2. tinjauan pustaka 2.1 teori behavior setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 batasan behavior setting...
TRANSCRIPT
10 Universitas Kristen Petra
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Behavior Setting
2.1.1 Perilaku Sebagai Satu Pendekatan
Pendekatan perilaku memahami perilaku manusia atau masyarakat dalam
memanfaatkan ruang. Pendekatan ini melihat bahwa aspek norma, kultur,
psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang
yang berbeda (Rapoport 1977 dalam Setiawan 17)
Pendekatan perilaku memperkenalkan cognitive process yakni proses
mental tempat orang mendapatkan, mengorganisasikan, dan menggunakan
pengetahuananya untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang
digunakkannya.
Hubungan antara lingkungan dengan perilaku manusia merupakan hal
kompleks yang tidak bisa dijelaskan melalui environmental determinism
(Setiawan 18). Environmental determinism menjelaskan mengenai perilaku
manusia yang disebabkan oleh faktor lingkungan tertentu (Kopec 22). Sehingga
dibagi tiga tingkatan kajian berikut (Stokols 1977 dalam Setiawan 19).
Tabel 2. 1 Substansi dan Unit Analisis Kajian Perilaku dan Lingkungan
(hal-hal yang
mempengaruhi
perilaku)
Pengaruh
tingkatan
Proses Intrapersonal Dimensi Lingkungan
Proses
Fisiologis
Proses
Psikologis
Lingkungan
Fisik
Lingkungan
Sosial
Lingkungan
Budaya
Mikro Psikologi Lingkungan
Intermediate Psikologi Ekologi
Makro Ekologi Lingkungan
Ekologi Manusia
Sumber : Stokols,Daniel 1977 dalam Setiawan, Haryadi B,2014:19
2.1.2 Behavioral Setting
Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara
aktivitas dan tempat dengan kriteria sebagai berikut (Laurens 133).
11 Universitas Kristen Petra
a. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku
(standing pattern of behavior). Dapat terdiri atas satu atau lebih pola
perilaku ekstra-individual (yaitu fakta operasioal bahwa sebuah setting
tidak tergantung hanya pada seorang manusia atau objek saja)
b. Dengan tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu : merujuk pada batas
fisik dan temporal dari sebuah setting. Setiap behavior setting berbeda
dari setting lainnya menurut waktu dan ruang)
c. Membentuk suatu hubungan yang sama antara keduanya (synomorphy)
yang berarti “struktur yang sama” menunjuk adanya hubungan antara
milieu dan perilaku.
Behavior setting dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu interaksi
antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik (Setiawan, Haryadi B,2014:27)
Behavior setting dapat diartikan sebagai sistem sosial dalam skala kecil
yang terdiri dari manusia dan objek fisik terangkai membentuk aktivitas tertentu
dalam waktu dan tempat tertentu (Kopec, Dak,2010:22)
Istilah behavior setting dijabarkan dalam dua istilah berikut (Setiawan,
Haryadi B,2014:28) yang keterkaitannya membentuk satu behavior setting
tertentu.
a. System of setting
Ruang sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai
hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan
tertentu.
b. System of activity
Sistem kegiatan sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja
dilakukan oleh satu atau beberapa orang.
Behavior setting dapat diasumsikan dengan penjelasan permisalan,
seseorang yang berada dalam sebuah toko yang dibatasi ruang fisik nyata berupa
lantai, dinding dan plafon. Orang tersebut berada dalam suatu sistem setting
dimana ia mempunyai peran dan sebaliknya sistem tersebut mendukung aktivitas
yang terjadi didalam toko. Sebuah program yang meliputi perilaku membeli dan
menjual. Perilaku ini membentuk pola perilaku yang terjadi berulang-ulang.
12 Universitas Kristen Petra
Dalam perspektif teori behavior setting, terdapat prinsip synomorphy yang
menyatakan bahwa aspek fisik dan sosial lingkungan harus jalan secara
bersamaan (Kopec, Dak,2010:22).
Untuk mengetahui behavior setting dalam sebuah ruang dapat dilakukan
pengujian. Pengujian derajat ketergantungan ini ditinjau dalam berbagai dimensi
antara lain meliputi (Laurens, Ir. Joyce, 2001:136).
a. Aktivitas yang dilakukan dalam sebuah ruang interior;
b. Penghuni dalam ruang interior tersebut;
c. Kepemimpinan
Dengan mengetahui fungsional penghuni, maka dapat diketahui peran
sosial yang ada dalam komunitas tersebut, siapa berperan sebagai
pemimpin, siapa yang mengarahkan acara atau kegiatan dalam setting ,
atau siapa yang mengendalikan behaviour setting. Di banyak setting,
posisi pemimpin dapat dipisahkan, agar dapat dikenali kekuatan-kekuatan
lain yang ada ikut ambil bagian dalam setting tersebut.
d. Populasi
Sebuah setting dapat mempunyai banyak atau sedikit partisipan.
Komunitas dianggap lebih baik apabila memiliki banyak setting. Dimana
penghuni bisa ikut aktif berpartisipasi.
e. Ruang
Ruang tempat terjadinya setting bisa beragam dari terbuka hingga ruang
tertutup.
f. Waktu
Kelangsungan sebuah setting terjadi secara rutin atau sewaktu-waktu.
Durasi setting yang sama dapat berlangsung sesaat atau terus menerus
sepanjang waktu, misalnya pertokoan.
g. Obyek dan mekanisme perilaku yang dipakai dalam sebuah setting terdiri
dari berapa pola aksi, seperti adanya stimulasi, respons dan adaptasi.
Dalam melakukan pengujian ini akan terlihat adanya tumpang tindih
antara dimensi atau tidak yang akan memperlihatkan jumlah behavior setting
dalam sebuah ruang, namun jika pengujian yang dilakukan sudah menetapkan
diawal mengenai jumlah behavior setting yang akan diuji maka dimensi yang
13 Universitas Kristen Petra
digunakkan tidak perlu semuanya, hanya dimensi yang sesuai dengan tujuan
kepentingannya.
Dalam pengamatan behavior setting dapat dilakukan analisis melalui
beberapa cara berikut (Laurens, Ir. Joyce, 2001:140).
a. Penggunaan Time Budget
b. Melakukan sensus dan
c. Studi asal dan tujuan-suatu pendekatan makro tentang studi perilku yang
dapat diterapkan pada skala urban maupun skala bangunan.
Hal yang dapat mewakili data pengamatan behavior setting (Laurens, Ir. Joyce,
2001:141).
a. Manusia (Siapa yang datang, kemana dan mengapa?, siapa yang
mengendalikan setting?)
b. Karakteristik ukuran (Berapa banyak orang per jam ada dalam setting?
Bagaimana ukuran setting secara fisik? Berapa sering dan berapa lama
setting itu ada?)
c. Obyek (Ada berapa banyak obyek dan apa jenis obyek yang dipakai dalam
setting? Kemungkinan apa saja yang ada bagi stimulasi, respons dan
adaptasi?)
d. Pola aksi (Aktivitas apa yang terjadi di sana? Seberapa sering terjadi
pengulangan yang dilakukan orang?)
2.1.3 Peranan Teori Behavioral Setting
Penerapan teori behavioral setting merupakan penting dalam dunia desain
interior, hal ini karena selama ini desainer hanya berfokus pada fungsi sebuah
desain semata sementara masyarakat butuh pengarahan mengenai apa yang
seharusnya dilakukan ketika berada dalam sebuah tatanan desain interior.
Pengarahan akan memudahkan masyarakat untuk melakukan apa yang seharusnya
mereka lakukan dengan kata lain, teori behavioral setting ini memetakan
masyarakat kedalam kategori-kategori tertentu sehingga mudah bagi desainer
untuk melakukan desain, mengenai unsur apa yang harus dimasukan kedalam
sebuah desain interior dan masyarakat pengguna desain untuk melakukan
aktivitasnya (Setiawan, Haryadi B,2014).
14 Universitas Kristen Petra
Dengan adanya teori behavioral setting maka akan tercipta keselarasan
antara apa yang menjadi desain dari desainer interior dengan apa yang menjadi
pola aktivitas manusia didalamnya. Seperti misalkan saja pada kasus sebuah rapat
untuk menyusun agenda rapat direksi, akan ada orang yang menjadi pimpinan
didalamnya sehingga orang yang ada didalamnya yang berperan sebagai bukan
pimpinan akan bergerak dan memastikan akan keberadaan suatu behavior setting.
Kasus ini menunjukan bahwa ada serangkaian aktivitas yang disusun, yang
dilakukan bersama dengan orang lain didalamnya, tanpa adanya orang lain maka
suatu behavioral setting tak akan terjadi (Setiawan, Haryadi B,2014).
2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior
Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe dasar
unsur berikut.
a. Unsur tetap (fixed-feature space)
Unsur berbatas tetap dilingkupi oleh pembatas yang relative tetap dan
tidak mudah digeser seperti dinding massif, langit-langit, jendela, pintu
dan lantai.
b. Unsur tidak tetap (non-fixed element)
Unsur berikut berupa unsur yang dapat dengan mudah dipindahkan karena
tidak tertanam seperti tempat tidur, meja dan lemari.
2.1.5 Komponen behavior setting
Behavior settings memiliki tiga komponen berikut (Kopec 22)
a. Physical properties
Merupakan tempat terjadinya sebuah setting, hal tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
- Ruang (Rooms)
Ruang sangat penting karena sebagian besar waktu manusia modern
saat ini banyak dihabiskan didalamnya. Hal paling penting dari
pengaruh ruang tersebut terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau
pemakaian ruang tersebut. Fungsi ruang diharapkan mempunyai
bentuk, perabot dan kondisi tertentu.
15 Universitas Kristen Petra
Masing-masing perancangan fisik mempunyai variabel independen
yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel tersebut
sebagai berikut.
Warna ruang
Pengaruh warna pada setiap individu tidak sama, hal tersebut
karena adanya perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang
budaya. Namun demikian, adapun pengaruh psikologis yang
hampir selalu memiliki pengaruh yang sama pada setiap orang
(Setiawan 58-59).
Gambar 2.1. 1 Spektrum Warna
Ukuran dan Bentuk
Ukuran dan bentuk merupakan variable yang tetap (fixed) sebagai
pembentuk ruang dengan catatan bahwa ukuran dan bentuk tidak
dapat dirubah, seperti dinding bata.
Pada perancangan ruang, ukuran dan bentuk disesuaikan dengan
fungsi yang akan diwadahi sehingga perilaku pemakai yang terjadi
adalah seperti yang diharapkan (Setiawan, Haryadi B,2014:59).
Perabot dan Penataannya
Perabot merupakan variable yang tidak tetap (non-fixed) sebagai
16 Universitas Kristen Petra
pembentuk ruang dengan catatan bahwa perabot dapat
dipindahkan, seperti lemari.
Penataan simetris perabot dapat memberikan kesan kaku, teratur,
disiplin dan resmi, sedangkan penataan asimetris lebih berkesan
dinamis dan kurang resmi (Setiawan 60-61).
Suara, Temperatur dan Pencahayaan
Suara dapat mengganggu privasi seseorang jika terlalu bising
lingkungan sekitarnya, misalnya kamar hotel yang dekat dengan
jalan atau mesin. Temperatur ruang yang panas akan membuat
pemakai kepanasan, berkeringat dan merasa pengap. Sebaliknya
jika temperatur ruang yang dingin akan membuat kegiatan juga
tidak akan berjalan maksimal.
Pencahayaan ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang
akan cahaya dan untuk segi estetika. Sebagai unsur estetika, cahaya
buatan dapat dirancang untuk menonjolkan objek atau memberi
efek khusus pada ruangan.
- Rumah dan Perumahan
Rumah sebagai ruang lindung dalam kajian behavior setting
ditekankan pada arti rumah dari dimensi kultur dan perilaku manusia
sebagai penghuni rumah tersebut. Adapun faktor yang berperan dalam
pengambilan keputusan mengenai bentuk dan pola suatu rumah berikut
(Setiawan 62).
Faktor Kultur
Bentuk rumah dipengaruhi oleh kemungkinan bahan local untuk
membentuk suatu bentuk tertentu. Bentuk rumah tradisional yang
sangat bervariasi dipandang sebagai konsekuensi yang wajar dari
tersedianya material setempat. Rapoport menekankan bahwa
banyak kasus telah membuktikan bahwa pada suatu daerah dengan
iklim serta sumber material yang sama, dijumpai berbagai bentuk
rumah yang sangat berbeda.
Faktor Religi
17 Universitas Kristen Petra
Faktor religi merupakan faktor yang dominan dibandingkan faktor
lainnya.
Faktor ini melihat pada unsur rumah yang melangbangkan unsur
dari alam semesta, misalnya yang sakral seperti gereja, semi sakral,
dan profan.
Faktor Perilaku
Pada susunan dalam ruang rumah, didapati ruang privat dan publik.
Namun bagi masyarakat Timur konsepsi ini belum terlalu jelas
sehingga perilaku yang terjadi tidak signifikan pada setiap ruang.
Hal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan di kampung
Yogyakarta, keterbatasan fisik dalam hal luasan area serta fasilitas
membuat mereka saling berbagi dan memperkuat ikatan solidaritas
antara penduduk kampung Yogyakarta.
b. Social components
Merupakan lingkungan sekitar tempat setting berada, yang akan dijabarkan
dalam faktor berikut.
- Persepsi tentang Lingkungan (Environmental Perception)
Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh
individu,didasarkan latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman individu
tersebut. Setiap individu, dengan demikian, akan mempunyai persepsi
lingkungan yang berbeda. Akan tetap kecenderungan persepsi lingkungan
yang sama merupakan hal yang mendominasi dalam kajian teori behavior
setting (Setiawan 29-30).
Dalam konteks persepsi tentang lingkungan terdapat dua faktor
yang menggambarkannya, berikut.
Aspek Emic
Menggambarkan suatu lingkungan yang dipersepsikan oleh
kelompok dalam sistem tersebut.
Aspek Etic
Menggambarkan suatu lingkungan yang sama, dipersepsikan oleh
pengamat atau outsider (misalnya desainer interior)
- Lingkungan yang Terpersepsikan (Perceived Environmental)
18 Universitas Kristen Petra
Lingkungan yang terpersepsikan adalah produk atau bentuk
persepsi lingkungan seseorang atau sekolompok orang. Persepsi
lingkungan memiliki tiga aspek dasar berikut.
Proses kognisi (cognative)
Meliputi proses penerimaan (perceiving), pemahaman
(understanding),
dan pemikiran (thinking) tentang suatu lingkungan. Hal ini
merupakan proses penyerapan makna visual seseorang terhadap
lingkungan disekitarnya.
Afeksi (affective)
Meliputi perasaan (feeling) dan emosi (emotions), keinginan
(desires), serta nilai-nilai (values) tentang lingkungan. Hal ini
merupakan psikologi manusia terhadap lingkungan yang ada di
sekitarnya.
Kognasi (cognative)
Meliputi munculnya tindakan, perlakuan terhadap lingkungan
sebagai respons dari proses kognisi dan afeksi. Keseluruhan proses
ini menghasilkan apa yang disebut lingkungan yang terpersepsikan
(Setiawan 30).
c. The environmental setting
Merupakan lingkungan tempat sebuah setting terjadi, terjadi, yang akan
dijabarkan dalam faktor berikut.
- Teritori (Territory)
Teritori diartikan sebagai batas tempat organisme hidup menentukan
tuntutannya, menandai, serta mempertahankannya, terutama dari
kemungkinan intervensi pihak lain (Setiawan 39).
Teritori ada untuk memenuhi kebutuhan berikut.
Fisik
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan akan lingkungan tempat
perilaku tersebut terjadi atau berada.
Emosional
19 Universitas Kristen Petra
Kebutuhan emosional memiliki aspek ruang privat (personal
space) dan publik, serta konsep mengenai privasi. Hal ini
digambarkan dengan penelitian yang menunjukkan kaburnya
batasan antara ruang publik dan ruang privat yang membuat warga
kampung Yogyakarta, yang pada kasus penelitian diteliti lebih erat
rasa solidaritasnya.
Kultural
Kebutuhan kultural memiliki aspek area sakral (suci) dan profan
(umum).
Altman (dalam Halim 254) membagi teritori menjadi tiga kategori
berikut.
Teritori utama (primary)
Suatu area yang digunakan secara eksklusif, disadari oleh orang
lain, dikendalikan secara permanen, serta menjadi bagian utama
dalam kehidupan sehari-hari penghuninya.
Teritori sekunder (secondary)
Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh
seseorang atau sekelompok orang, mempunyai cakupan area yang
luas, dikendalikan secara berkala oleh kelompok yang
menuntutnya.
Teritori publik
Suatu area yang digunakan atau dimasuki oleh siapapun, tetapi
harus mematuhi norma-norma serta aturan yang berlaku di area
tersebut.
Teritori ini berkaitan dengan perasaan terhadap tempat (sense of place),
identitas, dan simbol-simbol ruang.
- Kualitas Lingkungan (Environmental Quality)
Kualitas lingkungan didefinisikan secara umum sebagai suatu
lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau
sekelompok orang. Unsur kualitas lingkungan merupakan hal yang
subjektif, karena setiap orang bisa memiliki standard yang berbeda,
namun terdapat pula unsur-unsur dasar kualitas lingkungan yang
20 Universitas Kristen Petra
berkaitan dengan penyediaan prasarana seperti air bersih, sanitasi dan
persampahan (Setiawan 37-38).
Ketiga komponen berikut ini yang mendasari adanya pola perilaku
masyarakat yang terjadi dalam sebuah lingkungan, lebih lanjut ketiga komponen
ini bisa saja bertambah diluar komponen diatas. Pada contohnya sebuah warga
negara yang lebih memilih satu gereja tertentu dibandingkan gereja lainnya, hal
ini bisa diasumsikan secara deduktif bahwa satuan golongan agama tertentu, atau
faktor pertemanan bisa menjadi komponen lain yang mempengaruhi perilaku
seseorang (Bartels, Erica M., 2003:17-18)
2.1.6 Psikologi Behavioral Setting
Penerapan teori behavior setting adalah berdasar pola perilaku pengguna,
sehingga pola perilaku pengguna menjadi fokus utama dalam kajian ini. Pola
perilaku pengguna merupakan hal yang beragam sehingga untuk mempermudah
pembelajaran mengenai pola-pola tersebut dibaut pemetakkan yang jelas untuk
mengklasifikasikan dan mempelajari pola perilaku tersebut. Pola perilaku tersebut
tergolong berdasarkan karakter masing-masing individu, mereka terbagi
berdasarkan pengalaman dan karakter masing-masing yang menyesuaikan dengan
aktivitas yang dilakukan. Berikut adalah beberapa penggolongan tersebut.
Manusia dikategorikan kedalam empat macam kriteria yaitu :
a. Artisan
Merupakan salah satu dari place design principles yang tergolong karakter
ruang non-social dimana dalam sebuah ruang seseorang dapat melakukan
sebuah bentuk kegiatan pribadi yang tergolong aktif.
Contoh artisan : Cindy seorang gadis remaja berusia 23 tahun yang kini
bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu perusahaan di surabaya
seringkali harus memasak untuk makanannya sendiri karena kesibukan
anggota keluarga masing-masing yang menyita banyak waktu sehingga
tidak mungkin melayani cindy seorang yang notabene memiliki selera
makan yang “sulit”
21 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.1. 2 Anak Kecil yang Mengerjakan PR
Sumber : https://id.pinterest.com/pin/243475923583305693/
b. Teammate
Ruangan ini di desain agar seseorang dapat berinteraksi satu sama lain.
Beda halnya dengan ruangan intelektual dan ruang artisan yang
digunakan untuk kegiatan-kegiatan pribadi/personal. Contoh : ruang
keluarga, ruang makan, kolam renang, dsb.
Gambar 2.1. 3 Ruang Makan Tempat Keluarga Berkumpul
Sumber : https://www.pinterest.jp/pin/279293614371897698/
c. Intellectual Living
Merupakan ruang untuk kaum intelektual di desain dengan tujuan agar
penggunanya dapat berpikir dengan tenang, tanpa terusik dengan suara-
suara yang menggangu. Dan yang paling dibutuhkan bagi seorang
22 Universitas Kristen Petra
intelektual adalah menciptakan suatu stimulasi untuk mencegah terjadinya
kebosanan dalam menciptakan siasat-siasat baru. Yang menjadi perhatian
dari kehidupan ini adalah mental dan pengendalian diri dari kehidupan
kejiwaan agar kehidupan kejiwaan itu berkembang menjadi lebih baik.
Contohnya menggunakan warna-warna yang tidak terang (redup) dapat
membuat seseorang menjadi lebih rileks.
Gambar 2.1. 4 Ruang dengan Pencahayaan Redup
Sumber : https://id.pinterest.com/pin/545920786065610743/
d. Sophisticate Living
Kehidupan orang-orang yang sophisticate merupakan kehidupan yang
cenderung lebih ke arah sosial dan sangat sedikit menggunakan aktifitas
fisik.
Sophisticate living biasanya terjadi pada kamar tamu, ruang tempat
tinggal, ruangan musik, dan ruang konferensi. Lebih spesifiknya, adalah
ruangan yang digunakan untuk melakukan aktifitas brainstorming
(pengungkapan pendapat).
Gambar 2.1. 5 Ruang Rapat Tempat Bertukar pendapat
Sumber : https://hu.pinterest.com/pin/446489750548159659/
23 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.1. 6 Perpaduan Psikologi berdasarkan Prinsip Desain Ruang
Sumber : Augustin, Sally (2009,139)
2.2 Cafe
2.2.1 Pengertian Cafe
Cafe dari (bahasa Perancis: cafe) secara harfiah adalah (minuman) kopi,
tetapi kemudian menjadi tempat untuk minum-minum yang bukan hanya kopi,
tetapi juga minuman lainnya termasuk minuman yang beralkhohol rendah.
Di Indonesia, cafe berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup
menarik untuk makan makanan ringan (“Cafe”, Wikipedia)
Cafe menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut:
a. Sejenis restoran dimana pelayananya juga disajikan berupa hiburan music
life show, dan lain-lain. (Endar dan Sulastiningrum 34)
b. Cafe merupakan warung kopi; kedai; tempat minum kopi dsb yang
pengunjungnya dihibur dengan musik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia
614)
24 Universitas Kristen Petra
c. Dengan berkembangnya jaman, cafe tidak hanya untuk menikmati
makanan dan minuman tetapi juga sebagai tempat bersosialisasi dan
mencari teman. (Barbati 1991)
d. Tempat makan dan minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan
musik atau tempat yang menyajikan makanan dan minuman ringan.
(Lawson 76)
e. Cafe adalah suatu restoran kecil yang berada diluar hotel. Cafe memiliki
pilihan makanan yang sangat terbatas dan tidak menjual minuman yang
beralkohol tinggi, tetapi tersedia minuman sejenis bir, soft drink, teh, kopi,
rokok, kue, camilan dan lain-lain. (Budiningsih 2009)
f. Restoran kecil yang melayani atau menjual makanan ringan dan minuman,
cafe biasanya digunakan untuk rileks (Dictionary of English Languange
and Culture, Longman).
g. Restoran murah yang menyediakan makanan yang mudah dimasak atau
dihidangkan kembali. (The New Dictionary and Theosaurus).
h. Kedai kopi atau tempat menikmati makanan dan minuman sambil
menikmati hiburan (Capuresto, Chan).
Teori- teori yang berhubungan dengan cafe secara umum, antara lain:
a. Cafe merupakan tempat yang mirip dengan restoran, tetapi memiliki
batasan khusus daripada restoran itu sendiri dilihat dari cara menyajikan
makanan dan minuman.
b. Restoran kecil yang melayani atau menjual makanan ringan dan minuman,
cafe biasanya digunakan untuk rileks.
c. Waktu operasional cafe biasanya dimulai dari pagi hari hingga malam hari
(10.00- 22.00) atau pada sore hari hingga malam hari (18.00- 02.00).
2.2.2 Sejarah Cafe
Kata cafe berasal dari bahasa Perancis yaitu cafe yang berarti coffee dalam
bahasa Indonesia kopi atau coffeehouse dalam bahasa Indonesia kedai kopi. Sejak
abad ke 16, kedai kopi (al-maghah dalam bahasa Arab, qahveh-khaneh dalam
bahasa Persia) telah menjadi tempat untuk bersosialisasi di daerah Timur Tengah
dimana para pria bisa menikmati kopi atau teh, mendengarkan musik, membaca
25 Universitas Kristen Petra
buku dan bermain catur. Seiring perkembangan jaman di Mesir, Turki,dan Syria,
kedai kopi menjadi hiburan bagi para pria untuk melihat TV, bermain catur atau
menikmati “shisha”.
Kisah tentang asal kedai kopi milik orang Vienna bermula ketika ada
sekarung biji berwarna hijau misterius yang tertinggal ketika Turki berhasil
dikalahkan pada perang di Vienna tahun 1683. Seluruh karung kopi yang
tertinggal dipersembahkan pada Raja Polish Jan III Sobieski, yang telah
membawa kemengangan, yang kemudian diberikan kepada salah satu ajudannya,
Franciszek Jerzy Kulczycki. Kulczycki menjadi kedai kopi pertama di Vienna.
Ditahun 1457, kedai kopi pertaman di buka di Istanbul. Di abad ke 17,
kedai kopi pertama dibuka di Eropa di luar Ottoman Empire. Kedai kopi mejadi
popular di Eropa sejak pengenalan kopi di abad 17. Kedai kopi Turki pertama di
Inggris didirikan oleh Jacob atau Jacobs, seorang Yahudi asal Turki di tahun
1650. Sedangkan kedai kopi pertama di London didirikan dua tahun kemudian di
St.Michael’s Alley di Cornhill. Pemiliknya adalah Pasqua Rosee, dibantu oleh
pelayan Ragusan bernama Daniel Edwards, yang mengimpor kopi dan menjadi
asisten Rosee semasa pembangunan kedai kopi tersebut. Kedai kopi kemudian
ditemukan pada tahun 1670 di Boston dan 1671 di Paris.
Charles II mencoba untuk menjadikan kedai kopi sebagai tempat dimana
segala berita dan skandal tentang raja dan pemerintahannya tidak berpengaruh
kepada para penikmat kedai tersebut. Mereka yang ada di sana berasal dari level
sosial yang tinggi, terbuka dan tidak melihat status sosial. Biasanya, kedai kopi
berubah menjadi tempat bertemu dimana bisnis bisa dibawa disana dan bertukar
berita. Kedai kopi berubah menjadi tempat berkumpul bagi para pedagang atau
pengacara, penerbit dan pengarang dan wanita tidak diijinkan memasuki kedai
kopi.
Di New York, kedai kopi di kota kecil digunakan sebagai tempat dimana
kita dapat meninggalkan atau mengambil pesan. Tahun 1672 seorang pengusaha
muda asal Armenia, yang dikenal dengan nama Pascal menjualnya secara umum,
pertama-tama di sebuah pameran besar di Saint Germain dan kemudian di sebuah
toko kecil yang berlokasi di Quai de l’Evole, dimana ia menjual kopi dengan
harga dua sol, enam dernier (atau sekitar dua penny Inggris) satu cangkir. Adalah
26 Universitas Kristen Petra
Jean de la Rogue yang berperan penting dalam sejarah kopi di Perancis, ia
menulis bahwa ketika tahun 1714 ia berjalan bergegas menuju jalan besar ke arah
Jardin des Plants, dimana hampir tidak ada satu kota pun yang tidak memiliki
kedai kopi atau cafe.
Penyebaran cafe atau coffee house di Eropa ini terjadi melalui jalur
perdagangan, ke wilayah Italia yang dikenal dengan sebutan caffe yang hanya
berbeda penulisan saja. Yang kemudian pada tahun 1839 muncul kata cafetaria
dalam bahasa American English yang berasal dari bahasa Mexican Spanish untuk
menyebutkan sbeuah kedai kopi. Pada awalnya cafe hanya berfungsi sebagai
kedai kopi, tetapi sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak
konsep, diantaranya sebagai tempat menikmati hidangan/dinner, tempat
berkumpul hingga berbisnis (Grafe, Christoph and Franziska Bollerey, ed 2-3).
2.2.3 Perkembangan Cafe
Pada awalnya cafe and bar adalah dua bentukan shop yang berbeda namun
pada perkembangan abad 17 di America dan Europe banyak pengunjung yang
memesan kopi dan berbincang-bincang dengan rekan sembari menikmati kopi
yang mereka beli sehingga banyak pemilik kedai yang akhirnya sadar akan
keinginan masyarakat sehingga cafe dan bar kemudian menjadi satu kesatuan.
Bar diciptakan sedemikian untuk menarik minat seseorang untuk melihat
staff yang sedang membuat minuman (seperti bartender), ketika orang merasa
tertarik maka ia akan berkunjung dan akhirnya membeli. Sedangkan cafe
merupakan tempat semi formal yang didirikan untuk orang yang ingin
berbincang-bincang dari hal santai hingga untuk masalah pekerjaan/bisnis.
Sehingga dengan demikian ketika kedua shop tersebut telah melebur menjadi satu,
tata letak sebuah cafe membuat posisi bar berada di depan untuk menarik
perhatian orang yang melihatnya dan kemudian membeli.
Dengan demikian maka sejak awal pembuatan sebuah cafe dengan konsep
bar pengunjung telah melakukan pelayanan mandiri yang telah di terapkan pada
bar sehingga ketika sebuah cafe didirikan dengan adanya bar di dalamnya
pengunjung akan melakukan pemesanan dan pembayaran di bar seperti yang telah
biasa mereka lakukan ketika membeli pada sebuah bar, hanya perbedaannya saat
27 Universitas Kristen Petra
ini bahwa bar tersebut memiliki tempat duduk untuk pengunjung yang ingin
menikmati kopinya sembari berbincang-bincang dengan rekan kerja atau sekadar
santai sore.
Ketika cafe dengan konsep bar ini mengalami perkembangan pada abad 19
ini, yang terjadi adalah orang mengalami kebosanan karena semakin banyak cafe
dengan konsep bar tanpa adanya variasi yang berarti didalam sebuah cafe tersebut.
Hal inilah yang akhirnya mendorong para pebisnis untuk berpikir lebih dan
menghasilkan suatu kreasi baru sehingga pengunjung tak merasa bosan dan
akhirnya pergi. Pada cafe yang memiliki konsep bar mereka meletakkan fasilitas-
fasilitas baru seperti tersedianya Wi-Fi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
abad 19 ini, kemudian desain interior yang beragam juga mulai ditampilkan mulai
dari berbagai desain unik dengan mengusung konsep minimalist, contemporer,
industrial dan adanya spot-spot foto yang disediakan untuk pengunjung
melakukan foto sehingga orang akan tertarik untuk berkunjung dan menjajaki
makanan dan minuman yang ditawarkan oleh cafe tersebut (Grafe, Christoph and
Franziska Bollerey, ed 4-11).
2.2.4 Posisi Cafe dalam Pasar
Dalam membuat sebuah cafe pemilik perlu melihat perkembangan cafe
yang ada khususnya di Surabaya saat ini. Sehingga bisnis cafe yang akan
dikembangkan memiliki kekuatan yang berbeda dari para pesaingnya dan bisa
bertahan dalam persaingan bisnis. Hal ini dikenal dengan analisa SWOT sebagai
berikut.
Tabel 2. 2 Analisa SWOT
Informasi Deskripsi
SWOT analisa
Strength: kekuatan usaha dibandingkan pesaing bisnis cafe
lainnya.
Weakness: kelemahan usaha dibandingkan pesaing bisnis
cafe lainnya.
Opportunity: peluang produk cafe untuk laku di pasar
dalam hal ini wilayah Surabaya.
Threat: hambatan atau tantangan yang mungkin dapat
28 Universitas Kristen Petra
terjadi pada saat menjalankan usaha.
Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan cafe baik dari dalam maupun
dari luar cafe maka bisnis akan bisa menonjolkan kekuatannya dan memasang
strategi tertentu sehingga bisa bertahan dalam persaingan pasar.
Berikutnya yang perlu diperhatikan adalah sasaran pengunjung dari pihak
cafe tersebut yang digambarkan sebagai berikut.
Tabel 2. 3 Analisa STP
Informasi Deskripsi
Strategi pemasaran
Segmentasi : menjelaskan secara terperinci siapa segmen
yang akan dibidik atau dituju yang dikategorikan dalam
segmen high end, middle up, middle low and low end.
Target : menjelaskan detail ciri-ciri konsumen.
Positioning : menjelaskan secara detil posisi usaha
menyangkut image seperti apa yang ingin dibentuk oleh
usaha yang dimaksud.
2.2.5 Desain Interior Cafe
Dengan adanya perkembangan jaman, cafe menjadi semakin luas, yang
artinya cafe tidak saja menjadi tempat menikmati makanan dan minuman tetapi
juga menjadi tempat bersosialisasi dan mencari teman baru (Wainer Barban
History 1991).
Pada dasarnya desain interior tidak dapat dipisahkan dari manusia. Secara
tidak langsung lingkungan sekitar mempengaruhi aktivitas dan pola perilaku
pengguna. Interaksi yang terjadi antara pengunjung dan elemen interior
disekitarnya mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang ketika berada di
sebuah cafe. Perpaduan yang tepat antara elemen interior di dalam sebuah cafe
sangat menentukan keberhasilan cafe itu sendiri (Baraban dan Durocher 59).
Seperti contohnya, perabot yang nyaman akan membuat orang betah untuk tempat
tinggal berlama-lama disebuah cafe. Tetapi apabila perabot yang digunakan tidak
nyaman, tentu mereka akan merasa tidak betah.
Sebuah cafe juga mempunyai beberapa persyaratan ruang yang dilihat dari
segi keamanan, kenikmatan, dan kesehatan. Suatu hal yang prinsip pada ruang
29 Universitas Kristen Petra
cafe yang menyangkut persyaratannya adalah persyaratan tentang kenikmatan
manusia yang dititikberatkan pada kebutuhan ruang gerak atau individu.
Kebutuhan ruang gerak bagi manusia atau individu adalah 1,4-1,7 meter persegi.
Area sirkulasi merupakan area yang perlu diperhatikan dalam perancangan
sebuah cafe. Perlu diperhatikan hendaknya sirkulasi antara pengunjung dan
karyawan diatur agar tidak besilangan. Bersilangan di sini dapat diartikan
bertemunya pelayan dan pengunjung dalam suatu area sirkulasi tanpa adanya
sirkulasi alternatif. Hal ini dapat menyebabkan peristiwa tabrakan antar pengguna
atau saling menunggu. Pelayan hendaknya memiliki sirkulasi terpisah agar dapat
melayani tamu lain sekaligus, selain itu hendaknya sirkulasi area ini dibuat cukup
lebar agar dapat dilalui oleh pengunjung, kereta makanan, ataupun waiters.
2.2.6 Area Pembentuk Interior Cafe
Sebuah cafe diciptakan untuk memberikan pelayanan kepada pengunjung
yang ingin menikmati santai dengan makanan dan minuman ringan yang
disajikan, pelayanan tersebut diharapkan mampu memberikan rasa nyaman dan
santai kepada pengunjung. Dalam memberikan pelayanan tentu saja terdapat
penunjang pelayanan yang diberikan, penunjang tersebut berupa area pembentuk
interior cafe berikut (Pile 531)
a. Waiting area
b. Checking area or hanging space for coats
c. Bar (posibbly combined with a cocktail lounge)
d. Counter seating
e. Serving counter (for cafeteria service only)
f. Dinning room with table seating, possibly with banquettes or booths
g. Private dinning room(s)
h. Rest rooms
i. Chasier’s station
Sembilan area diatas merupakan area yang biasa digunakan dalam
pembuatan sebuah restaurant/cafe dimana area tersebut bisa disesuaikan dengan
kebutuhan penggunaanya, jika perancangan yang dibuat berupa cafe maka waiting
30 Universitas Kristen Petra
area, checking area and private dinning room(s) bisa dihilangkan sesuai
kebutuhannya saja.
Untuk area dapur tidak dimasukkan kedalam daftar area pembentuk
interior cafe, hal ini dikarenakan dapur bukan merupakan bagian dalam pelayanan
sebuah cafe. Namun dapur dan area tempat persiapan untuk pelayanan lainnya
menempati 20-50% dari total area yang digunakan dalam sebuah perancangan
cafe, ditempat tertutup yang tidak terjangkau oleh pengunjung.
2.2.7 Kriteria Perancangan Cafe Secara Umum
Sebuah cafe secara umum harus memiliki syarat kondisi sebagai berikut
(Neufert 120):
a. Menarik perhatian dan tidak membuat pengunjung cepat bosan
b. Penghawaan dan sirkulasi yang baik
c. Pencahayaan dalam ruang yang sesuai, tidak terlalu terang dan tidak
terlalu gelap.
Elemen interior sebuah cafe sangat mempengaruhi tingkah atau sikap
seseorang yang berada di dalam cafe tersebut, misalnya bila kursi yang digunakan
oleh pengunjung tersebut sangat nyaman dan interior cafe tersebut sangat
mendukung maka pengujung akan betah tinggal berlama – lama di cafe tersebut.
Tetapi apabila sebaliknya kursi yang di duduki pengunjung tersebut tidak nyaman,
pengunjung harus berganti – ganti posisi berulang – ulang maka pengunjung tidak
akan betah berada di cafe tersebut. Sehingga alasan inilah menjadi pengaruh juga
dalam penentuan keberhasilan bisnis cafe itu sendiri. (Baraban dan Durocher 59).
Kriteria cafe secara umum sebagai berikut (Belammy 1995):
a. Desainer harus mampu menangkap dan menarik minat pengunjung dengan
cara merangsang indera penglihatan dari pengunjung, dimana sama
menariknya dengan makanan yang disajikan.
b. Cafe harus bisa mengangkat ciri khas tersendiri dari tema-tema tertentu.
c. Cara baru untuk menarik minat pengunjung adalah dengan menggunakan
permainan pada cahaya yang menarik.
31 Universitas Kristen Petra
d. Pencahayaan dan tata suara yang baik dapat membantu menciptakan
suasana dengan memasukkan kesan dramatis, misteri dan mendukung rasa
ingin tahu pengunjung.
2.2.8 Prinsip Dalam Cafe
Dalam melakukan perancangan sebuah cafe seorang desainer interior perlu
mempertimbangkan adanya prinsip dalam melakukan perancangan cafe, berikut
akan dipaparkan empat prinsip yang mendasari perancangan sebuah cafe (Pile
531) :
a. Prinsip interior
Prinsip ini mengacu pada definisi desain interior yang mengembangkan
sebuah desain berdasarkan kebutuhan pengguna desain sehingga ruang
interior bisa digunakkan secara efektif dan efisien.
b. Prinsip jasa
Prinsip ini mengacu pada kepentingan pihak cafe untuk mendapatkan
profit, sehingga pihak cafe akan berusaha untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada konsumen guna membuat konsumen puas dan melakukan
pembelian berulang dan jika perlu merekomendasikan cafe terkait kepada
teman-temannya sehingga cafe terkait semakin dikenal orang dan
mendatangkan lebih banyak profit bagi cafe.
c. Prinsip konsumen
Prinsip ini mengacu pada kepentingan pihak konsumen untuk
mendapatkan fasilitas maupun kenyamanan yang sesuai dengan harga
yang mereka bayarkan, sehingga pihak cafe perlu menciptakan desain dan
sistem yang sesuai dengan perilaku konsumen pada cafe terkait.
d. Prinsip cafe
Prinsip ini mengacu pada definsi cafe yang menyatakan bahwa cafe
diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat konsumen perlu untuk
melakukan pelayanan secara mandiri terhadap dirinya sendiri.
Keempat prinsip diatas adalah prinsip yang menjadi pedoman baik bagi
pengelola cafe untuk menjalankan usahanya maupun bagi konsumen yang
melakukan pembelian di cafe.
32 Universitas Kristen Petra
2.2.9 Perilaku Dalam Interior Cafe
Dalam sebuah ruang interior cafe terdapat elemen pembentuk ruang
berupa lantai, dinding dan plafon. Ketiga elemen pembentuk ruang diciptakan
dengan tema dan konsep tertentu sehingga baik segi material, warna, bentuk,
tekstur dan mungkin bau (jika mempunyai bau) akan disesuaikan dengan cafe.
Konsep high class cafe dengan segmentasi high end tentu akan berbeda dengan
konsep middle low/middle up cafe baik dari segi penataan lokasi, pemilihan
warna, dan suasana yang ditimbulkan didalamnya. Pada entrance ways cafe akan
terlihat jelas dari segi material, warna maupun bentukan yang dibuat untuk
memberikan kesan “mahal” atau tidaknya sebuah cafe sehingga secara tak
langsung menyeleksi orang yang bisa masuk ke dalam cafe tersebut (Ching,
Francis D.K.,1996).
Dalam interior cafe penataan ruang, sirkulasi, pencahayaan, penghawaan,
material, dan elemen dekoratif penunjang lainnya tentu akan juga memperlihatkan
kelas sebuah cafe. Hal ini kemudian memberikan ransangan (stimuli) bagi
pengunjung untuk berlaku dan bersikap didalam cafe tersebut. Cafe dengan
segmentasi high end akan memunculkan desain berkelas dengan pemilihan warna
“minimalist” serta kesan elegan biasanya dengan unsur warna emas atau
pemilihan material meja marmer misalnya. Kemunculan desain berkelas
kemudian memberikan ransangan bagi pengunjung untuk tidak secara
sembarangan memasuki cafe dengan gaya desain seperti yang dideskripsikan
diatas dikarenakan cafe seperti itu tentu akan membanderol harga makanan dan
minuman ringan dengan harga yang lebih tinggi dari cafe pada umumnya
sehingga reaksi orang akan memberikan batas antara cafe tersebut dan dirinya
untuk kemudian menghindari cafe yang tak bisa dijangkaunya cafe (Pile 531).
2.2.10 Aktivitas Dalam Interior Cafe
Aktivitas dalam sebuah cafe terbagi dalam beberapa klasifikasi berikut :
a. Aktivitas menjual dan membeli makanan yang dilakukan oleh pegawai
cafe dengan pengunjung cafe.
b. Aktivitas makan yang dilakukan oleh pengunjung.
33 Universitas Kristen Petra
c. Aktivitas mengobrol yang dilakukan bersama lawan bicara.
d. Aktivitas bersantai seperti pengunjung yang lelah setelah melakukan
aktivitas kerja dan ingin bersantai dalam suasana yang berbeda dari
tempatnya bekerja.
2.3 Desain Interior
Menurut John F. Pile. (15) desain interior dikembangkan dengan tujuan
untuk memasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh manusia di dalam ruangan,
disesuaikan dengan imajinasi dan pemikiran desainer berdasarkan kebutuhan
penggunanya sehingga dalam mendesain selalu berusaha berkompromi tentang
berbagai aspek agar selaras dengan harapan pemakainya.
Sebagai seorang desainer interior professional hal yang perlu diperhatikan
bahwa pekerjaan harus di fokuskan kepada basic planning and fuctional daripada
hal terkait estetika (Pile 19)
2.3.1 Ruang Interior
Dalam sebuah ruang interior terdapat unsur-unsur yang mengisi ruang dan
membatasi ruang. Unsur-unsur tersebut mengisi ruang sesuai kebutuhan ruang
yang ada untuk memberikan fasilitas yang sesuai dan nyaman kepada pengguna
ruang. Unsur-unsur tersebut dibentuk dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti :
a. Sebuah tiang menandakan adanya sebuah titik dalam ruang dan
menjadikan titik tersebut terliat nyata.
b. Dua buah tiang membentuk sebuah membran ruang yang dapat kita lalui.
c. Dengan menyangga sebuah balok, tiang-tiang berubah menjadi garis tepi
sebuah bidang datar transparan.
d. Sebuah dinding, sebuah bidang masif, menandakan adanya sebagian dari
ruang yang tak berbentuk dan memisahkan antara ‘di sini’ dan ‘di sana’.
e. Lantai membentuk dasar ruang dengan batas-batas teritorinya.
f. Atap memberi naungan untuk isi ruang yang ada dibawahnya.
Penanganan permukaan bidang-bidang dinding, lantai, dan langit-langit
dapat menegaskan batas-batas spasial sebuah ruangan. Warna, tekstur, beserta
polanya menyesuaikan dengan kebutuhan ruang yang diperlukan, seperti warna
34 Universitas Kristen Petra
putih yang dipakai untuk warna dinding diruang perkuliahan dipakai untuk
membuat pengguna fokus terhadap kuliah yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan ruang tersebut dipakai.
Sifat akustik permukaan-permukaan ruang pun dapat mempengaruhi batas-
batas ruang yang sudah jelas. Permukaan bidang yang lembut dan mampu
menyerap suara dapat memperluas batas-batas akustik sebuah ruangan.
Permukaan keras yang memantulkan suara dalam suatu ruang dapat memperkuat
batas-batas fisik ruang tersebut. (Ching 1996)
2.3.2 Konsep Ruang Interior
Dalam ruang interior terdapat berbagai elemen yang mengisi baik sebagai
elemen utama maupun elemen penunjang. Elemen-elemen tersebut merupakan hal
yang dinamakan lingkungan sedang manusia sebagai objek hidupnya; sebut saja
sebagai milieu. Lingkungan dan milieu memiliki hubungan seperti hukum aksi-
reaksi, perilaku tertentu akan menentukan suasana ruang yang tercipta dalam
ruang interior yang merupakan lingkungannya. Ketika perilaku dan aktivitas
milieu menunjukkan pola A maka lingkungan harus mewadahi pola A tersebut
sehingga terjadi keseimbangan dan aktivitas dapat berjalan dengan baik dan
milieu akan merasa nyaman.
We have chosen to discuss this need first because it is probably at the root
of all other needs, in other words, if we lack control, it will be difficult to satisfy
any of the other needs; […], it must be easily differentiated from surrounding
areas. One logical way to define space […] is to create clear, definite boundaries.
Boundaries communicate to others-and to ourselves-where our place is,how big it
is, where it begins, and where it ends. (Miller dan Schlitt 1940)
2.3.3 Warna dalam desain interior
Desain interior tak pernah lepas dari aspek warna. Dalam aplikasi sebuah
desain, warna merupakan aspek penting lain yang perlu diperhatikan disamping
bentuk dan ergonomi.
Warna hangat menarik perhatian seseorang. Warna orange atau merah
misalnya, yang biasanya diletakkan di dinding belakang rak toko yang membuat
35 Universitas Kristen Petra
konsumen yang berbelanja yang sampai pada area rak belakang akan berputar dan
kembali mengelilingi rak toko dari awal kembali, hal ini tentu akan membuat
konsumen tertarik untuk membeli hal lainnya. Hal ini selanjutnya akan membuat
profit toko bertambah. (Bellizzi, Crowley, and Hasty 1983 dalam Sally 11).
Penelitian mengungkapkan bahwa saturation and brightness memiliki
pengaruh yang besar terhadap bagaimana manusia merespon sebuah warna secara
emosional (Valdez dan Mehrabian 1994 dalam Sally 11). Warna saturation
meningkatkan mood seseorang, sementara brightness sebaliknya. Warna yang
dingin sering digunakan dalam ruang ketika orang membutuhkan ketenangan,
sementara warna hangat digunakan dalam ruang ketika orang membutuhkan
energy tambahan. Warna dingin memberikan perasaan santai dan menyenangkan.
Park and Guerin (2002) have investigated combinations of colors that are
favored by different cultures around the world for interior color palettes. These
preferences are important because the use of preffered colors improves people’s
moods (Sally 127).
Penelitian yang dilakukan mengemukakan secara spesifik bahwa orang
dari eastern cultures lebih menyukai warna “simple and cool in appearance”. Hal
ini karena perbedaan budaya memiliki nilai dan pemaknaan yang berbeda dan
seringkali pada Negara tertentu berhubungan dengan masalah politik, sehingga
penting untuk desainer interior memiliki warna yang sesuai dalam desainnya.
Berdasarkan American Demographcs (Paul 2002 dalam Sally 129)
mengidentifikasikan arti warna sebagai berikut.
a. Red
Competition, emotion, optimism, violence
b. Orange
Extraversion, adventure, celebration
c. Yellow
Creativity, imagination, optimism, newness
d. Green
Nature, balance, fertility
e. Blue
36 Universitas Kristen Petra
Dependability, protection, purity, peace, trust, loyality, patience, hope,
perseverance
f. Purple/Violet
Spirituality, creativity, wit, sensitivity, vanity, moodiness
g. Pink
Sweetness, delicacy, refinement, sentimentality
h. Brown
Stability, harmony, hearth, neutrality
i. Black
Sophistication, simplicity, power
j. Gray
Neutrality, boredom, coolness, safety, conservatism
k. White
Purity, calm
2.3.4 Psikologi Manusia
a. Psikologi Manusia Secara Umum
Terdapat empat kepribadian manusia secara umum berikut.
- Sanguin
Orang sanguinis adalah orang yang sifatnya paling suka tampil eksis
daripada 3 sifat dasar lainnya. Sanguinis itu biasanya merasa bahagia saat
bisa jadi pusat perhatian, tampak heboh, mudah mencairkan suasana saat
baru mengenal orang lain, dan pandai bergaul.
Sifat sanguinis yang terdeteksi sejak kecil biasanya membuat seseorang
tampak senang bergaya saat difoto, rajin ikut berbagai kegiatan di sekolah
atau lingkungan rumah, serta proaktif kalau dibandingkan dengan teman-
teman lainnya. Tak jarang si sanguinis ini dijadikan sebagai tameng saat
harus membuat yel yel kekompakan atau saat diminta memperagakan
suatu gerakan tarian tertentu untuk disaksikan oleh khalayak ramai.
Sanguinis akan merasa bahagia tak terkira kalau kamu memuji aksinya
dengan tulus dilengkapi senyuman. Pujian tersebut seakan jadi bukti
eksistensi dan kepercayaan diri bagi si sanguinis.
37 Universitas Kristen Petra
Meskipun sanguinis itu memiliki emosi yang cenderung labil, suka narsis,
tak ingin dikalahkan dan mudah meledak-ledak, tapi dialah yang jadi
penyelamat saat harus bersentuhan dengan sesuatu yang disebut tampil di
depan umum.
- Melankolis
Melankolis pandai menganalisis permasalahan secara mendalam sebelum
memberitahukan hasil dari analisis tersebut. Disamping itu, ia pendengar
yang baik.Melankolis merupakan orang dengan beragam pertimbangan.
Orang yang melankolis biasanya pandai menyembunyikan perasaan,
sehancur apapun hatinya saat harus menerima kenyataan pahit. Tapi akan
selalu ada relung khusus di hatinya yang menyimpan kesedihan atau
dendam akibat kenyataan pahit tersebut. Si melankolis bisa berdiam lama-
lama bahkan jatuh terpuruk sebab sifat alamiahnya mampu menyeret ia ke
dalam pusaran perasaan yang terlalu dalam. Orang-orang melankolis
adalah orang yang selalu menuntut kesempurnaan. Kemampuannya dalam
menganalisis dan merencanakan sesuatu membuat ia jadi serba
perfeksionis dalam menjalani hidup. Saat menemukan orang yang kamar
tidurnya tertata rapi atau isi notebook-nya penuh dengan nama folder yang
spesifik, besar kemungkinan kalau orang tersebut adalah orang melankolis.
- Koleris
Kata pemimpin dan optimis adalah dua kata yang paling tepat untuk
menggambarkan kepribadian orang-orang koleris. Kadang kala tak jarang
orang lain menganggap si koleris terlalu diktator karena sifatnya yang suka
memimpin, suka mengatur, dan punya sikap toleransi yang rendah
terhadap kesalahan. Koleris bisa digambarkan sebagai pribadi yang
berkemauan keras dan punya tekad yang sangat besar untuk mencapai
impiannya. Hampir tak ada istilah bermalas-malasan dalam kamus si
koleris karena setiap hari harus diisi dengan pelajaran dan hal-hal baru
yang bermanfaat.
- Plegmatis
Orang-orang plegmatis patut dijuluki Lempeng.com. Ekspresinya begitu
38 Universitas Kristen Petra
santai dan halus sehingga tak jarang tampak nyaris tak punya emosi.
Plegmatis menganggap dunia begitu indah dan masalah yang datang
menghadang itu bagai angin lalu saja. Wajahnya sering tersenyum manis
ketika problem sedang hadir di depan mata. Plegmatis yang amat
bersahabat dan berdamai dengan kehidupan. Kesabarannya memang
membuat plegmatis selalu berhasil menjalani hidup dengan tenteram.
Plegmatis tak segan untuk menghindari konflik dan memilih untuk
mengalah walaupun kadang ia mengalah hanya demi hal yang salah.
Berdebat hingga tarik urat sungguh bukanlah gaya seorang plegmatis
karena sejatinya ia cuma ingin hidupnya rukun-rukun saja.
Sikap damai dan bersahabat yang dimiliki oleh sang plegmatis sering
membuat ia malah ditindas dan dimanfaatkan oleh orang lain. Tidak hanya
itu saja, prinsip menjalani hidup seperti air mengalir pun kerap
membuatnya jadi tak punya tujuan hidup yang pasti.
b. Manusia dan Psikologi
Manusia terdiri dari dua entitas yaitu Tubuh dan Jiwa. Psikologi sendiri
merupakan disipilin ilmu yang mempelajari kedua entitas tersebut. Ada tiga posisi
filosofis yang mewarnai perkembangan disiplin psikologi baik dalam posisi
berseberangan maupun kompromi, yaitu :
- Tubuh dan jiwa merupakan entitas yang terpisah namun saling
berhubungan
- Tubuh dan jiwa merupakan entitas yang terpisah dan tidak saling
berhubungan
- Tubuh dan jiwa tidak dapat dipisahkan dan merupakan suatu kesatuan
Ketiga hal tersebut dirumuskan dalam tiga teori berikut. Teori pertama yang
dikemukakan oleh Rene Descartes (1596-1650) adalah teori Interactionism. Teori
kedua dirumuskan oleh Gottfried W. Leibnitz (1646-1716) dengan teori
Parallelism. Teori ketiga dirumuskan oleh Benedict “Baruch” Spinoza (1632-
1677) dengan teori Double Aspectism.
39 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. 1 Teori Interactionism
Sumber : Halim, Deddy (2005,37)
Gambar 2.3. 2 Teori Parallelism
Sumber : Halim, Deddy (2005,37)
40 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. 3 Teori Double Aspectism
Sumber : Halim, Deddy (2005,37)
Teori ketiga kemudian dipakai dalam sebuah teori pendekatan kehendak
bebas atau disebut free will approach yang menunjukkan bahwa kontrol kognisi
yang kuat atas tubuh membuat lingkungan fisik sama sekali tidak mempunyai
pengaruh terhadap perilaku.
Berbagai pendekatan yang dipakai yang menimbulkan pro dan kontra
terhadap penyatuan maupun pemisahan terhadap kedua entitas manusia yakni
tubuh dan jiwa memunculkan aliran psikologi perilaku yang dipelopori oleh Ivan
Pavlov (1849-1936) yang berkembang menjadi Neo Behaviorism yang
menganggap bahwa aspek tubuh merupakan hal yang paling penting dari manusia.
Teori ini kemudian lebih sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana mengingat
dan mengenali lingkungan dan diterima dikalangan masyarakat karena berpatokan
pada penilaian yang objektif.
Selanjutnya muncul pengaruh pemikiran Abraham Maslow (1908-1970)
dengan hirarki teori kebutuhan manusia yang mendasari pola perilaku manusia
menjadi lima tingkat kebutuhan yang terdiri dari psysiological needs, safety needs,
belongingness and love needs, esteem needs and self actualization. Lima
tingkatan kebutuhan ini dibagi menjadi dua golongan yaitu deficiency needs and
growth needs. Pada golongan deficiency needs (psysiological needs, safety needs,
belongingness and love needs, and esteem needs) dijelaskan bahwa manusia akan
41 Universitas Kristen Petra
memiliki motivasi untuk meraih tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi jika
merasa memiliki kekurangan pada tingkatan kebutuhan terendah, pada tahap ini
perumpamaan yang dibuat pada tingkat kebutuhan psysiological needs adalah
ketika orang merasa haus maka ia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya
akan kehausan dan akan fokus pada kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya
ketika kebutuhan akan hausnya terlah terpenuhi. Pada golongan growth needs
(self actualization) dijelaskan bahwa manusia akan berusaha untuk mencari hal
yang berkaitan dengan pengembangan diri, pertumbuhan, tantangan, dan
pengalaman baru (Reisinger 272-276).
Gambar 2.3. 4 Bagan Maslow's Hierarchy of Needs
Sumber : Halim, Deddy (2005,40)
Selanjutnya dengan revisi yang dilakukan pada tahun 1998 bersama
Lowery bagan hirarki Maslow menjadi delapan tingkat kebutuhan yang
mengembangkan golongan gowth needs menjadi dua tingkatan atas dan bawah.
Pada tingkatan bawah terdapat kebutuhan need to know & understand, and
aesthetic needs, pada tingkatan atas terdapat self-actualization and transcendence
(Reisinger 273).
Kedua pemisahan tersebut menjelaskan pada tahap mana manusia tidak
42 Universitas Kristen Petra
punya kontrol terhadap perilakunya (growth needs) dan pada tahap mana kognisi
manusia justru memiliki kontrol yang menentukan bentuk-bentuk perilaku yang
dihasilkan oleh manusia (deficiency needs).
Dalam aplikasinya terhadap pola perilaku manusia sebenarnya tidak semua
manusia memiliki porsi kebutuhan yang sama, artinya adalah bahwa ada sebagian
manusia yang membutuhkan lebih banyak safety needs misalnya, dan sebagian
lainnya yang membutuhkan lebih banyak need to know & understand.
Dalam aspek psikologi paling mendasar yang ada dikemukakan terdapat
dua tipe manusia yakni introvert and extrovert yang memiliki pola perilaku yang
berbeda. Pada tingkatan kebutuhan sosial orang introvert mungkin akan lebih
membutuhkan belongingness & love needs, sementara orang extrovert akan lebih
membutuhkan esteem needs (Reisinger 276).
Terdapat delapan bagian dalam kebutuhan menusia yang dijelaskan oleh
Maslow, berikut merupakan rincian dari tiap kebutuhan tersebut.
- Psysiological needs
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi air, water, food,
drink, shelter, sleep, warmth, waste elimination, sex, health, fitness.
- Safety needs
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi protection,
security, order, law, stability, being free of fear and deprivation.
- Belongingness & love needs
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi belonging, love,
affection, acceptance, approval relationships, family and things
related to social needs.
- Esteem needs
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi recognition,
reputation, achievement, competition, status, fame and things related
to ego needs.
- Need to know & understand
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi knowledge,
understanding, learning, meaning, awareness and things related to
cognitive needs.
43 Universitas Kristen Petra
- Aesthetic needs
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi beauty, form,
balance.
- Self actualization
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi personal
growth, development, actualization, challenge, and new experiences.
- Transcendence
Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi supreme needs
of helping others to self actualize.
Transcendence needs mengacu pada kebutuhan seluruh manusia di
muka bumi, yang berhubungan dengan hal yang melebihi self-ego.
Dalam pencarian manusia menemukan kebutuhan ini, banyak yang
mengganti pola perilaku mereka dari external expression to an inner
change and spiritual journey.
c. Manusia dan Alam
Alam merupakan tempat manusia berada. Alam diartikan sebagai iklim dan
lingkungan. Iklim adalah elemen zat cair dan gas seperti misalnya jumlah uap air
dalam udara, kelembapan, hujan dan berbagai macam gas dalam udara seperti
oksigen, karbondioksida, karbonmonoksida, bahkan sampai cahaya dalam bentuk
agregat. Sedangkan lingkungan adalah elemen zat padat seperti tumbuhan, pasir
dan batuan.
Dalam penjelasan ini dapat diartikan bahwa manusia tidak bisa lepas dari
alam tempat manusia berada, sehingga yang terjadi berikutnya manusia akan
merespon iklim dan lingkungan yang diartikan sebagai kebudayaan. Perbedaan
iklim dan lingkungan akan menciptakan kebudayaan yang berbeda. Jadi interior
merupakan hasil akhir dari kebudayaan manusia dalam merespon alam.
Lingkungan agraris dengan iklim tropis basah seperti Indonesia
menghasilkan perkampungan dengan atap genteng tanah liat untuk meredam
panas namun masih memungkinkan terjadinya aliran udara pada ruang dibawah
atap. Lingkungan pantai menggunakan atap dak beton yang massif sebagai
antisipasi terhadap suhu panas yang kering. Sedangkan lingkungan pegunungan
44 Universitas Kristen Petra
bersalju dilengkapi dengan cerobong asap sebagai akibat adanya panas buatan
yang dihasilkan dari dalam rumah untuk mengantisipasi suhu yang dingin.
Selanjutnya manusia mampu menguasai alam dengan baik. Dengan akal
dan logikanya manusia menciptakan lingkungan tempat tinggalnya yang
disesuaikan dengan kondisinya. Misalnya memilih material tertentu untuk
menghasilkan suhu ruang yang dingin ditengah iklim tropis. Arsitektur dan
interior pada awalnya hanya merupakan kebutuhan primer sebagai tempat
bertahan hidup. Kemudian bertambah kebutuhan sekunder untuk mengakomodasi
perilaku hidup sehari-hari dengan menciptakan berbagai ruang yang disesuaikan
dengan pola aktivitas hidupnya. Kebutuhan berikutnya tersier berupa keinginan
untuk memberi nilai lebih kepada ruang dengan menciptakan elemen dekoratif,
lukisan dan pengolahan detil ruang sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan
keindahan.
d. Psikologi dalam Desain
Psikologi manusia menanggapi reaksi desain yang ada disekitarnya tentu
berbeda-beda, hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
- Human reaction to static elements
Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, misalnya saja
pada small space ada beberapa orang yang bisa tegang dan kaku
sepanjang saat jika berada diruangan tersebut, ada pula yang hanya
tegang pada waktu tertentu. Bentuk yang sama bisa memberikan efek
yang berbeda pada masing-masing orang.
Orang secara umum menyukai area/ruangan yang familiar baginya,
namun memiliki desain yang tidak mudah ditebak karena jika sama
saja dengan rumahnya misal, akan membuat ia tak tertarik lagi dan
bosan. Di area publik orang lebih suka desain yang bisa “ditipu” dari
segi penglihatan, bau, suara, dan tekstur.
- Human Comfort
Sebuah ruang didesain dengan tujuan khusus, misalkan ruang makan
maka tujuan utama ruang tersebut adalah menyediakan segala
kebutuhan yang akan menunjang aktivitas makan tersebut. Namun
sebelum mendesain dan meletakkan penunjang aktivitas yang berupa
45 Universitas Kristen Petra
perabot dan perlengkapannya, hal yang perlu dilakukan adalah
mengamati dan jika dibutuhkan turut serta merasakan ketika berada
diruang makan sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan
bagaimana aktivitas tersebut bisa dilakukan dengan baik. Hal ini
kemudian akhirnya menuju pada bagaimana ruangan tersebut dapat
terasa nyaman bagi penggunanya selama pengguna berada dan
melakukan aktivitas pada ruangan tersebut, berikut akan dibahas
mengenai garis besar hal-hal yang telah diteliti merupakan hal yang
membuat ruangan menjadi nyaman berdasarkan prikologi manusia
(Sally 11-12).
Berdasarkan warna, ketika ruangan yang dibicarakan adalah
area untuk makan dimana aktivitas yang terjadi didalamnya
bukan hanya makan saja, namun juga bercengkerama dengan
kerabat dan bersantai maka warna hangat akan memberikan
rasa nyaman dan menarik orang untuk tinggal disana lebih
lama
Berdasarkan layout ruangan dimana orang akan lebih menyukai
ruangan yang lebih terbuka, tidak semua bangunan tertutup
oleh lantai, dinding dan plafon. Hal ini adalah karena
pengalaman manusia yang didapat dari pembelajaran dari
leluhur yang telah tiada, dimana ketika jaman dahulu orang
berjuang bertempur mereka menggunakan alat dan bahan
seadanya yang ada dilingkungan alam karena saat itu belum
ada teknologi yang berkembang, salah satunya adalah pohon
yang bisa menjadi tempat perlindungan dari hewan buas,
sekaligus tempat bernaung yang sejuk dan nyaman.
Cahaya buatan yang memerciki ruangan adalah faktor lain yang
memberikan kenyamanan dalam sebuah ruang
Reis 2004 dalam Sally 16-18 mendefinisikan 16 ciri yang mendefinisikan
kebutuhan manusia secara dasar dan umum :
- Power
46 Universitas Kristen Petra
Ruangan yang diciptakan memiliki kekuaatan seperti halnya gereja
yang didesain dengan plafon tinggi sehingga orang didalamnya merasa
kecil dan berfokus menghormati Tuhan yang Maha Agung dan Besar.
Karena sifat dasar manusia adalah akan hormat dan menghargai apa
yang diatasnya.
- Curiosity
Tempat yang didesain untuk mengasah kemampuan atau sebagai
tempat pembelajaran, dimana ketika orang didalam ruangan tersebut
memiliki keinginan untuk bisa mengeksplor dirinya lebih lagi
misalnya.
- Independence
Tempat yang bisa membuat apa yang diperlukan orang dalam
menjalankan aktivitasnya dapat dikatakan ruang yang independence.
- Status
Sebuah status bukanlah ditentukan oleh lokasi ruangan , namun
bagaimana ruangan itu bisa membuat orang mampu melakukan segala
aktivitasnya dalam satu ruangan itu saja. Hal ini bisa dikatakan
ruangan tersebut telah memenuhi kriteria status.
- Social Contact
Komunikasi merupakan hal penting sekalipun untuk orang yang paling
introvert sehingga dalam sebuah ruang perlu diciptakan desain yang
mampu membuat orang berkomunikasi meskipun tetap harus dibatasi
jumlah komunikasinya berdasarkan kebutuhan ruangnya.
- Vengeance
Tempat untuk meletakkan simbol-simbol seperti penghargaan yang
didapat, yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
- Honor
Dalam artian trasdisional, dimana dalam sebuah ruang ada tempat
khusus untuk meletakkan barang yang memiliki nilai bagi pengguna.
Hal ini bisa menjadi lebih tradisional ketika penempatan barang
tersebut dipahami maknanya bahkan oleh orang yang ‘buta desain’.
- Idealism
47 Universitas Kristen Petra
Setiap orang memiliki idealismenya masing-masing. Seperti
penempatan patung untuk orang buta, idealis bagi pengguna yang buta
(Sally 18).
- Physical Exercise
Ruang untuk latihan fisik, dimana orang bisa melakukan uji
coba/praktek.
- Romance
Seperti kamar rias untuk wanita, yaitu area yang memiliki kesan
sentuhan kasih.
- Family
Tempat dimana orang berkumpul dan berkomunikasi. Sebuah tempat
yang diciptakan memiliki area private dan public sesuai dengan
kebutuhannya.
- Order
Penataan barang yang membuat apa yang dikerjakan seseorang
menjadi lebih tertata seperti adanya rak dan cabinet.
- Eating
Tempat yang disediakan khusus untuk orang makan.
- Acceptance
Penerimaan terhadap tren desain yang ada.
- Tranquility
Desain tempat nyaman adalah yang bisa membuat relax dan
mengurangi stress yang dialami oleh penggunanya.
- Saving
Ruang yang bisa difungskan untuk penyimpanan barang berharga.
Kemudian reaksi psikologi manusia secara umum pada area publik
digambarkan seperti berikut ini :
- Entryways
Entryways signal transition from one space into another ( Alexander et
al.1977). Pada umumnya untuk menemukan pintu masuk, pria lebih
memilih pintu yang teduh menaungi daripada wanita. Namun secara
umum semua orang akan memiliki kesan pertamanya ketika memasuki
48 Universitas Kristen Petra
ruang depan/entryways. Disanalah orang akan memutuskan dan
menilai baik desain maupun perkiraan karakteristik pemiliknya.
- Ceilings
Alexander and his colleagues (1977) menemukan bahwa plafon yang
lebih rendah akan membuat orang yang berada didalamnya lebih intim
dan membuat orang didalamnya merasa relax, dan sebaliknya.
Pada area formal disarankan tinggi plafon sekitar 10-12 feet.
Kemudian untuk area semi formal 7-9 feet, serta 6-7 feet untuk area
yang lebih intim. Ukuran ini tergantung pada kondisi cuaca dan iklim
lingkungan sekitar.
Plafon yang tinggi akan membuat suara pantulan terasa lebih jauh dari
yang seharusnya sehingga menciptakan suasana lebih formal.
- Seat Placement
People prefer to sot with their back against something really solid,
such as a wall or a sturdy room divider. Research has shown that seats
like this in coffee shops are always the first ones chosen by customers
(Waxman,2006).
Psikologi dalam desain interior merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Oleh sebab itu psikologi manusia merupakan hal yang penting dalam
mempengaruhi desain interior yang akan diciptakan. Berikut merupakan lima hal
yang menjadi isu pokok yang menghubungkan antara psikologi dengan desain
interior :
- Kepribadian
Kepribadian manusia dibagi kedalam dua golongan yaitu introvert and
extrovert. Introvert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh
dunia subjektif, orientasinya tertuju ke dalam. Extorvert adalah
kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya
terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya lebih
banyak ditentukan oleh lingkungan. (Jung dalam Hall dan Lindzey,
1978: 125, par 1)
Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap desain yang mewakili masing-
masing kepribadian manusia. Misalnya untuk orang yang berkepribadian extrovert
49 Universitas Kristen Petra
akan cenderung memilih rumah dengan banyak bukaan dengan material kaca yang
mendominasi, dan sebaliknya orang introvert akan memilih rumah yang terdapat
banyak ruang privasi yang menjaganya tetap aman didalam dari lingkungan luar.
Hal in bukan merupakan hal yang pasti, seperti bisa saja orang extrovert
menginginkan rumah seperti orang introvert dengan latar belakang bahwa ia telah
banyak melakukan sosialisasi dengan lingkungan luar dan ingin mendapatkan
privasi terbaik dalam rumahnya sendiri.
Dalam skala budaya Indonesia termasuk dalam golongan masyarakat yang
introvert jika dibandingkan dengan masyarakat western yang extrovert. Sehingga
selain faktor eksternal berupa alam yang terdiri atas iklim dan lingkungan terdapat
pula faktor internal berupa kepribadian kolektif bangsa yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap penciptaan sebuah desain interior.
Dalam kaitannya dengan manusia baik introvert maupun extrovert, semua
manusia memiliki motivasi tertentu dalam melakukan sebuah tindakan. Motivasi
tersebut dinamakan nilai. Nilai tumbuh dari harapan dan ketertarikan manusia,
hasil dari interaksi antara individu dan beberapa obyek atau situasi dalam
lingkungannya (Nickel&Dorsey 1968 dalam Halim, Deddy, 2005:72). Kebutuhan
manusia baik fisik, psikologis atau sosial dalam lingkungan merupakan bagian
dari menentukan sebuah nilai. Misalnya ada orang yang menginginkan rumah
yang bisa dilihat dan dikunjungi teman-temannya, namun ada orang yang
menginginkan rumahnya sebagai tempat yang privasi. Hal tersebut terjadi karena
adanya nilai individual yang berbeda, seperti adanya pengalaman masa kecil yang
miskin mendorong seseorang untuk mencuri di masa dewasa atau malah menjadi
seorang dermawan.
Nilai individual seseorang mempengaruhi lingkungan tempat manusia
tersebut berada. Oleh sebab itu seorang desainer interior sangat berperan dalam
pengembangan lingkungan yang lebih baik untuk menciptakan sebuah nilai yang
baik dalam setiap diri manusia. Namun apakah lingkungan yang mempengaruhi
perilaku seseorang atau sebaliknya, hingga saat ini masih dipertanyakan. Hanya
saja yang jelas nilai merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang.
Lingungan juga mempengaruhi nilai individual seseorang. Hal ini
diumpamakan dengan pemasangan karpet di kantor yang membuat para karyawan
50 Universitas Kristen Petra
merasa lebih dihargai dalam bekerja. Bangunan tidak dilihat hanya sebagai
bangunan saja, melainkan sebuah tempat yang menyenangkan untuk bekerja.
Ketika rasa nyaman orang dapat terpenuhi, mereka dapat merespon secara positif
terhadap desain yang dibuat oleh desainer interior. Dengan demikian perlu diingat
bahwa nilai merupakan kombinasi antara perasaan-perasaan psikologis dan
lingkungan fisik, sehingga tidak dapat dipisahkan (Halim 79).
Gambar 2.3. 5 Hubungan keterkatian nilai dan lingkungan
- Arketipe
Pada psikologi, arketipe diartikan sebagai kesan “primodial” atau
bentuk pemikiran universal yang ada pada setiap orang di semua
zaman. Arketipe psikologis atau ide tentang Tuhan dapat
direpresentasikan pada bidang arsitektur dalam bentuk arketipe gereja,
dengan bentuk atap tinggi menjulang yang memiliki makna adanya
hubungan vertical (heaven and earth). Konsep mengenai Tuhan atau
raja dimengerti secara sama dan universal oleh semua orang di seluruh
dunia pada segala abad dan tempat. Konsep kognitif yang dimiliki
secara sama pada semua orang disebut sebagai arketipe.
- Anatomi fisik
Hubungan arsitektur-psikologi dapat dilihat dari susunan anatomis
obyek studinya yang keduanya terdiri atas tiga bagian utama yaitu :
kaki, badan dan kepala.
51 Universitas Kristen Petra
- Psikofisik
Studi ini dimulai dari Thomas Young (1773-1829) di Inggris yang
menekankan aspek pengelihatan manusia sebagai alat utama untuk
menikmati sebuah desain mengenai adanya tiga warna dasar yaitu
merah (red), hijau (green), dan biru (blue) atau disingkat RGB.
Kemudian teori warna Ewald Hering (1834-1918) muncul dan
menambahkan warna kuning (yellow) menjadi RGBY.
Aspek psikofisik yang dipelajari semuanya menunjukkan hasil
intervensi manusia terhadap lingkungannya mempunyai relasi yang
erat dengan proses-proses mental psikologis manusia.
- Karakter Gender
Karakter gender dibagi ke dalam dua golongan yaitu maskulin dan
feminin. Maskulin dalam psikologi mengacu pada sifat pria yang
kokoh, tegas dan keras. Feminin dalam psikologi mengacu pada sifat
wanita yang lembut, fleksibel dan ringkih.
Ketebalan garis menghasilkan perbedaan karakter. Lengkungan atau kurva
tipis dapat merepresentasikan karakter yang sangat feminin, sebaliknya garis lurus
yang tebal menonjolkan maskulinitas.
e. Kebutuhan Ruang
Untuk melakukan perancangan desain interior bagi klien, maka penting
untuk mengetahui perilaku manusia terlebih dahulu. Berikut merupakan
kebutuhan ruang manusia (Halim 81-92).
- Ruang fisikal
Merupakan hal yang berhubungan dengan ilmu desain antropometrik
dan ergonomi yang menjelaskan mengenai ukuran dalam membuat
sebuah desain yang akan digunakkan oleh manusia. Dengan adanya
ukuran standar yang dapat digunakan, maka pekerjaan desainer interior
menjadi lebih terarah.
- Ruang psikososial
Perilaku manusia bersifat psikologis dan sosial, sehingga desainer
interior perlu untuk memahami psikologis pengguna ruang sebelum
mendesain ruang interior. Secara fisik, semua orang membutuhkan
52 Universitas Kristen Petra
besar ruang tertentu di sekitar mereka untuk merasa aman. Jumlah dan
bentuk ruang bervariasi, tergantung pada individu dan aktivitasnya.
Dalam menciptakan sebuah ruang terdapat jarak tertentu, yang membatasi
sebuah aktivitas. Ketika jarak yang diciptakan luas maka aktivitas yang bisa
dilakukan pengguna lebih luas dan sebaliknya. Dalam sebuah ruang tentu terdapat
interaksi antar pengguna pula. Jarak yang lebih dekat mengindikasikan
informalitas, sedangkan jarak yang lebih jauh mengindikasikan formalitas.
- Dimensi kebutuhan ruang
Kebutuhan ruang yang dilihat dari segi ruang psikososial memiliki
empat dimensi psikologis berikut.
- Kepemilikan ruang
Secara psikologis setiap orang tentu memiliki rasa kepemilikan akan
suatu area tertentu yang selalu ia tempati, misalnya tempat duduk di
pojok ruang. Tempat-tempat yang ditempati manusia memiliki
pengaruh kuat bagi diri mereka karena punya kenangan dan nilai
sejarah. Memiliki suatu barang adalah satu aspek kepemilikan dan
memiliki tempat untuk barang tersebut adalah aspek lain yang secara
integral saling berhubungan.
- Personalisasi ruang
Melalui personalisasi, seseorang menciptakan kesadaran bahwa daerah
atau barang miliknya dihargai. Personalisasi juga berarti memberi
“cap” pribadi, artinya menjadikan sesuatu sebagai bagian dirinya.
Tidak semua hal dipersonalisasi oleh setiap orang, hanya tempat yang
dianggap tempatnya saja. Misalnya pada kasus tempat asrama yang
memiliki banyak ruang, seseorang yang tinggal di dalamnya hanya
akan mempersonalisasi kamar yang menjadi tempatnya tinggal dengan
mendekorasi dan menata ruang sesuai keinginannya.
- Tingkat privasi ruang
Privasi merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Ruang privasi
memberikan kesempatan untuk menemukan diri sendiri karena privasi
mengijinkan setiap orang untuk mencari jati dirinya, dan
53 Universitas Kristen Petra
mengembangkannya. Adanya ruang privasi memberikan sebuah dasar
bagi orang untuk merasa nyaman dan puas dengan hidupnya.
- Kontrol atas ruang
Kontrol atas lingkungan asalah aspek untuk bertahan hidup dan
dibutuhkan untuk membentuk konsep diri dan kedewasaan seseorang.
Ketika orang kehilangan kontrol atas lingkunagn, secara psikologis
kemampuannya untuk berfungsi akan berkurang serta dapat
menurunkan ambisi dan kurang menurunkan rasa percaya diri.
Orang harus bisa mengetahui bahwa dirinya berpengaruh atas sesuatu atau
ruang seperti kontrol untuk merubah, menghias dan mempersonalisasi ruang agar
seseorang memiliki keyakinan diri. Hal ini merupakan bagian dari pengembangan
citra diri yang baik (self-image).
2.3.5 Diferensiasi Sosial Manusia
Diferensiasi ras merupakan pembedaan antara manusia yang dilakukan
secara horizontal sehingga tidak ada pembedaan antara manusia yang satu dengan
lainnya, hanya perbedaan yang terletak pada latar belakangnya.
Menurut Soerjono Soekanto diferensiasi sosial adalah :
Variasi pekerjaan, prestise, serta kekuasaan kelompok di masyarakat yang
dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari proses interaksi sosial yang lain.
Perwujudan pengelompokkan masyarakat atas dasar perbedaan pada kriteria-
kriteria yang tidak memunculkan tingkatan-tingkatan antara lain dalam hal agama,
ras, jenis kelamin, klan, profesi, dan suku bangsa.
Adapun ciri-ciri diferensiasi sosial sebagai berikut :
a. Ciri-ciri fisik
Ciri ini berkaitan dengan fisik manusia seperti perbedaan rambut, warna
bola mata, tinggi badan dan ciri fisik lainnya.
b. Ciri-ciri budaya
Ciri ini berkaitan dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu kelompok
masyarakat. Seperti misalnya kebudayaan sunda, batak, bali dayak, dan
kebudayaan lainnya.
c. Ciri-ciri sosial
54 Universitas Kristen Petra
Ciri ini berkaitan dengan fungsi masyarakat dalam kehidupan
bermasyarakat. Setiap warga masyarakat memiliki mata pencaharian yang
berbeda yang sesuai dengan bakat dan minat dari masing-masing yang
memberikan tanda sebuah perbedaan antara manusia secara horizontal.
2.3.6 Parameter Biologis
Berdasarkan bentuknya diferensiasi sosial dibagi menjadi dua bentuk yaitu
berdasarkan parameter sosiokultural dan parameter biologis. Dalam pembahasan
ini yang ditekankan adalah pembahasan parameter biologis yang dapat dilihat
dengan cara observasi pengamatan terhadap lapangan tempat penelitian dilakukan.
Parameter biologis terdiri dari :
a. Umur
Kategori umur menurut depkes RI 2009 dibagi menjadi sembilan golongan
sebagai berikut.
- Masa balita : 0-5 tahun
- Masa kanak-kanak : 5-11 tahun
- Masa remaja awal : 12-16 tahun
- Masa remaja akhir : 17-25 tahun
- Masa dewasa awal : 26-35 tahun
- Masa dewasa akhir : 36-45 tahun
- Masa lansia awal : 46-55 tahun
- Masa lansia akhir : 56-65 tahun
- Masa manula : 65-sampai atas
Perbedaan usia ini memungkinkan perbedaan perilaku yang ditimbulkan
sehingga akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan ruang pada masing-masing
individu.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin dibagi menjadi dua,
- Laki-laki
- Perempuan
Perbedaan jenis kelamin ini dapat berpengaruh terhadap perilaku yang
55 Universitas Kristen Petra
ditimbulkan. Perempuan memiliki kecenderungan lebih rumit dan berbanding
terbalik dengan laki-laki yang cenderung lebih sederhana; tidak berbelit-belit.
Seperti misalkan ketika perempuan memilih tempat duduk ia akan cenderung
memilih berdasarkan tempat yang nyaman sesuai suasana hatinya dan memilih
tempat yang lebih intim dan memiliki tingkat privasi yang lebih, sedangkan laki-
laki lebih cenderung memilih tempat duduk tanpa syarat tertentu, hal ini
disebabkan oleh perbedaan kecenderungan pemikiran laki-laki yang berpusat pada
logika dan perempuan pada perasaannya.
c. Ras
Ras manusia memiliki keberagaman yang didasarkan oleh ciri fisik dan
sosial. Pada ciri fisik terdapat perbedaan seperti warna rambut, postur tubuh,
warna kulit dan perbedaan fisik lain. Pada ciri sosial terdapat perbedaan perilaku
yang dilakukan oleh perbedaan kelompok masyarakat.