1 analisis pengaruh profitabilitas, kebijakan...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN UTANG,
KEBIJAKAN DIVIDEN, SIZE, MEKANISME GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2005-2010)
Indah Yunita
Drs. Prasetiono, M.Si.
Abstract
Purpose of this research is to examine influence of profitability, debt
policy, dividend policy, size, and Good Corporate Governance mechanism to
firm’s value of manufacturing companies listed at Indonesian Stock Exchange
during 2005-2010. Firm’s value is calculated by using Tobin’s Q. Meanwhile
Good Corporate Governance mechanism is measured by independent
commissioners and institutional ownership.
Samples used in this research are manufacturing companies listed at
Indonesian Stock Exchange on period 2005-2010. This research uses purposive
sampling method to choose samples so it is resulted 10 companies as samples.
Data is analyzed by using multiple regression method and descriptive statistics.
This study finds that profitability has significant positive effect to firm’s
value. Besides, this research proves there is significant positive influence between
size and firm’s value. Whereas, other variables like debt policy, dividend policy,
independent commissioners, and institutional ownership have no significant effect
to firm’s value.
Keywords: profitabilitas, kebijakan utang, kebijakan dividen, size, mekanisme
Good Corporate Governance, komisaris independen, kepemilikan institusional,
nilai perusahaan, ROA, DER, DPR, total aset, Tobin’s Q
2
I. PENDAHULUAN
Globalisasi mendorong munculnya persaingan usaha yang semakin ketat.
Oleh karena itu, perusahaan berupaya terus-menerus meningkatkan kinerja yang
tercermin dalam nilai perusahaan. Nilai penting bagi perusahan sebab tujuan
utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Nilai
perusahaan yang tinggi merupakan keinginan setiap pemilik perusahaan karena
nilai yang tinggi menunjukkan besarnya kemakmuran para pemegang saham. Hal
ini senada dengan pendapat Salvatore (2005) yang menyatakan bahwa tujuan
utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran
pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan erat kaitannya dengan Good Corporate Governance
(GCG). Hal ini karena tujuan GCG adalah memaksimalkan nilai perusahaan guna
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Suprayitno, dkk (2004)
mengatakan bahwa … Penerapan Tata Kelola Korporasi Yang Baik (Good
Corporate Governance / GCG) ini dapat memberikan inspirasi kepada perbaikan
pengelolaan perusahaan yang sehat di Indonesia, baik di lingkungan perusahaan
secara umum maupun di sektor tertentu atau lembaga perbankan, serta bila perlu
menjadi bahan kajian di lembaga-lembaga pendidikan manajemen. Suprayitno,
dkk (2004) juga menjelaskan bahwa dari perspektif perusahaan sebagai badan
usaha, tujuan yang diharapkan melalui penerapan Good Corporate Governance
(GCG) adalah memaksimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Tujuan ini
dicapai melalui upaya perusahaan dalam memberikan kinerja yang maksimal, baik
kinerja keuangan maupun kinerja usaha lainnya melalui aspek-aspek kewajaran,
transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab.
Suprayitno, dkk (2004) mengatakan bahwa Corporate Governance
menjadi isu penting sejak terjadinya krisis moneter di beberapa negara Asia
Tenggara, terutama di Indonesia. Solomon (2007) menyatakan bahwa corporate
governance menjadi istilah yang paling sering digunakan dalam bisnis global.
Runtuhnya Enron pada 2001, salah satu perusahaan terbesar di Amerika, menjadi
perhatian internasional mengenai kegagalan dan peran perusahaan dimana
corporate governance yang kuat perlu dijalankan sebagai upaya pencegahan.
3
Keterpurukan bisnis yang ada pada saat itu merupakan akibat kurang efektifnya
perusahaan oleh manajemen serta lemahnya mekanisme pengawasan oleh dewan
komisaris. Selain itu, dikatakan bahwa muncul berbagai tuntutan terhadap
pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan, dan peningkatan
kebutuhan dana eksternal untuk kegiatan dalam rangka peningkatan daya saing
perusahaan.
Berdasarkan phenomenon gap yang menunjukkan hubungan tidak
konsisten antara variabel independen dengan variabel dependen serta research
gap antarpenelitian terdahulu, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh kebijakan utang terhadap nilai perusahaan?
3. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan?
4. Bagaimana pengaruh size terhadap nilai perusahaan?
5. Bagaimana pengaruh mekanisme Good Corporate Governance yang
diimplementasikan melalui komisaris independen dan kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan?
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
1. menganalisis pengaruh variabel profitabilitas terhadap nilai perusahaan
2. menganalisis pengaruh variabel kebijakan utang terhadap nilai perusahaan
3. menganalisis pengaruh variabel kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan
4. menganalisis pengaruh variabel size terhadap nilai perusahaan
5. menganalisis pengaruh variabel mekanisme Good Corporate Governance
yang diproksikan dengan komisaris independen dan kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan
4
II. TELAAH TEORI
2.1 Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk
memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore,
2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu
perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Menurut Husnan (2000) dalam Mulianti
(2010), nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004)
nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas
perusahaan yang beredar.
2.2 Good Corporate Governance dan Agency Theory
Pada prinsipnya Good Corporate Governance merupakan azas yang
menjadi landasan hubungan antara semua pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan, baik pengelola, pemegang saham, maupun stakeholders lain agar
melakukan pengelolaan perusahaan dengan baik, maka perlu diatur sedemikian
rupa agar semua pihak harmonis dan terlindungi, tidak saling merugikan.
Agency Theory yang dikembangkan Michael Johnson, profesor dari
Harvard, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi pemegang
saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri,
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham
sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model.
Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota
dalam perusahaan, prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan
pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk
menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan
apa yang telah diamanatkan oleh prinsipal.
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat
untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas
5
(bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi
keorganisasian adalah adanya konflik antara anggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktivitas, dan adanya asymmetric information antara prinsipal dan
agen. Sedangkan asumsi tentang informasi adalah informasi dipandang sebagai
barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Adanya posisi, fungsi, kepentingan, dan latar belakang prinsipal dan agen
yang berbeda dan saling bertolak belakang, namun saling membutuhkan. Mau
tidak mau dalam praktiknya akan menimbulkan pertentangan, saling tarik-
menarik kepentingan dan pengaruh antara satu dengan yang lain. Permasalahan
timbul apabila terdapat perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal. Kondisi
ini disebut agency probolems.
Salah satu penyebab agency problem adalah adanya Asymmetric
Information. Asymmetric Information adalah informasi yang tidak seimbang yang
disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen
yang berakibat dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan adanya
kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-
tindakan agen.
Pada prinsipnya, kedua teori tersebut menjelaskan bagaimana
menyelesaikan konflik kepentingan antara pihak dan stakeholder dalam kegiatan
bisnis yang berdampak merugikan. Untuk menghindarkan konflik, kerugian,
diperlukan prinsip-prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik yaitu prinsip
Good Corporate Governance (GCG). Good Corporate Governance (GCG)
adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses
pengendalian usaha menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk
perhatian kepada stakeholder, karyawan, kreditur, dan masyarakat sekitar
(Emirzon, 2007).
2.3 Hubungan Variabel Independen dengan Variabel Dependen
2.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan yang berhasil diraih oleh
perusahaan selama menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan
kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin
6
tinggi keuntungan yang dihasilkan, semakin baik kemampuan perusahaan dalam
memaksimalkan pengoperasian aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dapat
dikatakan bahwa tingkat keuntungan yang tinggi mencerminkan kinerja manajer
yang baik sehingga prospek perusahaan pada masa mendatang juga baik. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paranita (2007). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh secara positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Demikian pula dengan penelitian Sujoko
(2007). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi
nilai perusahaan secara positif signifikan. Hasil penelitian serupa diungkapkan
oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007). Temuan-temuan tersebut memperkuat
argumen Ang (1997) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat ditarik hipotesis :
H1: Profitabilitas berpengaruh secara positif terhadap nilai
perusahaan.
2.3.2 Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Nilai Perusahaan
Penggunaan utang dalam struktur modal dianggap berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan karena dapat menghemat pajak. Akan tetapi,
penggunaan utang yang terlalu tinggi dapat memicu terjadinya terjadinya
financial distress. Dalam penelitian Sujoko (2007), Sujoko dan Soebiantoro
(2007), serta Asnawi (2001) menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan
antara kebijakan utang dan nilai perusahaan.Oleh karena itu, hipotesis yang dapat
dibangun adalah sebagai berikut :
H2 : Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
2.3.3 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Pembayaran dividen merupakan sinyal positif bagi investor. Selain
meningkatkan kemakmuran investor, dividen yang tinggi mencerminkan baiknya
kinerja manajer perusahaan. Kenaikan pembayaran dividen merupakan indikasi
7
adanya kelebihan laba bersih yang digunakan untuk investasi. Hal ini
menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik
untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Selain itu, hasil
penelitian Sujoko (2007) dan Sujoko dan Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa
pembayaran dividen berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kebijakan dividen memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2.3.4 Pengaruh Size terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami
perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan
meningkat. Sejumlah studi yang dilakukan oleh Homaifar, et all (1994) dalam
Paranita (2007) dan Moh’d, et all (1998) dalam Paranita (2007) mengemukakan
bahwa perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah mengakses pendanaan
melalui pasar modal. Kemudahan ini merupakan informasi baik bagi pengambilan
keputusan investasi, yang dapat merefleksikan nilai perusahaan pada masa
mendatang. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006)
pada periode pengamatan 2003. Hasil serupa dikemukakan oleh Paranita (2007),
Sujoko (2007), dan Sujoko dan Soebiantoro (2007) sehingga dapat disusun
hipotesis sebagai berikut :
H4 : Size memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.3.5 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap
Nilai Perusahaan
Carningsih (n.d) menyatakan bahwa indikator mekanisme Corporate
Governnace yang digunakan dalam penelitiannya yaitu komisaris independen.
Sedangkan Praditia (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
merupakan bagian dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan komisaris independen dan kepemilikan
institusional sebagai indikator mekanisme corporate governance.
8
2.3.5.1 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan
Salah satu proksi Good Corporate Governance (GCG) adalah komisaris
independen. Ini didasarkan pemikiran bahwa semakin tinggi proporsi komisaris
independen dalam perusahaan, diharapkan dewan komisaris dapat melakukan
tugas pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi secara efektif.
Oleh karena itu, keberadaan komisaris independen dapat memicu manajemen
untuk bekerja lebih baik sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi
perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wiesantana (2008) dan Anugrah
(2010) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh secara positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, dapat dibangun hipotesis
sebagai berikut :
H5a : Komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap
nilai perusahaan
2.3.5.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Kepemilikan institusional merupakan bagian dari mekanisme corporate
governance. Kepemilikan institusional oleh beberapa peneliti dipercaya dapat
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai
perusahaan. Pada umumnya, institusi yang memiliki saham di sebuah perusahaan
ikut memonitoring perusahaan tersebut. Semakin besar kepemilikan institusional,
akan semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan serta akan dilakukan
tindakan pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
(Faisal, 2004).
Penelitian Subagio (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu,
dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
H5b : Kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap
nilai perusahaan
9
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau tertanggung
oleh variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai perusahaan, yang diproksi dengan menggunakan Tobin’s Q. Menurut
Herawaty (2008), Tobin’s Q dapat diformulasikan sebagai berikut :
Keterangan :
Q = nilai perusahaan
MVE = nilai pasar ekuitas (Equity Market Value)
BVE = nilai buku dari total ekuitas (Equity Book Value)
D = nilai buku dari total utang
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham
dan penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar
pada akhir tahun. Equity Book Value (BVE) diperoleh dari selisih total aset
perusahaan dengan total kewajibannya.
3.1.2 Variabel Independen, yaitu variabel bebas dan tidak terpengaruh oleh
variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang
menunjukkan efektivitas dengan investasinya. Kedua rasio ini bersama-sama
menunjukkan efektivitas rasio profitabilitas dalam hubungannya antara laba bersih
setelah pajak dengan total aset. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah
Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) merupakan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak dengan total aset.
Q =
ROA =
10
(2) Kebijakan Utang
Kebijakan utang diukur melalui proporsi utang terhadap modal atau debt
to equity ratio (DER). Dalam Paranita (2007), kebijakan utang diformulasikan
sebagai berikut :
(3) Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen diformulasikan dengan menggunakan dividend payout
ratio (DPR), yang merupakan rasio dividen per lembar saham dengan laba per
lembar saham. Dengan demikian, dividend payout ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut :
(4) Size
Size diproksi dengan menggunakan Ln total aset sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut :
(5) Mekanisme Good Corporate Governance (GCG)
Carningsih (n.d) menyatakan bahwa indikator mekanisme Corporate
Governnace yang digunakan dalam penelitiannya yaitu komisaris independen.
Sedangkan Praditia (2010) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
merupakan bagian dari mekanisme corporate governance pada perusahaan. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan komisaris independen dan kepemilikan
institusional sebagai indikator mekanisme corporate governance.
DER =
DPR =
Size = Ln total assets
11
a) Komisaris Independen
Komisaris independen diproksi dengan menggunakan proporsi jumlah
komisaris independen terhadap total dewan komisaris yang ada di perusahaan
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
b) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diproksi dengan menggunakan proporsi jumlah
saham yang dimiliki oleh institusi, seperti pemerintah, institusi keuangan, institusi
berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian, serta institusi lainnya pada
akhir tahun. Dengan demikian, kepemilikan institusional diproksikan sebagai
berikut :
3.2 Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan dilakukan sejak tahun 2005 hingga
2010 dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan
sampel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2005 sampai tahun 2010.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode
pengamatan 2005 hingga 2010.
3. Perusahaan yang memiliki komisaris independen mulai 2005 hingga 2010.
4. Perusahaan yang mempunyai kepemilikan institusional selama 2005
hingga 2010.
5. Perusahaan yang membagikan dividen tunai selama enam tahun berturut-
turut, mulai 2005 hingga 2010.
Komisaris Independen (Kind) =
Kepemilikan institusional (Kinst) =
12
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
berupa laporan keuangan lengkap yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia
selama periode 2005 hingga 2010.
Data diperoleh dari
a. Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id
b. Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
c. Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang
d. www.yahoo.finance.com
3.4 Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu pengaruh
profitabilitas, kebijakan utang, kebijakan dividen, size, komisaris independen, dan
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Model yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel-variabel secara spesifik terhadap nilai perusahaan
dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan regresi di bawah ini :
Y =α + b1 ROA + b2 DER + b3 DPR + b4 (Ln Size) + b5 KIND + b6 KINST+ e
Keterangan :
Y = nilai perusahaan
α = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5, b6 = koefisien regresi
ROA = Return on Equity
DER = Debt to Equity Ratio
DPR = Dividend Payout Ratio
Ln Size = logaritma natural total aset
KIND = komisaris independen
KINST = kepemilikan institusional
e = error term
13
Sebelum melakukan analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedasdisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolonieritas. Pengujian hipotesis
menggunakan uji t untuk melihat pengaruh signifikan variabel secara parsial
terhadap variabel dependennya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data
4.1.1 Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statistik deskriptif variabel Q, ROA, DER, DPR, SIZE,
KIND, dan KINST sejak 2005 hingga 2010 disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Q 60 .792 6.514 1.71662 .978119
ROA 60 .008 .392 .11646 .071799
DER 60 .383 3.441 1.18525 .656499
DPR 60 .015 .993 .37213 .258347
SIZE 60 3.E11 1.E14 1.24E13 2.320E13
KIND 60 .200 .670 .39120 .081185
KINST 60 .501 .982 .76597 .144402
Valid N (listwise) 60
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011
Berdasarkan tabel hasil uji statistik di atas, didapatkan informasi sebagai
berikut :
Variabel nilai perusahaan (Q) yang diukur dengan menggunakan Tobin’s
Q menunjukkan nilai minimum sebesar 0,792 dan nilai maksimum senilai 6,514.
Nilai minimum dimiliki oleh PT. Tunas Ridean Tbk pada 2006 sedangkan nilai
maksimum dicapai oleh PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada 2010. Nilai
rata-rata Q sebesar 1,71662 dan deviasi standarnya bernilai 0,978119. Susanti
(2010) menyatakan bahwa nilai standar deviasi Tobin’s Q yang berada dibawah
rata-rata menggambarkan bahwa kesenjangan antara nilai maksimum dan
minimum rendah. Sedangkan rata-rata nilai perusahaan dianggap menarik karena
14
rasio diatas satu. Praditia (2010) menyatakan bahwa pada umumnya investor lebih
memilih perusahaan yang memiliki rasio Q diatas satu sebab hal itu menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang
lebih tinggi daripada pengeluaran investasi.
Variabel profitabilitas diproksi dengan Return on Assets (ROA). Nilai
minimum ROA sebesar 0,8%. Sedangkan nilai maksimum mencapai 39,2%. Nilai
minimum dimiliki oleh PT. Tunas Ridean Tbk pada 2006. Sedangkan nilai
maksimum dicapai oleh PT. Sepatu Bata Tbk pada tahun 2008. Rata-rata ROA
sebesar 11,646% dan deviasi standar mencapai 7,1799%. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan sampel memiliki kemampuan rata-rata untuk menghasilkan
laba sebesar 11,646% dari total aset yang dimiliki. Selain itu, kesenjangan antara
nilai minimum dan maksimum rendah karena standar deviasi lebih kecil daripada
nilai rata-rata.
DER memiliki nilai minimum sebesar 38,3%, yang terdapat pada PT.
Sepatu Bata Tbk pada 2009. Sedangkan nilai maksimum sebesar 344,1% dimiliki
oleh PT. Tunas Ridean Tbk pada 2005. Nilai rata-rata DER sebesar 118,525%
menunjukkan bahwa jumlah utang lebih besar daripada modal. Deviasi standar
sebesar 65,6499% menunjukkan bahwa kesenjangan antara nilai minimum dan
maksimum rendah karena nilainya dibawah nilai rata-rata.
DPR memiliki nilai minimum sebesar 1,5% yang dicapai oleh PT. Citra
Tubindo pada 2009. Nilai maksimum sebesar 99,3% dicapai oleh PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk pada 2005. Nilai rata-rata yang mencapai 37,213%
menunjukkan bahwa dividen per lembar saham yang dibagikan kepada pemegang
saham sebanyak 37,213% dari laba per lembar saham yang dihasilkan oleh
perusahaan. Sedangkan deviasi standar sebesar 25,8347% menunjukkan
kesenjangan antara nilai minimum dan maksimum rendah karena nilainya
dibawah rata-rata.
SIZE memiliki nilai minimum sebesar 300.000.000.000 yang dimiliki oleh
PT. Sepatu Bata Tbk pada 2006. Sedangkan nilai maksimum terdapat di PT. Astra
International Tbk pada 2010 dengan nilai sebesar 100.000.000.000.000. Rata-rata
size mencapai 12.400.000.000.000. Sedangkan deviasi standar sebesar
15
23.200.000.000.000 mencerminkan tingginya kesenjangan antara nilai minimum
dan maksimum.
Komisaris independen (KIND) memiliki nilai minimum sebesar 20%.yang
dimiliki oleh PT. Tunas Ridean Tbk pada 2010. Nilai maksimum terdapat di PT.
Arwana Citramulia Tbk pada 2010 dengan nilai 67%. Nilai rata-rata sebesar
39,12%. Adapun deviasi standar sebesar 8,1185% mencerminkan rendahnya
kesenjangan antara nilai minimum dan maksimum karena dibawah nilai rata-rata.
Kepemilikan institusional (KINST) mempunyai nilai minimum sebesar
50,1% dan nilai maksimum sebesar 98,2%. Nilai tertinggi dicapai oleh PT.
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada 2010. Sedangkan nilai terendah terdapat
di PT. Astra International Tbk pada 2005 hingga 2010. Nilai rata-rata mencapai
76,597%. Sedangkan deviasi standar sebesar 14,4402% menunjukkan rendahnya
kesenjangan antara nilai maksimum dan minimum.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
4.1.2.1 Uji Normalitas
Gambar 1
Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011
Gambar 2
Grafik Normal P-P Plot
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011
16
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik,
yaitu dengan menggunakan grafik histogram dan grafik normal plot, menunjukkan
bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang mendekati
normal. Sedangkan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal serta penyebarannya ada di sekitar garis diagonal. Untuk lebih
memastikan apakah data residual terdistribusi secara normal atau tidak, maka
dilakukan pengujian One Sample Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Data dengan Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Mean .0000000 Normal Parametersa,,b
Std. Deviation .63662648
Absolute .117
Positive .117
Most Extreme Differences
Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .909
Asymp. Sig. (2-tailed) .380
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.2 menunjukkan nilai
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,909 dengan taraf signifikansi sebesar 0,380.
Karena taraf signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data
residual terdistribusi secara normal. Dengan kata lain, model regresi yang
digunakan memenuhi asumsi normalitas.
4.1.2.2 Hasil Uji Heteroskedasdisitas
Pengujian heteroskedasdisitas menggunakan grafik scatterplots. Hasil uji
heteroskedasdisitas pada gambar 3 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasdisitas pada model regresi
sehingga model regresi layak dipakai.
17
Gambar 3
Uji Heteroskedasdisitas dengan Grafik Scatterplots
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Akan tetapi, analisis dengan grafik scatterplots memiliki kelemahan yang
cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting.
Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit menginterpretasikan hasil
grafik plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin
keakuratan hasil (Ghozali, 2009). Penelitian ini juga menggunakan Uji Park untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedasdisitas.
Tabel 4.3
Uji Heteroskedasdisitas dengan Uji Park
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) -9.005 6.130 -1.469 .148
ROA 11.042 7.273 .288 1.518 .135 .452 2.210
DER -.038 .655 -.009 -.059 .953 .667 1.500
DPR .057 1.421 .005 .040 .968 .916 1.092
SIZE .207 .289 .123 .717 .477 .556 1.798
KIND 1.121 4.590 .033 .244 .808 .888 1.126
1
KINST 1.830 3.457 .096 .529 .599 .495 2.020
a. Dependent Variable: LnU2i
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Berdasarkan Uji Park, diperoleh nilai signifikansi ROA, DER, DPR, SIZE,
KIND, dan KINST masing-masing sebesar 0,135; 0,953; 0,968; 0,477; 0,808; dan
0,599. Karena tingkat probabilitas signifikansi ROA, DER, DPR, SIZE, KIND,
dan KINST masing-masing > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data residual
tidak mengalami heteroskedasdisitas.
18
4.1.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson yang hasilnya
ditunjukkan pada tabel di bawah berikut. Nilai DW sebesar 1,466. Nilai ini akan
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%. Untuk
jumlah sampel n = 60, nilai dl = 1,372 dan du 1,808. Oleh karena 1,372 ≤ nilai
DW 1,466 ≤ 1,808, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif
(no decision).
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .759a .576 .528 .671696 1.466
a. Predictors: (Constant), KINST, DER, DPR, KIND, SIZE, ROA
b. Dependent Variable: Q
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Oleh karena itu, autokorelasi perlu diuji dengan Run Test. Run test,
sebagai bagian dari statistik nonparametrik, dapat pula digunakan untuk menguji
apakah antarresidual terdapat korelasi yang tinggi (Ghozali, 2009).
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .00135
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 28
Z -.781
Asymp. Sig. (2-tailed) .435
a. Median
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Hasil ouput SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 0,00135 dengan
probabilitas 0,435 signifikan pada 0,05. Karena probabilitas > 0,05, hipotesis nol
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak
terjadi autokorelasi antarnilai residual.
19
4.1.2.4 Hasil Uji Multikolonieritas
Output SPSS pada tabel 4.8 berikut menunjukkan bahwa antarvariabel
independen memiliki korelasi dibawah 95%. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolonieritas secara serius.
Tabel 4.6 Uji Multikolonieritas
Coefficient Correlationsa
Model KINST DER DPR KIND SIZE ROA
KINST 1.000 -.275 -.013 .195 .597 -.600
DER -.275 1.000 -.131 -.088 -.382 .551
DPR -.013 -.131 1.000 .224 .086 -.078
KIND .195 -.088 .224 1.000 .047 -.060
SIZE .597 -.382 .086 .047 1.000 -.563
Correlations
ROA -.600 .551 -.078 -.060 -.563 1.000
KINST .741 -.039 -.004 .192 .037 -.936
DER -.039 .027 -.008 -.016 -.004 .163
DPR -.004 -.008 .125 .091 .002 -.050
KIND .192 -.016 .091 1.306 .004 -.125
SIZE .037 -.004 .002 .004 .005 -.073
1
Covariances
ROA -.936 .163 -.050 -.125 -.073 3.279
a. Dependent Variable: Q
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Output SPSS pada tabel 4.7 berikut menunjukkan semua variabel
independen mempunyai nilai VIF < 10 yang berarti data terbebas dari
multikolinearitas.
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) -4.283 1.526 -2.806 .007
ROA 5.864 1.811 .430 3.238 .002 .452 2.210
DER -.038 .163 -.026 -.234 .816 .667 1.500
DPR .626 .354 .165 1.770 .083 .916 1.092
SIZE .301 .072 .500 4.175 .000 .556 1.798
KIND -.478 1.143 -.040 -.418 .678 .888 1.126
1
KINST 1.035 .861 .153 1.203 .234 .495 2.020
a. Dependent Variable: Q
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
20
4.1.3 Persamaan Model Regresi
Berdasarkan tabel 4.8 berikut dan hasil analisa data dengan menggunakan
alat analisa metode regresi linier berganda, dihasilkan persamaan sebagai berikut :
Q = -4,283 + 5,864 ROA – 0,038 DER + 0,626 DPR + 0,301 SIZE – 0,478 KIND
+ 1,035 KINST
Tabel 4.8
Uji Parsial
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.283 1.526 -2.806 .007
ROA 5.864 1.811 .430 3.238 .002
DER -.038 .163 -.026 -.234 .816
DPR .626 .354 .165 1.770 .083
SIZE .301 .072 .500 4.175 .000
KIND -.478 1.143 -.040 -.418 .678
1
KINST 1.035 .861 .153 1.203 .234
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS 17, 2011.
Hasil persamaan regresi di atas dapat menjelaskan bahwa jika variabel
independen dianggap konstan, maka nilai variabel (Y) sebesar -4,283%.
Koefisien regresi ROA sebesar 5,864 menggambarkan bahwa setiap
kenaikan atau peningkatan ROA sebesar 1 persen akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 5,864 persen. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa
variabel ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi ROA, akan semakin tinggi pula nilai
perusahaan.
Koefisien regresi DER sebesar 0,038 menggambarkan bahwa setiap
kenaikan atau peningkatan DER sebesar 1 persen akan menurunkan nilai
perusahaan sebesar 0,038 persen. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa
variabel DER berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi DER, akan semakin rendah nilai
perusahaan.
21
Koefisien regresi DPR sebesar 0,626 menggambarkan bahwa setiap
kenaikan atau peningkatan DPR sebesar 1 persen akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 0,626 persen. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa
variabel DPR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi DPR, akan semakin naik nilai perusahaan.
Koefisien regresi Size sebesar 0,301 menggambarkan bahwa setiap
kenaikan atau peningkatan Size sebesar 1 persen akan meningkatkan nilai
perusahaan sebesar 0,301 persen. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa
variabel Size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi Size, akan semakin tinggi pula nilai
perusahaan.
Koefisien regresi Komisaris Independen sebesar 0,478 menggambarkan
bahwa setiap kenaikan atau peningkatan Komisaris Independen sebesar 1 persen
akan menurunkan nilai perusahaan sebesar 0,478 persen. Nilai koefisien negatif
menunjukkan bahwa variabel Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Komisaris
Independen, akan semakin rendah nilai perusahaan.
Koefisien regresi Kepemilikan Institusional sebesar 1,035
menggambarkan bahwa setiap kenaikan atau peningkatan Kepemilikan
Institusional sebesar 1 persen akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar 1,035
persen. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan
Institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi Kepemilikan Institusional, akan semakin
naik nilai perusahaan.
22
V. SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji pengaruh profitabilitas, kebijakan utang, kebijakan
dividen, size, komisaris independen, dan kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, dua hipotesis diterima dan empat
hipotesis tidak diterima. Setelah dilakukan penelitian, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
(1) Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas,
semakin tinggi nilai perusahaan. Begitu juga sebaliknya. Profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu. Kusumawati dalam Wiesantana (2008) menyatakan
bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator
keberhasilan operasi perusahaan.
(2) Kebijakan utang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
S dan K (2011) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh secara kuat
terhadap investasi di perusahaan berukuran sedang walaupun hubungannya
negatif selama periode pengamatan (1998-2009). Hal ini mengindikasikan
bahwa kebijakan utang (leverage) tidak berpengaruh secara kuat terhadap
keputusan investasi di perusahaan berukuran sedang. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya aliran kas (cash flow) dan perputaran dana (ploughing
back of funds). Oleh karena itu, perusahaan berukuran sedang membuat
keputusan investasi berdasarkan sumber keuangan internal sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan utang di perusahaan berukuran sedang
kurang memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
(3) Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Menurut
Harjito dan Nurfauziah (2006), pembayaran dividen yang tinggi ternyata
belum tentu menunjukkan tanda bagi investor bahwa masalah agensi dapat
23
dikurangi. Pembayaran dividen sebagai mekanisme pengurang masalah
agensi belum digunakan sebagai alat pengawasan oleh pemilik
(shareholders) untuk mengurangi masalah agensi sehingga kebijakan
dividen berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
(4) Ukuran perusahaan (size) berpengaruh secara positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Wahidawati (2002) dalam Wiesantana (2008)
menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dapat mengakses pasar
modal dalam memperoleh pendanaan. Karena kemudahan tersebut, maka
perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan
dana. Perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi
pasar sehingga mereka mampu menghadapi persaingan ekonomi, yang
membuat mereka menjadi kurang rentan terhadap fluktuasi ekonomi.
Selain itu, perusahaan-perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber
daya untuk meningkatkan nilai perusahaan karena memiliki akses yang
lebih baik terhadap sumber-sumber informasi eksternal dibanding
perusahaan kecil (Hagerman and Ruland, 1998 dalam Wiesantana, 2008).
(5) Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Menurut Carningsih (n.d), hal ini terjadi karena proporsi komisaris
independen dalam perusahaan yang diobservasi hanyalah bersifat
formalitas untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk
menjalankan fungsi monitoring yang baik. Selain itu, komisaris
independen tidak menggunakan independensinya untuk mengawasi
kebijakan direksi. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi
tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif sehingga kinerja
perusahaan akan menurun. Dengan begitu, nilai perusahaan tidak dapat
dicapai. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pasar tidak
menggunakan informasi mengenai proporsi komisaris independen dalam
melakukan penilaian investasi (Carningsih, n.d).
24
(6) Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Pound dalam Diyah dan Erman (2009) menyatakan bahwa investor
institusional mayoritas memiliki kecenderungan untuk berkompromi atau
berpihak kepada manajemen dan mengabaikan kepentingan pemegang
saham minoritas. Anggapan bahwa manajemen sering mengambil tindakan
atau kebijakan yang nonoptimal dan cenderung mengarah kepentingan
pribadi dapat mengakibatkan strategi aliansi antara investor institusional
dengan pihak manajemen ditanggapi secara negatif oleh pasar. Hal ini
akan berdampak terhadap penurunan harga saham perusahaan di pasar
modal sehingga kepemilikan institusional belum mampu menjadi
mekanisme yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan sampel penelitian, yaitu hanya terdapat 10
perusahaan sampel. Keterbatasan ini terjadi karena data yang dibutuhkan tidak
tersedia secara konsisten. Selain itu, beberapa laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh perusahaan belum diaudit sehingga tidak dapat digunakan
untuk penelitian.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik
beberapa saran sebagai berikut :
(1) Bagi Pemegang Saham (Investor)
Pemegang saham diharapkan memberdayakan komisaris independen secara
maksimal agar komisaris independen dapat menggunakan independensinya
dalam melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada manajemen
secara efektif. Pemberdayaan ini diharapkan dapat memberikan nilai
tambah bagi perusahaan.
25
(2) Bagi Manajemen
Manajer perusahaan diharapkan selalu berusaha meningkatkan
profitabilitas karena dapat meningkatkan nilai perusahaan secara
signifikan. Profitabilitas yang tinggi diharapkan dapat menaikkan laba
cadangan untuk investasi. Peningkatan investasi dapat menaikkan aset
perusahaan sehingga memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Kenaikan
nilai perusahaan merupakan sinyal positif bagi manajemen karena dapat
meningkatkan insentif bagi para manajer.
(3) Bagi Akademisi
Disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan periode
yang lebih lama. Selain itu, penelitian selanjutnya perlu
mempertimbangkan sampel yang lebih luas. Hal ini bertujuan agar
kesimpulan yang dihasilkan memiliki cakupan yang lebih luas pula.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft, Indonesia
Anugrah, Dwi Irfana. 2010. “Analisis Pengaruh Institutional Ownership,
Profitabilitas, Size Perusahaan dan Komisaris Independen terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Pertambangan yang Listed di
BEI Periode 2003-2007)”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Program Pasca
Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Asnawi, Said Kelana. 2001. “Interelasi antara Nilai Perusahaan, Investasi, dan
Utang: Pendekatan Empiris.” Jurnal Ekonomi Perusahaan, Juli, h. 113-
137
Carningsih. n.d. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Hubungan
antara Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia).”
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Arti
kel_20205242.pdf. Diakses tanggal 5 Januari 2011.
Diyah, Pujiati dan Widanar Erman. 2009. “Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan: keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening.” Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12,
No.1, h. 71-86
Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance. Yogyakarta:
Genta Press
Euis dan Taswan. 2002. “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi
27
Faisal. 2004. “Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme
Corporate Governance.” Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar,
Bali, 2-3 Desember
Fauziyanti, Wachidah. 2008. “Pengaruh DER, Investasi, dan Mekanisme
Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia)”. Tesis Tidak
Dipublikasikan, Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS
Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gultom, Corry Margaretha dan Firman Syarif. n.d. “Pengaruh Kebijakan
Leverage, Kebijakan Dividen dan Earning Per Share terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.” Jurnal Akuntansi, 47, n.p, http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-
akuntansi-47.html. Diakses tanggal 5 Januari 2011.
Harjito, D. Agus dan Nurfauziah. 2006. “Hubungan Kebijakan Hutang, Insider
Ownership dan Kebijakan Dividen dalam Mekanisme Pengawasan
Masalah Agensi di Indonesia.” JAAI, Vol. 10, No.2, p. 121-136,
http://journal.uii.ac.id/index.php/JAAI/article/viewFile/393/307. Diakses
tanggal 24 Mei 2011.
Herawaty, Vinola. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November, h. 97-108,
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/shop/17083/1703
6. Diakses 5 Januari 2011
Horne, James. C. Van dan John M. Wachowicz J.R. 2005. Fundamentals of
Financial Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku 1
Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
28
Horne, James. C. Van dan John M. Wachowicz J.R. 2007. Fundamentals of
Financial Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Buku 2
Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Indonesia Stock Exchange (IDX) Bursa Efek Indonesia. 2006. Indonesian Capital
Market Directory. Jakarta
Indonesia Stock Exchange (IDX) Bursa Efek Indonesia. 2007. Indonesian Capital
Market Directory. Jakarta
Indonesia Stock Exchange (IDX) Bursa Efek Indonesia. 2008. Indonesian Capital
Market Directory. Jakarta
Indonesia Stock Exchange (IDX) Bursa Efek Indonesia. 2009. Indonesian Capital
Market Directory. Jakarta
Indonesia Stock Exchange (IDX) Bursa Efek Indonesia. 2010. Indonesian Capital
Market Directory. Jakarta
Keown.et.al. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi 9.
Jakarta: Indeks
Mulianti, Fitri Mega. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan (Studi
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode Tahun 2004-2007)”. Tesis Dipublikasikan, Program Pasca
Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Paranita, Ekayana Sangkasari. 2007. “Analisis Pengaruh Insider Ownership,
Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005).” ASET, Vol. 9, No. 2,
h. 464-492
Permanasari, Wien Ika. 2010. “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai
29
Perusahaan”. Skripsi Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro
Praditia, Okta Rezika. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2005-2008”.
Skripsi Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
S, Franklin John dan Muthusamy K. 2011. “Impact of Leverage on Firms
Investment Decision.” International Journal of Scientific & Engineering
Research, Vol. 2, Issue 4, h. 1-16,
http://www.ijser.org/researchpaper%5CImpact_of_Leverage_on_Firms_I
nvestment_Decision.pdf, diakses tanggal 25 Mei 2011.
Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan”. Skripsi Dipublikasikan,
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.
Jakarta: Salemba
Solomon, Jill. 2007. Second Edition Corporate Governance and Accountability.
Chichester, England: John Wiley & Sons, Ltd
Subagio, Astuti Nirmalasari. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Nilai Perusahaan yang Dimediasi oleh Profitabilitas sebagai Variabel
Intervening (Studi pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang Listed
di BEI Tahun 2004-2009)”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Program Pasca
Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Suharli, Michell. 2006. “Studi Empiris terhadap Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Go Public di Indonesia.” Jurnal Maksi, Vol.
6, No. 1, h. 23-40
30
Sujoko. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Strategi Diversifikasi, Leverage,
Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empirik Pada Perusahaan Manufaktur Dan Non Manufaktur Di Bursa
Efek Jakarta).” Ekuitas, Vol. 11, No. 2, h. 237-251,
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11207236254.pdf. Diakses
tanggal 6 Januari 2011.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan
(Studi empirik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa
Efek Jakarta).” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, h.
41-47
Suprayitno, G, dkk. 2004. Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance.
Jakarta: The Indonesian Institute for Corporate Governance
Taswan. 2003. “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang dan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.” Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 10, No. 2, h. 162-
178
Van Horne, J.C. dan Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Weston, J. F. dan T.E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan Edisi 9. Jakarta:
Binarupa Aksara
Wiesantana, 2008, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro”, (tidak dipublikasikan)
www.idx.co.id
www.yahoo.finance.com
31
Zulfikar. 2006. “Analisis Good Corporate Governance di Sektor Manufaktur:
Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance, Return on Aset, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Pasar Perusahaan.” Benefit, Vol. 10,
No. 2, h. 130-140