1. pendahuluan 1.1 latar belakang - universitas...
TRANSCRIPT
Ubi Jalar| 1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para
ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru,
Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet,
memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar
mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16.
Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan
Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di
Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di
dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian
Jaya, dan Sumatra Utara.
Salah satu produk pertanian Indonesia yang potensial untuk dijadikan alternatif pengganti
terigu ialah ubi jalar. Keberadaan ubi jalar cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan di
beberapa daerah seperti Papua, ubi jalar dijadikan sebagai makanan pokok. Selain itu, ditinjau
dari segi potensinya, ubi jalar memiliki prospek yang cukup bagus sebagai komoditas pertanian
unggulan. Sebagai tanaman palawija yang memiliki potensi produksi ± 25-40 ton/ha dan waktu
tanam yang relatif singkat (3,5-6 bulan), saat ini ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang
paling produktif. (Widhi dan Dahrul , 2008)
Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan
pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk
mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di
daerah yang kurang subur dan kering. Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau
macam produk olahan.
Ubi jalar merupakan sumber utama karbohidrat yang baik untuk penderita diabetes
karena kandungan gulanya sederhana. Keistimewaan ubi ini juga terletak pada kandungan
seratnya yang sangat tinggi. Bagus untuk mencegah kanker saluran pencernaan dan mengikat zat
karsinogen penyebab kanker di dalam tubuh.
Ubi Jalar| 2
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui klasifikasi serta morfologi ubi jalar
b. Untuk mengetahui syarat tumbuh ubi jalar
c. Untuk mengetahui fase pertumbuhan ubi jalar
d. Untuk mengetahui teknik budidaya ubi jalar
e. Untuk mengetahui hubungan perlakuan yang digunakan dengan komoditas
1.3 Manfaat
a. Dapat mengetahui klasifikasi serta morfologi ubi jalar
b. Dapat mengetahui syarat tumbuh ubi jalar
c. Dapat mengetahui fase pertumbuhan ubi jalar
d. Dapat mengetahui teknik budidaya ubi jalar
e. Dapat mengetahui hubungan perlakuan yang digunakan dengan komoditas
Ubi Jalar| 3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Dalam sistematika ( taksonomi ) tumbuhan, tanaman ubu jalar diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : ipomea batatas L. Sin. Batatas edulis Choisy.
Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim yang memiliki susunan tubuh utama
terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah.
Morfologi ubi jalar sendiri sebagai berikut :
1. Batang
Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, dan tipe pertumbuhan tegak
atau merambat. Panjang batang tanaman merambat antara 2m-3m dan pada tipe tegak antara
1m-2m.ukuran batang dibedakan menjadi 3 macam yaiti : besar, sedang, dan kecil. Warna
batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan.
Gambar 1. Batang Ubi Jalar
Ubi Jalar| 4
2. Ubi
Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk
ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200g - 250g per ubi. Kulit ubi
biasanya berwarna putih, kuning, ungu kemerah-merahan, struktur kulit ubi antara tipis
sampai dengan tebal dan biasanya bergetah.
Gambar 2. Ubi dari ubi jalar
3. Daun
Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai berlekuk
dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu
mirip bentuk jantung, namun ada pula yang bersifat menjari. Daun biasanya berwarna hijau
tua atau hijau kekuning-kuningan.
Gambar 3. Daun ubi jalar
4. Bunga
Bunga ubi jalar berbentuk mirip “ terompet “ tersusun dari lima helai daun mahkota, lima
helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga berwarna putih atau putih keungu-
unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi hari mulai pukul 04.00-11.00.bila terjadi
penyerbukan buatan, bunga akan membentuk buah.
Ubi Jalar| 5
Gambar 4. Bunga ubi jalar
5. Buah
Buah ubi jalar berbentuk bulat berkotak tiga, berkulit keras, dan berbiji.
Gambar 5. Buah ubi jalar
(BPRSI, 2011)
2.2. Syarat Tumbuh
1. Iklim
Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi dengan
daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20 °C dan suhu minimum
tinggal di atas 15 °C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur antara 15 hingga 33 °C diperlukan
selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang antara 20 hingga 25 °C. Temperatur rendah
pada malam mendukung pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari
mendukung perkembangan vegetatif (perkembangan umbi-umbian hanya terjadin dalam kisaran
suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan umumnya berhenti dibawah 10 °C). Ubi jalar adalah
tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk pembangunan maksimum.
Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan hari-hari pendek mendukung
pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan dedaunan. Kelembaban memiliki
Ubi Jalar| 6
pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang
(88,4%) dan umbi (70,6%). Kelembaban penting untuk mencapai perkecambahan yang baik.
Tanah juga harus tetap basah selama masa pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen
kelembaban harus rendah untuk mencegah busuk umbi . Kondisi yang mendukung
perkembangan bagian vegetatif tanaman meliputi kelembaban relative 80% dan tanah lembab.
2. Tanah
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau berdrainase
buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning dan umbi membusuk.
Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk
pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7. Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah
yang cukup (Sarwono, 2005).
3. Varietas
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman ubi jalar kedua setelah Amerika Latin. Ubi
jalar berdaging umbi jingga adalah salah satu sumber β-Karoten atau provitamin A. Meskipun
potensinya cukup besar, tetapi studi genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih
terbatas. Salah satu penyebabnya karena ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman
heksaploid (2n = 6x = 90) serta mempunyai sistem ketidakserasian sendiri (self-incompatibility)
dan ketidakserasian silang (cross- incompatibility) (Onggo, 2008).
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek
batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu
subur.
d. Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-
bukunya tidak berakar.
e. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang
secara khusus disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek
Ubi Jalar| 7
batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil
pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus
diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
Untuk memperoleh tanaman sehat dan hasil tinggi, sebaiknya menggunakan bibit yang
sehat dari hama dan penyakit serta dengan varietas/klon yang mempunyai potensi produksi
tinggi. Di dalam penyediaan bibit perlu diperhatikan kemurnian dan keseragaman tumbuh di
lapangan, bibit bebas dari kotoran serta mempunyai daya kecepatan tumbuh yang tinggi
(Setyono dkk, 1995).
4. Pupuk Anorganik
Pupuk Nitrogen
Kekurangan unsur N pada ubi jalar terlihat dari gejala warna kuning pucat pada
permukaan daun dan warna ungu pada tulang daun. Senyawa N sangat penting untuk
pembentukan klorofil dan protein, sehingga pada tanah miskin N memerlukan pemupukan N.
Gejala tanaman yang membutuhkan unsur ini adalah pertumbuhan tanaman terlambat,
mula-mula daun menguning lalu rontok, daun menguning diawali daun bagian bawah lalu ke
daun bagian bawah (Agromedia, 2007).
Apabila pupuk N diberikan dalam jumlah besar, maka level karbohidrat cadangan dalam
tanaman segera menurun, tetapi jika suplai N terbatas maka level ini meningkat. Oleh karena itu,
optimalisasi pupuk N memerlukan kiat tersendiri agar pengaruh positif dapat dikelola sekaligus
dampak negatif menjadi seminimal mungkin (Hanafiah, 2007).
Zat lemas ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, menyehatkan hijau
daun (klorofil), meningkatkan kadar protein dalam tanaman, meningkatkan kualitas tanaman
yang menghasilkan daun, meningkatkan berkembangnya mikroorganisme dalam tanah yang
penting bagi kelangsungan pelapukan bahan organik (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Pupuk Phosfor
Pemupukan phosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Phosfor
merangsang pembentukan bunga, buah dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah
dan membuat biji menjadi lebih bernas. Pemupukan phosfor sangat diperlukan oleh tanaman
yang tumbuh di daerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat,
dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen.
Ubi Jalar| 8
Bila tanaman kahat P, berpengaruh pertumbuhan tanaman seperti pertumbuhan kecil, hal
ini terjadi karena pembelahan sel terganggu. Warna daun berubah menjadi ungu atau cokelat
mulai ujungnya. Hal ini jelas terlihat dalam tanaman yang masih muda.
Phosfor diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa
organic. Pospor mobil mudah bergerak antar jaringan tanaman. Kadar tanaman optimal pospor
dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetative adalah 0.3 % - 0.5 % dari berat kering
tanaman
Pupuk Kalium
Kalium mempunyai fungsi antara lain : membentuk dan mengangkutkarbohidrat, sebagai
katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam
organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem, memperkuat tegaknya batang sehingga
tidak roboh. Selain hal-hal di atas kalim juga berperan meningkatkan kualitas umbi,
mengaktifkan enzim baik secara langsung maupun tidak langsung dan membantu perkembangan
akar.
Fungsi Kalium antara lain adalah translokasi gula pada pembentukan pati dan protein.
Membantu membuka dan menutup stomata, memperbaiki ukuran dan kualitas umbi, menambah
rasa manis pada umbi dan membantu memproduksi karbohidrat dalam jumlah yang besar
(Sarwono, 2005).
Unsur kalium diperlukan tanaman untuk pembentukan karbohidrat di dalam umbi, untuk
kekuatan daun, dan pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetativ tidak
begitu nyata. Disamping itu unsur kalium berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya serap air
pada tanaman sehingga ketahanan terhadap hama dan pentakit, memperbesar umbi dan
meningkatkan daya simpan umbi.
Dosis pupuk yang dianjurkan pada tanaman ubi jalar adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg
urea/ha) ditambah 25 kg P 2O5 /ha (50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2 O/ha (100 kg KCl/ha).
Tanaman ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian
pupuk N (urea) dan K (KCl) (Sarwono, 2005).
Ubi Jalar| 9
2.3 Fase Pertumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan pada ubi jalar dibagi dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase awal umur (0-67)hari meliputi pertumbuhan daun, batang, dan akar
2. Fase pertengahan umur (67-96)hari meliputi pertumbuhan daun, batang, dan akar
bersamaan dengan awal perkembangan umbi
3. Fase terakhir umur 96-150hari meliputi pertumbuhan umbi secara cepat
2.4 Teknik Budidaya
1. Penyiapan bibit
Tata cara penyiapan bibit ubi jalar
Tentukan tanaman yang sudah berumur 2bln atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat
dan normal
Potong batang tanaman untuk dijadikan setek batang sepanjang 20cm-25cm dengan
menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari
Kumpulkan setek pada suatu tempat kemudian buang sebagian daunnya untuk
mengurangi penguapan yang berlebihan
Ikat bahan tanaman ( bibit ) rata-rata 100 setek/ikatan lalu simpan ditempat yang teduh
selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk
2. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau
tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket ataukeras. Penyiapan lahan dapat
dilakukan sebagai berikut :
Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu.
Tahap berikutnya tanah dibentuk guludan-guludan.
Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan.
Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan ( pasir
mengandung liat ) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60cm, tinggi 30cm-40cm, dan
jarak antara guludan 70cm-100cm
Ubi Jalar| 10
3. Penanaman
Tahap-tahap penanaman ubi jalar yaitu :
Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang disepanjang puncak guludan dengan
cangkul sedalam 10cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25cm-30cm.
Buat larikan atau lubang dengan tugal sejauh 7cm-10cm dikiri dan kanan lubang tanam
untuk tempat pupuk
Tanamkan bibit ubi jalar kedalam lubang hingga pangkal batang terbenam tanah ½ - ⅔
bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal stek.
Masukkan pupuk dasar berupa urea ⅓ bagian + TSP seluruh bagian + KCL ⅓ bagian dari
dosis anjuran kedalam lubang kemudian tutup dengan tanag tipis-tipis.
4. Pemulsaan
Pemberian mulsa jerami pada pertanaman ubi jalar dapat meningkatkan hasil ubi jalar, selain
itu untuk menekan pertumbuhan gulma, menjaga kelembapan dan kesuburan tanah.
5. Pemeliharaan tanaman
Pengairan dilakukan selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya
dialirkan kesaluran pembuangan, pengairan dilakukan secara kontinu hingga tanaman
berumur 1-2 bln. Pada periode pembentukkan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3
minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu pengairan yang
paling baik adalah pagi dan sore hari.
Penyulaman dilakukan apabila ada bibit yang mati dengan cara mencabut bibit yang mati
kemudian di ganti dengan bibit yang baru
Pemupukan susulan dilakukan pada saat umur tanaman 45 hari setelah tanam
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada saat umur tanaman 1 bln setelah tanam
kemudian diulang pada saat tanaman berumur 2 bln setelah tanam. Penyiangan dan
pembumbunan dilakukan dengan cara membersikan gulma dengan cangkul, lalu
gemburkan tanah disekitar guludan kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup
basah.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara kultur teknis diantaranya
mengatur waktu tanam yang tepat,sanitasi kebun, dan pola pergiliran tanaman.
Ubi Jalar| 11
2.5 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas
Pemberian jarak tanam 25x50cm dimaksudkan agar tidak terjadi kompetisi zat hara antar
tanaman lalu agar saat ubi jalar , jalarannya tidak berkerumun sehingga harus diberi jarak.
Pengairan dimaksudkan agar tanaman mengalami kondisi lapang sehingga dalam
melakukan metabolisme nya lebih optimal dan dapat dengan optimal membentuk cadangan
makanan berupa umbi.
Pemupukan dimaksudkan untuk memenuhi kekurangan unsur hara pada tanah yang
digunakan dalam kelangsungan pertumbuhan tanaman. Biasa pupuk ditambahkan pada
awal penanaman dan beberapa minggu setelah tanaman mengalami beberapa tanda
kekurangan unsur hara. Misal warna daun atau perlambatan pertumbuhan
Pembalikan batang ubi jalar yang berfungsi untuk mencegah tumbuhnya umbi pada setiap
ruas batang yang menempel pada tanah. Umbi pada ruas batang tersebut berukuran kecil
dan tidak dikonsumsi, disamping mempengaruhi besar umbi utamanya.
komponen pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu antara lain Secara fisik
dan mekanis dengan memotong atau mencabut tanaman yang terserang hama penyakit.
Serta mencabut gulma
Ubi Jalar| 12
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan di lahan Praktikum Desa Kepuharjo, malang dengan ketinggian
tempat ±25 di atas permukaan laut, dimulai pada bulan Oktober 2013 sampai bulan Desember
2013.
3.2 Alat, Bahan dan Fungsi
Alat
Cangkul : menggemburkan tanah dan membuat gundukan
Tugal : membuat lubang
Tali rafia : memberi batasan dan meluruskan tanaman
Gunting : menggunting tali rafia sesuai ukuran
Spidol : memberi keterangan pada talirafia
Meteran : mengukur jarak tanam
Tabel Pengamatan : menulis hasil pengamatan
Gembor : menyiram tanaman
Bahan
Bibit Ubi Jalar Gunung Kawi : bahan tanam
Urea, KCl, SP-36 : pupuk tanaman
3.3 Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Menggemburkan media tanam dan menyiramnya
Membuat jarak tanam 25cm x 50cm
Membuat lubang sesuai dengan jarak tanam yang telah dibuat
Ubi Jalar| 13
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada tanaman ubi jalar yaitu panjang sulur serta jumlah daunnya.
Karena dengan mengamati panjang sulur kita dapat mengetahui tanaman itu cukup unsur hara
dan sehat, selain itu panjang sulur juga dapat menentukan bahwa fase pertumbuhan vegetatifnya
bagus.
Sedangkan apabila kita mengamati jumlah daun kita dapat mengetahui tanaman tersebut
kekurangan unsur hara atau tidak (malnutrisi), diserang hama serta terserang penyakit. Seperti
yang kita ketahui bahwa tanaman ubi jalar yang sehat adalah yang mempunyai daun berwarna
hijau segar.
Memasukkan bibit ubi jalar yang telah disiapkan sebanyak 1 bibit per lubang
Menyiram tanaman
Melakukan penyulaman 1 minggu hst pada tanaman yang mati
Memberi pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan 2 lubang didekat bibit tanaman
Melakukan perawatan secara rutin
Melakukan pengamatan pada tanaman setiap minggu
Mencatat hasil pengamatan
Membuat laporan
Ubi Jalar| 14
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Pengamatan Panjang Sulur
Tabel 1. Panjang Sulur Varietas Gunung Kawi Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur (cm)
Kelompok Kamis Kelas G
No. Tanam
an
24
Okt
2013
30
Okt
2013
7
Nov
2013
14
Nov
2013
21 Nov
2013
28 Nov
2013
1. 1 61 81 101 137 150 168
2. 2 51 71 104 123 143 162
3. 3 46 66 91 139 165 184
4. 4 56 76 91 129 158 167
5. 5 53 73 100 136 150 172
6. 6 34 60 83 130 170 189
7. 7 31 59 77 129 140 164
8. 8 43 78 120 190 210 232
9. 9 35 71 100 163 180 205
10. 10 0 0 0 0 29 61
Rata-rata 45,5 70,5 152,8 153,5 160 170,4
Ubi Jalar| 15
Tabel 2. Panjang Sulur Varietas Cilembu Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur (cm)
Kelompok Kamis Kelas D
No. Tanam
an
24
Okt
2013
30
Okt
2013
7
Nov
2013
14
Nov
2013
21 Nov
2013
28 Nov
2013
1. 1 25,5 30,5 52,5 62 71 84
2. 2 22,7 47,2 83,6 92 92,8 105,2
3. 3 20,7 31,2 69 81 122,6 136
4. 4 26 42,4 74,5 100,7 145 154
5. 5 38,2 46,3 89,6 123,5 142,6 151,7
6. 6 22,3 48,3 55,6 69,8 81 93,6
7. 7 35,7 62,8 88,3 105 122 132,8
8. 8 36,4 63,2 109,8 141 168 179,2
9. 9 33,2 42,7 120 169 196,5 208,2
10. 10 31 38 73 79 98 110,4
Rata-rata 29,17 45,26 81,59 102,3 123,95 135,1
Tabel 3. Panjang Sulur Varietas Cilembu Mulsa
Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur (cm)
Kelompok Kamis Kelas F
No. Tanam
an
24
Okt
2013
30
Okt
2013
7
Nov
2013
14
Nov
2013
21 Nov
2013
28 Nov
2013
1. 1 31 43 86 101 123
Ubi Jalar| 16
2. 2 32 51 83 115 131
3. 3 43 48 66 103 126
4. 4 28 41 71 86 105
5. 5 27 43 73 93 116
6. 6 45 47 61 84 103
7. 7 19 39 58 74 98
8. 8 25 45 52 78 102
9. 9 31 48 74 93 118
10. 10 12 - - 19 31
Rata-rata 29,3 40,5 62,4 84,6 105,3
Tabel 4. Panjang Sulur Varietas Gunung Kawi Mulsa
Data Hasil Pengamatan Panjang Sulur (cm)
Kelompok Kamis Kelas A
No. Tanam
an
24
Okt
2013
30
Okt
2013
7
Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28 Nov
2013
1. 1 26 28 46 60 88 108
2. 2 20 32 57 68 96 120
3. 3 31 48 70 90 131 142
4. 4 38 42 60 92 117 158
5. 5 35 39 58 79 96 108
6. 6 10 12 20 38 45 77
7. 7 43 51 79 140 167 186
Ubi Jalar| 17
8. 8 40 33 75 125 160 173
9. 9 20 22 26 48 116 167
10. 10 25 43 64 87 98 103
Rata-rata 28,8 35 55,5 82,7 111,4 134,2
Grafik 1. Rata-Rata Panjang Sulur
4.1.2 Data Pengamatan Jumlah Daun
Tabel 1. Jumlah Daun Varietas Gunung Kawi Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Kamis Kelas G
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 49 145 180 210 243 273
2. 2 49 80 130 153 192 222
3. 3 53 127 221 230 251 275
4. 4 45 130 197 220 262 290
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Cilembu Tanpa Mulsa
Gunung Kawi TanpaMulsa
Cilembu Mulsa
Gunung Kawi Mulsa
Ubi Jalar| 18
5. 5 32 156 191 253 283 301
6. 6 39 156 195 293 311 333
7. 7 29 58 82 156 163 200
8. 8 28 107 160 248 261 295
9. 9 22 112 159 251 269 295
10. 10 0 0 0 0 7 27
Rata-rata 38.4 119 168.3 223.7 224.2 251.1
Tabel 2. Jumlah Daun Varietas Cilembu Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Kamis Kelas D
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 26 36 53 76 82 98
2. 2 43 73 174 193 202 221
3. 3 63 117 155 178 185 198
4. 4 30 67 162 209 224 242
5. 5 67 107 187 224 235 256
6. 6 56 129 156 182 199 218
7. 7 75 144 171 203 230 259
8. 8 63 156 218 246 256 273
9. 9 54 119 236 268 281 202
10. 10 46 68 158 186 203 222
Rata-rata 52,3 101,6 167 196,5 209,7 218,9
Ubi Jalar| 19
Tabel 3. Jumlah Daun Varietas Cilembu Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Kelompok Kamis Kelas F
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 60 78 142 247 263
2. 2 42 62 127 229 241
3. 3 72 79 139 234 249
4. 4 89 93 141 239 244
5. 5 36 64 107 213 238
6. 6 66 97 160 257 267
7. 7 32 58 98 110 131
8. 8 81 99 112 223 237
9. 9 56 75 97 198 215
10. 10 30 - - 3 9
Rata-rata 56,4 70,5 112,3 195,3 209,4
Tabel 4. Jumlah Daun Varietas Gunung Kawi Mulsa
Data Hasil Pengamatan Panjang Jumlah Daun
Kelompok Kamis Kelas A
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 7 26 116 142 176 232
2. 2 26 70 133 192 220 387
3. 3 34 10 162 198 243 327
4. 4 33 75 153 205 267 336
5. 5 27 10 167 223 372 376
6. 6 10 11 59 121 158 273
7. 7 29 125 207 356 476 596
8. 8 14 106 153 220 289 325
9. 9 8 28 42 73 92 108
10. 10 29 124 166 288 212 429
Ubi Jalar| 20
Rata-rata 21,7 58,5 135,8 201,8 250,5 338,9
Grafik 1. Rata-Rata Jumlah Daun
4.1.3 Data Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Tabel 1. Jumlah Umbi Pertanaman Varietas Gunung Kawi Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Kelas G
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 5
5. 5 0 0 0 0 0 0
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 0
8. 8 0 0 0 0 0 0
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0,5
050
100150200250300350400
Cilembu TanpaMulsa
Gunung Kawi TanpaMulsa
Cilembu Mulsa
Gunung Kawi Mulsa
Ubi Jalar| 21
Tabel 2. Jumlah Umbi Pertanaman Varietas Cilembu Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Kelas D
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 4
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 0
8. 8 0 0 0 0 0 0
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0,4
Tabel 3. Jumlah Umbi Pertanaman Varietas Cilembu Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Kelas F
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 4
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 0
8. 8 0 0 0 0 0 0
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Ubi Jalar| 22
Rata-rata 0 0 0 0 0 0,4
Tabel 4. Jumlah Umbi Pertanaman Varietas Gunung Kawi Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Kelas A
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 0
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 12
8. 8 0 0 0 0 0 0
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 1,2
Grafik 1. Rata-Rata Jumlah Umbi Pertanaman
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Cilembu TanpaMulsa
Gunung Kawi TanpaMulsa
Cilembu Mulsa
Gunung Kawi Mulsa
Ubi Jalar| 23
4.1.4 Data Pengamatan Bobot Umbi Pertanaman
Tabel 1. Bobot Umbi Pertanaman Varietas Gunung Kawi Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Kelas G
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 0
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 0
8. 8 0 0 0 0 0 250 gr
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 25 gr
Tabel 2. Bobot Umbi Pertanaman Varietas Cilembu Tanpa Mulsa
Data Hasil Pengamatan Bobot Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Kelas D
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 100 gr
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 0
8. 8 0 0 0 0 0 0
9. 9 0 0 0 0 0 0
Ubi Jalar| 24
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 10 gr
Tabel 3. Bobot Umbi Pertanaman Varietas Cilembu Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Varietas Cilembu Mulsa
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 150 gr
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 0
8. 8 0 0 0 0 0 0
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 15 gr
Tabel 4. Bobot Umbi Pertanaman Varietas Gunung Kawi Mulsa
Data Hasil Pengamatan Jumlah Umbi Pertanaman
Kelompok Kamis Varietas Gunung Kawi Mulsa
No. Tanaman 24 Okt
2013
30
Okt
2013
7 Nov
2013
14
Nov
2013
21
Nov
2013
28
Nov
2013
1. 1 0 0 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 0 0 0
4. 4 0 0 0 0 0 0
5. 5 0 0 0 0 0 0
6. 6 0 0 0 0 0 0
7. 7 0 0 0 0 0 140 gr
8. 8 0 0 0 0 0 0
Ubi Jalar| 25
9. 9 0 0 0 0 0 0
10. 10 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 14 gr
Grafik 1. Rata-Rata Bobot Umbi Pertanaman
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Parameter Panjang Sulur Tanaman
Dari hasil pengamatan selama 6 minggu pada tanaman ubi jalar baik varietas cilembu
maupun gunung kawi yang menggunakan mulsa ataupun tidak rata-rata panjang sulurnya
meningkat setiap minggunya. Hal ini dikarenakan pada setiap minggunya kita memberi
perlakuan khusus, semisal perawatan dengan memberikan pupuk serta pengairan secara berkala
dan pencabutan gulma. Selain itu, pada masa pertumhuhan vegetative ubi jlara mengalami
peningktan secara pesat sebelum memasuki fase generative atau menghasilkan umbi. Saat fase
generative akan berlangsung maka fase vegetatifnya sedikit menurun.
4.2.2 Pembahasan Parameter Jumlah Daun
Dari hasil pengamatan jumlah daun pada semua perlakuan ubi jalar dapat dikatakan
bahwa dari dua varietas yaitu cilembu dan gunung kawi dua-duanya mengalami peningkatan
jumlah daun setiap minggunya baik yang diberi mulsa maupun tidak. Hal ini dibuktikan dengan
hasil rata-rata parameter jumlah daun varietas cilembu tanpa mulsa pada pengamatan minggu
0
5
10
15
20
25
30
Cilembu TanpaMulsa
Gunung Kawi TanpaMulsa
Cilembu Mulsa
Gunung Kawi Mulsa
Ubi Jalar| 26
pertama jumlah daun rata-rata sebanyak 38,4 lalu pada minggu ke 4 meningkat menjadi 223.7
pada minggu keenam meningkat lagi menjadi 251.1.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam 75 x 20 cm maupun 75 x 30 cm
dan metode pengendalian gulma antara tanpa pengendalian gulma, bebas gulma, penyiangan 40
hst, aplikasi herbisida pra-tumbuh oksifluorfen dan kombinasi aplikasi herbisida pra-tumbuh
oksifluorfen dengan penyiangan 40 hst tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun tanaman ubi
jalar pada umur pengamatan 40 hst tetapi berpengaruh pada umur
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa setiap perlakuan yang diberikan terhadap
tanaman tidak akan memberikan hasil yang berbeda terlalu jauh antar tanaman satu sama
lain.sehingga pemberian herbisida atau semacamnya tidak perlu diberikan terlalu banyak. Karena
bersifat complement.
4.2.3 Pembahasan Jumlah Umbi Pertanaman
Jumlah umbi pertanaman pada masa vegertatif tidak ada terdapat umbi karena yang
paling pesat pada vase itu adalah pertumbuhan bagian vegetative nya missal daun, akar, batang.
Sehingga pada saat minggu ke-6 tanaman memasuki fase generative pada pengamatan umbi
hanya terdapat 5 buah.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam dan metode
pengendalian gulma yang berbeda membe-rikan pengaruh nyata pada jumlah umbi, bobot segar
umbi, bobot kering umbi, bobot segar total tanaman, bobot kering total tanaman dan hasil per
hektar ubi jalar.
Kesimpulannya adalah jarak tanam serta perlakuan karena ruas ruas pada sulur ubi jalar
perlu diberi perlakuan agar bisa tumbuh daun dan bisa menghasilkan umbi yang banyak dan
simetris.
4.2.4 Pembahasan Parameter Bobot Umbi Pertanaman
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada semua perlakuan ubi jalar didapatkan hasil
bahwa berat umbi ubi jalar varietas cilembu dengan mulsa adalah 150 gr dan ubi cilembu tanpa
mulsa sebesar 100 gr. Sedangkan untuk ubi jalar varietas gunung kawi dengan mulsa beratnya
Ubi Jalar| 27
adalah 140 gr dan ubi jalar gunung kawi tanpa mulsa sebesar 250 gr. Dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa pada ubi jalar varietas cilembu yang diberikan mulsa hitam perak dan mulsa
jerami bobot lebih besar dibanding dengan ubi jalar cilembu tanpa mulsa. Hal ini dikarenakan
pemberian mulsa hitam perak dan mulsa jerami dapat mempercepat dan memperbesar
pertumbuhan umbi.
Hasil pengamatan pada jurnal bobot kering gulma jika dihubungkan dengan tingkat
produktifitas tanaman ubi jalar menunjukkan bahwa setiap perlakuan pengendalian gulma akan
berpengaruh pada jumlah bobot kering gulma yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada
tingkat produktifitas tanaman ubi jalar. Jika seluruh gulma di total dari umur pengamatan 20-100
hst maka akan didapat hubungan antara bobot kering gulma total dengan bobot kering umbi ubi
jalar serta hubungan antara bobot kering gulma total dengan produksi ubi jalar per ha .
Semakin tinggi bobot kering total gulma maka tingkat produktifitas ubi jalar semakin rendah dan
juga sebaliknya, semakin rendah bobot kering gulma maka tingkat produktifitas ubi jalar yang
dihasilkan akan semakin tinggi, ini dikarenakan baik gulma maupun tanaman mempunyai
kebutuhan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkem-bangan yaitu unsur hara, air,
cahaya, ruang tumbuh dan CO2.
Berdasarkan kesimpulan dari jurnal dan pengamatan yang kita dapatkan adalah bobot dari
umbi ditentukan oleh beberapa factor misalnya perawatan terhadap prevenif mengenai gangguan
gulma. Karena nutrisi yang didapat dan disimpan dalam umbi sebagai cadangan makanan akan
lebih banyak. Dan dengan perlakuan pembalikan batang akan membuat umbi simetris dn
memiliki bobot yang berat.
Ubi Jalar| 28
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam pengamatan pertumbuhan ubi jalar dengan beberapa perlakuan akan menghasilkan
suatu rasio atau perbedaan yang terlihat nyata yaitu pada rasio bobot umbi pada tiap-tiap
perlakuan. Semisal pada varietas ubi jalar yang menggunakan mulsa akan memiliki bobot umbi
yang lebih berat daripada varietas ubi jalar yang tidak menggunakan mulsa. Dikarenakan pada
varietas ubi jalar yang menggunakan mulsa tidak akan terjadi kompetisi unsur hara, seperti yang
diketahui salagh satu fungsi milsa adalah dapat menekan tumbuhnya gulma dan memperkecil
terjadinya kompertisi unsur hara.
Lalu pada fase pertumbuhan vegetative yang diperhatikan adalah jarak tanam, karena
pada saat jarak tanam yang sempit makan akan membatasi ruang gerak tumbuhnya bagian-
bagian sekunder tanaman tersebut.
5.2 Saran
Mohon kegiatan praktikum diagendakan dengan baik, sehingga dapat menghasilkan suatu proses
belajar yang optimal.
Ubi Jalar| 29
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, 2007. Mikoriza Arbuskula. Kartim Kramdibrata (penelaah), Pusat Antar Universitas
Bandar Lampung.
Hanafiah, 2007. Pemakaian Pupuk Hayati Mikoriza Pada Budidaya Ubi Kayu. UPT-EPG-BPPT,
Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor, Bogor, 210 h.
Novizan, 2002. Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan Kritis. Makalah Falsafah
Onggo, 2008. Translocation and Transfer of Nutrients in Vesicular-Arbuscular
Mycorrhizas.New Phytol. 88, 327-339, Department of Plant Sciences, Agricultural
Sciences Building, University of Leeds, Leeds L92 9 T, U.K.
Pathology, University of Illinois, Urbana, Illinois, p 397-418.
Rao, V. S. 1983. Principles of Weed Sci.Oxford and IBH. Publ Co. New Delhi.
Sains, Pasca Sarjan, IPB, Bogor.
Sarwono, 2005. A Critical Review on The Role of Mycorrhizal Fungi in The Uptake of
Phosphorus by Plants.Plant and Soil 134, Kluwer Academic Publishers, Netherlands, p
189-207.
Sastroutomo, S. S. 1992. Pestisida, Dasar-dasar dan Dampak Penggunaanya.PT. Gramedia
Pustaka Utama.Jakarta.
Setyono dkk, 1995. Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza and Plant Growth. Department of Plant
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995.Analisis Pertumbuhan Tanaman.Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Stall, W. M. 2010. Weed Control in Sweet Potato 1. The Institute of Food and Agricultural
Sciences (IFAS).University of Florida, Florida.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002. Teknik dan Metode Penelitian Mikoriza Vesikular-Arbuskular.
Laboratorium Biologi Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor, 59 h.
Ubi Jalar| 30
Widhi dan Dahrul , 2008. Mycofer, laboratorium Bioteknologi Kehutanandan Lingkungan Pusat
Penelitian Bioteknologi IPB, Bogor.
Ubi Jalar| 31
LAMPIRAN
Ubi Jalar| 32
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Intensitas Penyakit serta 2 cara perhitungan
Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkatkerusakan tanaman yang disebabkan
oleh Organisme Penggangu Tanaman(OPT) yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif (Purnomo,2010)
Intensitas serangan adalah besarnya seragan penyakit pada suatu areapertanaman yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif (Gendroyono,2006).
1.2 Definisi Musuh Alami
a. Predator
Menurut Purnomo (2010), predator adalah binatang yang hidup bebas yang memburu,
memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain, sehingga menyebabkan kematian.
Terkadang, predator berguna karena dapat mengurangi hama. Karakteristik umum dari
predator adalah :
1. Membunuh dan memakan mangsanya lebih dari satu hingga mencapai stadia dewasa
2. Ukuran tubuhnya relative lebih besar disbanding mangsanya
3. Sifat predasi terdapat pada stadia pradewasa dan dewasa
4. Stadia larva/nimfa yang aktif sebagai predator dibantu oleh organ sensorik dan
lokomotorik
5. Perkecualian hanya pada tabuhan predator yang menyimpan mangsanya untuk
progeninya
b. Parasitoid
Menurut Rastam (2004), parasitoid adalahseraangga yang hidup sebagai parasite yang
berada di dalam atau pada tubuh serangga lain (serangga inang) dan membunuhnya secara
pelan-pelan. Parasitoid ini umumnya bersifat parasitic pada fase pradewasa dan pada fase
dewasa mereka hidup bebas tidak terikat mangsanya.
c. Entomopathogen
Entomopathogen merupakan salah satu jenis bioinsektisida yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama tanaman (Arifin, 1994).
d. Mikroorganisme Antagonis Penyakit
Ubi Jalar| 33
Mikroorganisme ini merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menghambat
pertumbuhan pathogen penyebab penyakit pada tanaman (Arifin, 1994).
1.3 Mekanisme Peranan Musuh Alami dalam Menjaga Stabilitas Produksi
Menurut Arifin (1994) mekanisme peranan musuh alami dalam menjaga stabilitas produksi yaitu
:
Predator :
Memakan mangsanya secara langsung
Parasitoid :
Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap
cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati
Patogen :
Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah,
melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga
Ubi Jalar| 34
2. METODOLOGI
2.1 Metode Pengamatan Intensitas Penyakit
↓
↓
↓
↓
↓
2.2 Metode Pengambilan sample Arthropoda
↓
↓
↓
Siapkan alat dan bahan
Ambil sample 30 tanaman secara acak
Amati jumlah daun dan berapa yang terserang
Lakukan perhitungan dengan intensitas Schoring hama
Catat Hasil
Dokumentasikan
Siapkan alat dan bahan
Tangkap serangga yang ada disekitar Lahan
Masukkan dalam plastic dan diberi kapas yang ditetesi alcohol
Amati + Dokumentasi
Ubi Jalar| 35
3. PEMBAHASAN
3.1 Penyakit yang ditemukan
Penyakit Cacar Daun (Streptomyces Ipomoeae)
Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada
bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah.
Pada permukaan atas daun timbul bercak-bercak yang menggelembung seperti cacar.
Gejala tersebut akan lebih jelas terlihat pada daun yang masih muda. Pada bercak-bercak tersebut
kadang-kadang terdapat bintil-bintil hitam kecil. Selain pada daun, gejala penyakit gugur
kadang-kadang terlihat juga pada buah. Daun-daun yang terkena penyakit Cacar daun secara
bertahap akan gugur.
Gambar 1. Penyakit cacar daun
3.2 Data Intensitas Penyakit
Minggu ke-1
Kategori/Skala
Kerusakan
Jumlah daun yang terserang
TC1 TC2 TC3 TC4 TC5
0 42 41 37 33 25
1 3 1 7 6 1
2 2 3 4 2 2
3 1 2 1 2 1
4 1 2 4 2 3
Ubi Jalar| 36
∑ daun 49 49 53 45 32
TC = Tanaman Contoh
Minggu ke-2
Kategori/Skala
Kerusakan
Jumlah daun yang terserang
TC1 TC2 TC3 TC4 TC5
0 138 72 117 121 149
1 3 4 4 5 4
2 2 1 2 3 3
3 2 3 - 1 -
4 - - 4 - -
∑ daun 145 80 127 130 151
TC = Tanaman Contoh
Minggu ke-3
Kategori/Skala
Kerusakan
Jumlah daun yang terserang
TC1 TC2 TC3 TC4 TC5
0 94 119 210 191 181
1 1 3 5 3 5
2 2 4 4 2 5
3 3 - 2 1 -
4 - 4 - - -
∑ daun 100 130 221 197 191
TC = Tanaman Contoh
Minggu ke-4
Kategori/Skala
Kerusakan
Jumlah daun yang terserang
TC1 TC2 TC3 TC4 TC5
0 201 142 221 210 242
1 2 5 5 4 5
2 4 4 3 4 5
Ubi Jalar| 37
3 3 2 1 2 1
4 - - - - -
∑ daun 210 153 230 220 253
TC = Tanaman Contoh
Minngu ke-5
Kategori/Skala
Kerusakan
Jumlah daun yang terserang
TC1 TC2 TC3 TC4 TC5
0 237 187 247 260 279
1 2 3 1 1 2
2 3 1 2 1 2
3 1 1 1 - -
4 - - - - -
∑ daun 243 192 251 262 283
TC = Tanaman Contoh
Minggu ke-6
Kategori/Skala
Kerusakan
Jumlah daun yang terserang
TC1 TC2 TC3 TC4 TC5
0 258 207 260 267 285
1 1 1 3 1 4
2 2 1 - 2 3
3 - 1 - 1 -
4 - - - - -
∑ daun 261 210 263 271 292
TC = Tanaman Contoh
Kategori/Skala
Kerusakan
Total Tanaman Contoh
Minggu
ke-1
Minggu
ke-2
Minggu
ke-3
Minggu
ke-4
Minggu
ke-5
Minggu
ke-6
0 2 2 3 4 3 3
Ubi Jalar| 38
1 1 1 1 1 2 2
2 1 2 1 - - -
3 1 - - - - 1
4 - - - - - -
Jumlah 5 5 5 5 5 5
Rumus Perhitungan :
P =
P = Persentase kerusakan atau infeksi
n = Jumlah daun dari setiap kategori
v = Harga numerik dari tiap kategori
z = Harga numerik dari kategori yang tertinggi
N = Jumlah daun yang diamati
Ubi Jalar| 39
3.3 Perhitungan Intensitas Penyakit Setiap Minggu
Minggu ke-1
- Tanaman contoh 1
P =
= 7 %
- Tanaman contoh 2
P =
= 10 %
- Tanaman contoh 3
P =
= 16 %
- Tanaman contoh 4
P =
= 13 %
- Tanaman Contoh 5 :
P =
= 15 %
Minggu ke-2
- Tanaman Contoh 1 :
P =
= 3 %
- Tanaman Contoh 2 :
P =
= 6,25 %
- Tanaman Contoh 3 :
Ubi Jalar| 40
P =
= 4,7 %
- Tanaman Contoh 4 :
P =
= 3,6 %
- Tanaman Contoh 5 :
P =
= 3,2 %
Minggu ke-3
- Tanaman Contoh 1 :
P =
= 4,7 %
- Tanaman Contoh 2 :
P =
= 5 %
- Tanaman Contoh 3 :
P =
= 2,9 %
- Tanaman Contoh 4 :
P =
= 1,7 %
- Tanaman Contoh 5 :
P =
= 2,6 %
Ubi Jalar| 41
Minggu ke-4
- Tanaman Contoh 1 :
P =
= 3 %
- Tanaman Contoh 2 :
P =
= 4 %
- Tanaman Contoh 3 :
P =
= 2 %
- Tanaman Contoh 4 :
P =
= 4,2 %
- Tanaman Contoh 5 :
P =
= 2,4 %
Perhitungan Minggu ke-5 :
- Tanaman Contoh 1 :
P =
= 1,5 %
- Tanaman Contoh 2 :
P =
= 1,2 %
- Tanaman Contoh 3 :
Ubi Jalar| 42
P =
= 1 %
- Tanaman Contoh 4 :
P =
= 0,6 %
- Tanaman Contoh 5 :
P =
= 1 %
Perhitungan Minggu ke-6 :
- Tanaman Contoh 1 :
P =
= 0,9 %
- Tanaman Contoh 2 :
P =
= 0,9 %
- Tanaman Contoh 3 :
P =
= 1,1 %
- Tanaman Contoh 4 :
P =
= 0,9 %
- Tanaman Contoh 5 :
P =
Ubi Jalar| 43
= 1,7 %
Perhitungan Total Tanaman Contoh :
- Minggu ke-1
P =
= 40 %
- Minggu ke-2
P =
= 50 %
- Minggu ke-3
P =
= 30 %
- Minggu ke-4
P =
= 20 %
- Minggu ke-5
P =
= 40 %
- Minggu ke-6
P =
= 33 %
Ubi Jalar| 44
3.4 Grafik Presentase Penyakit
a. Kerusakan pada tiap tanaman sample
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 1
Intensitas
Ubi Jalar| 45
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
Intensitas Kerusakan Tanaman Contoh 3
intensitas
Ubi Jalar| 46
b. Kerusakan Pada Total Tanaman Selama Pengamatan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6
Intensitas Kerusakan Total Tanaman Contoh
Intensitas
Ubi Jalar| 47
3.5 Pembahasan Intensitas Penyakit
Intensitas kerusakan yang terjadi pada komoditas ubi jalar karena adanya serangan
serangga maupun penyakit cacar daun terbukti tidaklah berdampak serius. Dari pengamatan
minggu ke-1 pada tanaman contoh 1 presentasenya adalah sebanyak 7 %, pada minggu ke-2
sebanyak 3 %, pada minggu ke-3 sebanyak 4,7 %, dan pada minggu ke-4 sebanyak 3 %.
Sedangkan untuk presentase total tanaman contoh 1 pada minggu ke-1 sebanyak 40 %,
pada minggu ke-2 sebanyak 50 %, pada minggu ke-3 sebanyak 30 %, dan pada minggu ke-4
sebanyak 20 %. Sedangkan pada minggu ke-5 mengalami kenaikan, namun pada minggu ke-6
mulai menurun kembali.
Dapat diketahui bahwa presentase total tanaman contoh mengalami penurunan, meskipun
pada minggu ke-2 mengalami sedikit kenaikan, namun pada minggu ke-3 sampai ke-4 menurun.
Hal ini terjadi karena pada setiap minggunya dilakukan perawatan dengan memberikan pupuk
Urea, KCl serta SP 36. Selain itu dilakukan pula pencabutan gulma, serta pembalikan batang.
Ubi Jalar| 48
3.6 Identifikasi Arthropoda Yang Ditemukan
No Nama & Ciri
Morfologi
Gambar Serangga
(pengamatan dan literatur)
Keterangan
1
Belalang kayu
Valanga nigricornis
Ciri berdasarkan
pengamatan:
- Sepasang
sayapnya keras
dan
membranus
- 3 pasang kaki
pada thorax
Status Serangga :
hama
Gambar pengamatan :
Gambar literatur :
Belalang kayu
Ordo : Orthoptera
Jumlah Serangga 2 ekor
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acridodie
Genus : Valanga
Spesies : Valanga
nigricornis
2
Belalang hijau
Oxya chinensis
Ciri berdasarkan
pengamatan:
- Sayap depan
lebih panjang dari
sayap belakang
- Lapisan sayap
belakang lebih
tebal Status
Serangga : hama
Gambar pengamatan :
Gambar literatur :
Belalang hijau
Ordo :
Orthoptera
Jumlah Serangga 3 ekor
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthropoda
Famili : Phampogidae
Genus : Oxya
Spesies : Oxya chinensis
Ubi Jalar| 49
3 Ulat bulu
Spodoptera litura
fabricius
Ciri-ciri :
- Ukuran
tubuhnya kecil
sampai sedang,
badan gemuk
dan tegap.
- Larva
mempunyai
warna
bervariasi,
tubuh kokoh
dan berambut
Status serangga :
hama
Gambar Pengamatan :
Gambar Literatur :
Ulat Grayak
Ordo : Lepidoptera
Jumlah Serangga 5 ekor
Kingdom: Animalia,
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Lepidoptera,
Superfamily: Noctuoidea
Family: Lymantriidae,
Genus: Arctornis,
Species: Arctornis sp.
Genus: Spodoptera
Species: Spodoptera litura
fabricius
3.7 Pembahasan Arthropoda
Ubi Jalar| 50
Dari hasil penangkapan serangka ditemukan beberapa jenis serangga, diantaranya adalah
2 ekor belalang kayu, 3 ekor belalang hijau dan 5 ekor ulat bulu. Dimana serang-serangga
tersebut merupakan hama pengganggu tanaman.
Serangan ulat bulu ditandai dengan adanya kerusakan pada daun seperti bolong-bolong.
Pemilihan inang ulat bulu ini dilakukan oleh dewasanya saat meletakkan telur. Ulat bulu bukan
termasuk kupu-kupu tetapi bangsa ngengat. Diduga ngengat ulat bulu meletakkan telur pada
celah kulit batang pohon mangga dan atau di bawah daun. Ulat bulu bersifat nocturnal yaitu aktif
pada malam hari.
Tanda yang ditinggalkan oleh serangan belalang kayu yaitu adanya bercak-bercak khas
berwarna coklat muda atau kelabu dan belubang sepanjang daun.
Sedangkan gejala dan tanda yang ditinggalkan oleh belalang hijau yaitu dengan adanya
lubang-lubang kecil pada daun dan tepi dain berrgerigi.
Ubi Jalar| 51
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit yang terdapat pada tanaman ubi jalar adalah Penyakit Cacar Daun
(Streptomyces ipomoeae). Intensitas kerusakan tiap tanaman yaitu, intensitas serangan hama atau
penyakit pada tiap satu tanaman contoh saja. Intensitas kerusakan total tanaman yaitu, intensitas
serangan hama atau penyakit pada total semua tanaman contoh. Pada tanaman Ubi Jalar tidak
ditemukan musuh alami. Tetapi banyak ditemukan hama, diantaranya belalang kayu, belalang
hijau dan ulat bulu.
Ubi Jalar| 52
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,c,2012 Definisi serangga lain (http://majalahserangga.wordpress.com/2011/05/04 /
Definisi serangga lain)Diakses 5 November 2013
Arifin. 1994. Hama dan Penyakit Tanaman. Depok : Penebar Swadaya
Gendroyono,Heru.2006. Perlindungan Tanaman.Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura, Kalimantan Timur
Purnomo,Hari.2010. PengantarPengendalianHayati. CV.Andi Offset.Yogyakarta.195.hlm
Raharjo,B.T.2012. Ilmu Hama Tanaman. Kuliah Ilmu Hama Tanaman FP.UB.Malang.
Rastam,. 2004. Organisme Pengganggu Tanaman Kapas dan Musuh Alami Serangga Kapas.Balitas : Malang