1 abstrak -...
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
Tulisan ini berjudul “Peran Orang Tua dalam MembinaKecerdasan Spiritual Anak usia 3-14 Tahun”. Kecerdasan spiritualsangat penting dalam kehidupan, apalagi dalam dunia pendidikan.Namun bila dilihat pada saat ini kebanyakan para orang tua kurangmemperhatikan esensi dari kecerdasan spiritual (SQ) anaknya, merekamenyerahkan sepenuhnya masalah pendidikan ke lembaga-lembagapendidikan sekolah, sehingga bila dilihat kenyataan yang terjadi,banyak anak-anak yang tidak mendapatkan hasil yang maksimal daripendidikan yang mereka terima pada materi pelajaran yang diajarkan disekolahnya, terutama pendidikan moral (spiritual). Permasalahan pokokpenelitian ini adalah bagaimana membina kecerdasan spiritual anak?Adapun tujuan penulis mengangkat karangan tulisan ini untukmengungkapkan cara-cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalammembina kecerdasan spiritual anak sejak dini, dan bagaimana peranorang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak, sedangkankegunaan pembahasan ini adalah sebagai acuan bagi orang tua,pendidik, pemerhati dan penanggungjawab pendidikan, yang padaumumnya selalu berusaha menanamkan kecerdasan spiritual terhadapanak.
Untuk sampai tujuan dan manfaat skripsi ini dilakukan kajiankepustakaan (Library research) baik terhadap literatur-literatur yangmendukung kajian ini dan literatur sekunder. Data-data dari literaturtersebut kemudian didefinisikan secara cermat sesuai dengan topikmasing-masing permasalahan yang dibahas kemudian dianalisis dandiinterpretasikan. Dan untuk menarik kesimpulan menggunakan sistemberpikir induktif, deduktif dan komperatif.
Berdasarkan hasil penelitian ini yang penulis lakukan dapatdiambil kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual itu adalah sesuatu yangberkaitan dengan ruh, semangat dan jiwa religius serta memiliki polapemikiran tauhid (integralistik) serta berprinisip hanya karena AllahSWT. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan kecerdasanspiritual antara lain sumber kecerdasan itu sendiri (God spot), potensiqolbu (hati nurani) dan kehendak nafsu. Sedangkan secara umum adadua faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan yaitu; faktor genetikatau bawaan dan faktor lingkungan, baik lingkungan rumah (keluarga),lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Dan faktor laion yangmendukung terbinanya kecerdasan spiritual di antaranya; kecukupannutrisi, interfensi dini dan pendidikan di sekolah. Langkah-langkahyang harus diperhatikan orang tua dalam pembinaan kecerdasanspiritual pada anak pun harus tepat, yang diantaranya denganmengembalikan manusia (anak) pada fitrah hatinya, sehingga manusia(anak) tersebut akan mampu melihat dengan mata hatinya, mampumemilih dengan tepat dan dapat memprioritaskan segala sesuatudengan benar dengan berprinsip hanya kepada Allah SWT.
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji serta syukur kepada Allah SWT, sholawat dan
salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah atas rahmat, hidayah
dan kasih sayang Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai nikmat sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akademik
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar sarjana S1 pada bidang Pendidikan
Agama Islam.
Penulis berharap ada kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki
keurangan-kekurangan yang ada dalam penulisan skripsi ini. Berkenaan dengan
selesainya penulisan skripsi ini, maka saya dengan rasa syukur dan hormat
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, dan pengarahan serta dukungan moril dan materil. Dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sururin, M.Ag dosen pembimbing skripsi.
4. Drs. H. Achmad Gholib, dosen pembimbing akademik.
5. Segenap staf dan karyawan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak dan Ibu dosen serta para petugas Perpustakaan Umum dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan yang telah
memberikan kemudahan dan bantuan kepada penulis selama duduk
dibangku perkuliahan.
7. Ibunda Hj. Marnah dan Ayahanda H. sabihi. R yang tercinta dan tersayang
yang telah memberikan kasih sayangnya yang tiada tara, baik dalam
bentuk materi maupun immateri.
3
8. Kakanda Etih, Yuendah, Dahrurroji, Yoyoh, M. Jeni Rahman, Iyus Sofa
dan segenap keluarga yang selalu mendukung penulis untuk
menyelesaikan studi.
9. Rindi Nawangsih suwito yang selalu mendampingi penulis dalam
pembuatan karya ini.
10. Drs. Wandih dan seluruh karyawan lembaga Putera Salemba Group.
11. Kawan-kawanku yang terbaik : Muhammad Mukhlis yang terdepan dalam
membantu pencarian referensi, Basri Susanto, Yoni, Ade, Fitri yang selalu
memberikan semangat dalam perampungan penulisan skripsi, Subhan,
Mulkan Darajat, kawan kawan PAI kelas A dan seluruh angkatan PAI
2004
Akhir kata, penuls berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama kawan-kawan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, baik sebagai bahan karya tulis, berupa informasi, perbandingan maupun
dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Jakarta, September 2009
Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
i
ABSTRAKSI …………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUANA Latar Belakang …………………………………………. 1
B Identifikasi Masalah ……………………………………. 8
C Pembatasan Masalah …………………………………… 8
D Perumusan Masalah ……………………………………. 9
E
F
Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………
Metodologi Penulisan…………………………………..
10
11
G Sistematika Penulisan………………………………….. 14
BAB II PERANAN ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK
DALAM KELUARGA
A Pengertian peranan Orang Tua Pada Pendidikan Anak… 15
B Orang Tua dalam Pemenuhan Kebutuhan Anak……….. 16
C Tanggung Jawab Orang tua Terhadap PendidikanAnak…………………………………………………….
22
BAB III MEMBINA KECERDASAN SPIRITUAL ANAK
A Pengertian Kecerdasan Spiritual……………………….. 28
B Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual………………………….. 33
C Karakteristik Anak yang Cerdas……………………….. 38
D Fungsi Kecerdasan Spiritual………………………….... 39
E Pekembangan Jiwa Agama (Spiritual) pada Anak…….. 43
F Pengaruh SQ Terhadap IQ dan EQ……………………. 47
5
BAB IV PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBINA
KECERDASAN SPIRITUAL ANAK
A Dimensi-dimensi yang Mempengaruhi Kecerdasan
Spiritual Anak…………………………………………... 49
B Faktor-faktor yang Membantu Orang Tua dalam
Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual Anak…………….. 55
C Langkah-langkah Orang Tua dalam Pembinaan
Kecerdasan Spiritual Anak……………………………... 58
BAB V PENUTUPA Kesimpulan …………………………..………………… 53
B Saran……..……………………………………………... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina,
hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Apabila ia
dibiasakan pada suatu yang baik niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat
baik dan akan bahagia di dunia dan akhirat, sebaliknya jika ia dibiasakan pada
kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa.
Sedangkan memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajarinya
akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tualah yang memegang faktor kunci yang
bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:
او بواه يهودانهد اال يولد على الفطرة فاوما من مول. : م. ل رسول اهللا صاقيانهسجمي او انهرصىبخارالرواه ( ن(
"Bersabda Rasulullah SAW: Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnyamaka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atauMajusi”. (Hadits riwayat Bukhari)1
Dari hadis ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam
membentuk kepribadian anak dimasa yang akan datang. Karena watak seorang
anak akan terbentuk dimulai dari lingkungan keluarga. Seorang anak akan meniru
dari kebiasaan-kebiasaan lingkungan sekitar. Dengan demikian peran orang tua
dalam memberikan pengaruh yang positif pada anak sangat dibutuhkan terutama
pada masa pertumbuhan mereka.
Dalam Al-Qur’an al-Karim surat Luqman ayat 16:
1 Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ahya al-Turarts al-Arabiy,tt), h.125
7
)۱٦لقمان (
"(Luqman berkata) ”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatuperbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalambumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya) sesungguhnya AllahMaha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS.Luqman : 16)
Orang tua hendaknya memperhatikan anak dari segi Muraqabah kepada
Allah SWT yakni dengan menjadikan anak merasa bahwa Allah SWT selamanya
mendengar bisikan dan pembicaraannya, melihat setiap gerak-geriknya serta
mengetahui apa yang dirahasiakan dan disembunyikan. Terutama masalah
kecerdasan spiritual (SQ) anak. SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan
tertinggi manusia.
Pada saat ini kita telah mengenal adanya tiga kecerdasan. Ketiga
kecerdasan itu adalah kecerdasan otak (IQ), kecerdasan hati (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ). Kecerdasan-kecerdasan tersebut memiliki fungsi masing-masing
yang kita butuhkan dalam hidup di dunia ini. Dalam rangka mencapai pendidikan,
Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan
seimbang, dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna
diharapkan ia dapat melaksanakan fungsi pengabdiannya sebagai khalifah di
muka bumi. Untuk dapat melaksanakan pengabdian tersebut harus dibina seluruh
potensi yang dimiliki yaitu potensi spritual, kecerdasan, perasaan, dan kepekaan.
Potensi-potensi itu sesungguhnya kekayaan dalam diri manusia yang
amat berharga. 2
Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan untuk memberi makna
ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan
pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan
2 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997) cet ke-1,h. 51
8
memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik), serta berprinsip “hanya karena
Allah SWT”. Langkah awal untuk menanamkan kecerdasan spiritual yaitu dengan
cara mengembalikan manusia pada fitrah hatinya ”God Spot” , sehingga manusia
akan mampu melihat dengan mata hati, mampu memilih dengan tepat,
memprioritaskan dengan benar yaitu kemampuan melihat sesuatu secara jernih
dan obyektif. Dari cara melihat yang obyektif ini maka keputusan yang diambil
dalam setiap bertindak akan benar dan dengan cara yang adil dan bijaksana sesuai
dengan fitrah dan suara hati.3 Menurut Al-Quran, sebelum bumi dan manusia
diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah SWT, Allah
SWT bertanya kepada jiwa manusia:”...Bukankah aku Tuhanmu? Lalu ruh
manusia menjawab: ”ya”, kami bersaksi (Surat Al-A’raf ayat 172)
” Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anakAdam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul(Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu)agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Bukti perjanjian ini menurut prof. Dr. N. Dryarkara, S.J. Ialah adanya
suara hati manusia. Suara hati itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa
manusia. Karena itu bila manusia hendak berbuat tidak baik, pasti akan dilarang
oleh suara hatinya. Sebab Tuhan tidak mau kalau manusia berbuat tidak baik.
Kalau manusia tetap mengerjakan, perbuatan yang tidak baik itu maka suara
hatinya akan bernasehat. Dan kalau sudah selesai dia kerjakan pasti akan
menyesal.4 Lingkungan bisa berubah-ubah dalam hitungan detik tanpa bisa
diduga. Namun prinsip adalah abadi. Prinsip tidak berubah. Prinsip yang benar
3 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan SpiritualESQ (Jakarta:Penerbit Arga 2001) cet ke-1, h. 57.
4 Drs. H. Syahminan Zaini, Jalur Kehidupan Manusia menurut Al-Quran, (Jakarta: KalamMulia, 1995), h. 1.
9
bukanlah sekedar siap ”proaktip” yang selama ini dikenal di barat yaitu melihat
dan berespon dengan cara yang ”berbeda” tanpa prinsip dasar yang jelas. Prinsip
dasar adalah suatu kesadaaran fitrah (awareness), berpegang kepada pencipta
yang abadi. Prinsip yang esa, prinsip yang berkeyakinan hanya kepada Allah
SWT, karena tiada Tuhan selain dia.
Kecerdasan spiritual dapat dikaitkan dengan kecerdasan ruh. Adapun
ketiadaan kecerdasan ruh akan mengakibatkan hilangnya ketenangan bathin dan
pada akhirnya akan mengakibatkan hilangnya kebahagiaan pada diri orang
tersebut. Besarnya kecerdasan ruh lebih besar dari pada kecerdasan hati dan
kecerdasan otak atau kecerdasan ruh cendrung meliputi kecerdasan hati dan
kecerdasan otak.5
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Ia dapat membantu manusia
menyembuhkan dan membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual ini
berada di bagian diri yang paling dalam yang berhubungan langsung dengan
kearifan dan kesadaran yang dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai
yang ada, tetapi manusia secara kreatif menemukan nilai-nilai yang baru. Setiap
manusia pada prinsipnya membutuhkan kekuatan spiritual ini, karena kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan untuk mempertahankan/mengembangkan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk mendapatkan
pengampunan mencintai, menjalin hubungan dan penuh rasa percaya dengan sang
penciptanya.
Kecerdasan spiritual ini sangat penting dalam kehidupan manusia, karena
ia akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk membedakan yang baik
dengan yang buruk, memberi manusia rasa moral dan memberi manusia
kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan aturan-aturan yang baru, yaitu
aturan-aturan yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Peranan orang tua sangat berpengaruh sekali dalam mendidik anak,
peranan tersebut akan berjalan dengan baik apabila diimbangi dengan
pengetahuan mereka tentang agama dan kecerdasan spiritual. Terutama sekali di
dalam pendidikan agama Islam. Di antara kaidah dasar peran orang tua dalam
5 Dedhi Suharto, Ak, Qur’anis Quotient, (Jakarta : Yayasan Ukhuwah, 2003) cet ke-1 h. 53
10
mendidik anak mereka yaitu menanamkan prinsip-prinsip yang mulia dan sifat-
sifat yang terpuji dalam dirinya terlebih dahulu sejak dini , namun sayang anak
kecil yang memerlukan perhatian yang besar dari orang tua mereka terkadang
tidak sepenuhnya mereka dapatkan, karena banyak dari orang tua mereka yang
sibuk bekerja untuk mencari uang sehingga banyak pula yang menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada guru di sekolah. Yang lebih
mengkhawatirkan lagi yaitu pengasuhan balita yang seharusnya dilakukan oleh
orang tua mereka diserahkan kepada perawat atau pembantu. Contohnya anak
yang berumur empat tahun itu sangat sulit dipisahkan dari televisi. Waktunya
sehari-hari, ketika ditinggal ibu dan bapaknya bekerja, dihabiskan hanya untuk
menonton televisi. Repotnya lagi pembantu yang diharapkan bisa mengalihkannya
dari televisi itu malah suka menonton acara sinetron untuk orang dewasa. Kalau
sudah demikian, sepulangnya bekerja mereka tak lagi bermuka ramah. Yang ada
hanyalah amarah dan terkadang membentak atau mencela anaknya. Harapan
menjadikan anak yang cerdas spiritualnya makin sulit diwujudkan.6 Anak
merupakan bahagian dari masyarakat yang dipundaknya terpikul beban
pembangunan di masa mendatang, dan juga sebagai generasi penerus dari yang
tua-tua, maka dari itu orang tua harus lebih memperhatikan dan selalu
membimbing dan mendidik dengan baik, sehingga tercapailah baginya
kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat
Untuk mengantisipasi hal ini, maka Allah SWT mengingatkan kepada
orang tua agar mempertahankan keturunannya.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainyameninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirterhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
6 Majalah Noor No. 02/TH.VI/Februari 2008, h.91-92.
11
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar".(QS.Anisa :9)
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan
anak mereka dalam keadaan lemah. Lemah disini maksudnya adalah lemah dalam
segala aspek kehidupan seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi
terutama lemah iman (spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi
tanpa kepribadian. Jadi semua orang tua harus memperhatikan semua aspek
perkembangan anaknya baik itu dari segi perhatian, kasih sayang, pendidikan
mental, maupun masalah aqidah atau keimanannya. Maka bertaqwalah kepada
Allah SWT.
Sekolah sebagai tempat penyelenggara proses pendidikan yang
diharapkan orang tua tidak sepenuhnya berhasil dalam membina kecerdasan
spiritual anak, terkadang nilai-nilai etika yang diajarkan guru di sekolah tidak
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan karena kurang
minatnya anak pada mata pelajaran agama tersebut, sehingga orang tualah yang
mempunyai peranan yang sangat penting di dalam mendidik anak-anak mereka
karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan di rumah bersama orang tuanya.
Dalam hal ini, berlaku lemah- lembutlah kepada anak, karena dengan berperilaku
lemah-lembut sangat membantu dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada
anak, sebab anak itu besarnya nanti ditentukan bagaimana cara-cara orang tua
memdidik dan membesarkannya.
Cara- cara mendidik dan membesarkan anak diperlukan pelatihan yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan dan kemudian
berubah menjadi suatu karakter seperti yang diharapkan. Apabila sikap baru itu
telah tercipta, maka secara otomatis kebiasaan lama yang buruk akan hilang
dengan sendirinya. Melatih kebiasaan kognitif umumnya lebih mudah
dibandingkan melatih kecerdasan emosi. Melatih orang untuk mengoprasikan
komputer, menghitung, menghafal daftar, menghafal sederetan angka adalah salah
satu contoh kebiasaan kognitf yang berasal dari otak kiri. Tetapi pelatihan yang
membuat orang menjadi konsisten, berintegrtas tinggi, berpikiran terbuka,
12
bersikap jujur, memiliki prinsip, bersikap adil, bijaksana, atau kreatif, adalah
contoh kecerdasan emosi yang seharusnya dilatih dan dibentuk.
Dalam Al-Qur’an al-Karim surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan danhati, agar kamu bersyukur."
Untuk memperkuat pribadi, meneguhkan hubungan, memperdalam rasa
syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan perlindungan yang selalu kita terima,
maka dirikanlah shalat, karena dengan shalat kita melatih lidah, hati, dan seluruh
anggota badan untuk selalu ingat kepada Allah SWT. A da be bera pa fak to r ya n g
m enen tu kan kece rdasan sp iritua l seseo ran g. D i a n ta ra n ya sum be r k ece rdasan itu
send iri (God-Spot), po tensi qa lbu (ha ti n u ran i) dan ke hen dak nafsu. K e tiga ha l
in i pe rlu d ik aji leb ih jauh ka re na m a nus ia d im ana pu n d i dun ia in i se la lu
m erind u kan pu ncak keagun ga n ya n g d itan da i den ga n se ga la d im en si
ek sisten s in ya ; ya itu hu b un gan ya n g ha rm on is an ta ra T uha n, m an u sia da n a la m
sek ita r. Sp iritua l a da lah ja lan yan g pa lin g ideal ya n g m em be rikan m ak n a h idu p
ba gi m an usia d i an ta ra m akh lu k A llah yan g la in .
Beranjak dari apa yang penulis paparkan di atas dapat dipahami bahwa
upaya membina kecerdasan spiritual anak perlu mendapat perhatian yang serius
dari para orang tua, yang berdasarkan kepada Al Qur’an dan Hadis karena akan
sangat berpengaruh untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang.
Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk membahasnya dengan
judul “PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBINA KECERDASAN
SPIRITUAL ANAK”
B. Identifikasi Masalah
13
Dari permasalahan di atas maka penulis mengindentifikasikan masalah-
masalah tersebut sebagai berikut:
1. Banyak orang tua yang sibuk dan menyerahkan masalah pendidikan anak
sepenuhnya kepada pendidik (guru) di sekolah
2. Mayoritas orang tua belum memahami peran dan faktor – faktor di dalam
membina kecerdasan spiritual anak
3. Kurangnya pelatihan kecerdasan emosi dan spiritual serta langkah-langkah
yang seharusnya dibiasakan oleh orang tua kepada anak dalam kehidupan
sehari-hari
4. Nilai-nilai etika yang diajarkan orang tua dan guru di sekolah tidak
dijalani oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari
5. Kurangnya minat anak untuk menambah pengetahuan agama
6. Perhatian yang kurang dari para orang tua terhadap perkembangan
kecerdasan spiritual anak
C. Batasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dari pokok masalah tersebut,
penulis membatasi masalah di atas dalam beberapa hal yaitu:
1. Peranan orang tua dalam membina kecerdasan spiritual anak
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan kecerdasan spiritual anak
3. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembinaan kecerdasan
spiritual anak
Untuk menghindari terjadinya kemungkinan kesalahpahaman akan judul
ini, maka penulis memberikan penjelasan atau definisi operasional sebagai berikut
Peranan : Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan, fungsi
utama.7
Orang Tua : Orang yang sudah tua, Ibu, Bapak, orang yang dianggap
tua (cerdik, pandai), yang dimaksud penulis adalah
"Ibu dan Bapak".8
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarat :Balai Pustaka, 1990), h. 667
14
Membina : Mengusahakan agar lebih baik.9
Kecerdasan Spiritual : Spritual yang berkaitan dengan ruh, semangat atau jiwa
religius yang berhubungan dengan agama, keimanan,
kesolehan, menyangkut nilai-nilai transendental yang
bersifat mental sebagai lawan material fisikal atau
jasmaniah. Jadi kecerdasan spiritual adalah kemampuan
mengaktualisasikan nilai-nilai ibadah terhadap perilaku
dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya dan
memiliki pola pemikiran tauhid serta berprinsip hanya
kepada Allah SWT.10
Anak : Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya.11
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka
yang menjadi masalah pokok dalam skripsi ini adalah :
1) Bagaimana peranan orang tua dalam membina kecerdasan
spiritual anak ?
2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembinaan kecerdasan
spiritual ?
3) Langkah-langkah apa saja di dalam pembinaan kecerdasan
spiritual anak ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarat : Balai Pustaka, 1982), h.688
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,…, h. 10910 Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali, 1989), h. 48011 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991).
Cet II, h.250
15
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kecerdasan spiritual
anak serta cara merealisasikannya dalam keluarga menurut pendidikan Islam.Dari
tujuan umum ini diperinci kepada beberapa tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mengetahui peran orang tua di dalam membina anak
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan kecerdasan
spiritual pada anak
3. Mengetahui cara membina kecerdasan spiritual anak dalam keluarga
4. Mengetahui langkah-langkah pembinaan kecerdasan spiritual
Adapun manfaat penelitian :
1. Bagi anak :
Menjadikan anak merasa bahwa Allah SWT selamanya mendengar
bisikan dan pembicaraannya, melihat setiap gerak-geriknya serta
mengetahui apa yang dirahasiakan dan disembunyikan, sehingga
tumbuh kesadaran untuk tidak berbuat kesalahan dan kebohongan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tumbuhnya rasa keterikatan anak dengan orang dewasa,
khususnya orang tua (ayah dan ibu) yang mempengaruhi
perkembangan spiritualnya sehingaga anak pun merasa aman dan
mempercayai lingkungan di sekitarnya.
Membiasakan anak pada tindakan-tindakan yang berpedoman pada
nilai-nilai keberagaman sehingga akan terbentuk kepribadian anak
yang luhur.
2. Bagi Orang Tua :
Memotivasi para orang tua untuk lebih giat dalam membina mental
spiritual anak.
Memberikan informasi kepada orang tua mengenai pembinaan
kecerdasan mental spiritual pada anak.
Menumbuhkan kesadaran orang tua agar merealisasikan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari
16
3. Bagi Guru : Mengetahui teori-teori, faktor-faktor dan langkah-langkah
penanaman nilai-nilai kecerdasan spiritual bagi para peserta didik
dalam proses belajar mengajar.
4. Bagi Lembaga :Merealisasikan teori-teori kecerdasan spiritual dengan
melakukan pembinaan dan pelatihan SQ di lembaganya .
F. Metodologi Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan, penulis menggunakan penelitian
kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
membaca, mempelajari, dan meneliti buku- buku, kitab-kitab, majalah, surat
kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi ini.
Adapun data-data yang digunakan pada penelitian ini dibagi dalam dua
kategori, yaitu :
1. Sumber data primer
a. Buku Emotional Spiritual Quotient (ESQ), karangan Ary Ginanjar
Agustian terbitan Arga Cet IV tahun 2001
Buku rujukan ini memberi inspirasi penulis untuk memilih judul
dalam penulisan skripsi ini. Buku ini pun menjelaskan tentang arti
pentingnya kecerdasan spiritual (SQ), teori yang diungkapkan dalam
buku ini selalu dihubungkan dengan penglaman-pengalaman dan
contoh-contoh hidup. Sehingga isinya mudah ditangkap. Buku
Emotional Intelligence, karangan Daniel Goleman dengan alih bahasa
T. Hermaya terbitan PT Gramedia Pustaka Utama. Cet IX tahun 1999
b. Buku Kecerdasan Ruhiyah, (Trancendental Intelligence) karangan
K.H. Toto Tasmara terbitan Gema Insani Press. Cet I tahun 2001
Buku ini berisikan tentang pentingnya kecerdasan ruhiah,
kecerdasan ruhiah bertumpu pada ajaran cinta (mahabbah) dalam hal
ini, kecerdasan ruhiah dapat dikaitkan dengan kecerdasan spiritual.
Dan, cinta yang dimaksudkan dalam buku ini adalah keinginan untnk
memberi dan tidak memiliki pamrih untuk memperoleh imbalan.
Tetapi sebuah kepedulian yang sangat kuat terhadap moral agama
17
(spiritual) dan kemanusiaan. Cinta berarti kemampuan untuk membuka
pintu pemaafan serta jauh dari sikap dendam dan benci. Mereka yang
cerdas secara ruhaniah itu adalah tipikal jiwa yang tenang (nafsul
muthma’innah), karena mereka sadar bahwa hidup hanyalah kedipan
mata, bergerak, kemudian diam, gemuruh lantas senyap, hidup untuk
mengabdi kepada Allah SWT.
c. Buku Emotional Intelligence, karangan Daniel Goleman dengan alih
bahasa T. Hermaya terbitan PT Gramedia Pustaka Abadi Utama. Cet
IX tahun 1999.
Buku ini berisikan tentang kesanggupan untuk mengendalikan
dorongan emosi, untuk membaca perasaan terdalam orang lain, hal ini
sangat terkait dengan kecerdasan spiritual. Warisan genetik memberi
kita serangkaian muatan emosi tertentu yang menentukan tempramen
kita. Tetapi, jaringan otak yang terlibat sangat mudah dibentuk-bentuk,
karena tempramen bukanlah takdir. Kecerdasan emosi dapat
meningkat dan terus ditingkatkan sepanjang kita hidup.12 Kemudian
sebuah pertanyaan, mekanisme pelatihan apa yang mampu
memberikan suatu pelatihan kecerdasan emosi yang bisa berjalan
seumur hidup, atau pelatihan jenis apa yang bisa didapatkan pada
lembaga training modern saat ini. Karena pada umumnya sejumlah
training yang dilakukan memberi implikasi sesaat, dan relatif terbukti
bahwa pelatihan sesingkat itu tidak banyak memberikan arti dalam
pembentukan karakter. Sedangkan kecerdasan spiritual adalah
kemampuan memberi makna ibadah dalam setiap perilaku dan
kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran
tauhid (integralistik), serta berprinsip hanya karena Allah SWT13
12 Goleman Emotional Intelligence, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 1999). Cet IXh. 286
13 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual ESQ,( Jakarta : Agra , 2001) Cet. Ke-1, h. 57
18
d. Buku Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, karangan DR.
Makmun Mubayidh terjemahan Muhamad Muchson Anasy, S.HI,
terbitan Pustaka Al-Kautsar tahun 2006
Buku ini menyajikan tentang peran orang tua dalam mengarahkan
dan meningkatkan potensi dan kecerdasan spiritual anak yang telah
Allah SWT karuniakan pada diri anak tersebut. Dalam buku ini juga
mengkaji tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua dalam
membina kecerdasan spiritual anak dalam keluarga.
e. Buku Agar Anak tidak Durhaka, karangan As’ad Karim al-Faqi
terbitan Gema Insani, Cet II tahun 2006
Kajian dalam buku ini tentang bagaimana mewujudkan pendidikan
islam bagi anak sejak dini, agar kelak mereka tidak menjadi anak yang
durhaka kepada orang tuanya.
2. Sumber data sekunder
a. Buku Ilmu Jiwa Agama, karangan DR Sururin, M.Ag terbitan PT Raja
Grafindo Persada. Cet I tahun 2004
b. Buku The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiaasaan Manusia
yang sangat Efektif) karangan Stephen R. Covey dengan alih bahasa
Drs. Budijanto terbitan Binarupa Aksara. Cet I tahun 1997
c. Buku Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, karangan DR. Ahmad
Tafsir terbitan PT Remaja Rosda Karya. Cet IV tahun 2004
d. Buku Filsafat Pendidikan Islam, karangan Prof DR. H. Abuddin Nata,
MA terbitan PT Logos Wacana Ilmu. Cet IV tahun 2001
e. Buku Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, karangan Hasbullah, Ed Revisi
terbitan PT Raja Grafindo Persada tahun 2006
f. Majalah Tarbawi, edisi 198 th.10, Rabiul Awal ; 1430 H 5 Maret 2009
g. Majalah Noor No. 02/TH.VI/Februari 2008
h. Sumber-sumber lain yang berkaitan
19
Sedangkan pengelohan data yang telah diperoleh menggunakan metode
komperatif, deduktif dan induktif 14.
1. Komperatif : Membandingkan beberapa pendapat, gunanya untuk
mencari kebenaran serta kesempurnaan dalam penulisan.
2. Deduktif : Menarik kesimpulan dari keadaan yang bersifat umum
kepada hal yang bersifat khusus
3. Induktif : Mempelajari suatu hal untuk menentukan hukum yang
bersifat umum
G. Sistematika Penulisan
Untuk membentuk jalan pikiran yang sistematis, oleh karena itu
pembahasan pada skripsi ini terdiri dari bab-bab dan sub bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, penjelasan judul, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : pada bahasan ini berisikan pengertian peranan orang tua,
kedudukan orang tua, dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga.
BAB III : Dalam bab ini berisikan tentang pengertian kecerdasan spiritual
dan kecerdasan spiritual pada anak
BAB IV: Pada bab ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan spiritual, langkah-langkah pembinaan kecerdasan spiritual dan
pentingnya membina kecerdasan spiritual anak dalam keluarga.
BAB V : Saran dan Kesimpulan
14 Safurrahaman Nawaw & Drs. Ahmad Zayadi, Petunjuk Praktis Menulis Karya Ilmiah,(Ponorogo : Darussalam Press 1994) cet. II h. 16
20
BAB II
PERANAN ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK DALAM
KELUARGA
A. Pengertian Peranan Orang Tua Pada Pendidikan Anak
Peranan berasal dari kata dasar "peran" yang ditambahkan akhiran an,
peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama
yang dilakukan.15
Orang tua memiliki arti ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua
(cerdik, pandai, dan para ahli).16 Dengan demikian yang dimaksud dengan
peranan orang tua adalah tugas utama yang harus dilaksanakan ayah dan ibu
kandung.
Peran utama dari orang tua yaitu mendidik anaknya agar kelak menjadi
anak yang baik dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Mendidik anak
adalah membantu dengan sengaja pertumbuhan anak dalam mencapai
kedewasaannya.17 Karena pada diri anak terdapat kesatuan jasmani dan rohani,
sekurang-kurangnya bantuan pertumbuhan jasmani ini sudah dapat diberikan
sejak anak masih di dalam kandungan. Bantuan ini dapat berwujud makanan ibu
yang diusahakan sehat dan lengkap, artinya begizi tinggi dan mengandung zat-zat
15 Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998),Cet.II, h. 667
16 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarata : Balai Pustaka, 1982), h.688
17 Drs R.I Suhartin Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini (Jakarta, Baatara,1980) h. 1
21
yang berguna secara lengkap. Kekurangan zat-zat itu akan mengakibatkan si anak
“menyedot” bagian-bagian tubuh si ibu. Misalnya, apabila si ibu kurang makan
zat kapur, bayi akan “menyedot” zat kapur dari ibunya. Tidak jarang gigi itulah
yang menjadi sasaran, sehingga mudah keropos. Di samping itu, usahakan jangan
sampai si ibu menderita sakit atau berpenyakit, lebih-lebih rahimnya. Dengan
usaha-usaha ini diharapkan anak akan lahir dengan kondisi tubuh yang sehat.
Dengan demikian bantuan pertumbuhan jasmani sudah dapat diberikan
sejak anak masih berada dalam kandungan. Sedangkan bantuan pertumbuhan
rohani juga dapat diberikan, namun bantuan yang diberikan secara langsung
belum dapat dilakukan, tetapi bantuan yang dapat dilakukan bersifat tidak
langsung. Bayi yang ada dalam kandungan itu sudah dapat bereaksi terhadap
rangsangan yang datang dari si ibu, misalnya kejutan pihak ibu atau perasaan-
perasaan yang amat tertekan. Oleh karena itu, disarankan selama ibu mengandung
hendaknya selalu dalam keadaan tenang dan sejahtera. Di samping itu, karena
manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani, kesehatan jasmani dan rohani
yang baik memungkinkan kesehatan rohani yang baik pula. Apabila jasmaninya
sehat, dapat diharapkan jiwanya akan sehat pula.18 Terutama ketika mengandung
diusahakan agar orang tua terutama si ibu agar membiasakan membaca Al Quran,
shalawat dan dzikir sesering mungkin.
B. Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Anak
Pendidikan yang didapatkan seorang anak di dalam lingkungan keluarga
sangat penting, karena pendidikan yang didapatkannya banyak sedikit
menentukan masa depan anak itu sendiri.
Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada anak, salah
satunya yaitu dengan cara memberikan perhatian pada anak dengan tidak
18 Drs R.I Suhartin Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini (Jakarta, Batara,1980),…, h. 2
22
mengikat dan membatasi ruang gerak atau aktivitas anak. Orang tua berhak dalam
memberikan perhatiannya kepada anak, orang tua juga harus menyadari bahwa
anak pasti akan merasakan dan memerlukan apa yang menjadi kebutuhan dalam
hidupnya, baik itu kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah. Kebutuhan
ini dapat digolongkan depada 2 golongan pokok, yaitu;
a. Kebutuhan fisik (jasmaniah) yang primer, seperti makan, minum,
dan lain sebagainya
b. Kebutuhan fsikhis dan social (rohaniah) yang skunder.19
Keluarga merupakan persekutuan terkecil dari masyarakat negara yang
luas. Keluarga adalah lapangan pendidikan yang pertama kali, dan pendidiknya
adalah orang tua. Ayah dan ibu merupakan pendidik kodrati yang diberi anugerah
oleh Allah SWT berupa naluri kasih sayang, dengan naluri tersebut mereka
merasa bertanggung jawab untuk memelihara, merawat, mengawasi,
membimbing, serta melindunginya.20
Kebutuhan fisik (jasmaniah) merupakan kebutuhan yang sangat penting
dan harus diperhatikan demi untuk memperhatikan dan demi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup, jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi maka akan hilanglah keseimbangan tubuh.
Sedangkan kebutuhan psikhis (ruhaniah) merupakan kebutuhan yang
berhubungan dengan psikhis yang mana semuanya harus dipenuhi, jika tidak
maka akan mengkibatkan kegelisahan dalam diri seseorang dan perasaan yang
tidak enak.
Adapun kebutuhan - kebutuhan manusia diantaranya;
a. Hemeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan.
b. Regulasi temperatur, yaitu penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi
kebutuhan akan perubahan temperatur badan.
c. Tidur
19 Zakiah Darajat. Pendidikan Islam Dalam Islam Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta :Bulan Bintang , 1975). Cet III, h. 13.
20 Sri Harini & Aba Firdaus al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta : KreasiWacana, 2003), Cet. I, h. 35
23
d. Lapar
e. Seks, yaitu kebutuhan yang timbul dari dorongan mempertahankan jenis,
kebutuhan ini sebagai kebutuhan vital pada manusia sehingga sering
mendatangkan pengaruh negatif.
f. Melarikan diri, yaitu kebutuhan manusia akan perlindungan dan
keselamatan jasmani dan rohani.
g. Pencegahan, yaitu kebutuhan manusia untuk mencegah terjadinya reaksi
melarikan diri
h. Ingin tahu
i. Humor, yaitu kebutuhan untuk mengendorkan beban kejiwaan yang
dialaminya.21
Dalam keragaman dan perbedaan kebutuhan-kebutuhan jiwa manusia yang
banyak itu, ada juga kebutuhan jiwa yang dirasakan oleh setiap orang, yaitu
kebutuhan-kebutuhan yang akan mendorong serta mengendalikan perbuatan dan
tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kebutuhan-kebutuhan
tersebut yaitu kebutuhan rasa kasih sayang, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa
dilindungi.
Menurut pendapat al-Ghazali orang tua dikatakan sebagai pendidik anak,
sebab anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara
cemerlang, bersih dari segala gambaran, ia mampu menerima segala yang
dicondongkan kepadanya, maka bila anak dibiasakan ke arah kebaikan jadilah ia
pribadi yang baik, tetapi bila terbiasa dengan keburukan, celaka dan rusaklah
pribadinya.22
Di samping orang tua memiliki kekuasaan untuk mendidik, mereka juga
mempunyai tugas kekeluargaan yakni memelihara keselamatan kehidupan anak
baik moril maupun materil. Jadi keluarga tidak hanya menjadi persekutuan hidup
antara orang tua dan anak, tetapi juga menjadi pendidik pertama bagi
21 Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997). Cet - II, h. 80-84
22 H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah &Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 72
24
perkembangan rohani maupun jasmani. Pendidikan yang pertama kali ini akan
membawa pengaruh yang signifikan dalam perjalanan hidup selanjutnya.
Orang tua merupakan pembentuk pribadi pertama dalam hidup anak, baik
sikap dan cara hidup mereka. Hal ini ialah unsur-unsur pendidikan yang tidak
langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam kepribadian anak yang sedang
tumbuh. Oleh karena itu kehidupan keluarga memiliki pengaruh yang paling
mendasar bagi perkembangan anak.
Berikut ini beberapa fungsi dan peranan kedudukan orang tua dalam
mendidik anak dalam keluarga23
a. Pengalaman Pertama Masa Kanak-kanak
Di dalam keluargalah anak didik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus
disadari dan dimengerti oleh keluarga, bahwa anak dilahirkan di dalam
lingkungan keluarga yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri
dari ikatan keluarga.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang
merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan
keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di
dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, bahwa pendidikan keluarga adalah
yang pertama dan utama. Pertama, maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia
disebabkan kedua orang tuanya. Mengingat orang tua adalah orang dewasa, maka
merekalah yang harus bertanggung jawab terhadap anak. Kewajiban orang tua
tidak hanya sekedar memelihara eksistensi anak untuk menjadikannya kelak
sebagai seorang pribadi, tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu
yang tumbuh dan berkembang.
Sedangkan utama, maksudnya adalah bahwa orang tua bertanggung jawab
pada pendidikan anak. Hal itu memberikan pengertian bahwa seorang anak
dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan penuh ketergantungan
23 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006)h. 39
25
dengan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa bahkan tidak mampu menolong
dirinya sendiri.
b. Menjamin Kehidupan Emosional Anak
Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang diliputi rasa cinta dan
simpati yang sewajarnya, suasana yang aman dan tenteram, suasana percaya
mempercayai.
Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional,
spiritual dan kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau berkembang
dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dan anak
didik, selain itu pun orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik, sehingga
hubungan tadi dapat berjalan baik dengan didasarkan atas rasa cinta dan kasih
sayang yang murni.
Kehidupan spiritual dan emosional ini merupakan salah satu faktor yang
terpenting dalam membentuk pribadi anak. Berdasarkan penelitian, terbukti
adanya kelainan-kelainan di dalam perkembangan pribadi individu yang
disebabkan aleh kurang berkembangnya kehidupan emosional ini secara wajar,
antara lain sebagai berikut.24
1. Anak-anak yang sejak kecil dipelihara di rumah yatim piatu, panti asuhan
atau di rumah sakit, banyak mengalami kelainan-kelainan jiwa seperti
menjadi anak yang pemalu, agresif dan lain-lain yang pada mulanya
disebabkan kurang terpenuhinya rasa kasih sayang, yang sebenarnya
merupakan bagian dari emosional anak.
2. Banyaknya terjadi tindak kejahatan atau kriminal, dan penelitian
menunjukkan, bahwa tumbuhnya kejahatan tersebut karena kurangnya rasa
kasih sayang yang diperoleh anak dari orang tuanya. Penyebabnya
kesibukan orang tua, suasana yang tidak religius, broken home dan
sebagainya.
c. Menanamkan Dasar Pendidikan Moral
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral
bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai
24 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,...,h.
26
teladan yang dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa:
“Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan keadaan jiwa yang
pada umumnya sangat berfaedah untuk berlangsungnya pendidikan, teristimewa
pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam hidup keluarga dalam sikap kuat
dan murni, sehingga tak dapat pusat-pusat pendidikan lainnya menyamainya.”25
Memang biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak.
Teladan ini melahirkan gejala identifikasi positif, yakni penyamanan diri dengan
orang yang ditiru, dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukan
kepribadian. Segala nilai yang dikenal anak akan melekat pada orang-orang yang
disenangi dan dikaguminya, dan dengan melalui inilah salah satu proses yang
ditempuh anak dalam mengenali nilai.
d. Menberikan Dasar Pendidikan Sosial
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat penting dalam
peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga
merupakan lembaga sosial resmi yang minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat
dibentuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa
tolong-menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau
tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian, kebersihan
dan keserasian dalam segala hal.26
e. Peletakan Dasar-dasar Keagamaan (spiritual)
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, di samping
sangat menentukan dalam menanamkan dasar-dasar moral, yang tak kalah
pentingnya adalah berperan besar dalam proses internalisasi dan transformasi
nilai-nilai spiritual (keagamaan) ke dalam pribadi anak.
25 Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Karya Ki Hajar Dewantara Bagian I,(Yogyakarta, 1962), h. 71. dikutip Soewarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta, AksaraBaru, 1985), h. 69
26 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2006),..., h. 45
27
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-
dasar hidup beragama. Dalam hal ini tentu saja terjadi pada keluarga. Anak-anak
seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk menjalankan
ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah keagamaan, kegiatan
seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Kenyataan
membuktikan, bahwa anak yang semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-
hal yang berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama
orang tua ke masjid atau tempat ibadah untuk melaksanakan ibadah,
mendengarkan khutbah atau ceramah-ceramah dan sebagainya, maka setelah
dewasa mereka itupun tidak ada perhatian terhadap hidup keagamaan. Kehidupan
dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk mengalami
suasana hidup keagamaan.
C. Tangung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Pendidikan anak pada dasarnya merupakan tanggungjawab orang tua,
karena orang tua merupakan tempat awal kehidupan bagi seorang anak, dan orang
tua adalah orang dewasa yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara
alami anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah keluarga.
Syariat Islam membebankan kepada orang tua tanggung jawab ini karena anak-
anak akan mewarisi akhlak orang tuanya dan sifat-sifat mereka secara umum. Hal
itu terjadi karena orang tua merupakan pihak pertama yang mendidik mereka,
sehingga pengaruh orang tua akan amat besar dan penting bagi anak- anak.27
Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya
meliputi hal-hal berikut.28
a. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih sayang yang menjiwai hubungan
orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yang ikhlas dan murni akan
mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk
mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya
27 As’ad Karim al- Faqi, Agar Anak tidak Durhaka (Jakarta, Gema Insani, 2005). Cet I h.43
28 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006)h.,,,.44 - 46
28
b. Pemberian motivasi kewajiban moral dan spiritual sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Adanya tanggung jawab moral
ini meliputi nilai-nilai agama atau spiritual, penanaman sikap beragama sangat
baik pada masa anak-anak. Pada masa anak-anak (usia 3 sampai 6 tahun)
seorang anak memiliki pengalaman agama yang asli dan mendalam, serta
mudah berakar dalam diri dan kepribadiannya. Hal tersebut merupakan faktor
yang sangat penting melebihi yang lain, karena pada saat itu anak mempunyai
sifat wordering atau heran sebagai salah satu faktor untuk memperdalam
pemahaman spiritual reality.
Pada periode ini peranan orang tua dirasakan sangat penting melalui
pembiasaan, misalnya orang tua sering mengajak anak-anaknya ke tempat-
tempat ibadah, sebagai penanaman dasar yang akan mengarahkan anak pada
pengabdian yang selanjutnya, dan mampu menghargai kehadiran agama dalam
bentuk pengalaman dan pengamalan dengan penuh ketaatan.
Dengan demikian penanaman agama (spiritual) yang dimiliki anak sejak kecil
ini betul-betul tertanam dan berkesan pada dirinya.
c. Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya akan
menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan negara.
Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab
kekeluargaan yang dibina oleh darah, keturunan dan kesatuan keyakinan.
Terjalinnya hubungan antara orang tua dengan anak berdasarkan rasa kasih
sayang yang ikhlas, dan kesediaan mengorbankan segala-galanya hanya untuk
melindungi dan memberikan pertolongan kepada anak dalam membimbing
mereka agar pertumbuhan dan perkembangannya menjadi sempurna,
sebagaimana yang diharapkan. Begitu juga diharapkan dapat melatih sikap
mandiri dan mampu mengambil keputusan sendiri serta stabil dalam
kehidupannya.
Demikianlah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar-dasar
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, terutama dalam konteks pendidikan.
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-
menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang
29
dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tapi telah
didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman.
Adapun pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut
Zakiyah Darajat dan kawan-kawan sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai
berikut :
1. memelihara dan membesarkan anak, ini adalah bentuk yang paling
sederhana dari tanggungjawab setiap orang tua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup
manusia.
2. melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun
rohaniah dari berbagai gangguan-gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan
falsafah hidup dan agama yang dianutnya.
3. memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan
seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.
4. membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim.29
Adapun bentuk pendidikan yang perlu disadari dan dilaksanakan oleh
orang tua terhadap anaknya antara lain adalah :
a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan karena anak memerlukan makan,
minum, dan perawatan agar ia dapat hidu secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik jasmani dan rohani dari
gangguan berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
berguna bagi hidupnyam, sehingga apabila telah dewasa ia mampu berdiri
sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan kkhalifahannya.
29 Zakiah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Logos. 1999). Cet –I h. 38
30
d. Memberikan bekal kepada anak untuk kehidupan di dunia dan akhirat
berupa pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai
tujuan akhir hidup muslim.30
Dari macam-macam bentuk tanggung jawab orang tua dalam pendidikan
anak di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan yang diberikan oleh orang tua
kepada anak hendaknya berwawasan pendidikan manusia seutuhnya meskipun
dalam bentuk penanaman dasar-dasar, sehingga dalam pelaksanaan tanggung
jawab tersebut secara tidak langsung dapat mencapai tujuan yang diinginkan
sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berbunyi sebagai berikut “ Berekembangnya potensi
peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dam
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertangung jawab”.31
Pendidikan yang telah diberikan orang tua kepada anak akan membawa
suatu pengaruh, dan besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung kepada anak
yang bersangkutan, serta cara orang tua dalam memberikan pendidikan yang
berlangsung.
Sedangkan menurut pendapat Abdullah Ulwan, tanggung jawab utama
orang tua dalam pendidikan anak ialah pendidikan jasmaniah dalam bentuk
pemenuhan nafkah, yaitu penyediaan pangan, sandang dan papan yang baik agar
anak tumbuh sehat dan kuat.32
Namun pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak hendaknya
tidak hanya dalam bentuk pendidikan jasmaniah saja tetapi juga pendidikan
rohaniah, meskipun Ulwan sendiri lebih menekankan pada pendidikan jasmani,
tetapi dari segi kepentingan pendidikan bagi anak tidak mengutamakan satu
bentuk pendidikan atas dasar pendidikan yang lainnya. Ulwan juga berpendapat
bahwa tanggungjawab pendidikan anak terdiri dari :
30 H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet-I, h. 6431 Asarorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis Atas
Lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta : elSAS, 2006), Cet. I, h. 1432 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos. 1999). Cet ke I, h. 90
31
a. Pendidikan iman, yang dimaksud dengan pendidikan iman disini adalah
mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun islam, dan dasar-dasar
syariah, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu.
b. Pendidikan moral, yang dimaksud dengan pendidikan moral adalah
pendidikan tentang prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak
(tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa
pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf yakni siap mengarungi lautan
kehidupan.
c. Pendidikan fisik (jasmani), pendidikan fisik disini dimaksudkan agar anak-
anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan
bersemangat.
d. Pendidikan rasio (intelektual), yang dimaksud dengan pendidikan rasio
adalah membentuk (pola) pikir anak dengan segala sesuatu yang
betmanfaat, seperti ilmu agama, kebudayaan dan peradaban. Dengan
demikian, pikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan dan
sebagainya.
e. Pendidikan psikhis (jiwa), yang dimaksud dengan pendidikan kejiwaan
adalah mendidik anak supaya bersikap berani terbuka, mandiri, suka
menolong, bias mengendalikan amarah dan senang pada seluruh bentuk
keutamaan jiwa dan moral secara mutlak.33
f. Pendidikan sosial, yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah
mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan prilaku sosial yang
baik, dasar-dasar kejiwaan yang mulia dan bersumber pada akidah
Islamiyah yang kekal dan perasaan keimanan yang mendalam, agar
ditengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berprilaku yang
baik, keseimbangan akal yang matang dan bijaksana.
g. pendidikan seksual, yang dimaksud dengan pendidikan seksual adalah
upaya pengajaran penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah
yang seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah-masalah yang
33 Abdullah Nashib Ulwan, pendidikan Anak Dalam Islam. Terjemahan Jamaluddin Miri(Jakarta : Pustaka Amanah, 1998), h. 151-595
32
berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Hal ini dimaksudkan agar
jika anak telah tumbuh dewasa, ia telah mengetahui masalah-masalah yang
diharamkan dan yang dihalalkan.34
34 Abdullah Nashib Ulwan, pendidikan Anak Dalam Islam. Terjemahan Jamaluddin Miri(Jakarta : Pustaka Amanah, 1998), h. 151-595
33
BA B III
M EM BIN A K ECERDA SAN SPIRITUAL AN AK
A. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata
kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna
perkembangan akal budi untuk berpikir dan mengerti.35 Sedangkan spiritual
berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa latin yaitu spritus yang berarti
nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada energi batin yang non jasmani
meliputi emosi dan karakter.36 Dalam kamus psikologi spirit adalah sustu zat atau
makhluk immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut aslinya, yang diberi
sifat dari banyak ciri karekteristik manusia, kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas
energi disposisi, moral atau motivasi.37
Danah Zohar dan Ian Marshal mengatakan bahwa:
"kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi perilaku atauhidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasanuntuk menilai bahwa hidup seorang lebih bermakna bila dibandingkandengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untukmemfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan SQ merupakankecerdasan tertinggi manusia".38
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan yang paling tinggi, bahkan kecerdasan inilah yang dipandang berperan
35 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta BalaiPustaka, 1993) Cet. Ke-2, h. 186
36 Toni Buzan, kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual,terjemahan Ana Budi Kuswandi, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) Cet. Ke-1, h. 6
37 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pres, 1989 ) Cet. Ke-1, h. 48038 Danah zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam
Integralistik dan Holistik Untuk Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2001) Cet ke-II, h.4
34
memfungsikan kecerdasan IQ dan EQ. sebelum kecerdasan ini ditemukan, para
ahli sangat bangga dengan temuan adanya IQ dan EQ, sehingga muncullah suatu
paradigma di masyarakat bahwa otak itu adalah segala-galanya, padahal nyatanya
tidaklah demikian.
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan
kecerdasan piritual adalah kemampuan yang sempurna dari perkembangan akal
budi untuk memikirkan hal-hal di luar alam materi yang bersifat ketuhanan yang
memancarkan energi batin untuk memotivasi lahirnya ibadah dan moral.
Kekuatan spiritual atau ruhiyah yang terdapat dalam diri seseorang
merupakan kekuatan yang besar dan dahsyat. Kekuatan ruhiyah ini bahkan
menjadi kekuatan penghubung antara manusia dan Allah SWT sebagai khalik".39
Sementara itu kekuatan jasadiyah yang ada pada manusia sangat terbatas. Ia
hanya mengetahuai apa yang diketahuai oleh panca indera saja. Demikian pula
halnya dengan kekuatan akal yang dibatasi oleh waktu dan tempat. Kekuatan
spiritual ini tidak pernah dibatasi oleh apapun.
Islam sangat memperhatikan sekali tentang kekuatan ruhiyah atau spiritual
ini. Kekuatan ini merupakan sentral bagi manusia. Hal tersebut juga merupakan
kekuatan penghubung yang bisa menghubungkan manusia dan Allah SWT. Islam
memiliki cara sendiri dalam melakukan pendidikan ruhiyah ini, yaitu dengan cara
mengintensifkan komunikasi dengan Allah SWT setiap saat.
Selanjutnya Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah pada setiap perilaku
dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik),
serta berprinsip hanya karena Allah SWT.40
Dengan demikian berarti orang yang cerdas secara spiritual adalah orang
yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan sebagai manifestasi dari
aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari dan berupaya mempertahankan
39 Khalid Ahmad Syantut, Melejitkan Potensi Moral Spritual Anak, (Bandung : Syamil,2007), h. 90
40 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & SpiritualESQ,…57
35
keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupannya, sebagai wujud dari
pengalamannya terhadap tuntutan fitrahnya sebagai makhluk yang memiliki
ketergantungan terhadap kekuatan yang berada di luar jangkauan dirinya yaitu
sang maha pencipta.
Kebutuhan akan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan
keyakinan, mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama, serta untuk
menyeimbangkan kemampuan intelektual dan emosional yang dimiliki seseorang,
sehingga dengan kemampuan ini akan membantu mewujudkan pribadi manusia
seutuhnya.
Untuk keperluan ini perlulah kiranya Allah SWT mengutus seorang Rasul
yaitu Muhammad SAW untuk mengajarkan mereka kitab (al-Quran) dan hikmah,
sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya Q.S. Al- jum'ah, 62:2
" Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (AsSunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalamkesesatan yang nyata".
Spiritual dalam Islam identik dengan kecerdasan ruhaniyah yang pada
dasarnya tahap pencerdasan ruh ini dapat kita mulai sejak pra kehamilan, dan
dapat terus kita bangun sejak balita hingga dewasa.
Setiap pemeluk agama yang memiliki eksistensi Allah SWT selaku
penciptanya, maka pada dirinya tumbuh spiritualitas tersebut. Keinginan
mempertahankan keyakinan dalam diri dalam kehidupan ini ada yang mengatur
dan mengendalikannya, itupun cabang dari spiritualitas. Pengabdian diri
seutuhnya terhadap Ilahi merupakan hasil dari kerja keras spiritual yang
membumi pada setiap jiwa. Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa
spiritualitas menjadi "pusat aktifitas" setiap manusia. Segala perilaku pada
akhirnya harus dipersepsikan sebagai serpihan spiritualitas, baik maupun jahat.
36
Hanya saja, evaluasi baik dan jahat dengan sendirinya itu akan terkontiminasi oleh
perilaku sosiologis suatu masyarakat, sehingga serpihan spiritual akan mengerucut
dan mengumpul dalam kehidupan manusia. Maka, yang baik di suatu tempat
tertentu belum tentu baik di tempat lain, lantaran semua lini historis dan sosiologis
manusia memiliki serpihan "pengalaman suci" yang bebeda-beda pula.
Dalam memahami spiritual ini, sains pun tidak bisa berdiri sendiri. Sains
tetap membutuhkan instrument-instrument, lantaran lain dari yang kelihatan, atau
yang luar biasa. Ada dua instrument yang lazim digunakan dalam dunia spiritual
ini yang satu bersifat kolektif dan lainnya bersifat privasi. Yang bersifat kolektif
itu bagi suku, masyarakat, peradaban, atau tradisi adalah instrument wahyu yang
ada dalam teks suci, sedangkan bagi masyarakat yang tidak kenal baca tulis
(primitif), instrument yang digunakan adalah mitos yang termuat dalam legenda-
legenda mereka. Jika seseorang dibesarkan dalam tradisi tulis baca yang
mengajarkan gambaran antropomorfis Tuhan yang berasal dari teks-teks suci, ia
niscaya menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang muncul dari pemahaman
bawah sadarnya tentang teladan-teladan spiritual. Ini terjadi karena pada akhirnya
petualangan manusia, ternyata roh (dimensi Ilahiyah yang terdapat dalam diri
manusia) dan yang tidak terbatas (dimensi Ilahi yang terdapat dalam finalitas
transpersonal Tuhan) identik41
Ketika dimensi roh berfungsi seoptimalnya, meskipun kita mendapati
tubuh yang kasar, kepribadian kemanusiaan, hubungan dan tanggung jawab yang
sama seperti sebelumnya, perjalanan atau kebiasaan ini telah berubah secara
dramatis, kesadaran menjadi lensa mendapati Tuhan memandangi dunia fisik
sehingga "kita" menjadi mata yang melaluinya Tuhan "melihat" sehingga Tuhan
melihat, maka penglihatan kita adalah penglihatan Ilahi. Dalam perumpamaan ini
terkandung esensi tasawuf.
Kisah tentang turunnya setiap jiwa ke dalam eksistensi, pengalamannya
dalam penderitaan yang diakibatkan oleh perpisahan dari keberadaannya yang
sejati, dan perjalanan kembali serta kesadarannya kembali kepada hakikat
41 Sayyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dalam Alam; Jembatan Filosofis danReligius Menuju Puncak Spiritual,…,h. 10
37
Ilahiyah. Sebab sejak jiwa mendapatkan bentuk fisiknya, kenangan akan
lingkungan samawi tempat ia berasal menjadi kabur, yang teringat hanyalah hal-
hal yang terjadi pada diri sejak dilahirkan. Tetapi pengetahuan yang hilang
mengenai alam semesta tetap tersimpan di alam bawah sadar. Seperti pakar
arkeologi yang menggali-gali berlapis-lapis batuan, dapat diketahui kembali
pengetahuan itu dengan memperdalam dan memperluas kesadaran melalui shalat,
meditasi, dan pemujaan. Dapat dirasakan bagaimana kesadaran sebelum lahir
ketika kita melihat cahaya di mata seorang bayi.42
Sesungguhnya rahasia tasawuf adalah beralih dari sudut pandang pribadi
yang sempit ke sudut pandang Ilahi. Secara sederhana, keberadaan kita terdiri dari
dua kutub kesadaran, diri individual yang pribadi sifatnya dan diri Ilahi yang lebih
mulia. Di dalam kutub dimensi kesadaran pribadi itulah mengalami kendala dan
batasan. Sementara kita mengira bahwa keadaan merupakan penyebab frustasi ini.
Penyebab yang sesungguhnya adalah tidak sadar akan diri yang lebih mulia. Jadi
tujuan meditasi trans-personal dari keberadaan ini.
Dari penjelasan ini, dapat dipahami bahwa spiritualitas adalah bagian dari
tasawuf yang mengharapkan lahirnya kesadaran pribadi akan hakikat diri yang
sesungguhnya. Manusia itu adalah "serpihan" Ilahi sebenarnya. Artinya semakin
disadari dan dihayati hakikat diri, semakin tahu dan kenal akan Tuhan.
Menghadirkan Tuhan ke dalam setiap diri memang sangat tidak rasional menurut
pandangan ilmiah, tetapi hal itu harus didorong oleh keyakinan yang dalam bahwa
seluruh aktifitas adalah gerakan kekuatan yang ditransfer-Nya. (dari kekuatan
absolut). Setiap manusia yang memiliki kemampuan transendental, maka
kehidupannya adalah jelmaan dari hidup-Nya. Sehingga disanalah kepantasan
manusia menyandang gelar makhluk mulia yang dibekali dengan pengalaman suci
dan fitrah beragama semenjak ia dari kandungan ibunya.
Maka makna hidup manusia dengan demikian terletak pada tingkat
spiritualitas yang dimilikinya. Ada sebagian manusia berpendapat bahwa yang
dicapai dalam proses pembinaan spiritualitas tersebut itulah Tuhan yang
42 Pir Vilayat Inayat Khant, Membangkitkan Kesadaran Spiritualitas, terjemahanRahmain Astuti, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2002) cet. Ke-1, h. 17.
38
sebenarnya. Bahkan sebagai tenaga penggerak untuk membentangkan celah dari
masa lalu ke masa depan, merupakan bagian dari proses yang berlangsung selama
milyaran tahun dan masih berlangsung hingga sekarang, dengan itu alam semesta
terus membentuk debu-bintang menjadi manusia. Perencanaan alam semesta
adalah menyadari akan pengaruh pada penyingkapan penciptaan. Jika perubahan
kuantum dalam kesadaran semacam itu benar-benar terjadi, itu akan mewakili
kemenangan heroik atas determinisme, bukan atas alam, melainkan akan batasan-
batasan pikiran sendiri yang mencegah untuk bekerja secara selaras dengan alam
semesta.
B. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual
Robert A. Emmons sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, ada 5
ciri orang cerdas secara spiritual.43
1. Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material
2. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.
Dua karakteristik di atas disebut sebagai komponen inti kecerdasan
spiritual. Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk
ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisik dan material. Ia
memasuki dunia spiritual, ia mencapai kesadaran kosmis yang
menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta.
3. Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari.
4. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual dalam
menyelesaikan masalah. Anak yang cerdas secara spiritual tidak
memecahkan persoalan hidup hanya secara rasional atau emosional
saja. Ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual.
Ia merujuk pada warisan spiritual yaitu Al Qur'an dan sunnah.
5. Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu memiliki rasa kasih yang tinggi
pada sesama makhluk Tuhan seperti memberi maaf, bersyukur atau
mengungkapkan terima kasih, bersikap rendah hati, menunjukan kasih
sayang dan kearifan, hanyalah sebagai dari kebajikan.
43 www. muthahhari.or.id/doc/artikel/sqnak.htm
39
Menurut Marsha Sinetar, pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
mempunyai kesadaran tinggi yang mendalam, intuisi dan "keakuan" atau
"otoritas” tinggi, kecenderungan merasakan" pengalaman puncak."dan bakat-
bakat (estetis)".44
Dari dua pendapat tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak
yang cerdas secara spiritual akan terlihat dari beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh
anak tersebut. Diantara ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan spiritual adalah:
a. Memilki tujuan hidup yang jelas
Menurut Steven R. Covey seperti yang dikutip oleh Toto Tasmara dalam
bukunya "Kecerdasan Ruhaniyah", visi adalah pengejawantahan yang terbaik dari
imajinasi kreatif dan merupakan motivasi utama dari tindakan manusia. Visi
adalah komitmen (keterikatan, akad) yang dituangkan dalam konsep panjang,
yang akan menuntun dan mengarahkan ke mana ia harus pergi, keahlian apa yang
kita butuhkan untuk sampai ke tujuan, dan bekal apa yang dibutuhkan untuk
mencapai sasaran dan target yang telah ditetapkan.
Seseorang yang cerdas secara spiritual akan memiliki tujuan hidup
berdasarkan alasan-alasan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan baik
secara moral maupun di hadapan Allah SWT pada akhirnya. Dengan demikian
hidup manusia sebenarnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan jasmani saja
seperti makan, minum, tidur, berkasih sayang. Tetapi lebih jauh dari itu, manusia
juga memerlukan kebutuhan rohani seperti mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan cara beribadah yang bertujuan untuk mencapai ketenangan dan
ketentraman dalam hidupnya.
Orang yang memiliki tujuan hidup secara jelas akan memperoleh manfaat
yang banyak dari apa yang telah dicita-citakannya, diantara manfaat tujuan hidup
adalah :
1) Mendorong untuk berfikir lebih mendalam tentang kehidupan
2) Membantu memeriksa pikiran-pikiran yang terdalam
3) Menjelaskan hal-hal yang benar-benar penting untuk dilakukan
44 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta; PustakaPopuler Obor, 2003) Cet. I, h. 46
40
4) Memperluas cakrawala pandangan
5) Memberikan arah dan komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini
6) Membantu mengarahkan dalam kehidupan
7) Mempermudah dalam mengelola potensi dan karunia yang ada
Kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada persepsinya mengenai
tujuan hidupnya. Persepsi tujuan hidup dipengaruhi pula oleh pandangan terhadap
dirinya sendiri, jika seseorang selalu pesimis dalam melakukan aktivitas yang
menjadi tujuannya, maka ia akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Demikian pula sebaliknya, orang yang selalu optimis dalam kehidupannya maka
keberhasilan akan selalu dekat dengannya.
Firman Allah SWT dalam al-Quran surat al-Fushilat 41:46,
"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya)untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat,Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mumenganiaya hamba-hambaNya".
b. Memiliki Prinsip Hidup
Prinsip adalah suatu kesadaran fitrah yang berpegang teguh kepada
pencipta yang abadi yaitu prinsip Yang Esa. Kekuatan prinsip akan menentukan
setiap tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diingginkan,
jalan mana yang akan dipilih, apakah jalan yang benar atau jalan yang salah.
Semua tergantung kepada keteguhannya.
Dalam surat as-Syams 91:8-10
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan danketakwaannya.. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwaitu,. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
Berdasarkan firman Allah SWT di atas, manusia telah diberi potensi yang
mengarah kepada kebaikan oleh Allah SWT, tinggal bagaimana seseorang
41
menjadikan potensi tersebut sebagai bekal untuk senantiasa berpegang teguh pada
prinsip yang benar, yaitu sesuai panggilan hati nuraninya. Orang cerdas secara
spiritual adalah orang yang menyandarkan prinsipnya kepada Allah SWT semata,
dan ia tidak ragu-ragu terhadap apa yang telah diyakininya berdasarkan ketentuan
ilahiah..
Allah SWT berfirman dalam al-Quran 41:30
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turunkepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlahmerasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikanAllah kepadamu".
c. Selalu merasakan kehadiran Allah SWT
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu merasakan kehadiran
Allah SWT, bahwa dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan tidak satupun
yang luput dari pantauan Allah SWT. Dengan kesadaran ini pula, akan lahir nilai-
nilai moral yang baik karena seluruh tindakan atau perbuatannya berdasarkan
panggilan jiwanya yang suci, sehingga akan lahirlah pribadi yang teguh
memegang prinsip keimanannya.
Perasaan selalu merasakan kehadiraan Allah SWT dalam jiwa kita, tentu
saja tidak datang begitu saja tanpa proses terlebih dahulu, tetapi melalui
pembersihan jiwa dengan memperbanyak ibadah-ibadah kepada Allah SWT.
Firman Allah SWT dalam surat Ali Imron ayat 191:
42
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau dudukatau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langitdan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan inidengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".
d. Cenderung kepada kebaikan
Insan yang memiliki kecerdasan spiritual akan selalu termotivasi untuk
menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan
akan menjauhi segala kemungkaran dan sifat yang merusak kepada
kepribadiannya sebagai manusia yang beragama.
Allah SWT berirman dalam surat At Taubah ayat 71:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagianmereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akandiberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi MahaBijaksana".
e. Berjiwa besar
Manusia yang memilki kecerdasan ruhiyah atau spiritual, akan sportif dan
mudah mengoreksi diri atau mengakui kesalahannya. Manusia seperti ini akan
mudah memaafkan dan meminta maaf jika ia bersalah, bahkan ia akan menjadi
karakter yang berkepribadian mendahulukan kepentingan umum dari pada dirinya
sendiri.
Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surat Ali 'Imran ayat 134:
43
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapangmaupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".
f. Memiliki empati.
Manusia yang memiliki kegemilangan spiritual, adalah orang yang peka
dan memiliki perasaan yang halus, suka membantu meringankan beban orang lain,
mudah tersentuh dan bersimpati kepada keadaan dan penderitaan orang lain
C. Karakteristik Anak yang Cerdas Spiritual Quotientnya (SQ)
Anak-anak yang memiliki kecerdasan spiritual, memiliki karakter-karakter
berikut:45
Memiliki kemampuan bersosialisasi: ia sangat fleksibel dalam
berhubungan dengan orang lain. Ia mampu memberikan perhatian pada
mereka. Ia berhasil dalam berbicara dan berdialog dengan mereka.
Memiliki keterampilan tinggi dalam memyelesaikan suatu masalah.
Artinya: ia mampu menganalisa karakter suatu masalah; karena itu ia
menawarkan berbagai solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Selain itu, ia juga mampu melaksanakan solusi yang
ditawarkannya.
Memiliki pribadi yang mandiri: ia memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menghargai diri sendiri, hidup tertib dan terkendali, dan memiliki pribadi
yang merdeka.
Ia memiliki perasaan universal terhadap arah hidup yang ditujunya; ia
memilik rencana masa depannya. Artinya, ia memiliki arah dan tujuan
yang ingin dicapainya dimasa datang. Ia termotivasi untuk memberi,
senang belajar dan mendapatkan keterampilan, konsekuen dalam
menjalankan pekerjaannya, dan bersikap optimis dalam melihat masa
depan.
Barangkali sebagai karakter ini dapat kita rangkum dari ucapan Luqman
45 DR. Makmun Mubayidh Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, terjemahanMuhamad Muchson Anasy, S.HI, (Jakarta Pustaka Al-Kautsar ,2006). Cet I, h. 182
44
Hakim saat menasehati anak-anaknya:
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakanyang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlahterhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasukhal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamudari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumidengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombonglagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan danlunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(Luqman: 17-19)
D. Fungsi Kecerdasan Spiritual
Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang
kuat dengan Allah SWT, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dia
dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah SWT yaitu hati
manusia dijadikan cenderung kepada-Nya.46
Firman Allah SWT dalam surat Al Fushsilat ayat 33:
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyerukepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "SesungguhnyaAku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa kondisi spiritual pada seseorang
berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini. Jika
46 Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ Dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,(Jakarta:Zikrul Hakim, 2005) Cet. I, h. 181
45
spiritual baik, maka ia menjadi orang yang cerdas dalam kehidupan. Untuk itu
yang terbaik adalah memperbaiki hubungan kepada Allah SWT dengan cara
meningkatkan tawa dan menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian
kepadanya. 47
Dari uraian di atas penulis dapat mengungkapkan beberapa fungsi
kecerdasan spiritual antara lain :
D. Mendidik hati menjadi benar
Pendidikan sejati adalah pendidikan hati, karena pendidikan hati tidak
hanya menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual saja tetapi juga
menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang
reflektif dalam kehidupan sehari-hari.
Ada dua metode mendidik hati menjadi benar antara lain :
a. Jika mendefinisikan diri sebagai dari kaum beragama, tentu kecerdasan
spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana kecerdasan spiritual dapat
mendidik hati anak untuk menjalin kemesraan kepada Allah SWT. Sebagaimana
firman-Nya dalam surat ar-Ra'd 13:28
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteramdengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lahhati menjadi tenteram".
Dzikir merupakan salah satu metode kecerdasan spiritual untuk mendidik
hati anak menjadi tenang, tentram dan damai yang berimplikasi langsung pada
ketenangan, kematangan dan sinar kearifan yang memancar dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Implikasinya secara horizontal, yaitu kecerdasan spiritual mendidik hati
dalam budi pekerti yang baik dan moral yang beradab. Di tengah arus
demoralisasi, seperti sikap destruktif, pergaulan bebas, narkoba, maka kecerdasan
spiritual itu sangat efektif dalam upaya mengobati perilaku tersebut dan dapat
menjadi "guidance" manusia dalam menapaki kehidupan menjadi lebih beradab.
47 Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ Dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,…, h.182
46
E. Keceradasan spiritual dapat mengantarkan kepada kesuksesan.48
Seperti hal Rasulullah SAW sebagai seseorang yang terkenal ummi (tidak
bisa baca tulis), namun beliau adalah orang yang paling sukses dalam hidupnya.
Beliau dapat melaksanakan semua yang menjadi tugas dan kewajibannya dengan
baik. Hal ini karena hati dan akal beliau mengikuti bimbingan dan petunjuk Allah
SWT yang diturunkan kepadanya. Setiap langkah yang hendak ditempuhnya
selalu disesuaikan dengan wahyu yang diterimanya, sehingga dapat berakhir
dengan kesuksesan yang cemerlang.
Allah SWT menerangkan hal ini dalam surat an-Najm 52:6
"Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diridengan rupa yang asli".
3. Kecerdasan spiritual membuat manusia memiliki hubungan yang kuat dengan
Allah SWT .
Ini akan berdampak pada kepandaian seseorang untuk berinteraksi
dengan manusia lainnya, karena di bantu Allah SWT yaitu hati manusia
dijadikan cenderung kepada-Nya.49 Jadi kondisi spriritual seseorang itu
berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini. Jika
spiritualnya baik maka ia akan menjadi orang yang paling cerdas dalam
kehidupannya.
4. Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk meraih kebahagiaan hidup
hakiki.50
Kehidupan bahagia merupakan tujuan hidup semua orang. Untuk dapat
meraih kebahagiaan hidup yang hakiki harus dengan cara, yaitu :
a. Cinta. Cinta adalah perasaan yang lebih menekankan kepekaan emosi
dan sekaligus menjadi energi atau tidak, sedikit banyaknya tergantung pada energi
cinta. Misalkan saja seorang pemuda yang sedang dimabuk cinta, meskipun
kondisi tubuhnya sedang lelah, namun ia tetap tampak bersemangat untuk
48 Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 2004), cet. II, h. 2849 Mas Udik Abdullah, Kecerdasan Spiritual ,…, h. 18150 Sukidi, Kecerdasan Spiritual,…,103
47
menemui dan menemani pacarnya. Itulah dorongan cinta yang menggelora dalam
emosinya. Tetapi apabila kecerdasan spiritual telah bagus maka ia tidak mau
untuk menjatuhkan cintanya kepada lawan jenisnya demi kepuasan nafsu semata,
tetapi ia akan lebih mencurahkan rasa cintanya kepada Tuhan yang telah
menciptakannya yaitu Allah SWT. Kunci kecerdasan spiritual untuk meraih
kebahagaian didasarkan cinta kepada sang khalik. Inilah level cinta tertinggi
karena cinta kepada Allah SWT (the love of god) akan menjadikan hidup menjadi
lebih bermakna dan bahagia secara spiritual.
b. Do'a. Doa merupakan bentuk komunikasi spiritual kehadirat Tuhan.
Karena itu manfaat terbesar doa' terletak pada penguatan ikatan cinta antara
manusia dan Tuhan. Doa' juga menjadi bukti bahwa kehadiran Tuhan selalu
menyertai perjalanan kehidupan manusia. Doa' sebagai salah satu nilai terpenting
dalam meraih kehidupan sukses juga sangat membantu dalam mengobati
kekurangan gizi spiritual.51
c. Kebajikan. Berbuat kebajikan dan berbudi pekerti luhur dapat
membawa kepada kebenaran dan kebahagiaan hidup. Hidup dengan cinta dan
kasih sayang akan mengantarkan kita pada kebajikan yang menjadikan hidup
lebih bermakna.
d. Kecerdasan spiritual mengarahkan hidup untuk selalu berhubungan
dengan kebermaknaan hidup. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah
orang yang mampu bersikap fleksibel, mampu beradaptasi secara spontan dan
aktif, mempunyai kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi dan memanfaatkan
penderitaan, memiliki visi dan prinsip nilai, mempunyai komitmen dan bertindak
dengan penuh tanggung jawab.
e. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual dalam mengambil keputusan
cenderung akan melahirkan keputusan yang terbaik. Keputusan spiritual adalah
keputusan yang diambil dengan megedapankan sifat-sifat Illahiah.
5. Kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan
dengan kebermaknaan akan hidup itu sendiri.52
51 Sukidi, Kecerdasan Spiritual,…, h. 11752 Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan,…,h. 48
48
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual merupakan orang yang mampu
bersikap fleksibel, mudah beradaptasi, memanfaatkan penderitaan dan rasa sakit
menjadi kesabaran, memiliki visi dan prinsip nilai, mempunyai komitmen dan
tanggung jawab.
6. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual dalam mengambil keputusan
cenderung akan mengambil keputusan yang terbaik.
Keputusan yang diambil dengan kecerdasan spiritual adalah keputusan
yang mengedepankan sifat-sifat illahi dan suara hati sehingga apa yang telah
diputuskan dapat dijalankan dengan baik dan bertanggung jawab.
7. Kecerdasan merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ
dan EQ secara efektif dan kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan tertinggi.53
Peran IQ memang penting dalam kehidupan manusia untuk
memanfaatkan teknologi demi efisiensi dan evektifitas. Sedangkan EQ juga
mempunyai peran penting dalam membangun hubungan baik dengan antar
manusia . Tetapi semua itu tanpa didasari dengan nilai-nilai SQ hanya akan
melahirkan Hitler dan Fir'aun kecil di muka bumi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual itu selain dapat
membawa seseorang pada puncak kesuksesan dan memperoleh ketentraman diri,
juga dapat melahirkan pribadi-pribadi yang mulia dalam diri manusia.
E. Perkem bangan Jiw a A gam a (Spiritual) Pada A nak
P erkem bangan ada lah se rangka ian pe rubahan p rogresif yang te rjad i ak iba t
da ri p ro ses kematangan dan pengalaman. Dalam rentang kehidupan terdapat tahap
perkembangan. Menurut Kohnstamm, tahap perkembangan kehidupan manusia
dibagi menjadi lima periode, yaitu :
1 . Umur 0 – 3 tahun, periode vital atau menyusui.
2 . Umur 3 – 6 tahun, periode estetis atau masa mencoba dan bermain.
3 . Umur 6 – 12 tahun, periode intelektual (masa sekolah).
53 Danar Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Memaknai Kehidupan,terjemhan Rahmi Astuti & Ahmad Nadjib Burhani, (Bandung : Kronik Indonesia Baru, 2001), cet.I, h, 20
49
4 . Umur 12 – 21 tahun, periode sosial atau masa pemuda atau masa
adolesence.
5 . Umur 21 tahun ke atas, periode dewasa atau masa kematangan fisik
dan psikis seseorang. 54
Imam Banawi membagi fase perkembangan agama pada masa anak
menjadi empat bagian, yaitu 55:
1 . Fase dalam kandungan
2 . Fase bayi
3 . Fase kanak-kanak
4 . Fase anak sekolah
Fase dalam kandungan. Untuk memahami perkembangan agama pada
masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani. Meski
demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah SWT
meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadi perjanjian manusia atas
Tuhannya. Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat al-A'raf ayat 172
” dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam darisulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (EngkauTuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di harikiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Fase bayi. Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan
agama seorang anak. Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan
dalam hadis, seperti memperdengarkan azan dan iqamat saat kelahiran anak.
Fase kanak-kanak. Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk
menanamkan nilai keagamaan. Pada fase ini anak sudah mulai bergaul dengan
54 Imam Bawani, Pengantar Psikologi Perkembangan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1989),cet. I, h. 139
55 DR. Sururin, M. Ag, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Perdasa, 2004), cet.I, h. 55-57
50
dunia luar. Banyak hal yang ia saksikan ketika berhubungan dengan orang-orang
disekelilingnya. Dalam pergaulan inilah ia mengenal Tuhan melalui ucapan-
ucapan orang disekelilingnya. Ia melihat perilaku orang yang mengungkapkan
rasa kagumnya kepada Tuhan. Anak pada usia kanak-kanak belum mempunyai
pemahaman dalam melaksanakan ajaran agama Islam, akan tetapi di sinilah peran
orang tua dalam memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan
tindakan-tindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru. Tindakan demikian
sangat penting guna perkembangan agama pada masa selanjutnya.
Fase masa anak sekolah. Seiring dengan perkembangan aspek-aspek jiwa
lainnya, perkembangan agama juga menunjukkan perkembangan yang semakin
realistis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan intelektualitasnya yang semakin
berkembang.
Adapun sifat agama pada anak mengikuti pola ideas concept on
authorithy, artinya konsep keagamaan pada diri anak dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari luar diri mereka. Ketaatan mereka pada ajaran agama merupakan
kebiasaan yang menjadi milik mereka, yang dipelajari dari orang tua atau guru
mereka. Bagi anak, sangatlah mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa,
walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut. Keimanan
anak adalah sesuatu yang timbul dalam pelaksanaan nyata, walau dalam bentuk
cakupan yang sederhana dari apa yang diajarkannya.
Untuk selanjutnya, sifat keagamaan pada anak dibagi menjadi enam
bagian, yaitu 56:
1 . Unreflective (kurang mendalam/tanpa kritik)
2 . Egosentris
3 . Anthromorphis
4 . Verbalis dan Ritualis
5 . Imitatif
6 . Rasa heran
Unreflective (kurang mendalam/tanpa kritik).kebenaran yang mereka
terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja, dan mereka merasa puas
56 DR. Sururin, M. Ag, Ilmu Jiwa Agama,…, h. 57-59
51
dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian,
pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan
perkembangan moral, namun demikian, sebelum usia 12 tahun pada anak yang
mempunyai ketajaman berpikir akan menimbang pemikiran yang mereka terima
dari orang lain.
Egoisentris. Berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang
dewasa. Bagi anak, bahasa tidaklah menyangkut orang lain, tetapi lebih
merupakan ”monolog” dan ”monolog kolektif”, yaitu merupakan bahasa
egosentris, bukan sebagai sarana untuk mengomunikasikan gagasan dan
informasi, lebih-lebih merupakan pernyataan atau penegasan diri dihadapan orang
lain. Demikian juga dengan masalah keagamaan, anak lebih menonjolkan
kepentingan dirinya dan lebih menurut konsep keagamaan yang mereka pandang
dari kesenangan pribadinya. Sebagai contoh adalah tujuan do’a dan shalat yang
mereka lakukan adalah untuk mencapai keinginan pribadi.
Anthromorphis. Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal
dari pengalamannya. Di kala ia berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak
mengenai ”bagaimana” dan ”mengapa” biasanya mencerminkan usaha mereka
untuk menghubungkan penjelasan religius yang abstrak dengan dunia pengalaman
mereka yang bersifat subjektif dan konkret.
Verbalis dan Ritualis. Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh
dari sebab ucapan (verbal). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat
keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan
pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Shalat dan
do’a yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa
dilakukan (tidak asing baginya).
Imitatif. Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya
diperoleh dengan meniru. Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting.
Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan
tetapi berupa teladan atau peragaan hidup yang riil.
Rasa Heran. Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan
pada anak. Berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak
52
Zero Mind Procces
belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk
itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat
perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua mempunyai peranan yang
sangat penting.
F. Pengaruh SQ Terhadap IQ dan EQ
Kecerdasan klasik yang masih permanen hingga saat ini adalah pemisahan
antar SQ, EQ dan IQ yang pada kehidupan nyata saling mempengaruhi. Salah satu
dari literatur yang penulis baca yaitu ESQ karangan Ary Ginanjar Agustian
menggambarkan bahwa hubungan antara SQ, EQ dan IQ bagaikan segitiga sama
kaki yang ketiga sudutnya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
TUHAN
SQ (God Spot)
Paradigma Paradigma
Kepentingan Persepsi
Intelektual EmosionalIQ EQ
Dari gambar segitiga ini menjelaskan bahwa SQ adalah landasan yang
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi yang menghasilkan ketenangan jiwa (jiwa muthamai'nnah).57
Ketenangan yang dimiliki Sang Pemilik Kecerdasn Ruh akan terpancar pada
57 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & SpiritualESQ,…,xIiv
Spiritual
SuaraHati
53
wajahnya berupa kesejukan, pada sikapnya berupa ketawadhuan, pada
keinginannya berupa membahagiakan orang lain, pada gerakannya berupa
kebajikan, pada amalnya berupa kesalehan dan pada budi pekertinya berupa
akhlak yang mulia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi SQ adalah
mengoptimalkan IQ dan EQ, bila SQ tidak ada maka IQ dan EQ tidak berjalan
secara efektif.. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam kehidupan manusia SQ-
lah yang harus dimiliki. Hal ini adalah bantahan pada tokoh-tokoh yang
berpendapat bahwa hanya IQ dan EQ saja yang memberi makna hidup dan
mengarahkan aktivitas manusia.
IQ dan EQ ternyata tidak mampu mencapai kehidupan yang tenang dan
abadi, karena setelah keduanya dimiliki masih ada kegelisahan jiwa. Fungsi dan
peran yang paling dominan dalam kehidupan manusia adalah kombinasi antara
IQ, EQ dan SQ.
Berdasarkan cerdas atau tidaknya ketiga piranti kecerdasan tersebut,
terdapat beberapa kemungkinan pada diri seseorang. Pertama, seseorang cerdas
otaknya tapi tidak memiliki kecerdasan hati dan ruh yag tinggi. Kedua, seseorang
cerdas otak dan hatinya tapi tidak memiliki kecerdasan ruh yang tinggi. Ketiga,
seseorang cerdas keseluruhan otak, hati maupun ruhnya. Keempat, seseorang
cerdas hati dan ruhnya. Kelima, seseorang hanya cerdas ruhnya.58
Orang yang cerdas otaknya tapi tidak dengan hati dan ruhnya akan
terganggu pergaulan sosialnya dan ketenangan hatinya. Orang tersebut sangatt
mungkin gagal dalam karirnya sekaligus gelisah dalam batinnya. Orang yang
cerdas otak dan hatinya akan dapat memelihara pergaulan sosial meskipun mudah
terganggu ketenagan hatinya. Orang tersebut dapat berhasil dalam karirnya tetapi
merasakan kekosongan dalam jiwa. Orang yang cerdas keseluruhannya akan
mampu menjaga interaksi sosialnya serta mampu memelihara ketenangan
batinnya. Orang tersebut akan berhasil dalam karir dan kehidupannya. Jadi dengan
demikian peran SQ dalam kehidupan sangat berperan dalam kehidupan karena
menghasilkan jiwa yang tenang.
58 Dedhi Suharto, Qur'anic Quetient, ( Jakarta : Yayasan Ukhuwah, 2003), cet. I, h. 53
54
BAB IV
PERANAN O RANG TUA DALAM M EM BIN A K ECERDASAN
SPIRITUAL ANAK
A. Faktor-faktor yang M embantu Orang Tua dalam M em pengaruhi
Kecerdasan Spiritual Anak
A da bebe ra pa fak to r ya n g m e nen tu ka n kece rdasan sp iritua l sese o ra n g. D i
an ta ra n ya su m ber kece rdasan itu se nd iri God-Spot (fitrah), p o ten si qa lbu (ha ti
nu ran i) da n ke hen dak na fsu. K e tiga hal in i pe rlu d ikaji leb ih jauh ka rena m anu sia
d im a nap un d i dun ia in i se la lu m e rin du ka n p u ncak kea gu n gan ya n g d itan da i
den ga n se ga la d im e nsi ek sisten sin ya ; ya itu h ubu n gan ya n g harm o n is an ta ra
T u han, m anu sia da n a la m sek ita r. S p iritua l ada lah ja lan yan g pa lin g ide al ya n g
m em be rikan m a kna h id up ba gi m an usia d i a n ta ra m akh lu k A llah S W T yan g
la in.
S p iritua l seba ga i pe n ga lam an h o ristik m e ru pa kan ja ti d iri ya n g fu nda m en ta l
ba gi m anu sia , yan g m enun tu n ke ja lan h id up yan g lurus dan benar, karena
pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual yang selalu terdorong
oleh kebutuhan untuk menemukan makna dan nilai dari apa yang kita
perbuat dan alami.59N a m un se kara n g kem ajuan tekn o lo g i dan sa in s ya n g b etu l-
be tu l m em a njakan keb u tu han m ate ria l m en ye babka n m an u sia banyak yang
ga ga l m encap ai pu ncak sp iritua l. Sem ua itu d ise bab kan o leh h ila n gn ya m akna
filo sofis dan re ligiu s da ri m an us ia dalam m e njaga kese im bangan d ia le k tis an ta ra
59 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan kecerdasan Spiritual Dalam BerpikirIntegralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan Media Utama, 2001), cetke-II, h. 4
55
dirin ya , T u han dan a lam . A k ib atn ya m ere ka te rsesa t d i m e dann ya sed iri da n
ham pa da lam m e n ja lan i hid up ya n g se dan g d ila lu in ya . A ga r te rh in dar da ri
kesesa tan h id up yan g sedan g d i ja lan i ini, m aka perlu d ipe rha tikan ha l-ha l be rik u t:
1 . G od- S pot (F itrah )
Se ba ga im a na yan g te la h d ikem u ka kan se be lu m n ya, seo ran g a h li sya ra f
da ri C a lifo rn ia U n ive rsity yaitu V .S . R am achan d ra n te lah be rhasil m e n em u kan
eksis ten si God-Spot da lam o tak m anu sia , yan g m eru paka n pusat sp iritua l te rle tak
an ta ra ja rin ga n sa ra f dan o tak.60
K are na God-Spot ada lah pu sa t sp iritua l, m aka ia
di pan dan g seba ga i fak to r pene n tu. God-Spot d i sam pin g seba ga i penen tu
spiritua l, m aka ia d ipa n dan g seba ga i su m ber sua ra ha ti m an u sia . S uara ha ti
te rseb ut se la lu m en ganju rka n a ga r se la lu be rb u at ba ik sesua i a tu ran ya n g te lah
d ite ta pkan A llah SWT dan m en in gga lkan se ga la kem u n gka ran dan ke jaha ta n.
H a l in i te rdapa t da lam Q .S . A l-A ’ra f aya t: 17 2.
” Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam darisulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (EngkauTuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di harikiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalahorang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
D alam tafsir a l-M a ra gh i aya t in i m e nera n gka n bah w a m a nu sia te la h
m em ilik i janji na luri (f itrah ) an ta ra A llah S W T den gan m an u sia . M anus ia te lah
d ibe k ali o le h A llah S W T de n ga n fitrah Isla m ya itu de n gan m ena ru h da lam ha ti
m ere ka im an ya n g ya k in .61
B uk ti ada n ya pe rjan jian in i m enu rut M uha m m a d
A b du h ia lah a dan ya fitrah im an da lam fitrah m anu sia . Sedan gk an m enu ru t N .
60 A ry G inanjar A gustian , Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ (Jakar ta :A rga , 2 0 01 ) , cet. K e-1, h. xxx ix
61 A h m ad M us htha fa A l- M ara g i, Tafsir Al-Maraghi, ( te r jem a han A n w ar R as yid i, 1 9 8 7) , c e t. K e-1 , h .1 8 9
56
D rya rka ra ia lah a dan ya sua ra ha ti m an u sia . Su a ra ha ti itu a da lah sua ra T u han
yan g te reka m di da la m jiw a se tiap m anu sia . Seh in g ga b ila m anu sia be rbua t tida k
ba ik, m aka sua ra ha tin ya akan m enase ha tin ya . Sean da in ya m a sih d ilak u ka n ha l
yan g tidak ba ik te rse bu t ia pasti a kan m en yesa l. M ac. Sc he le r m en ga ta kan bah w a
pen ye sa lan ada lah tanda kem b alin ya kepada T u ha n .62
D ari pe nje lasan d ia ta s dapa t d ipa ham i bahw a nasiha t yan g d ike lua rkan
o leh sua ra ha ti m em b u at m an u sia se la lu da lam kea daan be na r. In i ada lah
m e ru pakan rea lisa si da ri kece rdasan sp iritua l. K e kua ta n yan g d iban gu n da la m
jiw a m e ru pakan m an ifes ta si da ri god-spot seba ga i tanda ba h w a m anu sia ad alah
“ba gia n” dari T uhan itu send iri, a rtin ya tidak m u n gk in ada pe m isa h a nta ra T uhan
dan m an u sia . God-Spot a dalah ke nda li ke h idupa n m anu sia seca ra sp iritua l, untuk
itu god-spot da n sua ra ha ti ada lah ba gian pen tin g m an usia yan g m esti
dipe rta han kan .
G od sp o t (f itrah ) in i te lah d ibe rikan o le h A llah S W T sem e n jak lah ir, o le h
karena itu o ra n g tua lah ya n g sa n ga t be rpe ran d i da lam m em bim b ina anak -ana k
m ereka te ru ta m a fitrah (god spo t) ya n g te rdap a t pada d iri m ere ka . G od spo t
m erupaka n sa la h sa tu fak to r ya n g dapa t m e m b an tu o ra n g tua da lam m em b ina
kece rdasa n sp iritua l ana k . O ra n g tua ha ru s m e m ula i pen d id ikan a nak n ya den ga n
pend id ika n sp iritua l se m en jak anak d ila h irkan .6 3 B eberapa ta hu n pe rtam a pada
m asa kanak - kana k m erupaka n kesem pa tan yan g pa lin g te pa t. K a rena , da lam
periode -pe rio de te rsebu t kep riba d ian a nak m u la i te rbe n tu k dan kecende run ga n -
kecenderun gan n ya sem ak in tam pa k . M asa kanak -kana k in i juga m e ru paka n
kesem pa tan yan g sa n ga t tepa t un tuk m e m be n tu k pen gen da lian sp iritu a l. D en gan
d iban tu inde ra pen den garan da n pen g liha tan , k epe rca yaan ana k ke pad a A llah
S W T seca ra em o sio na l akan sem a k in be rta m ba h k ua t dan m e leka t. S em ua itu
d ika renakan du n ia ana k ada lah d un ia pe rasaa n . M aka , ke tika seo ra n g a nak
m en ya ksikan ke dua o ran g tua da n ke raba tn ya sed an g m e n ye bu t nam a A lla h S W T
dalam sho la t ya n g m ere k a lakukan , m a ka tidak d ira gu kan la g i anak te rseb u t akan
m en iru tin gkah lak u m e reka . K arena , ke b iasaan anak m e m an g m en iru o ran g tua
62 S ya h m in a n Za in i, Jalur Kehidupan Manusia Menurut Al-Qur’an , (Jaka rta : K a la m M ulia , 1 9 95 ) ,h . 163 Maulana Musa Ahmad Olgar Tips Mendidik Anak Bagi Orang Tua Muslim (Tangerang:
Agro Media Pustaka, 2006), cet. Ke- I,h. 101
57
ya n g d ic in ta in ya dan m e m anda n g bena r pe rilak u m ereka . 6 4
2 . Potensi Q albu
M en gga li po tensi qa lb u, seca ra k lasik se ring d ihubun gkan den gan
polemos, am arah, eros, c in ta dan logos pen ge tahuan.6 5 Padaha l d im ensi qa lbu
tidak han ya m en cakup a tau d icakup den gan pem ba tasan ka tago ri yang pasti.
M enan gkap dan m em ah am i pen gertian qa lbu seca ra u tuh ada lah kem u stah ilan.
Itu han ya lah sebaga i asum si da ri p ro ses pe renun gan yang san ga t pe rsona l karena
d ida lam qa lbu te rdapa t po tensi yang san ga t m u lti d im en siona l. D ian ta ran ya ada lah
sebaga i beriku t:
a . F u ’ad
M erupa kan po te nsi qalbu yan g san ga t be rka ita n den ga n in d ra w i, m en go lah
info rm asi yan g se rin g d ilam ban gk an be rada da lam ota k m an u sia (fun gsi ra sio na l
ko gn itif). Fu’ad m em pu n ya i tan ggu n g jaw ab in te lek tua l ya n g juju r kepada apa
yan g d iliha tn ya . P o te ns i in i cende ru n g da n se la lu m erujuk pa da o bjek tif ita s,
ke ju ju ran, dan jauh dari s ikap kebo ho n ga n . Fu’ad m am pu m ene rim a in fo rm asi
dan m en ga na lisisn ya sed em ik ia n ru pa se hin gga d ipe ro leh pela ja ran da ri info rm asi
te rse b ut. Fu’ad yan g b ersika p juju r da n o bjek tif akan se la lu haus den ga n
kebena ran da n bertin dak a tas ruju ka n yan g benar pu la . Q alb u d ibe ri p o ten si p ikir
ya itu ha ti da lam ben tuk fu’ad.
K e m am pua n u n tuk m e n go lah, m em ilih dan m e m u tuskan se ga la info rm asi
yan g d ibaw a o leh se n tu han ind ra . Fu’ad m em beri ruan g un tuk a ka l, be rp ik ir,
be rtafaku r, m em ilih da n m em ilah selu ru h da ta yan g m asuk da la m qalb u.
Se h in gga lah irlah ilm u pen ge tah uan yan g be rm ua tan m o ral. Pen ga w as se tia san g
fu’ad ad alah a ka l, z ik ir, pen den gara n dan pen gliha tan yan g seca ra n ya ta yan g
sistim a tis d iu ra ikan da la m A l-Q u r’an . Fu n gsi aka l ada lah m em ba n tu fu’ad un tuk
m enan gka p se lu ruh fenom ena yan g bersifa t la h ir, w u ju d, dan n ya ta den ga n
m em pergu na kan fu n gsi nazhar in d ra pen gliha tan . O leh ka rena itu pa ra o ran g tua
64 Asy-Syaikh Fuhaim Musthafa Manhaj Pendidikan Anak Muslim Penerjemah ‘AbdillahObid, Lc dan Yessi HM. Basyaruddin, Lc, (Jakarta: Mustaqiim, 2004), cet. Ke –I, h. 24
65 T oto T as m ara , Kecerdasan Ruhaniah, (Jaka rta : G em a Insa n i, 20 0 1 ) , ce t. K e- I, h. 9 3
58
m uslim hen dak n ya m e n yada ri be tu l bah w a pende n ga ran , pen g liha tan da n
perasaan ke la k akan d im in ta i pe rtan ggu n gja w aban d i ha dapan A lla h S W T
seba ga im a na d ije la skan o leh firm an n ya , su ra t a l-Is ra : 36 .6 6
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya”
b. S hadr
Shadr berpe ran un tuk m erasaka n da n m en gha ya ti a tau m em pu n ya i fu n gsi
em osi (m ara h, benc i, c in ta , inda h, efek tif). Shadr ada la h d ind in g ha ti yan g
m ene rim a lim pa han cah a ya ke in da han, seh in gga m am pu m e nerjem ah ka n se ga la
sesua tu se ru m it apap un m enjad i indah da ri ka ryan ya . Shadr ada la h pe lita o ra n g-
o ra n g yan g be rilm u. Shadr m e m p u nya i po tensi b esa r un tu k ha sra t, kem aua n, n ia t,
kebena ra n, dan kebe ra nian yan g sa m a besa rn ya den gan kebe ra nian un tuk
m ene rim a k ejaha tan dan kem u nafikan. D i da lam in i pu la te rsim pa n rasa cem as
dan taku t, be rbe da de n ga n Fu’ad ya n g be ro rie n ta si kede pan. Shadr m em andan g
pada m asa la lu, kese ja raha n, se rta no sta lgia m ela lu i ra sa , pen ga lam an dan
keberhasila n se ba ga i ce rm in.D e n ga n k o m pe te ns in ya un tuk m eliha t du n ia m asa
la lu, m anu sia m em pu n ya i kem am p uan un tu k m en im ban g, m e m ba nd in g da n
m en ghas ilkan kea rifa n.6 7
D a ri pe nje la san d i a ta s, dapa t d ipa ham i ba hw a o ran g yan g shadr-n ya
te rke nd ali, ya itu o ra n g ya n g m a m p u m en yiasa ti h idup den ga n m e m ban gu n
m an ajem en ya n g te rke nd a li dan m a n tap. K a re na shadr b isa m eliha t m asa silam
seba ga i ped om a n pe la k sanaan se buah m a na jem en hid up saa t in i dan m a sa
m en da tan g. Se h in g ga d en gan dem ik ia n ada se bua h ke pastian m enja la n i hidu p
beriku tn ya . D en gan ka ta la in, shadr ada lah sebuah su m ber k ece raha n seb ua h
66 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka PelajarOfset, 2000), cet ke-I, h. 57
67 T oto T as m ara , Kecerdasan Ruhaniah,...,h . 9 4
59
keh idu pan . Pend id ikan seba ga i lan gk ah a w a l m en capa i kesejah te raan dan
keseim ba n ga n h id up m a nu sia ju ga bero ren tas i kepada pem b inaan shadr yan g ada
dalam setiap qalbu m an usia . O ran g tua seba ga i pend id ik aw a l san ga t be rpe ran
besa r da la m pem eliha raan te rha dap Fu’ad dan Shadr ba gi ana k m ere ka , o leh
karena itu pe m b inaan fu’ad dan shadr pe n ulis pa nda n g se ba ga i p ro se s pe rja lanan
un tuk m ena nam ka n n ila i-n ila i kece rdasan sp iritua l anak m ereka. S e lu ruh po ten si
qo lbu in i h a ru s d is ina ri cahaya Ila h i.
c. H aw aa
M erupakan po ten si qalbu yang m en garahkan kem auan. D i da lam n ya ada
am b isi, kek uasaan, pen garuh , dan ke inginan un tuk mendun ia . Po ten si hawaa
cend erung un tuk m em bum i dan m erasakan n ikm at dun ia yang bersifa t fana Fitrah
m anusia yang d im u liakan A llah SW T , akh irnya te rge linc ir m en jad i hina
dika renakan m anusia te tap te rp ika t pada dun ia . Po tensi hawaa se la lu ingin
m em baw a pada sikap -sikap yang rendah , m en ggoda , m erayu dan menyesa tkan
te tapi sek aligus m em ika t. W alaupun cahaya d i da lam qa lbu pada fitrahn ya se la lu
benderan g, te tap i ka rena m anu sia m em punya i hawaa in i, m aka se lu ruh qa lbu
b isa ru sak b in asa ka rena ke te rp ika tan dari b is ikan yang d ihem buskan se tan
ked alam po ten si se lu ruh hawaa.68
D ari penje la san in i, m aka fu’ad dan shadr m em ilik i tugas be ra t un tuk
m en ga tasi kek ua tan hawaa yang se la lu m em baw a kearah keb in asaan dan
kehancu ran seh ingga len yap lah ken ik m atan yang keka l dan abad i ya itu
keabad ian d isisi T uhan Y ang M aha E sa. Sebaga i penen tu nasib se tiap m ak hluk
Hawaa sebena rnya ju ga harus d ipe rtahan kan da lam h idup m anu sia , ka rena
berfungsi sebaga i tenaga pen ggerak keh idupan m anusia . N am un fu’ad dan shadr
harus m en genda likan kerjan ya hawaa. T an pa hawaa ten tu m anusia be rubah w u jud
m enjadi m a la ika t yang keh idupan ya sta tis, yang kerjan ya hanya m en gabd ikan
sega la hidupnya un tuk sua tu tugas te rten tu sa ja . Sem en ta ra m anu sia sebaga i
m akh luk m ulia te lah d iam anah i A llah S W T den gan tu gas yang san ga t ban yak ,
d ian ta ran ya sebaga i “khalifah fil ardi”. Sebaga i seo rang kha lifah, ten tu ban yak
tugas yang m esti d ise le sa ikann ya da lam w ak tu yang sudah d ite tapkan -N ya .
68T oto T as m ara , Kecerdasan Ruhaniah,...,h . 9 5
60
D em i pe n ye lesa ian se lu ruh tugas, m aka se tiap m an usia ke rja ekstra ke ras
un tuk m e w ujud kan keseim ban ga n ke tiga p o ten si te rseb u t, ya itu fu’ad shadr dan
hawaa seba gaim ana ya n g te lah d i je la skan d ia ta s. K e tiga ha l itu ju ga d i p an dan g
seb aga i fakto r d om ina n un tuk m e w ujud ka n sp iritua l da lam jiw a m anu sia .
M an u sia ya n g m e ru paka n ba gia n da ri-N ya , sem estin ya pa tu h dan taa t te rha dap
se ga la kete tapa n -N ya . T e tap i ka re na sp iritua l be lum beke rja sem aksim a l
m u n gk in da la m ke h id u pan se lu ruh jiw a , m aka d o sa be sa r m e n ye lim u ti sehin gga
sina r Ilah i yan g m e n yin a ri qa lbu se tia p m an u sia m em u dar da n ba hkan len yap
sam a seka li. Se la nju tn ya pen u lis akan m en gu n gkapka n a da dua fak to r u ta m a
ya n g m e m pe n ga ruh i kece rdasan seca ra um u m ya itu :
1 .) Fak to r gene tik / baw a an
Fa k to r in i leb ih m eru paka n p o ten si k ece rdasan yan g su dah a da a tau
te rbe rikan ka rena te rka it den ga n jaringan serial sa raf-sa ra f ya ng a da pad a o rgan
o tak.6 9 B aga im ana kece pa tan o tak m en go la h atau m em p ro ses m asuka n yan g
d ida pa t am at te rga n tu n g pada kon d isi da n kem atan gan o rgan vita l ya n g sa tu in i.
J ika o rgan da lam n ya ba ik, m aka p rose s pen go lahan a pap un ya n g d ite rim a o tak
akan d itan gka p den gan ba ik da n d ija lankan tu bu h sesu ai pe rin ta h otak.
H asiln ya , A pa yan g d i k e rjakan anak akan m em beri hasil te rba ik.
2 .) Fak to r lin gk un gan
K a pasita s a tau po ten si k ece rdasan ya n g sudah te rbe rikan dala m d iri se tiap
anak tidak a kan be ra rti apa -a pa ka la u lin gk un ga n sa m a seka li tid ak be rpe ra n
da lam m era n gsan g dan m e n gasa h po ten si te rsebu t. D i sin i a da em p a t fak to r
lin gk un gan yan g da pa t m en gasah po ten si anak ya itu :7 0
a .) L in gk u n ga n ru m ah.
L in gk u n ga n ke lua rga m erupa kan fak to r pe n du ku n g te rpe n tin g ba gi
kece rdasan a nak. D a lam lin gk un gan ke lua rga a n ak m en gha b iskan w ak tu d alam
m asa pe rkem ban gan n ya . Pe n ga ruh lin gk u n ga n rum ah in i be rka itan p u la de n gan
m asa lah :
69 Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ Memanfaatkan kecerdasan Spiritual Dalam BerpikirIntegralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan,…,6
70Dedeh Kurniasih: Arti Sehat dan Bahagia Bagi Anak (http://www.tabloidnakita.com/khasanah/khasana h. 06309-01.htm)
61
a.1 ) S tim ulus. U ntuk m enjad ikan a nak ce rdas, fak to r stim u lus m e njad i
san ga t pen tin g, ba ik ya n g be rka itan den gan fisik m aup un m e n ta l/em osi anak.
O ran g tua da pa t m em be rikan s tim u lus se jak anak m asih da lam kan du n gan, saa t
lah ir, sam pa i d ia tu m b uh besa r. T en tu sa ja den ga n in ten sita s dan ben tu k
stim u lasi ya n g be rbeda -beda p ula pada se tia p tahap perkem ban ga n. C on to hn ya
ke tika m asih da lam kandu n gan, s tim u lus leb ih d ia rah ka n pada pen den ga ran
m en ggu nakan ira m a m usik dan tu tu ra n ib u da n a yah . Se te lah ana k lah ir, stim u lu s
ini d iperluas m e njadi p ada kelim a in d ra m au p un sen so ri-m o to rik n ya . B e gitu
stim u lasi la in ya yang dapa t m era n gsan g da n m en gem ba n gkan kem am pua n
ko gn isin ya m au pu n kem am pua n la in .
Seca ra m en ta l o ra n g tua ju ga m en stim ulasi anak den gan m en cip ta kan ra sa
am an da n n yam a n sejak m asa ba yi. C ara n ya de n gan m enc u rahka n kasih sa yan g,
m enu m b uh kan e m pati dan a feks i,d isam p in g m e m be ri s tim u lasi den gan
m ena nam kan n ila i-n ila i m o ra l dan keb ijakan seca ra konk re t. D en gan itu da pa t
m em bu at po ten si kece rd asan anak m encapa i m aksim a l.
a .2 ) Po la asuh . P o la asuh o ran g tua yan g pe n uh kasih sa yan g d iyak in i
dapa t m e n in gka tka n p oten si kece rdasan si ana k. Seba likn ya, tidak ada n ya p o la
asuh han ya a kan m em b ua t anak b in gu n g, s tre s, dan trau m a ya ng b erb un tu t
m asalah pa da em o si an ak. D am pa kn ya apap un yan g d ike rjakann ya tida k akan
m em b ua hkan hasil m aks im a l.
a.3 ) M e m be ri pan ga ja ran. O ran g tua ha ru s a ktif dan inte rak tif m e ran gsan g
o tak anak nya . In i p un la gi-la gi dapa t d ilak u ka n sejak ia m asih d alam kan dun ga n,
M isa ln ya den gan ak tif m en gajakn ya b ica ra . Se te lah anak lah ir, a yah dan ib u
dapa t m e m berikan be ra gam eksperim e n kec il kepada n ya yan g bergu n a un tu k
m era n gsan g kein ginan dan m ina t be reksp lo rasi.
b .) K ecuk upan nu tris i.
Pe ran n u trisi ba gi kece rdasan ana k tak b isa d ia ba ikan be gitu sa ja . U n tuk
m e njad ikan ana k seha t seca ra fisik da n m e n ta l, sebe tuln ya pe rlu pe rs iapa n jauh -
jauh hari se be lum p rose s keham ilan te rjad i. T ep a tn ya ke tika m asa pe re ncanaan
keh am ilan, sepa njan g m asa keham ilan dan a ka n te ru s be rla nju t se lam a m asa
pertum bu han a nak. M e nga pa de m ikia n? T ak la in ka re na kecuk u pa n nu tris i
62
berka itan e ra t de ngan perkem ban ga n o rga n o tak dan fun gsin ya yan g akan
m ene ntu kan kua lita s a nak d im asa depan . T an pa nu tris i yan g ba ik d im asa -m asa
sebe lu m n ya , ke m un gk inan b esa r pe rtum bu han dan fun gsi o tak te rha m bat se h in gga
po te nsi kece rdasan ana k m e njad i renda h. B egitu pu la keseh atan n ya seca ra
kese lu ru han . T u bu h yan g le m ah dan se rin g sak it-sak itan ten tu sa ja ju ga
m em pe n ga ruh i po ten si kece rdasann ya .
c .) In te rfensi d in i.
D am pak in te rfen si d ini te rha dap ana k a kan ba ik jika itu d ilak u ka n
berdasa rkan pertim ban gan tin gka t kem ata n gann ya. M en yed iaka n berba ga i
fa silita s ba gi ke pen tin gan anak m e ru pakan sa lah sa tu bentuk in te rfen si o ran g
tua . A ga r e fek n ya se la lu po sitif, in ga tlah se la lu un tuk m en gin te rfen si ana k den ga n
ha l-ha l k rea tif. C o n to hn ya m en gajak m em bu at m aina n bersa m a guna
m e ran gsan g ko gn isi anak .
d .) Pend id ika n d i seko lah.
Y an g pas ti kece rdasan da lam d iri ana k tida k m u ncu l be g itu sa ja. D ilua r
po te n si yan g te rbe rika n, sebe tuln ya ce rdas ju ga bera rti k e te ku nan m e m pe la ja ri
sesu atu. Se la in pen d id ik an yan g d ibe rika n o ran g tua d i ru m ah, pe ran seko la h
ju ga tida k ka lah besa r. B o leh d ika ta kan se k ola h m eru pakan ru m ah ked ua ba gi
anak yan g m em un gk ink ann ya m entra nsfe r pen ge tahua n, ke te ram p ila n, da n n ila i-
n ila i keh id u pan. S e la in itu se ko la h ju ga be rtu gas u n tu k m en ye m p urna kan a pa
ya n g te lah d ilak uka n o ran g tua d i ru m ah seh in gga ba ik itu d i ru m ah a taupu n d i
seko la h , keduan ya sa lin g m en gisi dan m en du ku n g da lam m end id ik anak .7 1
B. Langkah-langkah Orang Tua dalam Pembinaan Kecerdasan Spiritual
pada Anak
K ece rdasan sp iritua l (SQ ), yan g m erupa kan te m uan te rk in i seca ra ilm iah
yan g d iga ga s D a nah Z ohar da n Ian M a rsha ll, m asin g-m a sin g dari H arva rd
U n ive rsity da n O xfo rd U n ive rsity m em b uk tik an seca ra ilm iah kece rda san
sp iritua l te rseb ut. K e m u d ian pe ne litia n yan g la in ju ga m em bu k tika n, pe rtam a
71 Khalid Ahmad Syantut Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak (Bandung, SyaamilCipta Media, 2007). Cet I, h.122
63
rise t a hli p siko lo gi a tau sha raf M ic hae l Pe rsin ge r pada aw al tah un 19 90 -an dan
leb ih m u tak h ir la gi tahu n 1 99 7 o leh ah li sha raf V .S . R am acha n ra n dan tim n ya
dari C alifo rn ia U n ive rsity ya n g m enem u kan God Spot da lam o tak m an usia .7 2
M en uru t pen u lis pa da d asa rn ya IQ , E Q , da n S Q m asin g-m as in g m em ilik i
lan gkah -lan gk ah te rse nd iri da la m pe nca pa ian n ya . IQ b isa d icapa i den ga n ban ya k
m elak u ka n pela tihan -pe la tihan yan g m en ye im b an gkan fun gs i o tak ka nan da n
k iri, m isa ln ya be la ja r be rh itu n g, m en den garkan m usik, da n m e m baca . Sem enta ra
pe la tihan E Q da n S Q h am p ir sam a, ka re na ia be rsum b er da ri sua ra ha ri (God
Spot).
La n gka h -lan gka h ya n g d itaw a rka n o leh A ry G ina nja r dapa t dilak u kan u n tuk
m en gem ban gka n Emotional Spiritual Question (E SQ ) ada lah seba ga i be riku t:
1 . Z ero Mind Process, ya itu be ru sa ha m en gu n gkap be len ggu -be len g gu
p ik iran da n m enc o ba m en giden tif ikasi pa ra d igm a itu , seh in gga da pa t d iken ali
apakah pa rad igm a te rsebu t te lah m e n gke ran gken g p ik ira n . J ika ha l itu a da
d iha ra pkan da pa t d ia n tis ipasi leb ih din i sebe lum m en ghu jam ke da la m be nak. H asil
yan g d iha rap kan ada lah lahirn ya a lam p ik iran je rn ih dan suc i ya n g d in am akan
God Spot a ta u fitrah ya itu ke m ba li pada ha ti da n p ik iran ya n g be rsifa t m erdeka
se rta beba s da ri be len ggu . T ahap ini m e ru paka n titik to lak dari seb uah k ece rdasa n
em o si. D is in ilah tanah yan g su bu r, tem p at un tuk m enana m ben ih berupa
ga gasa n.7 3
Pe nu lis be rpe n da p at bah w a se tiap d iri ha ru s m en guasa i ha ti dan p ik ira nn ya
send iri. K e m erdekaa n b erfik ir dan pe rasaan ya n g ne tra l da ri d irin ya m e sti ada ,
ka re na aka l dan ha ti itu lah hak ika t da ri m an us ia . T idak be rn ila i se seo ran g b ila
ia han ya po tre t a tau je lm aan d iri o ran g la in . K ebebasan dan ke m erdek aan in i
d iha ra p ka n m elahirkan p rin s ip h id up ya n g kua t.
2 . Mental building, m ak sud n ya a da lah kese h atan m en ta l, ya itu te rh in da rny a
dari ge ja la gan g gua n jiw a da n dari ge ja la pen yak it jiw a . Pe n ge ta h uan da n
perbua ta n yan g bertu juan un tu k m en gem ba n gkan se ga la p o ten si, ba ka t dan
72 Danah Zohar dan Ian Marshall SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam BerpikirIntegralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan,…, h. 10
73 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,…,h. 4
64
pem ba w aan sem a k sim al m un gk in , seh in gga b isa m e m ba w a ke baha giaan d iri dan
o ra n g la in.74
3 . Personal strength, in tinya ha l in i d im u la i da ri pene tapa n -pe ne tapa n m isi
p ribad i, d ila nju tka n de n ga n pe m ben tukan ka rak ter, pen ge nd alian diri, dan
m em pertaha nkan ko m itm en p ribad i.
4 . Social strength, ya itu pem ben tukan dan pe la tihan un tu k m elakukan
alian si, s ine rgi den gan o rang la in a tau dengan lin gkun gan sosia ln ya . Suatu
perw u ju dan tan ggung jaw ab so sia l seo rang ind ividu yang te lah m em iliki
ke tan ggu han p ribad i.
5 . Aplikasi total, pada tahap in i se lu ruh la n gka h -lan gkah d ia tas ha rus
d ilak u ka n sehin gga dapa t d iha rapka n lah irn ya k etan ggu han sosia l (Social Strength).
Sp iritua lita s ada lah dasar ba gi tu m b uh n ya ha rga d iri, n ila i-n ila i, dan m o ra l.
S p iritua lita s m em be ri a rah dan a rti pa da keh idu pan. H id up m en jad i in d ah dan
m en gga ira hkan ka rena d iri m anu sia tida k ha n ya d i ku ru n g o leh ba ta s-ba tas fisik .
K a re na jiw a a nak -anak in tuitif dan te rbu ka seca ra a lam i, m aka o ran g tua dan
gu ru hen da kn ya se la lu m em u pu k sp iritua lita s anakn ya , sum ber kece ria an dan
m akna h idu p. C ara n ya den ga n m ela lu i pe rk a taan, tin daka n, da n perha tian
sepenu hn ya dari o ran g tu a .
D isam p in g u pa ya yan g d ilak ukan d i a ta s, m a ka ada be bera pa lan gka h -
lan gkah un tu k m en um bu h da n m en gem ban gka n kece rdasan sp iritua l a nak ya itu
seba ga i be riku t:7 5
a. A ja rka n A l-Q u r’an bersam a-sam a da n m elaksa n akan m ak nan ya da la m
keh idu pan kita .
b. B an tu lah anak un tu k m erum uska n “m isi” h idup n ya
c. Jad ilah k ita “ ge m ba la sp iritua l” yan g ba ik
d. C erita kan k isah -k isah n ab i dan rasu l se rta k isah te ladan la in ya
e. L iba tkan anak dalam ke gia tan -ke gia tan ritu a l keagam aan
f. B acakan pu isi-p u isi a tau la gu -la gu ya n g sp iritua l dan in sp ira sio n al
g. B aw a anak un tuk m e n ikm ati ke in dahan a lam
74 Zak ia h D ara ja t, Kesehatan Mental, (Jaka rta : P T . T ok o G un un g A gu n g , 2 00 1) , c e t. K e- 2 3, h. 575 Asy-Syaikh Fuhaim Musthafa Manhaj Pendidikan Anak Muslim Penerjemah ‘Abdillah
Obid, Lc dan Yessi HM. Basyaruddin, Lc,…, h. 24
65
h. Ik u t se rtakan anak da lam kegia tan -ke gia ta n so sia l, dan
i. Jad ilah ce rm in positif bagi anak
U n tu k leb ih je la sn ya aka n penu lis u ra iaka n sa tu -p e rsa tu, ya itu :
a .) Ajarkan al-Qur’an bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan
kita.
Pe nu lis a kan m em u la i pem ba h asan ini seb a ga i m ana A llah SW T
m en gaw ali w ah yu pertam an ya kepa da R asu lu llah S A W , den gan ka lim a t;
Iqra’bismi rabbik al-ladzi khalaq. M enu ru t A l-Fak h ru rraazi, k a ta aqra’ da lam
a ya t d i a ta s m e m ilik i pen ge rtian ; bacalah A l-Q u r’an . Seba b k ata al-Qiraa’ah
(m e m baca) han ya d ipe rgunaka n un tu k m em baca A l-Q u r’an .76
D alam m e n ga ja rkan A l-Q u r’an , pa ra o ra n g tu a , ju ru dak w ah dan pa ra
pen d id ik he n da kn ya m en dasa rka n pen gaja ra nya kepa da A l-Q u r’an da n had is
yan g beris i pe tu njuk -p etunjuk pen tin g R a su lu llah S A W . Seba b ya n g aka n
d ia ja rkan a da lah firm an Ilah i ya n g m e ru pakan ”unda n g-un dan g” dan p edom an
h id up um at m an usia . K itab ya n g tida k m e n yim pan sed ik itp un keba tila n . K itab
yan g m enda pa t jam ina n ke u tu han lan gsun g d ari D za t yan g m en u ru nka n ya ;
A lla h SW T . K ita ju ga pa tut be rte rim a kasih kepa da A llah S W T ya n g te lah
m enu run kan A l-Q u r’an den ga n bahasa A rab . K itab ya n g m en gan du n g sya ria t
Is la m serta pe tu njuk hala l ha ra m dan bebas da ri se ga la m acam pen yim pan ga n ,
pe ruba han a tau bahka n pen gga n tian den gan k a lim a t-ka lim a t la in , seka lipu n
m em ilik i m ak na ya n g sam a . K a rena A l-Q u r’an b e rada d i ba w ah pen ga w asan da n
penja gaa n lan gsun g A lla h SW T .
O ran g-o ran g te rdahu lu (salaf-al-ummah) ban yak yan g te lah m e laksa na kan
pend idika n A l-Q u r’an in i un tuk anak -a nakn ya, dan se rin g d ilak sa na kan d i m asjid -
m asjid . Out put da ri m o da l pe nd idikan in i cu k u p m e n ga gu m kan . M e reka tum bu h
m e njad i sua tu gene rasi yan g san ga t gigih m e m pe rtahan kan da n m e n yeba rkan
Islam d ibe rba ga i pe nju ru du n ia . Seja rah ban yak m enca ta t ke be rhasilan m ere k a .
M ere ka yan g m en jad i ” sin ga” d i sian g ha ri, te tap i d im a lam ha ri m e reka te tap
ru ku ’ dan sujud de n ga n penu h ke kh u syukan . In i se m ua ka rena m ere ka te lah
76 H a m da n R a jih, Spiritual Quotient for Children ( J o g ja ka r ta : D iva P ress, 2 00 5) h . 1 6 5
66
”m en gh irup” a ir yan g m em a ncarkan da ri m a ta a ir A l-Q u r’an . D en gan
m em pe la ja rin ya , be ra rti m ereka te lah m e m pe la ja ri ilm u pen ge tah uan sek aligus
m em p ra ktek ka n n ya . K e tika A l-Q u r’an su dah b e rse m a ya m di keda la m an ha ti
m e rek a , dada m e reka a k an m e njad i lapa n g da n tidak m u da h stre ss , bahasa m ere ka
lanca r dan p in tu -p in tu sam u de ra ilm u pen ge tahua n te rbu ka leba r un tuk m e reka .
M en gapa o ran g-o ran g te rdah u lu (salaf) in i be g itu a n tu sia s m e laksa na kan
tu ga s pe nga ja ran A l-Q u r’an? Jaw aban ya je la s. K a rena , pertama, A l-Q u r’a n ada lah
firm a n Ila h i. Kedua, R asu lu llah SAW m e n ga ja rkan m e reka se la lu m en do ro n g
a gar m em pe la ja ri A l-Q u r’an u n tu k kem u d ian d ia ja rka n ke pa da o ra n g la in.
Ketiga, karena pem be rian o ra n g tua kepa da anak yan g m em ilik i n ila i tin g gi
ada lah m e n gaja rka n A l-Q u r’an . H a l in i ka re na d i da lam A l- Q u r’an te rda pa t
a ja ran bu d i peke rti, ta ta k ram a, akh lak, se lu ruh jen is keu ta m aan, h ik m ah se rta
se ja rah h id up u m at te rdahu lu sejak da ri nab i A da m A s. D ida lam n ya ju ga
te rdapa t pesan -pesan p ara R asul bah w a A llah SW T . ya n g tidak m en gin gin kan
ada d i an ta ra ham ba-ha m ba-N ya yan g k u fu r.
Di samping itu perlu juga dibiasakan membaca Al-Quran. Di mulai dari
surat Al-Fatihah dan surat-surat yang pendek dan mudah dihafal. Dituntun mereka
membacanya dengan tajwid yang benar dan bacaannya fasih.77
O ran g tua a tau gu ru ya n g be rm ak su d m e n ge m b an gkan S Q anak ha ru s lah
seseo ra n g yan g suda h m en ga la m i kesa da ran sp iritua l ju ga . Ia suda h
“m en ga k ses” sum be r-su m be r sp iritua l un tuk m en ge m ban gk an d irin ya . Sepe rti
yan g te lah pe nu lis je laskan d ia ta s, ya kn i c iri o ran g ya n g ce rdas seca ra spiritua l, ia
ha ru s dapa t m erasakan keha diran dan pe ran T uh an da lam h idupn ya .
“Spiritual intelligence is the faculty of our nonmaterial dimension the
human soul,” itu lah u n gkapan K ha lil K h a va ri, ia ha ru s sudah m ene m u kan m akna
h id up n ya dan m en ga lam i h id up ya n g be rm a k na. Ia tam pak pa da o ran g-o ran g d i
sek ita rn ya seba ga i “o ran g ya n g be rja lan den gan m em ba w a caha ya .” Se ba ga i m ana
te rda pa t dalam A l-Q u r’a n su ra t A l-A n ’am aya t 1 22 :
77 A. Mudjad Mahali, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak, (Solo: Ramadhani,1994), cet ke IV, h.138
67
"Dan apakah orang yang sudah mati Kemudian dia kami hidupkan dan kamiberikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapatberjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yangkeadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apayang Telah mereka kerjakan".
b .) Bantulah anak untuk merumuskan “m isi” hidupnya
P ene ta pan m isi saa t in i um um n ya d iben tuk be rd asa rkan lo g ika sa ja te tap i
se rin gka li m e n ga ba ikan sua ra ha ti yan g fitra h , ak iba tn ya yan g te rjad i ada lah
sua tu d ok rin ya n g m e n ghasilka n lan gkah -lan gka h yan g se rin g tidak m a n usia w i,
sepe rti H itle r con to hn ya , a tau da jja l-da jja l kec il yan g ada d i In do nesia ya n g te la h
m en ye n gsa raka n rak ya t ban ya k .7 8 O le ka rena itu n ya ta kan kepa da anak bah w a
ada be rba ga i tin gka t tujuan da lam m e rum u skan “ m is i” h idu p in i. M u la i da ri tujuan
pa lin g deka t sam pa i tu juan pa lin g jauh dan bah k an tujuan ak h ir k ita . R um u san ini
b isa d ilaku k an den gan m en ggu nakan tek n ik “what then, senor” d alam anekd o t
D a nah Z o ha r, k ita da pa t m em ba n tu a nak u n tu k m ene m u kan m isin ya den ga n
un gka pa n, jika kam u sudah sek o lah kam u m au jad i ap a? A ku m au jadi o ran g
p in ta r. J ika suda h pin ta r m a u jad i apa? What then? D en ga n kep in ta ran k u, aku
akan m e m pe ro leh pe ke rjaan yan g ba gu s. J ika suda h dapa t pe ke rjaan, m au jad i
ap a? A ku akan pun ya du it ban ya k. Jika su dah p u n ya d u it ban ya k , m au ap a? A ku
in gin ban tu o ran g m isk in , yan g d ine ge ri k ita su dah tidak te rh itun g ju m lah n ya .
Sa m pa i d isin i k ita sud ah m em ban tu a nak un tuk m e nem u kan tujuan h idup n ya ,
h in gga sam p ai ke tujuan akh irn ya ya itu bahagia dun ia dan akh ira t.
c .) Jadilah “gembala spiritual” yang baik
O ran g tua a tau gu ru ya n g be rm ak su d m e n ge m b an gkan S Q anak ha ru s lah
seseo ra n g yan g suda h m en ga la m i kesa da ran sp iritua l ju ga . Ia suda h
78 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,…,h. 182
68
“m en ga k ses” sum be r-su m be r sp iritua l un tuk m en ge m ban gk an d irin ya . Sepe rti
yan g te lah pen u lis je lask an d ia ta s, yakn i c iri o ra n g yan g ce rdas seca ra spiritua l,
ia ha ru s dapa t m erasakan kehadiran dan pe ran T uhan da lam h id upn ya .
“Spiritual intelligence is the faculty of our nonmaterial dimension
the human soul,” itula h un gk apa n K ha lil K ha vari, ia ha ru s suda h m en em u kan
m akna h id up n ya dan m en ga lam i h id up ya n g be rm a k na. Ia tam pak pa da o ran g-
o ra n g d i sek ita rn ya se b a ga i “o ran g yan g berja lan den gan m em ba w a caha ya .”
Se ba ga i m ana te rda pa t dalam A l-Q u r’an su ra t A l-A n ’am a ya t 122 :
"Dan apakah orang yang sudah mati Kemudian dia kami hidupkan dan kamiberikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapatberjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yangkeadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apayang Telah mereka kerjakan".
d .) Ceritakan kisah-kisah Nabi dan Rasul serta kisah teladan lainya
A na k -anak ba h kan o rang dew asa , san ga t te rpen garuh de n ga n ce rita ka rena
“m anu sia” a da lah sa tu -sa tun ya m akh lu k yan g suka be rce rita dan hid up
berdasa rkan ce rita ya n g d i pe rca ya in ya . D ari itu o rang tua ten tu tidak aka n pernah
m am p u m em pe ro leh ke perca yaan da n ka itan d a ri m e reka kecu ali jika o ra n g
tua te rseb t te lah m am p u m em berikan kepa da m e reka con toh te lada n ya n g
tin ggi dan n ila i-n ila i ya n g su dah ba ran g ten tu jauh da ri be rba ga i kesa la han dan
kek h ila fa n.
U ntuk m em bangun sp iritua l anak, o rang tua dapat m em ilih k isah -k isah
seperti k isah nab i Ism ail, S iti H ajar dan sum ur Z am zam . D alam k isah tersebut anak
akan d ila tih un tuk m em aham i bahw a A llah SW T sangat m encin ta i anak kecil.
D alam k isah tersebut, sosok anak kecil in i te rdapat da lam d iri N abiyullah Ism ail.
A ir Z am zam m em ancar d isebabkan o leh kak i kecil Ism ail a .s.. dengan keluarnya a ir
tersebut, S iti H ajar dan nab i Ism ail dapat m inum . O rang -orng d i sana dapat
69
m enikm ati a ir Z am zam yang m em ancar itu .7 9
D ari sirah R asu lu lla h S A W , orang tua dapat menceritakan kisah
belia sebaga i pan u tan d an te la dan te rb aik u m at Is lam . K ita m en ga m b il con toh
dari pe tu njuk da n ak hlak yan g d iba w a o le h b e liau yan g m ulia . Firm a n A lla h
su ra t A l- A h zab aya t 21 :
"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) harikiamat dan dia banyak menyebut Allah."
K isa h te lada n yan g ada p ada d iri R asu lu llah S A W terse bu t b isa k ita a ja rkan
dan c on toh kan ke pada anak -a nak k ita , yan g d ibaw a n ya da la m sik ap da n
kehidu pan se ha ri-ha ri. K e m ud ia n apa b ila ana k te rta rik a kan ce rita itu , m aka
ce rita kan lah be ru lan g-u la n g kepa dan ya, seh in gga d ia m e njad ikan R asulu lla h S A W
seba ga i ido la n ya.
e .) Libatkan anak dalam kegiatan ritual keagamaan
K e gia ta n a gam a a da lah ca ra p raktis u n tuk “ tune in“ den gan sum ber da ri
sega la ke kua ta n. Bantulah anak-anak dalam menerapkan nilai-nilai dan tradisi-
tradisi masyarakat Islam, terutama dalam berinteraksi dengan teman-teman
mereka. Tentunya agar mereka mampu menampakkan perilaku baik, melatih
mereka untuk dapat membedakan antara perilaku yang benar dan perilaku yang
salah dalam kehidupan mereka sehari-hari. Juga, melatih mereka untuk
menghormati etika-etika umum di tengah-tengah keluarga, sekolah, masjid,
jalan, pasar, dan tempat-tempat yang lainnya.80
A m billa h b o la lam p u lis tik d i rum ah an d a. B ahaslah be ntu kn ya ,
stru k tu rn ya , kom po nen -ko m p onen n ya , kekua ta n caha ya n ya , vo lta sen ya , dan
seba ga inya . K e gia tan a gam a ada lah ka be l yan g m en gh ub un gka n bo la la m p u itu
79 Khalid Ahmad Syantut Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak,…, h. 10280 Asy-Syaikh Fuhaim Musthafa Manhaj Pendidikan Anak Muslim Penerjemah ‘Abdillah
Obid, Lc dan Yessi HM. Basyaruddin, Lc,…, h. 26
70
den ga n caha ya . Sha la t, da lam ben tuk a pap u n, m en ga n gka t m an us ia da ri
pen ga lam a n fis ika l da n m ate ria l ke pen ga la m a n sp iritua l. U n tu k itu , ke gia ta n
kea ga m aan tidak b o leh d ilak uka n den gan te rla lu ban ya k m ene kan ha l-h a l yan g
fo rm al. B erikan kepa da anak -ana k k ita m a kna ba tin iah da ri se tia p ritua l ya n g k ita
laku kan. Sha la t b u ka n sekedar ke w ajiban, sh ala t khu sus be rsa m a m e rek a un tuk
m en ik m ati c ip taan T u han , se te lah se tiap ha ri k ita d ipen gap ka n o leh c ip taan k ita
send iri. Se tiap ha ri ada lah is tim ew a , ya n g w ajib d iha ya ti dan d isyu k u ri. Se tia p
pa gi a jak anak -a nak un tu k bersyuk u r pada T u han sam bil m ena ta p lan git, m a taha ri,
poh on -po ho nan dan alam sek ita r ru m a h k ita . Sa m pa ikan te rim a kasih dan p ujian
a tas ke ba ikan dan ke indahan yan g se la lu ha dir m en yerta i kita tan pa m e m u n gu t
ba ya ra n.
.f.) Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional.
M an usia pada u m um n ya , khu susn ya ana k -anak , am at senan g jika
m ende n ga r a luna n m u sik a tau bu n yi-b un y ian . S e akan -a kan , iram a b un y i-bun y ian
te rseb u t se ja lan den gan f itrah m e reka . A na k -a nak ya n g m as ih d isu su i o le h ibun ya
akan m e rasa n yam a n d an senan g apa b ila d ise nand un gka n ba it-ba it lagu o leh
ibu n ya . S a n g a nak b isa sam pa i te rtidu r jika m ende n ga r sena nd un g yan g
d iba w akan ib un ya . te rka dan g , ada a nak ya n g re w e l d iseba bka n lapa r a tau ge lisah
karena ke ge rahan . N am un , ke tika m e nden gar senand un g la gu da ri san g ib u , ia
b isa te rtid u r.8 1
M an usia m e m p un ya i d ua faku lta s -fak ulta s u n tu k m ence rap ha l-ha l m a te ria l
dan sp iritua l. K ita p un ya m ata lahir da n m ata ba tin . K e tika k ita be rka ta
“m asakan in i pah it” , k ita sedan g m e n g gu naka n ind ra la h iriah k ita , te tap i ke tika
k ita be rka ta “ke pu tu san ini pa h it” , k ita sedan g m en ggu naka n in d ra ba tin iah k ita.
E m pa ti, c in ta , kedam ian, ke in da han ha n ya dapa t dice rap de n ga n faku lta s
sp iritua l k ita (in i ya n g k ita sebu t se ba ga i SQ ). S Q harus d ila tih , sa lah sa tu ca ra
m ela tih SQ ia la h m en yan yikan la gu -la gu ro han iah a tau m em bacaka n p u isi-pu isi,
ka rna den gan itu dapa t m em icu k ece rdasa n anak.
g.) Bawa anak untuk menikmati keindahan alam
T ekn o lo gi m o dern dan keh id upa n u rba n m e m b u at k ita te ra lie nasi da ri
81 Khalid Ahmad Syantut Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak,…, h. 179
71
alam . K ita tida k ak rab la gi den gan a la m . Se tiap hari k ita be rhu bu n ga n den ga n
a lam yan g suda h d ice m ari, d im a n ip u lasi, dan d iru sa k. A lam ta m pak d i depan
k ita se ba ga i m u su h se te lah k ita m em u su h in ya. B aw alah ana k -anak k ita kepa da
a lam ya n g re la tif be lu m ban ya k te rcem a ri. A jak m ere ka na ik ke pu ncak gunu n g.
R asakan uda ra yan g se gar dan seju k, den ga rkan bu run g-b u ru n g yan g b erk icau
den ga n be bas. H irup w ew an gian a la m i, a jak m e reka k epan ta i, ra sak an an gin
yan g m ene rpa tu bu h, ce lup kan kak i k ita dan b ia rkan o m bak kecil m e n ge lu s-e lu s
ja rin ya dan se te ru sn ya . K ita ha rus m en ye d ia kan w ak tu
h .) Ikut sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial
K e te ra m p ilan SQ se perti in i tida k cu ku p han ya d ib ica ra kan. Jika ana k us ia
p ra sek ola h m en ga lam i send iri ba ga im ana pe nde ritaan yan g d ira sa kan o leh
o ra n g la in m aka lan gka h in ila h ya ng te rba ik.
A pa b ila o ran g tua be rte kad u n tu k m em bantu o ran g la in , m e reka he nda k n ya
m en giku t se rtaka n ana k -a nak m ere ka ka rena pen ga lam a n in i tida k han ya aka n
m en ga ja ri m e reka leb ih ped u li pada o ran g la in, te tap i ju ga m en gaja rkan
ke te ra m p ilan sosia l yak n i pen tin gn ya kerja sam a, kese tiaan dan ke tekuna n.
D ian ta ra keg ia tan sosia l kem asya raka tan yan g d im ak sud an ta ra la in :
1 .) M enjen guk tem an a tau te tang ga yan g seda n g sak it
2 .) B ekerja d idapu r um u m
3.) B ergab un g de n ga n o rga n isasi yan g beru saha m enye lam atka n
spesie s yan g te rancam p unah
4 .) Iku t se rta da la m kerja b ak ti d ilin gk un gan sekita r ru m ah
5 .) M en gh ibu r o ran g-o ran g ya n g te lah tua
6 .) M em ba n tu anak -ana k ya n g m asih kec il
7 .) M en gh im p un ban tua n u ntu k ko rba n bencana a lam .
K e gia ta n -ke gia ta n sos ia l d ia ta s k esann ya m e m an g san ga t sede rhana , tapi
o ra n g tua hen dak n ya m eneka nkan pa da anakn ya bahw a be ta pa pe rbu atan yan g
san ga t sede rha na itu m am p u m em bua t o ran g la in baha gia . O ran g tua b isa
m en gu su lk an pada anak n ya u n tuk m enca ta t pe rb ua tan ba ik yan g te la h m ere ka
laku kan pada ha ri in i. m enun tun o ran g ya n g sudah tua , m en ye bera n gi ja lan,
a tau m em besuk tem an yan g sedan g sak it. A pab ila m elaku kan pe rb ua tan b aik ini
72
su dah m enjad i keb iasaa n, pada ak h irn ya o ran g tua akan m en yak sika n anak -a nakn ya
ke ta giha n m e laku kan pe rbua tan ya n g ba ik te rseb ut, dan m ere ka akan m e nc ari ja lan
send iri un tu k m elak ukan leb ih ban yak la gi pe rb u a tan ba ik.
i.) Jadilah cermin positif bagi anak
ke te ladanan yan g ba ik da ri kedua o ra n g tua da pa t m em berikan pen ga ruh
ya n g sign ifikan te rha da p anak -anak un tuk be rbak ti ke pada ke dua o ra n g tua .
K e te ladana n ya n g ba ik akan m en ghasilkan generasi yan g ba ik , sed an gka n
ke te ladanan ya n g je lek akan m en ghasilka n ge nerasi ya n g su lit d ia tu r.D a lam
keh idu pan ru m ah ta n gga tanpa d isada ri m as in g-m a sin g m e ru paka n akto r ya n g
se la lu d iliha t dan d in ila i o leh o ra n g la in. M aka jad ilah akto r a tau m o de l pe ran
yan g ba ik ba gi anak -a na k. Seka li-ka li ada kan fo rum un tuk sa lin g m e n ya m pa ikan
kesan dan pen ila ian ya n g sa tu ke pa da ya n g la in da lam suasa na ya n g rilek s,
n ya m an, tan pa teka na n . Ketahuilah, orang tua adalah cermin bagi anak-
anaknya.82
Jad ilah o ran gtua se ba ga i pen den ga r yan g ba ik ba gi anak -anak n ya . J ika anak
b ica ra jan gan b u ru -b u ru d ip o to n g la lu d ice ra m ah i. D en ga rkan dan p erha tika n
den ga n ta ta pan m ata yan g pe nuh a n tu sias da n stim u la tif a ga r anak te rla tih
m en gu ta ra kan pik ira n da n em osin ya den gan lanca r, te rtib , dan je rn ih. Iba ra t sum ur
ka lau se rin g d itim ba m aka a irn ya akan je rn ih .
C. Pentingnya Pembinaan Kecerdasan Spiritual pada Anak
K e lua rga m erupa kan in s titu si pe nd id ikan u tam a dan pe rta m a ba gi anak.
K a re na anak u n tu k pe rtam a ka lin ya m e n ge na l pen d id ikan d i da lam lin gk un gan
ke lua rga sebe lum m enge na l m asyara ka t ya n g leb ih luas. D isa m p in g itu k e lua rga
d ikata kan sebaga i pe le tak p on dasi un tuk pe n d id ikan se la nju tnya . Pen d id ikan
yan g d ite rim a anak da lam ke lua rga in ila h ya n g aka n d igu na kan o le h ana k
seba ga i dasa r un tu k m en g ik u ti pend idikan selan ju tn ya d i seko la h.
O ran g tua seba ga i pen did ik u ta m a da n u tam a ba gi ana k m e ru paka n
penan ggu n g jaw ab pe nu h te rha dap pe nd id ikan anak -ana kn ya. T u gas dan
82 As’ad Karim al-Faqi Agar Anak tidak Durhaka, (Depok: Gema Insani, 2006),cet ke-II,h.173
73
tan ggu n g jaw ab o ran g tua da lam ke lua rga te rh adap pen d idika n anak -a nakn ya
leb ih be rsifa t pem ben tu kan w atak, agam a dan sp iritua ln ya .
Seca ra psik ososio lo gi ke lua rga berfun gsi seba ga i:
1 . P e m be ri ra sa am an bag i anak dan an ggo ta ke lua rga la in n ya
2 . M em beri pem e nu han ke bu tuhan ba ik fis ik m aup un p sik is
3 . S um ber kasih sa yan g da n penerim aan
4 . M o de l p o la pe rilaku ya n g tepa t ba g i ana k u n tu k be la ja r m en jad i
an ggo ta m asyia raka t yan g ba ik
5 . P e m be ri b im b in gan bag i pen ge m ba n ga n pe rilaku yan g seca ra
sosia l d ian gga p tepa t.
6 . P e m be ri pe tun juk pada anak da lam m em ecah k an m asa lah yan g
d ihada p in ya da lam ran gka m en ye sua ikan d irin ya te rha dap
keh id upa n
7 . P e m be ri b im b in ga n be la ja r da lam ke te ra m p ila n m o to rik , ve rba l
dan so sia l yan g d ib u tu hk an un tu k pen yesua ian d iri
8 . S tim u la to r ba g i pen ge m ban ga n kem am pua n ana k u n tuk m enca pa
p resta s i, b a ik d i seko lah dan m asya rka t
9 . P e m bim b in g da lam m en ge m ba n gkan asp ira si
10 . S um ber pe rsa haba tan a ta u tem an be rm ain ba g i an ak sam pa i cu ku p
usia u n tu k m en dapa tkan tem an d i lua r ru m a h , a tau apab ila
pe rsa haba tan d i lua r rum ah tidak m em u n gk in kan .83
Sedan gkan dari sudu t pandang sosio logis, fun gsi ke lua rga dapa t
d ik lasif ikasikan keda lam fungsi-fungsi be riku t : 1 ) Fun gsi b io logis , 2 ) F un gsi
ekonom is, 3 ) Fungsi pend id ikan (edukatif), 4 ) Fun gsi so sia lisa si, 5 ) Fun gsi
pe rlindunga n (protektif), 6 ) Fun gsi rek rea tif, 7 ) Fun gsi agam a (religius).
U n tu k leb ih je la sn ya akan penu lis kem u kakan sa tu pe rsa tu an ta ra la in :
a ) F un gsi b io lo g is , a rtin ya ke lua rga m e ru paka n tem pa t m em e nu h i se m ua
kebu tuha n b io lo g is , sepe rti sandan g , dan pan gan .
b ) F un gsi ek on om is, m aksu dn ya bah w a d ike lua rga la h o ran g tua
83S ya m s u Y us uf L N , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (B an d un g:R osda K arya ,2 0 0 1) , h .
3 8
74
m em en uh i ke w ajibann ya te rhadap anak -a nak se laku o ra n g tua .
c ) F un gsi pen d id ikan , ia lah ke lua rga m eru paka n tem pa t aw a l pend id ikan
d ) F un gsi so sia lisa si, m aksu dn ya ke lua rga m erupaka n b ua ian a tau
pen ye m aian ba g i m asya raka t m asa depan
e) F un gsi pe rlin dun gan , ke lua rga m e ru pakan tem pa t pe rlind un gan sem ua
ke lua rga da ri sem ua gan ggua n dan ancam an
f) F un gsi rek rea tif , k e lua rga m e ru pakan pu sa t d a ri ke n yam a nan dan
h ib u ra n ba g i sem ua an ggo ta ke lua rga n ya
g ) F un gsi a ga m a , m aksu d n ya ke lua rga m erupaka n tem pa t pe nanam a n
aga m a ba gi ke lua rga
Fun gs i ekono m i d ije la skan da lam su ra t A l-B a qa rah aya t 233
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengancara yang ma’ruf (baik). Seseorang tidak akan dibebani (dalam memberi nafkah),melainkan menurut standar kemampuannya”. (QS: 2; 233)
Fungsi pend id ikan (edukatif) d ije la skan da lam had its R asu lu llah SA W ,
yang d iriw aya tka n o leh B ukhari dan M uslim , ya itu :
ول هللا ص رس ال من . : م. ق ا ام ف ة الفطر لى ولد ع ولد اال ی ا◌ م انھ د یھو اه و ◌ بو ا رانھ ھ ◌ ینص ن سا ج و یم
“ Bersabda Rasulullah SAW: Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnyamaka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasraniatau Majusi”.(H R . B ukhari).8 4
D alam A l-Q u r’an al-K a rim su ra t Lu qm a n aya t 12
"Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
84B uk hari, Shahih Bukhari, (B eirut : D ar A h ya a l-T urar ts a l-A rab iy, tt) , h .1 2 5
75
"Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yangtidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(QSLuqman :12)
T erka it den gan penafsiran aya t-aya t d i a ta s su ra t Luqm an aya t 12 H am ka
m en afsirkann ya , sebaga im ana d isa rikan berikut in i: inti h ikm at yang te lah
d ika run iakan o leh A llah S W T kepada L uqm an te lah disam pa ikan dan d ia ja rkan
kepada anakn ya sebaga i ped o m an u tam a da lam keh idu pann ya ya itu : supaya
jan gan m em perseku tukan A llah S W T dengan yang la inn ya k arena
m em perseku tukan A llah m erupakan dosa besa r.
A lla h SWT m em erin ta hk an ke pada m a nu sia a ga r m ere ka m e n gho rm ati da n
m em u lia kan ked ua o ra n g tua n ya . K are na m ela lu i ked ua o ra n g tuan ya lah m e reka
d ilah irkan d im u ka bu m i dan sew aja rn ya lah ke d ua n ya d ih o rm ati. J ika ak idah
o ran g tua ba ik , m a ka k ed ua o ra n g tuan ya se la lu d iho rm ati, d isa yan gi, d ic in ta i
den ga n sepa tu tn ya den ga n ya n g m a ’ru f.
U n tu k m e m pe rk ua t p rib ad i, m ene guh kan hu b un gan , m em pe rda lam rasa
syuk u r kepada A lla h SWT atas n ikm at dan perlin du n ga n ya n g se la lu k ita
te rim a, m aka d irikan lah sha la t. D en ga n sha la t k ita m e la tih lida h, h a ti, dan
se lu ruh an ggo ta badan u n tu k se la lu in ga t kepa da A lla h SW T . A lla h SWT tidak
m en yu ka i o ran g- o ran g yan g som bo n g.
D apa t d ism p u lkan bah w a aya t-a ya t in i m en gan du n g da sa r-dasa r pe nd id ika n
ba gi seo ran g m uslim d an dapa t d ijad ika n su m ber in sp ira si d a lam pe n d id ika n
anak -a nak kau m m uslim in, dan mengandung pokok akidah yaitu kepercayaan
terhadap Allah SWT yang menimbulkan jiwa merdeka bebas dan bebas da ri
pen ga ruh ben da da n a lam serta m e ru paka n dasa r u tam a te ga kn ya ru m ah
tan gga sakinah, mawaddah dan rahmah.
D a lam ha l in i d ije la skan pula tentang ped om an , jika te rjad i pe rtika ian
penda pa t an ta ra o ran g tu a den gan a nak yan g berb eda ak idah. K ec in taan te rha dap
ked ua o ran g tua tidak b oleh m e n ga lahk an ak ida h. A ya t in i ju ga m en ga nju rkan
un tuk be rb ua t ba ik, ka rena sekec il apa pu n keba ikan akan m e nda pa t b alasan da ri
A lla h SW T . Zak iah D araja t m en ga ta kan, bah w a kandu n gan su ra t L u q m an a ya t
76
12 s.d 19 m elip u ti: a ) P em b inaan jiw a o ran g tua (kew ajiban bersyuk u r kepada
A llah S W T ), b ) Pe m b ina an a tau pen didikan kepa da anak yan g m en ya n gku t aspek -
aspek : im an dan ta uh id (tidak m ensyu k u ri A llah S W T ) ak h lak a ta u kep ribad ia n
(be rsyu k u r kepada A llah dan kepa da o ran g tua , be rsifa t sa ba r da la m m e n gha dap i
m usiba h, tidak be rsikap so m b on g a ta u an gku h kepada o ra n g la in ), ibadah
(m e ne gak kan sha la t, b e rtau ba t, ra jin be ra m al sha leh dan da k w ah ) de n gan ka ta
la in m e m e rin ta h a tau m en gajak o ran g la in u n tu k m ela ku kan keba ikan dan
m ela ran g a tau m ence ga h o ran g la in be rbua t ke jah atan /keb u ru kan.
Fungsi agam a (religius) dapa t d ije la skan dalam A l-Q ur’an su ra t A t-T ah rim
aya t 6 :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dariapi neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yangdiperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yangdiperintahkan."
Se buah ru m ah tan gga te rkada n g te rd iri da ri a yah , ibu d ita m ba h sau da ra
an ggo ta la in ; kake k, nene k, dan la in -la in . R u m ah ta n gga m e rupa kan sebua h
lin gk un gan a lam ia h, yan g m e n ge m ban tu ga s da lam pem binaan ana k . Pa ra
psiko lo g, pen did ikan dan pem bina pe rca ya ba hw a rum a h tan g ga m erupa kan
lin gk un gan te rbaik da lam upa ya m em b ina seo ran g a nak.8 5 H ubu n ga n da n
ko m u n ikasi a nak de n ga n ke dua o ra n g tuan ya m eru paka n h ub un ga n pa lin g k ua t
d iba nd in g berba ga i ben tu k hubu n gan la in.
Pe rtum buhan anak d ib aw ah asuhan ayah dan ibu m erupakan seba ik -ba ik
sa rana bagi pem b inaan akh lakn ya . N am un dem ik ian ku rangn ya pen ge tah uan
an ggo ta ke lua rga ju ga dapa t be rpen garuh (nega tif) bag i ke tu runan m erek a.
K eb iasaan dan trad isi yang d ipe ro leh seo rang anak dari ke lua rgan ya akan diw arna i
85M . B a gir H u jja ti, Pendidikan Anak dalam Kandungan, (B og or : C a ha ya , 2 0 0 3) , h .1 0 9
77
ada t dan keb iasaan tem an-tem ann ya. O leh karena itu Is lam m ela rang bergau l
den gan tem an yang jaha t dan bu ruk..
Pe nd id ika n ke lua rga d ipan dan g se ba ga i pend id ikan pe rta m a da n u ta m a
kare na pe ranan n ya yan g be gitu besa r se ba ga i pe le tak p on dasi pen gem ban gan -
pen ge m ban gan be rik utnya . Pen d id ikan yan g d ib e rika n o ran g tua te rhada p ana k
m em p un ya i pe ran ya n g besa r se ka li ba gi keh idu p an dan m asa depa n anak, ka rena
pada dasa rn ya pen d id ika n m erupa kan upa ya un tu k m e m an u siaka n m anu sia . H a l
in i m en gin ga t bahw a pada hak ika tn ya m a nusia d ic ip taka n A llah berdasa rkan
F itra h -N ya (Q S A r-R u u m :3 0 ):
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplahatas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak adapeubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakanmanusia tidak mengetahui"
Y an g d im aksud den gan F itra h pada Q S. A r-R u um a ya t 3 0 d ia ta s a da lah
bah w a d ian ta ra ya n g d ibaw a sejak lah ir te la h m em ba w a po te nsi u n tu k d id ik
dan m e n did ik . Pen d id ika n anak da lam ke lua rga ada lah ta n ggu n g jaw ab o ran g
tua te ru tam a ib u. Pe ra nan ibu da lam pen d idikan anak le b ih d o m in an dari
pe ra nan a ya h , ha l in i a gak n ya dapa t d ipaha m i karena ib u lah o ran g ya n g le b ih
banyak m en ge rti anak sejak seo ran g anak lah ir, ibu lah o ran g yan g se la lu ada
d i sam p in gn ya , ba hkan d ika taka n bah w a pe n ga ruh ib u te rha dap a nak n ya d im u la i
se jak da lam kandu n gan .86
Pe rana n a ya h te rha dap anakn ya tida k ka la h pen tin gn ya da ri pe ra nan ibu.
A yah m e rupaka n su m ber kek u asaan yan g m em be rikan ana kn ya tentan g
m an ajem en dan kepe m im p inan, seba ga i pe n ghu bu n g an ta ra k elua rga dan
m asya raka t de n ga n m em berika n pend id ikan te rha dap a nak n ya berupa k om un ikasi
86 A b u A h m a di, Ilmu Pendidikan,..., h. 1 8 0
78
te rhadap sesam a n ya m em beri pe rasaan a m an da n perlin du n ga n te rha dap
ke lua rga n ya .8 7 H al in i dapa t dipaham i berdasa rkan Q S. A n- N isaa ’ A ya t: 34
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena AllahTelah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain(wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari hartamereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagimemelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara(mereka]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya Maka nasehatilahmereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalanuntuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar".
Seca ra ga ris besa r a da dua keb utu h an a nak yak n i keb u tu han jasm an i d an
kebu tu han ro han i (sp iritua l). K eb u tu han jasm an i anak se pe rti m a kana n, p aka ian,
pe ru m aha n, keseha ta n dan seba ga in ya . A n ta ra keb u tu han jasm an i dan rohan i
te rdap at kete rkaita n sa tu sam a la in. D ari sa tu sisi, d a lam ked ok te ran d ika takan
bah w a k ua litas m a kana n ya n g d ibe rikan kapa da anak ba lita a kan m en entu kan
kua lita s kece rda san dan kem a m p uan anak.
U pa ya pence rdasa n dapa t d ilak uka n o leh sia pa saja tidak m em a n da n g apa ka h
ibu ya n g ham il itu ce rda s a tau tida k. Sepe rtin ya kep ribad ian dan kece rdasan anak
te rba n gu n m ela lu i tra n sm isi sp iritua l, in te lek tua l, em o siona l da n m o ral ibu n ya .
K a re na itu ibu ya n g sed an g ham il sa n ga t d ia nju rka n un tuk m en in gka tka n bo bo t
sp iritua l, e m osiona l, m ora l da n in te lek tu alita sn ya . Pen in gka tan in i ban ya k
d item pu h den gan m em perban yak ibadah sha la t suna t, m em baca dan m e n ta la ’ah
87 R ehan i, Keluarga Sebagai Institusi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an,(Baitul hikmahPress,2001),cet. Ke-1, h. 91
79
A l-Q u ran , m e nja ga tu tu r ka ta , ge m ar be rinfak d an be rsede kah (de rm a w a n) se rta
akh la k te rp uji la in ya .8 8
B erda sa rkan ha l te rsebu t, o ran g tua (a yah dan ib u ) he n da kn ya
m em perha tikan kese im ban gan a n ta ra keb u tuhan jasm an i dan roha n i ana k. O le h
sebab itu o ran g tua ha rus m em berikan m a kanan yan g ha la l da n be rgiz i kepada
anak ba lita a ga r o ta kn y a tum b uh de n ga n sem p u rn a , d isam p in g m e lak u kan anak
den gan pe nu h ka sih saya n g. Fa k to r kasih saya n g san ga t m en en tu kan
perkem ban gan kep riba dian ana k. N am un de w asa in i tidak se dik it pa ra o ra n g
tua yan g k u ra n g m em perha tikan kese im ban ga n an ta ra keb utu han jasm an i dan
keb u tu ha n akan sp iritua l anak. O ra n g tua cend run g leb ih m em pe rha tika n
kebu tu han jasm an i anak dari pa da ke bu tu han da lam m ence rdaskan sp iritu a ln ya .
H a l in i dapa t d iliha t da ri ken ya taan bah w a se m ak in ban yak n ya a nak -a nak ya n g
seha t dan ce rdas te tap i sp iritua ln ya be lu m ten tu ce rdas. .
D is in ilah ba ran g ka li le tak kese njan gan perha tia n seba ga i o ra n g tua da lam
ka itan n ya de n gan pe nd id ikan a na k. K a rena itu lah se tiap o ran g tua ha rus
m en yada ri da n m e m pe rh a tikan kese im ban ga n an ta ra keb u tu han jasm an i dan roha n i
(sp iritua l) anakn ya.
B erda sa rkan c on toh d ia ta s m en u nju kkan be ta pa pen tin gn ya m em b in a
kece rdasan sp iritua l an ak , khusu sn ya da lam lingk un ga n ke lua rga . Pe nu lis
m en gajak ke pa da pa ra oran g tua supa ya leb ih m em perha tikan anak -a nakn ya ,
tidak han ya da ri se gi IQ dan E Q n ya sa ja , te tap i S Q yan g leb ih d iu tam aka n
d itana m ka n ke pa da an ak -a nakn ya. Y aitu o ra n g tua tidak la gi m en gabaikan
kece rdasan sp iritua l anakn ya .
Pe nd id ika n a ga m a dan S p iritua l te rm asu k b idan g-b ida n g pend id ikan yan g
m enda pa t pe rha tian penuh o leh ke lua rga (o ra n g tua ) te rhada p anak -anakn ya .
Pe nd idikan a gam a da n sp iritua l in i be rarti m em ba n gk itkan kek ua tan dan
kesed iaan S p iritu a l yan g bersifa t na lu ri ya n g ada pada ka nak -kanak m e la lu i
b im bin ga n a gam a ya n g seha t dan m e n ga m a lkan aja ran -a ja ran a ga m a da n
upaca ra -u paca ra n ya. B e gitu ju ga de n ga n m en ga ja rkan ke pada n ya ca ra - ca ra yan g
be tu l u n tu k m en un aika n syia r-syia r dan ke w ajiban a gam a, dan m e no lon g
88 S uh a rs on o, Mencerdaskan Anak, (Jaka rta : In tuisi P ress, 2 0 0 0 ) ,h . 1 1 8
80
m en gem ban gka n sikap a gam a yan g be tu l, te rm asuk m u la -m u la seka li ada lah
im an ya n g k ua t kepa d a A llah SW T , M ala ika t, K itab -K itab -N ya , R asu l-ra su l-
N ya, H a ri ak h ira t, taku t kepa da A lla h S W T dan se la lu m en dapa t pen ga w a san da ri
pada -N ya da la m sega la pe rb ua tan dan perka taan .89
Seba ga im a na pe nu lis k e tahu i bah w a ke lua rga ada lah seba ga i pe rsek u tuan
h id up te rkec il da ri m asyarak at ne ga ra yan g luas, ke lua rga m em ain kan p e ranan
pen tin g da lam pe n ge m ban gan ke m am puan k rea tif ita s anak -a nak . K arena ,
ke lua rga da pa t m e m pe rliha tkan seca ra lan gsun g be rba ga i ke te ra m p ila n yan g
d in ila i be rgu na da n jitu . S e la in itu , ke lua rga ju ga da pa t m e nstim u las i
(m e ran gsan g ) pe rke m b an gan anak da lam be rfik ir da n be rka rya , seka ligu s
m em be rikan do ro n gan -do ro n gan kepa da m e re ka . T idak han ya itu , sebuah
ke lua rga ju ga dapa t m em ban tu anak da lam m en ghada p i pe rsoa la n -p e rsoa la n
keh id upa n da n m e m bim b in g m e reka un tuk m en ye le sa ikan pe rsoa lan -pe rsoa lan
te rseb u t.9 0
D en gan dem ik ia n ke lua rga m em pu n ya i ke w ajiban ya n g tidak kec il, k a rena
ba ik bu ruk a tau suk ses tidak n ya an g go ta ke lua rga m eru paka n tan ggu n g jaw ab n ya.
D a lam ha l in i o ran g tua seba ga i ke pa la ke lua rga m e m an g d itun tu t un tu k
m ew a rnai ke lua rga den gan n ila i da n ak h lak yan g ba ik , su ri tau ladan yan g ba ik ,
m en ye lam atkan a ggo ta ke lua rga da ri se ga la be ntu k ke resaha n dan kesusaha n,
ba ik susah n ya pe rjuan ga n dunia m au pun akh ira t.
K e lua rga m e rupaka n “ training centre” ba gi penan am an n ila i-n ila i
pen ge m ban gan fitra h a tau jiw a bera ga m a ana k, se yo gia n ya be rsa m aan den ga n
perkem ban gan ke p riba d ian ya ya itu se jak lah ir ba hkan le b ih da ri itu se jak da lam
kand un gan . Pan dan gan in i d idasa rkan pe n ga m ata n pa ra ah li jiw a te rhadap o ra n g-
o ra n g yan g m e n ga lam i gan ggu an jiw a, te rn ya ta d ipen ga ruh i o le h k eadaa n em osi
a tau sikap o ran g tua (te ru tam a ibu ) pada w ak tu anak m asih da lam kan du n gan .
O leh kare na itu , seb aik n ya pada saat ba yi m asih be ra da da lam kan du n ga n ,
o ra n g tua (te ru tam a ib u ) se yo gian ya le b ih m e n in gka tka n am al ibada hn ya kepa da
89H asa n La n g gu lu n g , Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,(Jaka rta :
P T . A l H us na Z ikra , 19 9 5 ) cet. K e-3, . h .3 7 290Asy-Syaikh Fuhaim Musthafa Manhaj Pendidikan Anak Muslim Penerjemah ‘Abdillah
Obid, Lc dan Yessi HM. Basyaruddin, Lc,…,h. 46
81
A lla h, sepe rti m elak sanakan sha la t w ajib dan sha la t suna t, be rdo ’a , be rzik ir,
m em baca A l-Q u r’an dan m em beri sede kah se rta am alan sha leh la inn ya .
D a lam m em b ina da n m en ge m ba n gkan sp iritu a l anak da lam lin gk u n ga n
ke lua rga , d isam p in g u pa ya -u pa ya yan g te lah d ilak u kan d ia ta s, m aka ad a
bebe rapa ha l lagi yan g perlu m enjad i pe rha tian o ra n g tua ya itu sebaga i be riku t:
1. K a re na o ra n g tua m erup akan pe m bina p ribad i ya n g pertam a ba gi ana k ,
dan tok oh ya n g d iiden tifikasi a tau ditiru a nak, m aka se yo gian ya d ia
m em ilik i kep ribad ia n yan g ba ik a tau be rak h la k ul ka rim ah (ak h lak
yan g m ulia ). K e p ribad ian o ra n g tua , ba ik ya n g m e n ya n gku t sika p,
keb ia saan berp rilak u a ta u ta ta ca ra h idup n ya m erupa kan unsu r-u nsu r
pand id ikan ya n g tidak lan gsu n g m em be rika n pen ga ru h te rhadap
perkem ba n ga n fitrah bera gam a anak.9 1
2 . O ra n g tua hen dak n ya m em perlak u ka n a nak n ya den ga n ba ik. Pe rla kuan
yan g o to rite r (pe rlak uan yan g ke ras) a kan m en gak iba tkan
perkem ban ga n p ribad i anak ya n g k u ra n g d iha rap kan, be g itu pu la
pe rlakua n ya n g perm isif
(te rla lu m em be ri ke bebasan ) a kan m en ge m ba ngkan p ribad i ana k
yan g tida k bertan ggun g jaw ab a tau ku ran g m e m perdu lika n ta ta n ila i
yan g d iju njun g tin g gi da lam lin gk un gan n ya . S ikap da n pe rlak ua n
o ra n g tua yan g ba ik ada lah ya n g m em pu n ya i ka rak te ristik: a .
M em be rikan cu rah an k asih sa ya n g yan g ik h las , b . B ersikap re spe k
a tau m en gha rga i p riba d i anak, c . M enerim a anak seba ga im a na
b iasan ya, d . M au m en den ga rkan pe nda pa t a tau ke lu han ana k , e .
M em aafkan kesa lahan a nak, m e m in ta m aaf b ila te rn ya ta o ran g tua
send iri sa lah kepa da a nak, f. M elu ruskan kesa lahan ana k den ga n
pertim ba n ga n a tau a lasan-a la san yang te p at.
3 . O ran g tua he ndak n ya m em eliha ra hu bu n ga n yan g harm o n is a n ta ra
an ggo ta ke lua rga (a ya h den ga n ibu , o ran g tua d en gan a nak, dan ana k
den ga n ana k ). H ub un gan yan g harm o n is pen u h pen ge rtian dan kasih
sa yan g a kan m em b ua hk an pe rke m ban ga n pe rilaku ana k yan g ba ik .
91 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga,…, 47
82
Se dan gka n yan g tidak ha rm on is, sepe rti se rin g te rjad i pe rten ta n ga n a ta u
perse lis ihan a kan m e m pen ga ru h i pe rkem ban ga n p ribad i ana k yan g
tidak ba ik, sepe rti ke ras kepa la , pem b oh on g dan seba ga in ya .9 2
4 . O ran g tua he n dakn ya m em bim bin g, m en gaja rkan a tau m e la tih a ja ran
a gam a te rha dap a nak se p e rti: S yaha da t, Sha la t (ba caan dan ge raka n ya ),
D o ’a -d o ’a , B acaan A l-Q u r’an , la faz zik ir d an akh lak te rp uji sepe rti
be rsyu ku r ke tika m en dapa t a nu ge rah, be rsikap juju r m en ja lin
pe rsa uda raan den gan o ra n g la in , dan m e njauh kan d iri da ri pe rbua tan
yan g d ila ran g A lla h S W T 9 3
U n tuk m em eliha ra ke lua rga dari segenap ha l-ha l yang dapa t
m enje rum uskan keda lam neraka ten tu tidak m udah begitu sa ja . K arena itu
d ibu tuhkan sua tu p roses pen gertian dan pem aham an yang m en da lam te rhadap
tugas-tugas te rsebu t. Sebaga i o rang tua , tidak hanya berkew ajiban m em enuh i
kebu tuhan jasm an iah anak sem ata te tap i ju ga kebu tuhan akan sp iritua l anak da lam
m en capa i kebahagiaan dun ia dan akh ira t. D en gan ca ra m em biasakan anak sejak
d in i den gan ha l-ha l yang sesua i den gan n ila i-n ila i kesu silaan dan agam a
diha rapkan akan te rben tuk akh lak dan p ribad i yang ba ik pula dim asa - m asa
selanjutnya , seh ingga pada gilirann ya anak dap at m em bedakan m ana yang ba ik
dan te rbaik dan m ana yang bu ruk dan te rbu ru k, m ana yang benar dan m ana
yang sa lah da lam kehidupan seha ri-ha ri.
D a lam A l-Q u r’a n te lah d ije la skan bah w a ke lua rga da lam ha l in i o ra ng tua
bertan ggun g jaw ab te rh adap pen d id ikan a nak -a nak n ya . H a l in i te la h te rga m bar
pada A l-Q ur’an su ra t a t-T ah rim a ya t 6 se ba ga im a na te la h pe nu lis je la skan
sebe lu m n ya.
K e lua rga ada lah w ada h pe rta m a da n u tam a ba gi pe rtum bu han dan
perkem ban gan ana k, jika suasana da la m ke lua rga itu ba ik dan m e n ye nan gka n
m aka anak a kan tum bu h den gan ba ik pu la . J ika tidak, te n tu aka n te rham ba tla h
pertum bu han anak te rse bu t.
K e lua rga m em ilik i peranan ya n g sa n ga t pen tin g da la m u p a ya
92 Khalid Ahmad Syantut, Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak,…, h. 2493 A. Mudjad Mahali, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak,…, h.138
83
m en gem ban gka n p ribad i anak. Pe ra w a tan o ra n g tua yan g pen uh kasih saya n g
dan pe nd id ikan ten tan g n ila i-n ila i keh idu pa n be ra ga m a dan be rm asya raka t,
m erupa kan fak to r yan g ko nd u sif u n tuk m em p ersiap kan anak m e njad i p riba d i
dan an ggo ta m asya rak at yan g se ha t. O ran g tua m erupa kan o ra n g yan g te rde ka t
den ga n ana k. D i m ana sikap dan tin gka h la ku o ra n g tua a kan m enjad i panu tan
ba gi anak n ya , te ru tam a anak ya n g m asih k ec il. Penga lam a n anak se m a sa kec il
in i a kan te rba w a dan m em be kas sam pa i ia de w a sa . D an akh irnya aka n m ew arna i
co rak ke p ribad ian ya . D a lam ha l in i te ru tam a seka li da ri p ihak ib u lebih d itun tu t
un tuk berpe ra n aktif, ka re na ibu m e rupa kan o ra n g yan g leb ih deka t den ga n
anakn ya . Seo ra n g ib u yan g pe nu h kese riu san p erha tian, pe n ya yan g dan tekun
m enja lan kan aja ran -a ja ran a gam a, se rta u n tu k hidup sesua i n ila i-n ila i m o ra l ya n g
te lah d iga riskan o leh a gam a, m aka ia dapa t m em bina m o ra l da n m en ta l
(p ribad i) anakn ya seca ra seh at dan te ra tu r.
M en u ru t Carl Gustav Jung, seo ran g p sik o lo g te rke na l m e n ga ta ka n, ka lau
o ra n g tua in gin anakn ya bertin gka h lak u ba ik, te rleb ih dah u lu o ra ng tu a ha ru s
m en ge va luasi d irinya , a paka h m em a n g suda h b isa be rtin gk ah laku leb ih ba ik? .
B era t se ka li m em an g tu gas seba ga i o ran gtua , ada tun tu tan u n tu k se la lu b isa
m enjad i te la dan ba gi a nak ka rena anak a kan se la lu be la ja r ten tan g d un ia in i
den gan m eliha t sikap dari o ran g te rde ka tn ya te ru tam a oran g tu a .
O ran g tua m a napu n pasti in gin a nakn ya b isa be rtin gka h lak u yan g ba ik d i
depan o ra n g ba n ya k , m en gho rm ati o ran g leb ih tu a , sada r akan hak da n k ew ajiban
o ra n g la in yang b isa m em ba tasi hak dan ke w ajibann ya sen d iri, se rta peka
te rhadap o ran g la in . Pe n de k ka ta anak b isa m en giku ti n o rm a dan n ila i so sia l
yan g berlak u. Sun g gu h bu kan ha l ya n g m uda h un tuk d ise ra p dan d ipe la ja ri
anak, na m u n k ita be gitu in gin m ere ka ta hu dan b isa m e n ga m alka n ha l-h a l ba ik
te rse bu t. M e n ga pa ana k ha ru s m em pe la ja ri ha l te rsebu t? Letitia Baldrige,
seo ra n g ah li e tike t ya n g m e ru pakan sta f ah li da ri m anta n Fisrt Lady Lecgueline
Kennedy, m en ga ta kan ba hw a a lasan k ita (dan ju ga ana k -anak ) pe rlu be rtin gkah
laku yan g ba ik dan sopan san tun ya itu :9 4
94M o nty P . Sa tia D arm a da n F ide lis E . W aruw u, Mendidik Kecerdasan ,(Jaka rta : P us taka P op uler
O b or, 20 0 3 ) cet. K e-1 .h .4 8
84
1 . D iri k ita akan m erasa n ya m an dan ba ha gia ke tika k ita b isa
m em pe rlih a tkan
tin gkah laku yan g ba ik
2 . K ita aka n b isa h id up d item pa t ya n g efis ie n dan te rtib b ila sem ua
o ra n g b isa be rtin gka h laku ba ik dan berso pan san tun
3. K e ba ikan a kan m em b ua t lin gk un gan dan du nia k ita leb ih ba ik dan
n yam a n
U n tu k m en ge m ban gk an S Q da lam ke lua rga , be riku t in i be be rapa tip s ya n g
dapa t d ipe rha tikan o ran g tua :
a. M ela lu i “ jalan tugas”
b. M ela lu i “ jalan pen gasu h an”
c. M ela lu i “ jalan pen ge tah uan”
d. M ela lu i “ jalan peruba han p ribad i”
e. M ela lu i “ jalan persau daraan”
f. M ela lu i “ jalan kep em im pinan ya n g pen uh pen ga b d ian” 95
U ntuk leb ih je la sn ya akan penu lis u ra ikan sa tu pe rsa tu, ya itu :
a . M ela lu i “jalan tu gas”
Y aitu a nak d ila tih m elaku kan tu gas-tu gas ha rian n ya de n gan
do ro n ga n m otivasi da ri da lam . A rtin ya anak m elak ukan se tia p ak tif ita s- n ya
den ga n pe rasaan se nan g, bu kan kare na te rpaksa a tau ka rena pak saa n o ra n g tua .
B iasan ya ana k a kan m elakuka n tu gas-tu gasn ya d en gan pen uh se m an ga t apabila
d ia tahu m an faa t ba gin ya . U n tu k itu o ran g tua pe rlu m em be ri m o tiva si, m em b uka
w a w asan seh in gga se tiap tin dakan ana k - anak te rse b ut seca ra b e rtaha p
d im o tivasi da ri da lam
. A nak pe rlu d ibe ri w aktu m e n ggu na kan kebebasan p ribad in ya,
m em be nam kan d iri pa da ak tif ivita s -ak tivita s fa vo ritn ya se perti m em baca,
m en atap tem bok , m en den ga rka n m usik , m e na ri, m em anc in g, da n seba ga in ya .
Pe rm aina n -pe rm ainan in i m em bua t a nak -a nak p rod uk tif dan m en gem ban gkan
keka yaan kece rdasan da lam d iri m ere k a .
85
D ida lam ke lua rga pe rlu ko nd isi yan g m en du ku n g pe n ge m ba n ga n k on d isi
ba tin a nak a gar da p at b e rk ha ya l, be ran gan -a n ga n , m en ge m ba n gkan fan tasin ya ,
dan berm ain . P e rm ainan m em bu ka p in tu baka t da n m e m b u at o ran g be bas
be rp ik ir dan den gan dem ik ian m en gem ban gka n kece rdasan.Pe rm ainan
m em un gk in kan ana k -an ak m en gena l d irin ya sen diri. Pe rm a inan ad ala h gu ru
te rba ik ba gi ana k -a na k. Pe rm aina n m em bu ka p in tu un tu k m em asu ki sua tu
yan g m un gk in d ira sa kan seseo ran g a nak seb a ga i ta ta nan yan g sud ah ada
seb elum n ya . Pe rm aina n m em ban tu anak te rh ub u n g den gan be bas ke du n ian ya
dan den gan m u dah m en g hab iskan w ak tun ya pen u h k ua lita s.
K e bebasa n berp ik ir ya n g efek tif da n p ositif akan berkem ban g da la m
d iri anak ya n g m e re ncana kan, m em u la i, dan m enen tu kan se nd iri a rah
perm ainann ya . B e rh ub u n ga n de n ga n ha l itu , sifa t-s ifa t o ran g tua ya n g san ga t
m en gekan g a tau m en gen da lika n a nak seca ra po sitif a kan m en gham ba t
pe rkem ba nga n S Q anak da lam ke luarga .
b . M ela lu i “jalan pen gasuh an”
O ran g tua ya n g penu h kasih sa ya n g, sa lin g pe n ge rtian, c in ta , dan
pen gha rgaa n . A nak tidak perlu d im a njakan k arena akan m e n ge m ba n g- ka n
da lam d iri anak sifa t m em en tin gka n d iri send iri dan m e n ga ba ika n k ebu tuhan
o ra n g la in. Pen gasuh a tau ibu ya n g te rla lu m eno lon g tidak m e n ge m b an gkan
kece rdasa n sp iritua l (S Q ) ana k, ka rena han ya m en gem ban gka n p ribad i-p ribad i
yan g k ik ir dan be rp ik iran sem p it da lam c in ta , tidak m e m ilih pe rspek tif luas
sehin gga tida k m en yada ri kebu tu han dasa r a tau kebera daan o ran g la in.
T e rbu ka dan ja lin h ub u n ga n kasih den gan a nak -a nak. K ita pe rlu be la ja r
un tuk b isa m e n erim a dan m ende n ga rkan den gan baik “ diri k ita send iri” dan
leb ih -le bih “o ra n g la in ” . O ran g tua pe rlu m em b uka diri, m en gam b il re siko
m engu n gka pkan d irin ya kepa da “p u tra -pu trin ya” . H an ya den gan ca ra d em ik ian
k ita m em be ri m o de l dan pen ga la m an h idu p ba gi ana k -a nak un tu k
m en ge m ba n gkan kece rd asan sp iritua l (SQ )-n ya .
O ran g tua pe rlu m e n c ip taka n lin gk u n ga n k e lua rga pe nu h kas ih dan
pen ga lam a n sa lin g m e m aafka n. T inda kan ba las kasiha n, pe la yan an dan
86
pen ga m pu nan m em be rikan a pa yan g d ika ta ka nan o leh ah li pe nd id ik an G race
P ilo n seba ga i “ ra sa se jahte ra da lam pik ira n ” yan g m e njad i landasan ba gi
pen gem ban gan kece rdasan sp iritua l (S Q ).
c . M ela lu i “jalan pen ge tah uan”
D en gan m en gem ban gka n sikap in ve stiga tif, p em ah am an, pe n ge ta hua n
dan sikap e k splo ita tif. D iru m ah pe rlu d ib e ri ruan g ba gi ana k u n tu k
m en gem ban gka n w aw a san ilm u pe n ge tah uan n ya . M u n gk in d ia lo g den gan o ran g
tua ya n g sudah m e m ilik i pen ge tah uan yan g leb ih luas da pa t m em perluas
pen getahua n ana k seh in gga m em ban tu u saha e k sp lo i- ta tif da n penca riann ya
te rhadap keka yaan ilm u penge ta hua n itu send iri.
d . M ela lu i “jalan peruba han p ribad i” (k rea tif ita s ).
U n tuk m en gem ban gka n k rea tif ita s ana k m em bu tuhka n w ak tu ba gi d irin ya
send iri u n tu k dapa t be rim a jinasi da n ke m ud ian m enc ipta kan sesua tu sesu ai hasil
im a jinasin ya . B a n ya kn ya laran gan m u n gk in akan m en gha m ba t ruan g k re a tif ita s
anak. Itu be ra rti o ra n g tua tidak la g i m e la ra n g da n m en ga ra hkan ke gia ta n
anak m ela in kan pe rlu be rd ia lo g de n ga n ana k -ana k, seh in g ga m ere k a dapa t
m en g gu nakan ke bebasa n k rea tif ita sn ya den gan te tap m e m pe rha tika n k o m itm en
pada tugas-tu gas ya n g d ilaku kann ya.
e . M ela lu i “jalan persau daraa n”
H al in ilah yan g pa lin g dapa t d ila tih da lam ke lua rga , m e la lu i sikap sa lin g
te rb uka se m ua ang go ta ke lua rga den ga n be rd ia lo g sa tu sam a la in. Se tiap
kesu litan a tau k on flik yan g tim b u l da lam ke lua rga d ipecahkan be rsa m a den gan
sa lin g m en gha rga i sa tu sam a la in. Sa ra na u n tu k itu ada lah “dia lo g” . U n tu k dapa t
be rd ia lo g d ian d alka n ke m am p uan un tu k sa lin g m ende n ga rkan da n kem am p uan
m enerim a pen dapa t syan g be rbe da . Pen ga la m an seperti itu ha n ya dapa t d ia lam i
o leh anak dida lam ke lua rga n ya .
f . M ela lu i ja lan kepem im pinan yan g pen uh pen ga b dian.
O ran g tua a da lah m o d el seo ra n g pem im p in yan g akan d ia la m i o leh a na k -
anak di da la m ke lua rga . Pe m im pin yan g efek tif seo ran g yan g be rsika p ra m a h,
m am p u m e m aham i pe rasaan yan g d ip im p in da n m am pu be rhu bu n gan den ga n
sem ua an ggo ta ke lua rga . D isin i o ran g tua dapa t m enjad i m o de l ba gi a na k -a nak
87
un tuk m ela yan i, re la be rk o rba n, dan m en gu tam akan kepe n tingan be rsa m a da ri
pada kepe n tin ga n d iri send iri. K a rena ya n g m e m andu se tiap pe rila ku ada lah apa
yan g bern ila i dan be rm akna ba gi sem ua.
S in gka tn ya , tem pa t pertam a un tuk m en um b uh kan kece rdasan sp iritu a l
ada lah ke lua rga . A nak -a nak yan g d ibesa rkan da lam lin gk un ga n ke lua rga yan g
berkece rdasan sp iritua l (S Q ) tin gg i akan m enjadi p riba d i- p riba d i den gan S Q
tin ggip u la .
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Peran utama dari orang tua yaitu mendidik anaknya agar kelak menjadi anak
yang baik dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Mendidik anak
adalah membantu dengan sengaja pertumbuhan anak dalam mencapai
kedewasaannya baik dari segi jasmani dan rohani.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan kecerdasan spiritual anak, yaitu:
a. God spot (fitrah)
b. Potensi qolbu (fu’ad, shard, dan hawa)
c. Faktor genetic atau bawaan
d. Faktor lingkungan keluarga dan rumah
3. Langkah-langkah pembinaan kecerdasan spiritual anak meliputi :
a. Pendidikan keimanan, yang dimaksud dengan pendidikan iman disini
adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun islam, dan dasar-
dasar syariah, sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu.
b. Pendidikan moral, yang dimaksud dengan pendidikan moral adalah
pendidikan tentang prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak
(tabiat) yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa
pemula hingga ia menjadi seorang mukallaf yakni siap mengarungi lautan
kehidupan.
89
c. Pendidikan fisik (jasmani), pendidikan fisik disini dimaksudkan agar anak-
anak tumbuh dewasa dengan kondisi fisik yang kuat, sehat, bergairah dan
bersemangat.
d. Pendidikan rasio (intelektual), yang dimaksud dengan pendidikan rasio
adalah membentuk (pola) pikir anak dengan segala sesuatu yang
betmanfaat, seperti ilmu agama, kebudayaan dan peradaban. Dengan
demikian, pikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan dan
sebagainya.
e. Pendidikan psikhis (jiwa), yang dimaksud dengan pendidikan kejiwaan
adalah mendidik anak supaya bersikap berani terbuka, mandiri, suka
menolong, bias mengendalikan amarah dan senang pada seluruh bentuk
keutamaan jiwa dan moral secara mutlak.
f. Pendidikan sosial, yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah
mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan prilaku sosial yang
baik, dasar-dasar kejiwaan yang mulia dan bersumber pada akidah
Islamiyah yang kekal dan perasaan keimanan yang mendalam, agar
ditengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berprilaku yang
baik, keseimbangan akal yang matang dan bijaksana.
g. Pendidikan seksual, yang dimaksud dengan pendidikan seksual adalah
upaya pengajaran penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah
yang seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah-masalah yang
berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Hal ini dimaksudkan agar
jika anak telah tumbuh dewasa, ia telah mengetahui masalah-masalah yang
diharamkan dan yang dihalalkan
D isam p in g , itu ada be bera pa lan gk ah - lan gk ah un tuk m e nu m bu h dan
m en gem ban gka n kece rd asan sp iritua l anak ya itu sebaga i be riku t:
a) A ja rka n A l-Q u r’an bersam a-sam a da n m elaksa n akan m ak nan ya da la m
keh idu pan kita .
b) Jad ilah k ita “ ge m ba la sp iritua l” yan g ba ik
c) B an tu lah anak un tu k m erum uska n “m isi” h idup n ya
d) C erita kan k isah -k isah n ab i dan rasu l se rta k isah te ladan la in ya
90
e) L iba tkan anak dalam ke gia tan -ke gia tan ritu a l keagam aan
f) B acakan pu isi-p u isi a tau la gu -la gu ya n g sp iritua l dan in sp ira sio n al
g) B aw a anak un tuk m e n ikm ati ke in dahan a lam
h) Ik u t se rtakan anak da lam kegia tan -ke gia ta n so sia l, dan
i) Jad ilah ce rm in positif bagi anak
a. SARAN
Dari pembahasan di atas penulis memberikan saran-saran kepada :
i. Untuk orang tua agar menambah ilmu pengetahuan dalam mendidik anak dari
segi IQ, EQ, dan SQ sehingga baik dan benar dalam memberikan teladan yang
baik bagi anak-anak agar mereka menjadi anak-anak yang tumbuh dewasa
dengan kepribadian yang baik.
ii. Bagi para pengajar di sekolah agar memperhatikan kecerdasan spiritual siswa-
siswi selain kecerdasan akal dan emosi mereka
iii. Bagi para traniner harus dapat menciptakan metode-metode baru yang
memudahkan orang tua dalam pembinaan kecerdasan spiritual anak sehingga
dapat diaplikasikan oleh orang tua dalam membina anak-anaknya.
91
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, Mas Udik, Meledakkan IESQ Dengan Langkah Taqwa dan
Tawakal, Jakarta: Zikrul Hakim, 2005, cet. I
2. Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual ESQ (Jakarta:Penerbit Arga 2001) cet ke-1
3. Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Logos. 1999, cet ke I
4. Arifin, H. M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan
Sekolah & Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1970
5. Bawani, Imam Pengantar Psikologi Perkembangan, Surabaya : Usaha
Nasional, 1989, cet. Ke-I
6. Bukhari, Shahih Bukhari, Beirut : Dar Ahya al-Turarts al-Arabiy,tt
7. Buzan, Toni, kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Spiritual, terjemahan Ana Budi Kuswandi, (Indonesia :
PT Pustaka Delapratosa, 2003) Cet. Ke-1
8. Chaplin, JP, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : Rajawali Pres, 1989, cet.
Ke-1
9. Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Islam Dalam Pembinaan
Mental, Jakarta : Bulan Bintang , 1975,cet. Ke- III
Kesehatan Mental, Ja ka rta : P T . T o k o G un un g A gu n g, 2 00 1, ce t.
K e - X X III
10. Djalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, Cet
- II
11. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998,
cet.ke-II
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1993,
cet. Ke-II, h. 186
92
12. Fuhaim Musthafa, Asy-Syaikh, Manhaj Pendidikan Anak Muslim
Penerjemah ‘Abdillah Obid, Lc dan Yessi HM. Basyaruddin, Lc,
(Jakarta: Mustaqiim, 2004), cet. Ke-I
13. Goleman Emotional Intelligence, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
1999,cet. Ke-IX
14. Halim, M. Nipan Abdul, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Ofset, 2000), cet ke-I
15. Harini, Sri & Aba Firdaus, al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini,
Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2003, cet. Ke-I
16. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2006
1 7 . H u jja ti, M . B a gir Pendidikan Anak dalam Kandungan, B og or : C a ha ya ,
2 0 0 3
18. Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997, cet
ke-I
19. Karim As’ad, Al-Faqi, Agar Anak tidak Durhaka Jakarta, Gema Insani,
2005, cet. Ke- I
20. Khant, Pir Vilayat Inayat Membangkitkan Kesadaran Spiritualitas,
terjemahan Rahmain Astuti, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2002, cet.
Ke-1
21. Kurniasih, Dedeh: Arti Sehat dan Bahagia Bagi Anak (http://www.tabloid
nakita.com/khasanah/khasana h. 06309-01.htm)
2 2 . L a n g gu lu n g , H a sa n , Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi
dan Pendidikan,(Jaka rta : P T . A l H u sna Z ikra , 19 9 5 ) cet. K e -3
2 3 . Mahali, A. Mudjad, Hubungan Timbal Balik Orang Tua dan Anak, (Solo:
Ramadhani, 1994), cet ke IV
24. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Karya Ki Hajar Dewantara
Bagian I, Yogyakarta, 1962, dikutip Soewarno, Pengantar Umum
Pendidikan, Jakarta, Aksara Baru, 1985
93
25. Mubayidh, Makmun, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak,
terjemahan Muhamad Muchson Anasy, S.HI, Jakarta Pustaka Al-
Kautsar ,2006, cet. Ke-I
26. M u shtha fa A h m ad , A l- M ara g i, Tafsir Al-Maraghi, te rjem a h an A n w a r
R a syid i, 19 8 7 c e t. K e -1
27. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1997 cet ke-1
28. Noor, No. 02/TH.VI/Februari 2008
29. Nawaw, Safurrahaman & Zayadi, Ahmad Petunjuk Praktis Menulis Karya
Ilmiah, Ponorogo : Darussalam Press 1994 cet. Ke-II
30. Olgar, Maulana Musa Ahmad, Tips Mendidik Anak Bagi Orang Tua
Muslim (Tangerang: Agro Media Pustaka, 2006), cet. Ke- I
31. Poerwadarminta, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarata : Balai
Pustaka, 1982
32. R a jih, H a m da n , Spiritual Quotient for Children Jo g ja ka rta : D iva P re ss,
2 00 5
33. R e h an i, Keluarga Sebagai Institusi Pendidikan dalam Perspektif Al-
Qur’an, Baitul hikmah Press,200),cet. Ke-1
34. Satiadarma, Monty P, dan E. Waruwu, Fidelis Mendidik Kecerdasan,
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003, cet. Ke I
35. Sholeh, Asarorun Ni’am, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis
Kronologis Atas Lahirnya UU Guru dan Dosen, Jakarta : elSAS, 2006,
cet. I
36. S uh a rson o, Mencerdaskan Anak, (Ja ka rta : In tu is i P re ss, 2 0 0 0 ),
37. Suhartin, R.I Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini Jakarta,
Batara, 1980
38. Suharto, Dedhi, Qur'anic Quetient, Jakarta : Yayasan Ukhuwah, 2003, cet.
Ke-I
39. Sukidi, Kecerdasan Spiritual, Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 2004,
cet. II
94
40. Sururin, DR. M. Ag, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo
Perdasa, 2004, cet. Ke-I
41. Syantut, Khalid Ahmad, Melejitkan Potensi Moral Spritual Anak,
(Bandung : Syamil, 2007)
42. T a sm a ra , T oto , Kecerdasan Ruhaniah, Ja ka rta : G e m a Insa n i, 20 0 1 , ce t.
K e-I
43. Ulwan, Abdullah Nashib, pendidikan Anak Dalam Islam. Terjemahan
Jamaluddin Miri Jakarta : Pustaka Amanah, 1998
44. Y u su f, S ya m su , L N , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja ,
B a n d un g:R osd a K arya , 2 0 0 1
45. Zaini, Syahminan, Jalur Kehidupan Manusia menurut Al-Quran, Jakarta:
Kalam Mulia, 1995
46. Zohar, Danah dan Marshal, Ian, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
Dalam Integralistik dan Holistik Untuk Kehidupan, Bandung:
Mizan, 2001, cet ke-II