107-238-2-pb

7
1 PERBEDAA EFEKTIFITAS TEKIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKAA DARAH PADA PASIE HIPERTESI Amalia Noviyanti* ) Sri Widodo** ) Shobirun*** ) * ) Mahasiswa S1Ilmu Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang ** ) Dosen Universitas Muhammadiyah (UNIMUS) Semarang *** ) Dosen Politeknik Kesehatan (POLTEKKES) Semarang ABSTRAK Penderita hipertensi semakin meningkat setiap tahunnya dengan berbagai penyebab. Pada tahun 2012, WHO mencatat sebanyak 1 miliar penduduk dunia mengalami hipertensi. Secara garis besar pengobatan nonfarmakologis untuk pasien hipertensi antara lain dengan pemberian relaksasi seperti otot progresif dan nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot progresif dan relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini yaitu menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-protest design, jumlah sampel 30 responden dengan teknik purposive sampling. Pada usia responden hipertensi terbanyak adalah ≥ 50 tahun (43,3%), sedangkan karakteristik responden hipertensi berdasarkan jenis kelamin terdapat 17 (56,7%) pada perempuan, 13 (43,3%) pada laki-laki. Hasil uji statistik menggunakan Mann-whitney test menunjukkan hasil tidak ada perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam dengan tekanan darah. Terlihat dari probabilitas perbedaan efektifitas antara perlakuan terhadap tekanan darah sistolik sebesar 0,285 (p>0,05), dan nilai probabilitas perbedaan efektifitas kedua perlakuan terhadap tekanan darah diastolik yaitu sebesar 0,935 (p>0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar relaksasi nafas dalam dapat dijadikan intervensi alternatif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Kata Kunci : Relaksasi otot progresif, relaksasi nafas dalam, tekanan darah ABSTRACT The number of patiens suffering from hypertension is increasing recently with various etiology factors. In 2012, WHO recorded as many as 1 billion world population experience hypertension. Generally the non pharmacological treatment for patients of hypertension among others with relaxation such as progressive muscle and deep breathing. This research was conducted to analyze the different effectiveness between progressive muscle relaxation and deep breathing relaxation to blood pressure medical patient in RSUD Ungaran. The research design was quasy experiment using pretest and post test design with 30 respondents applied in purposive sampling technique. From factor ages, the most hypertension respondents are from the age upper 50 (43,3%) years old. Meanwhile, for hypertension respondent characteristic, it is 17

Upload: isti-yanuari

Post on 05-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

abcdefgokk

TRANSCRIPT

  • 1

    PERBEDAA EFEKTIFITAS TEKIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DA

    RELAKSASI AFAS DALAM TERHADAP TEKAA DARAH

    PADA PASIE HIPERTESI

    Amalia Noviyanti*)

    Sri Widodo**) Shobirun***

    )

    *) Mahasiswa S1Ilmu Keperawatan Stikes Telogorejo Semarang

    **) Dosen Universitas Muhammadiyah (UNIMUS) Semarang

    ***) Dosen Politeknik Kesehatan (POLTEKKES) Semarang

    ABSTRAK

    Penderita hipertensi semakin meningkat setiap tahunnya dengan berbagai penyebab. Pada tahun

    2012, WHO mencatat sebanyak 1 miliar penduduk dunia mengalami hipertensi. Secara garis

    besar pengobatan nonfarmakologis untuk pasien hipertensi antara lain dengan pemberian

    relaksasi seperti otot progresif dan nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

    perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot progresif dan relaksasi nafas dalam terhadap tekanan

    darah pada pasien hipertensi di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini yaitu

    menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-protest design, jumlah sampel 30

    responden dengan teknik purposive sampling. Pada usia responden hipertensi terbanyak adalah

    50 tahun (43,3%), sedangkan karakteristik responden hipertensi berdasarkan jenis kelamin

    terdapat 17 (56,7%) pada perempuan, 13 (43,3%) pada laki-laki. Hasil uji statistik menggunakan

    Mann-whitney test menunjukkan hasil tidak ada perbedaan efektifitas teknik relaksasi otot

    progresif dan nafas dalam dengan tekanan darah. Terlihat dari probabilitas perbedaan efektifitas

    antara perlakuan terhadap tekanan darah sistolik sebesar 0,285 (p>0,05), dan nilai probabilitas

    perbedaan efektifitas kedua perlakuan terhadap tekanan darah diastolik yaitu sebesar 0,935

    (p>0,05). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar relaksasi nafas dalam dapat dijadikan

    intervensi alternatif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

    Kata Kunci : Relaksasi otot progresif, relaksasi nafas dalam, tekanan darah

    ABSTRACT

    The number of patiens suffering from hypertension is increasing recently with various etiology

    factors. In 2012, WHO recorded as many as 1 billion world population experience hypertension.

    Generally the non pharmacological treatment for patients of hypertension among others with

    relaxation such as progressive muscle and deep breathing. This research was conducted to

    analyze the different effectiveness between progressive muscle relaxation and deep breathing

    relaxation to blood pressure medical patient in RSUD Ungaran. The research design was quasy

    experiment using pretest and post test design with 30 respondents applied in purposive

    sampling technique. From factor ages, the most hypertension respondents are from the age

    upper 50 (43,3%) years old. Meanwhile, for hypertension respondent characteristic, it is 17

  • 2

    (56,7%) for females, 13 (43,3%) for males. The result of the research using Mann-Whitney test

    of statistics showed that had no different effectiviness of progressive muscle relaxation and deep

    breathing relaxation to the blood pressure. It can be seen from probability of the results, systolic

    blood pressure is 0,285 (p>0,05), and p diastolic 0,935 (p>0,05). It to use deep breathing

    relaxation to decrease blood pressure of patient suffering from hypertension.

    Keywords: progressive muscle relaxation, deep breathing relaxation, blood pressure

    A. Latar Belakang

    WHO (World Health Organization)

    mencatat sebanyak 1 miliar penduduk

    dunia mengalami hipertensi dengan

    66%, di antaranya berasal dari negara

    berkembang. WHO juga mem-

    perkirakan, setiap tahunnya sebanyak

    7,6 juta orang didunia meninggal akibat

    berbagai penyakit yang dipicu oleh

    hipertensi. Prevalensi hipertensi di-

    perkirakan akan mencapai titik pun-

    caknya pada tahun 2025, yakni

    sebanyak 1,5 miliar orang di dunia

    (Anonim, 2012, 1). Tingginya pre-

    valensi kasus hipertensi diatas, sangat

    perlu perhatian tinggi khususnya dalam

    bidang keperawatan, sehingga dapat

    meningkatkan taraf hidup manusia.

    Secara garis besar pengobatan non-

    farmakologis untuk pasien hipertensi

    antara lain: mengurangi berat badan jika

    gemuk, menghentikan merokok, me-

    ngatur pola makan terutama diet rendah

    garam, olahraga teratur, pengendalian

    stress dan perbaikan gaya hidup

    (Sutanto, 2010, hal 27). Pengendalian

    stress dapat dikendalikan dengan

    relaksasi. Relaksasi yaitu salah satu

    teknik pengelolaan diri berdasar kinerja

    sistem saraf simpatis dan parasimpatis

    (Jacobson &Wolpe dalam Utama,

    2002).

    Dalam penelitian ini relaksasi yang

    digunakan yaitu relaksasi otot progresif

    dan relaksasi nafas dalam. Berdasarkan

    penelitian yang pernah dilakukan

    sebelumnya, menyebutkan bahwa upaya

    non farmakologi yang dapat dilakukan

    untuk pasien hipertensi yaitu dengan

    pemberian relaksasi otot progresif dan

    relaksasi nafas dalam, dimana masing-

    masing dari relaksasi tersebut efektif

    terhadap penurunan tekanan darah pada

    pasien hipertensi, sehingga peneliti

    tertarik untuk melakukan penelitian

    mengenai per-bedaan efektifitas teknik

    relaksasi otot progresif dan relaksasi

    nafas dalam terhadap tekanan darah

    pada pasien hipertensi di RSUD

    Ungaran Kabupaten Semarang.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasar uraian dari latar belakang

    diatas, dapat dirumuskan masalah

    penelitian yaitu Adakah perbedaan

    efektifitas teknik relaksasi otot progresif

    dan relaksasi nafas dalam terhadap

    tekanan darah pada pasien Hipertensi di

    RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui dan membuktikan

    perbedaan efektifitas teknik relaksasi

    otot progresif dan relaksasi nafas dalam

    terhadap tekanan darah pada pasien

    hipertensi di RSUD Ungaran Kabupaten

    Semarang.

    D. Metodologi Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan oleh

    peneliti adalah eksperimental dengan

    jenis penelitian quasy experimental

    dengan rancangan pretest-post test de-

    sign. Pengambilan sampel meng-

    gunakan metode purposive sam-pling.

    Populasi yang digunakan adalah seluruh

    penderita hipertensi di RSUD Ungaran.

    Jumlah sampel yang digunakan dalam

  • 3

    penelitian ini yaitu sebanyak 30

    responden dengan masing-masih 15

    responden di setiap perlakuan. Pe-

    nelitian dilakukan di ruang rawat inap

    RSUD Ungaran. Ruangan yang di-

    gunakan untuk penelitian ini yaitu

    Ruang Mawar dan Ruang Dahlia.

    Peneliti melakukan penelitian pada

    siang hari sebelum pemberian obat

    siang. Penelitian ini dilakukan pada

    tanggal 4 Maret- 15 April 2013.

    Dalam melakukan pengumpulan data

    pada penelitian ini Alat yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah tensimeter

    (spigmomanometer air raksa, manset,

    stetoskop) yang sama digunakan kepada

    seluruh responden penelitian ini dan

    lembar observasi.

    Untuk proses analisis data hasil

    penelitian dengan menggunakan

    komputer program SPSS (Software

    Program for Social Scienses). Untuk

    menguji kenormalan data pada

    penelitian ini menggunakan uji Shapiro

    Wilk dikarenakan jumlah sampel = 50 tahun 13 43,3

    Total 30 100

    Berdasar pada tabel 5.1 diketahui

    bahwa usia terbanyak pada

    penelitian ini yaitu diatas 50

    tahun sebesar 43,3%.

    b) Jenis kelamin Tabel 2

    Distribusi frekuensi responden

    berdasarkan jenis kelamin di

    RSUD Ungaran pada bulan Maret-

    April 2013

    (n=30 )

    Jenis kelamin N (%)

    Perempuan 17 56,7

    Laki-laki 13 43,3

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel 5.2. di atas

    maka dapat diketahui bahwa

    responden dengan kecen-

    derungan hipertensi yang paling

    banyak pada perempuan

    sebanyak 17 responden (56,7%).

    2. Analisis Bivariat

    a. Perbedaan efektifitas antara

    relaksasi otot progresif dan

    relaksasi nafas dalam dapat dilihat

    pada tabel 5.11 dan tabel 5.12

    dibawah ini:

    Tabel 3

    Perbedaan efektifitas teknik relaksasi

    otot progresif dan relaksasi nafas

    dalam terhadap tekanan darah sistolik

    pada pasien Hipertensi pada bulan

    Maret-April 2013 (n=30)

    Berdasarkan tabel 5.11 diatas,

    diperoleh nilai probabilitas sebesar

    0,285 yang artinya lebih besar di-

    bandingkan taraf signifikansi (0,05)

    sehingga dapat disimpulkan tidak

    Tekanan

    darah

    sistolik

    N Mean

    rank

    Sum

    of

    Rank

    p

    Teknik

    relaksasi

    otot

    progresif

    15 13,77 206,50

    0,285 Teknik

    relaksasi

    nafas

    dalam

    15 17,23 258,50

  • 4

    ada perbedaan efektifitas teknik

    relaksasi otot progresif dan

    relaksasi nafas dalam terhadap

    tekanan darah (sistolik) pada pasien

    hipertensi di RSUD Ungaran

    Tabel 4

    Perbedaan efektifitas teknik relaksasi

    otot progresif dan relaksasi nafas dalam

    terhadap tekanan darah diastolik pada

    pasien Hipertensi pada bulan Maret-

    April 2013

    Berdasarkan tabel 5.12 diatas,

    diperoleh nilai probabilitas sebesar

    0,935 yang artinya lebih besar

    dibandingkan taraf signifikansi

    (0,05) sehingga dapat disimpulkan

    tidak ada perbedaan efektifitas teknik

    relaksasi otot progresif dan relaksasi

    nafas dalam terhadap tekanan darah

    (diastolik) pada pasien hipertensi di

    RSUD Ungaran.

    F. Pembahasan

    1. Usia

    Berdasarkan hasil penelitian pada

    30 responden yang menderita

    hipertensi yang berusia < 30 tahun

    sebanyak 1 orang (3,3%), sedang-

    kan respoden yang berusia 30-49

    sebanyak 16 orang (53,3%), dan 13

    orang lainnya diderita pada usia

    >50 tahun (43,3%).

    Tekanan darah tinggi biasanya

    menyerang pada usia 18 tahun,

    menurut WHO (World Health

    Organization) menyebutkan pro-

    porsi seseorang terserang hipertensi

    meningkat dengan bertambahnya

    usia, yaitu 1 dari 10 orang pada

    usia 20-30, dan 5 dari 10 orang

    pada usia 50-an (Admin, 2013, 2).

    Data lain menunjukkan bahwa bagi

    kebanyakan orang, tekanan darah

    meningkat seiring dengan ber-

    tambahnya usia ( Elisa, dkk., 2011,

    hlm.4). Semakin ber-tambahnya

    usia, mengakibatkan pembuluh

    darah cenderung tidak elastis dan

    lebih lemah. Selain itu, pembuluh

    darah juga menjadi lebih kaku,

    kekakuan pada pembuluh darah ini

    akan mengakibatkan terjadinya pe-

    ningkatan tekanan darah (Jain,

    2011, hlm.222).

    Pendapat diatas didukung dengan

    penelitian yang pernah dilakukan

    oleh Sugiharto (2007) yang

    berjudul Faktor-faktor risiko

    hipertensi grade II pada masyarakat

    di Kabupaten Karanganyar,

    dimana dalam penelitian tersebut

    memberi gambaran bahwa usia

    diatas 45 tahun, terbukti merupakan

    faktor risiko terjadinya hipertensi

    dengan hasil uji chi square me-

    nunjukkan nilai p value sebesar

    0,0001 (

  • 5

    wanita menopause (berusia >45

    tahun), berpengaruh terhadap

    menurunnya vasodilator alami

    pembuluh darah, hal ini akan

    menyebabkan penurunan efisiensi

    penyempitan dan pelebaran

    pembuluh darah yang dapat

    mengakibatkan suplai oksigen

    menjadi terganggu. Selain itu,

    penurunan kadar hormon esterogen

    menyebabkan darah menjadi lebih

    kental, hal ini akan menyebabkan

    usaha jantung dalam memompa

    darah menjadi lebih kuat, sehingga

    akan berdampak terhadap

    meningkatnya tekanan darah (Jain,

    2011, hlm.222).

    Hasil penelitian ini, sejalan dengan

    penelitian sebelumnya yang pernah

    dilakukan oleh Aprilina (2011) yang

    berjudul Perbedaan tekanan darah

    sebelum dan sesudah pemberian

    relaksasi imajinasi terbimbing pada

    pasien hipertensi di wilayah

    Puskemas Krobokan Semarang,

    dimana dalam penelitian tersebut

    memberi gambaran bahwa kejadian

    hipertensi mayoritas dialami

    responden perempuan dengan

    persentase sebesar 55,6%.

    3. Perbedaan relaksasi otot progresif

    dan relaksasi nafas dalam

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    dilakukan pada masing-masing 15

    orang penderita hipertensi yang

    diberikan intervensi relaksasi otot

    progresif dan 15 lainnya

    mendapatkan terapi relaksasi nafas

    dalam di RSUD Ungaran, diperoleh

    nilai probabilitas sebesar 0,285 yang

    artinya lebih besar dibandingkan

    taraf signifikansi (0,05) sehingga

    dapat disimpulkan tidak ada

    perbedaan efektifitas teknik relak-

    sasi otot progresif dan relaksasi

    nafas dalam terhadap tekanan darah

    (sistolik) pada pasien hipertensi di

    RSUD Ungaran. Berdasarkan hasil

    analisis diatas diketahui bahwa hasil

    selisih mean relaksasi otot progresif

    (13,77) lebih kecil dibandingkan

    relaksasi nafas dalam (17,23). Hasil

    tersebut menunjukkan bahwa

    relaksasi nafas dalam mempunyai

    kontribusi yang lebih besar dalam

    penurunan tekanan darah sistolik

    dibandingkan relaksasi otot

    progresif.

    Pada hasil analisis untuk tekanan

    darah diastolik, diperoleh nilai

    probabilitas sebesar 0,935 yang

    artinya lebih besar dibandingkan

    taraf signifikan (0,05) sehingga

    dapat disimpulkan tidak ada

    perbedaan efektifitas antara teknik

    relaksasi otot progresif dan relaksasi

    nafas dalam terhadap tekanan darah

    (diastolik) pada pasien hipertensi di

    RSUD Ungaran. Berdasarkan hasil

    analisis diketahui bahwa hasil

    selisih mean relaksasi otot progresif

    (15,37) lebih kecil dibandingkan

    relaksasi nafas dalam (15,63). Hasil

    tersebut menunjukkan bahwa

    relaksasi nafas dalam mempunyai

    kontribusi yang sedikit lebih besar

    dalam perubahan tekanan darah

    diastolik dibandingkan relaksasi

    otot progresif. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa relaksasi nafas

    dalam memiliki kontribusi yang

    sedikit lebih besar dalam penurunan

    tekanan diastolik dibanding dengan

    relaksasi otot progresif.

    Secara umum, hasil penelitian ini

    sejalan dengan kebenaran teori

    mengenai teknik relaksasi yang

    dapat mengurangi ataupun

    menurunkan tekanan darah pada

    pasien hipertensi salah satunya yaitu

    dengan teknik relaksasi otot

    progresif dan relaksasi nafas dalam

    yang dapat digunakan untuk

    mengontrol sistem saraf yang

    akhirnya dapat menurunkan tekanan

    darah. (Dalimartha, 2008, hlm.28).

    Walaupun berdasar teori dan hasil

    penelitian ini diketahu bahwa kedua

  • 6

    relaksasi tersebut terbukti efektif

    menurunkan tekanan darah, namun

    dengan adanya hasil uji statistik

    perbedaan antara keduanya dapat

    diketahui bahwa tidak ada

    perbedaan efektifitas yang

    signifikan (bermakna) antara teknik

    relaksasi otot progresif dan relaksasi

    nafas dalam terhadap tekanan darah.

    Hal ini dapat dilihat dari nilai

    probabilitas perbedaan efektifitas

    relaksasi otot progresif dan relaksasi

    nafas dalam lebih besar

    dibandingkan taraf signifikansi

    (0,05).

    4. Keterbatasan penelitian

    Keterbatasan dalam penelitian ini

    adalah:

    a. Pada penelitian ini seluruh

    responden yang digunakan

    sebagai sampel merupakan

    penderita hipertensi yang

    dirawat inap di Rumah Sakit

    dan masih mengonsumsi obat

    antihipertensi, sehingga dalam

    penelitian ini masih terjadi efek

    bias antara pemberian terapi

    dengan obat antihipertensi yang

    dikonsumsi oleh responden.

    b. Pada penelitian ini, peneliti

    tidak menggunakan kelompok

    kontrol untuk membandingkan

    kelom-pok perlakuan, sehingga

    tidak dapat membandingkan

    tingkat keefektifan antar

    kelompok yang diberikan

    perlakuan dengan kelompok

    yang tidak diberikan kedua

    perlakuan tersebut

    c. Pada penelitian ini, peneliti

    tidak melihat faktor-faktor lain

    seperti: lama menderita hiper-

    tensi, lama rawat inap, kebiasa-

    an merokok, dan pola hidup.

    G. Simpulan dan Saran

    1. Simpulan

    Berdasarkan uji non parametrik

    Mann-Whitney Test perbedaan

    efektifitas relaksasi otot progresif

    dan nafas dalam terhadap tekanan

    darah pada pasien hipertensi di

    RSUD Ungaran, dapat disimpulkan

    sebagai berikut:

    a. Berdasarkan nilai probabilitas

    perbedaan efektifitas antara

    perlakuan sebesar 0,285 yang

    artinya lebih besar dibandingkan

    taraf signifikansi (0,05)

    sehingga dapat disimpulkan

    tidak ada perbedaan efektifitas

    teknik relaksasi otot progresif

    dan relaksasi nafas dalam

    terhadap tekanan darah (sistolik)

    pada pasien hipertensi di RSUD

    Ungaran.

    b. Berdasarkan nilai probabilitas

    perbedaan efektifitas kedua

    perlakuan yaitu sebesar 0,935

    yang artinya lebih besar

    dibandingkan taraf signifikansi

    (0,05) sehingga dapat di-

    simpulkan tidak ada perbedaan

    efektifitas teknik relaksasi otot

    progresif dan relaksasi nafas

    dalam terhadap tekanan darah

    (diastolik) pada pasien

    hipertensi di RSUD Ungaran.

    2. Saran

    a. Bagi instansi rumah sakit

    Hasil penelitian ini dapat

    menambah modifikasi tindakan

    keperawatan tentang perbedaan

    efektifitas teknik relaksasi otot

    progresif dan relaksasi nafas

    dalam terhadap tekanan darah

    pada pasien hipertensi.

    b. Bagi institusi pendidikan dan

    perkembangan ilmu keperawatan

    Hasil penelitian ini dapat

    dijadikan salah satu ketrampilan

    mahasiswa dalam praktek

    laboratorium klinik dalam hal

  • 7

    pemberian tindakan keperawatan

    pada pasien hipertensi, salah

    satunya dengan relaksasi otot

    progresif dan nafas dalam.

    c. Bagi perawat

    Hasil penelitian ini dapat

    digunakan oleh perawat untuk

    diaplikasikan pemberian teknik

    relaksasi otot progresif dan

    relaksasi nafas dalam terhadap

    tekanan darah pada pasien

    hipertensi, terlebih menggunakan

    relaksasi nafas dalam yang

    mempunyai rata-rata penurunan

    tekanan darah lebih besar

    dibanding relaksasi otot progresif.

    d. Bagi penelitian selanjutnya

    Hasil penelitian ini dapat

    dijadikan data dasar bagi

    penelitian selanjutnya yang

    berkaitan dengan masalah hiper-

    tensi. Pada penelitian selanjutnya

    disarankan untuk mengkaji

    faktor-faktor lain yang mem-

    pengaruhi terjadinya hipertensi

    seperti : lama lama menderita

    hipertensi, lama rawat inap, ke-

    biasaan merokok, dan pola hidup,

    sekaligus dapat menambahkan

    kelompok kontrol pada penelitian

    selanjutnya

    H. Daftar Pustaka

    Anonim. (2009). Relaksasi otot

    progresif.http://www.psikol

    ogizone.com/relaksasi-otot-

    progresif.pdf diperoleh 26

    desember 2012

    Dalimartha et al., (2008). Care your

    self hipertensi. Jakarta :

    Penebar Plus

    Jian, ritu. (2011). Pengobatan

    alternatif untuk mengatasi

    tekanan darah. Jakarta:

    Gramedia Pustaka utama

    Kozier& Erb. (2009). (2011). Buku

    ajar fundalmental ke-

    perawatan konsep, proses

    & paraktik. Edisi 7 Volume

    1, alih bahasa Pamilih Eko

    Karyuni. Jakarta : EGC

    Murti, Tri. (2011). Perbedaan

    tekanan darah pada pasien

    hipertensi essensial sebelum

    dan sesudah pemberian

    relaksasi otot progresif di

    RSUD Tugurejo Semarang.

    1(1). 32-41

    Notoatmojo. (2005). Metodologi

    penelitian kesehatan.

    Jakarta : Rineka Cipta

    Nursalam. (2011). Manajemen

    keperawatan aplikasi dalam

    parktik keperawatan

    profesional. Jakarta :

    Salemba Medika

    Sugiharto, Aris. (2007) . Faktor-

    faktor risiko hipertensi pada

    masyarakat di Kabupaten

    Karanganyar.

    http://undip.ac.id diperoleh

    pada tanggal 10 Juni 2013

    Suwardianto, Heru. (2011).

    Pengaruh teknik relaksasi

    nafas dalam (deep

    breathing) terhadap

    perubahan tekanan darah

    pada penderita hipertensi di

    Puskesmas Kota Wilayah

    Selatan Kediri.4(1). 38-50

    Utama, Surya. (2002). Faktor-faktor

    penyebab tekanan darah

    tinggi.

    http://library.usu.ac.id/down

    load/fkm/fkm-surya1.pdf

    diperoleh tanggal

    31Oktober 2012