2. referat apri afp
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
1/34
BAB I
PENDAHULUAN
Acute Flaccid Paralyis ( AFP) adalah suatu sindrom klinis yang memerlukan
evaluasi segera dan hati-hati. Sindrom ini memberikan akibat berupa kelumpuhan akut
pada otot, saraf, neuromuscular junction , medula spinalis dan kornu anterior. Sindrom ini
dapat menyerang otot-otot pernapasan sehingga dapat mengakibatkan kematian. Setiap
kasus AFP penting untuk menentukan terapi dan mengetahui prognosis penyakit pada
pasien. Di akhir abad 2 , !ongres !esehatan Dunia " World Health Assembly ) menetapkan
bah#a memasuki abad 2$, seluruh dunia harus bebas dari permasalahan polio, salah satu
penyebab AFP. %amun pada faktanya, di seluruh dunia minimal & negara merupakan
daerah endemis polio. Sehingga eradikasi polio men'adi suatu tugas berat bagi semua
pihak.
Daftar penyebab AFP sangatlah luas dan didapatkan variasi yang dipengaruhi oleh
umur, etnis, dan #ilayah. Selain permasalahan polio, bentuk demielinasi akut Sindrom
Guillane-Bare adalah sekitar ( , dari kasus AFP, diikuti dengan infeksi virus non-polioseperti Mumps Virus , pstein-Barr !irus , *+ , dan West "ile !irus .
*ost atau faktor lingkungan se ara signifikan dapat mempengaruhi ter'adinya
AFP. ingkungan yang tidak sehat dan higienitas hidup yang kurang baik dapat
menimbulkan AFP, selain faktor / immune re#ulated 0. ingkungan yang tidak sehat dan
tidak higienis tersebut dapat menyebabkan virus dan bakteri penyebab dengan mudah
menyerang orang yang tinggal di lingkungan tersebut. Dengan masih tingginya angka
kemiskinan dan kesadaran lingkungan bersih yang masih kurang baik di berbagai negara berkembang, termasuk +ndonesia, dan an aman fatal yang ditimbulkan dari AFP berupa
kelumpuhan dan kematian, maka pengetahuan yang baik mengenai berbagai ma am
kelumpuhan akut, per'alanan penyakit, dan penanganan yang diperlukan untuk
mengatasinya men'adi dasar pembahasan referat kali ini.
1
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
2/34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Acute Flaccid Paralyis ( AFP) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
Fla id Paralysis "lumpuh layuh). AFP ini ditandai dengan adanya kelumpuhan motorik
dengan epat "1 hari) disertai dengan tonus yang menghilang.
AFP merupakan suatu keadaan yang emergensi, karena keterlambatan dalam
penanganan akan menyebabkan kematian atau disabilitas, terutama pada anak-anak. AFP
dapat ter'adi pada beberapa keadaan, dan tentu sa'a penanganannya berbeda.
!elumpuhan yang ter'adi pada AFP se ara akut mengenai $%inal common path&'
$motor end plate& dan otot yaitu pada otot, saraf, neuromuscular junction , medulla spinalis
dan kornu anterior. +stilah %laccid menun'ukkan kelumpuhan o)er Motor "euron
" 3%), mengindikasikan tidak adanya tanda gangguan spastisitas seperti pada gangguan
susunan saraf pusat traktus motorik lainnya misalnya hiperreflek, klonus atau respon
ekstensor pada plantar. !elumpuhan ini ditandai dengan adanya karakteristik ge'ala klinis
kelemahan yang timbul dengan epat termasuk kelemahan otot-otot pernafasan dan ototmenelan. 4erkembang lebih epat dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
AFP adalah kelumpuhan atau paralisis se ara fokal yang onsetnya akut tanpa
penyebab lain yang nyata seperti trauma, yang ditandai dengan fla id dan mengenai anak
kelompok 1 $( tahun. AFP disebabkan oleh beberapa agen termasuk enterovirus,
e hovirus, atau adenovirus.
2.2 Patofisiologi dan Etiologi4erikut ini akan diuraikan mengenai keadaan AFP, dan bagaimana ara untuk
membedakannya5
$. !elainan pada otot " acute myopathies )
a. Periodik paralisis
b. *n%lamatory miophaty " polymyositis dermatomyositis )
. 3iopati karena steroid atau kelainan tiroid
d. 6abdomiolisis "karena obat, ke elakaan)
2. %euromus ular 7un tion
2
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
3/34
a. 3iastenia 8ravis
b. 4otulism
c+ ,ic Paralysis
d. ambert aton Myastenic Syndrome " 93S)
&. %europati akut
a. Paraneoplastik dan paraproteinemia
b. askulitis "lupus, poliartritis)
. %europati motorik multifokal
. Poliradikulopati akut
a+ Guillain-Barre Syndrome
b+ ime disease
c+ Sindroma :auda 9;uina
(. Penyakit 3otor %euron
a. Poliomielitis
b. Amyotrophi ateral Sklerosis "A S)
tak
a. esi di Pons
b. esi multifokal
3
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
4/34
Gam a! 2.1 Patofisiologi dan 9tiologi AFP
2.2.1 Poliomielitis
Poliomielitis memiliki sinonim acute anterior poliomielytis , in%antile paralysis ,
penyakit Heine meidin . Poliomielitis "paralysis infantile, penyakit *eine 3edin) pada
masa lampau, selama bertahun-tahun, merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat
ditakuti karena dapat mengakibatkan kelumpuhan menetap.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus. Agen pemba#a penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus "P ),
masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. irus ini dapat memasuki aliran
darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan "paralisis).
irus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap
formaldehid dan larutan klor. Suhu yang tinggi epat mematikan virus, tetapi pada
keadaan beku dapat bertahan bertahun-tahun. !etahanan virus di tanah dan air sangat
bergantung pada kelembaban suhu dan mikroba lainnya. irus ini dapat bertahan pada air
limbah dan air permukaan bahkan hingga berkilo-kilo meter dari sumber penularan.
3eskipun penularan terutama akibat ter emarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita infeksius.
4
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
5/34
Penularan virus ter'adi melalui beberapa ara5
$. Se ara langsung dari orang ke orang
2. 3elalui per ikan ludah penderita
&. 3elalui tin'a penderita
irus masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam tenggorokan
saluran erna, lalu diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. 6isiko ter'adinya polio5
$. 4elum mendapatkan imunisasi
2. 4epergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio
&. !ehamilan
. ?sia sangat lan'ut atau sangat muda
(. uka di mulut@ hidung@tenggorokan
irus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring dan berkembangbiak
dalam traktus digestivus, kelen'ar getah bening regional dan sistem retikuloendotelial.
Dalam keadaan ini timbul perkembangan virus, tubuh bereaksi dengan membentuk
antibodi spesifik. 4ila pembentukan at antibodi tubuh men ukupi dan epat maka virus
akan dinetralisasikan, sehingga timbul ge'ala klinis yang ringan atau tidak terdapat samasekali dan timbul imunitas terhadap virus tersebut. 4ila proliferasi virus tersebut lebih
epat dari pembentukan at antibodi maka akan timbul viremia dan ge'ala klinis,
kemudian virus akan terdapat dalam feses untuk beberapa minggu lamanya.
4erlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka
neuropatologi poliomeilitis biasanya patognomik. irus hanya menyerang sel-sel dan
daerah tertentu susunan saraf. Bidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan
yang sama dan bila ringan sekali dapat ter'adi penyembuhan fungsi neuron dalam &-minggu sesudah timbul ge'ala. Daerah yang biasanya terkena pada poliomielitis5
$. 3edulla spinalis terutama kornu anterior
2. 4atang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital
&. Serebelum terutama inti-inti pada vermis
. 3idbrain terutama pada massa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nukleus
rubra.
(. Balamus dan hipotalamus
5
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
6/34
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
7/34
Pada pemeriksaan fisis distribusi paralysis khas kadang-kadang tidak ada. ?ntuk
mendeteksi kelemahan otot ringan, sering perlu memakai tahanan halus dalam mela#an
kelompok otot yang sedang diu'i. Pada bentuk spinal ada kelemahan beberapa otot leher,
perut, batang tubuh, diafragma, thoraks, atau tungkai.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ge'ala dan hasil pemeriksaan fisik. ?ntuk
memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap ontoh tin'a untuk men ari
poliovirus dan pemeriksaan terhadap darah untuk menentukan titer antibodi . Pembiakan
virus diambil dari lendir tenggorokan, tin'a atau airan serebrospinal . Pemeriksan rutin
terhadap airan serebrospinal memberikan hasil yang normal atau tekanan, protein serta
sel darah putihnya agak meningkat.
Pengobatan. 4elum ada pengobatan kausal pada penyakit polio, namun
poliomielitis dapat di egah melalui vaksinasi. aksinasi polio dengan virus yang
dinonaktifkan "salk) mulai digunakan pada tahun $C((, dan vaksinasi dengan virus hidup
yang di'inakkan "sabin) mulai banyak dipakai se'ak tahun $Crang yang telah
menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami ge'ala tambahan di masa depan
seperti layuh otot ge'ala ini disebut sindrom post-polio.
!omplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. !elumpuhan
ter'adi sebanyak kurang dari $ dari setiap $ kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapaotot, sering ditemukan. !adang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan
terserang polio, sehingga ter'adi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. 4eberapa
penderita mengalami komplikasi 2 -& tahun setelah terserang polio. !eadaan ini disebut
sindroma post-poliomielitis , yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang
seringkali menyebabkan kelumpuhan.
7
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
8/34
2.2.2 Sind!oma G"illain#Ba!!e $SGB%
Sindroma 8uillain-4arre "S84) merupakan penyebab kelumpuhan yang ukup
sering di'umpai pada usia de#asa muda. S84 ini seringkali men emaskan penderita dan
keluarganya karena ter'adi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat
menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang baik.
4eberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu +diopathi
polyneuritis, A ute Febrile Polyneuritis, +nfe tive Polyneuritis, Post +nfe tious
Polyneuritis, A ute +nflammatory Demyelinating Polyradi uloneuropathy, 8uillain 4arre
Strohl Syndrome, andry As ending paralysis, dan andry 8uillain 4arre Syndrome.
Parry mengatakan bah#a, S84 adalah suatu polineuropati yang bersifat as ending
dan akut yang sering ter'adi setelah $ sampai & minggu setelah infeksi akut. 3enurut
4os h, S84 merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang
ter'adi se ara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf
perifer, radiks, dan nervus kranialis.
Penyakit ini ter'adi di seluruh dunia, ke'adiannya pada semua musim. Do#ling
dkk mendapatkan frek#ensi tersering pada akhir musim panas dan musim gugur dimana
ter'adi peningkatan kasus influen a. Pada penelitian Ehao 4ao un didapatkan bah#a penyakit ini hampir ter'adi pada setiap saat dari setiap bulan dalam setahun, sekalipun
demikian tampak bah#a < kasus ter'adi antara bulan 7uli s@d >ktober yaitu pada akhir
musim panas dan musim gugur. +nsidensi sindroma 8uillain-4arre bervariasi antara .<
sampai $.C kasus per $ . orang pertahun. Selama periode 2 tahun .entral Medical
Mayo .linic melakukan penelitian mendapatkan insidensi rate $.= per $ . orang.
Ber'adi pun ak insidensi antara usia $(-&( tahun dan antara ( -= tahun. 7arang mengenai
usia diba#ah 2 tahun. ?sia termuda yang pernah dilaporkan adalah & bulan dan paling tuausia C( tahun. aki-laki dan #anita sama 'umlahnya. Dari pengelompokan ras didapatkan
bah#a G& penderita adalah kulit putih, = kulit hitam, ( *ispani , $ Asia dan
pada kelompok ras yang tidak spesifik. Data di +ndonesia mengenai gambaran
epidemiologi belum banyak. Penelitian :handra menyebutkan bah#a insidensi terbanyak
di +ndonesia adalah dekade +, ++, +++ "diba#ah usia &( tahun) dengan 'umlah penderita
laki-laki dan #anita hampir sama. Sedangkan penelitian di 4andung menyebutkan bah#a
perbandingan laki-laki dan #anita & 5 $ dengan usia rata-rata 2&,( tahun. +nsiden tertinggi
pada bulan April s@d 3ei dimana ter'adi pergantian musim hu'an dan kemarau.
8
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
9/34
9tiologi S84 sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti
penyebabnya dan masih men'adi bahan perdebatan. 4eberapa keadaan@penyakit yang
mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan ter'adinya S84, antara lain, infeksi,
vaksinasi, pembedahan, kehamilan atau dalam masa nifas, penyakit sistematik,
keganasan, systemic lupus erythematosus "S 9), tiroiditis, penyakit Addison.
S84 sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. +nsidensi kasus
S84 yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara (< - G , yaitu $ sampai
minggu sebelum ge'ala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau
infeksi gastrointestinal.
3ekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang
mempresipitasi ter'adinya demielinisasi akut pada S84 masih belum diketahui dengan
pasti. 4anyak ahli membuat kesimpulan bah#a kerusakan saraf yang ter'adi pada
sindroma ini adalah melalui mekanisme imunologi. 4ukti-bukti bah#a imunopatogenesa
merupakan mekanisme yang menimbulkan 'e'as saraf tepi pada sindroma ini adalah5
$. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler " cell mediated
immunity ) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.&. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh
darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi
.
Gam a! 2.2 Damaged myelin pada 84S
9
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
10/34
Proses demyelinisasi saraf tepi pada S84 dipengaruhi oleh respon imunitas seluler
dan imunitas humoral yang dipi u oleh berbagai peristi#a sebelumnya, yang paling sering
adalah infeksi virus.
Dalam sistem kekebalan seluler, sel limfosit B memegang peranan penting
disamping peran makrofag. Prekursor sel limfosit berasal dari sumsum tulang " bone
marro) ) stem ell yang mengalami pende#asaan sebelum dilepaskan ke dalam 'aringan
limfoid dan peredaran. Sebelum respon imunitas seluler ini ter'adi pada saraf tepi antigen
harus dikenalkan pada limfosit B ":D ) melalui makrofag. 3akrofag yang telah menelan
"fagositosis) antigen@terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen lain akan
memproses antigen tersebut oleh penya'i antigen " anti#en presentin# cell H AP:).
!emudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limfosit B ":D ). Setelah itu
limfosit B tersebut men'adi aktif karena aktivasi marker dan pelepasan substansi
interlekuin "+ 2), gamma interferon serta alfa B%F. !elarutan 9 sele tin dan adesi
molekul "+:A3) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam
membuka sa#ar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit B dan pengambilan
makrofag. 3akrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin
disamping menghasilkan B%F dan komplemen.Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak 'elas gambaran pembengkakan saraf
tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan pertama
berupa edema yang ter'adi pada hari ke tiga atau ke empat, kemudian timbul
pembengkakan dan iregularitas selubung myelin pada hari ke lima, terlihat beberapa
limfosit pada hari ke sembilan dan makrofag pada hari ke sebelas, poliferasi sel s h#an
pada hari ke tigabelas. Perubahan pada myelin, akson, dan selubung s h#an ber'alan
se ara progresif, sehingga pada hari ke enampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepitelah han ur. Perubahan pertama yang ter'adi adalah infiltrasi sel limfosit yang
ekstravasasi dari pembuluh darah ke il pada endo dan epineural. !eadaan ini segera
diikuti demyelinisasi segmental. 4ila peradangannya berat akan berkembang men'adi
degenerasi Iallerian. !erusakan myelin disebabkan makrofag yang menembus membran
basalis dan melepaskan selubung myelin dari sel s h#an dan akson.
4eberapa varian dari sindroma 8uillan-4arre dapat diklasifikasikan, yaitu5
$. A ute inflammatory demyelinating polyradi uloneuropathy
2. Suba ute inflammatory demyelinating polyradi uloneuropathy
10
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
11/34
&. A ute motor a onal neuropathy
. A ute motor sensory a onal neuropathy
(. Fisher0s syndrome
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
12/34
!riteria diagnosa yang umum dipakai adalah riteria dari "ational *nstitute o%
"eurolo#ical and .ommunicati!e /isorder and Stro e "%+%:DS), yaitu5
+. :iri- iri yang perlu untuk diagnosis5
o Ber'adinya kelemahan yang progresif
o *iporefleksi
++. :iri- iri yang se ara kuat menyokong diagnosis S845
a. :iri- iri klinis5
i. Progresifitas5 8e'ala kelemahan motorik berlangsung epat, maksimal dalam
minggu, ( men apai pun ak dalam 2 minggu, G dalam & minggu, dan C
dalam minggu.
ii. 6elatif simetris.
iii. 8e'ala gangguan sensibilitas ringan.
iv. 8e'ala saraf kranial J ( ter'adi parese % ++ dan sering bilateral. Saraf otak lain
dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang 1
( kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain.
v. Pemulihan5 Dimulai 2- minggu setelah progresifitas berhenti, dapat meman'ang
sampai beberapa bulan.
vi. Disfungsi otonom. Bakikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan ge'ala
vasomotor.
vii. Bidak ada demam saat onset ge'ala neurologis.
b. :iri- iri kelainan airan serebrospinal yang kuat menyokong diagnosa5
i. Protein :SS. 3eningkat setelah ge'ala $ minggu atau ter'adi peningkatan pada P
serial. 7umlah sel :SS 1 $ 3%@mm&
ii. arian5
o Bidak ada peningkatan protein :SS setelah $ minggu ge'ala
o 7umlah sel :SS5 $$-( 3%@mm &
. 8ambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa5
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada G kasus. 4iasanya ke epatan
hantar kurang < dari normal.
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan se ara umum bersifat simtomik. 3eskipun dikatakan bah#a penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu
12
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
13/34
dipikirkan #aktu pera#atan yang ukup lama dan angka ke a atan "ge'ala sisa) ukup
tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Bu'uan terapi khusus adalah
mengurangi beratnya penyakit dan memper epat penyembuhan melalui sistem imunitas
"imunoterapi).
Ko!ti'oste!oid
!ebanyakan penelitian mengatakan bah#a penggunaan preparat steroid tidak mempunyai
nilai@tidak bermanfaat untuk terapi S84.
Plasma(a!esis
Plasmaparesis atau plasma e0chan#e bertu'uan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi
yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada S84 memperlihatkan hasil yang baik, berupa
perbaikan klinis yang lebih epat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan
lama pera#atan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 2 -2( ml
plasma@kg 44 dalam =-$ hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat a#al
onset ge'ala "minggu pertama).
Pengo atan im"nos"(!esan)
$. +munoglobulin +
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan
plasmaparesis karena efek samping@komplikasi lebih ringan. Dosis maintenan e .
gr@kg 44@hari selama & hari dilan'utkan dengan dosis maintenan e . gr@kg 44@hari
tiap $( hari sampai sembuh.
2. >bat sitotoksikPemberian obat sitoksik yang dian'urkan adalah5
i. < merkaptopurin "
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
14/34
i. pada pemeriksaan %: -938 relatif normal
ii. mendapat terapi plasmaparesis dalam minggu mulai saat onset
iii. progresifitas penyakit lambat dan pendek pada penderita berusia & -< tahun
2.2.& *iastenia G!a+is
3iastenia gravis adalah salah satu penyakit gangguan autoimun yang mengganggu
sistem sambungan saraf "synaps). Pada penderita miastenia gravis, sel antibodi tubuh atau
kekebalan akan menyerang sambungan saraf yang mengandung a etyl holine "A:h),
yaitu neurotransmitter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya.
7ika reseptor mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga
komunikasi antara sel saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.
Penyebab pasti reaksi autoimun atau sel antibodi yang menyerang reseptor
a etyl holine belum diketahui. Bapi pada sebagian besar pasien, kerusakan kelen'ar
thymus men'adi penyebabnya. 3aka itu kebanyakan si penderita akan men'alani operasi
thymus. Bapi setelah thymus diangkat 'uga belum ada 'aminan penyakit autoimun ini akan
sembuh.
Bhymus adalah organ khusus dalam sistem kekebalan yang memproduksiantibodi. >rgan ini terus tumbuh pada saat kelahiran hingga pubertas, dan akan
menghilang seiring bertambahnya usia. Bapi pada orang-orang tertentu, kelen'ar thymus
terus tumbuh dan membesar, bahkan bisa men'adi ganas dan menyebabkan tumor pada
kelen'ar thymus "thymoma). Pada kelen'ar thymus, sel tertentu pada sistem kekebalan
bela'ar membedakan antara sel tubuh dan at asing. !elen'ar thymus 'uga berisi sel otot
"myo ytes) dengan reseptor a etyl holine.
Anatomi dan ,isiologi Neuro Muscular Junction
Di bagian terminal dari saraf motorik terdapat sebuah pembesaran yang biasa
disebut bouton terminale atau terminal bulb . ,erminal Bulb ini memiliki membran yang
disebut 'uga membran pre-synapti , struktur ini bersama dengan membran post-synapti
"pada sel otot) dan elah synapti " elah antara 2 membran) membentuk "euro Muscular
1unction . 3embran Pre-Synapti mengandung asetilkolin "A:h) yang disimpan dalam
bentuk vesikel-vesikel. 7ika ter'adi potensial aksi, maka :aK Volta#e Gated .hannel akan
teraktivasi. Berbukanya hannel ini akan mengakibatkan ter'adinya influ :al ium. +nflu
14
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
15/34
ini akan mengaktifkan vesikel-vesikel tersebut untuk bergerak ke tepi membran. esikel
ini akan mengalami doc in# pada tepi membran. !arena proses do king ini, maka
asetilkolin yang terkandung di dalam vesikel tersebut akan dilepaskan ke dalam elah
synapti .
A:h yang dilepaskan tadi, akan berikatan dengan reseptor asetilkolin "A:h6)
yang terdapat pada membran post-synapti . A:h6 ini terdapat pada lekukan-lekukan pada
membran post-synapti . A:h6 terdiri dari ( subunit protein, yaitu 2 alpha, dan masing-
masing satu beta, gamma, dan delta. Subunit-subunit ini tersusun membentuk lingkaran
yang siap untuk mengikat A:h.
+katan antara A:h dan A:h6 akan mengakibatkan terbukanya gerbang %atrium
pada sel otot, yang segera setelahnya akan mengakibatkan influ %aK. +nflu %aK ini
akan mengakibatkan ter'adinya depolarisasi pada membran post-synapti . 7ika
depolarisasi ini men apai nilai ambang tertentu " %irin# le!el ), maka akan ter'adi potensial
aksi pada sel otot tersebut. Potensial aksi ini akan dipropagasikan "dirambatkan) ke segala
arah sesuai dengan karakteristik sel eksitabel, dan akhirnya akan mengakibatkan
kontraksi.
A:h yang masih tertempel pada A:h6 kemudian akan dihidrolisis oleh en imAsetilkolinesterase "A:h9) yang terdapat dalam 'umlah yang ukup banyak pada elah
synapti . A:h akan dipe ah men'adi !olin dan Asam aktat. !olin kemudian akan
kembali masuk ke dalam membran pre-synapti untuk membentuk A:h lagi. Proses
hidrolisis ini dilakukan untuk dapat men egah ter'adinya potensial aksi terus menerus
yang akan mengakibatkan kontraksi terus menerus.
Dalam kasus Myasthenia Gra!is ter'adi penurunan 'umlah Acetyl .holine
2eceptor "A:h6). !ondisi ini mengakibakan A etyl :holine"A:h) yang tetap dilepaskandalam 'umlah normal tidak dapat mengantarkan potensial aksi menu'u membran post-
synapti . !ekurangan reseptor dan kehadiran A:h yang tetap pada 'umlah normal akan
mengakibatkan penurunan 'umlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu.
+nilah yang kemudian menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Pengurangan 'umlah A:h6 ini diper aya disebabkan karena proses auto-immun di
dalam tubuh yang memproduksi anti-A:h6 bodies , yang dapat memblok A:h6 dan
merusak membran post-synapti . 3enurut Shah pada tahun 2
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
16/34
penyuntikan men it dengan *mmuno#lobulin G (*#G3 dari pasien penderita Myasthenia
Gra!is dapat mengakibatkan ge'ala-ge'ala Myasthenic pada men it tersebut, ini
menu'ukkan bah#a faktor immunologis memainkan peranan penting dalam etiologi
penyakit ini. Alasan mengapa pada penderita Myasthenia Gra!is , tubuh men'adi
kehilangan toleransi terhadap A:h6 sampai saat ini masih belum diketahui.
Sampai saat ini, Myasthenia Gra!is dianggap sebagai penyakit yang disebabkan
oleh sel 4, karena sel 4 lah yang memproduksi anti-A:h6 bodies . %amun, penemuan
baru menun'ukkan bah#a sel B yang diproduksi oleh ,hymus , memiliki peranan penting
pada patofisiologis penyakit Myasthenia Gra!is+ *al ini ditun'ukkan dengan banyaknya
penderita Myasthenic mengalami hyperplasia thymic dan thymoma+
Pada miastenia gravis, konduksi neuromuskular terganggu. Abnormalitas dalam
penyakit miastenia gravis ter'adi pada endplate motorik dan bukan pada membran
presinaps. 3embran postsinaptiknya rusak akibat reaksi imunologi. !arena kerusakan itu
maka 'arak antara membran presinaps dan postsinaps men'adi besar sehingga lebih
banyak asetilkolin dalam per'alanannya ke arah motor endplate dapat dipe ahkan oleh
kolinesterase. Selain itu 'umlah asetilkolin yang dapat ditampung oleh lipatan-lipatan
membran postsinaps motor end plate men'adi lebih ke il. !arena dua faktor tersebutmaka kontraksi otot tidak dapat berlangsung lama.
!elainan kelen'ar timus ter'adi pada miastenia gravis. 3eskipun se ara radiologis
kelainan belum 'elas terlihat karena terlalu ke il, tetapi se ara histologik kelen'ar timus
pada kebanyakan pasien menun'ukkan adanya kelainan. Ianita muda enderung
menderita hiperplasia timus, sedangkan pria yang lebih tua dengan neoplasma timus.
9lektromiografi menun'ukkan penurunan amplitudo potensial unit motorik apabila otot
dipergunakan terus-menerus Pembuktian etiologi auto-imunologiknya diberikan olehkenyataan bah#a kelen'ar timus mempunyai hubungan erat. Pada G penderita
miastenia didapati kelen'ar timus yang abnormal. !ira-kira $ dari mereka
memperlihatkan struktur timoma dan pada penderita-penderita lainnya terdapat infiltrat
limfositer pada pusat germinativa kelen'ar timus tanpa perubahan di 'aringan limfoster
lainnya.
Myasthenia Gra!is ditandai dengan kelemahan pada otot, yang memburuk ketika
digerakkan dan membaik ketika beristirahat. !arakteristik yang lain adalah sebagai
berikut5 !elemahan otot ekstra okular " 0tra 4cular Muscle3 atau biasa disebut Ptosis+
16
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
17/34
!ondisi ini ter'adi pada lebih dari ( pasien. 8e'ala ini seringkali men'adi ge'ala a#al
dari Myasthenia Gra!is' #alaupun hal ini masih belum diketahui penyebabnya.
!elemahan otot men'alar ke otot-otot okular, fas ial dan otot-otot bulbar dalam rentang
minggu sampai bulan. Pada kasus tertentu kelemahan 9>3 bisa tetap bertahan selama
bertahun-tahun Sebagian besar mengalami kelemahan. Perbaikan se ara spontan sangat
'arang ter'adi, sedangkan perbaikan total hampir tidak pernah ditemukan.
8e'ala-ge'ala miastenia gravis pada pasein usia produktif antara lain5 'ari, tangan dan kaki
"seperti ge'ala stroke tapi tidak disertai ge'ala stroke lainnya).
8e'ala-ge'ala ringan biasanya akan membaik setelah beristirahat, tetapi bisa
mun ul kembali bila otot kembali beraktifitas. Penyakit miastenia gravis ini bisa
disembuhkan tergantung kerusakan sistem saraf yang dialami. 4isa ter'adi kesulitan
dalam berbi ara dan menelan serta kelemahan pada lengan dan tungkai. Dalam menaiki
tangga, mengangkat benda dan bisa ter'adi kelumpuhan. pernafasan "krisis miastenik).
!lasifikasi Myasthenia Gra!is berdasarkan ,he Medical Scienti%ic Ad!isory Board
(MSAB3 o% the Myasthenia Gra!is Foundation o% America (MGFA35
:lass + !elemahan otot okular dan 8angguan menutup mata, >tot lain masih normal
:lass ++ !elemahan ringan pada otot selain okular, >tot okular meningkat kelemahannya:lass ++a 3empengaruhi ekstrimitas, Sedikit mempengaruhi otot-otot oropharyngeal
:lass ++b 3empengaruhi otot-otot oropharyngeal dan pernapasan, 7uga mempengaruhi
ekstrimitas
:lass +++ !elemahan sedang pada otot selain okuler, 3eningkatnya kelemahan pada otot
okuler
:lass +++a 3empengaruhi ektrimitas , Sedikit mempengaruhi otot-otot oropharyngeal
:lass +++b 3empengaruhi otot-otot oropharyngeal dan pernapasan, 7uga mempengaruhiekstrimitas
:lass + !elemahan berat pada selain otot okuler, !elemahan berat pada otot okuler
:lass + a 3empengaruhi ekstrimitas, Sedikit pengaruh pada otot-otot oropharyngeal
:lass + b Berutama mempengaruhi otot-otot pernapasan dan oropharyngeal, 'uga
mempengaruhi otot-otot ekstrimitas
:lass Pasien yang membutuhkan intubasi "ke uali pada kasus post-operative).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ge'alanya, yaitu 'ika seseorang mengalami
kelemahan umum, terutama 'ika melibatkan otot mata atau #a'ah, atau kelemahan yang
17
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
18/34
meningkat 'ika otot yang terkena digunakan atau berkurang 'ika otot yang terkena
diistirahatkan.
>bat yang dapat meningkatkan 'umlah asetilkolin dipakai untuk melakukan
pengu'ian guna memperkuat diagnosis. Lang paling sering digunakan untuk pengu'ian
adalah edrofonium. 7ika obat ini disuntikkan intravena, maka untuk sementara #aktu akan
memperbaiki kekuatan otot pada penderita miastenia gravis.
Pemeriksaan diagnostik lainnya adalah penilaian fungsi otot dan saraf dengan
elektromiogram dan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap
asetilkolin.
4eberapa penderita memiliki tumor pada kelen'ar timusnya "timoma), yang
mungkin merupakan penyebab dari kelainan fungsi sistem kekebalannya. :B s an dada
dilakukan untuk menemukan adanya timoma.
3emberi obat-obatan yang bisa menekan reaksi autoimun atau antibodi yang
menyerang a etyl holine tidak aktif lagi pengu'ian guna memperkuat diagnosis. Lang
paling sering digunakan untuk pengu'ian adalah edrofonium. 7ika obat ini disuntikkan
intravena, maka untuk sementara #aktu akan memperbaiki kekuatan otot pada penderita
miastenia gravis.
2.2.- Bot"lisme
4otulisme merupakan intoksikasi, seperti halnya dengan tetanus. Boksin botulisme
diproduksi oleh .losytrodium botulinum+ 4otulisme adalah penyakit langka tapi sangat
serius. 3erupakan penyakit paralisis ga#at yang disebabkan oleh ra un "toksin) yang
menyerang saraf yang diproduksi bakteri .lostridium Botulinum+ .lostridium botulinum
berkembang biak melalui pembentukan spora dan produksi toksin. Boksin tersebut dapatdihan urkan oleh suhu yang tinggi, karena itu botulisme sangat 'arang sekali di'umpai di
lingkungan atau masyarakat yang mempunyai kebiasaan memasak atau merebus sampai
matang. Ada & 'enis utama botulisme5
$. Foodborne 4otulisme
Disebabkan karena makanan yang mengandung toksin botulisme.
2. Iound 4otulisme
Disebabkan toksin dari luka yang terinfeksi oleh .lostridum Botulinum+
&. +nfant 4otulisme
18
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
19/34
Disebabkan karena spora dari bakteri botulinum, yang kemudian berkembang dalam
usus dan melepaskan toksin.
Semua bentuk botulisme dapat fatal dan merupakan keadaan darurat. Foodborne
botulisme mungkin merupakan 'enis botulisme yang paling berbahaya karena banyak
orang dapat tertular dengan mengkonsumsi makanan yang ter emar.
Di ?SA dilaporkan sekitar $$ kasus ter'adi tiap tahunnya. Dan sekitar 2( nya
foodborne botulisme, =2 infant botulisme dan sisanya adalah #ound botulisme.
Foodborne botulisme biasanya karena mengkonsumsi makanan kaleng. Iound botulisme
meningkat karena penggunaan heroin terutama di alifornia.
9tiologi dari botulisme adalah .lostridium botulinum+ .lostridium botulinum
merupakan kuman anaerob, gram positif, mempunyai spora yang tahan panas, dapat
membentuk gas, serta menimbulkan rasa dan bau pada makanan yang terkontaminasi.
.lostridium Botulinum berbiak melalui pembentukan spora dan produksi toksin.
6a un botulisme diserap di dalam lambung, duodenum dan bagian pertama 'e'unum.
Setelah diedarkan oleh aliran darah sistemik, maka ra un tersebut melakukan blokade
terhadap penghantaran serabut saraf kolinergik tanpa mengganggu saraf adrenegik.
!arena blokade itu, pelepasan asetilkolin terhalang. 9fek ini berbeda dengan efek kurareyang menghalang-halangi efek asetil kolin terhadap serabut otot lurik. 3aka dari itu efek
ra un botulisme menyerupai khasiat atropin, sehingga manifetasi klinisnya terdiri dari
kelumpuhan fla id yang menyeluruh dengan pupil yang lebar "tidak bereaksi terhadap
ahaya), lidah kering, takikardi dan perut yang mengembung. !emudian otot menelan dan
okular ikut terkena 'uga, sehingga kesukaran untuk menelan dan diplopia men'adi keluhan
penderita. Akhirnya otot pernafasan dan penghantaran impuls 'antung sangat terganggu,
hingga penderita meninggal karena apnoe dan cardiac arrest .!e urigaan akan botulisme sudah harus dipikirkan dari ri#ayat pasien dan
pemeriksaan klinik. 4agaimanapun, baik anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak ukup
untuk menegakkan diagnosa karena penyakit lain yang merupakan diagnosa banding,
seperti Guillain-Barre Syndrome , stroke dan myastenia gravis memberikan gambaran
yang serupa. Dari anamnesa didapatkan ge'ala klasik dari botulisme berupa diplopia,
penglihatan kabur, mulut kering, kesulitan menelan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot. 7ika sudah lama, keluhan
bertambah dengan paralisis lengan, tungkai sampai kesulitan nafas karena kelemahan
19
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
20/34
otot-otot pernafasan. Pemeriksaan tambahan yang sangat menolong untuk menegakkan
diagnosa botulisme adalah :B-S an, pemeriksaan serebro spinalis, nerve ondu tion test
seperti ele tromyography atau 938, dan tensilon test untuk myastenia gravis.
Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya toksin botulisme di serum
pasien 'uga dalam urin. 4akteri 'uga dapat diisolasi dari feses penderita dengan foodborne
atau infant botulisme.
4otulisme dapat menyebabkan kematian karena kegagalan nafas. Dalam ( tahun
terakhir, banyak pasien dengan botulisme yang meninggal menurun dari ( men'adi
G . Pasien dengan botulisme yang parah membutuhkan alat bantu pernafasan sebagai
bentuk pengobatan dan pera#atan yang intensif selama beberapa bulan. Pasien yang
selamat dari ra un botulisme dapat men'adi lemah dan nafas yang pendek selama
beberapa tahun dan terapi 'angka pan'ang dibutuhkan untuk proses pemulihan.
2.& Pende'atan Klinis Pasien A,P
Setiap pasien AFP adalah keadaan darurat klinis yang membutuhkan penanganan
segera. Dalam setiap kasus, pen'elasan rin i tentang ge'ala klinis harus diperoleh. 8e'ala
tersebut termasuk kelumpuhan, gangguan gaya ber'alan, kelemahan atau gangguankoordinasi dari satu atau beberapa anggota gerak tubuh.
4erbagai ma am lesi yang dapat timbul pada susunan lo)er motor neuron , berarti
lesi tersebut merusak motor neuron, akson, motor end plate dan otot skeletal sehingga
tidak terdapat gerakan atau rangsang motorik yang disampaikan ke motor neuron.
!elumpuhan tersebut sesuai dengan ge'ala lo#er motor neuron yaitu5
a. *ilangnya gerakan voluntar dan reflektorik, sehingga reflek tendon hilang dan reflek
patologik tidak mun ul. b. Bonus otot hilang.
. 3usnahnya motor neuron beserta akson sehingga satuan motorik hilang dan ter'adi
atrofi otot.
20
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
21/34
21
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
22/34
Poliom elitis "Bipe Paralitik,Spiral dan 4ulbar) dengan atau
tanpa emsefalitis.
La"nd! G"llain Ba!!eS nd!ome "84S).
* ast/enia G!a+is. Pe!io
9tiologiirus Polio +, ++, +++, virus lain
9 =$, virus Iest %ile.
Proses otonium,my oplasma dan infeksi
virus "94 , :3 ),:ampiloba ter 'e'uni,
*epatitis 4.
Proses otonium, kelainan pada neuromus ular
'un tion "A ety holin6e eptors).
*iphipnor
6i#ayatPenyakit
8e'ala didahului infeksigastrointestinal kemudian ter'adi
kelumpuhan motorik, dapatdisertai paralysis bulbar "post
tonsilektomi). 6i#ayat imunisasi polio "-) atau tidak adekuat.
8e'ala infeksi respiratorydan gastro intestinal tidak
spesifik, (-$ hari sebelumkelumpuhan.
!elemahan yang berfluktuasi, pagi banguntidur lebih baik dibanding
siang-sore hari.
!elemater'adi
banyak k obat te
tidur, m
8e'ala
Paralysis disertai febris,kekakuan otot leher dan batangtubuh. Paralysis asymetris atausegmentasi " ervi al, thorakalatau lumbal). Dapat disertai
ge'ala bulbar sebelumkelumpuhan, ansietas, delirium.
Paralysis simetrisekstremitas inf, se ara
asenden dengan epat keekstremitas sup, batang
tubuh dan saraf otak. Dapatdisertai parestesi, hipertensi.
Febris "-). 3iller Fisher 5ataksi, oftalmoplegia.
Bipe okuler 5 kelopak mata sulit untuk dibuka
Bipe general 5 tipe okuler disertai kelemahan
motorik, ge'ala bulbar "disfagia), ggn. >tot
pernafasan.
!elemsimetris
deng
Pem. %eurologi
Paralysis flaksid, asimetris,tergantung dari medulla spinalis
yang terkena.
Setinggi umbal 5 ekstremitasinf, abdomen inf :ervikal 5
bahu, lengan, leher, diafragma4ulbar 5 kesulitan menelanSensorik 5 tidak terganggu6efleks fisiologis turun.
Paralysis flaksid, simetris.Dapat disertai dengan
paralysis % +M, M, +++, + ,+ dan ataksia.
Sensorik 5 glove N sto king.6efleks fisiologis turun.
Paralysis ekstremitas
simetris, ptosis, paresis, %+M, M, ++.
Sensorik tidak terganggu.6efleks fisiologis 5 %.
Paralyssimetris.
terganfis
Pem.Penun'ang
!ultur dari faeses, apustenggorokan, :S.
%:S dan 938 H gambaran polineuropati.
Prostigmin test 938single fiber, Stimulasi
repetitive Serologi 5 Autoantibody A h6.
ab 5hipnor
Ta el 2.1 Perbedaan 9tiologi AFP
22
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
23/34
Banda-tanda AFP harus dievaluasi klinis se ara lengkap dengan pemeriksaan
neurologis lengkap. 4eberapa hal yang perlu diperhatikan5 usia, ri#ayat penyakit seperti
ada@tidaknya febris saat ter'adinya paralisis, progresifitas, keterlibatan saraf otak, sensoris
dan motoris, refleks fisiologis, refleks patologis. Adanya tanda-tanda meningismus,
gangguan saraf pusat "ata ia) atau sistem saraf otonom "fungsi usus dan kandung kemih,
sfingter dan fungsi berkemih neurogenik).
Pemeriksaan Penun'ang yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan lab darah5 !alium, magnesium, fosfat, :! 4$2, BS*, A%A, A%:A,
protein elktroforesis.
b. Pemeriksaan kultur dari feses, apus tenggorok, :S.
. Bes prostigmin pada kasus miastenia gravis.
Pemeriksaan elektrofisiologi diperlukan untuk kepentingan diagnosis dan
prognosis dari penyakit motorneuron. Pemeriksaan fungsi lumbal dan airan serebrospinal
diindikasikan untuk menyingkirkan adanya infeksi bakteri pada sistem saraf, infeksi
bakteri ditun'ukkan dengan adanya netrofil, tingkat glukosa yang rendah dan kandungan
protein yang tinggi. Pemeriksaan kultur bakteri akan mengidentifikasi adanya
mikroorganisme spesifik. Pen itraan tulang belakang seperti radiografi, :B-S an atauma#netic resonance ima#in# "36+) diindikasikan untuk menyingkirkan adanya kompresi
tulang belakang, mielopati, atau neoplasma poliradikulopati spondilosis. Pemeriksaan
elektro ardiogram dapat mengidentifikasi adanya gangguan metabolisme elektrolit seperti
kelumpuhan periodik yang diakibatkan oleh keadaan hipovolemi.
2.- Penatala'sanaan
Penatalaksanaan pada pasien AFP tentu sa'a sesuai dengan diagnosis yang telahdibuat, tetapi se ara umum adalah A4:s.
a. 4ebaskan 'alan napas dan berikan >2 bila ter'adi penurunan kesadaran atau disfagia.
b. Pemeriksaan tekanan darah dan nadi se ara berkala terutama pada kasus bradikardia
atau takiaritmia atau adanya disfungsi otonom.
23
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
24/34
S'ema 2.1 Pendekatan !linis Anak dengan AFP
24
okasi !linis
6efleks
Pertanyaan !linis 5
Sphin terO8angguan sensorisO
8angguan3iskuloskeletal
8e'ala SSP
!elemahan 3otorik atau8e'ala SSP "-)
8e'ala SSP "K)
>nset baru !esulitan 4er'alan
!elemahan anggota gerak ba#ah
+ntak Dermatoma
+ntak Sarung tangan N
Sto king
+ntak
Bidak
Berganggu
Dermatomal
4ilateral 5-Sindroma 8uilan 4arre-%europati toksik
?nilateral 5-+nfeksi enteroviral-Brauma lokal
Absen, menurun atau normalAbsen3enurun@ %ormal
>B>B 39D? A SP+%A +SSA6AF B9P+
Diagnosa4anding -Pas a myosistis viral
-Paralisis 4erkala-3yosistis Boksik
-3yelitis tranversa akut-Bumor ekstraspinal@medula spinalis-A 3-Stroke merdula spinalis-Absen ekstradural-Buberkolosis spinal-Araknoiditis spinal
+nvestigasi
Ia'ib 5-Pemeriksaan AFP-Pemeriksaan konduksisaraf
>psional 5-36+ pleksus lumbosakral
Ia'ib 5-Pemeriksaan AFP-36+ medula spinal
>psional "Setelah 36+) 5-Pemeriksaan B&- :S5 sel, protein,glukosa, kultur, antigen- 9D, :&, : , faktorannuklear
Ia'ib 5-Penanganan AFP- :S sel protein-Pemeriksaankonduksi saraf -!apasitas vital
Ia'ib 5-Pemeriksaan AFP-:reatine kinase-9lektrolit seruni-3yoglobin urin
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
25/34
2.-.1 Sind!oma G"illain#Ba!!e $SGB%
Pada sebagian besar penderita Sindroma 8uillain-4arre "S84) dapat sembuh
sendiri. Pengobatan se ara umum bersifat simtomik. 3eskipun dikatakan bah#a penyakit
ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan #aktu pera#atan yang ukup lama dan angka
ke a atan "ge'ala sisa) ukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Bu'uan
terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan memper epat penyembuhan
melalui sistem imunitas "imunoterapi).
!ortikosteroid. !ebanyakan penelitian mengatakan bah#a penggunaan preparat
steroid tidak mempunyai nilai@tidak bermanfaat untuk terapi S84. Plasmaparesis atau
plasma e hange bertu'uan untuk mengeluarkan faktor autoantibodi yang beredar.
Pemakaian plasmaparesis pada S84 memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan
klinis yang lebih epat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama
pera#atan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 2 -2( ml
plasma@kg 44 dalam =-$ hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat a#al
onset ge'ala "minggu pertama).
Pengobatan imunosupresan5
$. +munoglobulin +Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan
plasmaparesis karena efek samping@komplikasi lebih ringan. Dosis maintenan e . gr@kg
44@hari selama & hari dilan'utkan dengan dosis maintenan e . gr@kg 44@hari tiap $(
hari sampai sembuh.
2. >bat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dian'urkan adalah < merkaptopurin "
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
26/34
2.-.2 *iastenia G!a+is
3iastenia gravis merupakan kelainan neurologik yang paling dapat diobati.
Antikolinesterase "asetilkolinesterase inhibitor) dan terapi imunomudulasi merupakan
penatalaksanaan utama pada miastenia gravis. Antikolinesterase biasanya digunakan pada
miastenia gravis yang ringan. Sedangkan pada pasien dengan miastenia gravis
generalisata, perlu dilakukan terapi imunomudulasi yang rutin. Penatalaksanaan miastenia
gravis dapat dilakukan dengan obat-obatan, timomektomi ataupun dengan imunomodulasi
dan imunosupresif terapi yang dapat memberikan prognosis yang baik pada kesembuhan
miastenia gravis.
Berapi pemberian antibiotik yang dikombinasikan dengan imunosupresif dan
imunomodulasi yang ditun'ang dengan penun'ang ventilasi, mampu menghambat
ter'adinya mortalitas dan menurunkan morbiditas. Pengobatan ini dapat digolongkan
men'adi terapi yang dapat memulihkan kekuatan otot se ara epat dan tepat yang
memiliki onset lebih lambat tetapi memiliki efek yang lebih lama sehingga dapat
men egah ter'adinya kekambuhan.
Plasma Exchange $PE%P9 paling efektif digunakan pada situasi dimana terapi 'angka pendek yang
menguntungkan men'adi prioritas. Dasar terapi dengan P9 adalah pemindahan anti-
asetilkolin se ara efektif. 6espon dari terapi ini adalah menurunnya titer antibodi. Dimana
pasien yang mendapat tindakan berupa hospitalisasi dan intubasi dalam #aktu yang lama
serta trakeostomi, dapat diminimalisasikan karena efek dramatis dari P9.
Berapi ini digunakan pada pasien yang akan memasuki atau sedang mengalami
masa krisis. P9 dapat memaksimalkan tenaga pasien yang akan men'alani timektomi atau pasien yang kesulitan men'alani periode pas a operasi. 4elum ada regimen standar untuk
terapi ini, tetapi banyak pusat kesehatan yang mengganti sekitar satu volume plasma tiap
kali terapi untuk ( atau < kali terapi setiap hari. Albumin "( ) dengan larutan salin yang
disuplementasikan dengan kalsium dan natrium dapat digunakan untuk replacement . 9fek
P9 akan mun ul pada 2 'am pertama dan dapat bertahan hingga lebih dari $ minggu.
9fek samping utama dari terapi P9 adalah ter'adi retensi kalsium, magnesium, dan
natrium yang dapat menimbulkan ter'adinya hipotensi. +ni diakibatkan ter'adinya
pergeseran airan selama pertukaran berlangsung. Brombositopenia dan perubahan pada
26
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
27/34
berbagai faktor pembekuan darah dapat ter'adi pada terapi P9 berulang. Betapi hal itu
bukan merupakan suatu keadaan yang dapat dihubungkan dengan ter'adinya perdarahan,
dan pemberian %resh%ro6en plasmatidak diperlukan.
Int!a+ena Imm"noglo "lin $I0IG%
3ekanisme ker'a dari + +8 belum diketahui se ara pasti, tetapi + +8 diperkirakan
mampu memodulasi respon imun. 6eduksi dari titer antibodi tidak dapat dibuktikan
se ara klinis, karena pada sebagian besar pasien tidak terdapat penurunan dari titer
antibodi. Produk tertentu dimana CC merupakan +g8 adalah complement-acti!atin#
a##re#ates yang relatif aman untuk diberikan se ara intravena. 9fek dari terapi dengan
+ +8 dapat mun ul sekitar &- hari setelah memulai terapi.
Betapi berdasarkan pengalaman dan beberapa data, tidak terdapat respon yang
sama antara terapi P9 dengan + +8, sehingga banyak pusat kesehatan yang tidak
menggunakan + +8 sebagai terapi a#al untuk pasien dalam kondisi krisis. Sehingga + +8
diindikasikan pada pasien yang 'uga menggunakan terapi P9, karena kedua terapi ini
memiliki onset yang epat dengan durasi yang hanya beberapa minggu.
Dosis standar + +8 adalah mg@kgbb@hari pada ( hari pertama, dilan'utkan$gram@kgbb@hari selama 2 hari. + +8 dilaporkan memiliki keuntungan klinis berupa
penurunan level anti-asetilkolin reseptor yang dimulai se'ak $ hingga $( hari se'ak
dilakukan pemasangan infus.
9fek samping dari terapi dengan menggunakan + +8 adalah %luli e symdrome
seperti demam, menggigil, mual, muntah, sakit kepala, dan malaise dapat ter'adi pada 2
'am pertama. %yeri kepala yang hebat, serta rasa mual selama pemasangan infus,
sehingga tetesan infus men'adi lebih lambat.Int!a+ena *etil(!ednisolone $I0*(%
+ 3p diberikan dengan dosis 2 gram dalam #aktu $2 'am. 4ila tidak ada respon,
maka pemberian dapat diulangi ( hari kemudian. 7ika respon masih 'uga tidak ada, maka
pemberian dapat diulangi ( hari kemudian. Sekitar $ dari $( pasien menun'ukkan respon
terhadap + 3p pada terapi kedua, sedangkan 2 pasien lainnya menun'ukkan respon pada
terapi ketiga. 9fek maksimal ter apai dalam #aktu sekitar $ minggu setelah terapi.
Penggunaan + 3p pada keadaan krisis akan dipertimbangkan apabila terapi lain gagal
atau tidak dapat digunakan.
27
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
28/34
Ko!ti'oste!oid
!ortikosteroid adalah terapi yang paling lama digunakan dan paling murah untuk
pengobatan miastenia gravis. !ortikosteroid memiliki efek yang kompleks terhadap
sistem imun dan efek terapi yang pasti terhadap miastenia gravis masih belum diketahui.
Durasi ker'a kortikosteroid dapat berlangsung hingga $G bulan, dengan rata-rata selama &
bulan. Dimana respon terhadap pengobatan kortikosteroid akan mulai tampak dalam
#aktu 2-& minggu setelah inisiasi terapi.
Pasien yang berespon terhadap kortikosteroid akan mengalami penurunan dari
titer antibodinya. !arena kortikosteroid diperkirakan memiliki efek pada aktivasi sel B
helper dan pada fase proliferasi dari sel 4. Sel B serta anti#en-presentin# cell yang
teraktivasi diperkirakan memiliki peran yang menguntungkan dalam memposisikan
kortikosteroid di tempat kelainan imun pada miastenia gravis.
!ortikosteroid diindikasikan pada penderita dengan ge'ala klinis yang sangat
menggangu, yang tidak dapat dikontrol dengan antikolinesterase. Dosis maksimal
penggunaan kortikosteroid adalah < mg@hari kemudian dilakukan tappering pada
pemberiannya. Pada penggunaan dengan dosis diatas & mg setiap harinya, akan timbul
efek samping berupa osteoporosis, diabetes, dan komplikasi obesitas serta hipertensi.
A at/io(!ine
A athioprine dapat dikonversi men'adi merkaptopurin, suatu analog dari purin
yang memiliki efek terhadap penghambatan sintesis nukleotida pada D%A dan 6%A.
A athioprine merupakan obat yang se ara relatif dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh
dan se ara umum memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat
imunosupresif lainnya. A athioprine biasanya digunakan pada pasien miastenia gravisyang se ara relatif terkontrol tetapi menggunakan kortikosteroid dengan dosis tinggi.
A athioprine diberikan se ara oral dengan dosis pemeliharaan 2-& mg@kgbb@hari.
Pasien diberikan dosis a#al sebesar 2(-( mg@hari hingga dosis optimal ter apai. 6espon
A athioprine sangat lambat, dengan respon maksimal didapatkan dalam $2-&< bulan.
!ekambuhan dilaporkan ter'adi pada sekitar ( kasus, ke uali penggunaannya 'uga
dikombinasikan dengan obat imunomodulasi yang lain.
28
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
29/34
3los(o!ine
6espon terhadap :y losporine lebih epat dibandingkan a athioprine. Dosis a#al
pemberian :y losporine sekitar ( mg@kgbb@hari terbagi dalam dua atau tiga dosis.
:y losporine berpengaruh pada produksi dan pelepasan interleukin-2 dari sel B helper.
Supresi terhadap aktivasi sel B-helper, menimbulkan efek pada produksi antibodi.
:y losporine dapat menimbulkan efek samping berupa nefrotoksisitas dan hipertensi.
3lo(/os(/amide $ P*%
Se ara teori :P3 memiliki efek langsung terhadap produksi antibodi
dibandingkan obat lainnya. :P3 adalah suatu al ilatin# a#ent yang berefek pada
proliferasi sel 4, dan se ara tidak langsung dapat menekan sintesis imunoglobulin.
Time'tomi $S"!gi3al a!e%
Belah banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara kelen'ar timus dengan
ke'adian miastenia gravis. Germinal center hiperplasia timus dianggap sebagai penyebab
yang mungkin bertanggung'a#ab terhadap ke'adian miastenia gravis. 4anyak ahli saraf
memiliki pengalaman meyakinkan bah#a timektomi memiliki peranan yang pentinguntuk terapi miastenia gravis, #alaupun kentungannya bervariasi, sulit untuk di'elaskan
dan masih tidak dapat dibuktikan oleh standar yang seksama.
Bimektomi telah digunakan untuk mengobati pasien dengan miastenia gravis se'ak
tahun $C dan untuk pengobatan timoma dengan atau tanpa miastenia gravis se'ak a#al
tahun $C . Bu'uan utama dari timektomi ini adalah ter apainya perbaikan signifikan dari
kelemahan pasien, mengurangi dosis obat yang harus dikonsumsi pasien,dimana beberapa
ahli per aya besarnya angka remisi setelah pembedahan adalah antara 2 - tergantungdari 'enis timektomi yang dilakukan. Ahli lainnya per aya bah#a remisi yang tergantung
dari semakin banyaknya prosedur ekstensif adalah antara -< pada lima hingga
sepuluh tahun setelah pembedahan adalah kesembuhan yang permanen dari pasien.
Se ara umum, kebanyakan pasien mulai mengalami perbaikan dalam #aktu satu
tahun setelah timektomi dan tidak sedikit yang menun'ukkan remisi yang permanen "tidak
ada lagi kelemahan serta obat-obatan).
29
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
30/34
2.-.& Poliom elitis
Berapi lama. Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak
mempengaruhi per'alanan penyakit ini. Berapi poliomyelitis tak ada yang spesifik, tetapi
tergantung penyulit yang ter'adi. +nhibisi metabolik untuk men egah serangan virus ke
susunan saraf yang dilakukan in-vitro tidak dapat diker'akan pada manusia. Pemberian
immunoglobulin mungkin dapat men egah penyebaran hematogen ke susunan saraf,
tetapi bila fase paralitik telah ter'adi, sudah terlambat. Selain fisioterapi dan ortopedi perlu
diperhatikan fungsi yang lain. 3ana'emen pengobatan suportif yang baik "respirasi
buatan pada anak) gangguan respirasi atau kardiovaskuler. 7ika otot-otot pernafasan
men'adi lemah, bisa digunakan ventilator.
Bu'uan utama pengobatan adalah mengontrol ge'ala se#aktu infeksi berlangsung.
Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nya#a, terutama membantu pernafasan
mungkin diperlukan pada kasus yang parah. 7ika ter'adi infeksi saluran kemih, diberikan
antibiotik. ?ntuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan ke'ang otot, bisa diberikan obat
pereda nyeri. !e'ang dan nyeri otot 'uga bisa dikurangi dengan kompres hangat. ?ntuk
memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi
fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.,ase P!e#(a!aliti'
Selama epidemik polio semua penderita dengan ge'ala sistemik yang tak spesifik
harus diperhatikan kemungkinan ter'adi paralisis. Birah baring merupakan pengobatan
yang penting untuk men'aga ter'adinya footdrop, bila anak tampak gelisah dapat diberikan
sedative ringan seperti dia epam, pada otot yang sakit diberikan kompres, dan dapat
diberikan antipiretik bila demam. Selain itu 'uga dian'urkan untuk diet tinggi kalori tinggi
protein.,ase Pa!aliti'.
Selama fase akut dapat diberi analgetik non narkotik, misalnya aspirin atau
a etaminophen. 6asa nyeri pada otot dikurangi dengan mengurangi manipulasi dan untuk
menghindari ter'adinya regangan pada otot diberikan splint.
Perlu dilakukan gerakan pasif pada otot se ara halus. Dian'urkan fisioterapi
dimulai pada masa konvalesens untuk men egah kontraktur. Pemberian airan suplemen
bila per-oral kurang dan pemberian enema bila obstipasi. Setelah fase akut le#at, mulai
30
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
31/34
dilakukan fisioterapi aktif. !onsultasi ortopedi dapat dilakukan segera terapi operasi,
biasanya dilakukan $-2 tahun setelah a#itan.
Berapi baru5 Peria etabular >steotomi Beknik pembedahan. Beknik 4ernese
peria etabular osteotomy pertama kali di'elaskan pada $CG= dan mulai berevolusi dengan
sedikit perubahan. Dokter menggunakan pendekatan Smith-Petersen dimodifikasi ke
pinggul, yang memungkinkan perlindungan kulit saraf femoralis lateralis. >steotomy dari
spina iliaka anterior superior dengan tendon dan ligamen inguinal sartorius terpasang
dilakukan untuk mengurangi ketegangan pada saraf kutaneus lateralis femoralis. ?ntuk
dua pasien yang dioperasi sebelum tahun $CC&, asal-usul fas iae latae tensor dan gluteus
medius dan otot paling bungsu dibebaskan dari panggul, namun, setelah $CC&, osteotomy
yang dilakukan melalui pendekatan yang tetap teknik saat ini disukai. !edua otot rektus
femoris terlepas dari asal-usul dan ter ermin medial. Serat dari otot m.iliakus, yang
melekat pada kapsul anterior pinggul, yang dibedah sampai pe tineal bursa
divisualisasikan dan tendon m.psoas itu terkena. Para osteotomies dilakukan di 9ropa
oleh salah satu dari kami "68) dilakukan tanpa bimbingan fluoros opi , tetapi anatomi
dan tanda didefinisikan dengan baik. !olom posterior panggul itu tetap utuh, dan fragmen
a etabular lateral, anterior, dan medial yang diperlukan untuk diputar men apai optimal penahanan kepala femoral. sebuah intraoperatif radiografi panggul dibuat untuk
memverifikasi posisi yang memadai fragmen a etabular.
Perbaikan dalam penahanan radiografi dikaitkan dengan penurunan dalam
keparahan nyeri pada semua pasien. Semua pasien mengalami penurunan dalam beratnya
nyeri, dengan peningkatan kurang dalam fungsi. osteotomy yang tidak andal
meningkatkan fungsi otot, seperti yang hanya dua dari delapan otot pasien yang sebelum
operasi. !eseluruhan hasil klinis baik yang diperoleh keseluruhan baik, dengan peningkatan yang signifikan dari skor rata-rata dari pinggul *arris preoperasi (& "kisaran,
&-= ) sampai G pas a operasi "kisaran, =2-C&, p 1 , $). !urangnya peningkatan fungsi
pada beberapa pasien adalah dikaitkan dengan kombinasi dari kelemahan otot yang
persisten tentang pinggul dan ke a atan yang berhubungan dengan sendi lainnya. Dalam
kebanyakan kasus, ber'alan kaki dan menggunakan alat bantu ara ber'alan sangat
tergantung pada adanya atau tidak adanya ke a atan yang terkait dengan sendi lainnya.
31
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
32/34
2.4 P!ognosis
Prognosis AFP berdasarkan masing-masing penyebab dan penanganan.
Penanganan yang baik akan memberikan prognosis yang baik.
2.5 P!og!am De('es
Poliomyelitis merupakan etiologi AFP yang penting, karena penyakit ini dapat
menyebabkan disabilitas permanen yang sebenarnya dapat di egah dengan imunisasi.
9radikasi poliomyelitis masih men'adi program utama I*>, karena ke'adian
poliomyelitis masih dilaporkan ter'adi di beberapa negara berkembang. 3eskipun di
+ndonesia telah dinyatakan bebas polio se'ak tahun $CC(, namun se'umlah bayi dan anak
balita di Sukabumi positif ter'angkit virus polio liar. !epastian diagnosis di dapat dari
pemeriksaan laboratorium dengan isolasi virus dari sampel feses, sekresi orofaring dan
:S. Diagnosis presumtif dibuat dengan adanya peningkatan titer antibodi empat kali
atau lebih. 6espons antibodi setelah pemberian imunisasi sama dengan respons antibodi
sebagai akibat infeksi virus polio liar, karena itu interpretasi respons antibodi ini men'adi
sulit.Sampai saat ini pelaporan kasus masih men'adi masalah di negeri kita, karena itu
#a'ib dilaporkan setiap ditemukan adanya kasus kelumpuhan akut "AFP) pada anak
berusia kurang dari $( tahun. *asil kultur virus dari tin'a, informasi demografis, ri#ayat
imunisasi, hasil pemeriksaan klinik serta pemeriksaan ge'ala sisa kelumpuhan setelah <
hari harus disertakan dalam laporan tambahan. Demikian pula kasus nonparalitik 'uga
harus dilaporkan kepada instansi kesehatan setempat.
32
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
33/34
BAB III
KESI*PULAN
Acute Flaccid Paralyis "AFP) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
Fla id Paralysis "lumpuh layuh) dan onsetnya akut. +stilah %laccid menun'ukkan
kelumpuhan o)er Motor "euron " 3%). AFP ini ditandai dengan adanya kelumpuhan
motorik dengan epat "1 hari). Bonus menghilang dan mengenai anak kelompok 1 $(
tahun.
AFP merupakan ke'adian akut yang merupakan keadaan emergensi. 4eberapa
keadaan memberikan penampilan yang sama, namun karena etiologi dan penatalaksanaan
yang berbeda, dokter harus dapat mengetahui dan membuat diagnosis yang tepat sehingga
penatalaksanaannya pun tidak terlambat. 4eberapa petun'uk dalam melakukan anamnesis,
pemeriksaan klinik dan pemeriksaan neurologis serta pemeriksaan penun'ang diharapkan
dapat membantu ketepatan diagnosis sehingga penatalaksanaan terhadap pasien men'adi
lebih baik.
Penatalaksanaan pada pasien AFP tentu sa'a sesuai dengan diagnosis yang telah
dibuat "sesuai penyebab kelumpuhan), tetapi se ara umum adalah A4:s. Prognosis AFP berdasarkan masing-masing penyebab dan penanganan. Penanganan yang baik akan
memberikan prognosis yang baik. Setiap ditemukan adanya kasus kelumpuhan akut
"AFP) pada anak berusia kurang dari $( tahun #a'ib dilaporkan kepada instansi kesehatan
setempat.
33
-
8/17/2019 2. Referat apri AFP
34/34
DA,TA6 PUSTAKA
$. Andi 4asuki "9d). 7e#a)atdaruratan "eurolo#i disi 8 . 4andung5 ?PF +lmu
Penyakit Saraf ?%D+P@6S *asan Sadikin 2 $2. p. $ &-$ =.
2. Alberta *ealth and Iellness. Acute Flaccid Paralysis (AFP3 . Publi *ealth
%otifiable Disease 3anagement 8uidelines 2 $$.
&. 3ar A, 8lass 7D, dkk. /i%%erential /ia#nosis o% Acute Flaccid Paralysis and *ts
2ole in Poliomyelitis Sue!eillance . Bhe 7ohns *opkins ?niversity S hool of *ygiene
and Publi *ealth, 22 "2), 2 p.2CG-&$