92 %), was observed at 2 months storage period. Bacteria was mostly found at 3 months storage time (56 %). A. flavus was the predominant fungi at all storage period. Identified fungi species were Aspergillus flavus, Aspergillus sp. 1 and Aspergillus sp. 2 , Eurotia repens, Peniciliun sp. and Rhizopus sp, whereas Genus of bacteria were, Streptomyces, Pseudomonas, Xanthomonas, and Bacillus. Key Words : Storage period, fungi, bacteria, and Theobroma cacao L, PENDAHULUAN Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memilki prospek cerah karena harganya relatif tinggi, mudah dipasarkan serta mempunyai arti ekonomi sebagai penghasil devisa negara. Namun demekian kendala utama yang dihadapi komoditas kakao di Indonesia adalah rendahnya kualitas biji. Faktor-faktor yang mem- pengaruhi rendahnya mutu biji kakao adalah cara pemetikan, pemecahan, fermentasi, peren-daman, pencucian, pengeringan, sortasi, dan penyimpanan (Effendy dkk, 1983). Penyimpanan dengan kelembaban tinggi secara tidak langsung membantu pertum-buhan patogen pada hasil tanaman (Martoredjo, 1984). Gangguan bakteri dan cendawan untuk komoditi dalam penyimpanan juga sering merugikan (Semangun,1996). Beberapa cen- dawan pasca panen antara lain Aspergillus flavus, Aspergillus niger, A. tamari, Mucor sp., Circinella sp., dan Eurotium repens (Dhrmaputra, dkk 2000). Keberadaan cendawan dan bakteri akan berpegaruh terhadap mutu kakao karena mengakibatkan biji menjadi rusak. Dharmaputra, dkk (1999) melaporkan bahwa persentase biji kakao yang terinfeksi cendawan ditingkat pedagang dan eksportir lebih tinggi 4% dibanding pada tingkat petani. Cendawan yang ditemukan adalah Aspergillus flavus, Eurotium amstelodani, E. cheviliera dan Penicilium citrinum. Hingga kini, keberadaan mengenai cendawan dan bakteri pasca panen pada biji kakao belum banyak dilaporkan. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai dampak lama penyimpanan terhadap

Upload: thera-athenanthera-k

Post on 24-Jul-2015

64 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 06 Tutik- J. Pasca

J. Sains & Teknologi, Desember 2005, Vol. 5 No. 3: 154-158 ISSN 1411-4674

154

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KEBERADAAN CENDAWAN DAN BAKTERI PASCA PANEN PADA BIJI KAKAO

Tutik Kuswinanti

Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRACT The objective of the research was to observe the effect of storage period on the presence of post harvest fungi and bacteria on cocoa seed. Percentage of infected cocoa seed was obtained trough incubation on filter paper and through spreading of solution from grinding method. Identifi-cation of fungi was conducted based on morphologically character whereas for bacteria was mainly based on their physiological character. The result showed, that the highest percentage of infected seed by fungi (92 %), was observed at 2 months storage period. Bacteria was mostly found at 3 months storage time (56 %). A. flavus was the predominant fungi at all storage period. Identified fungi species were Aspergillus flavus, Aspergillus sp.1 and Aspergillus sp.2, Eurotia repens, Peniciliun sp. and Rhizopus sp, whereas Genus of bacteria were, Streptomyces, Pseudomonas, Xanthomonas, and Bacillus. Key Words : Storage period, fungi, bacteria, and Theobroma cacao L, PENDAHULUAN

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memilki prospek cerah karena harganya relatif tinggi, mudah dipasarkan serta mempunyai arti ekonomi sebagai penghasil devisa negara. Namun demekian kendala utama yang dihadapi komoditas kakao di Indonesia adalah rendahnya kualitas biji.

Faktor-faktor yang mem-pengaruhi rendahnya mutu biji kakao adalah cara pemetikan, pemecahan, fermentasi, peren-daman, pencucian, pengeringan, sortasi, dan penyimpanan (Effendy dkk, 1983). Penyimpanan dengan kelembaban tinggi secara tidak langsung membantu pertum-buhan patogen pada hasil tanaman (Martoredjo, 1984). Gangguan bakteri dan cendawan untuk komoditi dalam

penyimpanan juga sering merugikan (Semangun,1996). Beberapa cen-dawan pasca panen antara lain Aspergillus flavus, Aspergillus niger, A. tamari, Mucor sp., Circinella sp., dan Eurotium repens (Dhrmaputra, dkk 2000).

Keberadaan cendawan dan bakteri akan berpegaruh terhadap mutu kakao karena mengakibatkan biji menjadi rusak. Dharmaputra, dkk (1999) melaporkan bahwa persentase biji kakao yang terinfeksi cendawan ditingkat pedagang dan eksportir lebih tinggi 4% dibanding pada tingkat petani. Cendawan yang ditemukan adalah Aspergillus flavus, Eurotium amstelodani, E. cheviliera dan Penicilium citrinum. Hingga kini, keberadaan mengenai cendawan dan bakteri pasca panen pada biji kakao belum banyak dilaporkan. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai dampak lama penyimpanan terhadap

Page 2: 06 Tutik- J. Pasca

Tuti Kuswinanti ISSN 1411-4674

155

keberadaan cendawan dan bakteri pasca panen. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Pusat Kegiatan Penelitian, Universitas Hasanuddin Makassar. Sampel diperoleh dari gudang penyimpanan yang dilanjutkan dengan pengujian di Laboraturium dengan menggunakan metode inkubasi pada kertas saring dan dengan metode grinding. Pengambilan sampel berdasarkan atas perbedaan waktu penyimpanan yang terdiri dari Po = biji kakao yang belum disimpan, P1= biji kakao yang telah disimpan selama 1 bulan, P2= Biji kako yang telah disimpan selama 2 bulan, P3= biji kakao yang telah disimpan selama 3 bulan.

Pengambilan sampel dilaku-kan secara acak dengan cara mencampur biji secara merata dan diulang beberapa kali sampai mencapai 1 kg. Selanjutnya diambil sampel sebanyak 30% dari 1 karung yang dilakukan dengan spear pada bagian atas, tengah dan bawah karung dan disimpan berdasarkan lama penyimpanan masing-masing partai di dalam gudang.

Pengujian dengan metode inkubasi pada kertas saring dilakukan dengan cara mengambil biji kakao secara acak dan diletakkan sebanyak 5 biji secara teratur pada kertas saring yan sudah dilembabkan dengan aqudest dalam cawan petri. Tiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Cendawan yang tumbuh pada kertas saring selanjutnya dipindahkan di media PDA, sedangkan untuk bakteri dipindahkan di media NA untuk proses pemurnian isolat dan identifikasi.

Untuk pengujian dengan metode grinding diambil sebanyak 15 biji sampel dimasukkan pada larutan MgSO4 0,01 M dalam erlenmeyer lalu dishaker. Dari hasil pengenceran 10-

2,10-3,10-4 diambil seba-nyak 100 µl dan diratakan pada media PDA. Sedangkan untuk bakteri diambil dari tingkat pengenceran 10-4,10-5,10-6 lalu ditumbuhkan pada media NA.

Identifikasi cendawan dilaku-kan melalui pengamatan dibawah mikroskop stereo dan compound dengan melihat karakteristik morfologinya ber-dasarkan buku identifikasi Barnett dan Hunter (1998) dan Street (1980). Untuk identifikasi bakteri berdasarkan pengujian morfologi yang meliputi penampakan bentuk dan warna koloni pada media NA, sedangkan karakteristik fisiologi dan biokimia dilakukan dengan reaksi gram dan oksidasi kovack berdasarkan buku identifikasi Klement et al (1990).

Presentase biji kakao yang terinfeksi cendawan dan bakteri pada pengujian dengan metode inkubasi pada kertas saring menggunakan rumus:

C = A/B x 100% Dimana: C = Persentase biji yang terinfeksi

oleh cendawan atau bakteri A = Jumlah biji yang terinfeksi oleh

cendawan atau bakteri B = Jumlah biji yang dinkubasi Perhitungan presentase biji yang terinfeksi dengan metode grinding yaitu :

T = K x TP x 10 Dimana : T = jumlahkoloni bakteri atau

cendawan dalam tiap ml suspensi (CFU/ml)

Page 3: 06 Tutik- J. Pasca

Storage period, fungi, bacteria, and Theobroma cacao L, ISSN 1411-4674

156

K = jumlah koloni bakteri atau cendawan dalam satu cawan

TP = tingkat pengenceran HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase bij kakao yang terinfeksi cendawan tertinggi diamati pada masa penyimpanan 2 bulan yaitu

sebesar 92% dan menurun setelah 3 bulan menjadi 88%. Persentase biji kakao yang terinfeksi oleh bakteri tertinggi diamati pada masa penyimpanan 3 bulan sebesar 56 % dan meningkat seiring dengan lama waktu penyimpanan (Tabel 1. dan 3.)

Tabel 1. Rata-rata hasil Persentase Biji Kakao Terinfeksi cendawan Selama

Beberapa masa penyimpanan setelah 2 sampai 5 hari inkubasi

Persentase biji terinfeksi cendawan (hari setelah inkubasi) Perlakuan

penyimpanan 2 3 4 5

P0 (0 bulan) 32 40 76 80 P1 (1 bulan) 24 52 88 88 P2(2 bulan) 24 48 92 92 P3 (3 bulan) 16 36 88 88

Tabel 2. Persentase biji kakao terinfeksi oleh setiap species cendawan selama 4

masa penyimpanan , setelah inkubasi 5 hari

Jenis cendawan Perlakuan penyimpanan Aspergillu

s flavus Aspergillus

Sp1. Aspergillus

Sp2. Eurotium

repens Penicilium

sp. Rhzopus

sp. Po 48 12 4 24 8 4 P1 56 36 0 24 8 4 P2 60 36 0 28 8 8 P3 52 28 0 24 8 0

Tabel 3. Persentase biji kakao terinfeksi bakteri selama 4 masa penyimpanan,

inkubasi 2-5 hari

Persentase biji terinfeksi bakteri (hari setelah inkubasi) Perlakuan

penyimpanan 2 3 4 5 P0 12 28 40 40 P1 12 28 44 44 P2 32 36 52 52 P3 32 40 56 56

Page 4: 06 Tutik- J. Pasca

Tuti Kuswinanti ISSN 1411-4674

157

Menurut Wheeler (1969), cendawan dapat tumbuh dengan baik ditempat penyimpanan yang memiliki tingkat kelembaban antara 62% sampai 94%. Persentase biji kakao yang terinfeksi oleh cendawan dan bakteri diduga disebabkan oleh infeksi yang sudah terjadi pada saat biji disimpan ditingkat petani atau pedagang. Menurut Nasution (1980), biji kakao sangat higrokopis atau mudah menyerap air dari udara sehingga kadar air biji akan meningkat selama penyimpanan. Kadar air biji kakao yang aman untuk disimpan adalah 6-7% (Siswo Putranto, 1978). Kadar air diatas 8% menyebabkan biji berjamur sehingga dapat mempengaruhi warna biji, aroma, dan rasa kakao. Hasil pengujian kadar air biji kako pada sampel yang diteliti sebelum disimpan

rata-rata diatas 10%, setelah 1 bulan sebesar 9,9% setelah 2 bulan 9,8% dan setelah 3 bulan 9,7%. Kondisi ini sangat mendukung perkembangan cendawan dan dakteri selama penyimpanan. A. flavus merupakan cendawan yang paling dominan ditemukan pada setiap periode penyimpanan. Suhu dipenyim-panan yang berkisar 27o C - 32o C dan kelembaban rata-rata 62%-94% menunjang perkembangan cendawan ini.

Berdasarkan hasil pengujian terhadap karakter morfologi, fisiologi, dan biokimia terhadap isolat bakteri maka diperoleh 4 genus bakteri yaitu: Pseudomonas, Xanthomonas, Bacillus, dan Streptomyses. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik morfologi, fisiologi, dan biokimia isolat-isolat bakteri yang diperoleh dari biji kakao.

Isolat Warna koloni Bentuk koloni Ukuran koloni (mm)

Rx gram

Oksidasi kovacks Identifikasi

A1 Putih keruh Cembung ± 1,5 + - Bacillus B2 Kuning Cembung ± 1,0 - + Xanthomonas C3 Putih keruh Cembung ± 1,0 - - Pseudomonas D4 Putih keruh Bercabang Panjang 1,0-4,0 + - Streptomyces E5 Putih keruh Cembung 0,5-2,0 _ - Pseudomonas F6 Merah jambu Cembung ± 0,5 _ + Unidentified G7 Orange Cembung 0,5-10 + - Unidentified H8 Putih keruh Cembung ± 1,5 - - Bacillus I9 Kuning Cembung ± 1,0 - + Xanthomonas

J10 Puih keruh Cembung 0,5-2,0 + - Pseudomonas K11 Putih keruh Cembung ± 1,5 + - Bacillus L12 Putih keruh Bercabang Panjang 1,0-4,0 - - Streptomyses M13 Putih keruh Cembung ± 1,0 - - Pseudomonas N14 Putih keruh Cembung ± 1,5 + - Bacillus O15 Putih keruh Bercabang Panjang 1,0-4,0 + - Streptomyses P16 Kuning Cembung ± 1,0 - + Xanthomonas Q17 kuning Cembung ± 1,0 - + Xanthomonas Identifikasi cendawan dilakukan berdasarkan pada ciri morfologi dan mengacu pada buku identifikasi

Barneet dan Hunter (1998) dan Streets (1980). Karakteristik A. flavus yaitu koloninya berwarna hijau

Page 5: 06 Tutik- J. Pasca

Storage period, fungi, bacteria, and Theobroma cacao L, ISSN 1411-4674

158

kekuning-kuningan, hifa bersepta, konidia berbentuk bulat, konidiofor tegak dan panjang dengan vesikel yang bulat. E. repens koloninya berwarna kekuning-kuningan, konidiofor pendek, vesikel berbentuk bulat, terdapat phialid namun tidak ditemukan metula. Koloni Penicilum sp. berwarna hijau kebiru-biruan, hifa bersepta, konidiofor tegak dan bercabang melingkar secara tunggal. Phialid seperti botol dengan ujung yang tumpul dan konidia bulat. Pengamatan secara mikroskopis terhadap Rhizopus sp. diketahui bahwa hifanya tidak bersepta, sporangiofor panjang dan agak melengkung, ujungnya membesar dan bulat yang disebut kolumella. KESIMPULAN 1. Infeksi tertinggi didapatlkan

pada biji kakao oleh cendawan (92%) pada lama penyimpanan 2 bulan, sedangkan untuk infeksi bakteri (56%) diamati pada lama penyimpanan 3 bulan .

2. Jenis cendawan yang diidentifikasi adalah Aspergillus flavus, Aspergillus sp.1 and Aspergillus sp.2, Eurotia repens, Peniciliun sp. dan Rhizopus sp, sedangkan dari genus bakteri adalah Streptomyces, Pseudomonas, Xanthomonas, dan Bacillus

DAFTAR PUSTAKA Barnett,H.L and Hunter.B.B,1998.

Illustrated Genera of Imperfect Fungi. The American Phytopathological Society St.Paul, Minnesota. p.94

Dharmaputra, O. S., Sunjaya, Retnowati, L., Ina, Ambarwati, Santi,2000. Stored Cocoa Beans Quality Affected by Fermentation and Ephestia cautella Walker (Lepidoptera: Phycitidae) Infestation. BIOTROPIA (15). 58-75, SEAMEO BIOTROP, Bogor.

Klement, Z, K. Rudolph and D.C. Sands, 990. Methods in Phytobacteriology, Akademia Kiado, Budapest pp.134-142.

Martoredjo T,1984. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalkia Indonesia, Jakarta Hal 9.

Nasution Z, Ciptadi, W dan Srilaksmi, B. 1976. Pengolahan Coklat. Dept. Teknologi Hasil Pertanian FATETA IPB, Bogor.

Semangun H,1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Gadjah Mada University Press, Yogjakarta Hal 219.

Streets, R.B., 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman. The University of Arizona Press, Tuskon-Arizona, USA. (Terjemahan Imam Santoso). Hal. 8-19.

Siswoputranto, P.S., 1978. Perkembangan teh, kopi, cokelat Internasional. Gramedia Jakarta.

Wheeler, B.E.J., 1969. An Introduction to Plant Diseases. John Wiley and Sons LTD. New York, Sidney, Toronto. Pp. 131-147.