136850671 askep demensia jiwa
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan yang normal dalam bentuk dan fungsi otak yang sudah tua harus dibedakan
dari perubahan yang disebabkan oleh penyakit yang secara abnormal mengintensifkan sejumlah
proses penuaan. Salah satu manifestasi klinik yang khas adalah timbulnya demensia. Penyakit
semacam ini sering dicirikan sebagai pelemahan fungsi kognitif atau sebagai demensia. Memang,
demensia dapat terjadi pada umur berapa saja, bergantung pada faktor penyebabnya, namun
demikian demensia sering terjadi pada lansia.
Orang awam mengetahui juga adanya gejala demensia yang dinamakannya ‘pikun’.
Namun pikun selalu dihubungkan dengan usia yang sudah lanjut. Orang tua dapat menjadi pikun
dan hal ini dianggap lazim. Keluarga seorang yang pikun baru membawa kakek dan neneknya ke
dokter, karena perangai kakek atau neneknya mengganggu. Dari aspek medik, demensia
merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit kronis
lainnya (stroke, diabetes mellitus, hipertensi, keganasan). Ilmu kedokteran dan kesehatan
mengemban misi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Seseorang yang mengalami
demensia pasti akan mengalami penurunan kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat menjadi beban bagi lingkungannya, tidak dapat mandiri lagi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan demensia?
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia.
1
D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar asuhan keperawatan
pada pasien dengan demensia.
E. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat sekunder.
Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-buku literattur
penunjang masalah yang dibahas.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Konsep Dasar Penyakit
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Bab III Penutup
A. Simpulan
B. Saran
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa
gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive).
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa,
melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi
kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi
yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat
diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan
psikomotor. (Lumbantobing, 2006)
Demensia adalah satu penyakit yang menyebabkan sel-sel otak yang mati secara
abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif
yang progresif. Daya ingat, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia.
Penyakit ini dapat dialami oleh semua orang dari berbagai latar belakang pendidikan maupun
kebudayaan. Walaupun tidak terdapat perawatan khusus untuk demensia, namun perawatan untuk
menangani gejala boleh dilakukan
3
2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah
7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia
berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut
65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45
% pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika
jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang. Demensia terbagi
menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer
merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%.
Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia
lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat
penyakit Alzheimer.
3. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya
gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara
sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar
peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit
Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal
dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan
peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua
hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose
– etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti :
hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006)
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak
tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer
4
mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.
4. Klasifikasi
a. Menurut Umur:
1) Demensia senilis (>65th)
2) Demensia prasenilis (<65th)
b. Menurut perjalanan penyakit:
1) Reversibel
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
a) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
b) Inkontinensia urin.
c) Demensia.
c. Menurut kerusakan struktur otak
1) Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang
yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun
1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :
a) Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
b) Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan
fungsi eksekutif,
c) Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
d) Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
e) Kehilangan inisiatif.
5
Faktor resiko penyakit Alzheimer :
a) Riwayat demensia dalam keluarga
b) Sindrom down
c) Umur lanjut
d) Apolipoprotein, E4
Faktor yang memberikan perlindungan terhadap alzheimer :
a) Apolipoprotein E, alele 2,
b) Antioxidans,
c) Penggunaan estrogen pasca menopause, (pada demensia tipe ini lebih sering
pada wanita daripada laki-laki)
d) NSAID
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya,
walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose
selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
a) Pada makroskopik : penurunan volume gyrus pada lobus frontalis dan
temporal.
b) Pada mikroskopik : plak senilis dan serabut neurofibrilaris
Kerusakan dari neuron menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter. Hal ini
sangat mempengaruhi aktifitas fisiologis otak. Tiga neurotransmiter yang biasanya
terganggu pada Alzheimer adalah asetilkolin, serotorin dan norepinefrin. Pada penyakit
ini diperkirakan adanya interaksi antara genetic dan lingkungan yang merupakan factor
pencetus. Selain itu dapat berupa trauma kepala dan rendahnya tingkat pendidikan.
Penyakit Alzheimer dibagi atas 3 stadium berdasarkan beratnya deteorisasi intelektual :
a) Stadium I (amnesia)
(1) Berlangsung 2-4 tahun
(2) Amnesia menonjol
(3) Gangguan : - Diskalkulis
6
(4) Memori jangka penuh
(5) Perubahan emosi ringan
(6) Memori jangka panjang baik
(7) Keluarga biasanya tidak terganggu
b) Stadium II (Bingung)
(1) Berlangsung 2 – 10 tahun
(2) Kemunduran aspek fungsi luhur (apraksia, afasia, agnosia, disorientasi)
(3) Episode psikotik
(4) Agresif
(5) Salah mengenali keluarga
c) Stadium III (Akhir)
(1) Setelah 6 - 12 tahun
(2) Memori dan intelektual lebih terganggu
(3) Akinetik
(4) Membisu
(5) Inmontinensia urin dan alvi
(6) Gangguan berjalan
Pedoman diagnostik menurut WHO (ICD-X)
a) Lupa kejadian yang baru saja dialami,
b) Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari,
c) Kesulitan dalam berbahasa,
d) Diserorientasi waktu dan tempat,
e) Tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat,
f) Kesulitan berpikir abstrak,
g) Salah menaruh barang,
h) Perubahan suasana hati,
i) Perubahan perilaku / kepribadian,
j) Kehilangan inisiatif.
7
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
Pengobatan / pencegahan hanya dalam bentuk paliatif yaitu : nutrisi tepat, latihan,
pengawasan aktifitas, selain itu bisa diberikan obat Memantine (N-metil) 25 mg/hr,
propanolol (InderalR), Holoperidol dan penghambatan dopamin potensi tinggi untuk
kendali gangguan eprilaku akut. Selain itu bisa diberikan “Tracine Hydrocloride”
(Inhibitor asetilkolinesterose kerja sentral) untuk gangguan kognitif dan fungsionalnya.
Pencegahan antara lain bagaimana cara kita lebih awal untuk mendeteksi AD
(Alzheimer Disease) serta memperkirakan siapa yang mempunyai faktor resiko terkena
penyakit ini sehingga dapat dicegah lebih awal. Pencegahan dapat juga berupa
perubahan dari gaya hidup (diet, kegiatan olahraga, aktivitas mental)
Tujuan penanganan Alzheimer :
a) Mempertahankan kualitas hidup yang normal
b) Memperlambat perburukan
c) Membantu keluarga yang merawat dengan memberi informasi yang tepat
d) Menghadapi kenyataan penyakit secara realita
2) Demensia vascular
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi
terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
a) Peningkatan reflek tendon dalam,
b) Respontar eksensor,
c) Palsi pseudobulbar,
d) Kelainan gaya berjalan,
e) Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia,
sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer. Pencegahan pada demensia ini
dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya; hipertensi, DM, merokok,
aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.
8
Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
a) Terdapat gejala demensia
b) Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
c) Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
3) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
Demensia dengan kumpulan Lewy (Lewy bodies) disebabkan oleh kemunduran dan
matinya sel-sel syaraf diotak. Nama itu berasal dari adanya struktur-struktur abnormal
berbentuk bola, disebut kumpulan Lewy, yang tumbuh di dalam sel-sel syaraf. Diduga
struktur itu ikut menyebabkan kematian sel-sel otak. Orang yang mempunyai demensia
dengan kumpulan Lewy cenderung melihat sesuatu yang tidak ada (mengalami halusinasi
visual), mengalami kekakuan atau gemetar (parkinsonisme) dan kondisi mereka cenderung
berubah-ubah secara cepat, sering dari jam ke jam atau dari hari ke hari. Gejala itu
memungkinkan dibedakannya penyakit ini dari penyakit Alzheimer. Demensia dengan
kumpulan Lewy kadangkadang muncul bersamaan dengan penyakit Alzheimer dan/atau
demensia Vaskuler. Mungkin sulit untuk membedakan demensia dengan kumpulan Lewy
dari penyakit Parkinson dan orang dengan penyakit Parkinson menderita demensia yang
serupa dengan yang terlihat pada demensia dengan kumpulan Lewy.
4) Demensia Lobus frontal-temporal
Ini adalah nama yang diberikan kepada sebuah kelompok demensia jika terjadi proses
kemunduran dalam satu atau keduanya dari lobus frontal atau lobus temporal otak.
Termasuk dalam kelompok ini adalah Fronto Temporal lobus frontal dan lobus temporal),
Progressive non-Fluent Aphasia (Afasia Progresif non-Fluent, penderita secara berangsur-
angsur kehilangan kemampuan berbicara), Semantic Demensia (Demensia Semantik,
penderita tidak mengerti arti kata-kata) dan penyakit Pick. Lebih dari 50% orang penderita
FTLD mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tersebut. Mereka yang mewarisinya
sering mengalami mutasi gen pada protein tau dalam kromosom 17 yang menyebabkan
diproduksinya protein tau yang abnormal. Tidak diketahui adanya faktor risiko lain.
5) Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
9
6) Morbus Parkinson
Demensia ini disebabkan adanya penyakit parkinson yang menyertai dengan gejala :
a) Disfungsi motorik.
b) Gangguan kognitif / demensia bagian dari gangguan.
c) Lobus frontalis dan defisit daya ingat.
d) Depresi.
7) Morbus Huntington
Demensia ini disebabkan penyakit herediter yang disertai dengan degenoivasi
progresif pada ganglia basalis dan kortex serebral. Transmisi terdapat pada gen autosomal
dominan fragmen G8 dari kromosom 4. Onset terjadi pada usia 35 – 50 tahun. Gejalanya :
a) Demensia progresif.
b) Hipertonisitas mascular.
c) Gerakan koreiform yang aneh.
8) Morbus Pick
Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi mental dan perilaku yang terjadi secara
progresif dan lambat. Kelainan terdapat pada kortikal fokal pada lobus frontalis. Penyakit
ini juga sulit dibedakan dengan Alzheimer hanya bisa dengan otopsi, dimana otak
menunjukkan inklusi intraneunoral yang disebut “badan Pick” yang dibedakan dari serabut
neurofibrilaris pada Alzheimer.
Pedoman diagnostik penyakit demensia penyakit Pick
a) Adanya gejala demensia yang progresif.
b) Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol
disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi, apatis,
gelisah.
c) Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat.
9) Morbus Jakob-Creutzfeldt
10
Penyakit ini disebabkan oleh degeneratif difus yang mengenai sistim piramidalis dan
ekstrapiramidal. Pada penyakit ini tidak berhubungan dengan proses ketuaan. Gejala
terminal adalah :
a) Demensia parah.
b) Hipertonisitas menyeluruh.
c) Gangguan bicara yang berat.
Penyakit ini dsiebabkan oleh virus infeksius yang tumbuh lambat. (misal transplantasi
kornea). Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini :
a) Demensia yang progresif merusak.
b) Penyakit piramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus.
c) Elektroensephalogram yang khas.
10) Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
11) Prion disease
12) Palsi Supranuklear progresif
13) Multiple sklerosis
14) Neurosifilis
15) Tipe campuran
Menurut sifat klinis:
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia
11
5. Patofisiologi
Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab
spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal
itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah
efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau
imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis
struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak
amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama
asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan
hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori.
Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih
besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan
awitan dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani
penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP
lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah
diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan
menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat
sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul
tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia
yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter
menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf.
Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada
penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit
Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel
tersebut.
Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi.
Pasien-pasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang
menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral
multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer,
12
orang-orang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari
sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di
antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular.
Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy
yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15
sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya
menderita demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley,
2006)
13
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum yaitu:
a. Seluruh jajaran fungsi kognitif rusak.
b. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.
c. Pelupa
d. Gangguan kepribadian dan perilaku, mood swings
e. Sering mengulang kata-kata
f. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
g. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang
h. Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waham & paranoia
i. Agnosia, apraxia, afasia
j. ADL (Activities of Daily Living) susah
k. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
l. Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
m. Sulit mandi, makan, berpakaian, toileting
n. Pasien bisa berjalan jauh dari rumah dan tak bisa pulang
o. Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
p. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
q. Kurang konsentrasi
r. Kurang kebersihan diri
s. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
t. Mudah terangsang
u. Tremor
v. Kurang koordinasi gerakan
7. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
a. Pembedaan antara delirium dan demensia
b. Bagian otak yang terkena
14
c. Penyebab yang potensial reversibel
d. Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
e. Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
f. Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
g. Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
h. Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
8. Pengobatan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional
dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya.
Riwayat medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak
yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu
penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan
medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis
untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik
pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan
dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap
masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi
saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan
pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah
psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit
kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut
adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan
alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok
disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif
15
Obat untuk demensia
a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian
cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita;
namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini
disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh
defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya.
Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian
obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem
kardiovaskular.
b. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis
tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan
perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan
salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal
yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual.
Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga
kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58
persen.
c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.
Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan
kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki
daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam
terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh
16
terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara
mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini
memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi
lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
e. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels
menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi
kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan
fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin
memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap
hipertensi esensial
Membantu penderita demensia dan keluarganya:
a. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki
orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka
yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
b. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu
mencegah terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
c. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
d. Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan memperburuk
keadaan.
e. Meminta bantuan Organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan
sangat membantu.
17
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi:
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Aspek fisik, pskososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping,
masalahpsikososial dan lingkungan.
a) Aktifitas /istirahat
Merasa lelah; kelemahan dapat meningkatkan bahaya gejala, khususnya pada
malam hari terbalik mengira siang/malam, terjaga sepanjang malam
/keluyuran tanpa tujuan, gangguan irama tidur.
Letargi; penurunan ketertarikan pada aktivitas sehari-hari, hobi;
ketidakmampuan untuk mengulang apa yang di baca/mengikuti cerita acara
televisi; kemungkinan dipaksa untuk pensiun hambatan ktrampilan motorik;
ketidakmampuan melekukan gerakan yang lazim dan bertujuan.
Sering duduk dan mengamati orang lain.
Aktivitas utama mungkin mengumpulkan benda-benda mati; pengulangan
gerakan (mis.melipat-membuka-melipat kembali kain), menyembunyikan
benda, atau keluyuran.
b) Sirkulasi
Kemungkinan riwayat penyakit vaskuler sistemik/ serebral, hipertensi,
episode embolik (factor predisposisi).
c) Integritas Ego
Prilaku sering tidak konsisten; prilaku verbal/non verbal mungkin tidak
sesuai.Curiga atau ketakutan pada orang atau situasi yang dkhayalkan;
berpegangan tangan dengan orang terdekat.Salah mempersepsikan lingkungan,
mengidentifikasi objek atau orang, mengumpulkan benda-benda; benda yang salah
di simpan di percaya sebagai di curi.Kehilangan bertubi-tubi; perubahan pada citra
18
tubuh dan harga diri.Labilitas emosional (mudah menangis, tertawa dengan tidak
tepat); perubahan suasana hati yang bervariasi (apatis, letargi, sukar istirahat,
rentang perhatian yang pendek, iritabilitas); tiba-tiba marah meledak-ledak (reaksi
katastropik).
Dapat menyangkal perubahan /gejala awal signifikan, terutama perubahan
kognitif, dan /atau penjelasan yang tidak jelas, keluhan hipokondrial (lemah, diare,
pusing, sakit kepala tiba-tiba).Dapat menyembunyikan keterbatasan (membuat
alasan jika tidak mampu, menyelesaikan tugas; mengisap ibu jari saat memegang
buku tanpa membacanya).
Merasa tidak berdaya; kuat, depresi; delusi, paranoid.
d) Eliminasi
Urgensi (dapat mengindikasi hilangnya tonus otot).
Inkontinensia urine atau veses.
Cenderung konstipasi atau inpaksi, dengan diare.
e) Makan atau Minum
Episode hipoglikemik(factor predisposisi).
Kurang minat pada atau melupakan waktu makan; bergantung pada orang
lain untuk memasak makanan dan menyiapkan makanan di meja, selera;
menyangkal sedang lapar atau menolak makan (dapat mencoba
menyembunyikan kehilangan ktrampilan).
Kehilangan kemampuan untuk mengunyah (aspirasi samar).
Penurunan berat badan; masa otot; menjadi kurus (vase lanjut).
f) Hygiene
Mungkin bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan kebersihan
dasar.
Terlihat tidak di cukur, rambut tidak di sisir; bau badan tidak sedap;
kebiasaan pribadi yang rendah.
Berpakaian tidak sesuai dengan situasi atau kondisi cuaca.
Salah menginterpretasikan atau mengabaikan isyarat internal, lupa langkah
dalam memenuhi kebutuhan toileting, atau tidak ammpu mencari kamar
mandi.
19
g) Neurosensori
Menyembunyikan ketidakmampuan (dapat membuat alas an saat tidak
menyelesaikan tugas,menghisap ibu jari saat memegang buku tanpa
membacanya)
Anggota keluarga dapat melaporkan adanya penurunan bertahap dalam
kemampuan kognitif,kerusakan penilaian/keputusan yang tidak
tepat,hambatan ingatan baru tetapi ingatan baik,perubahan prilaku/perubahan
sifat kepribadian individu atau menjadi berat
Kehilangan kemampuan persepsi (lokasi tubuh/bagian tubuh dalam ruang)
h) Interaksi Sosial
Kemungkinan pembicaraan terkotak-kotak, afasia, dan disfasia.
Dapat mengabaikan aturan kontak social atau prilaku tidak tepat.
Factor psikososial resiko sebelumnya (secara individu dan pribadi
mempengaruhi adanya perubahan pola prilaku).
Peran keluarga mungkin berubah atau kebalikan karena individu jadi lebih
tergantung.
i) Pengajaran atau Pembelajaran
Riwayat keluarga dengan DTA (4 kali lebih besar dibandingkan populasi
umum); angka insiden demensia degeneratife primer lebih sering pada wanita
(yang hidup lebih lama) dibandingkan pada pria; demensia vascular timbul lebih
sering pada pria dibandingkan pada wanita.Dapat menunjukkan gambaran
kesehatan total kecuali untuk ingatan atau perubahan prilaku.Menggunakan ataau
menyalahgunakan obat, obat yang di jual bebas, alcohol.
b. Daftar masalah keperawatan
1) Gangguan proses pikir
2) Resiko jatuh
3) Ketergantungan dalam ADL
4) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
5) Resiko kekurangan volume cairan
6) Kemunduran daya ingat
20
7) Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif
c. Pohon Masalah
Core Problem
21
Gangguan proses pikir
Kemunduran Daya Ingat
Ketergantungan
Dalam ADL
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh
Resiko kekurangan
volume cairan
Resiko Jatuh
Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak
efektif
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir
b. Resiko jatuh
c. Ketergantungan dalam ADL
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko kekurangan volume cairan
f. Kemunduran daya ingat
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif
22
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir
TUM TUK Intervensi
Setelah dilakukan
intervensi 4x 15
menit selama 6 jam
dalam 12 pekan
berturut turut
gangguang proses
pikir teratasi atau
diadaptasi melalui
tuk
Pasien mampu
mengenal/
berorientasi
terhadap waktu
orang dan tempat.
1. Beri kesempatan bagi pasien untuk
mengenal barang milik pribadinya
misalnya
tempat tidur, lemari, pakaian dll.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengenal waktu dengan
menggunakan
jam besar, kalender yang mempunyai
lembar perhari dengan tulisan besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk
menyebutkan namanya dan anggota
keluarga terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengenal dimana dia berada.
5. Berikan pujian jika pasien bila pasien
dapat menjawab dengan benar.
Pasien mampu
melakukan aktiftas
sehari-hari secara
optimal.
a. Observasi kemampuan pasien untuk
melakukan aktifitas sehari-hari
b. Beri kesempatan kepada pasien untuk
memilih aktifitas yang dapat
dilakukannya.
c. Bantu pasien untuk melakukan
kegiatan yang telah dipilihnya
d. Beri pujian jika pasien dapat
melakukan kegiatannya.
e. Tanyakan perasaan pasien jika
23
mampu melakukan kegiatannya.
f. Bersama pasien membuat jadwal
kegiatan sehari-hari.
Keluarga mampu
mengorientasikan
pasien terhadap
waktu, orang dan
tempat
a. Keluarga mampu mengorientasikan
pasien terhadap waktu, orang dan
tempat
b. Diskusikan dengan keluarga cara-cara
mengorientasikan waktu, orang dan
tempat
pada pasien
c. Anjurkan keluarga untuk menyediakan
jam besar, kalender dengan tulisan
besar
d. Diskusikan dengan keluarga
kemampuan yang pernah dimiliki
pasien
e. Anjurkan kepada keluarga untuk
memberikan pujian terhadap
kemampuan yang masih dimiliki oleh
pasien
f. Anjurkan keluarga untuk memantau
kegiatan sehari-hari pasien sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
g. Anjurkan keluarga memberikan pujian
jika pasien melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal kegiatan yang sudah
dibuat
Menyediakan
saran yang
dibutuhkan pasien
a. Menyediakan saran yang dibutuhkan
pasien untuk melakukan orientasi.
24
untuk melakukan
orientasi realitas
b. Anjurkan keluarga untuk membantu
pasien melakukan kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Membantu pasien
dalam melakukan
aktiftas sehari-hari.
a. Membantu pasien dalam melakukan
aktiftas sehari-hari.
b. Anjurkan keluarga untuk memantu
lansia melakukan kegiatan sesuai
kemampuan
yang dimiliki
c. Bantu keluarga memilih kemampuan
yang dilakukan pasien saat ini
25
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
5. Evaluasi
a. Pasien mampu mengenal/ berorientasi terhadap waktu orang dan tempat.
b. Pasien mampu melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
c. Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat
d. Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas
e. Pasien mampu dalam melakukan aktiftas sehari-hari.
26
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Demensia yang berasal dari beberapa stroke
kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi
atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah di otak.
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga
keadaan ini pada mulanya tidak disadari.Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk
mengingat waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.Penderita memiliki
kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran Abstrak
(misalnya dalam pemakaian angka).Sering terjadi perubahan kepribadian.
Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar. Gejala awal
biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi bisa juga bermula sebagai
depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya
B. SARAN
Sebagaimana yang kita diketahui gangguan jiwa termasuk demensia ini dapat
menyebabkan hal yang tidak diinginkan,maka dari itu mulai sekarang belajarlah memilah –
milah pikiran,perkataan maupun perbuatan kita supaya terhindar dari terjerumus dan mengalami
gangguan jiwa.
27
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges Marilynn E.2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda. 2010.Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta: EGC
Nugroho,Wahjudi. 1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC.
Prof.DR.Mahar Mardjono, Prof DR. Priguna Sidharta. 2009. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta Dian Rakyat cetakan 14
29