10. amiruddin supu

9

Upload: others

Post on 02-Jul-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10. AMIRUDDIN SUPU

Volume 20, No. 2 Edisi Desember 2020

Page 2: 10. AMIRUDDIN SUPU

Jurnal Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam

ISSN 1829-751X

1 Analisis Struktur Komunitas Detritivor pada Sampah Organik di Kelurahan Tarus Kupang

Tengah Kabupaten Kupang Mbing Maria Imakulata

145-152

2 Pengaruh Hidrolisis Asam, Autoclaving Cooling Dan Hidrolisis Asam dengan Autoclaving Cooling pada Karakter Pati Alami Ubi Uwi (dioscorea opposita) Yosep Lawa1), Christyani E. Bora 2)

153-157

3 Analisis Miskonsepsi pada Buku Ajar Fisika SMA tentang Gaya Apung Terhadap Berat pada Benda Terapung dalam Fluida Fakhruddin

158-160

4 Pengaruh Penambahan Reflector pada Solar Cell Terhadap Output Daya Listrik Yang Dihasilkan Marsi D. S. Bani1), I Wayan Sukarjita2), Antonius Hali 3)

161-167

5 Capaian Pembelajaran Kelarutan Dan Ksp untuk Domain Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dipadu Pelatihan Metakognisi Arvinda C. Lalang

168-173

6 Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Larutan Penyangga Melalui Model pembelajaran Learning Cycle 5E Dipadu Think Pair Share Dewi Lestarani

174-180

7 Studi Perbandingan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Media Power Point dan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa di SMP Negeri 6 Kupang Hartoyo Yudhawardana

181-187

8 Pengaruh Penuntun Praktikum Interaktif Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Kimia Larutan Heru Christianto

188-193

9 Analisis Penerapan Model Scramble Dengan Teknik Problem Posing Tipe Post Solution Posing Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Fisika I Wayan Sukarjita

194-204

10 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIG SMPN 3 Kupang Tentang Materi Besaran Satuan Dan Pengukuran Melalui Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Amiruddin Supu

205-210

11 Struktur Komunitas Bivalvia Pada Hutan Mangrove Desa Oebelo Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang Sri Sumiyati1), Andam Suriyanti Ardan2), Yusnaeni3)

211-220

12 Model Pembelajaran Novick dan Implikasinya dalam Pembelajaran Materi Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Ofirenty Elyada Nubatonis1), Helena Lolyta Ema2)

221-228

13 Kemampuan Penalaran Analogi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama Pada Konten Geometri Magdalena Wangge

229-236

14 Potensi Daun Sterculia Quadrifida Asal Timor Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella Flexnery Secara In Vitro Nikmah1), Thomas Lion2), Abdul Majid3), Ivo Basri K4)

237-247

15 Struktur Komunitas Filum Echinodermata Di Zona Intertidal Pantai Tesabela (Batubao) Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Angela G. Lika1), Mario J. Santrum2)

248-258

16 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas Belajar Mahasiswa Paulus Taek

259-264

Diterbitkan oleh Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana

Page 3: 10. AMIRUDDIN SUPU

PENASEHAT : Dr. Malkisedek Taneo, M.Si.

(Dekan FKIP Undana Kupang)

DEWAN REDAKSI Ketua Bendahara

: :

Dr. Moses Kopong Tokan, M.Si. Yusniati, S. Si.,M. Pd.

DEWAN PENELAAH

: : : : :

Dr. Paul Taek, M.S. (Pendidikan Biologi P MIPA FKIP Undana Kupang) Dr. Amiruddin Supu, S.Pd., M.Si. (Pendidikan Fisika P MIPA FKIP Undana Kupang) Drs. Fakhruddin, M.Si. (Pendidikan Fisika P MIPA FKIP Undana Kupang) Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc. (Pendidikan Matematika P MIPA FKIP Undana Kupang) Sudirman, S.Pd., M.Pd. (Pendidikan Kimia FKIP Undana Kupang)

EDITOR & LAYOUT : Marsi D. S. Bani, S. Pd., M .Si. PENERBIT : Jurusan P MIPA FKIP Undana, Kampus Baru Penfui

Jl. Adisucipto Penfui Kupang – NTT Tlp (0380)881369 e-mail : [email protected]

REKENING BANK : Rekening Bank BNI Capem Undana No. Rek. 229.001044308.901, a.n Christine K . Ekowati

TERBIT : Juni dan Desember, edisi khusus diantara Juni dan Desember

Jurnal Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam

ISSN 1829-751X

Page 4: 10. AMIRUDDIN SUPU

205

Abstrak This research is done by implementing the cooperative children learning in science(clis)to improve student achievement of VIIG grade SMPN 3 Kupang. The model of Children Learning In Science (CLIS) is a learning model that seeks to develop ideas or ideas based on observations or experiments. This research aims to determine the increase of learning achievement of physics after implementation of Children Learning In Science (CLIS). This research is a classroom action resarch, This research was conducted in two cycles. The realization of a action on every cycles is done by planning procedure, holding the action observation, evaluation and reflection phase. Where the first cycle there have three meetings and in the second cycle there have one meetings. Subject of this research are the student of SMP Negeri 3 Kupang as many totally amount 30 persons. The research was conducted during the process of learning in physics at the material of unit quantity and Measurement. Learning achievement of the students get drawn from the cognitive test studying at the finally cycle, student assessment have taken during the learning process. From the result of research of student achievement in cycle I obtained by percentage of learning completeness for indicator I equal to 66% not yet reached the completeness learn classically, for indicator II equal to 93% have reached mastery learn classically, for indicator III equal to 56% classical, and for indicator IV of 93% have reached learning mastery in classical. In the second cycle for indicators I and III obtained by the percentage of learning completeness of 93% and 90% have reached learning mastery in classical. Keywords: Cooperative Learning Model Type of Children Learning In Science (CLIS), Unit

Material quantity and Measurement, Learning Achievement PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sebuah bangsa. Pendidikan merupakan sarana yang mampu membawa seseorang dari proses tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan dalam lingkup nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan atau kualitas peserta didik baik kemampuan dalam bidang akademik maupun non akademik. Dengan kemampuan atau kualitas peserta didik yang semakin berkembang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) terutama dalam bidang pendidikan. Salah satu pembelajaran yang wajib diperoleh peserta didik di sekolah adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu. Pembelajaran IPA Terpadu dapat membantu siswa memahami fenomena dan gejala alam. Demi memaksimalkan proses pembelajaran IPA Terpadu, maka sekolah harus mempunyai tenaga pendidik yang berkompetensi khususnya dibidang mata pelajaran tersebut. Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. Untuk mampu menciptakan pembelajaran IPA Terpadu yang efektif diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya tempat belajar yang nyaman untuk peserta didik, alat-alat peraga, maupun buku-buku pelajaran. Sarana dan prasarana saja belum menjamin tercapainya Jurnal Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam

Penelitian

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIIG SMPN 3 KUPANG TENTANG MATERI BESARAN SATUAN DAN PENGUKURAN MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

Amiruddin Supu Staf Pengajar pada Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Undana

e-mail: [email protected]

Page 5: 10. AMIRUDDIN SUPU

Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X 206 tujuan pembelajaran IPA Terpadu karena semua itu tergantung pada kualitas pembelajaran yang terjadi dalam kelas. Dalam keseluruhan upaya pendidikan, proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 pasal 3 Tahun 2003, yaitu: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tercapainya tujuan pendidikan di atas, akan ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya. Menurut Makmuh (Riduwan, 2012:190) menyatakan tentang unsure-unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar yaitu: (1) Siswa dengan segala karakteristik yang berusaha untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar. (2) Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar mengajar. (3) Guru selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses pengalaman belajar. Dari uraian di atas, tampaklah dua posisi subjek, guru sebagai pihak yang mengajar dan siswa sebagai pihak yang belajar. Hal ini mengimplikasikan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi antara guru dan siswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat mendidik dalam rangka pencapaian tujuan Sukrakhmad (Riduwan, 2012:190). Dua tujuan pendidikan terpenting dalam proses belajar mengajar adalah untuk mengembangkan daya ingat dan mendorong terjadinya proses transfer. Terjadinya proses transfer merupakan tanda keberhasilan proses belajar. Daya ingat merupakan kemampuan seorang siswa untuk mengingat materi-materi pelajaran beberapa saat sesudah pengajaran dengan sama akuratnya seperti pada saat siswa tersebut mengikuti pelajaran tersebut. Kemampuan transfer merupakan kemampuan seorang siswa untuk menggunakan apa yang telah dia pelajari dalam memecahkan persoalan-persoalan baru, untuk menjawab soal-soal baru, atau untuk memfasilitasi proses belajar hal-hal baru. Singkatnya, kemampuan daya ingat berarti bahwa seorang siswa harus mampu mengingat apa saja yang telah dia pelajari, sementara kemampuan transfer mengharuskan seorang siswa untuk dapat mengingat dan juga memahami serta menggunakan apa saja yang telah dia pelajari. Menurut Anderson & Krathwohl (Suwarto, 2013:17-18), tujuan pendidikan dideskripsikan menjadi enam kategori proses, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Rendahnya mutu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang begitu indah dan dengan rapi dapat dideskripsikan secara matematis. Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk Fisika. Sains dan kehidupan manusia selama empat abad terakhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat dramatis berkat keberhasilan manusia dalam menganalisis dan mendeskripsikan alam secara matematis. Berdasarkan pengalaman Observasi di SMPN 3 Kupang pada kelas VII, ditemukan fakta bahwa dalam proses pembelajaran fisika tidak menarik perhatian penuh dari siswa yang terlihat dari hasil tertulis yang diberikan. Dalam proses pembelajaran yang terjadi sebelumnya di sekolah masih banyak yang berorientasi pada upaya pengembangan dan menguji daya ingat siswa. Pembelajaran masih cenderung berbasis hafalan teori dan tidak didasarkan pada pengalaman siswa, sehingga kamampuan siswa sekedar dipahami sebagai kemampuan menghafal. Karena sulitnya untuk memahami dan menerapkan, maka siswa menggunakan cara cepat seperti menghafal untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Kecenderungan siswa hanya belajar konsep (fisika) berdasarkan hafalan, tanpa memahami dengan baik konsep fisika yang dipelajari. Pembelajaran yang terlampau matematis yang sering dilakukan didalam kelas juga merupakan suatu masalah. Dimana guru cenderung memberikan pemakaian rumus matematika terlalu dini dalam penyelesaian masalah fisika tanpa memperhatikan apakah siswa memahami konsep atau belum. Sehingga siswa cenderung menganggap, kesulitan mempelajari fisika adalah penyelesaian

Page 6: 10. AMIRUDDIN SUPU

Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X 207 matematisnya. Padahal seharusnya siswa perlu diarahkan untuk memahami konsep terlebih dahulu tanpa mengesampingkan konsep matematisnya. Pada materi besaran dan satuan, siswa kurang mampu menghapal atau menerapkan besaran-besaran beserta satuannya dan cenderung fokus pada besaran satu saja. Begitupun dalam menggunakan satuan internasional, misalnya; dalam keseharian massa sering digunakan dengan berat. Massa dibawa kemanapun akan tetap nilainya, sedangkan berat akan berbeda karena dipengaruhi oleh gravitasi bumi. Pada sub topik mengkonversi satuan besaran panjang,massa dan waktu, siswa kurang memahami cara mengubah satuan-satuan besaran kesatuan besaran lainnya. Begitupun dalam pengukuran panjang, massa dan waktu, siswa kurang teliti dalam menggunakan alat-alat pengukuran seperti; mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, timbangan dan jam/ stopwach. Berdasarkan hasil permasalahan diatas maka data yang di peroleh pada materi besaran satuan dan pengukuran adalah sebagai berikut: 1) Siswa yang mampu mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dan mengelompokkan dalam besaran pokok dan turunan, sebanyak 14 dari 31 siswa atau sebesar 45 %; 2) Siswa yang mampu mengkonversi satuan panjang, massa dan waktu,, sebanyak 11 dan 31 siswa atau sebesar 35 %; 3) Siswa mampu menjelaskan ketelitian alat ukur dan ketepatan dalam pengukuran besaran panjang serta menggunkan satuan internasional dalam pengukuran sebanyak 10 dari 31 siswa atau sebesar 32 %. 4) Siswa yang mampu menjelaskan ketelitian alat ukur dan ketepatan dalam pengukuran massa dan waktu, sebanyak 10 dari 31 siswa atau sebesar 32 %. Hasil ini berimbas pada hasil belajar siswa untuk Besaran Satuan dan Pengukuran yang sangat rendah. Jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan masih sangat sedikit, yakni 11 dari 31 atau sebesar 35%. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya dengan salah satu guru mata pelajaran fisika dikelas VIIG SMP N 3 Kupang dan beberapa siswa,siswa kurang aktif dalam seluruh proses kegiatan selama pembelajaran. Siswa terbiasa hanya sebagai pendengar informasi tanpa melakukan aktivitas belajar. Kurangnya aktivitas belajar ini berimbas pada kurangnya keseriusan siswa untuk belajar. Apabila diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan baik pengamatan maupun praktikum, siswa seringkali memilih untuk berjalan keluar masuk kelas, mengganggu teman di sekelilingnya atau memainkan alat dan bahan praktikum. Penerapan pembelajaran yang masih didominasi oleh paradigma guru aktif memberikan pengetahuan dan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran juga mengakibatkan siswa hanya berpangku tangan pada guru sebagai satu- satunya sumber belajar mereka, dikarenakan kurangnya penekanan akan pentingnya belajar mandiri. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang tepat, yang melibatkan siswa untuk aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Siswa akan terlibat aktif apabila dalam proses pembelajaran, guru dapat menyajikan suatu masalah nyata yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang dibahas dan mengajak siswa untuk menemukan sendiri melalui eksperimen/ percobaan, dan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah yang dikemukakan. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif adalah model pembelajaran CLIS. Model pembelajaran Children Learning In Science adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan LKS. Model pembelajaran CLIS bertujuan membentuk pengetahuan (konsep) ke dalam memori siswa agar konsep tersebut dapat bertahan lama, karena model pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan. Melalui strategi ini diharapkan siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan saja tetapi bisa berpikir secara rasional dan juga memiliki kecakapan hidup secara mandiri dan lebih bermakna karena proses pembelajaran ini membuat siswa bekerja dan mengalami sendiri bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa dapat mengembangkan dan merekonstruksi gagasannya dari permasalahan yang ada dengan berpikir dan berdiskusi bersama dalam kelompok (heterogen ataupun

Page 7: 10. AMIRUDDIN SUPU

Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X 208 homogen) dan melaksanakan observasi atau percobaan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIG SMPN 3 Kupang Tentang Materi Besaran Satuan Dan Pengukuran Melalui Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)”. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 3 Kupang. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VII G SMP Negeri 3 Kupang yang mana dalam mengikuti mata pelajaran IPA Fisika pada umumnya memiliki masalah yakni prestasi belajar siswa dalam yang masih rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Analisis Data Observasi Analisis lembar observasi menggunakan analisis persentase sebagai berikut: Ket: P : Persentase penguasaan tiap aspek S : Jumlah skor perolehan untuk tiap aspek N : Jumlah skor total maksimal 2. Analisis Data Kognitif Data kognitif dianalisis dengan menggunakan nilai akhir siswa, nilai rata-rata siswa, dan kriteria belajar berdasarkan pada penilaian acuan patokan, yaitu penilaian berdasarkan tingkat daya serap.

a. Analisis data tertulis Analisis tes tertulis bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran. Untuk mendapatkan tes tertulis digunakan rumus: b. Persentase ketuntasan belajar

secara klasikal. Trianto (2013: 241) menyatakan bahwa ketuntasan belajar klasikal (KB) dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini: KB = x 100% Ket: KB: Ketuntasan belajar secara klasikal n’ : Jumlah siswa yang tuntas n : Jumlah seluruh siswa Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model CLIS dengan orientasi melalui observasi gejala fisis: 1. Orientasi Merupakan upaya guru untuk memusatkan perhatian siswa dengan memberikan gejala fisika untuk diamati. 2. Penyampaian gagasan Merupakan upaya untuk memunculkan gagasan awal siswa. 3. Penyusunan ulang gagasan Merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, dengan mendiskusikan dalam kelompok. 4. Penerapan gagasan Merupakan upaya yang dilakukan guru untuk menerapkan gagasan baru yang telah diperoleh siswa mealui kegiatan mengerjakan soal-soal latihan. 5. Pemantapan gagasan Merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah yang diperoleh siswa dengan melakukan umpan balik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VIIG SMP Negeri 3 Kupang yang berjumlah 30 orang. Tindakan dilakukan dalam dua siklus dimana siklus I terdapat empat kali pertemuan (tiga pertemuan untuk membahas materi besaran satuan dan pengukuran dan satu pertemuan untuk melakukan tes prestasi belajar siswa), sedangkan siklus II dilakukan satu kali pertemuan. Siklus II dilakukan karena pada siklus I terdapat dua indikator yang belum tuntas yaitu indikator ke I dan III dengan materi besaran satuan dan pengukuran besaran Panjang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data prestasi belajar dan data observasi. Data prestasi belajar diperoleh dari hasil evaluasi yang dilaksanakan di tiap akhir siklus. Data observasi diperoleh dari keaktifan siswa

Page 8: 10. AMIRUDDIN SUPU

Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X 209 dengan mengikuti langkah-langkah model Children Learning in Science selama kegiatan pembelajaran setiap kali pertemuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan prestasi belajar fisika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Children Learning in Science pada materi besaran satuan dan pengukuran. Adapun hasil analisis lembar observasi kegiatan siswa dapat dilihat dalam bentuk diagram akan menjadi seperti Gambar. 1 berikut 1 2 3 4020406080100

PER

SEN

TASE

(%)

PERSENTASE HASIL OBSERVASI SISWA Gambar 1 Grafik Persentase Hasil

Observasi Siswa Pada Siklus I Adapun hasil analisis lembar observasi kegiatan peneliti dapat dilihat pada gambar 2 berikut; 83

88

93Persentase PERSENTASE HASIL OBSERVASI PENELITI

Gambar 2 Grafik Persentase Hasil Observasi Peneliti Pada Siklus I Penelitian ini mengevaluasi prestasi belajar siswa. Indikator keberhasilan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes yang dicapai siswa, jika hasil tes siswa mencapai nilai 75 secara individual dan 85% secara klasikal, maka prestasi belajar siswa dikatakan tuntas. Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh adanya peningkatan prestasi belajar dari tiap siklus, yang dapat dilihat dari gambar 3 berikut:

Siklus I Siklus IIIndikator I 66 93Indikator II 93Indikator III 56 90Indikator IV 93

020406080

100

PERS

ENTA

SE (%

)

PERSENTASE PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I DAN II

Gambar 3 Prestasi Belajar Siswa pada Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II Penerapan model pembelajaran

Children Learning In Science sangat baik dikarenakan siswa dapat mempelajari materi dengan cara belajar yang dilakukan, siswa pun lebih aktif dalam diskusi baik saat bekerja sama menyelesaikan soal yang diberikan dan jika kurang memahami pelajaran mereka bisa bertanya pada teman satu kelompoknya. Hambatan yang mereka dialami adalah terbatasnya waktu sehingga kurang ada kesempatan untuk bertanya dan adanya dominasi beberapa teman yang aktif bertanya dan mengerjakan LKS atau LDS. Selain itu siswa juga tidak mengantuk ketika belajar, hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi perilaku positif pada siswa terhadap pembelajaran. SIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan diketahui bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science yang terdiri dari 5 tahap dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa kelas VIIG SMP Negeri 3 Kupang. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan tiap indikator yaitu: 1. Indikator prestasi belajar yaitu mengidentifikasikan besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari kemudian mengelompokkan dalam besaran pokok dan turunan pada siklus I belum mencapai ketuntasan dengan

Page 9: 10. AMIRUDDIN SUPU

Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X 210 ketuntasan klasikalnya: 66%. Sedangkan pada siklus II indikator prestasi belajar telah mencapai ketuntasan dengan ketuntasan klasikalnya: 93%. 2. Indikator prestasi belajar yaitu mampu mengkonversi satuan panjang,massa dan waktu sudah mencapai persentase ketuntasan sebesar 93%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa indikator II dikatakan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dan tidak dilakukan perbaikan pada model maupun media pembelajaran pada siklus II. 3. Pada Indikator III dimana siswa diharapkan dapat melakukan pengukuran besaran panjang hanya mencapai persentase ketuntasan sebesar 56% dan dapat dikatakan tidak tuntas. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pada model pembelajaran pada siklus II, dan hasil yang diperoleh adalah siswa mencapai persentase ketuntasan sebesar 90%. 4. Pada indikator IV dimana siswa ampu menjelaskan ketelitian alat ukur dan ketepatan dalam pengukuran massa dan waktu sudah mencapai persentase ketuntasan sebesar 93%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa indikator IV dikatakan mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dan tidak dilakukan perbaikan pada model maupun media pembelajaran pada siklus II. Daftar Rujukan Astuti, R. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in Science(CLIS) Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Di Kelas XI SMAN 1 Kampar Timur. Jurnal Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kam Riau Pekan Baru. Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Djamarah Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta Bell, B. 1995. Children’s Science, Contructivism and Learning In Science. Geelong: Deakin University. Benneth, J. 2005. Teaching and Learning Science, London: Continuum Studies in Research in Education. Djamarah, Z. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Glynn, S. M dan Duit, R. 1995. Learning Science in The School: Research Reforming Practice. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher Mahwah. Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, B dan Well, M. 1996. Models of Teaching. USA: A Simon and Schuster Company. Rif’an, N. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada Pokok Bahasan Perkembangbiakan Tumbuhan pada Siswa Kelas VI Semester 1 MI Manbaul Ulum Pulodarat Pecangaan Jepara. Jurnal Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Walisongo. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Alfabeta: Bandung Suwarto.2013.Pengembangan Test Diagnostik dalam Pembelajaran.Pustaka Pelajar: Yogyakarta Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Siallagan, H. 2015. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal. Kabupaten Samosir. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suhana. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Thabrany. 1993. Rahasia Belajar Sukses. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.