10 bab ii tinjauan pustaka 2.1 landasan teori 2.1.1 teori …repository.ump.ac.id/2492/3/fitri...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Satu hal penting dalam manajemen keuangan bahwa tujuan perusahaan
adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan
sebagai memaksimumkan harga saham tetapi dalam kenyataannya tidak jarang
mananjer memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan
utama tersebut karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya
mereka akan bertindak on the best of interest of stockholder, tetapi dalam
prakteknya sering terjadi konflik, konflik kepentingan antar agen disebut
dengan agency problem.
Agency problem merupakan konflik yang timbul antara pemilik,
karyawan dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan manajer lebih
mementingkan tujuan individu dari pada tujuan perusahaan, agency problem
muncul terutama apabila perusahaan menghasilkan free cash flow yang sangat
besar. Konflik antara manajer dan pemegang saham sering timbul dalam
transaksi pembelian sebuah perusahaan oleh perusahaan besar dengan
menggunakan hutang, konflik lain dapat terjadi antara stockholder dengan
debtholder. Hal ini disebabkan karena debtholder merasa dijadikan sebagai
“kuda pedati” bagi pemegang saham, artinya kreditur diekploitasi oleh
pemegang saham, pandangan itu terjadi karena apabila perusahaan sukses
maka pihak yang paling banyak menikmati keberhasilan itu adalah pemegang
10
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
11
saham, tetapi apabila perusahaan mengalami kesulitan atau bangkrut maka
resiko akan ditanggung oleh pemegang saham dan kreditur. Adapun cara yang
dapat digunakan agar manajer selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan
pemegang saham yaitu dengan cara:
1. Memberikan stock option, manajer diberi hak untuk membeli saham
perusahaan dengan jumlah tertentu dengan harga yang telah ditentukan.
Dengan demikian manajer akan berusaha selalu meningkatkan harga
perusahaan.
2. Dengan meminta pembagian dividen dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terdapat free cash flow, apabila manajer memerlukan dana untuk
investasi maka manajer terpaksa harus mencari sumber dana eksternal.
2.1.2 Biaya Agensi
Biaya Agensi (agency cost) adalah biaya yang timbul karena perusahaan
menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditor. Biaya agensi muncul dari problem keagenan
(agency problem), jika perusahaan menggunakan hutang ada kemungkinan
pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor, karena
kreditor menerima keuntungan yang tetap (bunga utang) berapapun
keuntungan perusahaan (Sjahrial, 2008)
Menurut Weston dan Brigham (2006), biaya agensi merupakan biaya
yang terkait dengan tindakan pemantauan manajer untuk memastikan bahwa
tindakan manajer konsisten dengan persetujuan kontrak antara manajer,
pemegang saham, dan kreditur, dalam keadaan ini manajer punya
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
12
kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan - keuntungan
tambahan secara berlebihan karena risiko yang ditanggungnya relatif sama
disebut agency cost of equity.
Penelitian ini akan memfokuskan pada biaya agensi (agency cost) yang
diproksikan melalui insider ownership, collateralizable assets, free cash flow,
debt to equity ratio dan firm size, selain biaya agensi terdapat siklus hidup
perusahaan yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.1.2.1 Insider Ownership
Insider ownership merupakan ukuran presentase saham yang dimililki
direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat secara
langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Sartono, 2012). Insider
ownership juga diartikan bahwa pemilik perusahaan (Stockholder) sekaligus
menjabat sebagai pengelola perusahaan (manajemen), insider ownership
dihitung dengan membandingkan jumlah saham yang dimiliki komisaris dan
direktur dengan jumlah saham yang beredar (Novelma, 2014). Jumlah
kepemilikan saham manajemen akan mensejajarkan kepentingan manajemen
dengan kepentingan pemegang saham, adanya kesamaan kepentingan antara
pihak manajemen dengan pihak pemegang saham maka dapat menurunkan
potensi konflik. Potensi konflik keagenan yang kecil ini dapat berpengaruh
terhadap rendahnya agency cost yang dikeluarkan oleh pemegang saham, pada
dasarnya fungsi insider ownership terkait dengan pengawasan tambahan
terhadap manajer dari perusahaan, karena biaya yang ditimbulkan oleh insider
ownership itu berasal dari alokasi biaya kekayaan mereka untuk perusahaan.
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
13
Disisi lain manajer juga memiliki kecenderungan untuk menggunakan utang
yang tinggi yang dilakukan dengan didasarkan pada kepentingan oportunitas
mereka dan bukan dari pemaksimalan nilai perusahaan. Tindakan yang
dilakukan manajer akan membawa pengaruh dalam bentuk meningkatnya
resiko kesulitan perusahaan, karena beban bunga pinjaman yang tinggi
sehingga agency cost dari utang juga akan tinggi.
2.1.2.2 Collaterizable Asset
Collateralizable assets adalah besarnya aktiva yang dijaminkan oleh
kreditor untuk menjamin pinjamannya, collateralizable assets dianggap
sebagai proksi asset - asset jaminan untuk biaya agensi yang terjadi karena
konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Perusahaan dengan
collateralizable assets yang tinggi memiliki agency conflict yang kecil antara
pemegang saham dengan pemegang obligasi. Tingginya collateralizable
assets yang dimiliki perusahaan akan mengurangi konflik kepentingan antara
pemegang saham dengan kreditor sehingga perusahaan dapat membayar
dividen dalam jumlah besar, collateralizable assets yang tinggi akan membuat
pemegang obligasi tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap
kebijakan dividen perusahaan. Sebaliknya, collateralizable assets yang rendah
akan meningkatkan kekhawatiran pemegang obligasi atas resiko kebangkrutan
perusahaan sehingga perlu dilakukan pembatasan dividen. Semakin rendah
collateralizable asset yang dimiliki perusahaaan akan meningkatkan konflik
kepentingan antara pemegang saham dengan kreditor sehingga kreditor akan
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
14
menghalangi perusahaan untuk membiayai dividen dalam jumlah besar kepada
pemegang saham karena takut piutang mereka tidak terbayar.
2.1.2.3 Free Cash Flow
Free cash flow atau aliran kas bersih adalah cash flow yang tersedia
untuk dibagikan kepada para investor setelah perusahaan melakukan investasi
pada fixed asset dan working capital yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, dengan kata lain aliran kas bebas adalah kas yang
tersedia diatas kebutuhan investasi yang profitable. Free cash flow ini
sebenarnya merupakan hak pemegang saham, nilai operasi perusahaan
ditentukan oleh aliran kas yang akan dihasilkan sekarang dan dimasa yang
akan datang, secara khusus nilai dari operasi tergantung pada aliran kas bebas
yang diharapkan terjadi atau expected free cash flow. Nilai ini merupakan laba
operasi sesudah pajak atau after tax operating profit dikurangi nilai investasi
fixed asset dan working capital yang diperlukan untuk mempertahankan
operasi perusahaan. Jadi free cash flow mencerminkan sejumlah kas yang
secara actrual tersedia untuk dibagikan kepada investor atau pemegang saham
(Sartono, 2012), jika free cash flow semakin besar maka manajer akan
cenderung menginvestasikan uangnya ke proyek yang kurang menguntungkan
sehingga konflik perusahaan meningkat. Meningkatnya konflik perusahaan
akan memperbesar biaya agensi dan pembayaran dividen akan meningkat
untuk mengurangi konflik.
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
15
2.1.2.3 Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) perusahaan, financial leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal
sendiri100% (Sartono, 2012). DER digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’e equity yang
dimiliki perusahaan. DER menggambarkan perbandingan antara total hutang
dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan
usaha. Semakin banyak hutang akan berakibat pembayaran dividen mengecil
karena perusahaan lebih memilih untuk membayar utang dibandingkan
membayar dividen.
Menurut Maulida (2013), debt to equity ratio adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut
untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Kemakmuran pemegang saham akan
meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu
harga saham itu terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah laba per lembar saham atau earning per share yaitu
dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah
pajak di kurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah
lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan.
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
16
Tingginya DER akan mempengaruhi minat investor terhadap saham
perusahaan tertentu karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak
menanggung terlalu banyak beban, debt to equity ratio yang tinggi juga
menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva,
selain itu kreditur juga mengasumsikan terdapat risiko yang besar dari
perusahaan sehingga kreditur dapat saja memberikan bunga yang cukup besar,
sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan uang dari sumber-
sumber luar terbatas. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar risiko yang
dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan.
2.1.2.4 Firm size
Ukuran perusahaan adalah rata–rata total penjualan bersih untuk tahun
yang bersangkutan sampai beberapa tahun, dalam hal ini penjualan lebih besar
daripada biaya variabel dan biaya tetap maka akan diperoleh jumlah
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada
biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian
(Brigham & Houston 2011). Suatu perusahaan yang mapan dan besar
memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal karena untuk mendapat
sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh
pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan
ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan
persaingan atau bertahan dalam industri. Kemudahan aksesibilitas ke pasar
modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
17
perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi
daripada perusahaan kecil, akses perusahaan di pasar modal juga berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Aksesibilitas perusahaan ini dipengaruhi oleh
ukuran firm size (Sartono, 2012)
2.1.3 Siklus Hidup Perusahaan
Siklus hidup perusahaan merupakan perkembangan perusahaan melalui
tahapan – tahapan yang dapat diperkirakan. Siklus hidup perusahaan dimulai
dari tahap pendirian, tahap pertumbuhan, tahap pendewasaan dan tahap
terakhir merupakan tahap penurunan. Masa waktu dari tahapan – tahapan
tersebut bervariasi berdasarkan jenis industri dan perbedaan dari masing –
masing perusahaan. Fase – fase ini dibedakan berdasarkan karakteristik yang
terkait dengan profitabilitas dari keuntungan dan kebutuhan pendanaan
perusahaan
Tahap pendirian adalah tahap pertama dalam siklus hidup perusahaan,
perusahaan pada saat ini biasanya akan merugi, perkembangan produk dan
berjuang untuk mengamankan posisi dipasar, tahap kedua adalah
pertumbuhan, pada fase ini perusahaan mulai menghasilkan keuntungan, pada
fase ini ditandai dengan ekspansi yang cepat dan meningkatkannya kebutuhan
dan ketergantungan pada pendananaan dari luar untuk mempertahankan
pertumbuhan, tahap ketiga adalah kedewasaan, dalam fase ini pertumbuhan
dan ekspansi melambat dan kebutuhan untuk sumber – sumber dari luar dan
subsidi modal dan tahap terakhir adalah tahap penurunan, dalam fase ini
perusahaan tetap menguntungkan tetapi penjualan menurun, perusahaan
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
18
memiliki lebih banyak uang dari yang perusahaan butuhkan dalam proyek –
proyek perusahaan yang tersedia (Junius, 2014)
2.1.4 Kebijakan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham oleh karena itu dividen merupakan
bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Menurut
Sartono (2012), dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang
saham selain capital gain, dividen merupakan bentuk distribusi laba yang
dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi
lembar saham yang dimilikinya. Bagi seorang investor, dividen merupakan
komponen return di samping capital gain. Besar kecilnya dividen akan sangat
bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan serta proporsi
laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Pembagian ini akan
mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi
keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.
Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2006), bentuk dividen yang
dibayarkan dapat di bedakan menjadi:
1. Dividen Tunai (cash dividend) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk uang tunai. Pengumuman dividen tunai adalah suatu kewajiban dan
pembayaran yang umumnya dilakukan secara sengaja, maka biasanya
merupakan kewajiban lancar.
2. Dividen Saham (Stock Dividend) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham dengan proporsi tertentu. Pembagian dividen saham
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
19
dianggap besar, jika perbandingan saham baru yang dibagikan dengan
saham yang sudah ada (outstanding share) lebih dari 25% maka dianggap
kecil.
3. Dividen Properti (Property Dividend) adalah pembagian laba kepada
pemegang saham atau investor dalam bentuk barang yang dapat berupa
barang dagangan, real estate atau investasi yang di rancang oleh dewan
direksi.
4. Dividen Likuidisi (Liquidity dividend) adalah dividen yang diberikan
kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen
yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset prusahaan dikurangi
semua kewajibannya.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen,
maka akan mengurangi laba ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber
dana intern atau internal financing, sebaliknya jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pemebentukan dana intern
akan semakin besar (Sartono, 2012). Kebijakan dividen diukur dengan
menggunakan rasio dividend payout ratio (DPR)
Menurut Gitosudarmo & Basti (2008), dividend payout ratio
merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih
yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk presentase. Semakin
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
20
tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari
pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil
laba ditahan, tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan
merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial
perusahaan semakin kuat.
Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dibagi dalam
bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan, rasio ini
menunjukan presentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang
saham yang berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk
keperluan operasional perusahaan dalam jumlah yang besar, berarti laba yang
akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil, sebaliknya jika
perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang
saham akan terus menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut.
Macam – macam kebijakan dividen menurut (Riyanto, 2010) yaitu
sebagai berikut:
1. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil,
artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relative
tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham
per tahunnya berfluktuasi.
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
21
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah
ekstra tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham
setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Penetapan payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan
kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan misalnya
50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen perlembar saham yang dibayarkan
setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan
neto yang diperoleh setiap tahunnya.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Penetapan dividend payout ratio yang fleksibel yang besarnya setiap
tahunnya disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari
perusahaan yang besangkutan.
2.1.5 Teori – teori Kebijakan Dividen
Teori tentang kebijakan dividen menurut Brigham dan Houston, 2011
sebagai berikut:
1. Dividend irrelevance theory
Dividend irrelevance theory menyatakan bahwa kebijakan dividen
tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan
tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio, tapi ditentukan
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
22
oleh laba sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Kebijakan
dividen tidak relevan terhadap kemakmuran pemegang saham karena
pembayaran dividen berarti mengurangi laba ditahan yang seharusnya untuk
investasi, sehingga perusahan akan mencari dana baru untuk memenuhi
kebutuhan dana tersebut. Sehingga, kenaikan pembayaran dividen akan
diikuti dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru
atau penerbitan utang, dengan demikian apakah laba dibagikan sebagai
dividen atau ditahan untuk investasi tidak mempengaruhi kemakmuran
pemegang saham. Jadi menurut MM, Dividen adalah tidak relevan.
2.Teori “The Bird in The Hand”
Gordon dan Linter menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika dividend payout ratio rendah karena investor lebih suka
menerima dividen dari pada capital gain, menurut mereka, investor
memandang dividen yield lebih pasti dari pada capital gain yield.
3.Teori Perbedaan Pajak
Teori diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, mereka
menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan
capital gains, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat
menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu
tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividen
yield tinggi, capital gain yield rendah daripada saham dengan dividend yield
rendah , capital gains yeld tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari
pada pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
23
4.Teori “ Signaling Hypotesis”
Teori Signaling Hypotesis ini sulit dibuktikan secara empiris, adalah
nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi, tapi sulit
dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan
dan penurunan dividen semata – mata disebabkan oleh efek “ sinyal “ atau
disebabkan karena efek “ sinyal “ dan preferen terhadap dividen.
5. Teori “Clientele Effect”
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang
tinggi, sebaiknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian
besar laba bersih perusahaan.
2.2 Kerangka pemikiran
Berdasarkan uraian teoritis yang akan menguji pengaruh biaya agensi
dan siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen, maka peneliti
mendiskripsikan kerangka pemikiran sebagai berikut:
2.2.1 Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen
Insider ownership dalam suatu perusahaan merupakan pihak yang
secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan
perusahaan, semakin tinggi tingkat insider maka semakin besar informasi
yang dimiliki oleh manajemen yang sekaligus menjadi pemilik perusahaan,
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
24
sehingga mengakibatkan agency cost semakin kecil karena pemilik sekaligus
merangkap menjadi agent sehingga dapat menurunkan biaya pengawasan
terhadap agent. Adanya pengawasan ini menyebabkan manajer berusaha
mempertahankan kualitas kinerja sehingga akan menurunkan konflik
keagenan. Pihak insider ownership lebih menyukai apabila laba perusahaan
tidak dibagikan kepada para pemegang saham karena digunakan sebagai
modal internal yang digunakan untuk ekspansi perusahaan, semakin tinggi
tingkat insider ownership diperusahaan maka semakin tinggi pula
kemungkinan dividen yang akan dibagikan semakin sedikit karena pihak
insider lebih suka apabila dividen tersebut ditahan. Maka dapat disimpulkan
bahwa insider ownership memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan
dividen, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamaludin,
2010 dengan judul Pengaruh Profitability, Insider ownership, Dispersion of
ownership, Free Cash Flow, and Collaterizable Asset terhadap Dividend
Payout Ratio.(Studi pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
pada 2005 – 2008)
2.2.2 Pengaruh Collaterizable Asset terhadap Kebijakan Dividen
Collaterizable asset digunakan sebagai proksi agency cost yang timbul
dari konflik antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Perusahaan
dengan collaterizable asset yang tinggi memiliki masalah agensi yang lebih
kecil antara pemegang saham dan pemegang obligasi, alasan yang mendasari
perusahaan dengan collaterizable asset yang tinggi dapat menggunakan asset
tersebut sebagai jaminan untuk hutang. Akibatnya perusahaan cenderung
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
25
kurang mengandalkan laba ditahan dalam kegiatan pendanaannya sehingga
kecil kemungkinan pemegang obligasi akan membatasi kebijakan dividen
perusahaan, semakin besar collaterizable asset maka akan semakin besar pula
dividen yang akan dibagikan (Santoso, 2012). Maka dapat disimpulkan bahwa
collaterizable asset memiliki hubungan yang positif dengan kebijakan dividen
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Latiefa Sari, 2011 dengan judul
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen (Studi
empiris pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005 –
2009).
2.2.3 Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen
Free cash flow merupakan arus kas operasi dikurangi investasi yang
diwajibkan, semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa nilai arus kas bebas
lebih besar jika dibandingkan dengan nilai aktiva perusahaan dan semakin
besar arus kas bebas maka kemungkinan dividen yang dibayarkan menjadi
semakin besar sebaliknya semakin kecil rasio ini menunjukkan bahwa nilai
aktiva perusahaan lebih besar jika dibandingkan dengan arus kas bebas, arus
kas bebas yang kecil akan menyebabkan perusahaan memiliki keterbatasaan
dalam kemampuannya membayar dividen. Sesuai teori keagenan, apabila
perusahaan mempunyai aliran kas bebas yang cukup memadai, manajer
perusahaan mendapatkan tekanan dari pemegang saham untuk
membagikannya dalam bentuk dividen, untuk mencegah free cash flow
digunakan untuk hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan
cenderung merugikan pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
26
membagikan free cash flow pada besarnya dividen agar dapat menekan biaya
agensi atau agency cost. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Destasiwi
Estiaji, 2014 dengan judul Pengaruh Insider Ownership, Return on Equity,
Free Cash Flow, Firm Size dan Debt To Equity Ratio terhadap Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010 – 2013.
2.2.4 Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Kebijkan Dividen
Debt to equity ratio merupakan rasio keuangan untuk mengukur
proporsi hubungan antara hutang dan ekuitas yang digunakan untuk
membiayai asset perusahaan, peningkatan hutang pada perusahaan akan
mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang
saham, termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar
hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen, peningkatan hutang
dalam perusahaan akan mengurangi besar kecilnya keuntungan bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima
karena kewajiban (beban tetap) tersebut lebih diprioritaskan dari pada
pembagian dividen, maka dapat disimpulkan debt to equity ratio berpengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Estika Maulida Priyo, 2013 dengan judul Analisis
Pengaruh Return on Asset, Debt To Equity Ratio, Firm Size, Growth dan Free
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
27
Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio ( Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang terdaftar Di BEI periode 2008 – 2011).
2.2.5 Pengaruh Firm Size terhadap Kebijakan Dividen
Perusahaan yang besar dan mapan mempunyai akses yang lebih mudah
kepasar modal dibanding dengan perusahaan kecil, akses yang baik dapat
membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya hal ini akan
mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal perusahaan.
Kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal tersebut membuat
perusahaan besar memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan
dana dalam jangka pendek menjadi lebih besar, sehingga perusahaan besar
dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan
dengan perusahaan kecil, jadi dapat disimpulkan firm size berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Diah Nur Safitri, 2013 yang berjudul Pengaruh Free Cash Flow,
Investment Opportunity (IOS), dan Firm Size terhadap Kebijakan Dividen
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2011.
2.2.6 Pengaruh Siklus Hidup Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen
Dividen yang dibayarkan oleh perusahaan cenderung merupakan
perusahaan yang berada dalam tahap matang (stabil) dimana kesempatan
untuk pertumbuhan rendah dan tingkat keuntungan sudah tinggi. Perusahaan
yang keadaan perkembangan perusahaannya tinggi tidak memerlukan dana
untuk membiayai invesatsinya, oleh karena itu perusahaan akan lebih sedikit
untuk menahan laba dan lebih banyak untuk membagikan laba tersebut kepada
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
28
pemegang saham dalam bentuk dividen. Dapat disimpulkan siklus hidup
perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Djumahir, 2009 dengan judul Pengaruh
Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Dengan hasil penelitian Variabel Dispersion of Ownership, Free Cash Flow,
Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi secara parsial berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen, kecuali variabel Institutional Ownership.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
H1 (-)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (-)
H5 (+)
H6 (+)
Insider Ownership
Collaterizable Asset
Free Cash Flow
Debt To Equity Ratio
Firm Size
SIKLUS HIDUP PERUSAHAAN
KEBIJAKAN DIVIDEN
B
I
A
Y
A
A
G
E
N
S
I
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016
29
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan teori - teori yang telah
dikemukakan di bab sebelumnya mengenai pengaruh biaya agensi dan siklus
kehidupan perusahaan terhadap kebijakan dividen, maka dalam hipotesis ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen biaya agensi terdiri
dari insider ownership, collataterizable, free cash flow, debt to equity ratio,
firm size dan siklus hidup perusahaan terhadap variabel dependen kebijakan
dividen. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
: Terdapat pengaruh negatif insider ownership terhadap kebijakan dividen
: Terdapat pengaruh positif collateralizable assets terhadap kebijakan
dividen
: Terdapat pengaruh positif free cash flow terhadap kebijakan dividen
: Terdapat pengaruh negatif debt to equity ratio terhadap kebijakan dividen
: Terdapat pengaruh positif firm size terhadap kebijakan dividen
: Terdapat pengaruh positif siklus hidup perusahaan terhadap kebijakan
dividen
Pengaruh Biaya Agensi..., Fitri Nofiawati, FEB UMP, 2016