100 desain tritisan beton hemat energi

Upload: teguh-sulistiyono

Post on 16-Jul-2015

706 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

100 ALTERNATIF DESAIN TRITISAN BETON HEMAT ENERGI

1. PENGERTIAN TRITISAN Tritisan adalah bagian dari bangunan yang berupa atap tambahan yang berdiri sendiri atau bisa juga berupa perpanjangan dri atap utama [Sukawi,2008]. 2. CARA KERJA TRITISAN Konsep topi atau caping mendasari cara kerja tritisan. Yaitu membentuk bayangan yang menutupi lubang diding. Melalui tritisan, sinar matahari yang masuk diperkurang kwantitas dan kwalitasnya. Tritisan bisa berkedudukan mendatar atau vertical. Kedua-duanya mempunyai alasan yang berharga. Tergantung sinar mana dan yang bagaimana yang boleh masuk ruangan atau tidak [Lippsmeier, 1994] Salah satu fungsi bukaan yang dihadirkan pada bangunan, adalah untuk mendapatkan penerangan alami. Dari usaha ini menimbulkan 2 bagian dari penerangan alami, yaitu cahaya matahari dan sinar matahari. Cahaya matahari adalah terang yang dihasilkan dari terang langit. Sinar matahari adalah terang yang dihasilkan dari radiasi matahari secara langsung. Dalam perencanaan dan perancangan bangunan, diusahakan untuk memasukkan cahaya matahari semaksimal mungkin, sedangkan sinar matahari ini diusahakan agar tidak masuk ke dalam ruangan. Untuk itulah kehadiran tritisan sangat perlu terhadap lubang dinding pada bangunan. Tritisan yang baik harus dapat memenuhi tuntutan tersebut, yaitu memasukkan cahaya matahari semaksimal mungkin dan mencegah sinar matahari yang masuk pada melalui lubang dinding pada bangunan

Sinarmatahari Cahayamatahari

Gambar 01 : Sketsa funsi penghalang sinar matahari oleh bidang tritisan

3. JENIS-JENIS TRITISAN Sesuai fungsinya untuk merespons sinar dan cahaya matahari, jenis tritisan digolongkan menurut dua prinsip dasar sebagai berikut [Mangunwijaya, 1997] Prinsip Payung atau Perisai (Prinsip Pembayangan), sebagai contoh : a). Atap rapat yang lazim diterapkan rumah selasar, galeri, doorloop, dan sebagainya, b). Penjulangan pada cucuran (tritisan), c).Kerai, tanda jendela dan sebagainya, d). Vegetasi (bougenvile, tanaman rambatan, hiasan), e). Papan atau bidang yang dapat diatur pada poros vertikal (jalusi), f). Penggunaan jendelajendela rapat (blinden) dan sebagainya. Prinsip penyaringan cahaya, sebagai contoh melalui penggunaan Kerai, Krepyak (louver,jalousie), Kisi-kisi, Kerawang (rooster), Dedaunan tanaman, Pergola, Dinding tabir berselah papan-papan horisontal (horizontal overhang) 4. TRITISAN BERBAHAN MATERIAL BETON Kehadiran tritisan memang sangat diperlukan, mengingat fungsi elemen in sangat signifikan dalam memberikan kenyamanan bagi penghuni. Namun seiring dengan perkembangan gaya arsitektur yang semakin beragam, hal ini menyebabkan desain tritisan diciptakan sesuai dengan gaya arsitektur yang dilekatinya. Pada kenyataannya beberapa desain tritisan yang dipakai pada rumah yang berkembang saat ini kurang mampu bekerja sesuai dengan fungsinya, sehingga sinar dan cahaya matahari, dan hujan tidak terespon dengan baik.

(a). Jendela dua daun

(b). Jendela satu daun

(c). Bouvenlight Gambar 02 : Pengelompokan beberapa pemakaian tritisan beton pada bangunan rumah (Sumber : Dokumen Pribadi)

Fenomena tersebut menjadi sorotan dari berbagai pihak seperti para perancang, produsen bahan bangunan, dan konsumen, agar lebih bijaksana dalam menggukanan elemen bangunan ini. Berbagai cara dalam merancang tritisan yang merespon iklim dan hemat energi harus merespon kondisi lingkungan, diantaranya : a. Matahari dan Cahaya Indonesia terletak pada daerah tropis basah, dengan kata lain di dekat equator, maka sudut jatuh sinar matahari ke bumi dapat dikatakan tegak lurus. Maka jumlah sinar per kesatuan luas mencapai angka yang besar [Mangunwijaya, 1997]. Sudut jatuh ditentukan oleh posisi relatif matahari dan tempat pengamatan di bumi serta tergantung pada sudut lintang geografis, musim, lama penyinaran harian, yang ditentukan oleh garis bujur geografis [Lippsmeie, 1997] Untuk orientasi bangunan dan perlindungan terhadap cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar sebagai berikut : Dalam hubungannya dengan orientasi bangunan, yang perlu mendapat perhatian

adalah sifat-sifat dari peredaran matahari sepanjang tahun, dimana untuk wilayah iklim tropis lembab lintasan matahari hampir selalu berada di atas kepala dengan arah terbit dan terbenam dari timur ke barat. Berdasar teknik perencanaan, tata letak bangunan akan mengumpulkan sedikit panas jika bayangan bangunan adalah yang terkecil. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan sudut jatuh matahari, semakin besar sudut akan memberi dampak semakin besar penerimaan energi panas [Suzana, 2005] Diperlukan perlindungan pada semua lubang bangunan terhadap cahaya langsung

dan tidak langsung , bahkan bila perlu untuk seluruh bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh bidang langit merupakan sumber cahaya. Sebuah hasil pengukuran suhu pada salah satu sisi dinding bangunan yang terkena sinar matahari di Kota Semarang dapat dilihat pada gambar 03 dan tabel 01. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa terjadi selisih suhu antara bagian dinding yang terkena sinar matahari dan dinding yang terbayangi. Studi yang tepat menggunakan sudut jatuh sinar matahari sangat diperlukan, karena hanya dengan ini pelindung cahaya dan orientasi bangunan dapat ditentukan

dengan benar dan menguntungkan. Untuk mendapatkan pelindung cahaya matahari yang efektif, setiap fasade bangunan harus ditinjau secara terpisah. Penggunaan pelindung matahari yang sama pada keempat fasade bangunan tidaklah rasional. Sudut jatuh

cahaya matahari dapat ditentukan melalui : - pengamatan langsung - perhitungan matematis - penggambaran grafis [Lippsmier, 1997]

Suhu pada Waktu (WIB) dinding yang terkena sinar matahari (0C) 04.00 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 26 26 20 29 36 37 39 39 -

Suhu pada dinding yang terbayangi (0C) 28 32 33 35 33 36 33 35 34 32 29 1 4 4 4 6 Selisih (0C)

Gambar 03 : (Kiri) Data pengukuran suhu dinding yang terkena dan tidak pada model bangunan, Semarang 24 Juni 2008. (Kanan) Pengamatan bayangan sinar matahari untuk mengetahui suhu dinding,

Dengan perhitungan yang tepat, maka akan didapat desain tritisan beton yang tanggap terhadap cahaya dan sinar matahari. Hal ini dapat memberi keuntungan : Penerangan alami yang berupa cahaya matahari dapat dimaksimalkan, sehingga mampu mengurangi ketergantungan terhadap penerangan buatan. Hal ini dapat mengurangi konsumsi energi listrik untuk pemakaian lampu. Sinar matahari tidak masuk ke dalam bangunan, sehingga suhu dan temperature dalam ruangan tetap terjaga. Keadaan ini membuat ruangan tidak memerlukan penghawaan buatan, sehingga dapat mengurangi energi listrik untuk pemakaian AC (Air conditioner) b. Curah Hujan Di daerah tropis, curah hujan cukup tinggi yang terjadi dua kali setahun. Semakin mendekati garis balik, musim ini semakin pendek dan waktunya semakin dekat

sampai menjadi satu musim hujan di sekitar garis balik.8 Besarnya intensitas curah hujan di Indonesia, dan sering disertai angin memerlukan perhatian khusus. Hal ini diperlukan agar bangunan terhindar dari tampias hujan. Salah satunya

dengan penempatan tritisan beton yang mampu melindungi bangunan (lubang dinding) dari tampias air hujan. 5. TRITISAN DAN ASPEK HEMAT ENERGI Pengertian hemat energi pada makalah ini adalah optimalisasi bahkan effisiensi pemakaian energi listrik yang dibutuhkan dalam ruangan karena aspek pencahayaan yang tepat dalam arti tidak berlebihan ataupun kurang. Berlebihan karena terlalu banyak sinar matarari masuk zataupun kekurangan (minimnya sinar matahari yang masuk). Kelebihan sinar matahari yang masuk, berakibat pada makin panasnya ruangan karena sinar radiasi panas dari sinar, sehingga aspek pemborosan yang terjadi adalah usaha dari penghuni untuk mendinginkan rungan tersebut. Usaha ini biasanya/trend dilakukan dengan pemakaian AC yang berkonsumsi listrik minimal 500W/jam. Kekurangan sinar matahari yangn masukpun, berakibat pada penggunaan penerangan buatan yang berkonsumsi listrik pula, walau tidak sebesar pemakaian AC (Air Condition) Pada gambar 04, memperlihat peran dari fungsi tritisan terhadap mengantisipasi beban panas sinar matahari yang masuk dalam ruangan. Disain yang tepat dari suatu tritisan berarti sangat signifikan terhadap penghematan energi [Prianto,2007]

Gambar 04 : Pereduksian beban panas dari radiasi matahari oleh peran dari tritisan {Prianto, 2007}

METODE DAN MODELUntuk memperoleh desain tritisan beton yang merespon iklim dan hemat energi sebagaimana tujuan dari pembahasan ini, maka sebelumnya dilakukan pengamatan dengan metode pensimulasian komputer dengan program SKETCH-UP versi 06 terhadap model pilihan sebagaimana terlihat pada gambar 04.

a)

b)

c)

Gambar 05 : Model tritisan dan bangunan : a). Model keseluruhan, b) Model jendela dua daun, c) Model Jendela satu daun dan bouvenlight

Model tersebut merupakan perwakilan dari pengelompokan jenis bukaan sebagimana hasil pengamatan/survay di lapngan (cek kembali gambar 02), yang terdiri dari 3 bentuk bukaan : jendela dua daun, jendela satu daun dan bouvenlight.

ANALISAPada bagian ini akan dilakukan analisa bentuk bayangan yang terjadi akibat orientasi bangunan dan lintasan matahari, serta curah hujan. Sehingga dapat menjadi acuan modelisasi 100 desain tritisan. Kemudian dilakukan rekapitulasi terhadap 100 desain tritisan yang diperoleh. 1. ANALISA BENTUK BAYANGAN a. Pengaruh Oriantasi bangunan dan Lintasan Matahari Dalam hal ini analisa yang tepat untuk mengetahui efektifitas pemakaian tritisan beton adalah dengan menggunakan studi sudut jatuh sinar matahari, karena hanya dengan ini desain tritisan beton dan orientasi bangunan dapat ditentukan dengan benar dan menguntungkan.

Untuk mendapatkan desain tritisan beton yang efektif, setiap fasade bangunan harus ditinjau secara terpisah. Hal ini dilakukan, karena matahari mengalami gerak semu matahari tahunan ketika melintas di daerah Indonesia, yang

mengakibatkan durasi, intensitas, dan sudut jatuh sinar matahari berbeda-beda pada setiap sisi bangunan.

Sisi bangunan sebelah Utara Dengan menggunakan simulasi desain grafis, kondisi factual di Jakarta ( sebagai sample pengamatan) pada sisi bangunan sebelah utara, dengan posisi garis edar matahari utara (21 Juni), didapatkan hasil : Gambar tampilan hasil simulasi dengan lebar tritisan 0,5 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c) Gambar tampilan simulasi dengan lebar tritisan 0,75 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c)

a

b

c

d

e

f

Gambar 06 : Hasil tampilan bentuk bayangan pada perbedaan demensi tritisan (0,5m dan 0,75m) dan waktu (jam 09.00, 12.00 dan 15.00 WIB) pada posisi tampak bangunan sebelah Utara.

Sisi bangunan sebelah Barat Dengan menggunakan simulasi desain grafis, kondisi factual di Jakarta ( sebagai samle pengamatan) pada sisi bangunan sebelah barat, dengan posisi garis edar matahari tengah (22 maret/23 september) : Gambar tampilan hasil simulasi dengan lebar tritisan 0,5 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c) Gambar tampilan simulasi dengan lebar tritisan 0,75 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c)

a

b

c

d

e

f

Gambar 07 : Hasil tampilan bentuk bayangan pada perbedaan demensi tritisan (0,5m dan 0,75m) dan waktu (jam 09.00, 12.00 dan 15.00 WIB) pada posisi tampak bangunan sebelah Barat.

Sisi bangunan sebelah Selatan Dengan menggunakan simulasi desain grafis, kondisi factual di Jakarta ( sebagai sample pengamatan) pada sisi bangunan sebelah selatan, dengan posisi garis edar matahari selatan (22 Desember), didapatkan hasil sebagai berikut : Gambar tampilan hasil simulasi dengan lebar tritisan 0,5 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c) Gambar tampilan simulasi dengan lebar tritisan 0,75 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c)

a

b

c

d

e

f

Gambar 08 : Hasil tampilan bentuk bayangan pada perbedaan demensi tritisan (0,5m dan 0,75m) dan waktu (jam 09.00, 12.00 dan 15.00 WIB) pada posisi tampak bangunan sebelah Selatan

Sisi bangunan sebelah Timur Dengan menggunakan simulasi desain grafis, kondisi factual di Jakarta ( sebagai sample pengamatan) pada sisi bangunan sebelah timur, dengan posisi garis edar matahari tengah (22 maret/23 september) ), didapatkan hasil sebagai berikut : Gambar tampilan hasil simulasi dengan lebar tritisan 0,5 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c) Gambar tampilan simulasi dengan lebar tritisan 0,75 m pada pukul 09.00 WIB (a), 12.00 WIB (b) dan 15.00 WIB (c)

a

b

c

d

e

f

Gambar 09 : Hasil tampilan bentuk bayangan pada perbedaan demensi tritisan (0,5m dan 0,75m) dan waktu (jam 09.00, 12.00 dan 15.00 WIB) pada posisi tampak bangunan sebelah Timur

b.

Pengaruh Curah Hujan

Pemakaian tritisan beton mampu merespon iklim tropis basah (dalam hal ini curah hujan),sehingga memberi keuntungan sebagai berikut:

a. Konstruksi tritisan beton cukup kuat memikul beban yang timbul dari air hujan dan beban yang timbul karena angin b. Mampu melindungi bahan lubang dinding, seperti kusen kayu, kusen alumunium, dll. dari tampias air hujan. 2. ANALISA MODELISASI TRITISAN = 100 MODEL Berdasarkan analisa di sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa bentuk, ukuran tritisan dan oriantasi/perletakannya mempengaruhi pola bayangan pada suatu bangunan. Menciptakan bentuk bayangan yang berfungsi dapat menutupi secara maksimal dari bidang bukaan (jendela dan bouvenlightligh) kami lakukan dengan pensimulasian menggunakan media computer/program sketch-up, terhadap model-model tritisan yang mempertimbangkan disain tritisan berbentuk sirip tetap yang horizontal, tegak, atau kedua-duanya [Heinzfrick, 1998]. Ada dua lokasi tritisan yang kita ambil, yaitu, lokasi tritisan pada jendela berdaun satu dan berdaun dua serta lokasi tritisan pada lubang udara/ bouvenlight. Dari 4 (empat) orientasi bangunan yang kita simulasikan (Utara, Selatan, Timur dan Barat) didapat 100 model tritisan dengan masing-masing sejumlah 25 model.

a. a).

25 MODEL TRITISAN PADA ORIENTASI UTARA Untuk Jendela 2 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05

Model 02

Model 03

Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 09 Model 10

Gambar 10 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela dua daun dengan orientasi bangunan menghadap Utara

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun dua (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 04 : berdemensi 80 cm dengan disain variasi sirip horisontal satu lapis pada bagian atas. Model 05 sampai dengan 07 : berdemensi 80 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis lapis pada bagian atas. Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 70 cm dengan disain variasi sirip verikal pada bagian samping kanan dan kiri.

b).

Untuk Jendela 1 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09

Model 02

Model 03

Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 11 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela satu daun dengan orientasi bangunan menghadap Utara

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun satu (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 07 : berdemensi 80 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas.

Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 60 cm dengan disain kombinasi sirip

horisontal dan vertikal

c).

Untuk bouvenlight, terdapat 5 model tritisan

Model 01 Model 02 Model 03 Model 04 Model 05

Gambar 12 : 5 (lima) model tritisan bukaan bouvenlight dengan orientasi bangunan menghadap Utara

Model 01 sampai dengan 03 : berdemensi 25 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas.

Model 04 dan 05 : berdemensi 15-30 cm dengan disain modifikasi horisontal dan vertikal

b. a).

25 MODEL TRITISAN PADA ORIENTASI SELATAN Untuk Jendela 2 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09

Model 02

Model 03

Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 13 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela dua daun dengan orientasi bangunan menghadap Selatan

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun dua (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan :

Model 01 sampai dengan 04 : berdemensi 60 cm dengan disain variasi sirip

horisontal satu lapis pada bagian atas. Model 05 sampai dengan 07 : berdemensi 60 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis lapis pada bagian atas.

Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 50 cm dengan disain variasi sirip verikal pada bagian samping kanan dan kiri. b). Untuk Jendela 1 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09

Model 02

Model 03

Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 14 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela satu daun dengan orientasi bangunan menghadap Selatan

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun satu (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 07 : berdemensi 55 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas. Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 35 cm dengan disain kombinasi sirip horisontal dan vertikal c). Untuk bouvenlight, terdapat 5 model tritisan

Model 01

Model 02

Model 03

Model 04

Model 05

Gambar 15 : 5 (lima) model tritisan bukaan bouvenlight dengan orientasi bangunan menghadap Selatan

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui bouvenlight (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan :

Model 01 sampai dengan 03 : berdemensi 20 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas. Model 04 dan 05 : berdemensi 20-25 cm dengan disain modifikasi horisontal dan vertikal

c. a).

25 MODEL TRITISAN PADA ORIENTASI BARAT Untuk Jendela 2 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09

Model 02

Model 03

Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 16 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela dua daun dengan orientasi bangunan menghadap Barat

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun dua (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 04 : berdemensi cukup 90 cm, tetapi perlu penambahan hingga 3 lapis variasi sirip horisontal pada bagian depan. Model 05 sampai dengan 07 : berdemensi 90 cm tetapi perlu penambahan hingga 2 lapis variasi sirip horisontal pada bagian depan. Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 1m tetapi perlu penambahan hingga 3 lapis variasi sirip horisontal pada bagian depan.

b).

Untuk Jendela 1 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09 Model 02 Model 03 Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 17 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela satu daun dengan orientasi bangunan menghadap Barat

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun satu (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 07 : berdemensi 90 cm tetapi perlu penambahan hingga 3 lapis variasi sirip horisontal pada bagian depan. Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 60 cm tetapi perlu penambahan hingga 3 lapis variasi sirip horisontal pada bagian depan. c). Untuk bouvenlight, terdapat 5 model tritisan

Model 01

Model 02

Model 03

Model 04

Model 05

Gambar 18 : 5 (lima) model tritisan bukaan bouvenlight dengan orientasi bangunan menghadap Barat

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui bouvenlight (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan :

Model 01 sampai dengan 03 : berdemensi 30 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas.

Model 04 dan 05 : berdemensi 30 cm tetapi perlu penambahan hingga 1 lapis variasi sirip horisontal pada bagian depan.

d. a).

25 MODEL TRITISAN PADA ORIENTASI TIMUR Untuk Jendela 2 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09

Model 02

Model 03

Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 19 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela dua daun dengan orientasi bangunan menghadap Timur

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun dua (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 04 : berdemensi 80 cm dengan disain variasi sirip horisontal satu lapis pada bagian atas. Model 05 sampai dengan 07 : berdemensi 70 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis lapis pada bagian atas. Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 80 cm dengan disain variasi sirip verikal pada bagian samping kanan dan kiri.

b).

Untuk Jendela 1 Daun, terdapat 10 model tritisan

Model 01 Model 05 Model 09 Model 02 Model 03 Model 04

Model 06

Model 07

Model 08

Model 10

Gambar 20 : 10 (sepuluh) model tritisan bukaan jendela satu daun dengan orientasi bangunan menghadap Timur

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui jendela berdaun satu (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan : Model 01 sampai dengan 07 : berdemensi 80 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas. Model 08 sampai dengan 10 : berdemensi 60 cm dengan disain kombinasi sirip horisontal dan vertikal c). Untuk bouvenlight, terdapat 5 model tritisan

Model 01

Model 02

Model 03

Model 04

Model 05

Gambar 21 : 5 (lima) model tritisan bukaan bouvenlight dengan orientasi bangunan menghadapTimur

Beberapa kombinasi yang dilakukan terhadap tritisan untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari kedalam ruangan dengan melalui bouvenlight (menciptakan sebanyak-banyaknya blok bayangan), dilakukan dengan :

Model 01 sampai dengan 03 : berdemensi 25 cm dengan disain variasi sirip horisontal dua lapis pada bagian atas.

Model 04 dan 05 : berdemensi 20 cm dengan disain modifikasi horisontal dan vertikal

3. REKAPITULASI MODELISASI TRITISAN Berdasarkan Disain Sketch-up diatas untuk ketiga bukaan (jendela dua pintu, jendela satu pintu dan bouvenlight), ke 100 model tritisan sesuai arah orientasi penempatan (Utara, Selatan< Timur dan Barat), dapat di tabelkan pada tabel no.02.Tabel 01 : Rekapitulasi deminsi tiga model disain tritisan berdasarkan orientasi bangunan UTARA SELATAN BARAT T=80cm, SH satu-dua T=60cm, SH satu-dua T=90cm, SH dua lapis, SV variasi lapis, SV variasi lapis bagian depan, T=70cm, kombinasi T=50cm, kombinasi T=100cm, SH tiga SV & SH dua lapis SV & SH lapis bagian depan, Jendela T=80cm, SH dua T=55cm, SH dua T=90cm, SH tiga satu lapis, SV variasi lapis lapis bagian depan, daun T=60cm, kombinasi T=35cm, kombinasi T=60cm, SH tiga SH&SV SH&SV lapis bagian depan, T=25cm, SH dua T=20cm, SH dua T=30cm, SH dua bouven lapis, SV variasi lapis, kombinasi lapis light T=15-30cm, SH&SV kombinasi SH&SV T = demensi tritisan, SH = Sirip horisontal, SV = sirip vertikal Jendela dua daun TIMUR T=80cm, SH satu lapis, SV variasi T=70, SH dua lapis T=80cm, SH dua lapis, SV variasi T=60, kombinasi SH&SV T=25cm, SH dua lapis, SV variasi T=20cm, kombinasi SH&SV

KESIMPULANa. Aspek Disain : Model disain tritisan, yaitu dimensi sirip horisontal dan vertikal, serta bentuk,

dipengaruhi oleh jenis bukaan (jendela dua pintu, satu pintu dan bouvenlight) dan orientasi bangunan Untuk model disain tritisan di daerah tropis (refensi sketch-up, jakarta/daerah 60-90 cm untuk bukaan

selatan katulistiwa), demisi tritisan berkisar antara jendela dan 15-30cm untuk bouvenlight.

Dapat dikatakan pula, bahwa pemakaian tritisan pada rumah tinggal yang ada

sekarang ini (temuan lapangan, model minimalis), sangatlah tidak merespond iklim dan hemat energi. b. Aspek Energi Model disain tritisan yang merespond optimalisasi pemakaian energi listrik, yaitu

bilamana disain tersebut berhasil memblokir panas sinar mtahari langsung masuk dalam ruangan dengan melalui element bukaan dinding

(misal, jendela,

bouvenlight)

Pembayangan dari suatu penghalang lain dan terbentuk pada suatu bangunan, reduksi panas sinar mataharinya saja dapat mencapai 20%. Sedangkan disain tritisan yang sempurna menghalangi pancaran mataharui dapat mencapai 100%. c. Aspek beton Pemakaian material beton untuk disain tritisan, disamping pertimbangan

kekuatan terhadap faktor curah hujan (yang membikin bahan bangunan lain lapuk) ternyata pada kondisi saat ini sedang menjadi trend untuk segala tipe bangunan arsitektur. Disain nentuk dari material beton sangatlah freksibel dan dinamis dalam

membentuk pemodelan tritisan, misal, pemvariasian sirip horisontal, vertikal dan kombinasi keduanya.