2010-puisi jawa modern
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
1/126
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
2/126
2
PUISI JAWA MODERN
Penulis:Dr. Purwadi, M.Hum
Layout:Berliana Tusilawati
Desain Cover:
Rony
ISBN: 978-979-185-173-2
Cetakan 1, Februari 2010
PenerbitPararaton (Grup Elmatera)Jl. Solo Km 9 Sambilegi Baru Gg. Waru No. 73B Maguwoharjo
Yogyakarta Telp 0274 4332287
Email:[email protected] IKAPI
Hak Cipta ada pada penulisDilindungi Undang-undang
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
3/126
3
KATA PENGANTAR
Buku ajar ini digunakan untuk memperlancar proses
belajar mengajar mata kuliah Puisi Jawa Modern. Dengan
disertai contoh-contoh geguritan dan analisisnya, diharapkan
mahasiswa mampu mendalami perkembangan serta eksistensi
puisi Jawa modern.
Geguritan sebagai jenis puisi Jawa modern ternyatatelah memperkaya khasanah kesusastraan puisi Jawa klasik.
Namun demikian keberadaan sastra puisi Jawa klasik seperti
kakawin, kidung, tembang, purwakanthi, wangsalan, dan
parikan tetap berkembang terus. Kesusastraan Jawa selalu
tumbuh sesuai dengan perkembangan jaman.
Hingga kini proses kreatif sastra Jawa, terutama dalam
bidang puisi senantiasa memberi harapan. Di kalangan
generasi muda, tradisi geguritan terus berlangsung dengan
variasi ragam serta gagragnya, sehingga mampu mengisi
kehidupan estetika serta rohani bangsa.
Yogyakarta, Maret 2010
Dr. Purwadi, M.Hum
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
4/126
4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. Pengertian Tentang Puisi
BAB II. Kelahiran Puisi Modern
BAB III. Ragam Puisi Modern
BAB IV. Aliran-Aliran Puisi
BAB V. Gaya Bahasa Puisi
BAB VI. Jenis-Jenis Puisi Jawa
BAB VII. Geguritan Sebagai Karya Puisi Modern
BAB VIII. Puisi Jawa Periode Pra-Kemerdekaan
BAB IX. Puisi Jawa Periode 1945-1965
BAB X. Puisi Jawa Periode 1966-1980-An
BAB XI. Puisi Jawa Periode 1990-Sekarang
Glosarium
Sumber bacaan
Daftar pustaka
Tentang Penulis
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
5/126
5
BAB I
PENGERTIAN TENTANG PUISI
1. Definisi Puisi
Karya sastra sebagai simbol verbal mempunyai
beberapa peranan. Di antaranya sebagai cara pemahaman
(mode of comprehension), cara perhubungan (mode of
communication) dan cara penciptaan (mode of creation).
Obyek karya sastra adalah realitas (Kuntowijoyo, 1987: 127).
Berkaitan dengan masyarakat Jawa, realitas itu menyangkut
aspek historis, sosiologis, filosofis dan estetis.
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang
mengandung elemen ritme, rima, metafor dan disusun
menurut tata korespondensi tertentu. Pada lazimnya puisi
didominasi oleh curahan rasa dan ritme. Oleh karena itu puisi
disebut juga bahasa rasa. Jenis-jenis puisi dapat dibedakanberdasarkan sudut tinjauan kita terhadap segi-segi puisi itu.
Dari sudut cara pengungkapan penciptanya puisi dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: puisi lirik, puisi epik dan
puisi dramatik.
Puisi merupakan kesusastraan yang sangat disenangi
oleh masyarakat sejak jaman kuno sampai sekarang. Puisi di
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
6/126
6
jaman kuno disebut kekawin karena mempergunakan bahasa
kawi. Kekawin dari kata dasar kawi yang artinya syair. Di
jaman kuno orang yang pintar membuat kesusastraan kekawin
dinamai kavya. Ciri-ciri kekawin itu sebagai berikut: Satu bait
terdiri dari empat baris. Tiap baris jumlah suku katanya sama.
Pembacaan kekawin itu terikat oleh suara berat yang disebut
guru dan suara ringan yang disebut lagu (Zoetmulder,
1985: 37).
Kesusastraan yang padat berisi dan diolah dengan
bahasa indah disebutpuisiatau geguritan dalam kesusastraan
Jawa. Berdasarkan bentuknya puisi terdiri dari puisi lirik dan
puisi epik. Sedangkan berdasarkan isi atau temanya dapat
dibedakan menjadi himne, ode, elegi dan satire. Bentuk
gabungan antara puisi dan prosa dinamai prosa lirik atau puisi
prosais. Karya ini termasuk jenis puisi.
Keindahan bahasa puisi Jawa terletak pada tiga macamyaitu: Wilet, yaitu kelak-kelok suara agar ajeg, beruntun dan
memiliki makna yang tinggi. Wirama, yaitu panjang pendek,
keras liat dan tinggi rendah jatuhnya suara. Dan yang tidak
kalah penting yaitu purwakanti atau dhong dhinging suara.
Jika dua orang pelukis sama-sama melukiskan suatu bagian
dari kota, bisa jadi kejadian yang lukisan satu mengagumkan
kita, sedangkan lukisan yang lain kita rasa jelek. Perbedaanbukankah jadinya terletak pada "pokok", karena di sini pokok
adalah sama. Perbedaan terletak dalam perasaan-perasaan
yang mengiringi pemandangan di kota tadi, dan dalam cara
bagaimana perasaan-perasaan itu mencapai pernyataannya
(Padmasukatja, 1962: 14).
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
7/126
7
Bangsa-bangsa besar seperti Yunani dan Romawi,
dalam sejarahnya tak pernah mengabaikan puisi (Linus
Suryadi, 1994: 106). Sejarah puisi telah mulai jauh sebelum
manusia mengenal tulisan dan bahasa yang sempurna. Puisi
bermula dari gumam, suara-suara dan gerak ritmis pada saat
manusia purba menyelenggarakan ritus. Hal ini dinamai
protipe puisi. Perkembangan puisi selanjutnya sejalan dengan
perkembangan bahasa dan kebudayaan manusia. Pada tahap
lebih lanjut manusia mengekspresikan rasa dan pengalaman-
nya tidak hanya menggunakan suara dan gerak ritmis, tetapi
juga dengan bahasa verbal yang mengandung makna. Pada
tahap ini puisi yang lebih sempurna muncul dalam bentuk
mantra. Serentak dengan ini puisi dalam bentuk nyanyianpun
muncul pula, yang pada mulanya sangat erat dengan
perbuatan magis dan kegiatan ritual. Mantra diucapkan
dengan irama yang sangat kuat sehingga terdengar sepertinyanyian, sebaliknya nyanyian sebagian besar berbentuk lagu
pujaan yang erat kaitannya dengan mantra.
Menyusul kemudian lahirlah puisi yang mengandung
pujian terhadap alam. Fenomena alam yang menyentuh hati
nurani manusia diekspresikan dalam bentuk puisi. Keindahan
alam atau fenomena alam lainnya tidak sekedar diekspresikan
seperti kenyataan faktualnya, tetapi ditilik sampai ke hakikat-nya dan hubungannya dengan kehidupan manusia Karena itu
lukisan alam tersebut selain indah dan mengesankan juga
terasa hidup dan filosofis. Pada tahap inilah munculnya gaya
personifikasi sebagai suatu cara memberi tenaga dan nyawa
kepada benda-benda mati dan menjadi salah satu ciri khas
puisi.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
8/126
8
Sebagai salah satu karya seni puisi terus berkembang
mengikuti perkembangan peradaban manusia. Pada tahap
lebih lanjut puisi menjadi karya seni sastra yang multidimensi.
Semua aspek kehidupan manusia terekam dalam puisi. Puisi
tidak lagi sekedar ekspresi emosi dalam bentuk bunyi dan
irama, tetapi telah berubah menjadi karya seni bahasa untuk
mengucapkan suatu gagasan atau pengalaman.
Dalam bidang puisi, para penyair Jawa sering
mengungkapkan tentang kritik sosial. Mereka adalah Murya-
lelana, Anie Soemarno dan Soekarman Sastrodiwiryo. Puisi
Jawa yang memuat kritik sosial dimuat dalam surat kabar
Dharma Nyata dengan judulJaman Edan.
Jaman edanJaman saikiJaman edan
Bapak-bapakPadha badhutan
Dapat disimpulkan bahwa puisi di atas merupakan
pengaruh Serat Kalatidha karya Ranggawarsita (Suripan, 1997:
63).
2. Citra atau Imaji
Citra disebut juga imaji. Citra adalah kesan batin atau
gambaran visual yang timbul pada diri seseorang, disebabkan
oleh suatu kata atau ungkapan dalam karya sastra yang
dibacanya. Citra merupakan elemen utama karya sastra,
khususnya puisi. kegunaan citra dalam karya sastra ialah: (1)
Memberikan tenaga hidup kepada sesuatu yang diungkapkan.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
9/126
9
(2) Memikat pembaca sehingga apa yang dinikmati bukan saja
bermanfaat, tetapi juga menyenangkan. (3) Mewujudkan
kenyataan artistik yang tidak terwujudkan oleh cara penalaran
keilmuan (Slamet Mulyana, 1978: 27).
Pembentukan citra dalam karya sastra disebut citraan.
Citraan dapat mengacu dua aspek yaitu: citraan visual dan
citraan nonvisual. Citraan visual bersifat merangsang mata
atau penglihatan, sedangkan citraan nonvisual merangsang
pancaindera yang lain. Kadang-kadang keduanya bersatu
dalam satu bentuk citraan. Dalam wujudnya citra sangat erat
hubungannya dengan makna kata, khususnya makna kono-
tatif. Sebab makna konotatif sebuah kata tidak saja mem-
berikan makna denotatif dari kata itu, tetapi juga merangsang
kesan, ingatan, kenangan akan segala sesuatu yang berkaitan
dengan makna itu.
Diksi merupakan pilihan kata yang dilakukan olehseorang pengarang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan
dan pengalamannya dalam karya yang ditulisnya. Dalam karya
sastra diksi tidak hanya mengacu pada ketepatan pemilihan
kata untuk mengungkapkan sesuatu, tetapi juga untuk
mengundang atau membangkitkan imajinasi pembaca,
sehingga apa yang diungkapkan terasa hidup dan memikat
(Gorys Keraff, 1984: 67).Gita puja bermakna puisi lirik yang dinyanyikan untuk
memuji Tuhan, pahlawan, seorang tokoh, dan sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya puisi lirik yang berisi pujian
terhadap Tuhan, seorang pahlawan atau tokoh disebut gita
puja. Dari segi komposisi dan fungsinya, kitab suci yang berisi
lagu-lagu pujaan juga termasuk gita puja. Himne adalah istilah
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
10/126
10
lain dari Gita Puja. Dalam majalah Kejawen terbitan tanggal
25 September 1927 terdapat geguritan yang berjudul Madu
Sita:
Yen lumaku den alon tibaning padaMrih waspada kahananing marga-margaKautaman wite saka kabecikanOra ana becik tan ana utama
Beberapa puisi Jawa modern yang terbit pada awal
abad 20 terkumpul dalam rubrik khusus, misalnya:
Panglipur Manah Taman Bocah Wawasan Atur Saleresipun Raos Katresnanipun Bapa Biyung dhateng Putra
Di bawah ini ada kutipan puisi yang menggambarkancitra kritis seorang pengarang. Puisi ini dimuat dalam surat
kabar Darma Nyata:
Pitakon
Marang sapa maneh rakyat sambatLan ngutahake pangrasa
Manawa kabeh panguwasaRumangsa dadi malaekatIdu geniMung mikir dhiri pribadiNggedhekake korupsi lan komisiKanggo nguja gundhik suwidak siji
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
11/126
11
Latihan & Tugas:
1. Apakah pengertian puisi itu?2. Berlatihlah membuat sastra puisi!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
12/126
12
BAB II
KELAHIRAN PUISI MODERN
1. Perkembangan Puisi
Proses kelahiran puisi Jawa modern terkait erat
dengan pengaruh kesusastraan Eropa yang masuk ke
Indonesia. Sastra Eropa ini dibawa oleh bangsa Barat ke
wilayah kepulauan Nusantara pada awal abad XX, bersamaan
dengan bentuk-bentuk sastra prosa. Baik sastra prosa maupun
puisi, keduanya telah memperkaya khasanah kesusastraan
Jawa (Suripan, 1997: 61).
Sastra Jawa berkembang pesat berkat dukungan
Penerbit Balai Pustaka. Balai Pustaka adalah nama badan
sebagai penjelmaan dan Commissie voor De Votkslectuur atau
Komisi Bacaan Rakyat. Didirikan oleh Pemerintah Belandapada tahun 1908 dengan surat ketetapan Gubernemen tanggal
14 September 1908 no 12. Dalam rangka politik etis, Belanda
mendirikan sekolah-sekolah untuk bumiputra. Akibatnya
banyaklah pemuda-pemuda Indonesia terutama golongan
priyayi yang setelah duduk di bangku sekolah itu berangsur-
angsur mendapat pengaruh tentang alam pikiran: sosialisme,
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
13/126
13
komunisme, nasionalisme, demokrasi, dll. Tugas badan ini
merupakan menyiapkan bacaan untuk sekolah dan masya-
rakat. Sembilan tahun kemudian (1917) badan ini berubah
namanya menjadi Balai Pustaka (Goerge Quinn, 1995). Tugas
dan bidangnya dalam hal bacaan dan perbukuan juga
bertambah banyak, antara lain memberikan kesempatan
kepada rakyat Indonesia menulis karya sastra dan
menerbitkannya di Balai Pustaka. Sikap Balai Pustaka dalam
menerima karya sastra yang akan diterbitkan selalu
berorientasi kepada kepentingan pemerintah kolonial. Karya
yang dianggap membahayakan pemerintah kolonial tidak akan
diterbitkan kecuali kalau pengarangnya bersedia merevisi
karyanya.
Di samping itu kepandaian menulis dan membaca
semakin meluas di kalangan rakyat. Hal itu oleh pemerintaan
Hindia Belanda dianggap sebagai suatu bahaya apabiladibiarkan mendapat buku-buku bacaan dari pedagang-
pedagang buku yang kurang suci hatinya. yang bermaksud
hendak mengacau. Pemerintah Hindia Belanda mengakui
kenyataan bahwa rakyat benar-benar haus akan bacaan. Oleh
karena itu maka pada tanggal 14 April 1903 dibentuklah
Commissie voor De Volslectuur yang terdiri dari 6 orang dan
diketuai oleh G.A.J. Hazeau, yang berkewajiban memilihkarangan-karangan yang baik untuk dipakai di sekolah-
sekolah dan dijadikan bacaan rakyat. Apresiasi terhadap Balai
Pustaka dengan membicarakan terbitan sastra tahun 1908-
1945 (Chirstantiowati, 1996).
Karya sastra pada masa Balai Pustaka banyak
mengambil tema pertentangan paham antara golongan tua
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
14/126
14
dengan golongan muda dan pada lazimnya meruncing dalam
sistem kawin paksa. Gaya berceritanya pun hampir sama, yaitu
masih terasa adanya gaya hikayat, kecuali pada beberapa
roman yang lebih kemudian. Pengarang-pengarang yang
menulis dan menerbitkan karyanya pada masa Balai Pustaka
oleh para pengamat sastra diberi nama Angkatan Balai
Pustaka. Usaha komisi untuk memperoleh bacaan rakyat
menempun beberapa jalan, misalnya: (1) Mengumpulkan dan
membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang
tersebar di kalangan rakyat Naskah ini diterbitkan sesudah
diubah atau disempurnakan. (3) Menterjemahkan atau me-
nyadur karya sastra Eropa. (2) Menerima karangan pengarang-
pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di
sekitarnya. Naskah-naskah tersebut mempergunakan bahasa
Melayu dan bahasa-bahasa daerahnya, serta berupa bacaan
anak-anak, bacaan orang-orang dewasa sebagai penghibur danpenambah pengetahuan.
Setelah komisi itu berjalan selama 9 tahun, tampak
mengalami kemajuan yang sangat besar sebagai pencetak,
penerbit, penjual buku dan majalah. Untuk bekerja dengan
lebih intensif lagi. maka pada tahun 1917 komisi itu menjelma
menjadi Balai Pustaka. Selain menyelenggarakan penerbitan
buku-buku. BP juga mengadakan taman-taman perpustakaandi setiap sekolah dasar dan setiap tangsi dan lain-lain, yaitu
tempat meminjam buku-buku secara teratur dan murah. Juga
memberi bantuan kepada usaha-usaha swasta untuk me-
nyelenggarakan taman bacaan. Ada kajian khusus mengenai
karya sastra terbitan Balai Pustaka (Pardi dkk: 1995).
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
15/126
15
Di samping itu diterbitkan pula majalah-majalah
secara teratur satu atau dua Minggu sekali adalah majalah-
majalah:Sari Pustaka dalam bahasa Melayu tahun 1919, Panji
Pustaka dalam bahasa Melayu tahun 1923, Kejawen dalam
bahasa Jawa, Parahyangan dalam bahasa Sunda. Ketiga
majalah yang terakhir itu terbit sampai pemerintah Hindia
Belanda runtuh pada tahun 1942. Para pejabat Balai Pustaka
di antaranya: (a) Pemimpin-pemimpm BP terdiri dari
hoofdambtenaar Belanda adalah: Dr. A.A. Rinkes, Dr. G.W.J.
Drewes, Dr. K.A. Hidding, (b) Tokoh-tokoh sastrawan yang
menjadi pegawai BP antara lain: Adinegoro, Sutan Takdir
Alisyahbana, Armin Pane, Nur Sutan Iskandar, H.B. Yassin,
W.J.S. Purwadarminta, Idrus, dan sebagainya. Buku terbitan
Balai Pustaka sangat bermanfaat buat kelancaran belajar di
sekolah SD-SMA (Pamoentjak, 1948: 15).
Angkatan Balai Pustaka juga disebut dengan Angkatan20 atau Angkatan Siti Nurbaya. Nama Balai Pustaka me-
nunjuk pada dua pengertian: (1) sebagai nama badan penerbit,
dan (2) sebagai nama suatu angkatan dalam sastra Indonesia.
Kedua pengertian itu berhubungan erat. Balai Pustaka sebagai
lembaga penerbitan sampai saat ini masih ada, meskipun
status dan fungsinya berbeda sama sekali dengan dahulu.
Badan tersebut sekarang ada dalam lingkungan DepartemenPendidikan Nasional. Berdirinya Balai Pustaka tidak lepas dari
latar belakang sejarah yang menyertainya. Pada akhir abad ke-
19 pemerintah Belanda banyak membuka sekolah untuk
bumiputera dengan tujuan: mendidik pegawai rendahan yang
dibutuhkan oleh pemerintah, supaya politik pengajaran tetap
dikuasai oleh pemerintah.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
16/126
16
Namun, ternyata sekolah-sekolah makin luas sehingga
banyak bangsa kita yang pandai membaca dan menulis.
Pemerintah khawatir terhadap kegemaran membaca dan
menulis di kalangan rakyat. Untuk memenuhi hasrat membaca
itu dengan keputusan no. 12 tanggal 14 September 1908 oleh
pemerintah dibentuklah suatu komisi yang bernama
Commissie voor de Inlandsche School en Volkslectuur yaitu
suatu komisi untuk menyediakan bahan bacaan bagi sekolah-
sekolah bumiputra dipimpinan oleh Dr. G.A. J. Hazue.
Manifestasi politik etis pemerintah Hindia Belanda diwujud-
kan dengan hadirnya penerbit Balai Pustaka (Nugroho, 1990:
316). Komisi ini makin lama makin meluas dan makin
bertambah kegiatannya, sehingga pada tahun 1917 berubah
menjadi suatu badan penerbitan yang bernama Balai Pustaka.
Tujuan didirikannya Balai Pustaka oleh pemerintah Belanda
kurang lebih untuk supaya kebutuhan membaca di kalanganrakyat dapat tercukupi dengan buku-buku yang diterbitkan
sendiri sehingga tidak membahayakan ketertiban dalam negeri
(Alisjahbana, 1992). Pemerintah Belanda bermaksud secara
tidak langsung memasukkan elemen kolonisasi lewat bacaan
yang diterbitkan sendiri. Seperti nampak dalam cerita-cerita
kepahlawanan yang disaring ke dalam bahasa Indonesia dan
juga karangan-karangan, yang cerita maupun gambarnyamemberikan pencitraan negatif terhadap bangsa Indonesia,
dan sebaliknya memberikan kesan bagi usaha-usahanya di
Indonesia. Seolah-olah sebagai balas jasa terhadap politik etis
yang dijalankan pemerintah di Indonesia.
Usaha-usaha Balai Pustaka yang direalisasikan di
antaranya: (1) mengusahakan penerbitan naskah-naskah cerita
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
17/126
17
rakyat dari berbagai daerah di Indonesia, (2) menerjemahkan
dan menyadur cerita-cerita asing ke dalam bahasa Indonesia,
seperti Abu Nawas, Sebatang Kara, Tom Sawyer (3)
menerbitkan karangan-karangan asli yang ditulis oelh bangsa
Indonesia sendiri, dan yang sebagian besar berbentuk novel,
misalnyaAzab dan Sengsara,Siti Nurbaya,Salah Asuhan dan
sebagainya, (4) menerbitkan majalah dalam berbagai bahasa
daerah di Indonesia, Panji Pusaka, Seri Pustaka, Kejawen,
dan Parahyangan. (5) Mengadakan penyebaran buku secara
luas sampai ke pelosok-pelosok, membangun perpustakaan di
sekolah-sekolah, dan mengadakan penjualan buku-buku
tersebut dengan harga murah.
Jasa Balai Pustaka dalam mengembangkan puisi Jawa,
yaitu menerbitkan majalah Kejawen tahun 1920. majalah ini
menggunakan aksara Jawa dan berbahasa krama inggil (Tirto
Suwondo & Herry Mardiyanto, 2001: 26). Kemudian menggu-nakan huruf latin pada tahun 1937, dengan alasan penyesuaian
keadaan.
Balai Pustaka didirikan oleh pemerintah Belanda sama
sekali tidak disertai maksud agar badan tersebut memberikan
dorongan terhadap perkembangan sastra Indonesia. Tujuan
yang pokok adalah memberikan konsumsi berupa bacaan pada
rakyat yang isinya cocok dengan politik pemerintah kolonial.Akan tetapi, kita tahu bahwa badan penerbit merupakan suatu
faktor yang penting bagi perkembangan sastra, di samping
faktor pengarang sebagai pencipta dan masyarakat sebagai
pembaca atau penikmat. Sebab itu, didirikanya Balai Pustaka
oleh pemerintah Belanda dalam hal tertentu memberikan
manfaat kepada rakyat dan juga kepada perkembangan sastra
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
18/126
18
Indonesia. Teeuw (1953) menyebutkan manfaat dan peranan
Balai Pustaka adalah: (a) Memberikan yang luas kepada para
pengarang bangsa Indonesia untuk menghasilkan karangan
dan dengan sendirinya juga memberikan kesempatan kepada
rakyat untuk membaca karangan bangsanya sendiri. Adanya
tempat untuk menerbitkan karangan-karangan inilah yang
dipandang merupakan salah satu dorongan bagi pertumbuhan
sastra Indonesia. (b) Secara tidak langsung balai pustaka
memberikan kesempatan juga kepada bangsa Indonesia untuk
memperoleh pengetahuan dan kemajuan, terutama dalam
bidang karang mengarang. Kemajuan ini dapat diperoeh
melalui membaca karangan orang lain atau karena adnya
kesempatan bekerjadi lingkungan balai pustaka, baik sebagai
korektor, redaktur, maupun sebagai pemimpin redaktur. (c)
Penyebaran secara luas cerita-cerita rakyat, cerita-cerita
terjemahan atau saduran dari sastra asing banyak berpengruhterhadap pertumbuhan sastra suatu bangsa. Cerita-cerita
tersebut dapat memperkaya pengalaman jiwa dan merangsang
tumbuhnya inspirasi dalam penciptaan, dan keduanya penting
bagi perkembangan sastra (Teeuw, 1993: 64).
Namun, Balai Pustaka merupakan badan penerbitan
resmi yang diusahakan oleh pemerintah kolonial. Segala usha
dan kegiatan badan itu tidak dapat dilepaskan darikepentingan politik pemerintah penjajah. Oleh karena itu,
tidak setiap naskah karangan dapat diterima dan diterbitkan,
walaupun dari segi sastranya naskah itu bernilai. Sastra Jawa
gagrak anyar bahkan sudah memasuki ruang kuliah perguruan
tinggi di luar negeri (Suparto Brata, 1980: 80).
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
19/126
19
2. Tradisi Sastra Baru
Ungkapan pengarang lewat puisi di bawah ini meng-
gambarkan sebuah tradisi sastra baru:
Dadia Tirakatmu Anakku
Dadia tirakatmu anak-anakkuYen dina iki ora ana upaKowe padha ora mangan segaKajaba gegelan tela
Tamba ngelih panyuwarane wetengmuDadia tirakatmu anak-anakkuSawengi ngrungu udan kemricikPadha ndhekep weteng ngelihKemul amoh gombalane biyungmuIng gubug trocoh gubuge bapakmu
Kesusasteraan Jawa Baru berkembang sejak berdirinya
Balai Pustaka tahun 1908 sampat sekarang. Masyarakat lama
yang bersifat statis menghasilkan sastra lama. Masyarakatnya
statis memiliki ciri-ciri: Masyarakat yang belum maju, yang
dalam segala gerak-genknya sangat terikat oleh kepercayaan-
nya adalah animisme dan dinamisme. Masyarakat yang
dikuasai dan terikat oleh adat-istiadat yang meliputi segala
cabang kehidupan. Adat dipandangnya pusaka nenek moyang
yang kramat, dan apabila dilanggarnya akan terkutuk olehleluhur. Jadi cara mereka berbual dalam segala hal selalu
seragam. Lagi pula jiwa gotong-royong masih hidup subur
dalam kalangan masyarakat lama itu, sehingga kepentingan
individu terdesak oleh kepentingan bersama. Merupakan
masyarakat yang tertutup, karena dibatasi oleh adat tersebut.
Maka sedikit sekali mereka menerima pengaruh dari luar.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
20/126
20
Masyarakat lama yang bersifat statis, maka kesusastra-
an lama pun stastis juga. Dapat dikatakan bahwa pada
lazimnya sastra lama itu: (1) Berisi hal-hal yang fantastis dan
istana centries. (2) Banyak dibunga-bungai dengan bahasa
klise, (3) Nama-nama pengarangnya jarang sekali disebutkan.
(4) Caranya bercerila pun boleh dikatakan sama. Biasanya di-
mulai dengan kalimat kata sahibbui hikayat atau konon
khabarnya, diakhiri dengan kalimat wallahu a'lam bissawab.
Tiap-tiap alinea baru dimulai dengan kata-kata: alkisah,
syahdan, arkian, kalakian dan seterusnya. (5) Puisinya terikat
oleh beberapa syarat tertentu. Masyarakat baru yang menim-
bulkan sastra baru. Merupakan masyarakat yang dinamis. Itu
akibat pergaulannya dengan orang-orang Barat yang sangat
dinamis itu Masyarakat baru menjadi dinamis, karena
mengutamakan kepentingan individu. Sejak itu individualitas
di Indonesia menjadi hidup sekali. Orang menjadi manusiayang berani dan memuliakan perasaan perseorangan. Akibat
itu masyarakat terpecah-belah, dan timbul persaingan dalam
segala lapangan. Demikian pula dalam lapangan kesusas-
teraan. menyebabkan timbulnya angkatan-angkatan, sejalan
dengan kemajuan masyarakatnya. Tradisi sastra Jawa baru
semakin mantap setelah terbitnya Majalah Panyebar
Semangatpada tahun 1933 di Surabaya.Pelopornya adalah Imam Supardi dan Dr. Soetomo
(Suparto Brata, 1980: 90). Kemudian disusul oleh majalah
Jayabaya tahun 1946. Di Yogyakarta terbit majalah Mekar
SaridanDjoko Lodhang. Di Jakarta terbit majalahDamarjati.
Semua menjadi lahan subur buat persemaian puisi Jawa
Modern. Tentang seluk beluk kesusastraan Jawa baru ini JJ.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
21/126
21
Ras (1985) telah membuat antologi yang berjudul Bunga
Rampai Sastra Jawa Modern.
Latihan & Tugas:
1. Kapan kelahiran puisi Jawa modern?2. Sebutkan latar belakang kelahiran puisi Jawa modern!3. Kelompok mana saja yang menjadi pendukung ke-
lahiran puisi Jawa modern?
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
22/126
22
BAB III
RAGAM PUISI MODERN
Puisi Anak-anak
Puisi Anak-Anak adalah puisi yang melukiskan dunia
anak-anak. Puisi Anak-Anak dapat ditulis oleh anak-anak,
dapat pula ditulis oleh orang dewasa atau penyair yang sudah
termasyhur. Bentuknya singkat dan sederhana agar mudah
dihafal atau dinyanyikan. Sebagian dari puisi anak-anak
merupakan karya sastra lisan. Contoh puisi anak:
Pring ditumpuk-tumpukBumbung isi merangCilik diengkuk-engkukYen wis gedhe maju perang
Puisi Bebas
Puisi bebas adalah puisi yang membebaskan diri dari
segala ikatan dan aturan sebagaimana terjadi pada sastra lama.
Puisi terbentuk dari kata-kata, seperti juga sebuah lukisan dari
cat dan sehelai kain, atau sebuah patung dari pualam, lempung
dan sebagainya. Tapi mereka yang mengalami keterharuan
ketika melihat suatu lukisan atau sebuah patung, tidak akan
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
23/126
23
menganggap kwalitet cat dan kain atau batu pualam sebagai
soal yang penting, soal yang pokok. Bukankah bahan-bahan
yang dipakai yang penting; yang penting adalah hasil yang
tercapai.
Hasil ini pada umumnya terbagi dalam bentuk dan isi.
Tetapi "pembatasan" yang sangat nyata dan terang antara
bentuk dan isi tidak pula bisa dikemukakan, sebab dalam
kesenian, bentuk dan isi ini tidak hanya rapat berjalan sama.
mereka gonta-ganti tutup menutupi. Karena hanyalah
perasaan-perasaan si seniman yang benar-benar jadi bentuk
dan caranya menyatakan yang istimewa, tersendiri yang
sanggup membikin si penglihat, pembaca atau pendengar
terharu-melambung atau terhenyak.
Puisi dramatik
Puisi dramatik adalah puisi yang mengandungelemen-elemen drama. Ciri khasnya adalah adanya dialog,
tokoh dan bersifat atraktif. Puisi-puisi W.S. Rendra banyak
yang bersifat puisi dramatik. Misal, Nyanyian Angsa", "Pesan
Pencopet Kepada Pacarnya, "Rick Dari Corona". "Syah Peri",
karya J.W von Goethe juga termasuk salah satu puisi dramatik.
Puisi dramatik ini pada umumnya "terbagi" dalam bentuk dan
isi. Tetapi "pembatasan" yang sangat nyata dan terang antarabentuk dan isi tidak pula bisa dikemukakan, sebab dalam
kesenian, bentuk dan isi ini tidak hanya rapat berjalan sama.
mereka gonta-ganti tutup menutupi. Karena hanyalah
perasaan-perasaan si seniman yang benar-benar jadi bentuk
dan caranya menyatakan yang istimewa, tersendiri yang
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
24/126
24
sanggup membikin si penglihat, pembaca atau pendengar
terharu-melambung atau terhenyak.
Puisi Epik
Puisi Epik adalah puisi yang mengandung ele-
men-elemen epis dan narasi. Puisi Epik digunakan sebagai
media untuk mengisahkan sesuatu. Karena itu disebut pula
puisi kisahan. Balada, puisi naratif dan syair termasuk jenis
puisi epik.
Puisi Konkret adalah puisi yang lebih menonjolkan
bentuk visualnya dibandingkan pengungkapan verbalnya. Pada
puisi konkret tipografi diatur dengan cermat sehingga menarik
kalau dilihat oleh pembaca. Secara struktural puisi konkret
merupakan perpaduan antara seni sastra dengan seni lukis,
khususnya kaligrafi. Malahan dapat terjadi elemen seni
lukisnya lebih dominan dari seni sastranya. Sesuai dengannamanya puisi konkret lebih banyak:menyuguhkan citra.
Elemen bahasa verbalnya sebagai seni sastra kadang-kadang
dikorbankan demi wujud visual atau wujud konkret puisi itu.
Makna yang terkandung di dalamnya selain diwujudkan
melalui bahasa verbal yang digunakan, juga melalui bangun
simbolik yang diragakan oleh tipografinya.
Puisi Lirik
Puisi Lirik adalah puisi yang sangat kaya dengan
elemen ritme dan lebih banyak merupakan curahan rasa atau
suasana hati penyairnya. Puisi Lirik dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis lagi yaitu: himne, ode, soneta, dan elegi. Pantun
juga termasuk jenis puisi lirik.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
25/126
25
Timbulnya istilah puisi lugu merupakan reaksi ter-
hadap tradisi perpuisian Indonesia selama ini. Reaksi ini
berupa penolakan terhadap citra perpuisian sebagai ungkapan
seni yang serius dan agung. Melalui puisi lugu, diajak
memasuki kehidupan sehari-hari yang ringan, lucu, konyol,
boyak, dan sebagainya. Dunia yang diungkapkan dalam puisi
lugu memberikan ciri khas kepada puisi itu. Ciri-ciri khasnya
ialah: Bentuknya sederhana, pengungkapannya lugas dan lugu,
temanya tentang kehidupan sehari-han yang ringan, lucu,
konyol, boyak, dan sebagainya dan pengungkapan terhadap
segi-segi kehidupan serius diwarnai dengan sikap humor dan
main-main.
Puisi mutakhir
Puisi mutakhir dalam sastra Jawa disebut geguritan
gagrak anyar. Geguritan gagrak anyar keluar dari aturan-aturan seperti dalam tembang, parikan, wangsalan, dan lain-
lainnya. Berkembangnya geguritan gagrak anyar bersamaan
dengan perkembangan kesusastraan Indonesia. Keindahan
geguritan gagrak anyar tidak pada pergulatan bahasa, tetapi
lebih pada isinya untuk mengekspresikan perasaan jiwa.
Puisi ProsaisPuisi Prosais merupakan istilah lain dari prosa lirik.
Sebagai karya sastra-fungsi dan peranan puisi tidak jauh
berbeda dengan jenis karya sastra lain. Fungsinya ialah: Puisi
terutama digunakan oleh seseorang untulk mengekspresikan
pengalaman dan suasana batin yang sublim serta kaya dengan
nilai-nilai rasa. Misalnya: duka yang dalam, gairah cinta yang
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
26/126
26
melimpah, semangat heroisme yang berkobar-kobar, emosi
keagamaan, pengalamah mitis dan religius, dan sebagainya.
Mengisahkan sebuah cerita dengan padat, padu dan indah,
melalui pililhan kata, larik, rima dan ritme. Untuk berseloroh,
menyalurkan rasa humor dan hiburan. Untuk membangkitkan
mood gairah batin melalui pembacaan puisi, deklamasi atau
pidato.
Puisi Bidal
Bidal adalah puisi yang berupa kalimat-kalimat singkat
berkias. Bidal memuat berbagai gagasan dan pandangan hi-
dup. Bidal tidak mengandung ritme, tetapi sering mengandung
rima. Sifat kiasnya dan kepadatan pengucapannya menyebab-
kan ikatan ini dapat digolongkan puisi. Dilihat dari segi
strukturnya bidal merupakan bentuk puisi tertua. Bidal
termasuk jenis sastra lisan yang sangat erat hubungannyadengan tradisi masyarakat pemiliknya. Ide, pemikiran dan
pandangan hidup masyarakat itu banyak implisit dalam bidal.
kegunaan bidal adalah untuk mengemukakan maksud secara
kias, atau menyindir. Dalam hal-hal tertentu juga untuk
menyanggah pendapat seseorang.
Puisi ElegiElegi maknanya adalah puisi lirik yang mengungkap-
kan keluhan atau ratapan yang ditujukan kepada seorang
kekasih. Puisi atau lagu yang mengungkapkan rasa duka,
sedih, rindu, murung, karena kematian seseorang.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
27/126
27
Puisi Jingle
Puisi pendek yang sederhana untuk konsumsi
anak-anak. Iramanya kuat dan sajaknya teratur sehingga dapat
menyenangkan anak-anak yang menikmatinya. Jingle biasanya
dinyanyikan sambil bermain.
Latihan & Tugas:
1. Sebutkan jenis-jenis puisi Jawa modern!2. Berilah contoh-contoh puisi Jawa modern!3. Bacalah contoh-contoh puisi Jawa modern itu dengan
sikap dan penjiwaan yang tepat!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
28/126
28
BAB IV
ALIRAN-ALIRAN PUISI
Realisme
Realisme adalah aliran yang berupaya melukiskan
kenyataan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah
karya sastra dikatakan realistis, apabila pengarangnya tidak
mendesakkan pikirannya, perasaan dan kemauannya kepada
pelaku-pelakunya serta pembacanya.
Eksplisitisme
Karya sastra eksplisit adalah aliran karya sastra yang
makna dan elemen elemennya sangat jelas. Apa yang implisit
adalah seperti apa yang eksplisit. Karya sastra eksplisit tidakakan menimbulkan berbagai kemungkinan penafsiran. Pemba-
ca akan menemui makna seperti apa adanya.
Empatisme
Aliran puisi yaitu rasa ikut terlibat atau mengalami,
yang timbul dalam hati atau perasaan pembaca karya sastra,
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
29/126
29
dengan tingkah laku atau pengalaman tokoh karya sastra yang
dibacanya. Kekuatan karya sastra yang dapat menimbulkan
rasa terlibat pada pembaca disebut kekuatan empati.
Ekstrinsikisme
Ekstrinsik bermakna elemen-elemen karya sastra yang
ikut membangun karya itu secara tidak langsung. Ele-
men-elemen tersebut sesungguhnya berada di luar lingkup
karya sastra. Yang termasuk elemen-unsur ekstrinsik dalam
karya sastra ialah: sejarah, sosiologi, psikologi, politik,
ekonomi, ideologi, dan lain-lain. Meskipun elemen-elemen
tersebut merupakan unsur ekstrinsik, karya sastra dapat
dianalisis dari sudut elemen-elemen tersebut.
Implisitisme
Implisit artinya tersembunyi atau implisit. Karya sastraimplisit adalah karya sastra yang maknanya implisit atau
tersembunyi. Untuk dapat memahami maknanya kita harus
menginterpretasikan atau menafsirkan lewat sesuatu yang
tampak. Implisit juga merupakan salah satu ciri khas karya
sastra.
SatirismeDalam kesusastraan, satire merupakan puisi yang
mengandung sindiran tajam terhadap situasi masyarakat,
khususnya terhadap kepincangan-kepincangan sosial.
Simbolisme
Simblisme adalah salah satu aliran dalam seni dan
sastra. Aliran ini merupakan reaksi atas aliran Realisme dan
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
30/126
30
Naturalisme yang terlalu menitikberatkan realitas, baik
gagasan maupun cara pengungkapannya.
Surealisme
Surealisme ialah aliran seni yang berusaha memberi
lukisan lebih dan realistis. Pendirian aliran ini berpegang
kepada kenyataan. bahwa perbuatan seseorang itu sering di
luar kesadarannya atau tak terkontrol oleh akal budi. Itulah
sebabnya pengarang surrealis berusaha melukiskan suatu
kenyataan yang lebih luas yang meliputi segala yang disadari
dan yang tak disadari.
Naturalisme
Aliran naturalisme mengutamakan pelukisan yang
jujur sebagaimana adanya, tanpa dibuat-buat atau dihaluskan.
Penganut aliran naturalisme pada lazimnya memilih segi-segiburuk kehidupan manusia atau masyarakat. Karena itu
naturalisme sering diidentikkan dengan keburukan dan
kemesuman.
Determinisme
Determinisme adalah aliran kesusastraan yang me-
mandang nasib manusia sebagai akibat dari keadaanmasyarakatnya. Penganut aliran determinisme pada lazimnya
memusatkan perhatiannya pada penderitaan masyarakat.
Didaktisme
Dikdaktisme adalah aliran kesusastraan yang bertuju-
an untuk pendidikan agama, moral dan etika. Sebuah karya
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
31/126
31
sastra dikatakan beraliran didaktisme kalau karya sastra itu
sengaja ditulis oleh pengarangnya untuk kepentingan
pendidikan.
Latihan & Tugas:
1. Sebutkan jenis-jenis aliran puisi Jawa modern!2. Berilah contoh puisi Jawa modern yang dianut dalam
aliran-aliran tersebut!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
32/126
32
BAB V
GAYA BAHASA PUISI
Dalam kesusastraan, gaya bermakna cara seorang
pengarang mengekspresikan atau mengungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya melalui karya sastra yang
ditulisnya. Gaya seorang pengarang dapat diamati melalui
bahasa karyanya.
Gaya dibentuk dengan diksi, ungkapan dan simbol.
Gaya seorang pengarang merupakan ekspresi pribadi
pengarang itu. Kekhasannya tidak mungkin dijumpai pada
pengarang lain. Tidak ada pengarang yang memiliki gaya
persis sama dengan pengarang lain. Kesamaan gaya
sekelompok pengarang dilihat berdasarkan ciri-ciri umumyang sama dan menonjol (Gorys Keraff, 1984: 77).
Walaupun gaya dapat meliputi sekelompok pengarang,
kalau kita bandingkan gaya dua orang pengarang dari
kelompok itu, kita akan menjumpai kembali kekhasan gayanya
masing-masing. Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisyahbana
dari kelompok Pujangga Baru, masing-masing memiliki gaya
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
33/126
33
khas. Gaya seorang pengarang akan tampak dengan jelas
setelah kita membaca karyanya.
Stilistika adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
gaya bahasa karya sastra. Gaya bahasa dalam karya sastra
berada di luar kaidah bahasa lazimnya. Hal ini terutama
tampak jelas dalam bahasa puisi. Dengan licentia poetica para
penyair bebas dan berhak menggunakan kaidah dan gaya
bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa umum. Dengan
demikian terjadilah, kekhasan bahasa atau gaya bahasa sastra.
Kekhasan gaya bahasa inilah dipelajari dalam stilistika.
Aspek yang dipelajari dalam stilistika antara lain: pembentuk-
an dan bentuk-bentuk gaya bahasa, jenis-jenis gaya bahasa,
fungsinya dalam karya sastra dan efeknya bagi karya sastra.
Alegori
Alegori merupakan kalimat atau susunan alenia yangbersifat konotatif. Gaya bahasa alegori dipergunakan dalam
sebuah karya sastra untuk melambangkan kehidupan
tokoh-tokoh dan ceritanya. Bentuk-bentuk cerita bernafaskan
alegoris misalnya: Fabel atau cerita binatang merupakan cerita
alegoris, karena penciptanya sesungguhnya bermaksud me-
ngungkapkan perihal kehidupan.
Aliterasi
Aliterasi merupakan gaya bahasa yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas irama atau penyedap bunyi.
Amir Hamzah merupakan penyair tahun 1930-an yang banyak
menggunakan aliterasi dalam sajaknya.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
34/126
34
Anafora
Repetisi adalah pengulangan kata atau kelompok
kata pada awal kalimat. Repetisi dalam baris-baris puisi
disebut anafora. Anafora termasuk bagian gaya bahasa
paralelisme.
Asonansi
Asonansi adalah persaman bunyi vokal yang terdapat
dalam sebuah kalimat secara beruntun. Pada lazimnya
asonansi terdapat dalam puisi.
Ekspresionisme
Karya sastra bersifat ekspresionisme berusaha me-
lukiskan penglihatan dan pendengaran jiwa pengarang. Aliran
seni yang dalam proses penciptaannya mengutamakan cetusan
pribadi secara bebas dan mandiri. Aliran ini menolak bentukyang eksak. Ekspresi pribadi menentukan bentuk sesuatu yang
diungkapkan.
Epifora
Epifora adalah perulangan kata pada akhir larik puisi
secara beruntun. Suatu variasi epifora adalah perulangan kata
tidak terdapat pada akhir kalimat, tetapi pada akhir setiapfrasa.
Impresionisme
Istilah impresionisme pada mulanya dipakai dalam
seni lukis di Prancis pada abad ke-19. Lukisan impresionis
terbentuk dari kesan suasana melalui nuansa warna dan
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
35/126
35
kesan-kesan cahaya. Kesan dilukiskan secara remang remang
menurut kesan awal yang ditangkap oleh pelukis.
Metafor
Metafor adalah perbandingan untuk melukiskan kesa-
maan, keselarasan atau kesejajaran makna. Misalnya, buyar
rambutnya sulur rimba. Dalam metafor ini buyar rambutnya
dibandingkan dengan sulur rimba. Perbandingan dalam
metafor menimbulkan citraan yang kuat, sebab perbandingan
itu mengundang asosiasi visual atau auditif.
Personifikasi
Adalah gaya bahasa yang menjadikan obyek atau
benda-benda seolah-olah berlaku sebagai manusia.
Latihan & Tugas:
1. Sebutkan jenis-jenis gaya abhasa puisi Jawa modern!2. Berilah contoh puisi Jawa modern yang dianut dalam
gaya bahasa tersebut!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
36/126
36
BAB VI
JENIS-JENIS PUISI JAWA
Kesusastraan yang padat berisi dan diolah dengan
bahasa indah disebut geguritan atau puisi. Keindahan bahasa
puisi Jawa terletak pada tiga macam yaitu:
1. WiletWilet yaitu kelak-kelok suara agar ajeg, beruntun dan
memiliki makna yang tinggi.
2. WiramaWirama yaitu panjang pendek, keras liat dan tinggi rendah
jatuhnya suara.
3. PurwakanthiYang tidak kalah penting yaitu Purwakanti atau dhong
dhinging suara. Adapun purwakanti itu dibagi menjaditiga macam, yaitu :
a. Purwakanti Guru SwaraYaitu runtutnya suara. Contoh:
Anak polah bapa kepradhah.
Ati karep, bandha cupet.
b. Purwakanti Guru Sastra
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
37/126
37
Yaitu runtutnya sastra. Contoh:
Bobot, bibit, bebet.
Janji jujur jajahane mesthi makmur.
c. Purwakanti LumaksitaYaitu sastra yang mengalir seperti aliran air atau
berkait. Contoh:
Asung bekti, bektine kawula marang gusti.
Blitar Tulungagung, yen ora ketulungan dadi wong
bambung.
Di dalam tembang, purwakanti lumaksita juga sering
untuk mengolah bahasa supaya isinya indah. Contoh
seperti dalam tembang gambuh berikut ini:
Gambuh
Pari ketela pohungUwi gadhung garut mbolo jagungJapen blanggur kedhele kacang gembiliTales suweg katak lumbuKetan suwawut lan ganyong
Puisi merupakan kesusastraan yang sangat disenangi
oleh masyarakat sejak jaman kuno sampai sekarang. Puisi di
jaman kuno disebut kekawin karena mempergunakan bahasa
kawi. Adapun jenis puisi lengkap seperti di bawah ini :
1. KekawinKekawin dari kata dasar kawiyang artinya syair. Di jaman
kuno orang yang pintar membuat kesusastraan kekawin
dinamai kavya.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
38/126
38
2. KidungPada jaman tengahan, kira-kira jaman kepujanggaan
Majapahit akhir ada genre puisi yang disebut kidung.
Banyak kitab yang digubah dengan metrum kidung
sebagai contoh: KidungHarsawijaya, Kidung Subrata,
Kidung Sundayana, Kidung Sorandaka, Kidung
Ranggalawe, Wangbang Wideya, Kidung Panji.
3. TembangTembang merupakan puisi yang dinyanyikan. Jenis
tembang ada tiga macam, yaitu: Macapat, Tengahan dan
tembang Gedhe.
4. ParikanParikan juga termasuk puisi. Kataparikan ada hubungan-
nya dengan kata pari, atau pantun. Puisi Jawa yangberupa parikan ada hubungannya juga dengan pantun
dalam kesusastraan Indonesia. Akan tetapi, parikan Jawa
lebih bebas dibanding pantun.
Contoh parikan dua baris:
Ana brambang sasen lima,Berjuang labuh negara.
Arum manis gula JawaAja nangis ayo lunga.
Contoh parikan empat baris:
Abang-abang gendera LandaNgetan sithik kuburan mayit.Klambi abang nggo tandha mataWedhak pupur nggo golek duwit.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
39/126
39
Blitar kutha cilik kang kawentar
Edi peni Gunung Kelud kang ngayomi.Blitar jaman Jepang nate gemparPETA mbrontak kang dipimpin Supriyadi
Contoh puisi di bawah ini berwujudparikan :
Tuku Jarit neng pasar TuriMurah regane maremke atiDadi murid kudu ngajeniMarang guru ojo sok wani
5. WangsalanWangsalan juga termasuk puisi dan merupakan puisi yang
sangat indah, karena susunan kata-katanya kait berkait
secara semu. Jika dirasakan, kadang-kadang mirip dengan
cangkriman. Wangsalan ada tiga jenis yaitu: Wangsalan
pacelathon, wangsalan edi peni dan wangsalan yang
berupa tembang (Padmasukatja, 1962: 86).Wangsalan Edi Peni:
Ancur kaca, kaca kocak munggwing netra.Wong wruh rasa, tan mamak ing tata krama.
Ancur kaca: rasa;kaca kocak munggwing netra: tesmak.
Wangsalan Tembang:
Pangkur
Singgang gung kang piniyara
Mardi siswa kekawining estri.
Wineh winulangaken wadu.
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
40/126
40
Peputhut mong Pregiwa
Kang sumewa pasewakaning kadangun.
Pangrantamireng pradangga.
Sesendhon genti-genti.
Singgang gung piniyara: winih.
Mardi siswa: mudang.
Kekawining estri: wadu.
Peputhut mong Pregiwa: Janaloka.Pangrantamireng pradangga: sendhon.
Latihan & Tugas:
1. Sebutkan jenis-jenis puisi Jawa!2. Berilah contoh-contohnya!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
41/126
41
BAB VII
GEGURITAN SEBAGAI
KARYA PUISI MODERN
Puisi modern dalam sastra Jawa disebut geguritan
gagrak anyar. Geguritan gagrak anyar keluar dari aturan-
aturan seperti dalam tembang, parikan, wangsalan, dan lain-
lainnya.
Berkembangnya geguritan gagrak anyar bersamaan
dengan perkembangan kesusastraan Indonesia. Keindahan
geguritan gagrak anyar tidak pada pergulatan bahasa, tetapi
lebih pada isinya untuk mengekspresikan perasaan jiwa.
Contoh geguritan gagrak anyar :
Ngiwi-iwi
E, bocah kuwi kok nggregetake atiNgece ngiwi-iwiRenea dak kandhaniAja kemayu!Bocah mono apik prasajaPrasaja itu aweh ayu
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
42/126
42
Ayuning budiEndahing laku.
(Kuntara Wirya Martana)
Mbarang
Bocah cilik manis, kakang adiRuntang-runtung nyang endi-endiNyangking angklung saka bumbungMlebu lurung metu lurung
Bocah cilik manis, kedhana-kedhiniRuntang-runtung mbarang separan-paranNgupa boga nyambung panguripan sadulitanNambal nista kang lunga teka wira-wiri, nrenyuhi
Nembangi lagu-lagu, memelasiMbukak babad ngenesi atiKoncatan bapa biyung, dheweke tininggal keri
Bocah cilik manis, kedhana-kedhiniRuntang-runtung nyang endi-endiDina-dina uripe kaliput ayang-ayangane mega.
(Dyan Annimataya Soer, 1959)
Penulis-penulis geguritan gagrak anyar sampai seka-
rang berkembang dengan subur. Contohnya: Group DiskusiSastra Blora: Napas-napas Tlatah Cengkar (1973), Tepungan
Karo Omah Lawas (1979), Suripan Sadi Hutama, Esmiet, Poer
Adhie Prawoto, Anjrah Lelana Brata (Suripan, 1997: 36).
Panggung geguritan dapat dijumpai pada peringatan
kemerdekaan RI, ulang tahun Pemda, aneka lomba dan festival
budaya Jawa. Kreativitas karang-mengarang puisi Jawa
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
43/126
43
semakin semarak. Para pengarang giat dalam mencurahkan
karya gagasan.
Adanya media cetak: koran, majalah, tabloid dan
media elektronik: radio dan televisi membuat pengarang
geguritan bertambah gairah. Sekali tempo mereka berke-
sempatan untuk tampil membawakan geguritan, sebagai
wahana ekspresi diri. Tradisi geguritan benar-benar tumbuh
subur dan memasyarakat.
Latihan & Tugas:
1. Apakah geguritan itu?2. Sebutkan ragam panggung geguritan!3. Berlatihlah membuat geguiritan!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
44/126
44
BAB VIII
PUISI JAWA
PERIODE PRA-KEMERDEKAAN
Perkemabngan puisi Jawa modern pada periode ini
banyak dipengaruhi oleh keberadaan sastra Indonesia. Buku
sumber tentang sastra di masa kemerdekaan tidak banyak.
Satu antologi yang berharga, terutama dari segi dokumentasi
sastra adalah Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang, yang
disusun oleh HB Jassin. Kita dapat memperoleh bahan tentang
pengarang-pengarang masa Jepang dan hasil karangannya
terutama dari antologi tersebut. Di samping itu, HB Jassin
juga menyusun suatu antologi lain yang berjudul Gema Tanah
Air, Prosa dan Puisi 1942-1948, yang di dalamnya termuat jugabeberapa hasil karangan yang ditulis di masa Jepang.
Penyair-penyair lain di masa Jepang yaitu M.S. Ashar,
B.H. Lubis, Nursyamsu, Maria Amin, Anas, Makruf, dan lain-lain.
Nursyamsu terkenal sebagai seorang penyair wanita yang
puisi-puisinya mengharukan karena di dalamnya terpancarkan
kejujuran dan ketulusan hati seorang perempuan. Maria Amin
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
45/126
45
seorang penyair wanita, yang sebenarnya sudah menulis sejak
Pujangga Baru. Di samping seorang penyair, ia banyak menulis
sketsa-sketsa yang bersifat simbolik karena tak tahan hatinya
melihat kepahitan hidup dalam masyarakat di masa Jepang.
M.S. Ashar, penyair jaman Jepang yanp terkenal
dengan puisinya yang berjudul "Bunglon" yang menyindir
orang-orang yang mudah menukar pendirian semata-mata untuk
keuntungan dan keselamatan. Kecuali yang tersebut di depan,
pengarang prosa yang lain ialah: Bakri Siregar, kumpulan
cerpennya diterbitkan berjudul Jejak Langkah, Karim Halim,
novelnya yang terbit pada jaman Jepang berjudulPalawija, Nur
Sutan Iskandar, novelnya yang terbit pada jaman Jepang
berjudul Cinta Tanah Air.
Menilik jangka waktunya sebenarnya sastra Indonesia
di masa Jepang kurang penting untuk dibicarakan tersendiri.
Sastra Indonesia di masa Jepang berlangsung hanya kuranglebih 3,5 tahun, waktu yang amat singkat bagi pertumbuhan
suatu kebudayaan. Akan tetapi, dilihat dari peranan sastra masa
itu bagi perkembangan selanjutnya, maka sastra Indonesia di
masa Jepang perlu diberi tempat tersendiri dalam sejarah sastra
Indonesia. Jassin menganggap bahwa jaman Jepang merupakan
masa pemasakan jiwa revolusi, yang kemudian meletus pada
tanggal 17 Agustus 1945. Dilihat dari pertumbuhan kebudayaanIndonesia, jaman Jepang merupakan penempaan pengalaman
hidup dengan berbagai penderitaan sehingga memungkinkan
timbulnya keragaman dan kedewasaan sastra kemudian (Jassin,
1974: 52).
Banyak pengarang Angkatan 45 yang mulai berakar pada
sastra Indonesia di masa Jepang antara lain: Chairil Anwar,
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
46/126
46
Idrus, Rosihan Anwar, Usmar Ismail, dan lain-lain. Walaupun
demikian, sastra Indonesia di masa Jepang tidak perlu
dipandang sebagai suatu angkatan tersendiri karena pada
hakikatnya pada masa itu tidak ada suatu konsepsi atau gagasan
yang jelas yang hendak diperjuangkan oleh para pengarang, yang
tentunya dapat dilihat atau yang tercermin dalam karya sastra
mereka. Memang ada perbedaan gaya bahasa, sikap, dan
pandangan hidup, dibandingkan dengan sastra sebelum perang,
tetapi semua itu tidak bersumber pada adanya kesamaan
konsepsi para pengarang pada masa itu.
Macam-macam sikap para pengarang bangsa kita
menerima kedatangan Jepang. Sikap itu dapat diketahui dari sas-
tra yang mereka hasilkan, walaupun sebenarnya belum tentu
apa yang terjelma dalam karya sastra tersebut benar-benar
mencerminkan seluruh pribadinya.
Ada beberapa pengarang yang menyambut kedatanganJepang di Indonesia dengan gembira dan penuh harapan,
walaupun kemudian mereka menyadari apa maksud Jepang
yang sebenamya. Beberapa puisi modern yang terbit pada
periode ini di antaranya:
Dayaning Sastra
Tembung kang ginantha lelarikanTinata binaris kadya bataSinambung pinutung manut ukuranDene banjur kasinungan daya!
Kumpule bata dadi yayasanAweh nggon apik, brukut, santosaNgepenakake wong urip bebrayanSamono dayane bata tinata
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
47/126
47
Gegedhongan tembung kang mawa isi
Katyasane ngungkul-ungkuliWohing laku, pamikir lan pangrasaPara empu, pujangga, sarjana
Simpen, ginebeng ing gugubahanMawindu-windu dadi turutan
(R. Intoyo, Kajawen no. 26, 1 April 1941)
Kawruh
Salwiring kodrat kang tinan mripatApadene kang tan kasat mataKabeh tumindak miturut mripatGaris angger-anggering jagad raya
Wit lumrahing janma neng jagad
Tan sepi anane para sarjanaRina lan wengi tan kendhat-kendhatMarsudi anggering tribawana
Sarana pakarti lawan semadiSanityasa ngetog mengulir budiWohing permadi tanata titi
Ginelar ing kandha sarwa teteh
Murih gampang kutampa ing akehMurakabi uripe janma kabeh
(R. Intoyo, Balai Pustaka, Kejawen no. 29/30,15 April 1941)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
48/126
48
Panggodha
Tan mawa cacalaPraptaning panggodhaTan kinira-kiraYun ngrabaseng driya
Tan mawa sabawaPraptaning panggodhaLir duratmakaIng wanci ratya
Umanjing jroning kalbuRinusak marganing ayuNgrabasa rehing silarjaNgreridu tentreming driya
Miluta, memalat sihNgrerepa, ngasih-asihSwaraning panggodha
Memikat jiwa
Tinukup teteping atiLinarut santosaning budiNgalumpruk, tanpa dayaKataman ing panggodha
Pepesing tyas pinupusAlon wahyuning wuwus
Baya wus takdireCinoba mangkene
Kumriciking tirta weningLan siliring samiranaKadi sung pepelingNing tyas nadhang roga
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
49/126
49
Kinen tetep tuwayuhManembah ring suksma
Sakeh godha tan keguhNgandhemi reh utama
(Nirmala, Kejawen no. 8, 23 Agustus 1942)
Biyungku
Ing tengah tengahing jagad raya
Ing antarane para wanodyaAna sawiji kang daktrisnaniNganti ana sangisoring Hyang Widhi
Adheming sorote netraneAlusing kulite astaneDakgagas, dakpikir, dakrasaAweh ayem, tentrem lereming nala
Mula yen aku ngantia koncatanTininggal wanodiya kang tinresnanKaya apa bakal nggonku kekitrangAtiku wis tamtu pindha rinajang
Mula tan angon mangsa lan wektuNora kendhat donya panuwunkuMuji marang ngarsane PangeranSupaya biyugnku binarkahan
Sarana watak sabar lan nrimaSarta dinirgakna ingkang yuswa
(Soebagijo Ilham Notododjojo, Panji Pustaka no. 14,15 Juli 1943)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
50/126
50
Kasampurnaning Dhiri
Tiru-tiru adatitng pujanggaYen arsa medhar isining nalaKanggo rerenggan pasrening tamanTimrap ing tembung guritan
Tontonen isining jagad jembarKang sinengker sarta kang gumelarKang ana ing salumahing bumiLan kang tinemu ing jalanidhi
Yen ginagas kanthi ati kang ningKabeh mau mung kanggo pepelingTumraping janma kang duwe atiBisa gawe gandrung mring Hyang Widhi
Yen manungsa wis dha ngawikaniMarang kwasaning Robbul IzzatiTartamtu tan padha gelem kari
Ngudi mring kasampurnaning dhiri
(Soebagijo Ilham Notododjojo, Panji Pustaka no. 20/21, 1Agustus 1943)
Jinatra Donya
Obah ingering jinatra donya
Datan siwah lan rodha pedhatiAna kalane ing jumantaraAna wektune ing dhuwur bumi
Uga begja cilakaning janmaTekane tansah gilir gumantiJer pancen wus ingeduman warataBinange marang sagung dumadi
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
51/126
51
Mula yen nuju tinunggon begjaYwa age-age gumuyu latah
Jer samubarang kaanan donyaTetep nora langgeng bisa owah
Wong kang wis amet pepiridanTansah ngulati wektu kang tekaNgelingi yen kabeh mung titipanBisa ilang ing samangsa-mangsa
(Soebagdjo Ilham Notodidjojo, Panji Pustaka no 23,
1 September 1943)
Ilat
Amung sawelatAmbaning ilat
Pradene wasis murba misesa
Gawe begja cilakning angga
Away kendhatNgreksa ilat
Njaga wetuning wicara saruKang njalari tatuning kalbu
Obahing ilat
Darbe kasiat
Lamun nuju prana bisa mikatYen tan pener gawe oreging rat
(Soebagijo Ilham Notododjojo, Panji Pustaka,1 September 1944)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
52/126
52
Eranging Kagunan
Andika lajeng mengajengO, ra kagunan kulaSampeyan bekta jiwa mudhaMider-mider ngubegni bawanaMinggah redi, mandhap jurangAngslup bumi, napak ngawang-awangNggambar sadaya kawontenanKababara sarana kaendahanAndika pigunakaken peparing Widhi
Kangge memuji kuwasaning Ilahi
(Soebagijo Ilham Notododjojo, Panji Pustaka no. 20,15 Oktober 1944)
Latihan & Tugas:
1. Jelaskan tentang puisi Jawa modern pra-kemerdekaan!2. Berilah contoh-contoh puisi periode tersebut!3. Bacalah contoh-contoh geguritan itu dengan sikap dan
penjiwaan yang tepat!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
53/126
53
BAB IX
PUISI JAWA PERIODE 1945-1965
Humanisme universal merupakan sikap-budaya gene-
rasi pengarang Angkatan 45. Pengarang Jawa banyak
terpengaruh oleh perjuangan pada masa revolusi kemer-
dekaan. Beberapa karya puisi Jawa modern di antaranya:
Gegambaran
Cahya padma manguwung ing jumantaraTandha rina arsa ginanti hyang ratriSajak owel surya ninggal arca padaKasengsem mawas kaendahaning bumi
Tan beda lan angganing kalana mudha
Kang arsa pepisahan lan kekasiheRumangsa kewran arsa maluyeng kataKepencut nyawang memaniking netrane
Mula ora gampang ninggal kasenenganKang baud maweh makaremaning driyaKarasa abot sumedhot ing gagasanNggrantes nandhes sumendhal terus ing nala
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
54/126
54
Mula begja wong kang baud amikaniMarang owah gingsire kagnan dona
Sadurunge wus padha den mangerteniYen tan ana barang kang langgeng lan lana
(Soebagjo Ilham Notodidjojo, Apimerdekano. 4 Tahun ke1, 1 Januari 1946)
Pepaesing Jalma
Pra titah keh salah tampiNgira yen pepaesing janmiMung mutiara kang sarwiyadiMyang busana endah keksi
Malah ing jaman samangkyaManungsa kasmaran ngudiTambah kathahing pangadi ragaNumpuk donya brana rukmi
Ngelmu nyata kang kaeksiInguber kinekep kekepNgelmi batin panglaras budiSinepak tan kersa nyecep
Keh jalma wasis mumpuniLepas ngelmi lahir samiNging tan eling mring wajibnya
Sung harjo tentrem sesami
Dadiya katiplak angkaraNyembah ngabdi iblis nepsuMung pecus cecetik latuMahanani yudeng donya
Jatine jalma utamiWarga bangsa mulya tuhu
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
55/126
55
Tan kenging tinggal lelakuNgudi sampurnaning budi
Supados suk sagung janmiLahir batin tan kuciwaJalma ngerti mring jalminyaSung kertya raharjeng bumi
(Panyebar Semangat No. 41, 17 Desember 1947)
Enggala Asung Pawarta
Wus sawatara candraTan ngrungu wartamuIng batin ngrasa gelaTan weruh unggiyanmu
Tansah ndak anti-antiTeka tan ngrungu pawarta
Tan kendhat nggonku mujiJinangkunga ring Hyang Sukma
Kalisa ing rubedaNemua marga ayuYwa kongsi kasangsayaRinesa saklakimu
Wus sineksen sihing Sukma
Luhuring gegayuanmuTan toleh bandha nyawaNglabuhi sesanggemanmu
Nadyan tan weruh unggyanmuTan kendhat ing pamujikuTulusa nggonmu leladiDadi putraning pertiwi
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
56/126
56
Yen wus parenging WiddiNusantara bangkit madhireng pribadi
Dhuh sinatriya utamaEnggala asung pawarta
(Nirmala, Panyebar Semangat, no. 30, IX24 September 1949)
Ngangseg
Pepering ani-ani pugutAmaagut gaganing pari gabugNylagrak pinunggel aking
Aku melu ngaritTandurMatun
Wulining pari-pari mentes
Tan uman angeneniTinapis wong kang winasis
Akh, wasis-wasising dhiriTan noleh wuriSamining jalmi wadaling nagari
(Rachmadi K, Panyebar Semangat. No 24. XXIV,15 Juni 1957)
Pedhut
Peteng dhedhet lelimenganAnyaput wiwit sedhuwuring rumputKandel atumpuk suk-esukanNggameng kongsi angkasa muput
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
57/126
57
Ngupaya pundi dunungnya margaSakehing barang kang dumadi
Saka gegremetan nganti tekan manungsaGegrayahan nalusur kang haki
Maju nubruk mundurNgiwa natap nengen nabrakiPedhut angalingiBebasan maju palastra mundura ngemasiHyang bagaskaraSumunar mencar memanasi
Kehing pedhutIlang sinorot tanpa daya
Byar padhang gumilang sanalikaKang rumput tinon mandarawaIjo royo-royo kang gumbiraBingar sakeh kang dumadya
(Ismail, Panyebar Semangat, 10 Mei 1949)
Gemblenging Tekad
Pedhut anggameng aneng pucuking argaNutup soroting surya ing wanci enjingBudidaya kanthi sakehing tenagaSang baskara ywa nganti aweh pepadhang
Ning Sang Hyang e weruh marang kewajibanSigra nempuh barisaning pedhut gunungPepalanging laku ginempuh lamaranSatemah ebun bandel tapis tinundhung
Tan prabeda lawan tekading bangsakuKang ngugemi marang kamardikanTan mraduli cacah pepalanging laku
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
58/126
58
Kabeh dinawa kanthi kawicaksanan
Golongingtekad gineleng dadi sawijiMbangun nagara kang mandireng pribadi
(Subagiyo Ilham Notobijoyo, Panyebar Semangat no.20, IX 12 Juli 1949)
Jemparing Sekti
Wus latar rontang rantingKataman lungiding jemparingSedya arsa angedaniYwa kongsi keneng braja sineksi
Teka lan mawa sabawaLepasing jemparing brajaKataman wus tanpa dayaNglumpruk lir kena ing wisa
Lir tinawan jiwa ranggaKataman sang jemparingPasopatining ArjunaNatasi tyas rontang ranting
Dhuh dewa KamajayaAsunga usaha adiKataman jemparing paduka
Jiwa kongsi meniwasi
(Nirmala, Panyebar Semangat No. 36, XXI,22 September 1952)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
59/126
59
Napisah
Napisah kembang dhukuhanAyune pinunjul tandhingGedhe dening kali beningRerungkudan, glagah alasanEnggon dolane lan blusukan
Napisah sabane sawahTegalan wangkitan alasCapinge dawir pinggire
Lan ebor cangkinganeTugas sadina natasUtawa ngindhit mbriyetMudhun, dhasar ana pasar
Napisah yen angin dumelingIng wengi sepi weningDikut nuding pa, ndumuk la, wa, ga .Sandhing ubik melip-melip
Lan ebun kremun-kremun tumibaAlam wangi ing gandaKekayon lan cempaka wanaMabluk urut epang metit
Napisah kembang dhukuhanOra mung pinter dandanOra mung paesan alam
(St. Iesmaniasita, Balai Pustaka, 16 September 1954)
Endi Dununge
Sun iki turune sang GotamaNedya nggoleki jimat sejatiCupu manik astha gina
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
60/126
60
Sun tlasak sakubenging wanaSun kebun tlaga Madira
Sun silemi dhasaring pratala
Megeng napas njejak siti bantalaDel mumbul ing jumantaraTumekeng mega lapin sapta
Sun suwang keblat papatKidul wetan lor lan kulonNanging tan ana katon
Nuli ambles ing dhasaring bumiNedya takon mring ibu pertiwiEndi dunungnya jimat sejatiLan kasil kepaksa bali
Ana tembung tanpa sabda,ana swara tanpa rupayen cupu manika astha gina
manggon aneng telenge nala
(Medan Bahasa No. 5-6, 11 Mei-Juni 1957)
Panyendu
Ara-ara dudu pradikanKok dipidak waluku salamba
Lumpuh tan gumregah
DeksiyamuKokrantas lung-lunganeRasakuAlum panyangganing uripkuAku butuh papan tenggarHawa banarNapasing jiwaku
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
61/126
61
Iku ngresakakeMumbuling budaya
Moncering susastra
(Rakhmadi K, Panyebar Semangat, 15 Juni 1957)
Pawai
Yen jejantungTinutukan keketeg
GegawanganLakuning tamtuAbra mangalat sunaring obor
NgumandhangLagu-lagu kaprajuritanNgububi plitik-pletiking jiwa
Mubaling geni
Mukading ati
Geni gatraning gesangTangeh yen cutelaObor lan lagu terus maju
(Rahmadi K, Jaya Baya, XII, 10 Desember 1957)
Pusaka
Embuh empuneTumurune saka bapakBapak saka simbah ayake
Saben sasi sura wus diedusiSaben jumah legi wus dikutugiEwo semono saben-saben isih mrimpeni
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
62/126
62
Pusaka wuda tanpa wrangkaUtawa
Lamun wrangka tanpa curigaSamya campuh majing pega
Panglociting kalbuBaya kiye weskitaning bapaWesi aji dumunung jro angga pribadiLan lamuh hurip tan winongko rasaJroning rasa nora kinanti panyu rasaHurip muspra ing pangentha-entha
(Jaya Baya no. 49, XII, 10 Agustus 1958)
Mbarang
Bocah cilik manis, kakang adhiRuntang runtung nyang endi-endiNyangking angklung saka bumbung
Mlebu lurung metu lurung
Bocah cilik manis, kedana kediniRuntang runtung mbarang saparan-paranNgupa-boga nyambung panguripan sadulitanNambal nista sing lunga teka wira-wiri, nrenyuhi
Nembangi lagu-lagu, memelasiMbukak babad ngenesi ati
Koncatan bapa-biyung, dheweke tininggal keri
Bocah cilik manis, kedana kediniRuntang-runtung nyang endi-endiDina dina uripe kaliput ayang-ayangane mega
(Dyan Annimataya soer, Tahun 1959)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
63/126
63
Rojah-Rajeh
Jemumuten ing grumbul angkerAti semplah ngadhang cilakaning sihNrethek nglancak gegalering margaPrandene kepanduk gatining kanyatanAti ajur dhadha ndhredhetWirang-wirang ngrawus badanGanda-gandane ratu nandhes anjaremJagade sumbang donyane gembangAyem-ayeme jiwangga
Pangajepe ngebur sela matangkep swargaApa janji panjemplingePrajanji aber nyemprot jejantung kedher
(Muryaletana, Jaya Baya no. 10, XVI,12 November 1961)
Maesan
Wus akeh taun-taun lumebu nyathet lelakonSuket ijo thukule ngupengi maesan tuwaTembok rengka digambari lumut-lumutTemboke dasih kang wus swargi
Isih eling nalika layon binopong-bopongSuwe rai meksa mbrabak netes waspaToging ngendon sinarekake sinawuran
kembang-kembangTembene dadi surem abyoring lintang
Akh, maesan pujanBaya kapan bisa manjalma manehRengkulan gawe crita lan tresnaAsoke urip sejati
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
64/126
64
Taun-taune lumaku tanpa siaranLelumute nggambari tembok tuwa
Angin sepi tumiyup santerMaesane ketiban semboja
(Jaya Baya, 11 Mei 1963)
Paman Tani
Apa kang tiran cebake ing bumi
Winih-winih kang bakal nguripiNyawa sabrayat
Tangane wis padha kisut-kisutParadene isih tansah bikutNggarap-ngolah lemah satebahGandhulan uripe wong sasomah
Apa kan tinancebake ing bumi
Winih-winih saka ati kang murniTurun maturun
(Basuki Rahmat, Jaya Baya no. 47, XVII, 27 Juli 1963)
Pahlawan Panyebar Semangat Kamardikan
Kadang kinasih
Eluh trenyuh ngembang gugurNguntabake tindakmuing tapel watesing garislana ikiKanthi tentrem leladi kersaning GustiKang Maha Welas lan kang Maha Asih
Kadang kinasihTebeting tresna kang mulusKang labuh ing ati lan gerak makarti
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
65/126
65
Ngrembuyung jroning urip bebrayan gung ikiSarta lungiding penamu dadya
Woding cita api semangatKrodhaning kamardikan bangsa
Kadang kinasihNadyan penamu wis akingNanging isih tetep bening kekinclongKetetes pindha mutiara peniDadya kaca pamangun pribadiDadya jejimat papirih nyantosani barisan iki
Kadang kinasihPahlawan panyebar semangat kamardikanLiwat penamuBangsaku kagugahSarana penamuBangsaku gumregah
Kadang kinasih
Nadyan iki pinangka dina wekasanNanging dadya tancebing watu kang wiwitanBinangun nambah aruming sejarah bangsakang tanpa pungkasan!
(Moeljono Soedarmo, Panyebar Semangat no. 34,Oktober 1963)
Guritan
Bayi kang nangis beka ing tengah wengiMara nangisa ing sajroning guritanku
Prajurit kanin kang nganti tekaning patiMara selehna atimu ing sajroning guritanku
Wong-wong papa kang sesambat ngaru-ara
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
66/126
66
Mara sambata ing sajroning guritanku
Atimu kabeh wis ana ing atikuSangsaramu kabeh wis ana ing sangsarakuGuritan iki ucap panandhanging manungsa
Anggonku nulis iki ing telenging wengiYen kabeh wis sirna kasaput ing asepiLan ati mung sumarah marang kang mengkoni
Saben tembung, saben tembung ing guritan iki
Dak kantheni rasa tresna lan kapercayan
(Basuki Rakhmat, Jaya Baya, no. 13, XVII,24 November 1963)
Ibu Suci
Lawang-lawang tutupan rapet
Lan panyendu kanan kering ngiris-iris atiMaryam lungsed gelunge
Lungseding gelung kapulet lesusCundhuke mlathi durung paya-paya wigarSeger putih metur-metur
Maryam!Cundhuk mlathimu wigar pating slebar
Ilang kautamaning prawanmu
Wigaring cundhuk mlathikuTakona ki jabang kang ana ing bendhulan
(Jaya Baya No. 18, XVII, 5 Januari 1964)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
67/126
67
Jakarta
Nembe wae dak ungkurake layang pamitanPaman aku klilan ninggal pabaratanNuju menyang gubug-gubug dhuwurKelonan gunung lan lungurLan eseme tanah-tanah ngaew
Ning saiki aku baliNgrangkul dhadhamu pengkuhKanthi ngepeli gegaman kukuh
Aku bali saiki, bibiNyantosani barisan wingi
Jakarta baweraning bangsaDak luruhi yen nuju mlaku-mlakuJenggerening gedhong-gedhong lan puncak sugiNgatirah langit ateping kuthaGerenging pabrik lan keliling sumitraAku bali saiki, paman
Gegamanku idhaman lan kekarepan
(Susilamurti, JayaBaya no. 36, XVIII, 3 Mei 1964)
Urip
Yen urip mung dadi siksaning pangimpenKreteg marang sabrang pepesthen
Ya ben ta maneka warna tansah nggodaYa ben ta petenge wengi nyebar sepi-sepi
Ora ana nendra nganti ilange wengiUga yen ta awan mengko kari wewayanganTeka mbaka siji lan ngilangKahanan bakal dak sinau dak sandhangLan aku terus lumaku lan mbandang
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
68/126
68
Teneh apa, apa maneh sing mesti dirantiTeneh apa, apa maneh sign mesti ditunggu
Kabeh wis dadi awu lan omahku wis kelawu
Aku sing pinasti urip lan matiNgupaya jarwa antaraning urip lan matiJroning urip ngubaya pati
(Anie Sumarno, Jayabaya no. 42, Juni 1964)
Puspa Rujit
Esuk emun-emunEmbun tumetes neng sagung kekayonSakeh puspita padha mekarGanda arum warna asri
Abang putih manca warnaUnggul-unggulan menang ati
Obah-obah tinerak samiranaSuka rena sakehing sari
Dhuk tiyang surya tumeking ngakasaUmiyar sagung makhluk neng donyaNgatonton hardaning kawasaKabeh tumungkul tan wani tumenga
Kusuma kang mbabar asri
Arum alum anggrek rekiSirna endahing kang rupaMusna wewangi saknalika
Ananging ..Layu gogroging kusumaWus sugoyo kudhup angganti
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
69/126
69
Ngrenggani tuwuhing sekarSirna siji teka sadoso
(Panyebar Semangat, 28 Juni 1964)
Gunung Kidul
Perihing jeritmu iya jeriting atikuAnakmu lanang sing nglembara luru tresnaSing lair saka ngeraking garbamu
Lungaku nggawa asating tlagamuWis dak wilang pira cacahe
Saka pesisir pacitan urut mangulonPunung-Pracimantara-Barun-Petir-KemadangNganti pesisir ImogiriTlagamu sing asat ing saben mangsaIya sating jiwaku kang nglembara luru tamba
Bakal dak luru nganti ketemuIngendi sumbering banyu langgengDimen tlagamu agung ing salawase
Bakal dak-luru nganti ketemuIng sadawane umurku
(Trim Sutija, Gotong Royong no. 15, II,
November 1964)
Mung Tansah Pracaya
Aku kangen siliring angin donyaSing kebak ayom, ayem tentremAku ngelakKabegjan sing ngebeki para umat
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
70/126
70
Urip ngenglengUrip kang tanpa dhuhkita
Ngebeki atine manungsa
Donya, donyaYa gene kowe kebek penandhangDaharu, papranganSusah apa dene pangresah
Aku manungsa dosa, durakaWis masti peteng ngadhepi jaman iki
Nanging pangeran kang sugihAsih, piwelasKeadilan lan kewicahsanaanMesthi dalam kesamaranMarang para umat kang lurus ing atiSing tumindak ing garis-garis kang pinasthi
(Suyono, Jaya Baya no. 28, 21 Maret 1965)
Pangaksama
Mara apuranen aku apuranenJalaran pangaksama iku jejantunging bumi kinasihKang banera lan ijo ngrembuyung
Mara apuranen aku apuranenKlawan pangaksama kang ijo ngrembuyung
Jagad nusantara lan perjuwanganNgawiji sajroning dlamakan
Ibu kang ngemban bayine mara apuranenJalaran tresnane pindha terasing kayu jatiGilig lan ngemahi pambalela
Mara apuranen aku apuranenJalaran pangaksama iku rahmating pangeran
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
71/126
71
(Napsiah Sastro Siswoyo, Jaya Baya, 29, XIX,
28 Maret 1965)
Bocah Ciliwung
Rembulan saijir manglung pinggire kali CiliwungNgelus dhadhane ijah milang gubug-gubug dhoyongAti-ati bilur sing nuntut baline tresnaNing wis ilang keli ing banjire Ciliwung iki
Menapa urip kaya iline kali CiliwungGeneya ijah kowe nangisNangisi patine si biyung lungane si bapaApa ora luwih becik ayo pistaKae rembulan ing langit duwekmu duwekkuLembaraning ati-ati padha ahli warising tresna
Ijah, delengen rembulan ing langit
Dina tembemu ing tipake saben wektuAja nangis . Sesuk sore si bapa tekaManggul srengenge lan janji-janji dina tembe
(Trim Sutija, Jaya Baya. No 39, XIX, 6 Juni 1965)
Latihan & Tugas:
1. Jelaskan tentang puisi Jawa modern periode 1945-1965!
2. Berilah contoh-contoh geguritan periode tersebut!3. Bacalah contoh-contoh geguritan itu dengan sikap dan
penjiwaan yang tepat!
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
72/126
72
BAB X
PUISI JAWA PERIODE 1966-1980-AN
Setelah kejadian G30S/PKI tahun 1966, terjadilah
demonstrasi besar-besaran para pelajar, mahasiswa dan
pemuda menentang pemerintah yang disebutnya Orde Lama.
Di tengah pergolakan ini muncul beberapa pengarang dan
penyair yang ikut menentang rezim Orde Lama melalui
karyanya. Beberapa di antaranya ialah: Taufiq Ismail, Bur
Rasuanto, Mansur Samin, Slamet Sukirnanto dan Sandy Tyas.
Situasi sosial politik pada masa itu menjadi tema utama
karya-karya mereka. Dengan menampilkan pengarang-
pengarang tersebut sebagai pelopor ditambah sejumlah besar
pengarang sebelumnya di sekitar tahun 1960-an, HB Jassin
mengelompokkan pengarang itu dengan nama Angkatan 66.Nama Angkatan 66 pada mulanya merupakan nama gerakan
sosial politik. Nama ini kemudian diambil oleh HB Jassin
untuk menamai kelompok pengarang melalui artikelnya
"Angkatan 66, Bangkitnya Satu Generasi.
Angkatan 66 banyak menghasilkan karya yang meng-
ungkapkan gejolak situasi sosial politik sekitar tahun 1966
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
73/126
73
ialah: Tirani dan Benteng kumpulan sajak Taufiq Ismail,
Mereka Telah Bangkit kumpulan sajak Bur Rasuanto dan
Perlawanan kumpulan sajak Mansur Samin. Sebelum
munculnya Angkatan 66 pernah muncul gagasan pembentuk-
an Angkatan yang dinamai Angkatan 50, tetapi gagal.
Angkatan ini secara praktis tidak pernah ada. Faktor yang
menyebabkan kegagalan ini adalah karena dekatnya
jarak-waktu dengan masa Angkatan 45. Prinsip dan paham
yang melandasi karya-karya yang ada pada masa itu belum
jelas perbedaannya dengan Angkatan sebelumnya.
Korrie Layun Rampan pernah mengungkap gejala
timbulnya Angkatan baru di 1980-an. Ia menilai timbulnya
wawasan baru dalam sastra Indonesia mutakhir dengan
tampilnya sejumlah sastrawan seperti Putu Wijaya, Danarto,
Budi Darma, Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, dan
lain-lain. Kelompok pengarang ini dinamainya Angkatan 80.Tetapi sejumlah pengamat sastra menolak hal itu dengan
alasan belum adanya ciri yang kuat mengindikasikan
timbulnya suatu Angkatan. Seperti dikemukakan oleh Teeuw
berpendapat bahwa suatu Angkatan baru jelas kelihatan kalau
pengamat telah berada jauh dari masa Angkatan itu. Dengan
demikian prinsip, paham dan ciri khasnya dapat diamati
dengan jelas. Beberapa karya puisi Jawa modern yang terbitpada periode ini di antaranya:
Prasaja
Lagi iki ....Ana panggedheGedhe jiwane
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
74/126
74
Gedhe tingkaheOra gedhe pamrihe
Ora gedhe milike
Ora mung aweh printahOra mung aweh contoNanging makerti kang kathahLan kersa dadi conto
Ing bab urip prasajaKang perlu tumrap bangsa
Kanggo ngrampungake repolusiTumeka tujuan seni
Yen dinuluSatemeneNalika manungsa lair
Tan ngerti apa-apaTan bisa apa-apa
Tan duwe apa-apa
Mula iku dur eling
Ana kang MAHA KUWASAOra susah ngayaNgoyak bandhaDilakoni nganti cidraCukup urip prasaja
Ing sabarang kardiLahir trusing batin
(Prajana Murti, Mekar Sari, no. 7 th. X, 1 Juni 1966)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
75/126
75
Pesisir
Biruning langit biruning lautEsuk kang endah pengarepaning tresna
Ing sauruting wektuDak luru aruming sekar
Apa sliramu durung dhamangIng pesisir angin semilirIng pesisir camar-camar semampir
Mara pirengnaKidunging angin semilir kisunging camar semampirBumi pengauban ati-ati kang miris ketar-ketir
Ing pesisirOra ana crita durhaka apadene karanta-rantaCahya gumebyar rembulan manglung tengah
(Darma Nyata no. 331, VII, Minggu ke III, Oktober 1967)
Apa Sing Kokanti
Apa sing kokantiApa sing kokanti, ya Sarinah?Kedhumuk-kedhumuk menyang sawah
Srengenge semendhe tawangMripatmu kaya konangByar pet ra madhangi dalan
Sarinah! Sarinah!Apa sing kokanti, ya gendhukNgenteni rambut putih mabluk?
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
76/126
76
Kemleyang godhonge brarakApa kowe sing mulang sarak?
Apa sing kokantiApa ing kokanti, ya gendhuk?Kedhumuk-kedhumuk weteng kluruk?
Grobag lunga tekaCina arab tansah ngumbaraNguras pametune desa
Sarinah! Sarinah!Dhuh, anakku!Wis pira utangmu?
(Suripan Sadi Hutomo, Balai Pustaka, 1968)
Dalan Cilik Urut Kali
Dalam cilik urut kaliEmprit kekejer ing pang turiSugeng enjing kang mas mantriMangga pinarak ing dhukuh tani
Aku mung mesem maduDak ulungake atiku biruNrobos sawah lan pategalanTresanku menclok tlatah padesan
Kembang randhu lan pakacanganTembang mluku sawah tegalanOra mung ana wicaraAku dadi bocah ndesa
Dak ulungke atiku biruDak gelar ing dhipan kayuO, sethithik ora bakal tatu
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
77/126
77
Prawan ayu gae lagu
Ora mung ana wicaraTugas luhur ana ndesaOra mung ana kuthaKamulyan saka negara
Pandhan alas pandhan wangiEmprit kekejer ing pang turiMangga kangmas mangga mrikiKula gadhah pari sauli
(Suripan Sadi Hutomo, Balai Pustaka, 1968)
Tepung Karo Omah Lawas
Tepung karo omah lawasSing saiki wis kari tilasOmah dhoyong madhep ngetan
Aku wis gandheng memitran
Ing pekarangan ikiWit blimbing klapa lan randhuPager jarak wora wari bangAtiku tansah dicancang
Kabeh padha mbageknaAku kelingan nalika semana
Nalika cilik dolanan sakancaSuripan sing nakalNunggang jaran nunggang kapalJogan mblasah kaya palagan
Ing ngisor jambu ikuIng latar cedhak jendhelaLan ing pojok sisih kanaAku tau disubat diupakara
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
78/126
78
Lan ing ngisor wit nangkaAku penekan tau tiba
Pekarangan ikiSaiki isih kaya duk kala semanaKabeh padha mbagegnaApa panjenengan wis krama?Aku ora wangsulan, ning atiku sing kandhaPrawan ngendi sing gelem dak-gawaNempuh panguripan sing kebak bebaya
Ripan sing nakalApa panjenengan isih kelinganKasmaran sing kawitanKok tulis kok rancangKaro Narti karo Endhang?
Jangkrik ngerik ing gulunganRambut brintik tansah kelinganAh, tepungan karo omah lawas
Atiku kaya dikurasSusah lan bungahIng pekarangan iki wis tau dak-dhudhah
(Suripan Sadi Hutomo, Balai Pustaka, 1968)
Lurung
Wiwit biyen nganti saikiLurung iki ngronce crita maneka warnaCritane adon lelana ngumbara kelunta-luntaLelakone seniman niba tangi ngoyak critaTangise wong padha luwe sesambat luru upaAh, gawe ati nggrontes lan nelangsa
Wiwit biyen nganti saikiLurung iki panggah cengkar kaya ngene
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
79/126
79
Kaya cengkaring pasawahan ngelak udan kirimanKaya cengkaring ati koncatan sih katresnan
Iki kanyatanDudu apus-apusan
Tipak-tipaking sikil kang nate ngumbah lurung ikiNinggal sunggingan-sunggingan ngodhengake atiNggaritake garis-garis ruwet ngalahake ilmu pastiOra saben wong bisa nyurasa lan mangertiKejaba pangeran kang murbeng dumadi
(Jaya Baya no. 5, XXIII, 6 Oktober 1968)
Katresnanku
Tangise suling kang mecaki wengi ikiBanget nggarit rasaSatemene wis lungse pangrasaMbuncang menyang pulo suwung iki
Cengkar bera sepi samun
Tembang-tembang kusem isih gumlethek ing meja tuwaKetutupan kanyatan ora pakra nutupi dhadhaPang-pang semboyan padha sempal kapangan jamanBiruning katresnanrontang-ranting kasempyok bebaratan
Upama kembang
Wis kadhung alum pangrasa ikiPucuk-pucuking ati ngajak baliNlusuri dina kepungkurKang adus madu lan anggur
Kala-kala ati iki ngilo kanyatanNyekseni dosa-dosa glangsaranMeruhi katresnan dadi barang daganganRai iki wis tuwa kebak tatu
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
80/126
80
Sapa sing duwe lan krungu panjeritku?
(Jayabaya no 46, XXII, 11 Agustus 1968)
Kali Grindulu
Kumricik tanpa wiramaIng mangsa ketigaKebak panalangsaPereng tebane pangarep
Dadi bebulak tanpa elung
Mangsa udan tumibaPecahing kamurkan lubering kasangsayanTan pinilihKabeh katrejangGumuruh campuh swara titir kenthongKenthir kerem ing segaraPuputing mangsa
Kari cuwa lan panalangsa
(JFX. Hoery, Cepu, 1970)
Angin Ketiga
Rodha bakal muter bali, SumiYen langit klawu ing bang wetan
Wis kesaput angin esukLan kembang-kembang randhuMangsa karo padha gogrog
Kowe njur lunga menyang tegal, SumiNyambut gawe nganti soreWengine yen wis sepiKapangmu mesthi kumat maneh kaya malaMarga aku ana kutha
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
81/126
81
Wis kejiret benarng-benang sutraLan katut malih dadi angka
Sumi,Aja kok kira kapangku wis mariSaben wengi dak tlusuri iline kali CiliwungDak goleki mbokmenawa ana serat-serating citramuSing dak temuSanadyan aku ngertiIku sawijining dosa
Yen langit ing bang wetanWis kesaput tekaning esuk dina anyarAku mesthi bali, SumiNalusur ing andhaning dhandhanggulaNgaras rambutmu lan tegal kita
(Trim Sutidja, Jaya Baya no 17, 1971)
Pisungsung
Ukaraku iki rak ora nyangklak ta, bapakRikala aku kesasar ana tengah dalanPanjenengan paring obor pepadhangRikala aku bingun kelangan gegondhelanPanjengan paring teken kasantosan
Ukara iki rak ora nyangklak ta, bapak
Minangka pisungsung lan atur panuwunkuWiji pari kang dak dhedher wingiSaiki wis semi
Prawan sengkeran kang dak tresnaniSaiki nagih janji
Tembangku iki rak ora ampang ta, bapakMinangka pisungsung lan atur panuwunku
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
82/126
82
Rikala aku ngorong kasatanPanjenengan paring banyu bening sak-klenthing
Panjenengan parinrg daya panyurung
Tembangku iki rak ora ampang ta, bapakMinangka pisungsung lan atur panuwunkuRikala aku rangu-ranguPanjenengan paring donga pangestuRikala aku dirangtang satru bebuyutanPanjenengan ngunus pedhang ligan nampani tantangan
BapakYen aku kawinPanjenengan dak aturi dadi modin
(Moch. Nursjahid, Jayabaya no 15, Desember 1971)
Tapel Wates
Karia lestari, EndangYen mengkono sing kok-karepakeWengi ikiKamarku kareben ta sepi-sepi
Pancen ora ana pangarep-arep sing bakal lahirAna asing ko-entha-entha jroning pangimpenSaka sakwijining penyair sing mecaki pangumbaran?
Manawa iku sing kok karepake, EndangKareben ta wengiku iku sepi nyenyetManawa bibit sastra sing dak deder neng atimuOra nukulake rasa tresna marang iku sing dak tresnani
Aku wis marem nyawang lintang-lintang, EndangYen tresnane ati, mung ngrenggani diri pribadiLah sliramu kena ngambali pangimpen
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
83/126
83
Biyen ana penyair sing tau lahir ing plataraning atimuDhek semana ana bibit tresna sing tau smei saiki mati
Yen iku sing kok karepake, EndangKareben ta wengiku iki sepi-sepiKamarku blasah naskah, ngguraki tresnaku iki
Karia lestari, EndangKaria lestariLiwat tapel wates iki
(Andjrah Lelanabrata, Jayabaya no. 17, Desember 1971)
Kertu-Kertu Ceki
Kertu-kertu ceki ikiAja dirampas maneh saka tangankuAmarga ya mung kari kuwi woding uripku
Dalanku tekan ing sabrangMarang donyaku sing wis ilang ing kasunyatanMarang donyaku, donya khayaliNglipur atiku sing sumendhe ing lintang-lintangAmarga donya kang nyata pranyata dudu darbekuNanging donyane para brewu sing bisa nuku
Kertu-kertu ceki ikiAja dirampas maneh saka tanganku
Amarga ya mung karana kuwi aku bisa laliAtise wengi ing ril-ril sepur kuwiBantaling turuku wodining impenkuMarang donyaku, donya khayali ing lintang-lintangAmarga saikiSaben emper toko lan longe kretegkabeh wis dipageri ruji wesiMangka aku ngertiSesuk sore ril-ril sepur kuwi ya wis mesthi wis dipageri
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
84/126
84
Ora perlu dak pikir sesuk bengi aku kudu turu ngendiAnggere aja kok rampas maneh kertu-kertu ceki iki
(Trim Sutidja, Jayabaya no 38, Maret 1972)
Wiji Kang Dak Tandur
Wit gayam kang manglung kaliWis banget tuwa umureTangise bayi kang kajejer ing lingsir wengi
Banget nrenyuhake lagune
BulikWiji kang dak tandurSaiki wis thukulIbu nggadhangSimbah ngudangPinaringana tansah lestari thukuleDadi pangayoman lan palereman
Putra wayahe ing tembe
Ora arep dak sirep kumandange lagu perih ikiSenadyan nyandet mengane lawang kaswarganSenadyan nglagokake wengi-wengi pinaes lintangPancen ngene sejatine urip, bulikSedhela-sedhela tansah manggul kekalahanSaben wanci praceka nantang
Saupama wiji kang dak tandur wis gedhe ngrembuyungBakal dak ampirake andon lelanakang mlaku nyandhung-nyandhungSaben wengi tansah dak lagokake kidungAtur panuwun marang gustiKinanti pepuji
(Moch. Nursjahid, Jayabaya no 38, Maret 1972)
-
7/30/2019 2010-Puisi Jawa Modern
85/126
85
Panji Klantung
Sapa kuwi kang padha ngungsiNinggalake pekarangan, ninggalake dhasi?Panji klanthung, p