11004-14-446512687792

37
MODUL PERTEMUAN KE – 14 MATA KULIAH : TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI MATERI KULIAH: Persiapan, Penakaran, Pengadukan (Pencampuran), Syrat Pengadukan, Pengangkutan Beton, Penuangan Adukan, Pemadatan Beton, Pekerjaan Akhir (Finishing), Perawatan Beton (Curing), Sifat – Sifat Beton Segar, Pengerjaan Beton Pada Cuaca Panas, Tindakan Pencegahan, Hal – Hal Penting Yang Harus Diperhatikan. POKOK BAHASAN: PENGERJAAN BETON 1-1 PERSIAPAN Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih dahulu harus diperhatikan (PB,:1989:27). a) Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih. b) Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang mengganggu. c) Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus, antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia (form release agent) atau lembaran polyurenthene. d) Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air sampai jenuh. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Upload: rid-grandson-tumorang

Post on 05-Dec-2014

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11004-14-446512687792

MODUL PERTEMUAN KE – 14

MATA KULIAH :

TEKNOLOGI BAHAN & KONSTRUKSI

MATERI KULIAH:

Persiapan, Penakaran, Pengadukan (Pencampuran), Syrat Pengadukan,

Pengangkutan Beton, Penuangan Adukan, Pemadatan Beton, Pekerjaan Akhir

(Finishing), Perawatan Beton (Curing), Sifat – Sifat Beton Segar, Pengerjaan

Beton Pada Cuaca Panas, Tindakan Pencegahan, Hal – Hal Penting Yang Harus

Diperhatikan.

POKOK BAHASAN:

PENGERJAAN BETON

1-1 PERSIAPAN

Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih

dahulu harus diperhatikan (PB,:1989:27).

a) Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus

bersih.

b) Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-

kotoran yang mengganggu.

c) Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan

boleh dilapisi dengan bahan khusus, antara lain lapisan minyak

mineral, lapisan bahan kimia (form release agent) atau lembaran

polyurenthene.

d) Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton

harus dibasahi air sampai jenuh.

e) Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan

penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara

beton dengan tulangan.

f) Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang,

kecuali apabila penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin

pengawas ahli,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 2: 11004-14-446512687792

g) Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel

pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum

beton yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah

mengeras tersebut.

Pada kasus-kasus tertentu, persiapan lebih detail harus juga dilakukan.

Untuk pengerjaan beton pre-stressing misalnya, persiapan akan bahan-bahan

kimia seperti bonding agent untuk perekat antara lapisan beton yang baru

dengan beton yang lama, ataupun cement grouting untuk memperbaiki bagian-

bagian yang keropos akibat kurangnya pemadatan atau karena terjadinya

segregasi harus dilakukan.

1-2 PENAKARAN

Penakaran bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil

rancangan harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Pasal 9 (3.3.2.)

SK.SNI.T-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton

dan ASTM C.685 Standard Made By Volumetric Batching and Continuous Mixing

serta ASTM.94 sebagai berikut:

a) Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atau sama

dengan 20 MPa proporsi penakarannya harus didasarkan atas

penakaran berat.

b) Beton yang mempunyai tekan (f’c) lebih kecil dari 20 MPa proporsi

penakarannya boleh menggunakan teknik penakaran volume.

Tekniknya harus didasarkan atas penakaran berat yang dikonversikan

kedalam penakaran volume untuk setiap campuran bahan

penyusunannya.

1-3 PENGADUKAN

Setelah didapatkan komposisi yang direncanakan untuk kuat tekan

tertentu, maka proses selanjutnya adalah pencampuran di lapangan.

Komposisinya disesuaikan dengan kapasitas alat aduk. Secara umum

pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis dalam

campuran beton segar. Indikasinya adalah warna adukan merata, kelecakan

yang cukup, dan tampak homogen.

Selama proses pengadukan, harus dilakukan pendataan rinci mengenai :

(1). Jumlah batch-aduk yang dihasilkan, (2). Proporsi material, (3). Perkiraan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 3: 11004-14-446512687792

lokasi dari penuangan akhir pada struktur, dan (4). Waktu dan tanggal

pengadukan serta penuangan.

Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan

dengan mesinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan

pengadukan dengan mesin memanfaatkan bantuan alat aduk seperti molen atau

batching plant. Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan jika kebutuhan

akan beton lebih kecil dari 10 m³ dalam satu periode yang pendek. Menurut SNI,

jika kebutuhan adukan lebih kecil dari 10, dapat digunakan campuran dengan

perbandingan 1 : 2 : 3, tetapi untuk kebutuhan beton lebih besar dari 10 m³,

desain campurannya harus direncanakan.

a) Pengadukan Manual

Berikut ini adalah tata cara pengadukan manual.

Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan

komposisi tertentu, diatas tempat yang datar dan kedap air.

Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang

homogen.

Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.

Alat Bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, ataupun

alat gali lainnya.

Buat lubang di tengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari

kebutuhan air.

Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit-demi sedikit air yang

tersisa.

b) Pengadukan Dengan Mesin

Jika ditinjau dari sisi ekonomi, penggunaan mesin aduk untuk

pengerjaan beton yang besar justru akan menurunkan biaya (cost).

Campuran beton yang dihasilkan pun biasanya akan bersifat lebih

homogen dan plastis. Pengadukan dengan mesin ini dilakukan sesuai

dengan manual alat aduknya. Untuk beton siap pakai (PB,1989:27)

pengadukan dan pengangkutan harus mengikuti persyaratan dari

“Specification for Ready Mixed Concrete” ASTM C.94 atau “Specification

for Concrete Made by Volumetric Batching and Continuous Mixing” ASTM

C.685.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 4: 11004-14-446512687792

Secara umum, pengadukan dengan mesin harus dilakukan

menggunakan mesin-mesin yang telah disetujui penggunaannya

(PB,1989:27). Mesin pengaduk harus diputar sesuai dengan kecepatan

yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Setelah pencampuran

seluruh bahan dalam batching, harus dilakukan pengadukan kembali

minimal selama 1.5 menit, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa

pengadukan yang lebih pendek mampu memberikan hasil yang

memuaskan dan memenuhi pengujian keseragaman pengadukan yang

ditetapkan dalam ASTM C.94. ketentuan mengenai waktu pengadukan

minimal dapat dilihat pada Tabel 9.1

Tabel 9.1 Waktu Pengadukan Minimal

Menurut

SK.SNI.T-28-1991-03 Ps. (3.3.3), waktu pengadukan minimal untuk

campuran beton yang volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m³

adalah 1,5 menit,dan ditambah selama 0,5 menit untuk penambahan 1 m³

beton serta pengadukan ditambahkan selama 1,5 menit setelah semua

bahan tercampur.

Waktu pengadukan ini akan berpengaruh pada mutu beton. Jika

terlalu sebentar percampuran bahan kurang merata, sehingga pengikatan

antara bahan-bahan beton akan berkurang. Sebaliknya, pengadukan

yang terlalu lama akan mengakibatkan : (1). Naiknya suhu beton, (2).

Keausan pada agregat sehingga agregat pecah, (3). Terjadinya

kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan, (4). Bertambahnya

nilai slump dan, (5). Menurunnya kekuatan beton.

Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton

harus diawasi terus dengan cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan

dengan jarak pengangkutan. Pengontrolan dan pencatatan data selama

pengadukan harus dilakukan, meliputi : (1). Waktu dan tanggal

pengadukan dan pengecoran, (2). Proporsi bahan yang digunakan, (3).

Jumlah batch adukan yang dihasilkan, dan (4). Lokasi akhir pengecoran.

Mesin atau alat pengaduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat aduk

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Kapasitas dari Mixer (m³)

ASTM C.94 dan ACI 318

0.8-3.1 1 menit3.8-4.6 2 menit

7,6 3 menit

Page 5: 11004-14-446512687792

yang mobile (dapat dipindah-pindahkan) dan mempunyai kapasitas yang

kecil (dinamakan mixer atau molen), serta alat aduk stasioner yang

biasanya mempunyai kapasitas besar (dinamakan batching plant).

Jika dilihat dari arah perputaran batch-nya, alat aduk dapat

dibedakan menjadi 3 yaitu, alat aduk yang berputar vertikal (vertical

mixing or reversing drum mixer), alat aduk yang berputar mendatar

(horizontal mixing or pan drum mixer). Mesin pengaduk vertikal dan yang

berputar miring biasanya dipakai untuk pengerjaan di lapangan dan yang

berputar horizontal biasanya digunakan di laboratorium.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 6: 11004-14-446512687792

Gambar 9.1 Mesinaduk yang berputar Vertikal

Gambar 9.2 Mesin aduk yang berputar Horizontal

Gambar 9.3 Mesin aduk yang berputar Miring

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 7: 11004-14-446512687792

1-4 SYARAT PENGADUKAN SK.SNI.T-28-1991-03

Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus

dilengkapi dengan:

a) Sertifikasi mutu dari produsen

b) Jika tidak terdapat ertifikasi mutu, tersdia data uji dari laboratorium

yang diakui

c) Jika tidak dilengkapi dengan sertifikasi mutu atau data hasil uji, harus

berdasarkan bukti dari hasil pengujian khusus atau pemakaian nyata

yang dapat menghasilkan beton yang kekuatan, ketahanan, dan

keawetannya memenuhi syarat.

Selain hal-hal diatas, bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi

ketentuan dari Standar Nasional Indonesia SK.SNI.S-04-1989-F tentang

Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam). Jika

menggunakan bahan tambah, harus sesuai syarat SK.SNI.S-18-1990-03 atau

SK.SNI.S-19-1990-03.

Peralatan yang diguanakan untuk mengaduk harus pula memenuhi syarat

standar. Standar pelaksanaan harus mengikuti ketentuan , syarat administrasi

yang dinyatakan dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan harus

tersedia rencana campuran beton serta rencana pelaksanaan pengecoran.

Ketentuan lain mengenai peralatan adalah alat harus dalam keadaan bersih dan

baik, putarannya sesuai dengan rekomendasi, peralatan angkut dan pengecoran

dalam kondisi baik dan lancar.

1-5 PENGANGKUTAN BETON

Setelah pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat

penuangannya atau ke tempat dimana konstruksi akan dibuat. Pengangkutan

beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat penyimpanan akhir (sebelum

dituang) harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pemisahan

dari bahan yang telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan

hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang berurutan (PB,1989:28).

Alat angkut pun dibedakan menjadi dua, yakni alat angkut manual dan

mesin. Alat angkut manual menggunakan tenaga manusia, dengan alat bantu

sederhana (dapat berupa ember, dolak, gerobak dorong, talang) dan biasanya

mempunyai kapasitas kecil. Alat angkut mesin biasanya dibutuhkan untuk

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 8: 11004-14-446512687792

pengerjaan yang kapasitasnya besar dan jarak antara tempat pengolahan beton

dan tempat pengerjaan struktur jauh. Contoh alat angkut ini adalah truck mixer,

belt conveyor, pompa dan tower crane.

1-6 PENUANGAN ADUKAN

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton.

a) Hal Yang Perlu Dperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain (PB,1989:28) :

Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin

dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan

kembali atau pengaliran adukan.

Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang

diatur sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam

keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga

di antara tulangan.

Campuran beton yang mengeras atau yang telah terkotori oleh

material asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.

Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami

penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh

pengawas ahli.

Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus

dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel

atau penampang, yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau

batas penghentian penuangan yang ditentukan, kecuali diijinkan atau

dilarang dalam pelaksanaan siar pelaksanaan (construction joint).

Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal pada

umumnya harus terisi rata dengan campuran beton.

Bila diperlukan, siar pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan

ketentuan : (a). Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus

bersih, (b). Sebelum pengecoran harus dibasahi, (c). Tidak

mengurangi kekuatan konstruksi, (d). Siar pelaksanaan yang terletak

pada lantai ditempatkan sepertiga dari bentang bagian tengah plat,

balok anak, balok induk. Siar pelaksanaan pada balok induk harus

ditempatkan menjauhi daerah persilangan antara balok induk tersebut

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 9: 11004-14-446512687792

dengan balok lainnya sejarak tidak kurang dari dua kali lebar balok

yang menyilang, (e). Balok anak, balok induk atau pelat yang

didukung oleh kolom tidak boleh dituang sebelum hilang sifat

keplastisannya, (f). Balok anak, balok induk, penebalan miring balok

dan kepala kolom harus dituang secara monolit dengan pelat sebagai

suatu bagian dari sistem pelat tersebut, kecuali ditentukan lain dalam

perencanaanya.

Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat

secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat

mengisi semua rongga beton.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : (1). Tinggi jatuh tidak

boleh lebih dari 1.50 meter. Jika terjadi jarak yang lebih besar maka perlu

ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa. (2). Tidak dilakukan

penuangan selama terjadi hujan agar kadar air tetap terjaga, kecuali jika

pengecoran dilakukan dibawah atap. (3). Setiap kali penuangan, tebal

lapisan maksimum 30-45 cm, agar pemadatannya dapat dilaksanakan

dengan mudah. (4). Penuangan hanya berhenti dititik momen sama

dengan nol.

b) Penuangan Yang Tertunda

Batas penundaan yang masih dapat ditoleransi adalah sesuai

dengan lamanya waktu pengikatan beton. Lamanya waktu pengikatan

awal beton selama 2 jam dan pengikatan akhir selama 4 jam. Dengan

penundaan selama 2-2.5 jam kuat tekan beton masih dapat tercapai (lihat

Gambar 9.4). Penundaan akan mengakibatkan kehilangan Faktor Air

Semen akibat penguapan beton segar serta akibat terserap oleh agregat.

Pada Gambar 9.4 terlihat bahwa penundaan lebih dari 4 jam akan

menyebabkan penurunan kekuatan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 10: 11004-14-446512687792

Gambar 9.4 Kekuatan Beton dengan Pengecoran yang mengalami penundaan.

c) Penuangan Beton Dalam Air

Untuk penuangan beton atau pengecoran dalam air, dapat

ditambahkan sekitar 10% semen untuk menghindari kehilangan pada saat

penuangan. Penuangan ini dapat dilakukan dengan alat-alat Bantu, yaitu:

(1). Karung (protective sandbag walling), (2). Bak khusus, (3). Tremi, (4).

Katup hydro ( hydro valve) dan (5). Beton pra-susun, (prepacked

concrete).

Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing alat tersebut.

Penuangan menggunakan karung dilakukan dengan mengisi karung-

karung dengan beton segar, kemudian memasukkannya ke dalam air.

Untuk mendapatkan konstruksi yang padat dan massif, karung-karung

tersebut dipantek satu dengan yang lainnya. Penuangan dengan cara

ini memerlukan bantuan penyelam sehingga biasanya mahal.

Pada penuangan beton dengan bak khusus, campuran beton diisikan

dalam sebuah bak. Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang

otomatis terbuka sendiri. Setelah pintu terbuka, bak diangkat secara

perlahan-lahan sehingga beton mengalir.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 11: 11004-14-446512687792

Penuangan denga pipa tremi banyak digunakan karena efisien dan

efektif. Penuangan dilakukan dengan cara mengisikan campuran

beton ke dalam pipa tremi, kemudian mengangkat pipa tremi secara

perlahan sampai beton mengalir keluar. Ujung pipa bagian bawah

harus selalu terbenam dalam beton yang dituangkan.

Katup hydro terdiri dari pipa nylon diameter 600 mm yang fleksibel

untuk menuangkan beton. Ujung bawahnya dilengkapi pelindung kaku

berbentuk silinder. Cara pengerjaannya sama dengan tremi.

Penuangan dengan beton pra-susun dilakukan dengan menyusun

terlebih dahulu agregat kasar yang lebih besar dari 28 mm, kemudian

melakukan grouting (grout colodial). Grout dibuat dengan mencampur

semen, pasir dan air atau dapat juga ditambah bahan tambah

plastisizer pada alat pengaduk khusus.

d) Penuangan Beton Dengan Pemompaan

Penuangan beton atau pengecoran dengan pemompaan melalui

pipa-pipa sangat menguntungkan apabila cara lainnya tidak bisa

dilakukan. Cara ini sangat menguntungkan jika hal-hal berikut ini

dipenuhi.

Gunakan suatu campuran dengan sifat pengerjaan sedang,

dengan ukuran agregat tidak lebih dari 40 mm.

Pengawasan yang ketat selama pelaksanaan.

Gunakan bahan tambah yang memperbesar sifat plastis dari

beton segar.

Keuntungan cara ini adalah : (1). Pengurangan tenaga kerja, (2).

Hasilnya baik jika persiapannya baik dan, (3). Produksi kerja akan tinggi

jika pompa yang digunakan berkapasitas besar dan baik. Jenis-jenis

pompa beton antara lain pompa torak, pompa pneumatik dan pompa

peras-tekan. Alat pompa ini dilengkapi dengan pipa-pipa penghantar

beton.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 12: 11004-14-446512687792

1-7 PEMADATAN BETON

Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat

pemadat disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan

pengerjaan. Pemadatan dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada

beton. Dalam praktik di lapangan, pengindikasian initial setting dilakukan dengan

cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat

ditusuk sedalam 10 cm, berarti setting time belum tercapai.

Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara

yang terdapat dalam beton segar. Dari Gambar 9.5 terlihat bahwa bertambahnya

kandungan udara dalam beton akan menyababkan kekuatan tekan beton

berkurang.

Gambar 9.5 Pengaruh rongga-rongga udara pada kekuatan tekan beton

Pada pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat dapat

berupa kayu atau besi tulangan. Untuk pengecoran dengan kapasitas lebih besar

dari 10 m³, alat pemadat mesin harus digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal

dengan nama vibrator atau alat getar. Pemadatan dilakukan dengan

penggetaran. Campuran beton akan mengalir dan memadat karena rongga-

rongga akan terisi dengan butir-butir yang lebih halus. Alat getar ini dibagi

menjadi dua, yaitu :

a) Alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar yang berupa

tongkat dan digerakan dengan mesin. Untuk menggunakannya,

tongkat dimasukkan ke dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus

menyebabkan bleeding.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 13: 11004-14-446512687792

b) Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator), yaitu alat getar

yang mengetarkan form work sehingga betonnya bergetar dan

memadat.

Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah :

a) Pada jarak yang berdekatan /pendek, pemadatan dengan alat getar

dilaksanakan dalam waktu yang pendek.

b) Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya

sendiri.

c) Tidak menyebabkan terjadinya bleeding.

d) Pemadatan merata.

e) Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan bekisting.

f) Alat getar tidak berfungsi untuk mengalirkan, mengangkut atau

memindahkan beton.

1-8 PEKERJAAN AKHIR (Finishing)

Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk memadatkan sebuah permukaan

beton yang rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada saat beton

belum mencapai final setting, karena pada masa ini beton masih dapat dibentuk.

Alat yang digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat-alat perata lainnya.

1-9 PERAWATAN BETON (Curing)

Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya

beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya

tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan

karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7

(tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta

harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan

yang dipercepat (PB,1989:29).

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan

tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari

keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta

stabilitas dari dimensi struktur.

a) Perawatan Yang Dipercepat

Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan

atmosferik, pemanasan dan pelembaban atau proses lain yang dapat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 14: 11004-14-446512687792

diterima, boleh digunakan untuk mencapai kekuatan tekan dan

mengurangi waktu perawatan. Perawatan ini harus mampu menghasilkan

kekuatan tekan sesuai dengan rencana, dan prosesnya harus mampu

menghasilkan beton yang tegar.

Untuk cuaca yang panas perlu diperhatikan bahan-bahan

penyusunnya, cara produksi, penanganan dan pengangkutan,

penuangan, perlindungan dan perawatan untuk mencegah suhu beton

atau penguapan air yang berlebihan sehingga dapat mengurangi

kekuatan tekannya dan mempengaruhi kekuatan struktur.

b) Macam Perawatan

Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan pembahasan atau

penguapan (steam) serta dengan menggunakan membran. Pemilihan

cara mana yang digunakan semata-mata mempertimbangkan biaya yang

dikeluarkan.

Perawatan Dengan Pembasahan

Pembahasan dilakukan di laboratorium ataupun di

lapangan. Pekerjaan perawatan dengan pembahasan ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab.

2. Menaruh beton segar dalam genangan air.

3. Menaruh beton segar dalam air.

4. Menyelimuti permukaan beton dengan air.

5. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.

6. Menyirami permukaan beton secara kontinyu.

7. Melapisi permukaan beton dengan air dengan

melakukan compound.

Cara a, b, dan c digunakan untuk contoh uji. Cara d,e, f

digunakan untuk beton di lapangan yang permukaanya mendatar,

sedangkan cara f dan g digunakan untuk yang permukaanya

vertikal. Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk

menghindarkan beton dari :

1. Kehilangan air-semen yang banyak pada saat-saat

setting time concrete.

2. Kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari

pertama.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 15: 11004-14-446512687792

3. Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu

besar.

Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat

dilakukan langkah-langkah perbaikan dengan perawatan.

Pelaksanaan Curing Compound, sesuai dengan ASTM C.309,

dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Tipe I, Curing Compound tanpa Dye, biasanya terdiri

dari paraffin sebagai selaput lilin yang dicampur

dengan air.

2. Tipe I-D, Curing Compound dengan Fugitive Dye

(warna akan hilang selama beberapa minggu).

3. Tipe II, Curing Compound dengan zat berwarna putih.

Di pasaran, kita dapat menjumpai beberapa merek

sikament, misalnya Antisol Red (termasuk tipe I-D), Antisol White

(termasuk tipe II) dan Antisol E (termasuk Tipe I, Non Pigmented

Curing Compound). Curing compound ini selain berguna untuk

perawatan pada daerah vertikal juga berguna untuk daerah yang

mempunyai temperature yang tinggi, karena bersifat memantulkan

cahaya (terutama Tipe I).

Perawatan Dengan Penguapan

Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu

perawatan dengan tekanan rendah dan perawatan dengan

tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah berlangsung selama

10-12 jam pada suhu 40°-55°C, sedangkan penguapan dengan

suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu 65°-95°C,

dengan suhu akhir 40°-55°C. Sebelum perawatan dengan

penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 10°-

30°C selama beberapa jam.

Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang

mempunyai musim singin. Perawatan ini harus diikuti dengan

perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam, minimal

selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai

dengan rencana pada umur 28 hari.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 16: 11004-14-446512687792

Perawatan Dengan Membran

Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan

penghalang fisik untuk menghalangi penguapan air. Bahan yang

digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai final setting

time), dan membentuk selembar film yang kontinyu, melekat dan

tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-

lubang halus dan tidak membahayakan beton.

Lembaran plastik atau lembaran lain yang kedapa air

dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan

menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada

lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus

dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton.

Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau

sebelum perawatan dengan pembahasan.

Perawatan Lainnya

Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan

adalah perawatan dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu

dengan melakukan penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90°C.

hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada

beton mutu tinggi. Selain itu ada pula perawatan hidrotermal

(dengan memanaskan cetakan untuk beton-beton pra-cetak

selama 4 jam pada suhu 65°C) dan perawatan dengan

karbonisasi.

1-10 SIFAT – SIFAT BETON SEGAR

Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat yang penting yang harus selalu

diperhatikan adalah kemudahan pengerjaan, segregation (sarang kerikil) dan

bleeding (naiknya air).

a) Kemudahan Pengerjaan (Workability)

Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik

dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah

pengerjaannya. Unsur-unsur yang mempengaruhi antara lain ;

Jumlah air pencampur

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 17: 11004-14-446512687792

Semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan.

Kandungan semen

Jika FAS tetap, semakin banyak semen berarti semakin

banyak kebutuhan air sehingga keplastisannyapun akan lebih

tinggi.

Gradasi campuran pasir-kerikil

Jika memenuhi syarat dan sesuai dengan standar, akan lebih

mudah dikerjakan.

Bentuk butiran agregat kasar

Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.

Butir maksimum.

Cara pemadatan dan alat pemadat.

Percobaan slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan

pengerjaan. Percobaan ini dilakukan dengan alat berbentuk kerucut terpancung,

yang diameter atasnya 10 cm dan diameter bawahnya 20 cm dan tinggi 30 cm,

dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat beton segar dan tongkat pemadat

diameter 16 mm sepanjang minimal 60 cm. langkah percobaan adalah sebagai

berikut.

Siapkan alat-alat slump, termasuk centong untuk memasukan

semen.

Bagi volumeya menjadi masing-masing 1/3 volume.

Jika dihitung, tinggi lapisan 1/3 pertama ± 7 cm, tinggi lapisan

kedua ± 9 dan sisanya menjadi tinggi lapisan ketiga.

Masukkan beton dengan centong secara hati-hati setinggi 1/3

volume (jangan sampai alat slump bergerak).

Padatkan lapisan tersebut dengan tongkat pemadat dengan

menusuk-nusuk sebanyak 25 kali.

Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.

Biarkan selama 60 detik setelah lapisan terakhir dikerjakan.

Angkat alat slump secara hati-hati (jangan sampai miring)

hingga mengenai sisi beton segar.

Letakkan alat slump di sisi beton segar.

Ukur rata-rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat

sampai tinggi permukaan beton yang jatuh.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 18: 11004-14-446512687792

Ada tiga jenis slump yaitu slump sejati, slump geser dan slump runtuh.

Nilai slump tersebut ditunjukkan pada Gambar 9.6 untuk berbagai macam

faktor.

Gambar 9.6.1 Slump geser pada berbagai nilai Faktor Air Semen.

Gambar 9.6.2 Slump sejati pada berbagai nilai Faktor Air Semen.

Gambar 9.6.3 Slump runtuh pada berbagai nilai Faktor Air Semen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 19: 11004-14-446512687792

b) Segregation (Pemisahan Kerikil)

Kecenderungan butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton

dinamakan segregasi. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil yang

pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini

disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, campuran kurus atau kurang

semen. Kedua, terlalu banyak air. Ketiga, besar ukuran agregat

maksimum lebih dari 40 mm. Keempat, permukaan butir agregat kasar

semakin kasar permukaan butir agregat, semakin mudah terjadi

segregasi.

Kecenderungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika : (1).

Tinggi jatuh diperpendek, (2). Penggunaan air sesuai dengan syarat, (3).

Cukup ruangan antara batang tulangan dengan acuan, (4). Ukuran

agregat sesuai dengan syarat, dan (5). Pemadatan baik.

c) Bleeding

Kecenderungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang

baru dipadatkan dinamakn bleeding. Air yang naik ini membawa semen

dan butir-butir halus pasir, yang pada saat beton mengeras nantinya akan

membentuk selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :

Susunan butir agregat

Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya

bleeding kecil.

Banyaknya air

Semakin banyak air berarti semakin besar pula kemungkinan

terjadinya bleeding.

Kecepatan hidrasi

Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil kemungkinan

terjadinya bleeding.

Proses pemadatan

Pemadatan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya

bleeding.

Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara : (1). Memberi lebih

banyak semen, (2). Menggunakan air sesedikit mungkin, (3).

Menggunakan butir halus lebih banyak, dan (4). Memasukkan sedikit

udara dalam adukan untuk beton khusus.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 20: 11004-14-446512687792

1-11 PENGERJAAN BETON PADA CUACA PANAS

Karena kondisi Indonesia yang panas, pengaruh cuaca (wethering) pada

pengerjaan beton ini akan sangat dominant. Sementaraa itu jika, ditinjau dari sisi

geologi, batuan di Indonesia berusia muda dan terdiri dari batuan andesitic dan

balstic sehingga jika dilakukan crushing batuan tersebut akan berbentuk

memanjang, pipih serta porous. Hal tersbut akan menyebabkan penggunaan

semen dan air yang lebih banyak, yang pada akhirnya akan memperbesar

kemungkinan terjadi segregasi dan bleeding. Hal ini dapat ditanggulangi dengan

langkah-langkah perbaikan seperti yang telah disebutkan atau dengan

menambahkan bahan tambah (admixture).

Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi beton segar dan beton

keras. Jika tidak diambil langkah-langkah perbaikan, kerugian yang dapat

diakibatkan oleh temperature tinggi adalah :

a) Penggunaan air lebih banyak.

b) Kehilangan slump dalam waktu yang pendek.

c) Setting lebih cepat.

d) Kesulitan pemadatan.

e) Kemungkinan terjadinya bleeding lebih besar.

f) Penyusutan yang besar diawal pengerasan.

g) Kemungkinan terjadinya cracking besar.

h) Perlu perawatan pada saat setting.

i) Perlu pendinginan material.

j) Durabilitas berkurang.

k) Homogenitas berkurang.

1-12 TINDAKAN PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan ini dilakukan agar kekuatan dan sifat-sifat beton

segar dapat terjaga. Tindakan pencegahan ini meliputi bahan-bahan

pencampuran dan pelaksanaan pada beton segar.

a) Bahan – Bahan Pencampur

Portland Cement

Penggunaan kadar C3A yang terlalu tinggi agar dibatasi. Hal ini

dilakukan agar proses hidrasi berjalan tidak terlalu cepat, kecuali

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 21: 11004-14-446512687792

dikehendaki demikian. Proses yang terlalu cepat tanpa diikuti dengan

tindakan yang baik dalam pelaksanaan dan perawatan beton segar

dan yang telah mengeras akan menyebabkan retak-retak dalam

beton.

Kehalusan butir semen juga harus diperhatikan, karena hal ini

akan menyebabkan karena akan menyebabkan lebih cepat terjadi

proses hidrasi (heat generation). Untuk itu jumlah semen minimum

perlu diperhatikan. Jumlah semen minimum ini dapat direduksi

dengan penggunaan bahan tambah (admixture) ataupun abu terbang

(fly-ash).

Agregat

Temperatur dari agregat harus diperhatikan karena suhu

agregat akan menyebabkan naiknya temperatur dalam campuran

yang pada akhirnya akan menyebabkan kehilangan panas yang lebih

cepat dalam beton segar. Untuk itu agregat harus diletakkan dalam

kondisi yang terlindung. Jika agregat diletakkan dalam lapangan

terbuka (stock-field) dengan suhu udara lebih besar dari 30°C, maka

pada waktu akan digunakan, agregat sebaiknya disiram terlebih

dahulu (sprinkling) untuk mendinginkan suhu permukaannya.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengurangi kehilangan

air akibat absorsi (penyerapan) oleh agregat yang terlalu cepat. Dari

hasil penyelidikan secara empiris diketahui bahwa penurunan

temperatur agregat sebesar 10°C akan menurunkan temperatur beton

sebesar 6°C.

Air

Suhu air, terutama yang berada dalam reservoir, harus

diperhatikan. Sebagai tindakan pencegahan, warna terang (misalnya

putih) dapat diberikan pada dinding reservoir. Hasil penyelidikan

secara empiris menunjukkan bahwa penurunan temperatur agregat

sebesar 10°C akan menurunkan temperatur beton sebesar 2-3°C.

Bahan Tambah

Bahan tambah digunakan sesuai dengan kondisi dari

lingkungan dan keinginan dari sifat pengerjaan. Bahan tambah yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 22: 11004-14-446512687792

digunakan dalam pelaksanaan pengerjaan di lapangan adalah

sebagai berikut.

1. Superplasticizer. Bahan ini mengurangi jumlah air yang

dipakai, untuk mendapatkan workability (flowing concrete)

yang baik. Jika jumlah air tetap dan FAS tetap maka

kebutuhan akan semen menjadi minimum. Hal tersebut

akan sangat menghemat biaya karena mudah dikerjakan

dengan tenaga yang sedikit. Beton semacam ini disebut

dengan self-beveling concrete. Flowing concrete

mempunyai sifat kohesif yang baik dan tidak menunjukkan

segregation, dan kemampuan untuk mempertahankan nilai

slump juga baik, tergantung dari jenis semen yang

digunakan. Bahan ini akan meningkatkan kelecakan beton

lebih lama pada waktu yang tinggi. Produk yang cukup

dikenal untuk mempertahankan slump-ioss dan retardation

ini adalah generasi ke-IV superplasticizer dari SIKAMENT-

PM1-3.

2. Plasticity Retarding Agent. Bahan ini memberikan sifat

retarding bersamaan dengan plasticizer dan akan

mengurangi jumlah air yang dipakai sehingga proses

hidrasi akan lebih lama dan akan mengurangi susut-

rangkak. Produk yang berada dipasaran bercirikan dengan

huruf R, misalnya Plsatocrete-R dari SIKAMENT.

3. Retarder. Retarder dalam keadaan cair biasanya juga

berfungsi sebagai plasticizer pada beton. Pengaruh

retarder disesuaikan dengan dosis (manual-books) yang

diberikan.

b) Toleransi Yang Diijinkan

Dalam penakaran bahan-bahan penyusun beton sebagai

campuran, ASTM C.685 “Standard Spesification for Concrete Made By

Volumetric Batching and Continuous Mixing”. Memberikan toleransi

seperti yang tercantum pada Tabel 9.2

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 23: 11004-14-446512687792

Bahan Penyusun Beton ToleransiSemen dalam Berat 0% - 4%Agregat Halus dalam berat ± 2%Agregat Kasar dalam berat ± 2%Bahan Tambah dalam berat atau Volume ± 3%Air dalam Berat atau Volume ± 1%

Table 9.2 Toleransi Berat untuk Pencampuran

Nilai toleransi terhadap slump yang didasarkan dari nilai slump

maksimum yang diharapkan dalam campuran beton dan tertulis dalam

spesifikasinya tercantum dalam Tabel 9.3

Nilai Slump Maksimum Tertulis dalam Spesifikasi Toleransi

3 in (76 mm) atau lebih kecil0 - 1.5 in (0-38

mm)

Lebih besar dari 3 in (76 mm)0 - 2.5 in (0-63

mm)Nilai Slump Maksimum Tidak Tertulis dalam Spesifikasi

Lebih kecil dari atau sama dengan 2 in (50 mm) ± 0.5 in (13 mm)2 in - 4 in (50 - 100 mm) ± 1.0 in (25 mm)Lebih besar dari 4 in (100 mm) ± 1.5 in (38 mm)

Table 9.3 Batas Toleransi Nilai Slump

c) Pelaksanaan

Acuan Dan Perancah (formwork)

Agar beton yang dibentuk benar-benar sesuai dengan rencana

maka perlu dilakukan pemeriksaan kekuatan dari acuan dan perancah

(form-work). Selain itu, perlu diperhatikan tingkat kebersihan dari

cetakan (bekisting) dan tulangan, agar tidak ada bahan-bahan yang

dapat menggangu beton. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jarak

dari tulangan dengan bidang samping cetakan. Perlu diperhatikan

apakah butir agregat yang paling besar dapat masuk kedalam

cetakan dan beton-beton decking atau tidak. Hal ini dilakukan agar

tulangan tidak langsung bersentuhan dengan tanah yang akan

membentuk course concrete. Tindakan pembersihan dapat dilakukan

dengan kompresor jika strukturnya besar.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 24: 11004-14-446512687792

Peralatan Pengecoran

Persiapan peralatan pengecoran menjadi penting karena akan

menjamin pelaksanaan pengecoran. Peralatan pengecoran ini

meliputi alat-aduk, alat angkut, alat pemadat, dan alat-alat untuk

finishing.

Untuk pekerjaan pengecoran yang besar, cadangan peralatan

sebaiknya dipersiapkan dan di simpan di tempat yang terlindung dari

sinar matahari. Alat angkut yang menggunakan talang sebaiknya dicat

putih, begitu juga dengan mixer. Pada pengecoran dengan form-work

berjalan, sliding form atau slip-form, bahan (cement grouting) dan alat

untuk perbaikan harus disediakan di lapangan.

Pelaksanaan Dan Penjadwalan

Untuk pengerjaan beton yang kecil, temperatur lingkungan

sebaiknya di bawah 30 derajat dan dikerjakan sore hari. Jika

dilaksanakan pada siang hari, sebaiknya diberi pelindung. Jika

dilaksanakan pada pagi hari, hidrasi akan terjadi pada saat

temperatur lingkungan berada pada puncaknya yakni siang hari.

Waktu pelaksanaan sebaiknya dijadwalkan secara baik. Untuk

pengerjaan yang besar dan kontinyu koordinasi antara batching plant

(kontarktor Ready Mix) dan kontraktor pelaksana konstruksi harus

berjalan baik, agar kemungkinan putusnya supply beton pada saat-

saat yang tidak dikehendaki dapat dihindari.

Penjadwalan ini menjadi begitu masalah jika pekerjaan

berlangsung di kota besar, dimana jumlah kontraktor ready mix

banyak. Hal ini akan menjadi masalah jika dilaksanakan di daerah

dimana hanya ada satu kontraktor ready mix. Penjadwalan yang

dibuat meliputi suplai material beton dan suplai beton segar yang

disesuaikan dengan kapasitas pengecoran.

1-13 HAL – HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN

Secara umum hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah spesifikasi

teknis yang meliputi syarat-syarat pengerjaan beton dan komposisi yang

diberikan (hasil Job Mix Design atau JMF Concrete).

a) Pelaksnaan Jadwal Kerja (Time Schedule)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 25: 11004-14-446512687792

Jadwal (schedule) pengecoran.

Data pengecoran.

Jumlah pengecoran (kapasitas perjam).

Alat angkut.

Tenaga kerja (manpower include with worker

b) Persiapan Awal Pengerjaan

Kontrol Acuan-Perancah (Bekisting), meliputi kekuatan perancah,

tangga inspeksi, pemberian minyak, dan kerataan acuan.

Kontrol Tulangan (Rebar), meliputi kebersihan tulangan, selimut

beton, panjang penyaluran, sambungan, ikatan, dan jumlah, yang

harus sesuai dengan gambar struktur.

Kecukupan tenaga pengecoran.

Alat penerangan.

Syarat administrasi (ijin pengecoran).

Kontrol material, meliputi material finishing, penanggulangan

keropos akibat slidding untuk pengecoran dengan slip-form,

ketersediaan material (air, PC, agregat, dan atau bahan tambah).

Alat pengecoran, meliputi alat aduk, alat angkut, alat pemadatan,

dan alat finishing.

Metode Pelaksanaan, meliputi metode penuangan, metode

pemadatan, metode finishing, metode perawatan (curing)

nantinya.

Lingkungan yaitu antara lain cuaca setempat, kondisi setempat,

pekerjaan-pekerjaan disekitarnya dan lainnya.

c) Pelaksanaan

Kontrol kondisi material di stock field, meliputi kecukupan dari

material yang ada disesuaikan dengan kebutuhan beton jadi

kontrol cek dengan hasil uji laboratorium tentang material

penyusun beton.

Pengambilan contoh beton segar untuk menguji konsistensi dan

kelecakan (slump test), bleeding, segregasi, ketepatan campuran,

dan pembuatan benda uji.

Tindakan perbaikan segera yang meliputi cara perbaikan dan

material yang digunakan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 26: 11004-14-446512687792

Lingkungan yaitu kondisi cuaca, pekerjaan lain disekitar dan

lainnya

d) Quality Control

Pemeriksaan secara reguler material di lapangan dan atau

digudang.

Pengambilan contoh uji (specimen) secara acak.

Pendataan lengkap untuk setiap contoh uji.

LATIHAN

1. Jelaskan tahapan pengerjaan beton di lapangan, agar didapatkan beton yang

memenuhi standar kualitas!

2. Pada pengerjaan beton, persiapan apa saja yang harus dilakukan sesuai

dengan SNI?

3. Jelaskan tata cara penakaran campuran beton agar menghasilkan beton

dengan kekuatan tekan yang diharapkan!

4. Apa kelebihan dan kekurangan cara pengadukan manual dan pengadukan

dengan mesin, dilihat dari Volume beton dikerjakan?

5. Jelaskan tahapan pengadukan (a). manual dan (b). dengan mesin!

6. Mengapa pada pengadukan dengan mesin, campuran masih harus diaduk

selama minimal 1.5 menit setelah semua bahan tercampur?

7. Bagaimana cara mengetahui kekentalan dari suatu pengadukan?

8. Apa yang harus diperhatikan dalam pengangkutan adukan beton ke tempat

pengecoran?

9. Apa yang harus diperhatikan dalam penuangan adukan beton?

10. Tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi penundaan penuangan

adukan beton?

11. Jelaskan cara-cara penuangan adukan beton dalam air!

12. Kendala apa yang dapat menyebabkan penuangan adukan beton terpaksa

dilakukan dengan pompa beton?

13. Pada keadaan yang bagaimana penuangan beton boleh dihentikan?

14. Mengapa adukan beton yang telah dituang harus dipadatkan?

15. Mengapa harus dilakukan perawatan pada beton yang baru dijelaskan?

Jelaskan pula jenis-jenis perawatan! Apa pengaruh lingkungan terhadap

beton?

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI

Page 27: 11004-14-446512687792

16. Bagaimana karakteristik dan sifat beton segar?

17. Apa yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengerjaan beton?

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB IR. ALIZAR, M.T TEKNOLOGI BAHAN

KONSTRUKSI