skripsirepository.uinjambi.ac.id/2847/1/tp 151478 umil muhsinin...jurusan/prodi : pendidikan agama...
TRANSCRIPT
-
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI GURU AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH
TSANAWIYAH SWASTA LABORATORIUM
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Disusun Oleh:
UMIL MUHSININ
NIM. TP. 151478
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2019 M/1440 H
-
MOTTO
Artinya: “Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan
bantahkan mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. An-Nahl: 125).
(١٢٥)النحل:
-
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada ibunda saya yang tercinta Siti Aisyah dan
ayahanda tersayang Abdul Mutalib yang telah berjasa dan bersusah payah mengasuh,
membimbing, mendidik, membesarkan saya dan yang telah memberi motivasi kepada saya tanpa
kenal lelah, sampai saya menuju gerbang kesuksesan. Keluarga besar saya yang telah
memberikan bantuan dan dorongan semangat pada saya untuk mewujudkan harapan orang tua
menggapai asa dan cita-cita.
v
-
ABSTRAK
Nama : Umil Muhsinin
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru
Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Swasta Laboratorium Kota
Jambi
Skripsi ini membahas tentang Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan kompetensi
guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Swasta Laboratorium Kota Jambi. Penelitian ini
berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan, sedangkan
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini
menemukan bahwa bentuk peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta
Laboratorium Kota Jambi yaitu kepala sekolah mengecek persiapan mengajar guru, mengatur
kompetensi guru, mengirim guru mengikuti diklat/pelatihan dan mengontrol/mengevaluasi tugas
guru. Kendala yang ditemui dalam peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta
Laboratorium Kota Jambi dipengaruhi oleh sejumlah faktor dominan, yaitu guru ada yang tidak
membuat rencana pembelajaran, disiplin guru di sekolah masih rendah serta media dan sumber
pembelajaran yang masih terbatas ketersediannya di sekolah. Upaya peningkatkan kompetensi
guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi dilakukan dengan peningkatan
disiplin mengajar, dan meningkakan kesadaran guru terhadap profesinya yang mulia.
Rekomendasi penelitian ini adalah: kepala kepala MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi
untuk menindaklanjuti upaya peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak melalui
pemberdayaan program peningkatan mutu guru yang ada di sekolah (MGMP dan KKG) dengan
memperhatikan permerataan dan pemeliharaan tema-tema pelatihan yang seuai dengan
kebutuhan guru. Kepala MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi untuk senantiasa mengontrol dan
mengawasi efektivitas pelaksanaan peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak yang dilakukan
oleh kepala sekolah serta ikut memonitor tindak lanjut penilaian kinerja guru tersebut. Kepada
guru MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara
profesional dalam rangka mewujudkan aktivitas belajar siswa.
Kata Kunci: Strategi, Kepala Sekolah, Kompetensi Guru
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
NOTA DINAS............................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................ v
MOTTO ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 5 C. Batasan Masalah .................................................................... 5 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ....................................................................... 7 B. Studi Relevan ......................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................ 25 B. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 25 C. Setting dan Subjek Penelitian ................................................ 26 D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 27 E. Teknik Analisis Data.............................................................. 29 F. Triangulasi Data ..................................................................... 30 G. Jadwal Penelitian ................................................................... 31
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ...................................................................... 32 B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................... 42
1. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru
Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi
44
-
2. Kendala Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru
Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi
57
3. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi
62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 66 B. Rekomentasi ........................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
-
DAFTAR TABEL
1. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 31
2. Keadaan Guru di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi .......................... 40
3. Keadaan Karyawan di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi .................. 41
4. Keadaan Siswa di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi ......................... 42
5. Keadaan Sarana di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi ....................... 43
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses belajar yang tak ada henti-hentinya. Berbagai macam cara
dapat dilakukan untuk memperoleh pendidikan yang mana kita biasanya mengetahui bahwa
pendidikan identik dengan dunia sekolah, namun perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu di alam
semesta ini dapat kita peroleh nilai-nilai pendidikannya )Utomo dan Sa‟i, 2017: 68(. Seperti
nasihat-nasihat dari keluarga terutama orangtua, kondisi lingkungan sekitar respon alam,
membaca berbagai sumber literatur, dan lain sebagainya. Macam-macam cara inilah yang akan
membantu proses dalam pendidikan yang akan menjadikan perubahan secara terus menerus
dalam memberi kemajuan untuk mencapai tujuan. Salah satunya adalah dalam membentuk
akhlaq seseorang.
Menurut perspektif Islam, akhlaq adalah salah satu perkara penting yang harus diajarkan
kepada anak-anak sejak masa kanak-kanak hingga mereka dewasa. Pendidikan akhlaq ini baik
diajarkan di lembaga pendidikan formal atau di lembaga nonformal, di rumah tangga atau di
dalam masyarakat, semuanya sebagai bentuk kepedulian dan kepatuhan kepada ajaran yang
pernah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. Namun demikian, setiap lembaga pendidikan di mana
pun ia berada, maka tugas untuk menyebarkan nilai-nilai akhlaq kepada murid atau generasi
muda adalah sudah menjadi tanggung jawabnya. Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya
bertanggung jawab menjaga akhlaq generasi muda, oleh karena itu peran guru di sekolah-
sekolah atau dosen di perguruan tinngi juga tidak dinafikan dalam mentransfer pendidikan
akhlaq serta nilai-nilai akhlaq itu kepada anak didik mereka (Abdurrahman, 2016).
Realitanya, akhlaq pada pelajar saat ini sangat memprihatinkan, tingkah laku seorang
anak tidak lagi mencerminkan bahwa mereka pernah dididik sebelumnya (Mukhtar, 2005: 730).
Perilaku serta budi pekerti (akhlaq) dari pelajar saat ini sangatlah memprihatinkan, diantaranya
mereka cenderung bertutur kata yang kurang baik, bertingkah laku yang kurang sopan, dan tidak
lagi patuh terhadap orangtua maupun gurunya (Bafadhol, 2017: 2). Hal ini tentu saja dipengaruhi
kondusif tidaknya pendidikan budi pekerti yang mereka dapatkan, baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
-
Saat ini solusi dari masalah tersebut adalah memberikan pendidikan yang cukup pada
anak. Kebanyakan pendidikan di Indonesia hanya mementingkan aspek akademik dan
pembelajaran di kelas tanpa menekankan aspek “mendidik” siswa menuju akhlaq yang baik
(Firdaus, 2017: 58). Upaya solusi bagi lembaga pendidikan, maka menekankan aspek
pembentukan karakter positif bagi siswa. Melihat berbagai kasus di atas, tentu menjadi hal yang
meresahkan bagi para pelaku pendidikan dan juga orangtua yang mempunyai kepentingan
terhadap pendidikan putra putri mereka (Hasanah, 2005: 52). Maka pendidikan akhlaq yang
mampu membentuk karakter positif seorang siswa menjadi hal mutlak yang tidak bisa ditawar
lagi dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang positif.
Faktor yang paling utama perubahan pola perilaku seseorang adalah karena faktor negatif
dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun masih ada faktor yang lebih dekat pada diri
seseorang itu melalui pendidikan dari lingkungan sekitar yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling utama
dan pertama dalam pembentukan akhlaq yang diajarkan dari orang tua. Dengan pemberian kasih
sayang, perhatian yang diiringi pembiasaan-pembiasaan yang baik dan diajarkan sejak dini
dalam menanamkan perilaku sehingga semua itu akan tertanam pada diri seorang anak. Selain
hal tersebut, penanaman nilai agama juaga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia (Mannan, 2017: 4). Sebab agama merupakan motivasi hidup seseorang serta merupakan
alat pengembangan dan pengendalian diri. Oleh karena itu, agama perlu dipahami dan diamalkan
oleh manusia supaya dapat menjadi dasar kepribadian (akhlaq) sehingga ia menjadi manusia
yang utuh.
Dari survey yang telah dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun, bahwa di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin
Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun terdapat pembinaan dengan berbagai
kegiatan misalnya shalat dzuhur berjama‟ah, shalat sunnah dhuha, membaca dan menghafal juz
A‟mma dan lain-lainnya. Dari keseharian tersebut pastilah pihak sekolah melakukan berbagai
cara misalnya melalui tiap guru yang mengajar dengan memeberi nasihat-nasihat konsekuensi
dari perilaku baik maupun perilaku buruk, selain itu dalam hal ibadah dengan mengingatkan
siswa atau mengajaknya bersama-sama bahwa sudah waktunya untuk shalat dhuha, shalat dzuhur
berjama‟ah dan membaca Al-qur;an. Hal itu semua dilakukan secara continue supaya siswa pada
akhirnya dapat melakukannya dengan kemauan sendiri tanpa diingatkan lagi.
-
Dengan demikian, guru yang memiliki peran khusus dalam bidang pendidikan dituntut
dalam tugasnya menjalankan proses pembentukan akhlaq. Guru harus memliki figur yang patut
dicontoh ketika memberikan pengajaran dalam pendidikan akhlaq. Dengan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki, menciptakan anak didik yang dewasa asusila, guru tidak hanya
mengajar dan juga mendidik. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlaq yang
mulia.
Hal inilah yang menjadi indikator bagi penulis mengadakan penelitian, bagaimana sistem
pendidikan agama, khususnya dalam pembinaan akhlaq. Dengan melihat fenomena di atas
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pendidikan Akhlaqul
Karimah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air
Hitam Kabupaten Sarolangun”.
B. Fokus Penelitian
Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka penelitian ini
difokuskan pada Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah
Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.`
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah
Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?
2. Apa kendala-kendala dalam Pembinaan Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa
Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten
Sarolangun?
3. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam menanggulangi kendala-kendala penerapan
Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa
Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Untuk mengetahui Pendidikan Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah
Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.
-
b. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam Pembinaan Pendidikan Akhlaqul Karimah
pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam
Kabupaten Sarolangun.
c. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan dalam menanggulangi kendala-kendala
penerapan Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah
Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermamfaat bagi :
a. Menjadi wacana dan bentuk pemahaman baru, bagi orangtua atau pembaca pada
umumnya agar dapat memperhatikan pendidikan akhlaqul karimah pada anak.
b. Menambah khazanah keilmuan tentang pendidikan akhlaqul karimah
c. Sebagai bahan referensi dalam bidang pendidikan.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Untuk menambah pengetahuan siswa tentang pentingnya pendidikan akhlaqul karimah.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Pendidikan Akhlaqul
Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air
Hitam Kabupaten Sarolangun.
c. Sebagai persyaratan bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dalam
Ilmu Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Strategi
Strategi adalah cara cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan
belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar kebutuhan dan karakteristik peserta didik
yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan antara strategi,
tujuan dan metode dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistim yang bertitik tolak dari
penentuan tujuan pembelajaran( Uno,2007,hal 2).
Pemilihan strategi pembelajaran dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan
kedalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung (Uno, 2007,
hal. 3) Terdapat berbagai pendapat tentang strategi sebagaimana dikemukakan oleh para ahli
Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi dapat diartikan sebagai seetiap kegiatan yang
dipilih, yaitu dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya
tujuan pembelajaran. Gerlac dan Ely menjelaskan strategi merupakan cara cara yang dipilih
untuk menyampaikan metode pembelajaran. Dick dan Carey menjelaskan strategi terdiri atas
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan. Gropper mengatakan bahwa
strategi merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai (Uno, 2002, hal. 43).
Sasaran (tujuan jangkan pendek atau tujuan situasional) dari pengembangan tenaga
pendidik (guru) sesuai dengan SNP antara lain (1) peningkatan kompetensi guru bidang
pengembangan KTSP, (2) peningkatan kompetensi guru bidang manajemen pembelajaran, (3)
peningkatan kompetensi guru bidang pengembangan strategi pembelajaran (CTL), Mastery
Learning, PAKEM), (4) peningkatan kompetensi guru bidang pengembangan media
pembelajaran, (5) peningkatan kompetensi guru dalam penggunaan ICT (komputer, internet, dan
perangkat ICT lainnya), (6) peningkatan kompetensi dalam PTK, (7) peningkatan kompetensi
dalam bidang Bahasa Inggris dan sebagainya.Strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
sasaran-sasaran tersebut antara lain (1) melaksanakan workshop/pelatihan secara internal di
8
-
sekolah, (2) mengirimkan guru dalam MGMP, (3) melaksanakan kerja sama dengan LPMP, (4)
melaksanakan in house training, (5) melaksanakan kerja sama dengan lembaga/instansi lain,
khususnya dalam peningkatan guru bidang ICT, (6) melaksanakan magang dan kunjungan ke
sekolah lain, (7) melaksanakan kerja sama dengan LPTI, perguruan tinggi, (8) dan sebagainya
(Rohiat, 2008, hal. 86).
Profesi guru jika selalu dikembangkan tentunya menghasilkan guru-guru yang berkualitas
dari segi keilmuannya. Usaha yang dilakukan dalam mengembangkan profesinya tentu
memerlukan kerja keras, sehingga dapat mempertahankan kualitasnya secara berkesinambungan.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan pengembangan kompetensi profesional guru
bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah,
tetapi juga tujuan tenaga kependidikan secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk
mengerjakan instrumen pengembangan kompetensi profesional guru seperti daftar absensi, daftar
urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk
membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.
Usaha peningkatan mutu guru dapat dilakukan kepala sekolah/kepala dinas terkait.
Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana
mutu guru di sekolah. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja guru dalam proses
pembelajaran. Guru harus memahami dan mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan
kemajuan, untuk itu, saat ini dilaksanakan sertifikasi guru.Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai
suatu program pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.Melalui sertifikat pendidik ini, maka
seorang guru bisa mendapat predikat profesional, karena telah lulus uji kelayakan untuk
mengajar dan menjadi profesi yang layak dihargai. Isu yang paling menjadi perhatian di dunia
pendidikan di Indonesia setelah pengesahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen pada Desember 2005 adalah persoalan sertifikasi guru.Esensi dari undang-
undang yaitu tuntutan untuk meningkatkan kompetensi guru dan dosen, belum tersentuh sama
sekali. Kenyataannya, faktor yang menjadi penyebab mengapa mutu pendidikan Indonesia masih
rendah dan jauh dari harapan karena kuantitas dan kualitas guru belum memadai serta
penyebaran yang belum merata. Dalam kaitan mempersiapkan guru yang berkualitas di masa
depan, dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini dihadapkan pada persoalan bagaimana
-
meningkatkan kualitas sekitar 2 juta guru yang sekarang ini sudah bertugas di ruang-ruang
kelas.Peningkatan kualitas pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen
perubahan melalui kegiatan pembenahan kepemimpinan sekolah dengan wadah pembinaan
kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya.
Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana
tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam meningkatkan prestasi belajar
siswanya. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja kepala sekolah.
2. Kepala Sekolah
Kepalah sekolah yaitu guru yang diberikan tugas tambahan untuk memipin susatu sekolah
yang diselenggarakan proses belajar mengajaratau tempat terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid menerima pelajaran (Hasibuan, 2005, hal. 67). Strategi kepala
sekolah dalam konteks pendidikan tidak saja mempunyai tugas secara struktural memberikan
tanggung jawab kepada para stafnya dalam mengembangkan pendidikan, akan tetapi secara
fungsional dia juga harus berpartisipasi dalam proses pembelajaran, bagaimana mengharuskan
setiap siswa agar ikut serta dalam kegiatan kurikuler sehingga nampak adanya upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Keikutsertaan kepala sekolah secara universal dalam proses
pembelajaran di suatu lembaga pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, sebab dia akan mampu memahami secara langsung apa faktor kelemahan dan kelebihan
yang ada di sekolah itu sendiri. Mengapa demikian? Karena proses ini yang semestinya perlu
diketahui oleh setiap kepala sekolah. Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah
yang bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan pihak kepala sekolah.
Biasanya, keberhasilan sekolah terletak pada keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin,
kepala sekolah yang berhasil apabila ia mampu melaksanakan peranannya sebagai seorang yang
beritanggung jawab untuk memimpin sekolah dengan baik.Kepala sekolah berfungsi sebagai
pengendali terhadap jalannya usaha untuk meningkatkan kompetensi guru di sekolah. Meskipun
seorang pemimpin selalu dihadapi banyak masalah untuk meningkatkan kompetensi guru seperti
pelatihan guru. Perlu ditegakkan asumsi pentingnya in-service education yaitu (a) semua
personel sekolah memerlukan in-serve education sepanjang kariernya (b) perkembangan praktek
lapangan pendidikan meminta pertimbangan waktu dan hasil sistematis memerlukan
pengembangan staf, (c) in-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas
-
program sekolah dan profesionalitas personel; (d) perlunya motivasi belajar dimana mereka
percaya ada kontrol dalam belajarnya; (e) lembaga sekolah sebagai unit belajar bertanggung
jawab menyediakan sumber dan kebutuhan latihan staf sekolah (Sagala, 2008, hal. 244).
Kepala sekolah dituntut untuk menguasai kompetensi kepemimpinannya sama dengan
guru. Bukan hanya seorang guru yang dituntut memiliki kompetensi di bidang keguruan, namun
kepala sekolah juga dituntut hal yang sama. Seorang dapat dikatakan profesional dalam
melaksanakan tugasnya apabila memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas yang
dijalaninya. Alasan lain mengatakan bahwa memang adakalanya kompetensi kepemimpinan itu
tumbuh secara alamiah, didukung oleh kesempatan dan pengalaman, tetapi efektifitas perannya
jauh lebih besar apabila dikembangkan melalui tempat pengetahuan pelatihan dan pengalaman
yang berkesinambungan. Pentingnya penguasaan kompetensi kepemimpinan bagi kepala sekolah
akan memberikan dampak baik secara administrasi bagi individu yang bersangkutan maupun
bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.Kepala sekolah memiliki otoritas utama untuk
mencapai tujuan tersebut, oleh karea itu kepala sekolah bertanggung jawab dalam menyiapkan
sarana dan prasarana yang memadai, guru-guru yang berkompeten, aturan dan disiplin sekolah,
menajemen yang tepat sasaran, khususnya peningkatan profesionalitas guru. Kompetensi kepala
sekolah adalah “usaha kepala sekolah agar terlaksananyafungsi-fungsi manajerial terhadap
sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material sekolah dan menggunakannya secara
efektif sesuai dengan tujuan sekolahTugas kepala sekolah yang berhubungan dengan manajemen
sekolah di antaranya kepemimpinannya sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab atas
seluruh kebijakan sekolah, di antaranya sebagai motivator bagi tenaga pendidik atau guru.
Sebagai manajer, kepala sekolah membuat perencanaan, mengkonsolidasi dan
mengorganisir sumber-sumber yang ada di sekolah, baik sumber daya manusia, sumber daya
fisik dan sumber daya finansial guna menciptakan iklim sekolah yang kondusif bagi tumbuh
kembangnya kreativitas dalam melaksanakan tugas pokok. Seorang kepala sekolah dalam
melaksanakan kepemimpinannya hendaklah menggunakan pengetahuan, pengalaman dan sifat
kepemimpinannya, di samping ia juga dituntut untuk memiliki kemahiran dan keterampilan
dalam mengelola sekolah.
Kepala sekolah melalui pengalaman, sifat kepemimpinan, kemahiran dan keterampilan
yang dimilikinya, merupakan faktor yang mempengaruhi profesionalisme bawahannya seperti
guru. Mengingat pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka
-
keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya, salah satunya guru. Guru
adalah pendidik yang profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima
dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul di pundak para orang tua.
Definisi kepala sekolah akan dijelaskan melalui keterangan kalimat berikut ini: Dua kata
adalah kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi
tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah
dapat didefenisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah dimana diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran. Kepala sekolah
merupakan orang yang paling penting di suatu sekolah (Wahjosumidjo, 2007, hal. 83).
3. Guru
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen,
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain (2002, hal 126) mengatakan bahwa guru
sebagai tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik
disekolah. Guru juga orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan
yang dimilikinya dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. N.A Ametembun
sebagaimana dukutip Syaiful Bahri Djamarah, 2005, hal 49) mengatakan bahwa guru adalah
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik
secara individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diplomat empat, kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, profesional), sertifikat pendidikan
yang diperoleh melalui perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah, sehat jasmani dan rohani yang
-
memungkinkan guru dapat melakukan tugasnya dengan baikserta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Saidah, 2016: hal. 221).
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi
tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki prilaku dan kemampuan yang
memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh, guru perlu mengeasai berbagai hal
sebagai kompetesi yang dimilikinya. Seorang pengajar (guru) yang memiliki kompetensi yang
baik tidak hanya mampu berdiri di depan kelas menyampaikan pelajaran saja. Namun guru juga
harus mampu mendidik, membina sikap dan mental siswa, guru yang kompeten akan lebih
mampu menetapkan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan lebih mampu
mengelola kelas sehingga para siswa mampu mencapai tingkat yang optimal. Kedudukan guru
dalam kegiatan pembelajaran sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan
menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena
guru yang membuat siswa mengerti bahan pelajaran yang akan disajikan kepada mereka.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya di dalam
merencanakan/merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.Guru
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan titik
berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka
panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai,
membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.
Guru orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri
dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah SWT, makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang mandiri.Guru sebagai
komponen yang bertanggung jawab dalam proses dan misi pendidikan secara umum serta proses
pembelajaran secara khusus, sangat rentan dengan berbagai persoalan yang mungkin muncul
apabila rencana awal proses pembelajaran ini tidak direncanakan secara matang dan bijak, hal ini
akan berimplikasi pada gagalnya proses pembelajaran.
Sejak awal guru harus mampu berperan sebagai pelaku pengelolaan kelas, sekaligus
sebagai evaluator dalam proses. Efektifitas dan mutu dalam proses pembelajaran haruslah
-
mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang ditetapkan. Hal ini sudah barang tentu akan
menimbulkan masalah dalam proses pendidikan secara umum maupun dalam proses
pembelajaran secara khusus.Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah
memberikan pelayanan kepada para siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah.
Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama yang bertugas
mendidik, guru memegang berbagai jenis peranan mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai
seorang guru. Dan guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui
interaksi belajar mengajar, guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses
belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar. Di samping menguasai
materi yang akan di ajarkan, dengan kata lain guru harus mampu menciptakan situasi kondisi
belajar yang sebaik-baiknya.
Bertugas sebagai guru tentulah pekerjaan yang mulia, dimana mengabdikan hidup untuk
mendidikan dan mengajarkan anak untuk menjadi orang yang bertakwa dan berilmu. Semua
yang dilakukan guru ini adalah amal sholeh yang dijanjikan pahalanya oleh Allah SWT.Setiap
guru memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan
perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu
untuk mengembangkan kemampuannya. Di sisi lain sekolah perlu melakukan pembenahan diri
secara bertahap agar menghasilkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien, dimana guru bisa
berkreasi dan berinovasi dalam memajukan sekolah sesuai dengan harapan guru dan sekolah.
Guru secara implisit telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung
jawab pendidikan yang dipikul di pundak para orang tua, sehingga kepala sekolah melalui
jabatan yang dimilikinya, bertanggung jawab dalam melaksanakan kompetensi guru, sesuai
dengan harapan guru sebagai pendidik yang profesional. Profesi guru menuntut kompetensi guru
yang merupakan kemampuan dasar agar dalam mengajar bisa optimal. Kemampuan tersebut
meliputi menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, mengunakan
media sumber, menguasai landasan pendidikan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah serta memahami prinsip-prisip dari hasil penelitian guru untuk kepentingan pengajaran.
Kompetensi guru tersebut diharapkan mampu membentuk kinerja guru yang profesional.
Guru melalui profesionalitas sebagai pengajar, diharapkan mampu mendorong siswa untuk
senantiasa belajar dan berprestasi dalam belajar melalui berbagai sarana pendidikan yang ada.
Pekerjaan mengajar membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Oleh sebab itu sekarang pengajar
-
perlu menguasai berbagai kemampuan baik kemampuan bidang ilmu, maupun teknologi dalam
mengajar. Semua kemampuan tersebut dipadukan menjadi suatu wawasan yang utuh ketika
seorang pengajar berada di depan kelas.
Tugas kepala sekolah yang berhubungan dengan manajerial sekolah di antaranya
kepemimpinannya sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab atas seluruh kebijakan
sekolah, di antaranya sebagai motivator bagi tenaga pendidik atau guru. Peningkatan kualitas
pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen perubahan melalui kegiatan
pembenahan kepemimpinan sekolah dengan wadah pembinaan kelembagaan, kurikulum,
ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya.Persiapan mengajar harus
disusun secara sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian
dalam situasi pembelajaran yang aktual. Situasi pembelajaran banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Faktor Guru. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang
mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang
dilaksanakan.
b. Faktor Siswa. Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian untuk dikembangkan.
c. Faktor Kurikulum. Bahan pelajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula pola interaksi guru-siswa. Oleh sebab itu, tujuan
yang hendak dicapai itu secara khusus menggambarkan bentuk perubahan tingkah laku
yang diharapkan dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang beraneka ragam.
d. Faktor lingkungan. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses
pembelajaran. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi situasi belajar (Ali, 2000: hal. 5-6).
Guru harus selalu melaksanakan seefektif mungkin perencanaan yang telah dibuat dalam
proses pembelajaran. Efektivitas guru dalam mengajar perlu diperbaiki dan dikembangkan
berdasarkan kelemahan dan kekurangan yang dimungkinkan oleh keterbatasan sumber daya yang
ada. Pengembangan efektivitas mengajar yang perlu ditingkatkan itu bertitik tumpu pada
perencanaan, sehingga dapat dicari alternatif pemecahan masalah. Pembinaan keakraban perlu
dilakukan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik,
sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilisator dan peserta didik
antara peserta didik dengan peserta didik. Tahap pembinaan keakraban ini bertujuan untuk
mengkondisikan para peserta didik agar mereka siap melakukan kegiatan belajar.
-
Langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Mulyasa (2004: hal. 126) yaitu diawal
pertemuan guru memperkenalkan diri kepada peserta didik dengan memberi salam, menyebut
nama, alamat pendidikan terakhir dan tugas pokok di sekolah dan kemudian peserta didik
masing-masing memperkenalkan diri dengan memberi salam, menyebut nama, alamat
pendidikan terakhir dan tugas pokok di sekolah ini.
4. Kompetensi Guru
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone, sebagai mana
dikutip Mulyasa (2008: hal. 25( mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai “descretive of
qualitative nature of teacher behavior oppears to be entirely meaningful (kompetensi guru
merupakan gambar kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti). Sementara carles
masih dikutip Mulyasa (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapaikan tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan). Kompetensi guru merupakan
perpaduan anatara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,sosial, dan spritual yang secara
kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup materi pemahaman peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2012:
hal. 26).
Kompetensi guru adalah suatu kemampuan atau kecakapan yangterwujud dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas profesionalnya (Suwardi, 2002: hal. 4) Banyak ahli pendidik yang
menyebutkan tentang kompetensi guru yang harus dimiliki oleh anatara lain Cooper dalam
Wijaya, ada empat macam kompetensi guru yakni:
a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibina
c. Mempunyai sikap yang tetap dengan diri sendiri, sekolah,teman sejawat, dan bidang studi
yang dibinanya.
d. Mempunyai teknik keterampilan di dalam mengajar (Wijaya, 1994: hal. 6).
Keberhasilan pendidik (guru) dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh
banyak aspek, seperti aspek pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan juga sikap. Artinya
kompetensi dalm suatu bidang tidakalh cukup sebagain standar proses belajar mengajar
keterampilan dan sikap (akhlak) juga memiliki peranan yang menentukan dalam mengantarkan
-
keberhasilan peserta didik, melalui proses beelajar yang dilakukan. Sehubung dengan itu totalitas
kompetensi pendidikan (guru) menjadi persyaratan keberhasilan proses pembelajaran. Menurut
Majid (2008: hal. 6) standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapi atau persyaratan
dalam bnetuk penguasaan pengetahuan dan berprilaku layaknya seorang guru yang menduduki
jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifiaksih bidan pendidikan.
Menurut Tjokorde Joni yang dikutip Arikunto (1980: hal 239) merumuskan tiga
kompetensi yang harus dimiliki guru yang profesional yaitu:
a. Kompetensi profesional artinya bahwa guru memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti
memiliki pengetahuan sikapn teorotik, mampu memilih metode yang tepat, serta
mampu menggunakanya dalam proses belajar mengajar.
b. Kompetensi personal artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi intensifikasi bagib subjek.
c. Kompetensi sosial, artinya guru harus memiliki kemampuan berkompetensi sosial naik, baik dengan murid murid maupun sesama teman guru, dengan kepala sekolah,
dengan pegawai tata usaha dan juga tidak lupa dengan anghota masyarakat di
lingkungannya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendapat
lainnya menyebutkannya sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka menurut penulis bahwa guru adalah tenaga
profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan anak didik dengan
pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal maupun wadah non formal, dan melalui
upaya ini maka anak didik bisa menjadi orang yang cerdas dan beretika tinggi. Sebagai guru
maka ia diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
Tugas guru, juga sebagai sebuah tanggung jawab di antaranya adalah: 1) Sebagai
pembimbing, guru harus membawa peserta didik ke arah kedewasaan berpikir dan kreatif dan
inovatif, 2) Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, Dalam hal ini yang harus
diperhatikkan adalah prinsip kerjasama dan bahu membahu dalam menciptakan akses edukatif
bagi peserta didik, 3) Sebagai penegak disiplin, guru haru menjadi contoh dalam melaksanakan
peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah, 4) Sebagai administrator, guru harus pula
mengerti dan melaksanakan urutan tata usaha, 5) Sebagai suatu profesi, seorang guru harus
-
bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaan sebagai amanah dari Allah SWT, 6)
Sebagai perencana kurikulum, maka guru harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan
kurikulum, 7) Sebagai pekerja yang memimpin (quidance worker) guru harus berusaha
membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar, 8) Sebagai fasilitator pembelajaran, guru
bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar, memonitor kemajuan belajar,
membantu kesulitan belajar (melancarkan pembelajaran, 9) Sebagai motivator, guru harus dapat
memberikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam belajar, 10) Sebagai
organisator, guru harus dapat mengorganisasi kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah
maupun di luar sekolah, 11) Sebagai manusia sumber, maka guru harus menjadi sumber nilai
keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik, 12) Sebagai
manager, guru harus berpartisipasi dalam manajemen pendidikan di sekolahnya baik yang
bersifat kurikulum maupun di luar kurikulum (Ramayulis, 2005, hal. 55-57).
Menjadi guru ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki yaitu: 1) Syarat Fisik,
meliputi berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh, 2) Syarat Psikis, yakni sehat rohani, dewasa
dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah, dan sopan, memiliki
jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani tanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa
pengabdian, 3) Syarat Keagamaan, yaitu seorang yang beragama dan mengamalkan ajaran
agamanya. dengan demikian ia mengetian prinsip dan aturan agamanya tentang pendidikan, 4)
Syarat Teknis, yaitu harus memilki ijazah pendidikan guru seperti ijazah fakultas Ilmu
Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya, 5)Syarat Pedagogis, yaitu
menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang dan
hubungannya dengan ilmu yang diajarkan, 6) Syarat Administratif, yaitu harus diangkat oleh
pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru sehinngga ia diberi
tugas untuk mendidik dan mengajar, 7) Syarat Umur, yaitu haruslah seorang dewasa. Dalam
Islam kedewasaan itu disebut akil baligh, atau mukallaf (Ramayulis, 2005, hal. 51-52).
Muchtar Lutfi dalam Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa seseorang disebut memiliki
profesi bila ia memenuhi kriteria berikut ini, (1) Profesi harus mengandung keahlian, artinya
suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi ini. Keahlian itu
diperoleh dengan cara mempelajarinya secara khusus, profesi bukan diwarisi, (2) Profesi dipilih
karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu maksudnya bukan part time (paruh waktu),
(3) Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal, artinya profesi itu dijalani menurut
-
aturan yang jelas, dikenal umum teorinya terbuat secara universal pegangannya itu diakui, (4)
Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri, (5) Profesi harus dilengkapi dengan
kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Kecakapan dan kompetensi itu diperlukan untuk
menyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya, (6) Pemegang profesi memiliki otonomi dalam
melakukan tugas profesinya, (7) Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi, (8)
Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan layanan.Melalui
sejumlah prosedur bagi seorang guru diharapkan guru memiliki kompetensi yang memadai.
Kompetensi guru menyangkut seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru dalam
mengembangkan amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan dan memandu siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kematangannya
(Tafsir, 1994, hal. 107).
Sementara Charles masih dikutip Mulyasa mengemukakan bahwa competency as rational
performance which satisfactorily meets the objective for a desired condation (kompetensi
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menjelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”Kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.Kompetensi guru
menyangkut seluruh kemampuan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengembangkan
amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan
memandu siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kematangannya yang dilakukan secara
profesional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan dalam pasal 28 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, ayat (3) menjelaskan
kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c)
kompetensi profesional dan d) kompetensi sosial, ayat (4) menjelaskan seseorang yang tidak
-
memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki
keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati
uji kelayakan dan kesetaraan (Anonim, 2005, hal. 22).
Standar Nasional Pendidikan menjelaskan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanakan pembelajaraan, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Pasal 28 ayat (3) butir b menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Pasal 28 ayat (3) butir d penjelasan bahwa
kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Anonim, 2005, hal. 68).
Guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan
mengajarkan anak didik dengan pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal
maupun wadah non formal. Dengan upaya ini maka anak didik bisa menjadi orang yang anak
didik menjadi orang yang cerdas dan beretika tinggi.
5. Pembinaan Kompetensi Guru Aqidah Akhlak
Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha
untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. Seorang pemimpin selalu dihadapi banyak
masalah untuk meningkatkan profesionalisme guru aqidah seperti sumber daya manusia (tenaga
pengajar), sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung
jawab dalam meningkatkan profesionalisme guru aqidah ahlak tentunya.
Tugas-tugas kepemimpinan kepala sekolah secara umum meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan diri dan staf secara profesional. b. Meningkatkan pengajaran di kelas. c. Menyusun dan meningkatkan program pendidikan di sekolah d. Memberikan bimbingan dan meningkatkan disipilin. e. Menumbuhkan profesi dan bidang kerja masing-masing.
-
f. Mengusahakan hubungan dengan masyarakat yang intim dan terpadu (Soetopo, 1988, hal. 37).
Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha untuk
meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. Seorang pemimpin selalu dihadapi banyak
masalah untuk meningkatkan profesionalisme guru seperti sumber daya manusia (tenaga
pengajar), sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung
jawab dalam meningkatkan profesionalisme guru tentunya.
Menurut Hasibuan (2003, hal. 170) “kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama secara efektif dan efesiensi untuk
mencapai tujuan organisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat
ditentukan oleh sejauh mana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam
meningkatkan prestasi belajar siswanya. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja kepala
sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus memahami dan mengembangkan keterampilan
dalam melaksanakan perubahan, apabila kepala sekolah ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi
lebih efektif. Seorang kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya hendaklah
menggunakan pengetahuan, pengalaman dan sifat kepemimpinannya, di samping ia juga dituntut
untuk memiliki kemahiran dan keterampilan dalam mengelola sekolah. Adapun unsur-unsur
yang terlibat dalam situasi kepemimpinan yaitu 1) Sebagai orang yang dapat mempengaruhi
orang lain di satu pihak, 2) Sebagai orang yang dapat pengaruh di lain pihak, 3) Adanya maksud-
maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan 4) Adanya serangkaian tindakan
tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu itu.Peningkatan
mutu pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen perubahan melalui kegiatan
pembenahan kepemimpinan sekolah dengan wadah pembinaan kelembagaan, kurikulum,
ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya. Kepala sekolah melalui
pengalaman, sifat kepemimpinan, kemahiran dan keterampilan yang dimilikinya, merupakan
faktor yang mempengaruhi profesionalitas bawahannya seperti guru. Mengingat pendidikan
selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat
bergantung pada unsur manusianya.
Menurut Euis Krwati (2016, hal. 91) dalam bukunya yang berjudul “Kinerja dan
Profesionalisme Kepalah Sekolah peran dan tugas kepalah sekolah:
-
a. Pemimpin kelompok. Kepalah sekolah harus mampu memimpin, memahami
dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok.
b. Evaluator. Kepalah sekolah harus dapat memberikan bantuan kepada guru untuk
dapat mengevaluasi pelaksaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus membantu
mengidentifikasih pemasalahan yang di hadapi guru, membantu melakukan penelitian
dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.
c. Konsultan. Kepalah sekolah harus mempunyai kemampuan dalam pengembangan gur
sehingga kepalah sekolah dapat membantu guru baik secara individual maupun
kelompok. Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
kepemimpinan merupakan suatu usaha seorang pemimpin dalam usahanya utuk
mempengaruhi bawahanya agar maubekerja sam untuk mencapai tujuan organisasi.
Berbagai upaya yang harus dipikirkan dijalankan guna peningkatkan mutu
pendidikan.
Secara profesional menurut Wahjosumidjo (2002, hal. 97) kepalah sekolah memiliki
tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Kepala sekolah sebagai saluran komunikasi dilingkungan sekolah yang dipimpinya
b. Kepala bertindak dan bertanggung jawab atas segalah tindakan yang dilakukan oleh
guru, staf, dan pegawai lainyayang ada disekolah.
c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas, kepala sekolah harus mampu mengahadapi
berbagai persoalan
d. Kepala harus berfikir secara analitik dan konsepsional
e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah
Secara formal maupun profesional tugas guru seringkali menghadapi berbagai
permasalahan yang timbul akinbat adanya berbagai perubahan yang terjadi dilingkung tugas
profesionalnya. Perubahan itu misalnya perubahan kurikulum, pembahruan sistem pengajaran,
adanya peraturan perundang undangan yang baru dan lain sebagainya. Kemampuan
menyesuaikan diri dengan berbagai pembaharuan ini sebenarnya merupakan sikap positif yang
berkaitan dengan keberadaan lingkungan profesinya.
B. Studi Relevan
Melalui studi relevan ini, maka penulis menyajikan beberapa kajian terkait mengenai
pembinaan kompetesi guru.
-
1. Penelitian Sumadi tahun 2011 mengenai Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Hadis di Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurul Wathan Desa Pasar Kembang Kecamatan
Keritang Indragiri Hilir Riau.
Penelitian ini menemukan bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran Al-Qur‟an
Hadis di MTs Swasta Nurul Wathan Desa Pasar Kembang dimana kepribadian dan sosial
guru yang baik, namun secara profesional dan pedagogik kurangnya guru menguasai bahan,
namun masih lemah dalam mengelola kelas dan masih terbatasnya penggunaan
media/sumber karena media/sumber yang terbatas, kurangnya menguasai landasan-landasan
pendidikan, mengelola interaksi pembelajaran dan menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pembelajaran. Guru juga kurang mengenal layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan
kurang mampu mengelola program pembelajaran, mengenal dan memahami
menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian pendidikan.
2. Penelitian Ulil Amri tahun 2008 mengenai Eksistensi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan
Kompetensi Guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak Kecamatan Tanah
Sepenggal Kabupaten Bungo.
Hasil penelitian ini adalah peranan dan fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak sangat strategis dan itu
telah dibuktikan dengan keseriusan kepala sekolah dalam memajukan proses pembelajaran di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak. Salah satu yang dilakukan kepala sekolah
adalah meningkatkan kompetensi guru. Strategi yang dilakukan kepala sekolah untuk
meningkatkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak dimana
telah melakukan sejumlah himbauan dan tindakan seperti anjuran kepala sekolah kepada
guru untuk memanfaatkan perpustakaan, meningkatkan disiplin sekolah, memperbaiki
penampilan kerja guru dan mengikutiseProblema yang dihadapi kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran Fiqh di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa
Teluk Pandak meliputi sumber belajar yang masih terbatas. Hal lain menyangkut
keterbatasan dana yang dimiliki sekolah untuk mengadakan sumber belajar seperti buku.
Hasil yang dicapai dalam peningkatan kompetensi guru mata pelajaran Fiqh di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak dimana guru menggunakan media/sumber
-
saat mengajar, guru telah ada persiapan sebelum mengajar, kondusifnya kondisi kelas saat
pembelajaran berlangsung dan guru telah menguasai materi sebelum mengajar.
3. Penelitian Evira AM tahun 2008 mengenai Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 16 Dusun Tuo Ulu Kecamatan VII Koto Ilir Kabupaten Tebo.
Penelitian ini menemukan bahwa kondisi objektif guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 16 Dusun Tuo Ulu dimana kurangnya penguasaan bahan, telah
Mengelola Program Pembelajaran, namun masih lemah dalam mengelola kelas dan masih
terbatasnya penggunaan media/sumber karena media/sumber yang terbatas, kurangnya
menguasai landasan-landasan pendidikan, mengelola interaksi pembelajaran dan menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran. guru juga kurang mengenal layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, meskipun telah mengenal dan memahami
menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian pendidikan.
Langkah-langkah kepala sekolah dalam program pengajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 16 Dusun Tuo Ulu dimulai dari rekrutmen (penarikan/pengadaan) guru
khususnya untuk honorer, placement (penempatan) bagi semua guru, pelatihan dan
pengembangan guru serta peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk upaya kepala sekolah
dalam meningkatkan profesionalisme guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 16 Dusun Tuo Ulu dimulai peningkatan memanfaatkan pustaka sekolah dan disiplin
sekolah, memanfaatkan media pembelajaran, penguasaan bahan, menyediakan alat/fasilitas
pembelajaran, meningkatkan kerja sama antara guru menjalin hubungan guru dan orang tua
siswa.
Penelitian Sumadi, Ulil Amri dan Evira AM memiliki lokasi penelitian yang berbeda
dengan penelitian ini. Perbedaan lainnya terletak pada subtansi kajian yang mengkhususkan pada
kompetensi profesional guru, berbeda dengan penelitian sebelumnya hanya membahas secara
umum saja kompetensi guru dan peningkatkannya di sekolah.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatam kualitatif, alasan
penggunaan pendekatan kualitatif karena penelitian tersebut bertujuan memahami sesuatu sosial,
peristiwa, peran, interaksi, dan kelompok. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan
dianalisis secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu.
Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas
sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal. Penelitian ini
berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan dengan mengkaji
tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs Laboratorium Kota
Jambi.
Penelitian ini merupakan sebuah studi lapangan yang mengungkapkan, menemukan dan
menggali informasi tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di
MTs Laboratorium Kota Jambi dengan pendekatan ilmu Pendidikan Agama Islam secara
deskripitif kualitatif. Kegiatan penelitian, kendatipun merupakan kegiatan yang sifatnya bebas,
transparan dan sangat betergantungan pada kehendak dan keinginan dari peneliti dalam meneliti
objek penelitiannya, namun merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan aturan-aturan
yang telah ditentutan, baik melalui literatur yang diciptakan oleh pakar-pakar penelitian, maupun
melalui buku pedoman dan aturan-aturan akademik yang menjadi acuan peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTS Laboratorium Kota Jambi dengan alasan sekolah itu belum
melaksanakan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru secara maksimal
dan permasalahan ini belum diteliti sebelumnya oleh peneliti lain.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian yaitu kepala sekolah dan guru Aqidah Akhlak. Kepala sekolah sebagai
pemimpin bagi para majelis guru. Guru adalah tenaga pendidik di suatu sekolah. Adapun teknik
28
-
penelitian informanya atau subjek penelitianya berdasarkan pada kriteria yang dikembangkan
Mulyasa (2005, hal. 168) yaitu Sederhana, hanya terdapat satu situasi sosial tunggal, mudah
memasuki dan tidak susah dalam melakukan penelitian, mudah memperoleh izin, kegiatanya
terjadi ber ulang-ulang.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
“Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya.” Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah
data tentang Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs
Laboratorium Kota Jambi.
b. Data Sekunder
“Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh
peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi
lainnya.” Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran
umum MTs Laboratorium Kota Jambi, seperti:
1) Historis dan geografis.
2) Struktur organisasi.
3) Keadaan guru, karyawan dan siswa.
4) Keadaan sarana dan prasarana.
2. Sumber Data
“Sumber data adalah dimana data diperoleh” )Arikunto, 2013, hal. 172). Sedangkan
sumber data dalam penelitian ini meliputi:
a. Kepala madrasah.
b. Majelis Guru.
c. Arsip.
d. Peristiwa/kejadian
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang
diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:
-
1. Observasi
Menurut Sugiono (2013: hal. 203) yang dikutip dari Sutrisno Hadi, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis. Penulis menggunakan metode observasi partisipan untuk melihat data di lapangan
yang bisa menjadi instrumen utama pengumpulan data untuk mendapatkan informasi tentang:
a. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru aqidah ahlak di MTs di
Laboratorium Kota Jambi.
b. Kendala kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru aqidah ahlak di MTs
Laboratorium Kota Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah “sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara” )Arikunto, 2013, hal. 155(. Wawancara tidak
terstuktur penulis gunakan sebagai instrumen pelengkap observasi untuk mengumpulkan data
lapangan tentang:
a. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs Laboratorium Kota
Jambi.
b. Kendala kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensin guru di MTs Laboratorium Kota
Jambi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai “cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang
merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda
dan sebagainya” )Arikunto, 2013, hal. 231). Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan
informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan,
pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat lainnya, catatan-
catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan
mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat
dengan menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan sebagai intrumen utama
untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum MTs
Laboratorium Kota Jambi, seperti:
a. Historis dan geografis.
b. Struktur organisasi.
-
c. Keadaan guru, karyawan dan siswa.
d. Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Domain
Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian. Data diperoleh dari grand
tour dan minitour question. Hasilnya berupa gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang
sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum
mendalam, masih di permukaan, namun menemukan domain-domain atau kategori dari situasi
sosial yang diteliti. Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari
lapangan penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai gambaran umum MTs Laboratorium
Kota Jambi seperti historis dan geografis, Struktur organisasi, keadaan guru dan siswa serta
keadaan saran ada prasarana.
2. AnalisisTaksonomi
Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan domain-domain atau
kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang dipilih oleh peneliti dan
selanjutnya ditetapkan sebagai fokus penelitian, perlu diperdalam lagi melalui pengumpulan data
di lapangan. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan, wawancara
mendalam dan dokumentasi sehingga data yang terkumpulan menjadi banyak. Oleh karena itu
pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan analisi taksonomi. Analisis
taksonomi ini digunakan dalam menganalisis data tentang 1) strategi kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru MTs Laboratorium Kota Jambi, 2) kendala kepala sekolah dalam
meningkatakan kompetensi guru MTs Laboratorium danupaya Kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru MTs Laboratorium Kota Jambi.
3. Analisis Komponensial
Pada analisis komponesial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah
keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Data ini
dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan teknik
pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut, sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda
pada setiap elemen akan dapat ditemukan. Analisis komponensial ini digunakan untuk menjawab
-
permasalahan-permasalahan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di
MTs Laboratorium Kota Jambi.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun tingkat kepercayaan data (trustworthiness) dalam penelitian dilakukan suatu
teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat (Moleong, 2013, hal. 330-332). Berikut
penjelasannya:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan
yang dikumpulkan. Melalui teknik ini, peneliti akan berusaha untuk meningkatkan frekuensi
kehadiran di lokasi penelitian dengan mengunjungi di MTs Laboratorium Kota Jambi pada
waktu jam kerja agar peneliti dapat menyelami „budaya” kerja guru terkait Strategi kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Peneliti berupaya untuk berinteraksi dengan
kepala MTs dan para guru.
2. Ketekunan Pengamatan
Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini secara terperinci.
Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang menonjol dalam
penelitian dan berusaha mencari solusinya dengan berpedoman pada literatur yang ada,
misalnya, strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru MTs Laboratorium Kota
Jambi.
3. Triangulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Jadi
dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
-
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya,
pemerintah.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2013,
hal. 331).
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran
dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang Strategi kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru dari sumber hasil observasi, wawancara maupun melalui
dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data yang diperoleh di lapangan
dalam penelitian tersebut.
4. Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau keabsahan yang
merupakan suatu proses di mana seorang peneliti mengekspos serta mengkonsultasikan hasil
penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing, dengan melakukan suatu diskusi dan
konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin
masih bersifat implisit. Melalui teknik ini, diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan
saran konstruktif, serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk mengembangkan
dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis yang muncul.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian dilakukan dengan pembuatan
proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka
penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan.
Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing.Adapun jadwal kegiatan penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
-
Tabel 1
Jadwal Penelitian
N
o
Kegiatan November
2018
Desembe
r
2019
Januari
2019
Februari
2019
April
2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
Proposal
x x x
2. Seminar dan
Perbaikan
Hasil
Seminar
x x
3. Pengumpulan
Data
x x x x x x x x
4. Penulisan
skripsi
x x x
5. Konsultasi
pembimbing
x x x
6. Munaqasah
dan
Perbaikan
Munaqasah
x
7. Penggandaan
Laporan
-
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Sejarah dan Letak Geografis
MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi adalah SLTP yang berciri khas agama
Islam. MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi memberikan mata pelajaran selain sama
dengan SLTP pada umumnya juga memberikan mata pelajaran tambahan seperti Aqidah
Akhlak, Qur‟an Hadits, Ulumul Hadits, Fiqh, Ilmu Tafsir, Tashawuf, Sejarah
Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, Qowa‟id dan Keterampilan Agama. Madrasah
Tsanawiyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah UIN STS Jambi didirikan pada tahun 2005
yang diprakarsai oleh UIN STS Jambi sebagai tempat Praktek Pengalaman Lapangan
(PPL) bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN STS Jambi.
Sekolah ini bernama Madrasah Tsamawiyah Swasta Laboratorium dan terletak di
Jalan Arif Rahman Hakim Telanai Pura Jambi. Merupakan daerah yang strategis, karena
lokasi ini berada dipusat kota Jambi dan tidak jauh dari sarana pendidikan lainnya.
Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
letaknya juga bersebelahan dengan Madrasah Aliyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN STS Jambi dan juga merupakan bagian dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi, tapi Madrasah Aliyah maupun Madrasah Tsanawiyah
majemennya dikelola oleh kepala dan staf masing-masing sekolah.
Secara umum madrasah Tsanawiyah Laboratorium adalah sebagai berikut:
Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Laboratorium
NSS : 1212157 10010
NPSN : 10508357
Status Akreditasi : Akreditasi B
Status Bangunan Sekolah : Milik Negara
Alamat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 111
Kelurahan : Simpang IV Sipin
Kecamatan : Telanaipura
35
-
Kabupaten/Kota : Kota Jambi
Tahun Berdiri : 2005
Status Lahan : Fakultas Tarbiyah
Luas Keseluruhan Tanah : 1000 M2i4=4Luas Bangunan : 800 M2
JarakkePusatKecamatan : 3000 M
JarakkePusat Provinsi : 3500 M
Jumlah : EHP[KeanggotaanRayon : V
(Lima)
Organisasi Penyelenggara : pendidikan
(Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).
MTs Laboratorium Kota Ja1\mbi ini berlokasi di jalan Arif Rahman Hakim No.
111 Telanaipura Jambi. Sekolah ini sangat strategis karena berada di tengah-tengah kota
Jambi dan tidak jauh dari lingkungan pendidikan lainnya. Adapun pembangunan sekolah
ini didirikan dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Jl. Arif Rahman Hakim
Sebelah Selatan : Fakultas Adab
Sebelah Barat : Fakultas Tarbiyah
Sebelah Timur : Jln. Kaca Piring
(Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).
2. Visi dan Misi
Tujuan dari madrasah Tsanawiyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah ingin
menggabungkan antara iptek dan imtaq dengan Visi Misi yang menunjang pendidikan. Sebagai
berikut:
a. Visi. Visi Madrasah adalah mencetak peserta didik yang terampil dan cerdas dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi dan mencetak peserta didik yang memiliki iman dan taqwa.
b. Misi. Mempersiapkan siswa untuk mengembang dirinya sendiri sesuai jalur dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga siswa sebagai anggota masyarakat dapat berinteraksi
dengan sosial, lingkunga sosial, budaya dan alam berdasarkan ajaran agama Islam.
Madrasah dapat menyelenggarakan pendidikan secara profesional, inovatif dan selalu
berupaya meningkatkan pelayanan dan kepuasan stakeholder danUntuk mewujudkan misi
-
yang telah dirumuskan maka langkah-lan. gkah nyata yang harus dilakukan oleh madrasah
adalah:
1) Mendorong aktivitas dan kreatifitas secara optimal kepada seluruh komponen
Madrasah terutama para siswa
2) Mengoptimalkan pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa
supaya mereka memiliki prestasi yang dapat dibanggakan.
3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga kecerdasan
siswa terus diasah agar terciptanya kecerdasan intelektual dan emosional yang
mantap.
4) Antusias terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5) Menanamkan cinta kebersihan dan keindahan kepada semua komponen
Madrasah.
6) Menimbulkan penghayatan yang dalam dan pengalaman yang tinggi terhadap
ajaran agama Islam, sehingga tercipta kematangan dalam berfikir dan bertindak
((Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).
c. Tujuan Madrasah
1) Perolehan nilai ujian nasional rata-rata naik memenuhi standar kelulusan
2) Memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang maju dan berprestasi disegala bidang
3) Terwujudnya disiplin yang tinggi dari seluruh warga madrasah.
4) Terwujudanya suasana pergaulan sehari-hari yang berlandaskan keimanan dan
ketaqwaan.
5) Terwujudnya manajemen madrasah yang transparan dan partisipatif, melibatkan
seluruh warga Madrasah dan kelompok kepentingan yang terkait.
6) Terwujudnya lingkungan Madrasah yang bersih, indah, asri dan Islami (Dokumen MTs
Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).
3. Struktur Organisasi
MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi sebagai salah satu lembaga pendidikan
dan pembelajaran yang ada di propinsi Jambi, tentunya tidak terlepas dari berbagai
kegiatan dan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri, maka diperlukan
adanya suatu organisasi. Dalam organisasi tersebut segala kegiatan yang dihadapi baik
mutu dalam proses pelaksanaan pembelajaran maupun segala kegiatan yang menunjang
-
sekolah akan dapat dikelola secara teratur dan dapat membantu demi memperlancar suatu
kegiatan. Pentingnya suatu organisasi pada suatu lembaga tertentu adalah dalam rangka
untuk mendapatkan apa yang diharapkan dalam suatu kegiatan sendiri. Adapun struktur
yang ada di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi dapat dilihat pada bagan organisasi
berikut ini:
STUKTUR ORGANISASI MTs LABORATORIUM UIN STS JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
1\
KEPALA TATA USAHA
Holil Arahman, S. Pd. I WAKA KURIKULUM Hikmawati, S. Pd., M.
Pd
WAKA KESISWAAAN
M. Husni, S. Pd. I WAKA SARANA PRASARANA
Yuliyah, S. Pd. I
WAKA KOMUNIKASI M. Aris, S. Ag
MAJELIS GURU PEMBINA PRAMUKA Dwi Laksana Pridatu, S.
Sos.I
PEMBINA OSIS Ragayah, S. Pd
SISWA
PENASIHAT Rektor UIN STS Jambi
Prof.Dr.Mukh
PELINDUNG Dekan Fakultas Tarbiyah
KEPALA SEKOLAH Mahmud MY, S. Ag., M. Pd
KOMITE AanFirnando Z
-
(Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019)
Berdasarkan bagan tersebut dapat dilihat, bahwa kepala sekolah MTs Swasta
Laboratorium Kota Jambi dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh wakil kepala
sekolah, dalam pelaksanaan sehari-hari. Kepala sekolah mempunyai bawahan yang bisa
bekerja sama dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama yakni mencapai tujuan yang
diinginkan. Sebagai pejabat struktural kepala sekolah dibantu oleh satu orang kepala Tata
Usaha dalam melaksanakan tugas administrasi. Ada beberapa karyawan yang bekerja
menurut bidang dan urusan yang telah ditentukan. Di samping adanya bentuk kerja sama
yang terjalin erat antara kepala sekolah, majelis guru, dan karyawan terdapat pula kerja
sama antara sekolah.
Dalam suatu organisasi sekolah, peranan kepala sekolah sangat penting dan
menentukan dimana setiap kegiatan yang menyangkut sekolah tidak terlepas dari
pengawasan kepala sekolah. Pembagian tugas struktur MTs Swasta Laboratorium Kota
Jambi adalah:
a. Kepala sekolah
1) Merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.
2) Menyelenggarakan administrasi sekolah.
3) Membuat laporan berkala.
4) Mengkoordinator penerimaan siswa baru.
b. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum:
1) Menyusun program pengajaran.
2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
3) Menyusun jadwal dan pelaksaan ulangan dan jadwal ujian akhir
PEMBINA PMR
M. RintoAlanuari, S. Pd
-
4) Menerapkan krietrian persyaratan naik/ tidak naik dan riteria kelulusan.
5) Mengatur jadwal penerimaan buku laporan Penilain Hasil belajara dan STTB.
6) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.
7) Menyusun laporan pelaksaan pelajaran(Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi,
2019).
8) Membina kegiatan MGMP .
9) Membina kegiatan sanggar PKG/MGMP/Media.
10) Menyusun laporan pendayagunaan sanggar PKG/MGMP/Media
11) Melaksanakan pemilihan guru teladan.
c. Wakil Kepala Sekolah Urusan kesiswaan
1) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengedalian kegiatan siswa, OSIS dalam
rangka menengakkan disiplin dan tata tertib sekolah serta pemilihan pengurusan OSIS.
2) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.
3) Menyusun program dan jadwal manajemen kesiswaan secara berkala dan insidental.
4) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban,
kerindangan keindahan dan kekeluargaan (6K) Jum’at bersih.
5) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerima beasiswa.
6) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah.
7) Mengatur mutasi siswa.
8) Menyusun program kegiatan ektrakurikuler.
9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.
d. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana Prasarana
1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana
2) Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana
3) Pengelola pembiayaaan alat-alat pengajaran
4) Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala (Dokumen
MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).
e. Wali Kelas
-
1) Membuat daftar kelas.
2) Menyusun piket kelas
3) Menentukan peringkat kelas
4) Mengisi raport pada tiap semester
5) Membuat struktur kelas.
f. Tata Usaha:
1) Menyusun keuangan sekolah.
2) Mengelola keungan sekolah.
3) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa.
4) Membina dan pengembangan karir pengawai tata usaha sekolah.
5) Menyusun adminitrasi perlengkapan sekolah.
g. Bagian Tenaga Pengajar (Guru). Tenaga pengajar bertugas melaksanakan pendidikan
atau pengajaran di sekolah meliputi:
1) Menyusun satuan pembelaaran yang akan diberikan
2) Membimbing siswa dalam belajar
3) Memberikan pelajaran kepada siswa dengan baik dan ikhlas
4) Mencari bakat yang ada pada diri siswa.
h. Tugas Siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh guru,
mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan di sekolah (Dokumen MTs Swasta
Laboratorium Kota Jambi, 2019).
Kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah itu dilakukan dengan
adanya kerja sama dengan baik, baik antara kepala sekolah dengan guru, kepala sekolah
dengan siswa bahkan kepala sekolah dengan wali siswa di MTs Swasta Laboratorium
Kota Jambi.
4. Guru, Tenaga Administrasi dan Siswa
Guru merupakan tenaga edukatif yang langsung berhadapan dengan murid, guru
yang memadai dan didukung oleh pengetahuan yang luas akan membawa banyak
keberhasilan. Mengenai keadaan guru di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 2
-
Keadaan Guru di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi No Nama Pendidikan Bidang Studi
1 Mahmud MY, S. Ag., M.Pd S2 IAIN -
2 Hikmawati, S.Pd., M.Pd S2 UNJA Matematika
3 M. Husni, S.Pd.I SI IAIN BK
4 Yuliyah, S.Pd.I SI IAIN IPA
5 M. Aris, S.Ag SI IAIN Qur‟an Hadist
6 Yunita Lestari, S.Pd S1 IAIN IPA
7 Dra. Hj. Salmiah S1 IAIN Qur‟an Hadits
8 Hj. Eni Gusniarni, S.Ag S1 IAIN Bhs.Indonesia
9 Iskaryadi,STh.I S1 IAIN Bhs. Arab
10 Hj. Isma Dewi, S.Ag S1 IAIN Aqidah Akhlak
11 Rozalina, S.Pd.I S1 IAIN Fikih
12 Fitri Yani, S. Pd S1 IAIN IPS Geografi
13 Mutmainnah, S.Pd.I S1 IAIN PKN
14 Hj. Jusni Feri, S.Pd S1 UNJA Bhs. Inggris
15 Dwi laksana pridatu, S.Sos.I S1 IAIN IPS Sejarah
16 Budi Santoso, S.Pd S1 UAD KTIK
17 Rahmanida, S. Ag S1 IAIN Bahasa Arab
18 Asnawiyah, S. Ag, M.Pd S2 IAIN SKI
19 Nenti Fitriyani, S.Pd S1 UNJA Bhs.Indonesia
20 Refky Wardana, S.Pd S1 UNJA Bhs.Inggris
21 Hariza Nazifah, S.Pd.I S1 IAIN Kesenian
22 Ragayah, S.Pd S1 UNJA Kesenian
23 Eny Darianti, S.Pd S1 IAIN IPA
24 Holil