2. referat apri afp

Upload: apriamalia

Post on 06-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    1/34

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Acute Flaccid Paralyis ( AFP) adalah suatu sindrom klinis yang memerlukan

    evaluasi segera dan hati-hati. Sindrom ini memberikan akibat berupa kelumpuhan akut

    pada otot, saraf, neuromuscular junction , medula spinalis dan kornu anterior. Sindrom ini

    dapat menyerang otot-otot pernapasan sehingga dapat mengakibatkan kematian. Setiap

    kasus AFP penting untuk menentukan terapi dan mengetahui prognosis penyakit pada

    pasien. Di akhir abad 2 , !ongres !esehatan Dunia " World Health Assembly ) menetapkan

    bah#a memasuki abad 2$, seluruh dunia harus bebas dari permasalahan polio, salah satu

    penyebab AFP. %amun pada faktanya, di seluruh dunia minimal & negara merupakan

    daerah endemis polio. Sehingga eradikasi polio men'adi suatu tugas berat bagi semua

    pihak.

    Daftar penyebab AFP sangatlah luas dan didapatkan variasi yang dipengaruhi oleh

    umur, etnis, dan #ilayah. Selain permasalahan polio, bentuk demielinasi akut Sindrom

    Guillane-Bare adalah sekitar ( , dari kasus AFP, diikuti dengan infeksi virus non-polioseperti Mumps Virus , pstein-Barr !irus , *+ , dan West "ile !irus .

    *ost atau faktor lingkungan se ara signifikan dapat mempengaruhi ter'adinya

    AFP. ingkungan yang tidak sehat dan higienitas hidup yang kurang baik dapat

    menimbulkan AFP, selain faktor / immune re#ulated 0. ingkungan yang tidak sehat dan

    tidak higienis tersebut dapat menyebabkan virus dan bakteri penyebab dengan mudah

    menyerang orang yang tinggal di lingkungan tersebut. Dengan masih tingginya angka

    kemiskinan dan kesadaran lingkungan bersih yang masih kurang baik di berbagai negara berkembang, termasuk +ndonesia, dan an aman fatal yang ditimbulkan dari AFP berupa

    kelumpuhan dan kematian, maka pengetahuan yang baik mengenai berbagai ma am

    kelumpuhan akut, per'alanan penyakit, dan penanganan yang diperlukan untuk

    mengatasinya men'adi dasar pembahasan referat kali ini.

    1

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    2/34

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Acute Flaccid Paralyis ( AFP) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

    Fla id Paralysis "lumpuh layuh). AFP ini ditandai dengan adanya kelumpuhan motorik

    dengan epat "1 hari) disertai dengan tonus yang menghilang.

    AFP merupakan suatu keadaan yang emergensi, karena keterlambatan dalam

    penanganan akan menyebabkan kematian atau disabilitas, terutama pada anak-anak. AFP

    dapat ter'adi pada beberapa keadaan, dan tentu sa'a penanganannya berbeda.

    !elumpuhan yang ter'adi pada AFP se ara akut mengenai $%inal common path&'

    $motor end plate& dan otot yaitu pada otot, saraf, neuromuscular junction , medulla spinalis

    dan kornu anterior. +stilah %laccid menun'ukkan kelumpuhan o)er Motor "euron

    " 3%), mengindikasikan tidak adanya tanda gangguan spastisitas seperti pada gangguan

    susunan saraf pusat traktus motorik lainnya misalnya hiperreflek, klonus atau respon

    ekstensor pada plantar. !elumpuhan ini ditandai dengan adanya karakteristik ge'ala klinis

    kelemahan yang timbul dengan epat termasuk kelemahan otot-otot pernafasan dan ototmenelan. 4erkembang lebih epat dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.

    AFP adalah kelumpuhan atau paralisis se ara fokal yang onsetnya akut tanpa

    penyebab lain yang nyata seperti trauma, yang ditandai dengan fla id dan mengenai anak

    kelompok 1 $( tahun. AFP disebabkan oleh beberapa agen termasuk enterovirus,

    e hovirus, atau adenovirus.

    2.2 Patofisiologi dan Etiologi4erikut ini akan diuraikan mengenai keadaan AFP, dan bagaimana ara untuk

    membedakannya5

    $. !elainan pada otot " acute myopathies )

    a. Periodik paralisis

    b. *n%lamatory miophaty " polymyositis dermatomyositis )

    . 3iopati karena steroid atau kelainan tiroid

    d. 6abdomiolisis "karena obat, ke elakaan)

    2. %euromus ular 7un tion

    2

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    3/34

    a. 3iastenia 8ravis

    b. 4otulism

    c+ ,ic Paralysis

    d. ambert aton Myastenic Syndrome " 93S)

    &. %europati akut

    a. Paraneoplastik dan paraproteinemia

    b. askulitis "lupus, poliartritis)

    . %europati motorik multifokal

    . Poliradikulopati akut

    a+ Guillain-Barre Syndrome

    b+ ime disease

    c+ Sindroma :auda 9;uina

    (. Penyakit 3otor %euron

    a. Poliomielitis

    b. Amyotrophi ateral Sklerosis "A S)

    tak

    a. esi di Pons

    b. esi multifokal

    3

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    4/34

    Gam a! 2.1 Patofisiologi dan 9tiologi AFP

    2.2.1 Poliomielitis

    Poliomielitis memiliki sinonim acute anterior poliomielytis , in%antile paralysis ,

    penyakit Heine meidin . Poliomielitis "paralysis infantile, penyakit *eine 3edin) pada

    masa lampau, selama bertahun-tahun, merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat

    ditakuti karena dapat mengakibatkan kelumpuhan menetap.

    Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan

    oleh virus. Agen pemba#a penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus "P ),

    masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. irus ini dapat memasuki aliran

    darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang

    kelumpuhan "paralisis).

    irus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap

    formaldehid dan larutan klor. Suhu yang tinggi epat mematikan virus, tetapi pada

    keadaan beku dapat bertahan bertahun-tahun. !etahanan virus di tanah dan air sangat

    bergantung pada kelembaban suhu dan mikroba lainnya. irus ini dapat bertahan pada air

    limbah dan air permukaan bahkan hingga berkilo-kilo meter dari sumber penularan.

    3eskipun penularan terutama akibat ter emarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita infeksius.

    4

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    5/34

    Penularan virus ter'adi melalui beberapa ara5

    $. Se ara langsung dari orang ke orang

    2. 3elalui per ikan ludah penderita

    &. 3elalui tin'a penderita

    irus masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam tenggorokan

    saluran erna, lalu diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh

    getah bening. 6isiko ter'adinya polio5

    $. 4elum mendapatkan imunisasi

    2. 4epergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

    &. !ehamilan

    . ?sia sangat lan'ut atau sangat muda

    (. uka di mulut@ hidung@tenggorokan

    irus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring dan berkembangbiak

    dalam traktus digestivus, kelen'ar getah bening regional dan sistem retikuloendotelial.

    Dalam keadaan ini timbul perkembangan virus, tubuh bereaksi dengan membentuk

    antibodi spesifik. 4ila pembentukan at antibodi tubuh men ukupi dan epat maka virus

    akan dinetralisasikan, sehingga timbul ge'ala klinis yang ringan atau tidak terdapat samasekali dan timbul imunitas terhadap virus tersebut. 4ila proliferasi virus tersebut lebih

    epat dari pembentukan at antibodi maka akan timbul viremia dan ge'ala klinis,

    kemudian virus akan terdapat dalam feses untuk beberapa minggu lamanya.

    4erlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka

    neuropatologi poliomeilitis biasanya patognomik. irus hanya menyerang sel-sel dan

    daerah tertentu susunan saraf. Bidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan

    yang sama dan bila ringan sekali dapat ter'adi penyembuhan fungsi neuron dalam &-minggu sesudah timbul ge'ala. Daerah yang biasanya terkena pada poliomielitis5

    $. 3edulla spinalis terutama kornu anterior

    2. 4atang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio

    retikularis yang mengandung pusat vital

    &. Serebelum terutama inti-inti pada vermis

    . 3idbrain terutama pada massa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nukleus

    rubra.

    (. Balamus dan hipotalamus

    5

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    6/34

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    7/34

    Pada pemeriksaan fisis distribusi paralysis khas kadang-kadang tidak ada. ?ntuk

    mendeteksi kelemahan otot ringan, sering perlu memakai tahanan halus dalam mela#an

    kelompok otot yang sedang diu'i. Pada bentuk spinal ada kelemahan beberapa otot leher,

    perut, batang tubuh, diafragma, thoraks, atau tungkai.

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan ge'ala dan hasil pemeriksaan fisik. ?ntuk

    memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap ontoh tin'a untuk men ari

    poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi . Pembiakan

    virus diambil dari lendir tenggorokan, tin'a atau airan serebrospinal . Pemeriksan rutin

    terhadap airan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta

    sel darah putihnya agak meningkat.

    Pengobatan. 4elum ada pengobatan kausal pada penyakit polio, namun

    poliomielitis dapat di egah melalui vaksinasi. aksinasi polio dengan virus yang

    dinonaktifkan "salk) mulai digunakan pada tahun $C((, dan vaksinasi dengan virus hidup

    yang di'inakkan "sabin) mulai banyak dipakai se'ak tahun $Crang yang telah

    menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami ge'ala tambahan di masa depan

    seperti layuh otot ge'ala ini disebut sindrom post-polio.

    !omplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. !elumpuhan

    ter'adi sebanyak kurang dari $ dari setiap $ kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapaotot, sering ditemukan. !adang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan

    terserang polio, sehingga ter'adi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. 4eberapa

    penderita mengalami komplikasi 2 -& tahun setelah terserang polio. !eadaan ini disebut

    sindroma post-poliomielitis , yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang

    seringkali menyebabkan kelumpuhan.

    7

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    8/34

    2.2.2 Sind!oma G"illain#Ba!!e $SGB%

    Sindroma 8uillain-4arre "S84) merupakan penyebab kelumpuhan yang ukup

    sering di'umpai pada usia de#asa muda. S84 ini seringkali men emaskan penderita dan

    keluarganya karena ter'adi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat

    menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang baik.

    4eberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu +diopathi

    polyneuritis, A ute Febrile Polyneuritis, +nfe tive Polyneuritis, Post +nfe tious

    Polyneuritis, A ute +nflammatory Demyelinating Polyradi uloneuropathy, 8uillain 4arre

    Strohl Syndrome, andry As ending paralysis, dan andry 8uillain 4arre Syndrome.

    Parry mengatakan bah#a, S84 adalah suatu polineuropati yang bersifat as ending

    dan akut yang sering ter'adi setelah $ sampai & minggu setelah infeksi akut. 3enurut

    4os h, S84 merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang

    ter'adi se ara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf

    perifer, radiks, dan nervus kranialis.

    Penyakit ini ter'adi di seluruh dunia, ke'adiannya pada semua musim. Do#ling

    dkk mendapatkan frek#ensi tersering pada akhir musim panas dan musim gugur dimana

    ter'adi peningkatan kasus influen a. Pada penelitian Ehao 4ao un didapatkan bah#a penyakit ini hampir ter'adi pada setiap saat dari setiap bulan dalam setahun, sekalipun

    demikian tampak bah#a < kasus ter'adi antara bulan 7uli s@d >ktober yaitu pada akhir

    musim panas dan musim gugur. +nsidensi sindroma 8uillain-4arre bervariasi antara .<

    sampai $.C kasus per $ . orang pertahun. Selama periode 2 tahun .entral Medical

    Mayo .linic melakukan penelitian mendapatkan insidensi rate $.= per $ . orang.

    Ber'adi pun ak insidensi antara usia $(-&( tahun dan antara ( -= tahun. 7arang mengenai

    usia diba#ah 2 tahun. ?sia termuda yang pernah dilaporkan adalah & bulan dan paling tuausia C( tahun. aki-laki dan #anita sama 'umlahnya. Dari pengelompokan ras didapatkan

    bah#a G& penderita adalah kulit putih, = kulit hitam, ( *ispani , $ Asia dan

    pada kelompok ras yang tidak spesifik. Data di +ndonesia mengenai gambaran

    epidemiologi belum banyak. Penelitian :handra menyebutkan bah#a insidensi terbanyak

    di +ndonesia adalah dekade +, ++, +++ "diba#ah usia &( tahun) dengan 'umlah penderita

    laki-laki dan #anita hampir sama. Sedangkan penelitian di 4andung menyebutkan bah#a

    perbandingan laki-laki dan #anita & 5 $ dengan usia rata-rata 2&,( tahun. +nsiden tertinggi

    pada bulan April s@d 3ei dimana ter'adi pergantian musim hu'an dan kemarau.

    8

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    9/34

    9tiologi S84 sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti

    penyebabnya dan masih men'adi bahan perdebatan. 4eberapa keadaan@penyakit yang

    mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan ter'adinya S84, antara lain, infeksi,

    vaksinasi, pembedahan, kehamilan atau dalam masa nifas, penyakit sistematik,

    keganasan, systemic lupus erythematosus "S 9), tiroiditis, penyakit Addison.

    S84 sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. +nsidensi kasus

    S84 yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara (< - G , yaitu $ sampai

    minggu sebelum ge'ala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau

    infeksi gastrointestinal.

    3ekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang

    mempresipitasi ter'adinya demielinisasi akut pada S84 masih belum diketahui dengan

    pasti. 4anyak ahli membuat kesimpulan bah#a kerusakan saraf yang ter'adi pada

    sindroma ini adalah melalui mekanisme imunologi. 4ukti-bukti bah#a imunopatogenesa

    merupakan mekanisme yang menimbulkan 'e'as saraf tepi pada sindroma ini adalah5

    $. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler " cell mediated

    immunity ) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.

    2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.&. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh

    darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi

    .

    Gam a! 2.2 Damaged myelin pada 84S

    9

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    10/34

    Proses demyelinisasi saraf tepi pada S84 dipengaruhi oleh respon imunitas seluler

    dan imunitas humoral yang dipi u oleh berbagai peristi#a sebelumnya, yang paling sering

    adalah infeksi virus.

    Dalam sistem kekebalan seluler, sel limfosit B memegang peranan penting

    disamping peran makrofag. Prekursor sel limfosit berasal dari sumsum tulang " bone

    marro) ) stem ell yang mengalami pende#asaan sebelum dilepaskan ke dalam 'aringan

    limfoid dan peredaran. Sebelum respon imunitas seluler ini ter'adi pada saraf tepi antigen

    harus dikenalkan pada limfosit B ":D ) melalui makrofag. 3akrofag yang telah menelan

    "fagositosis) antigen@terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen lain akan

    memproses antigen tersebut oleh penya'i antigen " anti#en presentin# cell H AP:).

    !emudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limfosit B ":D ). Setelah itu

    limfosit B tersebut men'adi aktif karena aktivasi marker dan pelepasan substansi

    interlekuin "+ 2), gamma interferon serta alfa B%F. !elarutan 9 sele tin dan adesi

    molekul "+:A3) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam

    membuka sa#ar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit B dan pengambilan

    makrofag. 3akrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin

    disamping menghasilkan B%F dan komplemen.Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak 'elas gambaran pembengkakan saraf

    tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan pertama

    berupa edema yang ter'adi pada hari ke tiga atau ke empat, kemudian timbul

    pembengkakan dan iregularitas selubung myelin pada hari ke lima, terlihat beberapa

    limfosit pada hari ke sembilan dan makrofag pada hari ke sebelas, poliferasi sel s h#an

    pada hari ke tigabelas. Perubahan pada myelin, akson, dan selubung s h#an ber'alan

    se ara progresif, sehingga pada hari ke enampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepitelah han ur. Perubahan pertama yang ter'adi adalah infiltrasi sel limfosit yang

    ekstravasasi dari pembuluh darah ke il pada endo dan epineural. !eadaan ini segera

    diikuti demyelinisasi segmental. 4ila peradangannya berat akan berkembang men'adi

    degenerasi Iallerian. !erusakan myelin disebabkan makrofag yang menembus membran

    basalis dan melepaskan selubung myelin dari sel s h#an dan akson.

    4eberapa varian dari sindroma 8uillan-4arre dapat diklasifikasikan, yaitu5

    $. A ute inflammatory demyelinating polyradi uloneuropathy

    2. Suba ute inflammatory demyelinating polyradi uloneuropathy

    10

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    11/34

    &. A ute motor a onal neuropathy

    . A ute motor sensory a onal neuropathy

    (. Fisher0s syndrome

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    12/34

    !riteria diagnosa yang umum dipakai adalah riteria dari "ational *nstitute o%

    "eurolo#ical and .ommunicati!e /isorder and Stro e "%+%:DS), yaitu5

    +. :iri- iri yang perlu untuk diagnosis5

    o Ber'adinya kelemahan yang progresif

    o *iporefleksi

    ++. :iri- iri yang se ara kuat menyokong diagnosis S845

    a. :iri- iri klinis5

    i. Progresifitas5 8e'ala kelemahan motorik berlangsung epat, maksimal dalam

    minggu, ( men apai pun ak dalam 2 minggu, G dalam & minggu, dan C

    dalam minggu.

    ii. 6elatif simetris.

    iii. 8e'ala gangguan sensibilitas ringan.

    iv. 8e'ala saraf kranial J ( ter'adi parese % ++ dan sering bilateral. Saraf otak lain

    dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang 1

    ( kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain.

    v. Pemulihan5 Dimulai 2- minggu setelah progresifitas berhenti, dapat meman'ang

    sampai beberapa bulan.

    vi. Disfungsi otonom. Bakikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan ge'ala

    vasomotor.

    vii. Bidak ada demam saat onset ge'ala neurologis.

    b. :iri- iri kelainan airan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa5

    i. Protein :SS. 3eningkat setelah ge'ala $ minggu atau ter'adi peningkatan pada P

    serial. 7umlah sel :SS 1 $ 3%@mm&

    ii. arian5

    o Bidak ada peningkatan protein :SS setelah $ minggu ge'ala

    o 7umlah sel :SS5 $$-( 3%@mm &

    . 8ambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa5

    Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada G kasus. 4iasanya ke epatan

    hantar kurang < dari normal.

    Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan se ara umum bersifat simtomik. 3eskipun dikatakan bah#a penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu

    12

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    13/34

    dipikirkan #aktu pera#atan yang ukup lama dan angka ke a atan "ge'ala sisa) ukup

    tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Bu'uan terapi khusus adalah

    mengurangi beratnya penyakit dan memper epat penyembuhan melalui sistem imunitas

    "imunoterapi).

    Ko!ti'oste!oid

    !ebanyakan penelitian mengatakan bah#a penggunaan preparat steroid tidak mempunyai

    nilai@tidak bermanfaat untuk terapi S84.

    Plasma(a!esis

    Plasmaparesis atau plasma e0chan#e bertu'uan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi

    yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada S84 memperlihatkan hasil yang baik, berupa

    perbaikan klinis yang lebih epat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan

    lama pera#atan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 2 -2( ml

    plasma@kg 44 dalam =-$ hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat a#al

    onset ge'ala "minggu pertama).

    Pengo atan im"nos"(!esan)

    $. +munoglobulin +

    Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan

    plasmaparesis karena efek samping@komplikasi lebih ringan. Dosis maintenan e .

    gr@kg 44@hari selama & hari dilan'utkan dengan dosis maintenan e . gr@kg 44@hari

    tiap $( hari sampai sembuh.

    2. >bat sitotoksikPemberian obat sitoksik yang dian'urkan adalah5

    i. < merkaptopurin "

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    14/34

    i. pada pemeriksaan %: -938 relatif normal

    ii. mendapat terapi plasmaparesis dalam minggu mulai saat onset

    iii. progresifitas penyakit lambat dan pendek pada penderita berusia & -< tahun

    2.2.& *iastenia G!a+is

    3iastenia gravis adalah salah satu penyakit gangguan autoimun yang mengganggu

    sistem sambungan saraf "synaps). Pada penderita miastenia gravis, sel antibodi tubuh atau

    kekebalan akan menyerang sambungan saraf yang mengandung a etyl holine "A:h),

    yaitu neurotransmitter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya.

    7ika reseptor mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga

    komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.

    Penyebab pasti reaksi autoimun atau sel antibodi yang menyerang reseptor

    a etyl holine belum diketahui. Bapi pada sebagian besar pasien, kerusakan kelen'ar

    thymus men'adi penyebabnya. 3aka itu kebanyakan si penderita akan men'alani operasi

    thymus. Bapi setelah thymus diangkat 'uga belum ada 'aminan penyakit autoimun ini akan

    sembuh.

    Bhymus adalah organ khusus dalam sistem kekebalan yang memproduksiantibodi. >rgan ini terus tumbuh pada saat kelahiran hingga pubertas, dan akan

    menghilang seiring bertambahnya usia. Bapi pada orang-orang tertentu, kelen'ar thymus

    terus tumbuh dan membesar, bahkan bisa men'adi ganas dan menyebabkan tumor pada

    kelen'ar thymus "thymoma). Pada kelen'ar thymus, sel tertentu pada sistem kekebalan

    bela'ar membedakan antara sel tubuh dan at asing. !elen'ar thymus 'uga berisi sel otot

    "myo ytes) dengan reseptor a etyl holine.

    Anatomi dan ,isiologi Neuro Muscular Junction

    Di bagian terminal dari saraf motorik terdapat sebuah pembesaran yang biasa

    disebut bouton terminale atau terminal bulb . ,erminal Bulb ini memiliki membran yang

    disebut 'uga membran pre-synapti , struktur ini bersama dengan membran post-synapti

    "pada sel otot) dan elah synapti " elah antara 2 membran) membentuk "euro Muscular

    1unction . 3embran Pre-Synapti mengandung asetilkolin "A:h) yang disimpan dalam

    bentuk vesikel-vesikel. 7ika ter'adi potensial aksi, maka :aK Volta#e Gated .hannel akan

    teraktivasi. Berbukanya hannel ini akan mengakibatkan ter'adinya influ :al ium. +nflu

    14

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    15/34

    ini akan mengaktifkan vesikel-vesikel tersebut untuk bergerak ke tepi membran. esikel

    ini akan mengalami doc in# pada tepi membran. !arena proses do king ini, maka

    asetilkolin yang terkandung di dalam vesikel tersebut akan dilepaskan ke dalam elah

    synapti .

    A:h yang dilepaskan tadi, akan berikatan dengan reseptor asetilkolin "A:h6)

    yang terdapat pada membran post-synapti . A:h6 ini terdapat pada lekukan-lekukan pada

    membran post-synapti . A:h6 terdiri dari ( subunit protein, yaitu 2 alpha, dan masing-

    masing satu beta, gamma, dan delta. Subunit-subunit ini tersusun membentuk lingkaran

    yang siap untuk mengikat A:h.

    +katan antara A:h dan A:h6 akan mengakibatkan terbukanya gerbang %atrium

    pada sel otot, yang segera setelahnya akan mengakibatkan influ %aK. +nflu %aK ini

    akan mengakibatkan ter'adinya depolarisasi pada membran post-synapti . 7ika

    depolarisasi ini men apai nilai ambang tertentu " %irin# le!el ), maka akan ter'adi potensial

    aksi pada sel otot tersebut. Potensial aksi ini akan dipropagasikan "dirambatkan) ke segala

    arah sesuai dengan karakteristik sel eksitabel, dan akhirnya akan mengakibatkan

    kontraksi.

    A:h yang masih tertempel pada A:h6 kemudian akan dihidrolisis oleh en imAsetilkolinesterase "A:h9) yang terdapat dalam 'umlah yang ukup banyak pada elah

    synapti . A:h akan dipe ah men'adi !olin dan Asam aktat. !olin kemudian akan

    kembali masuk ke dalam membran pre-synapti untuk membentuk A:h lagi. Proses

    hidrolisis ini dilakukan untuk dapat men egah ter'adinya potensial aksi terus menerus

    yang akan mengakibatkan kontraksi terus menerus.

    Dalam kasus Myasthenia Gra!is ter'adi penurunan 'umlah Acetyl .holine

    2eceptor "A:h6). !ondisi ini mengakibakan A etyl :holine"A:h) yang tetap dilepaskandalam 'umlah normal tidak dapat mengantarkan potensial aksi menu'u membran post-

    synapti . !ekurangan reseptor dan kehadiran A:h yang tetap pada 'umlah normal akan

    mengakibatkan penurunan 'umlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu.

    +nilah yang kemudian menyebabkan rasa sakit pada pasien.

    Pengurangan 'umlah A:h6 ini diper aya disebabkan karena proses auto-immun di

    dalam tubuh yang memproduksi anti-A:h6 bodies , yang dapat memblok A:h6 dan

    merusak membran post-synapti . 3enurut Shah pada tahun 2

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    16/34

    penyuntikan men it dengan *mmuno#lobulin G (*#G3 dari pasien penderita Myasthenia

    Gra!is dapat mengakibatkan ge'ala-ge'ala Myasthenic pada men it tersebut, ini

    menu'ukkan bah#a faktor immunologis memainkan peranan penting dalam etiologi

    penyakit ini. Alasan mengapa pada penderita Myasthenia Gra!is , tubuh men'adi

    kehilangan toleransi terhadap A:h6 sampai saat ini masih belum diketahui.

    Sampai saat ini, Myasthenia Gra!is dianggap sebagai penyakit yang disebabkan

    oleh sel 4, karena sel 4 lah yang memproduksi anti-A:h6 bodies . %amun, penemuan

    baru menun'ukkan bah#a sel B yang diproduksi oleh ,hymus , memiliki peranan penting

    pada patofisiologis penyakit Myasthenia Gra!is+ *al ini ditun'ukkan dengan banyaknya

    penderita Myasthenic mengalami hyperplasia thymic dan thymoma+

    Pada miastenia gravis, konduksi neuromuskular terganggu. Abnormalitas dalam

    penyakit miastenia gravis ter'adi pada endplate motorik dan bukan pada membran

    presinaps. 3embran postsinaptiknya rusak akibat reaksi imunologi. !arena kerusakan itu

    maka 'arak antara membran presinaps dan postsinaps men'adi besar sehingga lebih

    banyak asetilkolin dalam per'alanannya ke arah motor endplate dapat dipe ahkan oleh

    kolinesterase. Selain itu 'umlah asetilkolin yang dapat ditampung oleh lipatan-lipatan

    membran postsinaps motor end plate men'adi lebih ke il. !arena dua faktor tersebutmaka kontraksi otot tidak dapat berlangsung lama.

    !elainan kelen'ar timus ter'adi pada miastenia gravis. 3eskipun se ara radiologis

    kelainan belum 'elas terlihat karena terlalu ke il, tetapi se ara histologik kelen'ar timus

    pada kebanyakan pasien menun'ukkan adanya kelainan. Ianita muda enderung

    menderita hiperplasia timus, sedangkan pria yang lebih tua dengan neoplasma timus.

    9lektromiografi menun'ukkan penurunan amplitudo potensial unit motorik apabila otot

    dipergunakan terus-menerus Pembuktian etiologi auto-imunologiknya diberikan olehkenyataan bah#a kelen'ar timus mempunyai hubungan erat. Pada G penderita

    miastenia didapati kelen'ar timus yang abnormal. !ira-kira $ dari mereka

    memperlihatkan struktur timoma dan pada penderita-penderita lainnya terdapat infiltrat

    limfositer pada pusat germinativa kelen'ar timus tanpa perubahan di 'aringan limfoster

    lainnya.

    Myasthenia Gra!is ditandai dengan kelemahan pada otot, yang memburuk ketika

    digerakkan dan membaik ketika beristirahat. !arakteristik yang lain adalah sebagai

    berikut5 !elemahan otot ekstra okular " 0tra 4cular Muscle3 atau biasa disebut Ptosis+

    16

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    17/34

    !ondisi ini ter'adi pada lebih dari ( pasien. 8e'ala ini seringkali men'adi ge'ala a#al

    dari Myasthenia Gra!is' #alaupun hal ini masih belum diketahui penyebabnya.

    !elemahan otot men'alar ke otot-otot okular, fas ial dan otot-otot bulbar dalam rentang

    minggu sampai bulan. Pada kasus tertentu kelemahan 9>3 bisa tetap bertahan selama

    bertahun-tahun Sebagian besar mengalami kelemahan. Perbaikan se ara spontan sangat

    'arang ter'adi, sedangkan perbaikan total hampir tidak pernah ditemukan.

    8e'ala-ge'ala miastenia gravis pada pasein usia produktif antara lain5 'ari, tangan dan kaki

    "seperti ge'ala stroke tapi tidak disertai ge'ala stroke lainnya).

    8e'ala-ge'ala ringan biasanya akan membaik setelah beristirahat, tetapi bisa

    mun ul kembali bila otot kembali beraktifitas. Penyakit miastenia gravis ini bisa

    disembuhkan tergantung kerusakan sistem saraf yang dialami. 4isa ter'adi kesulitan

    dalam berbi ara dan menelan serta kelemahan pada lengan dan tungkai. Dalam menaiki

    tangga, mengangkat benda dan bisa ter'adi kelumpuhan. pernafasan "krisis miastenik).

    !lasifikasi Myasthenia Gra!is berdasarkan ,he Medical Scienti%ic Ad!isory Board

    (MSAB3 o% the Myasthenia Gra!is Foundation o% America (MGFA35

    :lass + !elemahan otot okular dan 8angguan menutup mata, >tot lain masih normal

    :lass ++ !elemahan ringan pada otot selain okular, >tot okular meningkat kelemahannya:lass ++a 3empengaruhi ekstrimitas, Sedikit mempengaruhi otot-otot oropharyngeal

    :lass ++b 3empengaruhi otot-otot oropharyngeal dan pernapasan, 7uga mempengaruhi

    ekstrimitas

    :lass +++ !elemahan sedang pada otot selain okuler, 3eningkatnya kelemahan pada otot

    okuler

    :lass +++a 3empengaruhi ektrimitas , Sedikit mempengaruhi otot-otot oropharyngeal

    :lass +++b 3empengaruhi otot-otot oropharyngeal dan pernapasan, 7uga mempengaruhiekstrimitas

    :lass + !elemahan berat pada selain otot okuler, !elemahan berat pada otot okuler

    :lass + a 3empengaruhi ekstrimitas, Sedikit pengaruh pada otot-otot oropharyngeal

    :lass + b Berutama mempengaruhi otot-otot pernapasan dan oropharyngeal, 'uga

    mempengaruhi otot-otot ekstrimitas

    :lass Pasien yang membutuhkan intubasi "ke uali pada kasus post-operative).

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan ge'alanya, yaitu 'ika seseorang mengalami

    kelemahan umum, terutama 'ika melibatkan otot mata atau #a'ah, atau kelemahan yang

    17

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    18/34

    meningkat 'ika otot yang terkena digunakan atau berkurang 'ika otot yang terkena

    diistirahatkan.

    >bat yang dapat meningkatkan 'umlah asetilkolin dipakai untuk melakukan

    pengu'ian guna memperkuat diagnosis. Lang paling sering digunakan untuk pengu'ian

    adalah edrofonium. 7ika obat ini disuntikkan intravena, maka untuk sementara #aktu akan

    memperbaiki kekuatan otot pada penderita miastenia gravis.

    Pemeriksaan diagnostik lainnya adalah penilaian fungsi otot dan saraf dengan

    elektromiogram dan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap

    asetilkolin.

    4eberapa penderita memiliki tumor pada kelen'ar timusnya "timoma), yang

    mungkin merupakan penyebab dari kelainan fungsi sistem kekebalannya. :B s an dada

    dilakukan untuk menemukan adanya timoma.

    3emberi obat-obatan yang bisa menekan reaksi autoimun atau antibodi yang

    menyerang a etyl holine tidak aktif lagi pengu'ian guna memperkuat diagnosis. Lang

    paling sering digunakan untuk pengu'ian adalah edrofonium. 7ika obat ini disuntikkan

    intravena, maka untuk sementara #aktu akan memperbaiki kekuatan otot pada penderita

    miastenia gravis.

    2.2.- Bot"lisme

    4otulisme merupakan intoksikasi, seperti halnya dengan tetanus. Boksin botulisme

    diproduksi oleh .losytrodium botulinum+ 4otulisme adalah penyakit langka tapi sangat

    serius. 3erupakan penyakit paralisis ga#at yang disebabkan oleh ra un "toksin) yang

    menyerang saraf yang diproduksi bakteri .lostridium Botulinum+ .lostridium botulinum

    berkembang biak melalui pembentukan spora dan produksi toksin. Boksin tersebut dapatdihan urkan oleh suhu yang tinggi, karena itu botulisme sangat 'arang sekali di'umpai di

    lingkungan atau masyarakat yang mempunyai kebiasaan memasak atau merebus sampai

    matang. Ada & 'enis utama botulisme5

    $. Foodborne 4otulisme

    Disebabkan karena makanan yang mengandung toksin botulisme.

    2. Iound 4otulisme

    Disebabkan toksin dari luka yang terinfeksi oleh .lostridum Botulinum+

    &. +nfant 4otulisme

    18

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    19/34

    Disebabkan karena spora dari bakteri botulinum, yang kemudian berkembang dalam

    usus dan melepaskan toksin.

    Semua bentuk botulisme dapat fatal dan merupakan keadaan darurat. Foodborne

    botulisme mungkin merupakan 'enis botulisme yang paling berbahaya karena banyak

    orang dapat tertular dengan mengkonsumsi makanan yang ter emar.

    Di ?SA dilaporkan sekitar $$ kasus ter'adi tiap tahunnya. Dan sekitar 2( nya

    foodborne botulisme, =2 infant botulisme dan sisanya adalah #ound botulisme.

    Foodborne botulisme biasanya karena mengkonsumsi makanan kaleng. Iound botulisme

    meningkat karena penggunaan heroin terutama di alifornia.

    9tiologi dari botulisme adalah .lostridium botulinum+ .lostridium botulinum

    merupakan kuman anaerob, gram positif, mempunyai spora yang tahan panas, dapat

    membentuk gas, serta menimbulkan rasa dan bau pada makanan yang terkontaminasi.

    .lostridium Botulinum berbiak melalui pembentukan spora dan produksi toksin.

    6a un botulisme diserap di dalam lambung, duodenum dan bagian pertama 'e'unum.

    Setelah diedarkan oleh aliran darah sistemik, maka ra un tersebut melakukan blokade

    terhadap penghantaran serabut saraf kolinergik tanpa mengganggu saraf adrenegik.

    !arena blokade itu, pelepasan asetilkolin terhalang. 9fek ini berbeda dengan efek kurareyang menghalang-halangi efek asetil kolin terhadap serabut otot lurik. 3aka dari itu efek

    ra un botulisme menyerupai khasiat atropin, sehingga manifetasi klinisnya terdiri dari

    kelumpuhan fla id yang menyeluruh dengan pupil yang lebar "tidak bereaksi terhadap

    ahaya), lidah kering, takikardi dan perut yang mengembung. !emudian otot menelan dan

    okular ikut terkena 'uga, sehingga kesukaran untuk menelan dan diplopia men'adi keluhan

    penderita. Akhirnya otot pernafasan dan penghantaran impuls 'antung sangat terganggu,

    hingga penderita meninggal karena apnoe dan cardiac arrest .!e urigaan akan botulisme sudah harus dipikirkan dari ri#ayat pasien dan

    pemeriksaan klinik. 4agaimanapun, baik anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ukup

    untuk menegakkan diagnosa karena penyakit lain yang merupakan diagnosa banding,

    seperti Guillain-Barre Syndrome , stroke dan myastenia gravis memberikan gambaran

    yang serupa. Dari anamnesa didapatkan ge'ala klasik dari botulisme berupa diplopia,

    penglihatan kabur, mulut kering, kesulitan menelan.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot. 7ika sudah lama, keluhan

    bertambah dengan paralisis lengan, tungkai sampai kesulitan nafas karena kelemahan

    19

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    20/34

    otot-otot pernafasan. Pemeriksaan tambahan yang sangat menolong untuk menegakkan

    diagnosa botulisme adalah :B-S an, pemeriksaan serebro spinalis, nerve ondu tion test

    seperti ele tromyography atau 938, dan tensilon test untuk myastenia gravis.

    Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya toksin botulisme di serum

    pasien 'uga dalam urin. 4akteri 'uga dapat diisolasi dari feses penderita dengan foodborne

    atau infant botulisme.

    4otulisme dapat menyebabkan kematian karena kegagalan nafas. Dalam ( tahun

    terakhir, banyak pasien dengan botulisme yang meninggal menurun dari ( men'adi

    G . Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat bantu pernafasan sebagai

    bentuk pengobatan dan pera#atan yang intensif selama beberapa bulan. Pasien yang

    selamat dari ra un botulisme dapat men'adi lemah dan nafas yang pendek selama

    beberapa tahun dan terapi 'angka pan'ang dibutuhkan untuk proses pemulihan.

    2.& Pende'atan Klinis Pasien A,P

    Setiap pasien AFP adalah keadaan darurat klinis yang membutuhkan penanganan

    segera. Dalam setiap kasus, pen'elasan rin i tentang ge'ala klinis harus diperoleh. 8e'ala

    tersebut termasuk kelumpuhan, gangguan gaya ber'alan, kelemahan atau gangguankoordinasi dari satu atau beberapa anggota gerak tubuh.

    4erbagai ma am lesi yang dapat timbul pada susunan lo)er motor neuron , berarti

    lesi tersebut merusak motor neuron, akson, motor end plate dan otot skeletal sehingga

    tidak terdapat gerakan atau rangsang motorik yang disampaikan ke motor neuron.

    !elumpuhan tersebut sesuai dengan ge'ala lo#er motor neuron yaitu5

    a. *ilangnya gerakan voluntar dan reflektorik, sehingga reflek tendon hilang dan reflek

    patologik tidak mun ul. b. Bonus otot hilang.

    . 3usnahnya motor neuron beserta akson sehingga satuan motorik hilang dan ter'adi

    atrofi otot.

    20

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    21/34

    21

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    22/34

    Poliom elitis "Bipe Paralitik,Spiral dan 4ulbar) dengan atau

    tanpa emsefalitis.

    La"nd! G"llain Ba!!eS nd!ome "84S).

    * ast/enia G!a+is. Pe!io

    9tiologiirus Polio +, ++, +++, virus lain

    9 =$, virus Iest %ile.

    Proses otonium,my oplasma dan infeksi

    virus "94 , :3 ),:ampiloba ter 'e'uni,

    *epatitis 4.

    Proses otonium, kelainan pada neuromus ular

    'un tion "A ety holin6e eptors).

    *iphipnor

    6i#ayatPenyakit

    8e'ala didahului infeksigastrointestinal kemudian ter'adi

    kelumpuhan motorik, dapatdisertai paralysis bulbar "post

    tonsilektomi). 6i#ayat imunisasi polio "-) atau tidak adekuat.

    8e'ala infeksi respiratorydan gastro intestinal tidak

    spesifik, (-$ hari sebelumkelumpuhan.

    !elemahan yang berfluktuasi, pagi banguntidur lebih baik dibanding

    siang-sore hari.

    !elemater'adi

    banyak k obat te

    tidur, m

    8e'ala

    Paralysis disertai febris,kekakuan otot leher dan batangtubuh. Paralysis asymetris atausegmentasi " ervi al, thorakalatau lumbal). Dapat disertai

    ge'ala bulbar sebelumkelumpuhan, ansietas, delirium.

    Paralysis simetrisekstremitas inf, se ara

    asenden dengan epat keekstremitas sup, batang

    tubuh dan saraf otak. Dapatdisertai parestesi, hipertensi.

    Febris "-). 3iller Fisher 5ataksi, oftalmoplegia.

    Bipe okuler 5 kelopak mata sulit untuk dibuka

    Bipe general 5 tipe okuler disertai kelemahan

    motorik, ge'ala bulbar "disfagia), ggn. >tot

    pernafasan.

    !elemsimetris

    deng

    Pem. %eurologi

    Paralysis flaksid, asimetris,tergantung dari medulla spinalis

    yang terkena.

    Setinggi umbal 5 ekstremitasinf, abdomen inf :ervikal 5

    bahu, lengan, leher, diafragma4ulbar 5 kesulitan menelanSensorik 5 tidak terganggu6efleks fisiologis turun.

    Paralysis flaksid, simetris.Dapat disertai dengan

    paralysis % +M, M, +++, + ,+ dan ataksia.

    Sensorik 5 glove N sto king.6efleks fisiologis turun.

    Paralysis ekstremitas

    simetris, ptosis, paresis, %+M, M, ++.

    Sensorik tidak terganggu.6efleks fisiologis 5 %.

    Paralyssimetris.

    terganfis

    Pem.Penun'ang

    !ultur dari faeses, apustenggorokan, :S.

    %:S dan 938 H gambaran polineuropati.

    Prostigmin test 938single fiber, Stimulasi

    repetitive Serologi 5 Autoantibody A h6.

    ab 5hipnor

    Ta el 2.1 Perbedaan 9tiologi AFP

    22

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    23/34

    Banda-tanda AFP harus dievaluasi klinis se ara lengkap dengan pemeriksaan

    neurologis lengkap. 4eberapa hal yang perlu diperhatikan5 usia, ri#ayat penyakit seperti

    ada@tidaknya febris saat ter'adinya paralisis, progresifitas, keterlibatan saraf otak, sensoris

    dan motoris, refleks fisiologis, refleks patologis. Adanya tanda-tanda meningismus,

    gangguan saraf pusat "ata ia) atau sistem saraf otonom "fungsi usus dan kandung kemih,

    sfingter dan fungsi berkemih neurogenik).

    Pemeriksaan Penun'ang yang dilakukan adalah sebagai berikut.

    a. Pemeriksaan lab darah5 !alium, magnesium, fosfat, :! 4$2, BS*, A%A, A%:A,

    protein elktroforesis.

    b. Pemeriksaan kultur dari feses, apus tenggorok, :S.

    . Bes prostigmin pada kasus miastenia gravis.

    Pemeriksaan elektrofisiologi diperlukan untuk kepentingan diagnosis dan

    prognosis dari penyakit motorneuron. Pemeriksaan fungsi lumbal dan airan serebrospinal

    diindikasikan untuk menyingkirkan adanya infeksi bakteri pada sistem saraf, infeksi

    bakteri ditun'ukkan dengan adanya netrofil, tingkat glukosa yang rendah dan kandungan

    protein yang tinggi. Pemeriksaan kultur bakteri akan mengidentifikasi adanya

    mikroorganisme spesifik. Pen itraan tulang belakang seperti radiografi, :B-S an atauma#netic resonance ima#in# "36+) diindikasikan untuk menyingkirkan adanya kompresi

    tulang belakang, mielopati, atau neoplasma poliradikulopati spondilosis. Pemeriksaan

    elektro ardiogram dapat mengidentifikasi adanya gangguan metabolisme elektrolit seperti

    kelumpuhan periodik yang diakibatkan oleh keadaan hipovolemi.

    2.- Penatala'sanaan

    Penatalaksanaan pada pasien AFP tentu sa'a sesuai dengan diagnosis yang telahdibuat, tetapi se ara umum adalah A4:s.

    a. 4ebaskan 'alan napas dan berikan >2 bila ter'adi penurunan kesadaran atau disfagia.

    b. Pemeriksaan tekanan darah dan nadi se ara berkala terutama pada kasus bradikardia

    atau takiaritmia atau adanya disfungsi otonom.

    23

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    24/34

    S'ema 2.1 Pendekatan !linis Anak dengan AFP

    24

    okasi !linis

    6efleks

    Pertanyaan !linis 5

    Sphin terO8angguan sensorisO

    8angguan3iskuloskeletal

    8e'ala SSP

    !elemahan 3otorik atau8e'ala SSP "-)

    8e'ala SSP "K)

    >nset baru !esulitan 4er'alan

    !elemahan anggota gerak ba#ah

    +ntak Dermatoma

    +ntak Sarung tangan N

    Sto king

    +ntak

    Bidak

    Berganggu

    Dermatomal

    4ilateral 5-Sindroma 8uilan 4arre-%europati toksik

    ?nilateral 5-+nfeksi enteroviral-Brauma lokal

    Absen, menurun atau normalAbsen3enurun@ %ormal

    >B>B 39D? A SP+%A +SSA6AF B9P+

    Diagnosa4anding -Pas a myosistis viral

    -Paralisis 4erkala-3yosistis Boksik

    -3yelitis tranversa akut-Bumor ekstraspinal@medula spinalis-A 3-Stroke merdula spinalis-Absen ekstradural-Buberkolosis spinal-Araknoiditis spinal

    +nvestigasi

    Ia'ib 5-Pemeriksaan AFP-Pemeriksaan konduksisaraf

    >psional 5-36+ pleksus lumbosakral

    Ia'ib 5-Pemeriksaan AFP-36+ medula spinal

    >psional "Setelah 36+) 5-Pemeriksaan B&- :S5 sel, protein,glukosa, kultur, antigen- 9D, :&, : , faktorannuklear

    Ia'ib 5-Penanganan AFP- :S sel protein-Pemeriksaankonduksi saraf -!apasitas vital

    Ia'ib 5-Pemeriksaan AFP-:reatine kinase-9lektrolit seruni-3yoglobin urin

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    25/34

    2.-.1 Sind!oma G"illain#Ba!!e $SGB%

    Pada sebagian besar penderita Sindroma 8uillain-4arre "S84) dapat sembuh

    sendiri. Pengobatan se ara umum bersifat simtomik. 3eskipun dikatakan bah#a penyakit

    ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan #aktu pera#atan yang ukup lama dan angka

    ke a atan "ge'ala sisa) ukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Bu'uan

    terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan memper epat penyembuhan

    melalui sistem imunitas "imunoterapi).

    !ortikosteroid. !ebanyakan penelitian mengatakan bah#a penggunaan preparat

    steroid tidak mempunyai nilai@tidak bermanfaat untuk terapi S84. Plasmaparesis atau

    plasma e hange bertu'uan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar.

    Pemakaian plasmaparesis pada S84 memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan

    klinis yang lebih epat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama

    pera#atan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 2 -2( ml

    plasma@kg 44 dalam =-$ hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat a#al

    onset ge'ala "minggu pertama).

    Pengobatan imunosupresan5

    $. +munoglobulin +Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan

    plasmaparesis karena efek samping@komplikasi lebih ringan. Dosis maintenan e . gr@kg

    44@hari selama & hari dilan'utkan dengan dosis maintenan e . gr@kg 44@hari tiap $(

    hari sampai sembuh.

    2. >bat sitotoksik

    Pemberian obat sitoksik yang dian'urkan adalah < merkaptopurin "

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    26/34

    2.-.2 *iastenia G!a+is

    3iastenia gravis merupakan kelainan neurologik yang paling dapat diobati.

    Antikolinesterase "asetilkolinesterase inhibitor) dan terapi imunomudulasi merupakan

    penatalaksanaan utama pada miastenia gravis. Antikolinesterase biasanya digunakan pada

    miastenia gravis yang ringan. Sedangkan pada pasien dengan miastenia gravis

    generalisata, perlu dilakukan terapi imunomudulasi yang rutin. Penatalaksanaan miastenia

    gravis dapat dilakukan dengan obat-obatan, timomektomi ataupun dengan imunomodulasi

    dan imunosupresif terapi yang dapat memberikan prognosis yang baik pada kesembuhan

    miastenia gravis.

    Berapi pemberian antibiotik yang dikombinasikan dengan imunosupresif dan

    imunomodulasi yang ditun'ang dengan penun'ang ventilasi, mampu menghambat

    ter'adinya mortalitas dan menurunkan morbiditas. Pengobatan ini dapat digolongkan

    men'adi terapi yang dapat memulihkan kekuatan otot se ara epat dan tepat yang

    memiliki onset lebih lambat tetapi memiliki efek yang lebih lama sehingga dapat

    men egah ter'adinya kekambuhan.

    Plasma Exchange $PE%P9 paling efektif digunakan pada situasi dimana terapi 'angka pendek yang

    menguntungkan men'adi prioritas. Dasar terapi dengan P9 adalah pemindahan anti-

    asetilkolin se ara efektif. 6espon dari terapi ini adalah menurunnya titer antibodi. Dimana

    pasien yang mendapat tindakan berupa hospitalisasi dan intubasi dalam #aktu yang lama

    serta trakeostomi, dapat diminimalisasikan karena efek dramatis dari P9.

    Berapi ini digunakan pada pasien yang akan memasuki atau sedang mengalami

    masa krisis. P9 dapat memaksimalkan tenaga pasien yang akan men'alani timektomi atau pasien yang kesulitan men'alani periode pas a operasi. 4elum ada regimen standar untuk

    terapi ini, tetapi banyak pusat kesehatan yang mengganti sekitar satu volume plasma tiap

    kali terapi untuk ( atau < kali terapi setiap hari. Albumin "( ) dengan larutan salin yang

    disuplementasikan dengan kalsium dan natrium dapat digunakan untuk replacement . 9fek

    P9 akan mun ul pada 2 'am pertama dan dapat bertahan hingga lebih dari $ minggu.

    9fek samping utama dari terapi P9 adalah ter'adi retensi kalsium, magnesium, dan

    natrium yang dapat menimbulkan ter'adinya hipotensi. +ni diakibatkan ter'adinya

    pergeseran airan selama pertukaran berlangsung. Brombositopenia dan perubahan pada

    26

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    27/34

    berbagai faktor pembekuan darah dapat ter'adi pada terapi P9 berulang. Betapi hal itu

    bukan merupakan suatu keadaan yang dapat dihubungkan dengan ter'adinya perdarahan,

    dan pemberian %resh%ro6en plasmatidak diperlukan.

    Int!a+ena Imm"noglo "lin $I0IG%

    3ekanisme ker'a dari + +8 belum diketahui se ara pasti, tetapi + +8 diperkirakan

    mampu memodulasi respon imun. 6eduksi dari titer antibodi tidak dapat dibuktikan

    se ara klinis, karena pada sebagian besar pasien tidak terdapat penurunan dari titer

    antibodi. Produk tertentu dimana CC merupakan +g8 adalah complement-acti!atin#

    a##re#ates yang relatif aman untuk diberikan se ara intravena. 9fek dari terapi dengan

    + +8 dapat mun ul sekitar &- hari setelah memulai terapi.

    Betapi berdasarkan pengalaman dan beberapa data, tidak terdapat respon yang

    sama antara terapi P9 dengan + +8, sehingga banyak pusat kesehatan yang tidak

    menggunakan + +8 sebagai terapi a#al untuk pasien dalam kondisi krisis. Sehingga + +8

    diindikasikan pada pasien yang 'uga menggunakan terapi P9, karena kedua terapi ini

    memiliki onset yang epat dengan durasi yang hanya beberapa minggu.

    Dosis standar + +8 adalah mg@kgbb@hari pada ( hari pertama, dilan'utkan$gram@kgbb@hari selama 2 hari. + +8 dilaporkan memiliki keuntungan klinis berupa

    penurunan level anti-asetilkolin reseptor yang dimulai se'ak $ hingga $( hari se'ak

    dilakukan pemasangan infus.

    9fek samping dari terapi dengan menggunakan + +8 adalah %luli e symdrome

    seperti demam, menggigil, mual, muntah, sakit kepala, dan malaise dapat ter'adi pada 2

    'am pertama. %yeri kepala yang hebat, serta rasa mual selama pemasangan infus,

    sehingga tetesan infus men'adi lebih lambat.Int!a+ena *etil(!ednisolone $I0*(%

    + 3p diberikan dengan dosis 2 gram dalam #aktu $2 'am. 4ila tidak ada respon,

    maka pemberian dapat diulangi ( hari kemudian. 7ika respon masih 'uga tidak ada, maka

    pemberian dapat diulangi ( hari kemudian. Sekitar $ dari $( pasien menun'ukkan respon

    terhadap + 3p pada terapi kedua, sedangkan 2 pasien lainnya menun'ukkan respon pada

    terapi ketiga. 9fek maksimal ter apai dalam #aktu sekitar $ minggu setelah terapi.

    Penggunaan + 3p pada keadaan krisis akan dipertimbangkan apabila terapi lain gagal

    atau tidak dapat digunakan.

    27

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    28/34

    Ko!ti'oste!oid

    !ortikosteroid adalah terapi yang paling lama digunakan dan paling murah untuk

    pengobatan miastenia gravis. !ortikosteroid memiliki efek yang kompleks terhadap

    sistem imun dan efek terapi yang pasti terhadap miastenia gravis masih belum diketahui.

    Durasi ker'a kortikosteroid dapat berlangsung hingga $G bulan, dengan rata-rata selama &

    bulan. Dimana respon terhadap pengobatan kortikosteroid akan mulai tampak dalam

    #aktu 2-& minggu setelah inisiasi terapi.

    Pasien yang berespon terhadap kortikosteroid akan mengalami penurunan dari

    titer antibodinya. !arena kortikosteroid diperkirakan memiliki efek pada aktivasi sel B

    helper dan pada fase proliferasi dari sel 4. Sel B serta anti#en-presentin# cell yang

    teraktivasi diperkirakan memiliki peran yang menguntungkan dalam memposisikan

    kortikosteroid di tempat kelainan imun pada miastenia gravis.

    !ortikosteroid diindikasikan pada penderita dengan ge'ala klinis yang sangat

    menggangu, yang tidak dapat dikontrol dengan antikolinesterase. Dosis maksimal

    penggunaan kortikosteroid adalah < mg@hari kemudian dilakukan tappering pada

    pemberiannya. Pada penggunaan dengan dosis diatas & mg setiap harinya, akan timbul

    efek samping berupa osteoporosis, diabetes, dan komplikasi obesitas serta hipertensi.

    A at/io(!ine

    A athioprine dapat dikonversi men'adi merkaptopurin, suatu analog dari purin

    yang memiliki efek terhadap penghambatan sintesis nukleotida pada D%A dan 6%A.

    A athioprine merupakan obat yang se ara relatif dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh

    dan se ara umum memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat

    imunosupresif lainnya. A athioprine biasanya digunakan pada pasien miastenia gravisyang se ara relatif terkontrol tetapi menggunakan kortikosteroid dengan dosis tinggi.

    A athioprine diberikan se ara oral dengan dosis pemeliharaan 2-& mg@kgbb@hari.

    Pasien diberikan dosis a#al sebesar 2(-( mg@hari hingga dosis optimal ter apai. 6espon

    A athioprine sangat lambat, dengan respon maksimal didapatkan dalam $2-&< bulan.

    !ekambuhan dilaporkan ter'adi pada sekitar ( kasus, ke uali penggunaannya 'uga

    dikombinasikan dengan obat imunomodulasi yang lain.

    28

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    29/34

    3los(o!ine

    6espon terhadap :y losporine lebih epat dibandingkan a athioprine. Dosis a#al

    pemberian :y losporine sekitar ( mg@kgbb@hari terbagi dalam dua atau tiga dosis.

    :y losporine berpengaruh pada produksi dan pelepasan interleukin-2 dari sel B helper.

    Supresi terhadap aktivasi sel B-helper, menimbulkan efek pada produksi antibodi.

    :y losporine dapat menimbulkan efek samping berupa nefrotoksisitas dan hipertensi.

    3lo(/os(/amide $ P*%

    Se ara teori :P3 memiliki efek langsung terhadap produksi antibodi

    dibandingkan obat lainnya. :P3 adalah suatu al ilatin# a#ent yang berefek pada

    proliferasi sel 4, dan se ara tidak langsung dapat menekan sintesis imunoglobulin.

    Time'tomi $S"!gi3al a!e%

    Belah banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara kelen'ar timus dengan

    ke'adian miastenia gravis. Germinal center hiperplasia timus dianggap sebagai penyebab

    yang mungkin bertanggung'a#ab terhadap ke'adian miastenia gravis. 4anyak ahli saraf

    memiliki pengalaman meyakinkan bah#a timektomi memiliki peranan yang pentinguntuk terapi miastenia gravis, #alaupun kentungannya bervariasi, sulit untuk di'elaskan

    dan masih tidak dapat dibuktikan oleh standar yang seksama.

    Bimektomi telah digunakan untuk mengobati pasien dengan miastenia gravis se'ak

    tahun $C dan untuk pengobatan timoma dengan atau tanpa miastenia gravis se'ak a#al

    tahun $C . Bu'uan utama dari timektomi ini adalah ter apainya perbaikan signifikan dari

    kelemahan pasien, mengurangi dosis obat yang harus dikonsumsi pasien,dimana beberapa

    ahli per aya besarnya angka remisi setelah pembedahan adalah antara 2 - tergantungdari 'enis timektomi yang dilakukan. Ahli lainnya per aya bah#a remisi yang tergantung

    dari semakin banyaknya prosedur ekstensif adalah antara -< pada lima hingga

    sepuluh tahun setelah pembedahan adalah kesembuhan yang permanen dari pasien.

    Se ara umum, kebanyakan pasien mulai mengalami perbaikan dalam #aktu satu

    tahun setelah timektomi dan tidak sedikit yang menun'ukkan remisi yang permanen "tidak

    ada lagi kelemahan serta obat-obatan).

    29

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    30/34

    2.-.& Poliom elitis

    Berapi lama. Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak

    mempengaruhi per'alanan penyakit ini. Berapi poliomyelitis tak ada yang spesifik, tetapi

    tergantung penyulit yang ter'adi. +nhibisi metabolik untuk men egah serangan virus ke

    susunan saraf yang dilakukan in-vitro tidak dapat diker'akan pada manusia. Pemberian

    immunoglobulin mungkin dapat men egah penyebaran hematogen ke susunan saraf,

    tetapi bila fase paralitik telah ter'adi, sudah terlambat. Selain fisioterapi dan ortopedi perlu

    diperhatikan fungsi yang lain. 3ana'emen pengobatan suportif yang baik "respirasi

    buatan pada anak) gangguan respirasi atau kardiovaskuler. 7ika otot-otot pernafasan

    men'adi lemah, bisa digunakan ventilator.

    Bu'uan utama pengobatan adalah mengontrol ge'ala se#aktu infeksi berlangsung.

    Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nya#a, terutama membantu pernafasan

    mungkin diperlukan pada kasus yang parah. 7ika ter'adi infeksi saluran kemih, diberikan

    antibiotik. ?ntuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan ke'ang otot, bisa diberikan obat

    pereda nyeri. !e'ang dan nyeri otot 'uga bisa dikurangi dengan kompres hangat. ?ntuk

    memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi

    fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.,ase P!e#(a!aliti'

    Selama epidemik polio semua penderita dengan ge'ala sistemik yang tak spesifik

    harus diperhatikan kemungkinan ter'adi paralisis. Birah baring merupakan pengobatan

    yang penting untuk men'aga ter'adinya footdrop, bila anak tampak gelisah dapat diberikan

    sedative ringan seperti dia epam, pada otot yang sakit diberikan kompres, dan dapat

    diberikan antipiretik bila demam. Selain itu 'uga dian'urkan untuk diet tinggi kalori tinggi

    protein.,ase Pa!aliti'.

    Selama fase akut dapat diberi analgetik non narkotik, misalnya aspirin atau

    a etaminophen. 6asa nyeri pada otot dikurangi dengan mengurangi manipulasi dan untuk

    menghindari ter'adinya regangan pada otot diberikan splint.

    Perlu dilakukan gerakan pasif pada otot se ara halus. Dian'urkan fisioterapi

    dimulai pada masa konvalesens untuk men egah kontraktur. Pemberian airan suplemen

    bila per-oral kurang dan pemberian enema bila obstipasi. Setelah fase akut le#at, mulai

    30

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    31/34

    dilakukan fisioterapi aktif. !onsultasi ortopedi dapat dilakukan segera terapi operasi,

    biasanya dilakukan $-2 tahun setelah a#itan.

    Berapi baru5 Peria etabular >steotomi Beknik pembedahan. Beknik 4ernese

    peria etabular osteotomy pertama kali di'elaskan pada $CG= dan mulai berevolusi dengan

    sedikit perubahan. Dokter menggunakan pendekatan Smith-Petersen dimodifikasi ke

    pinggul, yang memungkinkan perlindungan kulit saraf femoralis lateralis. >steotomy dari

    spina iliaka anterior superior dengan tendon dan ligamen inguinal sartorius terpasang

    dilakukan untuk mengurangi ketegangan pada saraf kutaneus lateralis femoralis. ?ntuk

    dua pasien yang dioperasi sebelum tahun $CC&, asal-usul fas iae latae tensor dan gluteus

    medius dan otot paling bungsu dibebaskan dari panggul, namun, setelah $CC&, osteotomy

    yang dilakukan melalui pendekatan yang tetap teknik saat ini disukai. !edua otot rektus

    femoris terlepas dari asal-usul dan ter ermin medial. Serat dari otot m.iliakus, yang

    melekat pada kapsul anterior pinggul, yang dibedah sampai pe tineal bursa

    divisualisasikan dan tendon m.psoas itu terkena. Para osteotomies dilakukan di 9ropa

    oleh salah satu dari kami "68) dilakukan tanpa bimbingan fluoros opi , tetapi anatomi

    dan tanda didefinisikan dengan baik. !olom posterior panggul itu tetap utuh, dan fragmen

    a etabular lateral, anterior, dan medial yang diperlukan untuk diputar men apai optimal penahanan kepala femoral. sebuah intraoperatif radiografi panggul dibuat untuk

    memverifikasi posisi yang memadai fragmen a etabular.

    Perbaikan dalam penahanan radiografi dikaitkan dengan penurunan dalam

    keparahan nyeri pada semua pasien. Semua pasien mengalami penurunan dalam beratnya

    nyeri, dengan peningkatan kurang dalam fungsi. osteotomy yang tidak andal

    meningkatkan fungsi otot, seperti yang hanya dua dari delapan otot pasien yang sebelum

    operasi. !eseluruhan hasil klinis baik yang diperoleh keseluruhan baik, dengan peningkatan yang signifikan dari skor rata-rata dari pinggul *arris preoperasi (& "kisaran,

    &-= ) sampai G pas a operasi "kisaran, =2-C&, p 1 , $). !urangnya peningkatan fungsi

    pada beberapa pasien adalah dikaitkan dengan kombinasi dari kelemahan otot yang

    persisten tentang pinggul dan ke a atan yang berhubungan dengan sendi lainnya. Dalam

    kebanyakan kasus, ber'alan kaki dan menggunakan alat bantu ara ber'alan sangat

    tergantung pada adanya atau tidak adanya ke a atan yang terkait dengan sendi lainnya.

    31

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    32/34

    2.4 P!ognosis

    Prognosis AFP berdasarkan masing-masing penyebab dan penanganan.

    Penanganan yang baik akan memberikan prognosis yang baik.

    2.5 P!og!am De('es

    Poliomyelitis merupakan etiologi AFP yang penting, karena penyakit ini dapat

    menyebabkan disabilitas permanen yang sebenarnya dapat di egah dengan imunisasi.

    9radikasi poliomyelitis masih men'adi program utama I*>, karena ke'adian

    poliomyelitis masih dilaporkan ter'adi di beberapa negara berkembang. 3eskipun di

    +ndonesia telah dinyatakan bebas polio se'ak tahun $CC(, namun se'umlah bayi dan anak

    balita di Sukabumi positif ter'angkit virus polio liar. !epastian diagnosis di dapat dari

    pemeriksaan laboratorium dengan isolasi virus dari sampel feses, sekresi orofaring dan

    :S. Diagnosis presumtif dibuat dengan adanya peningkatan titer antibodi empat kali

    atau lebih. 6espons antibodi setelah pemberian imunisasi sama dengan respons antibodi

    sebagai akibat infeksi virus polio liar, karena itu interpretasi respons antibodi ini men'adi

    sulit.Sampai saat ini pelaporan kasus masih men'adi masalah di negeri kita, karena itu

    #a'ib dilaporkan setiap ditemukan adanya kasus kelumpuhan akut "AFP) pada anak

    berusia kurang dari $( tahun. *asil kultur virus dari tin'a, informasi demografis, ri#ayat

    imunisasi, hasil pemeriksaan klinik serta pemeriksaan ge'ala sisa kelumpuhan setelah <

    hari harus disertakan dalam laporan tambahan. Demikian pula kasus nonparalitik 'uga

    harus dilaporkan kepada instansi kesehatan setempat.

    32

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    33/34

    BAB III

    KESI*PULAN

    Acute Flaccid Paralyis "AFP) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

    Fla id Paralysis "lumpuh layuh) dan onsetnya akut. +stilah %laccid menun'ukkan

    kelumpuhan o)er Motor "euron " 3%). AFP ini ditandai dengan adanya kelumpuhan

    motorik dengan epat "1 hari). Bonus menghilang dan mengenai anak kelompok 1 $(

    tahun.

    AFP merupakan ke'adian akut yang merupakan keadaan emergensi. 4eberapa

    keadaan memberikan penampilan yang sama, namun karena etiologi dan penatalaksanaan

    yang berbeda, dokter harus dapat mengetahui dan membuat diagnosis yang tepat sehingga

    penatalaksanaannya pun tidak terlambat. 4eberapa petun'uk dalam melakukan anamnesis,

    pemeriksaan klinik dan pemeriksaan neurologis serta pemeriksaan penun'ang diharapkan

    dapat membantu ketepatan diagnosis sehingga penatalaksanaan terhadap pasien men'adi

    lebih baik.

    Penatalaksanaan pada pasien AFP tentu sa'a sesuai dengan diagnosis yang telah

    dibuat "sesuai penyebab kelumpuhan), tetapi se ara umum adalah A4:s. Prognosis AFP berdasarkan masing-masing penyebab dan penanganan. Penanganan yang baik akan

    memberikan prognosis yang baik. Setiap ditemukan adanya kasus kelumpuhan akut

    "AFP) pada anak berusia kurang dari $( tahun #a'ib dilaporkan kepada instansi kesehatan

    setempat.

    33

  • 8/17/2019 2. Referat apri AFP

    34/34

    DA,TA6 PUSTAKA

    $. Andi 4asuki "9d). 7e#a)atdaruratan "eurolo#i disi 8 . 4andung5 ?PF +lmu

    Penyakit Saraf ?%D+P@6S *asan Sadikin 2 $2. p. $ &-$ =.

    2. Alberta *ealth and Iellness. Acute Flaccid Paralysis (AFP3 . Publi *ealth

    %otifiable Disease 3anagement 8uidelines 2 $$.

    &. 3ar A, 8lass 7D, dkk. /i%%erential /ia#nosis o% Acute Flaccid Paralysis and *ts

    2ole in Poliomyelitis Sue!eillance . Bhe 7ohns *opkins ?niversity S hool of *ygiene

    and Publi *ealth, 22 "2), 2 p.2CG-&$