16-31-1-sm

6
Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 750 - ISSN: 1907-736X Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan ..... PENGARUH IMUNOSTIMULAN OMP TERHADAP SEL HYALIN DAN HISTOPATOLOGI HEPATOPANKREAS UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) PASCA UJI TANTANG DENGAN Vibrio harveyi Effect of immunostimulatory omp on hyaline cell and hepatopancreas histopathology black tiger shrimp (Penaeus monodon Fabricius) post test challenge with Vibrio harveyi Mohamad Rozik Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya [email protected]. (Diterima/Received : 18 Januari 2014, Disetujui/Accepted: 25 Juni 2014) ABSTRAK Udang windu memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan darah dan sel darahnya masing-masing dikenal dengan istilah hemolim dan hemosit. Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih pada vertebrata dan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu sel hyalin, semigranular dan granular. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis sehingga jumlah total sel hyalin berubah-ubah agar diperoleh keadaan homeostasis. Kondisi dan keragaan histologi hepatopankreas dapat menjadi salah satu indikator kesehatan udang baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Hepatopankreas sangat vital karena dapat berfungsi seperti organ hati dan pankreas pada mamalia. Hasil penelitian menunjukkan kerusakan hepatopankreas setelah diinfeksi Vibrio harveyi pada perlakuan kontrol infeksi (Ki) masuk kategori kerusakan parah hingga kerusakan sangat parah. Struktur jaringan hepatopankreas pada masing-masing perlakuan mengalami kerusakan yang berbeda. Kerusakan hepatopankreas perlakuan A dan C hampir sama yaitu mengalami vakuolisasi dan nekrosis, tetapi pada perlakuan A tingkat kerusakannya lebih parah dibanding dengan perlakuan C karena beberapa jaringanya sudah mengalami vakuolisasi, edema, nekrosis dan lisis lebih banyak. Perlakuan B memiliki kerusakan yang lebih ringan, namun masih terjadi sedikit kerusakan pada tubulus (nekrosis) dan terjadinya vakuolisasi. Kata kunci: Imunostimulan, sel hyalin, hepatopankreas, udang windu ABSTRACT Tiger shrimp have an open circulatory system where the blood fluid and blood cells respectively known as hemolim and hemocytes. Shrimp hemocytes are blood cells that have the same function as the white blood cells in vertebrates and can be classified into three types, cell hyalin, semigranular and granular. Hyalin cells play a role in the process of phagocytosis so that the total number of cells hyalin change in order to obtain a state of homeostasis. Conditions and the performance of histology hepatopancreas may be one indicator of the health of shrimp both macroscopically and microscopically. Hepatopancreas is vital because it can serve as the liver and pancreas in mammals. The results showed damage to the hepatopancreas after infected with Vibrio harveyi on infection control treatment (Ki) entered the category of severe damage until the damage was very severe. Hepatopancreas tissue structure on each treatment suffered different damaged. Hepatopancreas damages in treatments A and C were almost the same experiencein term of vacuolization and necrosis, but in treatment A, the level of damage was more severe than that of treatment C because their networks were already experiencing some vacuolization, edema, necrosis and lysis much more. Treatment B had a lighter damage, but still there was a slight tubular damage (necrosis) and the vacuolization. Key word: Immunostimulants, hyalin cell, hepatopancreas, black tiger shrimp HASIL PENELITIAN

Upload: r-adhariyan-islamy

Post on 09-Jul-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 750 - ISSN: 1907-736X

Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan .....

PENGARUH IMUNOSTIMULAN OMP TERHADAP SEL HYALIN DAN

HISTOPATOLOGI HEPATOPANKREAS UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) PASCA UJI TANTANG DENGAN Vibrio harveyi

Effect of immunostimulatory omp on hyaline cell and hepatopancreas histopathology black tiger

shrimp (Penaeus monodon Fabricius) post test challenge with Vibrio harveyi

Mohamad Rozik

Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya [email protected].

(Diterima/Received : 18 Januari 2014, Disetujui/Accepted: 25 Juni 2014)

ABSTRAK

Udang windu memiliki sistem sirkulasi darah terbuka dimana cairan darah dan sel darahnya masing-masing dikenal dengan istilah hemolim dan hemosit. Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih pada vertebrata dan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu sel hyalin, semigranular dan granular. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis sehingga jumlah total sel hyalin berubah-ubah agar diperoleh keadaan homeostasis. Kondisi dan keragaan histologi hepatopankreas dapat menjadi salah satu indikator kesehatan udang baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Hepatopankreas sangat vital karena dapat berfungsi seperti organ hati dan pankreas pada mamalia. Hasil penelitian menunjukkan kerusakan hepatopankreas setelah diinfeksi Vibrio harveyi pada perlakuan kontrol infeksi (Ki) masuk kategori kerusakan parah hingga kerusakan sangat parah. Struktur jaringan hepatopankreas pada masing-masing perlakuan mengalami kerusakan yang berbeda. Kerusakan hepatopankreas perlakuan A dan C hampir sama yaitu mengalami vakuolisasi dan nekrosis, tetapi pada perlakuan A tingkat kerusakannya lebih parah dibanding dengan perlakuan C karena beberapa jaringanya sudah mengalami vakuolisasi, edema, nekrosis dan lisis lebih banyak. Perlakuan B memiliki kerusakan yang lebih ringan, namun masih terjadi sedikit kerusakan pada tubulus (nekrosis) dan terjadinya vakuolisasi.

Kata kunci: Imunostimulan, sel hyalin, hepatopankreas, udang windu

ABSTRACT Tiger shrimp have an open circulatory system where the blood fluid and blood cells respectively known as hemolim and hemocytes. Shrimp hemocytes are blood cells that have the same function as the white blood cells in vertebrates and can be classified into three types, cell hyalin, semigranular and granular. Hyalin cells play a role in the process of phagocytosis so that the total number of cells hyalin change in order to obtain a state of homeostasis. Conditions and the performance of histology hepatopancreas may be one indicator of the health of shrimp both macroscopically and microscopically. Hepatopancreas is vital because it can serve as the liver and pancreas in mammals. The results showed damage to the hepatopancreas after infected with Vibrio harveyi on infection control treatment (Ki) entered the category of severe damage until the damage was very severe. Hepatopancreas tissue structure on each treatment suffered different damaged. Hepatopancreas damages in treatments A and C were almost the same experiencein term of vacuolization and necrosis, but in treatment A, the level of damage was more severe than that of treatment C because their networks were already experiencing some vacuolization, edema, necrosis and lysis much more. Treatment B had a lighter damage, but still there was a slight tubular damage (necrosis) and the vacuolization. Key word: Immunostimulants, hyalin cell, hepatopancreas, black tiger shrimp

HASIL PENELITIAN

Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 751 - ISSN: 1907-736X

Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan .....

PENDAHULUAN

Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan di beberapa negara termasuk Indonesia. Meskipun permintaan udang terus mengalami peningkatan, namun produksi udang windu terus mengalami penurunan. Salah satu faktor penyebab menurunnya produksi adalah penyakit vibriosis yang didominasi Vibrio harveyi. Penyakit ini ditemukan pada berbagai stadia mulai dari larva hingga induk udang (Muliani et al., 2005).

Berbagai macam kendala budidaya udang, seperti munculnya penyakit sampai terjadinya kematian masal karena meningkatnya intensitas serangan penyakit dan disertai menurunnya sistem imunitas tubuh udang. Perkembangan dan keseriusan suatu penyakit dalam budidaya perairan meliputi suatu interaksi yang komplek antara tingkat virulensi pathogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologi dan genetik hewan, stres dan padat penebaran (Irianto, 2005).

Seperti halnya hewan-hewan avertebrata yang lain, udang tidak memiliki antibodi dan karena itu mekanisme pertahanan tubuhnya sangat mengandalkan sistem pertahanan alami (innate imunity) dalam melawan patogen (Baratawidjaja, 2010). Pada sistem pertahanan alami, makrofag dapat dikatakan sebagai kunci terpenting dalam merespon patogen yang masuk tanpa menunggu waktu adaptasi. Disamping tidak menunggu waktu, sel fagosit melakuan kerjanya tanpa memerlukan spesifikasi antigen (Rifa’i, 2011). Sel fagosit pada udang diperankan oleh hemosit terutama sel hyalin. Sel hyalin berperan dalam proses fagositosis mikroba yang masuk ke dalam tubuh saat terjadinya infeksi penyakit. Salah satu komponen yang terlibat dalam proses fagositosis adalah terbentuknya reactive oxygen spesies (ROS) seperti anion superoksida, hidrogen peroksida, oksigen singlet dan hidroksil radikal (Campa-Cordova et al., 2002).

Patogenitas bakteri ke inang tergantung dari tingkat intensitas serangan dan tingkat pertahanan tubuh inang untuk melawan patogen maupun faktor-fator patogenitas yang dimiliki patogen seperti toksin, kecepatan berkembang biak serta kemampuan berkolonisasi (Istiqomah et al., 2004). Vibrio menyerang dengan merusak eksoskeleton yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3

Bagian utama tubuh udang windu yang terserang bakteri Vibrio harveyi adalah organ dalam. Pada tingkat awal, hepatopankreas terlihat mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan dan pada tingkat serangan parah, hepatopankreas menjadi berwarna coklat kehitaman. Pada organ ini banyak ditemukan bakteri Vibrio spp yang bergerak aktif. Kondisi hepatopankreas yang sudah mengalami penyusutan dan penghancuran tidak bisa berfungsi secara normal. Hal ini mengakibatkan udang menjadi lemah dan akhirnya mati (Shariff dan Subasinghe, 1992). Dari identifikasi jenis bakteri yang didapatkan pada organ hepatopankreas dan hemolim udang windu yang dilakukan Nurjanna (2007) diperoleh 5 species bakteri yaitu; Vibrio harveyi, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio splindidus, Vibrio mimicus dan Vibrio alginolyticus.

), karbohidrat dan protein (Aquirre-Gusman, 2009), selain itu bakteri ini dapat menyerang melalui insang, dan saluran pencernaan (Maftuch, 2005). Tingkat patogenitas bakteri Vibrio harveyi pada udang dapat diketahui melalui pengamatan histopatologi organ insang dan hepatopankreas.

Sistem pertahanan internal Udang windu dalam merespon adanya patogen/partikel asing yang masuk kedalam tubuhnya sangat mengandalkan sistem imun bawaan, karena tidak memiliki sistem imun adaptif (Acquired immune system) seperti pada vertebrata (Van de Braak, 2002; Nisha, 2006). Meskipun hanya memiliki sistem imun bawaan/alami, namun dengan sistem perdaran darah terbuka yang dimiliki, udang windu lebih efisien dan cepat dalam merespon patogen yang masuk ke dalam tubuhnya (Fredrick dan Ravichandran, 2012).

METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 (tiga) bulan yang dimulai pada bulan Agustus 2012 sampai Oktober 2012 di Laboratorium Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air Payau (UPTBPAP) Bangil, Pasuruan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan 5 perlakuan, yaitu perlakuan kontrol normal, perlakuan kontrol infeksi (Ki), perlakuan pemberian Omp 10 µg/ekor (A), perlakuan pemberian Omp 20 µg/ekor (B), dan perlakuan pemberian Omp 30 µg/ekor (C). Pemberian Omp dilakukan secara intramaskular pada abdomen antara segmen 2 dan 3. Evaluasi sel hyalin dan histopatologi hepatopankreas udang windu dilakukan setelah udang windu diuji tantang melalui perendaman dengan Vibrio harveyi 107

Persiapan Penelitian

sel/ml selama 24 jam.

Bak disiapkan sebanyak 15 buah, sebelum digunakan bak direndam dengan menggunakan air laut selama kurang lebih tiga hari, setelah itu dibilas

Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 752 - ISSN: 1907-736X

Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan .....

dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan. Bak yang telah bersih diisi dengan air laut dan diaerasi secara terus menerus.

Udang windu diperoleh dari tambak disekitar lokasi UPT Pengembangan Budidaya Air Payau Bangil, di Kabupaten pasuruan dengan berat rata-rata 22,14 ± 3,69 gr, dengan umur rata-rata 3 bulan sebanyak 150 ekor. Untuk proses aklimatisasi, udang dipelihara dalam bak perlakuan dengan kapasitas 30 L air laut. Masing-masing bak diisi 10 ekor udang yang diadaptasi selama 1 minggu. Selama masa pemeliharaan diberikan pakan komersil berupa pelet 3 kali per hari dengan berat 5 % total biomass.

Pelaksanaan Penelitian

a. Pemberian Imunostimulan pada udang windu Setelah proses aklimatisasi, udang diimunisasi

dengan sistim pemberian bertahap. Imunostimulan yang digunakan adalah Omp Vibrio alginolyticus yang telah diketahui absorbansinya di larutkan pada Na fisiologis hingga mencapai konsentrasi 10, 20 dan 30 µg/ekor, selanjutnya dicampur dengan complet Freund’s adjuvant (perbandingan 1:1). Pemberian imunostimulan dilakukan dengan cara injeksi bagian ventral udang pada abdomen kedua sebanyak 50 µl (injeksi pertama). Pada injeksi kedua, imunostimulan dicampur dengan incomplet Freund’s adjuvant, dilakukan selang waktu satu minggu dari injeksi pertama dengan dosis sama dan diadaptasikan kembali hingga hari ke 14.

b. Uji Tantang Bakteri Vibrio harveyi

Uji tantang dilakukan dengan cara perendaman pada udang windu yang telah satu minggu dilakukan imunisasi booster kedua dengan bakteri Vibrio harveyi. Vibrio harveyi direndamkan pada air laut sebagai media perlakuan dengan kepadatan 107

Perhitungan Jumlah Sel Hyalin

sel/ml dalam 30 l air selama 24 jam.

Pengamatan sel hyalin dilakukan dengan menghitung jumlah sel hyaline berdasarkan perbedaan karakteristik masing-masing sel hemosit yang merujuk pada Bauchau (1981) dan Sritunyalucksana (2001). Pengamatan Histopatologi

Prosedur pembuatan histopatologi menurut Sudiana (1998) dibagi atas beberapa tahapan; pengambilan organ/jaringan; fiksasi; dehidrasi I;parafinasi; deparafinasi; pewarnaan; dehidrasi II dan mounting. a. Pengambilan organ

Pengambilan organ dilakukan dengan serangkaian pembedahan agar memudahkan mendapatkan organ hepatopankreas hewan uji. Organ

yang telah didapatkan kemudian direndam pada larutan formalin 10%.

b. Fiksasi

Jaringan hepatopancreas diiris dengan ukuran 0,5 x 0,05 cm2

. Hasil irisan direndam dalam larutan fiksasi (formalin 10%) selama 24 jam.

c. Dehidrasi I Jaringan direndam dalam alkohol 70% selama 24 jam. Jaringan direndam secara berurutan dalam alkohol 80%, 95%, 100%, xylol + alkohol (1:1) yang terakhir direndamkan dalam xylol, selama 30 menit. d. Parafinasi Jaringan direndam menggunakan paraffin xylol, paraffin I, paraffin II, paraffin III dalam over bersuhu 50-60 0

C selama 30 menit. Jaringan diembedding atau dilakukan pengeblokan dengan cara memasukkan jaringan dalam cetakan parafin cair. Jaringan didinginkan hingga mengeras pada suhu kamar minimal 24 jam.

e. Deparafinasi Blok parafin yang berisi jaringan dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 mikron. Jaringan yang telah dipotong kemudian diletakkan di air hangat untuk mencegah jaringan melengkung, untuk selanjutnya diletakkan pada gelas obyek. Preparat potongan jaringan dicelupkan secara berturut-turut dalam larutan xylol, alkohol 100%, 95%, 80% dan 70% masing-masing selama 3-5 menit. Preparat potongan jaringan dicelupkan dalam akuades selama 5 menit. f. Pewarnaan Preparat potongan jaringan dicelupkan dalam larutan pewarna haemotoksilin selama 5-10 menit kemudian dibilas dengan air mengalir. Preparat jaringan kemudian dicelaupkan kedalam larutan eosin selama 5-10 menit kemudian dibilas dengan air mengalir. g. Dehidrasi II Preparat potongan jaringan dicelupkan kembali secara berturut-turut pada larutan alkohol 70%, 80%, 95%, 100% selama 3-5 menit dilanjutkan dengan alkohol absolute selama 3-5 menit. Preparat jaringan kemudian dicelupkan kedalam xylol selama 5 menit. h. Mounting Preparat dilem dengan menggunakan DPX mounting medium, kemudian ditutup dengan cover glass hingga tidak ada gelembung. Preparat dibiarkan pada suhu ruang hingga lem mengering kemudian diamati dibawah mikroskop.

Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 753 - ISSN: 1907-736X

Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan .....

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sel Hyalin

Pola perubahan total diferensial sel hyalin udang windu (Penaeus monodon Fabricius) pasca pemberian outer membrane protein (Omp) dan infeksi Vibrio harveyi pada masing-masing perlakuan tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara perlakuan pemberian Omp Vibrio alginolyticus terhadap total sel hyalin udang windu setelah diinfeksi bakteri Vibrio harveyi.

Hasil analisis statistik One way-ANOVA

terlihat bahwa pemberian immnostimulan outer membrane protein (Omp) Vibrio alginolyticus berpengaruh terhadap total sel hyalin pada hemolim udang windu. Berdasarkan hasil uji LSD, masing-masing perlakuan A, B dan C menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan Kii (kontrol infeksi) tetapi tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Hubungan antara dosis pemberian Omp Vibrio alginoliticus (X) dengan total sel hyalin udang windu (Y) (Gambar 2.) sesudah diinfeksi Vibrio harveyi berpola kuadratik dengan persamaan: Y = -0,021 X2

+0,902 X +49,47. Dari persamaan tersebut menunjukkan nilai optimal pemberian Omp Vibrio alginolyticus terhadap total sel hyalin pada dosis 21,48 µg/ekor dengan total sel hyalin 59,16%.

Gambar 2. Hubungan antara perlakuan pemberian

Omp Vibrio alginolyticus terhadap total sel hyalin udang windu (Penaeus monodon Fabricius) setelah diinfeksi bakteri Vibrio harveyi.

Hasil penelitian ini juga menjelaskan outer

membrane protein (Omp) kemungkinan mampu mempercepat proses maturasi precussor cell hemosit di jaringan hematopoitik yang kemudian diikuti dengan pelepasan hemosit baru ke hemolim. Pelepasan hemosit baru ke hemolim akan meningkatkan total sel hyalin dan mempercepat proses maturasi hemosit di jaringan penghubung (Connective Tissue) sehingga memberikan kontribusi pada kelimpahan sel granular di hemolim saat terjadi infeksi Vibrio harveyi. Hasil yang sama juga terlihat pada crayfish setelah di injeksi β-1,3-Glucan (Soderhall et al., 2011)

Hemosit memiliki peran yang penting pada sistem pertahanan tubuh udang; pertama, menghancurkan non-self dalam haemacoel melalui fagositosis, enkapsulasi, agregat nodul, melanisasi, sitotoksisitas dan komunikasi antar sel. (Johansson et al., 2000). Kedua, hemosit memiliki andil dalam penanganan luka lewat reaksi seluler dan yang mengawali proses koagulasi. Ketiga, hemosit terlibat dalam pembentukan dan perombakan molekul-molekul penting dalam hemolim.

Histopatologi hepatopankreas

Pengamatan histologi hepatopankreas pada udang windu tanpa pemberian Omp serta tanpa infeksi Vibrio harveyi (kontrol normal) dapat dilihat pada Gambar 3. Histologi udang kontrol normal (K) menunjukkan kondisi hepatopankreas masih dalam keadaan baik, tubulus tetap normal meskipun ada tubulus yang mengalami perubahan dan lumen (L) masih dalam keadaan ukuran yang normal serta sinus terlihat jelas.

Gambar 3. Histologi irisan melintang hepatopankreas udang windu kontrol normal (K) (Perbesaran 400x).

Keterangan: Tub=Tubulus Normal; L=Lumen; S= Sinus..

Tub S

L

Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 754 - ISSN: 1907-736X

Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan .....

Pengamatan histopatologi hepatopankreas pada perlakuan pemberian Omp Vibrio alginoliticus serta uji tantang dengan Vibrio harveyi terdapat perbedaan tingkat kerusakan struktur jaringan hepatopankreas (Gambar 4). Pada kontrol infeksi (Ki) terjadi kerusakan yang ditandai dengan banyaknya pembengkaan sel (edema); epitel tubulus kehilangan isi selnya (vakuolisasi); sel yang kehilangan integritas membran/dinding sel pecah (nekrosis) dan terjadinya lisis. Skoring kriteria tingkat kerusakan histopatologi hepatopankreas setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 4. Histopatologi irisan melintang

hepatopankreas udang windu dengan pemberian imunostimulan Omp serta uji tantang dengan Vibrio harveyi.

Keterangan: A= perlakuan 10 µg/ekor; B= perlakun 20 µg/ekor; C= perlakuan 30 µg/ekor; Ki= kontrol infeksi; L= Lumen; Tub = Tubulus; E= Edema; V= Vakuolisasi; N= Nekrosis; Ls = Lisis

Kerusakan hepatopankreas setelah diinfeksi Vibrio harveyi pada perlakuan kontrol infeksi (Ki) masuk katagori kerusakan parah hingga kerusakan sangat parah. Struktur jaringan hepatopankreas pada masing-masing perlakuan mengalami kerusakan yang berbeda. Kerusakan hepatopankreas perlakuan A dan C hampir sama yaitu mengalami vakuolisasi dan nekrosis, tetapi pada perlakuan A tingkat kerusakannya lebih parah dibanding dengan perlakuan C karena beberapa jaringanya sudah mengalami vakuolisasi, edema, nekrosis dan lisis lebih banyak (Gambar 2.). Perlakuan B terlihat kerusakan yang lebih ringan, namun masih terjadi sedikit kerusakan pada tubulus (nekrosis) dan terjadinya vakuolisasi.

Tabel 1. Skoring kriteria tingkat kerusakan histopatologi hepatopankreas.

Keterangan: - : tidak ada kerusakan

+ : kerusakan ringan ++ : kerusakan sedang +++ : kerusakan parah ++++ : kerusakan sangat parah

Pada perlakuan pemberian Omp 10 µg/ekor

diduga masih kurang dalam menginduksi total hyalin udang, sedangkan pada pemberian Omp yang tinggi (30 µg/ekor) diduga dosis tersebut bersifat immunosuppression bagi udang windu sehingga pemberian Omp yang tinggi kemungkinan justru akan menyebabkan 1 diantara 2 hal berikut ini : Pertama, terjadi aktivasi pertahanan yang berlebihan sehingga berpengaruh terhadap masa pemulihan (recovery) total hemosit udang dalam mencapai kondisi homeostasis; kedua adalah terjadi penekanan mekanisme pertahanan.

Masa pemulihan (recovery) sangat menentukan kemampuan lebih lanjut sistem imun udang windu dalam merespon adanya invasi patogen berikutnya. Sajeevan et al. (2006) menyatakan pemberian imunostimulan (yeast) yang berlebihan pada Fenneropenaus Indicus menyebabkab aktivasi berlebih pada sistem imun dan hal ini diistilahkan sebagai immune-fatigue (kelelahan imun).

Sistem pertahanan internal udang windu dalam merespon adanya patogen yang masuk kedalam tubuhnya sangat mengandalkan sistem imun bawaan, karena tidak memiliki sistem imun adaptif (Acquired immune system) seperti pada vertebrata (Van de Braak, 2002; Nisha, 2006). Meskipun hanya memiliki sistem imun bawaan, namun dengan sistem perdaran darah terbuka yang dimiliki, udang windu lebih efisien dan cepat dalam merespon patogen yang masuk ke dalam tubuhnya (Fredrick dan Ravichandran, 2012).

Pemberian imunostimulan Omp pada udang akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh non spesifik. Hemosit yang sangat penting dalam sistem pertahanan tubuh udang windu menghancurkan bakteri Vibrio harveyi yang masuk dalam haemacoel melalui fagositosis, enkapsulasi, agregat nodulasi, melanisasi, cytotoksisitas dan komunikasi antar sel (Rodriguez dan Moullac, 2000). Struktur populasi sel

No Kerusakan jaringan

Tingkat kerusakan pada masing-masing perlakuan

K Ki A B C 1 Edema - ++++ ++ - ++ 2 Vakuolisasi - ++++ ++ + ++ 3 Nekrosis + +++ +++ + ++ 4 Lisis - ++ + - ++

i

V

Ls

E

N

E

LsN

V

Ls

N N

L

V V

A

B CN

N

Jurusan Perikanan, Faperta-UNPAR - 755 - ISSN: 1907-736X

Journal of Tropical Fisheries (2014) 10 (1) : 750-755 M. Rozik: Pengaruh Imunostimulan .....

hemosit yang didominasi sel hyalin, dapat memberikan informasi awal bahwa udang windu lebih mengedepankan mekanisme respon seluler dibandingkan dengan respon humoral. Sistem kekebalan tubuh udang akan meningkat seiring peningkatan total hemosit. Melalui proses pembentukan nodul, degranulasi dari hemocyte granula dan enzim prophenoloksidase, Vibrio harveyi yang menyerang organ hepatopankreas udang windu akan dapat tereduksi sehingga kerusakan sel pada organ ini dapat dicegah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Meningkatnya struktur populasi sel hemosit yang didominasi sel hyalin setelah pemberian Omp Vibrio alginolyticus dapat memberikan informasi awal bahwa udang windu lebih mengedepankan mekanisme respon seluler dibandingkan dengan respon humoral.

2. Hasil histopatologi hepatopankreas mengkonfirmasi fakta bahwasanya pemberian Omp Vibrio alginolyticus mampu meningkatkan respon imun udang windu (Penaeus monodon Fabricius) setelah uji tantang dengan bakteri Vibrio harveyi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh perlu penelitian lebih lanjut pengaruh pemberian outer membrane protein (Omp) Vibrio alginolyticus terhadap perubahan total hemosit secara keseluruhan, aktifitas enzim-enzim yang terjadi dan akibat serangan patogen pada organ dalam lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aguirre-Guzman, G., J.G. Sanchez-Martines, A.I.

Campa-Cordova, A. Luna-Gonzalez and F. Ascencio. 2009. Penaeid shrimp immune system. Review Articles. Thai Journal. Vet. Med. 39 (3): 205-215

Bauchau, A.G. 1981. Crustacea. in : Ratcliffe N.A. and Rowley, A.F. (Editors). Invertebrate Blood Cell. Academic Press, London and New York, pp. 385 – 420.

Baratawidjaja, K.G. 2010. Imunologi Dasar. Edisi

sembilan. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. 752 Hal

Campa-Cordova, A.I., N. Y. Hernandez-Saavedra, R. De Philippis and F. Ascencio. 2002. Generation of superoxide anion and SOD activity in haemocytes and muscle of American White Shrimp (Litopenaeus vannamei) as a response to β-glucan and sulphated polysaccharide. Fish & Shellfish Immunology 12: 353–366

Fredrick, W.S. and S. Ravinchandran. 2012.

Hemolymph proteins in marine crustaceas. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. I: 496-502.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada

University Press. Yogyakarta. Istiqomah, I., Triyanto, I. Alim, H. N. Kamiso dan M.

Murdjani. 2004. Patogenitas Vibrio fluvialis yang diisolasi dari Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Prosiding Pengendalian Penyakit pada Ikan dan Udang Berbasis Imunisasi dan Biosecurity. Seminar Nasional Penyakit Ikan dan Udang IV. Purwokerto.

Maftuch, U. Yanuhar, A.W. Ekawati, Sukoso, H.

Kalim, Sumarno dan L. Sulistyowati. 2005. Karakterisasi protein hemaglutinin Omp Vibrio alginolyticus terhadap sel eritrosit ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Hayati. Universitas Brawijayam, Malang.

Mohajeri, J., M. Afsharnasab, B. Jalali, S. Kakoolaki,

M. Sharifrohani dan A. Haghighi. 2011. Imunological and histopathological changes in Penaeus semisulcatus challanget with Vibrio harveyi. Iranian Journal of Fisheries Sciences. 10(2): 254-265.

Muliani, E. Susiangsih dan Nurbaya. 2005. Pengaruh

komposisi eni dan rasio bakteri probiotik terhadap perubahan kualitas air dan kelangsungan hidup (udang windu) dalam skala laboratorium. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (in press, 13 pp).

Nisha, P.C. 2006. Cellular and Humoral Factor

Involved in Defense Mechanisms of Fenneropenaeus indicus. PhD thesis. Cochin University of Science and Technology. Kochi. India. 161page.