146272912-hnp
DESCRIPTION
hnpTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang sacrum
dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural dalam berbagai sikap
tubuh dan gerakan ditinjau dari sudut mekanika. 1
Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada tubuh manusia. Fungsi
penting tersebut antara lain, membuat tubuh berdiri tegak, pergerakan, danmelindungi
beberapa organ penting.1
Peranan otot-otot erektor trunksi adalah memberikan tenaga imbangan ketika
mengangkat benda. Dengan menggunakan alat petunjuk tekanan yang ditempatkan di dalam
nukleus pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki pada berbagai sikap tubuh dan
keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal ketika berdiri tegak.1
Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu diimbangi
oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan oleh penyelidikan yang
menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa dikembungkempiskan yang dikombinasi
dengan penempatan alat penunjuk tekanan di dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut
mengungkapkan bahwa 30% sampai 50% dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat
dikurangi dengan mengencangkan otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan
pekerjaan dan dalam berbagai posisi. 2
Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat meringankan
beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan merupakan mekanisme yang
melindungi tulang belakang. Secara sederhana, kolumna vertebralis torakolumbal dapat
dianggap sebagai tong dan otot-otot torakal serta lumbal sebagai simpai tongnya.1
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back Pain”
akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya dikenal
sebagai ‘loro boyok’. Biasanya mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan
1
gosok, karena anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau karena
capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke
tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita
mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.2
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung
(NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling
sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena
HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.4
1.2 TUJUAN UMUM
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
mengenai HNP (Hernia Nukleus Pulposus).
1.3 TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi HNP
2. Untuk mengetahui definisi dan etiologi HNP
3. Untuk mengetahui epidemiologi HNP
4. Untuk mengetahui patofisiologi HNP
5. Untuk mengetahui klasifikasi HNP
6. Untuk mengetahui pemeriksaan dan diagnosa HNP
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan HNP
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
-----
2.1 DEFINISI
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan medulla spinalis
atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.8
2.2 ANATOMI
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.5
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel yang dibentuk
oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
1. Vertebrae Cervicales (7)
2. Vertebrae Thoracicae (12)
3. Vertebrae Lumbales (5)
4. Sacrum (5, menyatu membentuk sacrum)
5. Coccygea (4, 3 bagian distal biasanya menyatu)
3
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
4
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus
dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).5
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan
satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.3
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.
5
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nucleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. 2,4
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif).
Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang
sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis,
abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.3
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar
dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah,
sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.5
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
6
1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada
sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena l igamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arahherniasi yang paling sering adalah postero lateral.
2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
2.3.1 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :2,3
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
Riwayat trauma
Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk,
mengemudidalam waktu lama.
Sering membungkuk.
Posisi tubuh saat berjalan
Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
Struktur tulang belakang.
Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.
7
2.3.2 Faktor Resiko
Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riawayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor resiko yang dapat dirubah : 3
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada
punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti
supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan
yang berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus
untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang
2.4 PATOFISIOLOGI
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan ikat longgar dan sel-sel kartilago yang
mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bisa bergerak jika ada tekanan
(trauma), akibatnya cairan menjadi padat, melebar, dan dapat menggelembungkan
annulus fibrosus. Annulus fibrosus bisa robek jika terjadi trauma sedang yang berulang
kali mengenai diskus intervertebrais,.
Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial. Gaya
traumatik yang terjadi berkali-kali dapat menyebabkan robekan itu menjadi lebih besar
dan radikal. Apabila hal ini sudah terjadi, maka jebolnya nukleus pulposus hanya
menunggu waktu dan terjadi trauma berikutnya saja.
8
Jebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis dapat menyebabkan terjadinya
penekanan radiks saraf. Hal ini terjadi bila penjebolan kearah lateral. Bila tempat
herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nucleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks.6
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang
oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon
dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme
otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada
sistem saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.2
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi
saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot
spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar
pemeriksaan Laseque.3
9
2.5 GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat
terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke
arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica, dan gejala dan tanda-tanda
sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral
menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma kauda equina. 8
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta) terkena akan timbul
gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.8
Gejala yang sering muncul :
Nyeri punggung bawah.
10
Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan
dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian
saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,terutama
banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering
diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk,bersin akibat bertambahnya tekanan
intratekal. Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan
hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen. Kebiasaan penderita perlu diamati,
bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat.
Manifestation
Level of Disc Herniation
L3-L4 L4-L5 L5-S1
Root
CompressedL4 L5 S1
Weaknessquadriceps,
tibialis anterior
extensor hallicus longus
(extension of great toe)
gastrocnemius (ankle
plantarflexion)
Reflex knee jerk none significant Achilles
11
Involvement
Sensory Loss medial ankle great toe lateral foot & heel
Pain Distribution anterior thigh back of thighback of thigh, lateral
calf
Herniasi lumbal 4 Herniasi lumbal 5
Lesi yang terkena
Saraf yang terkena
Penyebaran sakit dan
parestesi (termasuk sisi
sakit pada lasegue’s sign)
Perubahan sensorik
Antara korpus lumbal 4
dan 5
Lumbal ke 5
Lateral paha,
anteroposterior kaki,
dorsal telapak kaki,
Antara korpus sakral 1
dan lumbal 5
Sacral pertama
Posterior paha,
posterolateral kaki, lateral
telapak kaki termasuk
tumit dan satu atau dua
12
superfisial
Perubahan sensorik getar
Perubahan motorik
Perubahan refleks
Titik berat sakit
kadang pada ibu jari
Hiperaestesi atau
anaestesi, kadang
hiperaestesi diatas
penyebaran yang telah
di-sebutkan diatas
terutama lebih distal
(dermatom lumbal ke 5)
Kadang hilang atau
kerusakan diatas
maleolus medial dan
medial kaki dan ibu jari
Parese ekstensor halucis
longus dan kadang
ekstensor digitorum
brevis dan tibialis
anterior, atrofi otot
anterior betis
Tidak adanya refleks
tibialis posterior
Tekanan pada antar
ruang lumbal keempat
menyebabkan
penyebaran nyeri
jari diluar ibu jari
Hiperaestesi dan
anaestesi, kadang
hiperaestesi diatas
penyebaran yang telah di-
sebutkan diatas terutama
lebih distal (dermatom
sacral 1)
Kadang hilang atau
kerusakan diatas
maleolus lateral dan
lateral kaki dan ibu jari
Parese plantar fleksor
kaki (triceps surae), atrofi
otot posterior betis
Berkurang atau tidak
adanya refleks Achilles
Tekanan pada antar ruang
lumbosacral
menyebabkan penyebaran
rasa sakit
2.6 DIAGNOSIS
----- Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan
neurologik dan pemeriksaan penunjang.2
13
2.6.1 Anamnesis
Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah spontan.
Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi,
tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.
Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin disebabkan
tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam kanalis
vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah melakukan
gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan
mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan
nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila progresif
mungkin tumor.
Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.
Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik umum2
Posisi berdiri:
1. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
14
2. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis
lumbal(normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang
panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
3. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
4. Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
5. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
6. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
Posisi duduk:
1. Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.
2. Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
Posisi berbaring :
1. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
2. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
3. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
4. Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
5. Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke
kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien.
6. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
7. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
8. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
9. Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level
kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan.
15
10. Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
11. Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN).
12. Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.
2.6.3 Pemeriksaan neurologik
1. Pemeriksaan sensorik.
2. Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi
otot.
3. Pemeriksaan tendon.
4. Pemeriksaan yang sering dilakukan.
5. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes
Sicard)
6. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
7. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
8. Tes Distraksi dan Tes Kompresi
9. Tanda-tanda perangsangan meningeal :
Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya
ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.
Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-
lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan
menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang
positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.
Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut
dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi
16
tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan
suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada
tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi
diskus.3,8
Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan
nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai
penyebabnya. Demikian juga dengan tanda laseque kontralateral.
Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu
HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif
terbukti menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda
ini malahan positif pada 96,8% pasien.
Adanya tanda Laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau
L5-S1 daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini
hanya positif pada 73,3% penderita.7
Harus diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan
tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua dibandingkan
dengan yang muda (<30 tahun).
Karena tanda Laseque tidak patognomonis untuk suatu HNP, maka
bila tidak dijumpai pada seseorang yang umurnya kurang dari 30
tahun dengan sangat mungkin akan menyingkirkan diagnosis HNP.
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan
dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat
akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai
kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse Laseque
sign) :
Tes ini dapat menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang
mengalami iritasi ataupun kompresi, terutama pada lumbal bagian
17
tengah dan atas.3 Bila tes ini positif, maka dicurigai adanya
ketegangan pada radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini dilakukan pada
pasien yang terlungkup dengan jalan meng-ekstensikan paha dimana
lutut dalam keadaan fleksi dan bisa juga dilakukan dengan pasien tidur
pada sisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkena dengan lutut
dalam keadaan fleksi dan suatu tes yang positif akan menghasilkan
nyeri pada paha medial atau anterior.
Tanda Neri (Neri’s sign) : bisa ditimbulkan bila pasien membungkuk
ke depan dan dikatakan positif bila akan terjadi fleksi lutut pada sisi
yang terkena.
2.6.4 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari: Elektromiografi (EMG).
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana
gangguannya, masihdalam tahap iritasi atau tahap kompresi.
2. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP).
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati.
3. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.
4. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda equina.
Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi
gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.
18
5. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata
dan pembentukan osteofit.
6. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP
7. Pemeriksaan Laboratorium klinik.
8. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang menuju
ke sana).
2.7 PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan LBP dapat mencakup : 7,9
2.7.1 Medikamentosa
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka waktu
pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan interaksi obat. Tidak
dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki efek depresan. Pada tahap awal,
apabila didapati pasien dengan depresi premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri,
pemberian anti depresan dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis lainnya, kadang-
kadang memerlukan campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
2.7.2 Penanganan operatif
Tidanakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu :
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari 4 minggu : nyeri berat /
intractable / menetap / progresif.
Defisit neurologik memburuk.
Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal : setelah terapi konservatif tidak
berhasil
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologi.
19
2.7.3 Rehabilitasi Medik
a. High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
Mempercepat resolusi inflamasi kronik
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme
Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
b. Traksi Mekanik
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling menjauh.
Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah :
Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi
Peregangan terhadap diskus intervertebralis
Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus
artikularis.
Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan
sikap badan melawan kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap
tubuh melibatkan aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas
motorik terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh.
Tujuan terapi ini:
Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh.
20
Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan.
Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis
sehingga. tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan
pernafasan.
Mengurangi nyeri.
Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise
Pelvic tilt exercise
21
Curl-up exercise
Lower trunk rotation stretch Curl-up exercise
Alternate arm-leg extension exercise
Alternate leg extension
22
Trunk flexion stretch Alternate arm-leg extension exercise
Prone Lumbar Extension Alternate leg extension
Hamstring stretch while standing
23
2.7.4 Pencegahan 7
Latihan Punggung Setiap Hari
1. Berbaring terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut
dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik. Kemudian lakukan
lagi pada kaki yang lain. Lakukan beberapa kali.
2. Berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanl ke lantai.
Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke lantai, tahanlah
beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
Berhati-Hati Saat Mengangkat
1. Gerakan tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan bahwa
lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti ganjalan/bantalan kaki)
jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkan salah satu kaki pada bantalan
kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah posisi secara
periodic.
4. Tegakkan kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik tidak
teregang.
24
5. Gunakan bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat duduk
dikursi.
Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
1. Berjalan setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu
berhak rendah
2. Makan makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi
sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidur di kasur yang nyaman.
4. Hubungi petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
2.8 PROGNOSIS5
Dengan operasi 90% perbaikan fungsi secara baik dalam 1 tahun. Perbaikan
motoris biasanya lebih cepat daripada sensorik. Menurut Anderson, faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan / prognosis adalah diagnosis etiologik spesifik, usia lanjut,
pernah nyeri pinggang sebelumnya dan gangguan psikososial. Sebagian besar pasien
sembuh secara cepat dan tanpa gangguan fungsional. Rata-rata 60-70% sembuh dalam 6
minggu, 80-90% dalam 12 minggu. Penyembuhan setelah 12 minggu berjalan sangat
lambat dan tak pasti. Diagnosis sangat berkaitan dengan penyembuhan, penderita nyeri
pinggang bawah di diagnosis dengan iskialgia membutuhkan waktu lebih lama dibanding
dengan tanpa iskialgia. Dari penelitian Weber, tahun pertama terdapat perbaikan secara
signifikan pada kelompok yangdioperasi dibanding tanpa operasi, namun kedua
kelompok baik dioperasi maupun tidak, padaobservasi tahun ke 4-10 terlihat perbaikan
yang ada tidak berbeda secara signifikan.
25
BAB III
KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak “Low Back Pain”
akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, dan biasanya dikenal
sebagai sakit pinggang. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar
ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita
mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk.
Prevalensi HNP berkisar antara 1-2% dari populasi di dunia. HNP lumbalis paling
sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya HNP lumbalis
26
akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan
kecuali pada keadaan tertentu.
Terapi HNP meliputi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapi medikamentosa
seperti OAINS untuk pemberian jangka pendek. Sedangkan terapi rehabilitasi medik seperti
High frequency current (HFC CFM), Traksi Mekanik dan Bugnet Exercises. Prognosis pada
sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).In
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/
2. Mansjoer, Arif, et all., 2007. In http : //www. inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file
=article&sid=130
3. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid kedua,
cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius.
4. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. In http://mukipartono.com/mengenalnyeri
pinggang-hnp/
5. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi
27
6. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus Pulposus. In
http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasi-medik- pada-penderita-
hernia-nukleus-pulposus/
7. Sidharta Priguna, 2004. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah.
In:http://www.kalbe.co.id
8. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta: PT Dian
Rakyat.
9. Sidharta Priguna, 2005. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : PT Dian
Rakyat.
28