skripsidigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2021. 1. 2. · ii skripsi...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS KINERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN WAJO
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
ASHARI RAMADHAN HAIRILA31108280
kepada
JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2013
ii
SKRIPSI
ANALISIS KINERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN WAJO
disusun dan diajukan oleh
ASHARI RAMADHAN HAIRILA31108280
telah diperiksa dan disetujui untuk diujiankan
Makassar, Agustus 2013
Pembimbing I,
Drs. H.M. NatsirKadir, M.Si., Ak.
Pembimbing II,
Dra. Hj. Nirwana, M.Si, Ak.NIP. 19530812198703 1 00 NIP. 19651127 1991032 001
Ketua Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin Makassar
Dr. H. Abd. Hamid Habbe, S.E., M.Si., Ak.NIP. 196305151992031003
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Ashari Ramadhan Hairil
Nim : A31108280
Jurusan/program studi : Akuntansi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
ANALISIS KINERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN WAJO
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakn, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Makassar, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
Ashari Ramadhan Hairil
iv
PRAKATA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat limpahan dan kasih sayangnya sehingga skripsi ini dengan judul
Analisis Kinerja Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo dapat diselesaikan.
Sholawat dan salam juga senantiasa kita haturkan kepada Nabiullah Rasulullah
Muhammad SAW sang pembawa kebenaran dan sang penyempurna akhlakul
karimah.
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin khususnya jurusan akuntansi untuk memperoleh gelar sarjana
ekonomi. Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang ditemui baik
tenaga maupun keterbatasan pengetahuan, sehingga sangat memerlukan
bantuan dari berbagai pihak baik berupa bantuan moral maupun materil.
Penulis juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-
tinggi dan sedalam-dalamnya kepada orang tua ayahanda Muh. Hairil Santun
Tahir dan ibunda Asni Rahim dan seluruh keluarga penulis yang telah sangat
berjasa memberikan bantuan selama dalam proses pendidikan. Selain itu penulis
juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu dosen khususnya
kepada bapak Drs. H. M. Natsir Kadir., M. Si., Ak. beserta ibu Dra. Hj. Nirwana.,
M. Si., Ak selaku dosen pembimbing dan staf akademik yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang
telah memberikan bantuan materil dan moral kepada penulis.
v
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat
kesalahan sebagaimana pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”,
hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Oleh
sebab itu, saran, bimbingan dan kritik yang bersifat konstruktif sangat
diharapkan.
Makassar, Agustus 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN WAJO
Ashari Ramadhan HairilMuh. Natsir Kadir
Nirwana
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran aktual mengenai kegiatan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo dan untuk mengetahui apakah kegiatan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo telah efektif dan efesien. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan pelaksanaan kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo selama ini belum diprogramkan secara rutin dalam Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT). Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa pelaksanaan kegiatan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo belum efektif dan efisien.
Kata Kunci: kinerja, inspektorat daerah, temuan, sistem pengendalian intern, tindak lanjut hasil pemeriksaan.
The purpose of this study was to determine the actual description of themonitoring activities Follow up Examination (TLHP) BPK conducted by the Regional Inspectorate Wajo and to determine whether the activities ofMonitoring Follow-Up Examination (TLHP) BPK conducted by the Regional Inspectorate has effectively Wajo and efficiently. This study usesprimary data and secondary data. Primary data obtained throughinterviews and secondary data obtained through the study documentation. The findings of this study demonstrate the implementation of the monitoring activities of the Follow-Up Examination (TLHP) BPK conductedby the Regional Inspectorate Wajo has not been programmed on a regular basis in the Annual Work Programme Examination (PKPT). In addition, this study also found that monitoring activities Follow-up Examination(TLHP) BPK conducted by the Regional Inspectorate Wajo yet effectiveand efficient.Key Word: performnace, regional inspectorate, findings, internal control
systems, the follow-up examination.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN . ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR. ........................................................................................ iii
ABSTRAK . ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI . ......................................................................................................v
DAFTAR TABEL . ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN . ............................................................................... 1
1.1 Konteks Penelitian ...................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian ........................................................................ . 7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... . 8
1.4 Kegunaan Penelitian. ....................................................................8
1.4.1 Kegunaan Teoritis .............................................................8
1.4.2 Kegunaan Praktis . ........................................................... 9
1.5 Organisasi/Sistematika . .............................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10
2.1 Tinjauan Teoritik dan Konsep .................................................... 10
2.1.1 Kinerja .......................................................................... . 10
2.1.2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ....................... . 13
2.1.3 Pengawasan Intern ....................................................... . 16
2.1.4 Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota ............................. . 19
2.1.5 Laporan Hasil Pemeriksaan .......................................... . 25
2.1.6 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan .................................. . 26
2.2 Tinjauan Empirik ....................................................................... . 27
viii
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. . 28
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 31
3.1 Rancangan Penelitian ……………………………………………… 31
3.2 Kehadiran Peneliti …………………………………………………... 31
3.3 Lokasi Penelitian ……………………………………………………. 32
3.4 Sumber Data ………………………………………………………… 32
3.4.1 Data Primer ………………………………………………… 32
3.4.2 Data Sekunder ……………………………………………… 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. ..33
3.5.1 Wawancara …………………………………………………. 33
3.5.2 Teknik Dokumentasi ……………………………………….. 34
3.6 Analisis Data ………………………………………………………… 34
3.7 Pengecekan Validitas Data ………………………………………... 36
3.8 Tahap-tahap Penelitian .,…………………………………………... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . ................................... 38
4.1 Gambaran Umum Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo ............ 38
4.1.1 Visi dan Misi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo . .......... 39
4.1.1.1 Visi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo . ............ 39
4.1.1.2 Misi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo ............. 39
41.2 Struktur Organisasi ............................................................ 39
4.1.3 Satuan Kerja Perangkat Daerah . ...................................... 40
4.2 Informan Penelitian . .................................................................. 42
4.3 Hasil Penelitian . ........................................................................ 43
4.3.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo . ............................................................. 43
ix
4.3.2 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan . ....................................................................... 46
4.3.3 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan ....................................................... 50
4.4 Pembahasan . ........................................................................... 53
4.4.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo . ............................................................. 53
4.4.2 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan . ....................................................................... 58
4.4.3 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan ....................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 70
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 70
5.2 Saran ...................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
LAMPIRAN .......................................................................................................76
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pada
Pemerintah Kabupaten Wajo ............................................................ . 4
Tabel 4.1 Informan Penelitian .......................................................................... 43
Tabel 4.2 Opini BPK atas LKPD Kabupaten Wajo . .......................................... 56
Tabel 4.3 Jumlah Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Kabupaten Wajo . ............................................................................. 57
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran . ................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian
Pengelolaan keuangan negara yang akuntabel dan transparan dapat tercapai
jika seluruh tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas
keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing.Untuk mecapai hal tersebut
maka diperlukan sebuah sistem pengendalian intern yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.Berdasarkan pemikiran tersebut maka pemerintah merancang sebuah
sistem pengendalian intern yang dikenal dengan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Sistem pengendalian intern pemerintah dalam peraturan tersebut terdiri dari
lima unsur yang mengacu pada unsur sistem pengendalian intern yang
telahdipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai negara, yang meliputi:
a. lingkungan pengendalian,
b. penilaian risiko,
c. kegiatan pengendalian,
d. informasi dan komunikasi,
e. pemantauan.
Pimpinan lembaga pemerintah bertanggung jawab atas efektivitas sistem
pengendalian intern di lingkungan masing-masing.Untuk memperkuat dan
menunjang efektivitas tersebut maka dilakukan pengawasan intern dan
1
2
pembinaan penyelenggaran SPIP yang dilakukan oleh aparat pengawasn intern
pemerintah.
Pasal 1 (3) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah menjelaskan bahwa pengawasan intern adalah
seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas, dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Inspektorat daerah kabupaten/kota merupakan salah satu aparat pengawasan
intern pemerintah. Pasal 1 (7) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mengatur bahwa inspektorat
daerah kabupaten/kota merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggungjawab langsung kepada bupati/walikota.
Pengawasan intern yang dilakukan oleh inspektorat daerah kabupaten/kota
untuk memperkuat dan menunjang efektifitas sistem pengendalian intern
pemerintah meliputi pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas, fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota
yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Berdasarkan pasal 26 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
pengawasan tersebut meliputi pengawasan terhadap :
1. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota;
2. pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah desa;
3. pelaksanaan urusan pemerintah desa.
3
Pelaksanaan pengawasan intern yang dilakukan oleh inspektorat daerah
kabupaten/kota berdasarkan pasal 48 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada dilakukan melalui :
1. audit,
2. reviu,
3. evaluasi,
4. pemantauan,
5. kegiatan pengawasan lainnya.
Salah satu kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat
kabupaten/kota untuk memperkuat sistem pengendalian intern pemerintah
adalah melakukan pemantauan.Pemantauan dilaksanakan melalui kegiatan
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil pemeriksaan
(audit), dan reviu lainnya.Salah satu kegiatan pematuan yang dilakukan adalah
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan (audit) oleh BPK selaku pengawas
eksternal pemerintah.Temuan dan rekomendasi hasil pengawasan melalui
pemeriksaan (audit) BPK harus segera ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah.
Tangung jawab pemerintah daerah setelah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
BPK diterima sebagai entitas yang diperiksa sesuai dengan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) tahun 2007 adalah menindaklanjuti
rekomendasi BPK, serta menciptakan suatu proses untuk memantau status
tindak lanjut atas rekomendasi yang dimaksud. Inspektorat daerah
kabupaten/kota ditunjuk sebagai koordinator dan penghubung kepada BPK
dalam rangka menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK.Oleh karena itu
inspektorat daerah kabupaten/kota berhak menanyakan tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK kepada pimpinan instansi sesuai dengan kewenangannya.
Dalam rangka kegiatan tindak lanjut tersebut maka
4
inspektoratdaaerahkabupaten/kota sebagai aparat pengawas intern pemerintah
melakukan pemantauan untuk mendorong pemerintah daerah untuk segara
menindaklanjuti temuan dan rekomendasi hasil pemeriksaan (audit) BPK.
Salah satu misi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo untuk periode 2009-2014
adalah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah
daerah.Misi tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektifitas
pengawasan terhadap hambatan dan penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
pemerintah daerah.Salah satu indikator dari misi tersebut adalah terlaksananya
monitoring dan evaluasi tindak lanjut.
Dalam rangka pencapain tujuan dari misi tersebut maka Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo melaksanakan program peningkatan sistem pengawasan
internal dan pelaksanaan pengendalian kebijakan KDH. Salah satu kegitan yang
dilakukan dalam program ini adalah pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
(audit) dari pihak ekternal (BPK).Jumlah pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK atas LKPD Pemerintah Kabupaten Wajo dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Jumlah Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
No. Periode Temuan Rekomendasi
Status Tindak Lanjut
SesuaiRekomendasi
Belum Sesuai
dan Dalam Proses
Belum Ditindak Lanjuti
1. 2008 15 27 19 6 22. 2009 12 18 6 11 13. 2010 44 128 87 37 44. 2011 12 39 33 6 -5. 2012 18 41 28 13 -
Jumlah 101 253 173 73 7Sumber : IHPS I Tahun 2012 BPK (diolah)
5
Data di atas menunjukkan bahwa di tahun 2008 terdapat 15 temuan pemeriksaan
dengan 27 rekomendasi, dari rekomendasi tersebut 19 telah ditindak lanjuti
sesuai rekomendasi, 6 rekomendasi ditindak lanjuti belum sesuai rekomedasi
dan dalam proses tindak lanjut, dan 2 rekomendasi yang belum ditindak lanjuti.
Tahun 2009 terdapat 12 temuan pemeriksaan dengan 18 rekomendasi, dari
rekomendasi tersebut 6 telah ditindak lanjuti sesuai rekomendasi, 11
rekomendasi ditindak lanjuti belum sesuai rekomendasi dan dalam proses tindak
lanjut, dan 1 rekomendasi yang belum ditindak lanjuti. Tahun 2010 terdapat 44
temuan pemeriksaan dengan 128 rekomendasi, dari rekomendasi tersebut 87
telah ditindak lanjuti sesuai rekomendasi, 37 rekomendasi ditindak lanjuti belum
sesuai rekomedasi dan dalam proses tindak lanjut, dan 4 rekomendasi yang
belum ditindak lanjuti. Tahun 2011 terdapat 12 temuan pemeriksaan dengan 39
rekomendasi, dari rekomendasi tersebut 33 telah ditindak lanjuti sesuai
rekomendasi, dan 6 rekomendasi ditindak lanjuti belum sesuai rekomedasi dan
dalam proses tindak lanjut. Tahun 2012 (semester I) terdapat 18 temuan
pemeriksaan dengan 41 rekomendasi, dari rekomendasi tersebut 28 telah
ditindak lanjuti sesuai rekomendasi, dan 13 rekomendasi ditindak lanjuti belum
sesuai rekomedasi dan dalam proses tindak lanjut.
Data dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa total temuan BPK atas
pemeriksaan LKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo dalam periode 2008-
2012 sebanyak 101 dengan rekomendasi sebanyak 253, namun masih terdapat
tujuh rekomendasi yang belum ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah.
Rekomendasi BPK yang belum ditindak lanjuti tersebut masing-masing pada
tahun 2008 (2 rekomendasi), 2009(1 rekomendasi), dan 2010(4 rekomendasi).
Dalam pasal 20 (2) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatakan bahwa
6
pejabat wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak
lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan. Jawaban kepada BPK
disampaikan selambat-lambatnya enam puluh hari setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima.
Kinerja inspektorat daerah kabupaten/kota sebagai aparat pengawas intern
pemerintah daerah khususnya dalam pelaksanaan pemantauan tindak
rekomendasi lanjut hasil pemeriksaan (audit) oleh pihak eksternal merupakan
salah satu indikator keberhasilan dari pelaksaan tugas dan fungsi pengawasan
yang dijalankannya.Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengawasan khususnya
dalam mencegah penyimpangan dalam pelaksanaan pemerintah daerah.Sujamto
dalam Bima (2011:356) menyatakan bahwa pengawasan yang tidak diikuti
dengan tindak lanjut pemeriksaan bukan hanya merupakan pemborosan yang
sia-sia tetapi lebih dari itu justru merusak citra pengawasan itu sendiri.
Kinerja Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo berdasarkan data dari tabel di atas
khususnya dalam pelaksanaan pemantauan tindak lanjut rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK belum optimal.Hal tersebut dapat dilihat dari masih adanya
rekomendasi hasil pemeriksaan oleh BPK yang belum ditindak lanjuti oleh
pemerintah daerah.Berdasarkan dari uraian dan fakta di atas maka peneliti
bermaksud melakukan penelitian mengenai kinerja Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo khususnya dalam pelaksanaan pemantauan tindak lanjut
rekomendasi hasil pemeriksaan BPK.Penelitian ini kemudian dirumuskan ke
dalam sebuah judul “Analisis Kinerja Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo”.
7
1.2 Fokus Penilitian
Sistem pengendalian intern pemerintah dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.Sistem pengendalian intern pemerintah
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam peratutran tersebut sistem pengendalian
intern pemerintah terdiri dari lima unsur yaitu :
a. lingkungan pengendalian,
b. penilaian risiko,
c. kegiatan pengendalian,
d. informasi dan komunikasi,
e. pemantauan.
Penerapan kelima unsur tersebut harus dilakukan secara terintegrasi dan
menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah untuk mewujudkan
SPIP yang kuat dan efektif.Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas kelima
unsur tersebut maka dilakukan pengawasan intern dan pembinaan
penyelenggaran SPIP yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern
pemerintah.Salah satu kegiatan yang dilakukan pengawasan intern yang
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah adalah pemantauan tindak
lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan.
Data dari IHPS I Tahun 2012 BPK menunjukkan masih adanya temuan
pemeriksaan atas LKPD dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang belum
ditindak lanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo.Hal ini mengindikasikan
bahwa sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh Pemerintah daerah
Kabupaten Wajo belum efektif dan efisien.Rekomendasi hasil pemeriksaan yang
8
belum ditindak lanjuti juga mengindikasikan pelaksanaan kegiatan pemantauan
tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam rangka memperkuat dan menunjang
efektifitas SPIP yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo belum
optimal.
Berdasarkan uraian dan fakta di atas maka penelitian ini akan difokuskan
untuk menjawab rumusan masalah yaitu bagaimana pelaksanaan kegiatan
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK yang dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui gambaran aktual mengenai kegiatan Pemantauan Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat
Daerah Kabupaten Wajo.
2. Untuk mengetahui apakah kegiatan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo telah efektif dan efesien.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Kegunaan teoritis dan keguanaan praktis yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Memberikan gambaran mengenai kinerja Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo khusunya dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan terhadap tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan referensi
bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama.
9
1.4.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis.
1.5 Organisasi/Sistematika Penulisan
Bahasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bahasa Indonesia.
Penelitian ini akan terdiri dari lima bab seperti berikut.
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini merupakan bagian pertama dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari
konteks penelitian (latar belakang), fokus penelitian (rumusan masalah), tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan organisasi/sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini terdiri tiga bagian. Bagian pertama adalah tinjauan teori dan konsep.
Bagian kedua adalah tinjauan empirik dan bagian ketiga berisi tentang kerangka
pemikiran.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari : rancangan penelitian, kehadiran peneliti,
lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,
pengecekan validitas temuan, dan tahap-tahap penelitian.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang data dan temuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode dan prosedur yang telah diuraikan dalam Bab III. Uraian
ini terdiri atas paparan data yang disajikan dengan topik sesuai fokus penelitian.
5. Bab V Pentup
Bab ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama mengenai kesimpulan
penelitian. Bagian kedua mengenai saran peneliti.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritik dan Konsep
2.1.1 Kinerja
Kinerja (performance) menurut Azhar dalam tesisnya (2008:2) dapat diartikan
sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai
bagian dari keberhasilan dari suatu pekerjaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Android (2012) mendefiniskan kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja.Direktorat Aparatur Negara
Bapenas (2006:13) mendeskripsikan kinerja sebagai penampilan, unjuk kerja,
atau prestasi.Sedangkan Bastian (2006:274) menjelaskan kinerja adalah
gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
Ada dua sistem kinerja yang dikenal selama ini yaitu : (1) sistem kinerja
tradisional, dan (2) sistem kinerja modern. Menurut Direktorat Aparatur Negara
Bapenas (2006:13) sistem kinerja tradisional lebih memfokuskan pada faktor
personal, namun dalam kenyataanya, kinerja sering dikaitkan dengan faktor-
faktor lain di luar faktor personal yang mempengaruhi kinerja.Pada sistem kinerja
modern menurut Direktorat Aparatur Negara Bapenas (2006:13) mengatakan
bahwa kinerja tidak semata dinilai dari sisi personal seperti pada sistem kinerja
tradisional, tapi lebih memfokuskan pada tingkat pencapaian hasil atau degree of
accomplishment.
Tradisi penilaian kinerja pemerintah di Indonesia menurut Keban (2000:2)
masih didasarkan pada paradigma birokrasi klasik atau sistem kinerja tradisional
dimana kinerja diukur dari kemampuan lembaga pemerintahan mendanai input,
10
11
dan dari sampai seberapa jauh lembaga pemerintahan mengikuti proses serta
target yang ditentukan, tetapi sangat minim perhatian kepada pencapaian hasil
akhir atau tujuan.
Kinerja sektor publik di Indonesia sering digambarkan sebagai organisasi yang
tidak produktif, tidak efisien, rendah kualitas, miskin inovasi dan kreatifitas, dan
berbagai kritikan lainya.Reformasi sektor publik kemudian bertujuan untuk untuk
menghapus stigma terhadap organisasi sektor publik. Penerapan manajemen
berorientasi pada peningkatan kinerja (performance based management) atau
disebut pula manajemen kinerja (performance management) di lingkungan
instansi pemerintah membutuhkan suatu proses yang sistematis sehingga perlu
dibuat desain sistem manajemen kinerja yang tepat untuk mencapai kinerja
optimal (high performance).
Lebih jauh Keban dalam Direktorat Aparatur Negara Bapenas (2006:14)
mengklasifikasikan kinerja menurut pelakunya sebagai berikut :
1. kinerja individu, kinerja individu menggambarkan sampai seberapa jauh
seseorang telah melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat memberikan
hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau institusinya;
2. kinerja kelompok, menggambarkan sampai seberapa jauh suatu kelompok
telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil
sebagaimana institusi;
3. kinerja institusi, berkenaan dengan sampai seberapa jauh suatu institusi telah
melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai mencapai misi atau
visi institusi;
4. kinerja program/kebijakan, berkenaan dengan sampai seberapa jauh
kegiatan-kegiatan dalam program atau kebijakan telah dilaksanakan sehingga
dapat mencapai tujuan program atau kebijakan tersebut.
12
Sementara Swanson dalam Direktorat Aparatur Negara Bapenas
mengklasifikasikan kinerja berdasarkan tingkatanyayaitu : (i) kinerja organisasi,
(ii) kinerja proses, dan (iii) kinerja individu.
Kinerja sektor publik di Indonesia sering dihubungkan dengan kinerja pemerintah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor publik menurut Mahmudi
(2005:21) adalah:
1. faktor personal/individu, meliputi pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu;
2. faktor kepemimpinan, meliputi kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;
3. faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim;
4. faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja organisasi;
5. faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal.
Untuk menilai kinerja maka dipelukan sebuah ukuran. Pengukuran kinerja
organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan mengunakan indikator kinerja.
Indikator kinerja menurut LAN (2003:13) adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja yang ditetapkan dikategorkan dalam kelompok
sebagai berikut :
1. masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan atau da!am rangka menghasilkan
13
output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi,
dan sebagainya;
2. keluaran(output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau
non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan
program berdasarkan masukan yang digunakan;
3. hasil(outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah, outcomes merupakan ukuran
seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat;
4. manfaat(benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (output) yang dirasakan
langsung oleh masyarakat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses
oleh publik;
5. dampak(impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan
atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap
indikator dalam suatu kegiatan.
2.1.2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Sistem pengendalian intern dalam pasal 1 (1) Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah proses
yang integral pada tingkatan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
terciptanya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Sistem pendendalian intern pemerintah dalam
pasal 3 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah terdiri dari lima unsur yaitu :
1. lingkungan pengendalian;
14
2. penilaian risiko;
3. kegiatan pengendalian;
4. informasi dan komunikasi;
5. pemantauan pengendalian intern.
Sistem pengendalian intern pemerintah yang kuat dan efekif dapat diwujudkan
dengan penerapan kelima unsur SPIP tersebut secara terintegrasi dan menjadi
bagian integral dari kegiatan intansi-instansi pemerintah.Penerapan secara
terintegrasi dimaksudkan agar seluruh unsur tersebut diterapkan, dimulai dari
pengembangan unsur lingkungan pengendalian, sampai pada unsur
pemantauan.
PeraturanPemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
SistemPengendalianInternPemerintahmenegaskan bahwa pimpinan instansi
pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan SPIP dalam
lingkungan kerjanya (pasal 4), melakukan penilaian resiko (pasal 13),
menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas,
dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan (pasal 18),
mengidenditifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk
dan waktu yang tepat (pasal 41), dan melakukan pemantauan terhadap
penerapan SPI (pasal 43). Menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian merupakan unsur yang paling penting dalam penerapan SPIP dan
menjadi dasar untuk terselenggaranya unsur-unsur SPI lainnya.
Lingkungan pengendalian merupakan unsur pertama dalam SPIP.Pimpinan
Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara
lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan
mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang
15
sehat.Lingkungan pengendalian diwujudkan melalui : (a) penegakan integritas
dan nilai etika; (b)komitmen terhadap kompetensi; (c) kepemimpinan yang
kondusif; (d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
(e) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f)penyusunan
dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
(g) perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan (h)
hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
Unsur pengendalian intern yang kedua adalah penilaian risiko.Penilaian risiko
diawali dengan penetapan maksud dan tujuan instansi pemerintah yang jelas dan
konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Selanjutnya
instansi pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam
maupun luar instansi, terhadap risiko yang telah diidentifikasi dianalisis untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan.Pimpinan instansi
pemerintah merumuskan pendekatan manajemen risiko dan kegiatan
pengendalian risiko yang diperlukan untuk memperkecil risiko (Lampiran PP 60
tahun 2008:21).
Unsur sistem pengendalian intern yang ketiga adalah kegiatan pengendalian.
Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dapat
membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah
untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko
(Lampiran PP 60 tahun 2008:33).
Unsur pengendalian intern keempat adalah informasi dan komunikasi.Instansi
pemerintah harus memiliki informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik
informasi keuangan maupun nonkeuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-
peristiwa eksternal serta internal. Informasi tersebut harus direkam dan
16
dikomunikasikan kepada pimpinan instansi pemerintah yang memerlukannya
dalam bentuk serta dalam kerangka waktu, yang memungkinkan yang
bersangkutan melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab
operasional (Lampiran PP 60 tahun 2008:54)
Pemantauan merupakan unsur pengendalian intern yang kelima atau
terakhir.Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui
kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan
lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan
melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian
Intern yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau
pihak eksternal pemerintah dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern
(Lampiran PP 60 tahun 2008:63).
2.1.3 Pengawasan Intern
Pengawasan intern menurut pasal 1 (3) Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah seluruh
proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan intern dilakukan untuk memperkuat dan menunjang
SPIP.Pengawsan intern yang dilakukan berdasarkan pasal 47 (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah terdiri atas :
17
1. pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara;
2. pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Secara teknis pengawasan intern tersebut dilakukan oleh aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab pada wilayah kerja masing-masing.
Aparat pengawas intern pemerintah berdasarkan pasal 49 (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah terdiri atas :
1. BPKP;
2. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern;
3. Inspektorat Provinsi; dan
4. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat
pengawasan intern yang bertanggung jawab langsung kepada
presiden.Inspektorat Jendaral (ITJEND) adalah aparat pengawasan intern yang
bertanggung jawab langsung kepada menteri atau pimpinan lembaga/pimpinan
lembaga. Inspektorat provinsi adalah aparat pengawas intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada gubernur. Inspektorat kabupaten/kota
adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggungjawab langsung
kepada bupati/walikota.
Aparat pengawasan intern tersebut berdasarkan pasal 48 (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah melakukan pengawasan intern melalui :
a. audit;
b. reviu;
18
c. evaluasi;
d. pemantauan; dan
e. kegiatan pengawasan lainnya.
Audit yang dilakukan terdiri dari audit kinerja dan audit dengan tujuan
tertentu.Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek
kehematan, efisiensi, dan efektivitas.Audit dengan tujuan tertentu mencakup
audit yang tidak termasuk dalam audit kinerja.
Reviu dilakukan oleh aparat pengawas internal terhadap laporan keuangan
wilayah kerja masing-masing sebelum laporan keuangan tersebut disampaikan
kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Evaluasi dilakukan oleh aparat
pengawas intern pemerintah terhadap SPIP dan melaporkannya kepada
pimpinan wilayah kerja masing-masing. Evaluasi dilakukan oleh aparat
pengawasan intern pemerintah terhadap kegiatan pengendalian secara teratur
untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti
yang diharapkan.Kegiatan pemantauan dilaksanakan melalui kegiatan
pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil audit, dan reviu
lainnya. Kegiatan pengawasan lainnya antara lain berupa sosialisasi mengenai
pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan
konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.
2.1.4 Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota
Inspektorat daerah kabupaten/kota merupakan aparat pengawasan intern
pemerintah yang ditetapkan melalui pasal 49 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Inspektorat daerah
kabupaten kota dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab langsung
19
kepada bupati/walikota sebagai pimpinan daerah. Inspektorat kabupaten/kota
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) kabupaten/kota.
Inspektorat daerah kabupaten/kota diberikan wewenang dalam mengawasi
kegiatan pelaksanaan kegiatan pemerintah daerah. Kebijakan pengawasan ini
diatur dalam Pasal 184 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah yang berbunyi sebagai berikut.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilaksanakan oleh
pemerintah daerah yang meliputi :
a. pengawasan atas pelaksanaan urusan pemeritahan di daerah;
b. pengawasan terhadap perturan daerah dan peraturan kepala daerah.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
aparat pengwasanintern pemerintah sesuai perundang-undangan.
Pengawasan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh aparat pengawas
internal pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawas internal yang dimaksud pada pasal 184 (1), telah diatur pada pasal
222 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang
berbunyi sebagai berikut :
1. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah secara
nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri;
2. pembinaan dan pengawasan penyelanggaraan pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud untuk kabupaten / kota dikoordinasikan oleh
gubernur;
20
3. pembinaan dan pengawasan penyelengggaraan pemerintahan desa
dikoordinasikan oleh bupati / walikota;
4. bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud dapat melimpahkan kepada camat.
Pembinaan dan pengawasan yan dimaksud dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah kemudian diatur pada pasal 24
Peraturan pemerintah nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, yang berbunyi sebagai
berikut.
1. Pengawasan terhadap urusan pemerintah di daerah dilaksanakan oleh
aparat pengawas intern pemerintah sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya.
2. Aparat pengawas intern pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Inspektorat Jendral Departemen, Unit Pengawasan Lembaga
Pemerintah non Departemen, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Kabupaten/Kota.
Tugas dan fungsi pengawasan internal oleh Inspektorat Dearah
Provinsi/Kabupaten/Kota kemudian diatur dalam pasal Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Dan Tata Kerja
Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/kota. Tugas dari Inspektorat Kabupaten/Kota
tercantum dalam pasal 3 yang berbunyi :
1. inspektorat provinsi mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan
pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan
pelaksanaan pemerintahan di daerah kabupaten/kota;
21
2. inspektorat kabupaten/kota mempunyai tugas melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di kabupaten/kota, pelaksanaan
pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan
urusan pemerintah desa.
Fungsi Inspektorat Daerah tercantum dalam pasal 4 yang berbunyi bahwa
inspektorat provinsi/kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 menyelenggrakanfungsi ;
a. perencanaan program pengawasan;
b. perumusan program pengawasan;
c. perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan;
d. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.
Atas dasar ketentuan di ataslah maka aparat pengawasan internal
pemerintah di suatu daerah (provinsi/kabupaten/kota) dilakukan oleh Badan
Pengawasan Daerah atau Inspektorat Daerah yang dibentuk sesuai dengan
perturan perundang-undangan yang berlaku di masing-masing daerah dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo merupakan aparat pengawasan intern
Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo yang bertanggungjawab langsung kepada
Bupati Wajo. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wajo
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Teknis Daerah
Pemerintah Kabupaten Wajo. Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo mempunyai
tugas pokok membantu bupati dalam melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan di Kabuapten Wajo, pelaksanaan pembinaan
22
atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan
pemerintahan desa. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Inspektorat
Daerah Kabupaten Wajo mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan yang menjadi tanggung
jawabnya berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan yang menjadi tanggung
jawabnya;
3. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan;
4. penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan
kegiatan;
5. monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan
pemerintah desa;
6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan pengawasan intern yang dilakukan oleh inspektorat daerah
kabupaten/kota berdasarkan pada pasal 48 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pasal dilakukan
melalui :
6. audit,
7. reviu,
8. evaluasi,
9. pemantauan,
10. kegiatan pengawasan lainnya.
Kegiatan audit yang dilakukan adalah audit kinerja dan audit dengan tujuan
tertentu. Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri atas aspek
23
kehematan, efisiensi, dan efektifitas sedangkan audit untuk tujuan tertentu
meliputi audit yang tidak termasuk dalam audit kinerja.
Reviu dilakukan oleh inspektorat daerah kabupaten/kota atas LKPD sebelum
disampaikan bupati/walikota kepada BPK.Pemantauan dilaksanakan melalui
kegiatan pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil audit,
dan reviu lainnya.Pemantauan berkelanjutan adalah penilaian atas mutu kinerja
sistem pengendalian intern secara terus menerus dan menyatu dalam kegiatan
instansi pemerintah.Evaluasi terpisah adalah penilaian atas mutu kinerja sistem
pengendalian intern dengan ruang lingkup dan frekuensi tertentu berdasarkan
pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur pemantauan yang
berkelanjutan.Evaluasi terpisah Instansi Pemerintah dilakukan dengan
mempertimbangkan lingkup dan frekuensi evaluasi, metodologi, dan sumber
daya.
Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan
rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas. Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan (audit) baik dari
pihak ekternal atau internal dilaksanakan melalui mekasnisme yang ditetapkan
oleh pemerintah.Pemerintah sebagai auditi berkepentingan untuk memantau
perkembangan TLHP fungsional yang dilaksanakan oleh seluruh instansi
pemerintah untuk koordinasi data dan informasi hasil pengawasan dan tindak
lanjutnya. Teknis pemantauan pemerintah terhadap berbagai hasil pengawasan
dilaksanakan oleh unit pemantau masing-masing instansi. Mekanisme
pemantauan TLHP BPK adalah sebagai berikut :
1. pemantauan TLHP BPK merupakan tanggung jawab pimpinan instansi
pemerintah yang secara teknis dilaksanakan oleh unit pemantau pada
instansi yang bersangkutan;
24
2. unit pemantau pada instansi tersebut berkewajiban memantau perkembangan
TLHP dan melaporkan hasil pemantauan setiap 6 (enam) bulan kepada
pimpinan instansi pemerintah dan Menteri Negara PAN.
Mekanisme pemantauan TLHP APIP adalah sebagai berikut :
1. pemantauan TLHP APlP wajib dilaksanakan oleh unit pemantau masing-
masing instansi;
2. pemantauan TLHP oleh APlP dapat dilaksanakan dengan cara:
a. mengadakan rapat pemutakhiran data TLHP secara berkala dengan pejabat
yang bertanggung jawab melaksanakan tindak lanjut;
b. melakukan komunikasi lisan (mekanisme rapat atau kunjungan) dan
komunikasi tertulis (mekanisme pelaporan/teguran) dengan pejabat yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut;
c. mewajibkanAPlP dalam setiap penugasan untuk memantau TLHP atas hasil
pengawasan periode sebelumnya.
Mekanisme pemantauan TLHP Fungsional yang dilimpahkan kepada instansi
lain adalah sebagai berikut :
1. pemantauan TLHP fungsional mencakup tindakan penanganan temuan hasil
pengawasan BPK dan atau APlP oleh instansi lain sesuai dengan
kewenangannya;
2. penyelesaian temuan sebagaimana dimaksud pada butir 1 di atas, yang
berindikasi tindak pidana korupsi diserahkan kepada Aparat Penegak Hukum
oleh BPK, atau APlP untuk dilakukan penyelidikan, penyidikan, sampai
penuntutan;
3. temuan sebagaimana dimaksud pada butir 1 di atas, dilimpahkan kepada
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) oleh auditi jika tindak
25
lanjutnya berupa penagihan yang mekanismenya melalui DJKN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. pemantauan TLHP Fungsional dilimpahkan kepada instansi lain oleh auditi
dengan persetujuan BPK, jika tugas pokok dan fungsi auditi telah beralih
atau dipindahkan kepada instansi lain.
2.1.5 Laporan Hasil Pemeriksaan
Setelah BPK melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
(LKP), maka BPK diwajibkan menyusun laporan hasil pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan menurut pasal 1 (14) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan adalah hasil akhir dari proses penilaian
kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan,
yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK.
Hasil pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh BPK diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya untuk ditindak
lanjuti sesuai dengan undang-undang.Laporan hasil pemeriksaan BPK memuat
opini, temuan dan rekomendasi atas pemeriksaan LKP.Laporan hasil
pemeriksaan yang disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka
untuk umum, kecuali untuk informasi yang sesuai dengan ketentuan undang-
undang yang harus dirahasiakan, hal tersebut tercantum dalam pasal 7 (5)
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Laporan hasil pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) mempunyai fungsi :
1. mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwewnag
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
26
2. memuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalah pahaman;
3. membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk menindaklanjuti tindakan
perbaikan oleh instansi terkait;
4. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
2.1.6 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksaa Keuangan
Laporan hasil pemeriksaan BPK yang diserahkan kepada lembaga perwakilan
juga diserahkan kepada pemerintah sebagai auditan. Laporan tersebut
diserahkan untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Dalam Pasal 20
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Dan Pengelolaan
Tanggung Jawab Keuangan Negara menyebutkan bahwa pejabat wajib
menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan, selain itu pejabat
juga diwajibkan memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang
tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.
Berdasarkan pada ketentuan tersebut maka pemerintah sebagai auditi wajib
menindaklanjuti rekomedasi BPK dengan menciptakan suatu sistem yang
mempercepat pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan tersebut. Dalam
rangka mempercepat proses tindak lanjut tersebut, maka BPK menunjuk Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) sebagai koordinator dan penghubung
kepada BPK dalam rangka menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. Oleh karena
itu aparat intern berhak menanyakan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK kepada
pimpinan instansi sesuai dengan kewenangannya.
27
2.2 Tinjuan Empirik
Bukan hanya fakta yang penulis cari untuk melengkapi latar belakang penulisan
ini.Namun penulis juga berusaha mencari penelitian sebelumnya yang dianggap
berhubungan dengan penelitian ini baik itu penelitian yang menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif.Adapun penelitian yang berhasil didapatkan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Mifti (2009) tentang pengawasan dan kinerja di
Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri.Selain itu penulis juga
menggunakan penlitian yang dilakukan oleh Fabanyo (2011) tentang
pelaksanaan fungsi pengawasan di Inspektorat Daerah Kota Tidore Kepulauan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mifti (2009) menyimpulkan bahwa :
1. pengawasan internal berpengaruh terhadap kinerja Inspektorat Jendral
Departemen Dalam Negeri;
2. program pengawasan internal dan kondisi sumber daya berpengaruh negatif
terhadap kinerja pengawasan, baik pada kinerja pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi, pengelolaan SDM, dan pengelolaan sarana dan prasarana;
3. pelaksanaan pengawasan, rekomendasi/tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan
koordinasi pengawasan berpengaruh positif pada kinerja pengawasan, baik
pada kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, pengelolaan SDM, dan
pengelolaan sarana dan prasarana;
4. peningkatan kemampuan aparat pengawasan internal berpengaruh positif
pada kinerja pengelolaan SDM, tetapi berpengaruh negatif pada kinerja
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dan pengelolaan sarana dan prasarana.
Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Fabanyo (2011) menyimpulkan
bahwa:.
28
1. pelaksanaan fungsi pengawasan khususnya pada kantor Inspektorat Daerah
kota Tidore Kepulauan baik dilihat dari segi pemeriksaan, pengujian hingga
penyidikan, ternyata belum efektif hal ini disebabkan karena adanya
ketidaktepatan waktu dalam melakukan pengawasan, belum akuratnya data
penyimpangan yang ditemukan untuk aparatur pengawas di kantor
Inspektorat Daerah Kota Tidore;
2. faktor yang mempengaruhi pelaksanaan penyelenggaraan fungsi
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di kota Tidore adalah
meliputi aparatur petugas yang memiliki skill, pengetahuan di bidang
pekerjaan yang ditangani dan selain itu tersedianya sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Kantor
Inspektorat di kota Tidore Kepulauan.
Penilitian yang dilakukan oleh Mifti (2009) menganalisis kinerja Inspektorat
Jendaral Departemen Dalam Negeri dengan menggunakan indikator
pengawasan internal. Sementara Fabanyo menganalisis kinerja Inspektorat
Daerah kota Tidore kepulauan dengan menggunakan indikator pelaksanaan
fungsi pengawasan dalam pemeriksaan, pengujian, dan pengusutan. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan indikator pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan ekternal (BPK) dalam menganalisis kinerja Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo.
2.3 Kerangka Pemikiran
Tuntutan masyarakat akan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara memerlukan suatu sistem pengendalian yang mampu menjawab tuntutan
tersebut. Terciptanya tata kelola pemerintah yang baik memerlukan sistem
pengendalian yang efektif baik yang dilakukan oleh lembaga ekstern ataupun
intern dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab
29
keuangan negara.Sistem pengendalian di Indonesia terdiri dari sistem
pengendalian ekstern dan intern.
Pengawasan ekstern pemerintah dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.Lembaga ini dibentuk atas amanat UUD 1945.Dalam melaksanakan
tugasnya sebagai lembaga pengawas ekternal, BPK melakukan kegiatan
pemeriksaan atas pelaksanaan dan tanggung jawab keuangan negara, baik itu
pemerintah pusat ataupun daerah.Laporan hasil pemeriksaan BPK atas LKPD
diserahkan kepada DPRD.LHP terebut berisi tentang opini, temuan, dan
rekomendasi BPK atas LKPD.LHP tersebut juga diserahkan kepada kepala
daerah untuk dilakukan tindak lanjut atas hasil pemeriksaan.
Inspektorat daerah kabupaten/kota merupakan salah satu aparat pengawasan
intern yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sebagai pengawas intern
pemerintah maka inspektorat daerah kabipaten/kota melakukan kegiatan :
1. audit,
2. reviu,
3. evaluasi,
4. pemantauan,
5. kegiatan pengawasan lainnya.
Kegiatan pemantauaan tindak lanjut hasil pemeriksaan ekternal merupakan salah
satu indikator kinerja inspektorat daerah.Agar pemerintah daerah dapat segera
menindak lanjuti temuan dan rekomendasi dalam LHP, maka BPK menunjuk
inspektorat daerah provinsi/kabupaten/kota sebagai koordinator dan penghubung
kepada BPK dalam rangka menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK.Oleh karena
itu aparat intern berhak menanyakan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK kepada
pimpinan instansi sesuai dengan kewenangannya.
30
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian
tentang kinerja inspektorat daerah kabupaten/kota khusunya dalam melakukan
kegiatan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan ekternal yang dilakukan
BPK.Apabila kerangka pemikiran tersebut dirumuskan dalam bentuk bagan,
maka akan nampak seperti berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
SPIP
INSPEKTORAT DAERAH
FUNGSI :MONITORING DAN
EVALUASI PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN
DI DAERAH DAN PEMERINTAH DESA
RENCANA KERJA PENGAWASAN :
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL
PEMERIKSAAN BPK
BPK:REKOMENDASI HASIL
PEMERIKSAAN
Sumber : Diolah Sendiri
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Penilitian kualitatif menurut
Sangadji (2010:26) adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk
verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistik. Jenis penelitian
kualitatif dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Emzir (2010:20)
penelitian studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha
menemukan makna, menyelidiki, proses, dan memperoleh pengertian dan
pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi.
Penelitian kualitatif dipilih karena topik ini memerlukan ekplorasi yang dalam,
seperti variabel-varibel yang tidak mudah untuk diidentifikasi. Penelitian ini akan
menguraikan secara kualitatif mengenai kinerja Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo.
3.2 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sangat diperlukan sebagai instrumen utama karena peneliti
bertindak langsung sebagai perencana, pengumpul data, menganalisis data, dan
sebagai pelapor hasil penelitian.Kehadiran peneliti tersebut diketahui oleh
Inspektur Daerah kabupaten Wajo dan stafnya. Penelitian ini juga menggunakan
instrument tambahan berupa kamera, perekam suara, dan instrumen lain yang
dianggap perlu.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo yang
terletak di Jalan Kejaksaan, No. 3, Sengkang, Kecamatan Tempe, Kabupaten
31
32
Wajo. Lokasi ini dipilih karena Sekertariat Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
berada di lokasi tersebut, sehingga peneliti dapat langsung berkomunikasi
dangan staf Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo.
3.4 Sumber Data
Istilah data merujuk pada material kasar yang dikumpulkan peneliti dari dunia
yang sedang diteliti.Menurut Emzir (2010:64) data adalah bagian khusus yang
membentuk dasar-dasar analisis. Penelitian ini menggunakan dua jenis data,
yaitu : (1) data primer, dan (2) data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Sangadji (2010:171) mengatakan bahwa data primer merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui
perantara).Data primer dapat berupa opini orang (subjek) secara individu
maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian.Data primer dalam penelitian ini merupakan data
yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui wawancara.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
Sangadji (2010:172), mengatakan bahwa data sekunder pada umumnya tidak
dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu.Data
sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen yang dapat
memberikan informasi mengenai objek penelitian.
33
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara
Hasan dalam Emzir (2010:50) mendefenisikan wawancara adalah interaksi
bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan
salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau
ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan
keyakinannya.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terbuka.Wawancara terbuka adalah wawancara yang dilakukan
peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi
jawabannya.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan bertatap muka secara
langsung dengan informan yang dianggap potensial dan mempunyai
kapasitas.Informan adalah orang-orang yang dianggap potensial, dalam arti
orang-orang tersebut banyak memiliki informasi mengenai masalah yang
diteliti.Informan yang dianggap potensial dalam penelitian ini adalah Tim Tindak
Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional Pemerintah Daerah Kabupaten
Wajo.Adapun mengenai komposisi Tim Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Fungsional Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo dapat dilihat di bawah ini.
I. Ketua : Wakil Bupati Wajo
II. Wakil Ketua : Sekertaris Daerah Kabupaten Wajo
Wakil Ketua : Asisten Administrasi Umum
III. Sekertaris : Kepala Bagian Hukum dan Perundang-undangan
IV Wakil Sekertaris : Kasubag. Tindak Lanjut Sekda Kabupaten Wajo
V. Anggota : 1. Kepala BKDD Kab. Wajo
2. Kepala BPKD Kab. Wajo
34
3. Kepala Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
4. Sekertaris BPKD Kab. Wajo
5. Kasubag. Peraturan Perundang-undangan
Setda Kab. Wajo
6. Staf Bagian Hukum dan Per-UU Kab. Wajo
3.5.2 Teknik Domumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang
relevan dengan tujuan penelitian.Data dalam bentuk dokumentasi tersebut harus
sesuai dengan fokus penelitian.Moleong (2002:160) mengemukakan bahwa studi
dokumentasi dapat dilakukan dengan cara peneliti mempelajari arsip-arsip, file-
file dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, seperti
catatan-catatan dan data-data yang ada di kantor Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo.
3.6 Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan dianalisis
secara kuailitatif.Menurut Sitorus dan Agusta dalam Wahda (2011:44) bahwa
analisis data kualitatif adalah upaya yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus.
Analsis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan
Huberman. Menurut Miles dan Hubermen dalam Emzir, analisis data kualitatif
(2010:129) terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu sebagai berikut.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis. Reduksi data
merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa hingga kesimpulan akhir dapat diambil.
35
2. Model Data
Model data menurut Emzir (2010:131) adalah suatu kumpulan informasi tersusun
yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.Model
data termasuk dalam teknik analisis data.
Model data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.Menganalisis data atau mengambil tindakan berdasarkan atas
pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian data tersebut. Model data
dalam penelitian ini adalah matriks, dan model lain yang diaggap perlu oleh
peneliti dalam menyajikan data hasil reduksi.
3. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan paling penting dalam analisis data
kualitatif. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung
dengan cara ;
a. memikir ulang selama penulisan;
b. tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan,
c. peninjauan kembali dan tukar pikiran antara teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif;
d. membaca berulang-ulang transkip wawancara.
3.7 Pengecekan Validitas Temuan
Pengecekan keabsahan temuan penelitian merupakan kegiatan penting
dalam upaya menjamin dan meyakinkan pihak lain bahwa temuan penelitiannya
benar-benar abash. Dalam penelitian uji validitas data dilakukan dengan
menggunakan caratriangulasi, analisis kasus negatif, dan memberchek.
Sejanjutnya perlu dilakukan pengecekakan dapat tidaknya ditransfer ke latar lain
(transferability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat
36
tidaknya dikonfirmasi kepada sumbernya (confirmalibity).Berikut teknik pengujian
validitas temuan yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Triangulasi
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan data, memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan
pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dalam pengujian kredibiltas
dilakukan dengan melakukan pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagi cara, dan berbagai waktu. Pengecekan validitas data dengan teknik
triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi
sumber.
Triangulasi sumber adalah cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah
dengan mencari data dari sumber data yang beragam yang masih terkait satu
sama lain. Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
membandingkan informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan yang
diungkap oleh informan lain.
2. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu.Dalam penelitian ini analisis kasus negatif
dilakukan jika terjadi pertentangan antara data yang telah ditemukan
sebelumnya. Jika hal tersebut terjadi maka peneliti akan mencari tahu secara
mendalam mengapa masih ada data berbeda.
3. Memberchek
Memberchek adalah proses pengecekan data yang diperloleh peneliti kepada
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data,
berarti data tersebut valid sehingga dapat dipercaya.Memberchek dilakukan
kepada informan yang diwawancarai yaitu Wakil Bupati Wajo (Ketua Tim Tindak
37
Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional), Inspektur Daerah Kabupaten Wajo
(Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo/Anggota Tim Tindak Lanjut). Auditor Muda
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo (Auditor/Staf Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo), Staf Bagian Hukum dan Perundang-undangan Kabupaten Wajo (Anggota
Tim Tindak Lanjut).
3.8 Tahap-tahap Penelitian
Tahap penelitian merupakan urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam
penelitian. Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. pra lapangan,
2. pengajuan judul penelitian,
3. bimbingan dan penyusunan proposal penelitian,
4. seminar proposal,
5. pengurusan izin penelitian,
6. pengumpulan data,
7. pengolahan dan analisis data,
8. bimbingan penulisan laporan akhir penelitian skripsi,
9. ujian akhir penelitian skripsi.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo merupakan satu dari sembilan lembaga
teknis daerah yang berada dalam lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Wajo.
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo mempunyai tugas pokok membantu bupati
dalam melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan
di Kabuapten Wajo, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa. Untuk
melaksanakan tugas tersebut maka Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan yang menjadi tanggung
jawabnya berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan yang menjadi tanggung
jawabnya;
3. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan;
4. penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program
dan kegiatan;
5. monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan
pemerintah desa;
6. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
38
39
4.1.1 Visi dan Misi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
4.1.1.1 Visi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
Sesuai tugas pokok dan fungsinya, Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
serta melihat latar belakang dan mencermati fenomena yang ada, maka dalam
upaya mewujudkan harapan dan aspirasi para pengambil keputusan serta
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka visi dari Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo dirumuskan dalam pernyataan: “Mewujudkan Pengawasan
Yang Efektif Dan Akuntabel Untuk Menunjang Penyelengaraan Pemerintahan
Daerah Yang Baik Dan Akuntabel”. Penjelasan dari visi tersebut adalah adanya
hasrat untuk mewujudkan Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo agar berkembang
secara berkelanjutan (sustainable) dan mendukung visi Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo.
4.1.1.2 Misi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai.Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi
menjelaskan organisasi itu ada, apa yang akan dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Adanya pernyataan misi yang jelas akan memberikan arahan
jangka panjang dan stabilitas dalam manajemen dan kepemimpinan .Adapun
misi dari Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Melakukan pembinaan tenaga fungsional pengawasan dan pembinaan
penatausahaan keuangan daerah.
4.1.2 Struktur Organisasi
Inspektorat daerah Kabupaten Wajo dipimpin oleh seorang Inspektur
Daerah.InspekturDaerah Kabupaten Wajo merupakan jabatan struktural eselon
II.b yang diangkat langsung oleh Bupati Wajo. Dalam pelaksanaan tugas dan
40
fungsinya maka Inspektur Daerah Kabupaten Wajo dibantu oleh seorang
sekertaris dan empat bidang yang mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-
masing. Untuk mejalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing pejabat
sekertaris dibantu oleh tiga sub bagian, begitu pula pada setiap bidang yang
dibantu masing-masing oleh tiga seksi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
masing-masing.
4.1.2 Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wajo
Pembentukan satuan kerja perangkat daerah ditetapkan melalui peraturan
daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk membantu bupati dalam
pelaksanaan urusan daerah maka perlu dibentuk dinas daerah. Pembentukan
dinas daerah dalam lingkup Pemrintah Daerah Kabupaten Wajo ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten wajo Nomor 6 Tahun 2008 tentang
organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
dan beberapa perubahannya. Dalam perda tersebut, dinas daerah yang dibentuk
adalah sebagai berikut.
1. Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo;
2. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Wajo;
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo;
4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
5. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika;
6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;
7. Dinas Pekerjaan Umum;
8. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Perindustrian Kabupaten
Wajo;
9. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Wajo;
41
10. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wajo;
11. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wajo;
12. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kabupaten Wajo;
13. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo;
14. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Energi, dan Sumber Daya Mineral;
15. Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar.
Sementara untuk membantu bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik maka dibentuk lembaga teknis daerah.
Pembentukan lembaga teknis daerah dalam lingkup Pemerintah Daerah
Kabupaten wajo ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan
beberapa perubahannya. Dalam perda tersebut, lembaga teknis daerah yang
dibentuk adalah sebagai berikut.
a) Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan
1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wajo;
2) Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Wajo;
3) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten
Wajo;
4) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian
Kabupaten Wajo;
5) Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wajo;
6) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Wajo;
7) Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Wajo;
8) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Wajo;
9) Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Wajo;
10) Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.
42
b) Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor
1) Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah;
2) Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
3) Satuan Polisi Pamong Praja;
4) Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo;
5) SekertariatKorpri Kabupaten Wajo.
c) Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk badan layanan umum
1) Rumah Sakit Umum Daerah Lamadukelleng Sengkang;
2) Rumah Sakit Umum Daerah Siwa.
4.2 Informan Penelitian
Salah satu teknik pengumulan data yang yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik wawancara.Wawancara dilakukan dengan informan
yang dianggap potensial untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
peneilitian ini. Informan dalam penelitian ini adalah :
1. Wakil Bupati Wajo,
2. Inspektur Daerah Kabupaten Wajo,
3. Auditor Muda Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo,
4. Staf Bagian Hukum Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo.
Untuk keakuratan data mengenai informan maka diperlukan penjelasan
mengenai data informan yang meliputi jabatan dan tingkat pendidikan.Data
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.2 Data Informan
No. Nama Jabatan Pendidikan
1. H. Amran Mahmud, S. Sos, M. Si Wakil Bupati Wajo S.2
2. Drs. Abd. Majid, M. M Inspektur Daerah
Kabupaten Wajo
S.2
43
3. Drs. Andi Bahtiar BE, M. Si, M. M Auditor Muda
Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo
S.2
4. Patahuddin, S. H Staf Bag. Hukum
dan Perundang
Pemda Wajo
S.1
4.3 Hasil Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini maka perlu
diuraikan terlebih dahulu mengenai sistem pengendalian intern yang
diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo, tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Wajo. Hal tersebut perlu diuraikan terlebih dulu untuk lebih mengetahui
peran dan fungsi sebenarnya yang dijalankan oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo
4.3.1 Sistem pengendalian Intern Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
Pencapaian tujuan dari sebuah organisasi baik organisasi swasta dan
pemerintah dipengaruhi oleh beberapa faktor.Salah satu faktor yang sangat
penting adalah sistem pengendalian internnya. Sistem pengendalian intern
adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Tujuan dari pengendalian intern
adalah menjamin manajemen organisasi agar:
1. tujuanoranisasi yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2. laporan keuangan yang dihasilkandapat dipercaya.
44
3. kegiatanorganisasi sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian intern dalam organisasi pemerintah dikenal dengan istilah
sistem pengendalian intern pemerintah yang kemudian disebut dengan
SPIP.Sistem pengendalian intern pemerintah ditetapkan dalam berbagai
peraturan baik itu dalam instruksi presiden ataupun peraturan
pemerintah.Adapun perkembangan SPIP di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut.
1. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun
1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang diperbaharui
dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004.
2. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP).
Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo merupakan salah satu organisasi
pemerintah.Untuk mencapai tujuannya maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Wajo perlu menerapkan SPIP. Tujuan penerapan SPIP oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo adalah untuk mencapai tujuan dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo yang ditetapkan, laporan keuangan yang dihasilkandapat
dipercaya, dan kegiatan pemerintah daerah sejalan dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Dalam penerapannya sistem pengendalian intern yang
diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo masih berdasar pada
Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994
45
tentang petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang diperbaharui dengan
Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004.
Hasil penelitian di atas diperkuat oleh wawancara yang dilakukan kepada
tiga informan, yaitu Bapak Amran Mahmud (Wakil Bupati Wajo), Abdul Majid
(Inspektur Daerah Kabupaten Wajo) dan Andi Bahtiar (Auditor Muda Inspektorat
Daerah Kabupaten Wajo). Bapak Amran Mahmud mengatakan bahwa:
“Selama ini pemda telah menerapkan SPIP, namun sistem yang ada saat ini akan
kami perbarui sejalan dengan dikeluarkannya PP Nomor 60 Tahun 2008.SPIP sendiri
bertujan agar tujuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo yang ditetapkan akan
dapat dicapai, laporan keuangan yang dihasilkandapat dipercaya, dan kegiatan
pemerintah daerah sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku”.
Lebih lanjut Bapak Abdul Majid (Inspektur Daerah Kabupaten Wajo) mengatakan:
“Pemerintah daerah selama ini belum menerapkan sepenuhnya SPIP yang
berdasarkan pada PP Nomor 60 Tahun 2008.Kami baru dalam tahap
sosialisasi.Kami baru akan mengikuti bintek dari BPKP selaku pembina SPIP”.
Kedua pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh bapak Andi Bahtiar yang
mengatakan bahwa :
“Sistem pengendalain intern Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo saat ini masih
berpedoman pada pengawasan melekat yang berdasarkan pada instruksi presiden.
Sistem ini lebih dikenal dengan pengawasan melekat (Waskat) yang terdiri dari
delapan unsur. Kami baru akan memulai penerapan SPIP sesuai PP Nomor 60
Tahun 2008 saat semua sarana dan prasarana untuk mendukung penerapan
tersebut telah siap. Saat ini kami baru pada tahap sosialisasi, dan baru akan
mengikuti bintek SPIP yang dilakukan oleh BPKP selaku pembina SPIP”.
Berdasarkan ketiga pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Wajo belum menerapkan SPIP yang berdasarkan pada PP
46
60 Tahun 2008. SPIP yang berlaku saat ini masih berpedoman pada Instruksi
Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Melekat, Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang diperbarui dengan Keputusan
Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004. Sistem pengendalian intern yang
dimaksud dalam peraturan tersebut dikenal dengan istilah pengawasan melekat
(Waskat).Waskat sendiri terdiri delapan unsur yaitu:
1. pengorganisasian,
2. pembinaan personel,
3. kebijakan,
4. perencanaan,
5. prosedur,
6. pencatatan,
7. pelaporan,
8. supervisi dan reviu intern.
4.3.2 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
Dalam pasal 20 (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang
berbunyi pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil
pemeriksaan. Rekomendasi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
rekomendasi yang diberikan BPK atas pemeriksaan yang telah dilakukan.Adapun
batas tindak lanjut rekomendasi pemeriksaan tersebut adalah enam puluh hari
terhitung LHP diterima oleh entitas yang diperiksa.
Berdasarkan pada pernyataan 00000ol,,ltersebut di atas maka Pemerintah
Daerah Kabupaten Wajo wajib menindaklanjuti setiap rekomendasi yang terdapat
47
dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Wajo. Upaya yang dilakukan Pemerintah
Kabupaten Wajo dalam menindaklanjuti rekomendasi tersebut dengan
membentuk tim tindak lanjut. Pembentukan tim ini didasarkan pada Permendagri
Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas
Penyenggraan Pemerintah Daerah. Tim tersebut kemudian
dikoordinasikan/diketuai oleh Wakil Bupati Wajo.
Pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Wajo selama ini belum optimal, hal tersebut bisa dilihat bahwa selama periode
2008-2012 (semester 1) masih ada tujuh rekomendasi yang belum ditindak lanjuti
oleh pemerintah daerah (lihat tabel 1.1).Namun pada periode per 31 Januari
2013 dari ketujuh rekomendasi tersebut enam diantaranya telah diselsaikan dan
masih ada satu rekomendasi yang belum diselsaikan. Hal tersebut diungkapkan
oleh Bapak Patahuddin (Anggota Tim Tindak Lanjut) bahwa:
“Memang betul sampai pada periode semester satu tahun 2012 kemarin masih ada
tujuh yang belum kami tindak lanjuti, namun kami sudah berusaha dengan maksimal
untuk menyelesaikannya.Pada periode per 31 Januari 2013 yang lalu kami telah
menyelesaikan enam rekomendasi dan masih ada satu rekomendasi yang belum
diselsaikan.Rekomendasi tersebut merupakan rekomendasi dari subkelompok temuan
kekurangan penerimaan daerah dengan jenis temuan yaitu denda keterlambatan
pekerjaan belum disetor ke kas daerah.Rekomendasi yang belum diselesaikan
tersebut adalah berupa teguran terhada PPK salah satu SKPD.”
Keterlambatan penyelesaian tersebut dipengaruhi oleh bebarapa faktor yang
terjadi ketika di lapangan.Hal tersebut seperti yang diungkapakan oleh informan
berikut.
Bapak Amaran Mahmud (Wakil Bupati Wajo) mengatakan bahwa :
48
“Pada dasarnya tindak ada rekomendasi yang tidak kami tidak lanjuti hanya saja
pelaksanaannya terdapat berbagai kendala misalnya, di sebuah SKPD terdapat
temuan, kepala SKPD yang menjabat saat terjadinya temuan tersebut telah dimutasi
ke SKPD lain. Hal ini tentunya akan menghambat proses tindak lanjut. Kendala lain
misalnya kebijakan bupati yang mengeluarkan kebijakan untuk menunda dulu
penyelesaian rekomendasi tersebut karena berbagai pertimbangan”.
Bapak Patahuddin (Aggota Tim Tindak Lanjut) juga mengatakan bahwa:
“Sebenarnya tidak ada rekomendasi yang kami tidak tindak lanjuti, hanya saja di
lapangan kami sering menemui kendala, misalnya mutasi. Adanya mutasi
akanmengahabat penyelesaian tindak lanjut. Misalnya ketika terjadi temuan di SKPD
kemudian kepala SKPD tersebut kemudian dimutasi, tentu ini akanmengahambat
proses, karena perlu memberikan lagi pemahaman kepada kepala SKPD yang baru
tentang rekomendasi tersebut. Hal lain yang bisa menghambat adalah kurangnya
pemaham SDM tentang langkah-langkah untuk penyelesaian tindak lanjut ini”.
Berdasarkan hasil wawancara dari dua informan tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan terdapat beberapa
kendala yaitu adanya mutasi pegawai, pemahaman SDM yang rendah, dan
kebijakan dari bupati.
Dalam melaksanakan tugasnya tim tindak lanjut ini ditetapkan melalui surat
ketetapan bupati yang dipebarui setiap tahunnya, selain itu tim ini juga belum
mempunyai pedoman tentang pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK
yang dituangkan dalam peraturan bupati. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut.
Bapak Andi Bahtiar (Auditor Muda Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo)
“Selama ini belum ada peraturan bupati yang mengatur tentang pedoman tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK. Tim yang dibentuk oleh bupati itu hanya bekerja berdasarkan
SOP yang ditetapkan bersama dan kebijakan dari ketua tim tersebut”.
49
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Patahuddin (Anggota Tim Tindak
Lanjut) yang mengungkapkan sebagai berikut.
“Kami bekerja hanya berdasarkan dari SOP dan kebijakan ketua tim.Sampai sekarang
pedoman yang dituangkan dalam perbup belum ada.Pedoman tersebut tentu akan
sangat membantu pelaksanaan tindak lanjut.”
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua pendapat tersebut adalah selama ini
tim tindak lanjut belum mempunyai pedoman tentang Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK. Tim lanjut hasil pemeriksaan hanya bekerja
berdasarkan SOP yang disepakati bersama dan kebijakan dari ketua tim.
Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK memerlukan sebuah
mekanisme dan prosedur dalam menjalankan tugasnya. Mekanisme yang
dimaksud adalah cara kerja dari sebuah organisasi sedangkan prosedur adalah
tahap untuk menyelesaikan suatu aktivitas. SOP mengenai mekanisme dan
prosedur Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh tim
tindak lanjut dapat dilihat dari wawancara berikut.
Wawancara dengan Bapak Amran Mahmud (Wakil Bupati Wajo).
“SOP yang dijalankan oleh tim tindak lanjut dalam Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) BPK kami lakukan dengan rapat koordinasi dari seluruh anggota tim tindak
lanjut, kemudian masing-masing anggota tim memberikan pandangan-
pandangannya, dan kadang kami lakukan pemanggilan terhadap SKPD yang
menjadi temuan.”
Wawancara dengan Bapak Patahuddin (Anggota Tim Tindak Lanjut).
“Mekanisme yang dijalankan oleh tim dalam pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK ini dimulai dengan rapat pembahasan TLHP setelah itu
merumuskan kebijakan TLHP. Setelah kebijakan disepakati baru kami menyurati
SKPD yang bersangkutan untuk menindaklanjuti sesuai kesepakatan tadi. Kalau
prosedurnya tentunya setelah kami terima LHP dari BPK lalu selama lima hari kami
50
pelajari setelah kebijakan TLHP disepakati maka kami memberikan batasan waktu
lima belas hari kepada SKPD yang bersangkutan untuk menindakjanuti rekomendasi
tersebut. Kalau sampai pada batas waktu tersebut belum selesai maka kami
memanggil SKPD tersebut dan meminta jawaban, dan akan kami pantau kembali.”
Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejelasan
mekanisme dan prosedur TLHP yang dijalankan oleh tim tindak lanjut. Hal
tersebut terjadi karena dalam surat ketetapan bupati tidak diatur tupoksi dari
masing-masing anggota tim tersebut. Ketidakjelasan tersebut tentunya akan
menghambat kerja tim tersebut karena terjadi tumpang tindih pembagian tugas
dan fungsi dari masing-masing anggota tim.
4.3.3 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan Yang Dilakukan Oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
Pengawasan intern dilakukan untuk memperkuat dan menunjang efektifitas
sistem pengendalian intern pemerintah.Pengawasan intern dilakukan oleh Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP).Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
merupakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang berada dalam lingkup
kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo. Dalam pelaksanaan pengawasan
intern terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo maka Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. audit,
2. reviu,
3. evaluasi,
4. pemantauan,
5. kegiatan pengawasan lainnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut maka Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo menyusun rencana pengawasan tahunan. Rencana pengawasan tahunan
51
tersebut disusun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan. Program Kerja Pengawasan
Tahunan (PKPT) inilah yang kemudian menjadi pedoman bagi Inspektorat
Daerah Kabupaten Wajo dalam melakukan pengawasan terhadap Pemerintah
Daerah Kabupaten Wajo.
Kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK
yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo selama ini belum
diprogramkan secara rutin dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT).
Hal tersebut dikarenakan tugas pemantauan selama ini diberikan kepada tim
tindak lanjut yang dibentuk oleh pemerintah daerah. Hal tersebut didapatkan
berdasarkan wawancara berikut.
Wawancara dengan Bapak Andi Bahtiar (Auditor Muda Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo) yang menyatakan bahwa:
“Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan intern terhadap pemerintah daerah kami
berpedoman pada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang ditetapkan
melalui SK Bupati Wajo.Di dalam PKPT tersebut kami memprogramkan kegiatan
pengawasan secara regular berkala dan juga non-regular khusus serta khusus kasus.
Untuk kegiatan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK sampai
saat ini kami belum pernah memprogramkannya baik dalam regular berkala atau non-
regular khusus atau khusus kasus, karena pemantauan TLHP BPK tersebut
dijalankan oleh tim tindak lanjut TLHP yang dibentuk oleh pemerintah daerah.”.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Bapak Patahuddin (Anggota Tim Tindak
Lanjut) yang mengatakan bahwa:
“Selain menindak lanjuti kami juga memantau perkembangan dari TLHP BPK
tersebut.Saya juga tidak tahu mengapa tugas tersebut tidak diserahkan kepada
inspektorat daerah”.
52
Berdasarkan kedua pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK selama ini
belum dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo dalam
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) karena tugas tersebut dijalankan
oleh tim TLHP BPK yang dibentuk oleh pemerintah daerah.
Lebih jauh lagi Bapak Bapak Andi Bahtiar (Auditor Muda Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo) yang menyatakan bahwa:
“Walaupun belum diprogram dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) tapi
kegiatan pemantauan terhadap TLHP BPK biasa kami lakukan juga jika ada
permintaan pemeriksaan khusus dari bupati. Misalnya setelah lewat dari enam puluh
hari sebuah temuan dengan lima rekomendasi belum bisa diselesaikan oleh SKPD A,
maka bupati memerintahkan untuk melakukan pemeriksaan khusus. Dalam
pemeriksaan khusus ini kami biasanya melakukan audit dan evaluasi jika diperlukan.
Setelah kami melakukan melakukan pemeriksaan khusus terhadap kasus ini maka
kami terus memantau perkembangannya sampai rekomendasi tersebut selesai
ditindak lanjuti oleh SKPD A tersebut”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh bapak Patahuddin (Anggota Tim Tindak
Lanjut) yang menyatakan sebagai berikut.
“Inspektorat sering kami libatkan dalam pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) BPK, misalnya ketika kami meminta melakukan pemeriksaan khusus terhadap
sebuah temuan yang sudah lewat waktu tindak lanjutnya, setelah inspektorat daerah
melakukan pemeriksaan khusus, mereka terus memantau perkembangannya sampai
rekomendasi tersebut selesai ditindak lanjuti oleh SKPD yang bersangkutan”.
Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemantauan
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat
Daerah Kabupaten Wajo selama ini merupakan kegiatan yang sifatnya
merupakan rangkaian dari kegiatan pemeriksaan khusus, misalnya dalam
53
pemeriksaan khusus atas perintah bupati dan belum diprogramkan tersendiri
dalam PKPT.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
Setiap organisasi baik itu swasta atau pemerintah membutuhkan sistem pengendalian
intern. Sistem pendengendalian intern yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo masih berpedoman pada Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, Keputusan Menteri PAN No. 30
Tahun 1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat yang diperbarui
dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004.
Istilah sistem pengendalian intern dalam peraturan tersebut dikenal dengan istilah
pengawasan melekat yang kemudian disebut dengan Waskat.Menurut KEPMENPAN
Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Pengawasan melekat merupakan salah satu bentuk
pengendalian aparat pemerintah di setiap instansi dan satuan organisasi dalam
meningkatkan mutu kinerja di dalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan
instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Waskat diarahkan untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintah dan
pelayanan kepada masyarakat yang bersih, transparan, profesional dan memiliki
budaya kerja yang baik.Waskat terdiri dari delapan unsur sebagai berikut.
1. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi yang
didesain sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan organisasi,
dan pelaksanaan fungsi manajerial secara menyeluruh.
2. Pembinaan Personil
54
Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya
manusia yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah memiliki
kemampuan secara profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas
dan tanggung jawabnya, yang dilakukan secara terus menerus sejak
perekrutan pegawai hingga pensiun.
3. Kebijakan
Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen secara
tertulis untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.
4. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-
langkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang.
5. Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk melaksanakan aktivitas
tertentu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Pencatatan
Pencatatan merupakan proses pendokumentasian transaksi/kejadian
secara sistematis yang relevan dengan kepentingan organisasi instansi.
Pencatatan juga mencakup proses pengelolaan data yang diperoleh menjadi
informasi dalam bentuk keluaran olahan data atau laporan.
7. Pelaporan
Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit
kerja yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang
mempunyai garis kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.
8. Supervisi dan Reviu Intern
Supervisi merupakan pengawasan langsung dari pimpinan terhadap
pelaksanaan tugas staf, sedangkan reviu intern adalah suatu aktivitas untuk
55
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan yang telah
ditetapkan yang dilakukan oleh pimpinan atau pejabat yang berwenang
bersama-sama dengan staf pimpinan atau dilakukan oleh APIP, terhadap
pelaksaan tugas yang diberikan.
Adapun syarat-syarat keberhasilan waskat adalah sebagai berikut:
1. lingkungan pengendalian manajemen yang kuat;
2. kemampuan memprediksi dan mengantisipasi risiko;
3. aktivitas pengendalian yang memadai;
4. informasi dan komunisasi yang memadai;
5. adanya pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut.
Dalam perkembangan kondisi internal dan eksternal pemerintahan pelaksanaan
Waskat belum menunjukkan hasil yang kurang memadai dalam menunjang
sistem pengendalian intern pemerintah.Hasil pemeriksaan pada instansi
pemerintah oleh berbagai aparat pengawasan fungsional, baik internal maupun
eksternal, selama ini mengidentifikasikan bahwa penyimpangan, pelanggaran
dan pemborosan di hampir semua instansi pemerintah terjadi berulang-ulang
tanpa adanya perbaikan yang signifikan.
Salah satu lembaga pengawasan fungsional eksternal pemerintah adalah
BPK.Dalam melakukan pengawasan, BPK melakukan kegiatan pemeriksaan
terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).Laporan hasil
pemeriksaan tersebut menghasilkan opini atas LKPD yang diperiksa.Salah satu
yang mempengaruhi opini tersebut adalah penilaian terhadap sistem
pengendalian intern yang diterapkan oleh entitas.
Opini BPK atas LKPD Kabupaten Wajo menunjukkan bahwa sistem
pengendalian intern yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
telah berjalan dengan baik namun masih terdapat beberapa unsur-unsur sistem
56
pengendalian intern yang belum berjalan secara optimal. Berikut Opini BPK atas
LKPD Kabupaten Wajo dalam lima tahun terakhir.
Tabel. 4.3 Opini BPK atas LKPD Kabupaten Wajo
Tahun Pemeriksaan Opini
2008 WDP
2009 WDP
2010 WDP
2011 WDP
Sumber: IHPS BPK dari berbagai Tahun (diolah)
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi opini yang dikeluarkan BPK atas LKPD Kabupaten Wajo adalah
penilaian terhadap sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh pemerintah
daerah. Opini WDP diberikan BPK disebabkan karena dari tahun 2008-2011
masih terdapat kelemahan terhadap sistem pengendalian intern pemerintah
daerah kabupaten Wajo. Kelemahan sistem pengendalian intern dibagai atas tiga
kategori kasus/temuan yaitu:
1. kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan;
2. kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja;
3. kelemahanstruktrur pengendalian intern.
Berdasarkan data yang berhasil diperoleh, pemeriksaan yang dilakukan oleh
BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Wajo dari
tahun 2008-2011 temuan/kasus kelemahan sistem pengendalian intern selalu
berulang tiap tahunnya. Berikut gambaran mengenai temuan/kasus kelemahan
sistem pengendalian intern Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo yang ditemukan
oleh BPK.
57
Tabel 4.4 Jumlah Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemda Wajo
Tahun
Pemeriksaan
Kelemahan Sistem
Pengendalian
Akuntansi Dan
Pelaporan
Kelemahan Sistem
Pengendalian
Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan
Dan Belanja
Kelemahan
Struktrur
Pengendalian
Intern
2008 3 1 0
2009 5 1 3
2010 3 3 3
2011 3 4 3
Sumber : IHPS BPK Dari Berbagai Tahun (diolah)
Dari data dari tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat disimpulan bahwa sistem
pengendalian intern yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
telah berjalan dengan baik namun masih terdapat unsur-unsur sistem
pengendalian intern yang belum berjalan dengan optimal.
4.4.2 Tindak Lanjut Hasil Temuan Badan Pemeriksa Keuangan
Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK adalah tanggung jawab
pimpinan instansi pemerintah.Tindak lanjut hasil pemeriksaan tersebut dilakukan
sesuai dengan rekomendasi yang terdapat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK dan dalam batas waktu yang telah diatur dalam berbagai peraturan.
Dalam pasal 20 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengatur bahwa pejabat
wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan, selain itu
pejabat tersebut juga wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK
58
tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dalam
kurun waktu enam puluh hari setelah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) diterima.
Pejabat yang bertanggung jawab melaksanakan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK pada instansi pemerintah, meliputi:
a. atasan langsung dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab,
apabila saran dan rekomendasi yang diberikan merupakan tindakan
administratif kepegawaian sesuai dengan saran dan rekomendasi yang
dimuat dalam Laporan Hasil pemeriksaan (LHP);
b. pejabat yang disebutkan secara khusus dalam saran dan rekomendasi
pengawasan, apabila saran dan rekornendasi menyangkut tindakan perbaikan
administrasi pengelolaan anggaran dan kinerja;
c. pejabat lain yang berkompeten dalam kegiatan yang diperiksa, apabila saran
dan rekomendasinya merupakan tindakan yang substansinya harus
dilaksanakan atau dipenuhi oleh pejabat/instansi lain yang berwenang atau
pihak/instansi di luar instansi pemerintah.
Keterlambatan penyelesaian terhadap penyelesian rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK merupakan sebuah pelanggaran terhadap undang-undang
yang berlaku. Dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
menyebutkan bahwa pemerintah wajib menindaklanjuti rekomendasi dari temuan
pemeriksaan BPK selambat-lambatnya enam puluh hari setelah LHP diterima.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK merupakan kewajiban pemerintah yang
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dalam pasal
46 Peraturan pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah mengatakan bahwa tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan
59
reviu lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) harus segera
diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.
Kedua pernyataan dari peraturan di atas menegaskan bahwa dalam upaya
mempercepat Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK maka pemerintah
perlu menetapkan sebuah peraturan tentang pedoman TLHP yang digunakan
sebagai acuan bagi pemerintah dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK.
Penetapan peraturan pedoman TLHP BPK tersebut adalah agar tindak lanjut
terhadap hasil pemeriksaan BPK RI dapat dilaksanakan secara efektif, efisien
dan akuntabel, meliputi koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK. Pelaksanaan tindak
lanjut dilakukan dengan megikuti mekanisme yang diatur oleh pemerintah daerah
dengan berpeodoman pada Peraturan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 9 tahun 2009 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan, Pemantauan,
Evaluasi, dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional. Adapun
mekanisme pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK sebagai
berikut.
a. Auditi bertanggung jawab dan berkewajiban untuk memberikan penjelasan
perkembangan pelaksanaan TLHP kepada BPK, atasannya, dan unit
pemantau di lingkungan instansi induknya;
b. Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) dilaporkan dengan
disertai data/bukti-bukti pendukung tindak lanjut kepada BPK dan dikirimkan
secara langsung atau melalui forum rapat pemantauan yang diselenggarakan
BPK dengan Auditi;
c. Tata cara penyampaian perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) BPK mengikuti ketentuan sebagaimana diatur oleh BPK.
60
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo dalam pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)
BPK selama ini belum mempunyai peraturan tentang pedoman TLHP BPK.
Dalam pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK, Pemerintah
Daerah Kabupaten Wajo membentuk tim tindak lanjut yang ditetapkan dalam
Surat Ketetapan (SK) Bupati Wajo dan diperbarui setiap tahunnya. Dalam SK
tersebut tidak diatur mekanisme dan prosedur TLHP BPK, sehingga tim tindak
lanjut tidak mempunyai pedoman mengenai mekanisme dan prosedur yang
dijalankan dalam pelaksanaan tugasnya. Akibat dari tidak adanya pedoman
tersebut menyebabkan terjadinya keterlambatan penyelesaian rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK.
Tim tindak lanjut yang ditetapkan dalam SK tersebut juga menjalankan tugas
pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK. Pelaksanaan
kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK
merupakan tugas dan tanggung jawab dari Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
sebagai aparat pengawas intern pemerintah seperti yang diatur dalam berbagai
peraturan berikut.
1. Pasal 19 (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah pasal yang mengatur bahwa inspekturjenderal, inspektur provinsi
dan inspektur kabupaten/kota melakukan pemantauan dan pemutakhiran
atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah yang mengatur bahwa pemantauan tindak lanjut hasil
audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan sesuai dengan mekanisme
penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.
61
3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Tahun 2009
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, dan
Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional yang mengatur
bahwa lembaga pengawas, baik BPK maupun Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APlP) berkewajiban memantau Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) Fungsional oleh instansi pemerintah yang menjadi
auditi sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan standar audit
yang berlaku.
Tim tindak lanjut yang dibentuk berdasarkan SK Bupati Wajo seharusnya
hanya melakukan tugas tindak lanjut sedangkan pemantauan terhadap tindak
lanjut tersebut merupakan tugas dari Aparat Pengawasan intern (APIP) dalam
hal ini Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo. Standar operasi yang dijalankan
oleh tim tindak lanjut tersebut perlu ditetapkan dalam sebuah peraturan bupati
sehingga pelaksanaan kegiatan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK
dapat berjalan secara efektif, efisen, dan akuntabel. Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK efektif apabila rekomendasi berdasarkan Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dapat ditindak lanjuti secara tepat dalam
tenggang waktu yang ditetapkan dalam peraturan yang telah ditetapkan. Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang efisien apabila tim tindak lanjut
bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang akuntabel
apabila pelaksanaan kegiatan tindak lanjut tersbut dapat dipertanggung
jawabkan.
62
4.4.3 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan Yang Dilakukan Oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
Tuntutan perkembangan dan pencapaian sasaran pembangunan sesuai
dengan aspirasi reformasi, peranan aparatur negara dirasakan semakin
penting. Hal tersebut diperkuat dengan maraknya tuntutan masyarakat untuk
mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik. Tata kelola pemerintahan yang
baik diperlukan untuk mencapai tujuan bernegara yaitu :
1. kegiatan efektif dan efisien;
2. keandalan laporan keuangan;
3. pengamanan asset;
4. ketaatan terhadap peraturan.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan peran dan fungsi pengawasan
baik internal atau eksternal.Pengawasan ekternal dan internal terhadap
pemerintah dilaksanakan oleh lembaga fugsional. Pengawasan eksternal
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sedangkan pengawasan intern
dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Inspektorat Jendral (ITJEND), Inpektorat Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota
(IRDA).
Terbitkanya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), mengharuskan menteri/pimpinan
lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas
penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern
tersebut maka dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara.
63
Pengawasan intern yang dimaksud tersebut dilakukan oleh Aparat Pengawas
Intern Pemerintah (APIP).Inspektorat daerah kabupaten/kota lembaga
pengawasan intern pemerintah daerah kabupaten/kota. Dalam melakukan
kegiatan pengawasan intern terhadap pemerintah daerah inspektorat daerah
kabupaten/kota dilakukan melalui kegiatan :
1. audit,
2. reviu,
3. evaluasi,
4. pemantauan,
5. kegiatan pengawasan lainnya.
Kegiatan pengawasan tersebut kemudian dirumuskan dalam sebuah rencana
kerja pengawasan tahunan dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan
yang ditetapkan.Rencana kerja tersebut kemudian dituangkan dalam Program
Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang menjadi pedoman bagi inspektorat
daerah kabupaten/kota dalam melakukan pengawasan terhadap pemerintah
daerah dalam satu tahun berjalan.
Salah satu indikator keberhasilan inspektorat daerah dalam melakukan
pengawasan intern adalah dengan terlaksananya Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) fungsional yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) fungsional dalam hal ini
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK merupakan kewajiban pemerintah daerah
yang diatur dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Undang-
undang Nomor 15 Tahun Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. Untuk memastikan bahwa pemerintah daerah telah
melakukan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK dengan tepat maka
inspektorat daerah melakukan kegiatan pemantauan terhadap kegiatan tersebut.
64
Pemantauan merupakan rangkaian tindakan mengikuti pelaksanaan suatu
kegiatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya untuk mengetahui secara
dini kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap kebijakan maupun program
yang telah ditetapkan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK bertujuan
untuk menentukan bahwa pejabat telah melaksanakan saran dan rekomendasi
hasil pemeriksaan/pengawasan dengan tepat dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan.
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo adalah Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) yang berada dalam lingkup kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo.Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan intern terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo maka Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
berpedoman pada Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang disusun
berdasarkan kebijakan pengawasan dan ditetapkan melalui Surat Ketetapan (SK)
Bupati Wajo. Dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) terdapat tiga
program pengawasan yaitu :
1. program kerja pengawasan regular,
2. program kerja pengawasan non-reguler,
3. program kerja pengawasan khusus kasus.
Kegiatan pengawasan intern melalui pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten
Wajo selama ini tidak diprogramkan dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT).Hal tersebut terjadi karena kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksan (TLHP) BPK dilakukan oleh Tim Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah yang dibentuk oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo.
65
Hal tersebut bertentangan dengan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah mengenai pelaksanaan pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan.Dalam pasal 19 (1) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Dalam peraturan tersebut khususnya dalam menyebutkan
bahwa Inspektur Jenderal, Inspektur Provinsi dan Inspektur Kabupaten/Kota
melakukan pemantauan dan pemutakhiran atas pelaksanaan tindak lanjut hasil
pengawasan. Sedangkan dalam pasal 2 menyebutkan bahwa hasil pemantauan
dan pemutakhiran atas pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota.
Sementara dalam pasal 47 (1) Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem pengendalian Intern Pemerintah menyatakan bahwa
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab
atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan
masing-masing. Lebih jauh dalam pasal 2 mengatur bahwa untuk memperkuat
dan menunjang efektivitas
Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan:
a. pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara;
b. pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern dalam pasal tersebut di atas kemudian dijelaskan lebih
jauh lagi dalam pasal 48 ayat 1 yang berbunyi Pengawasan intern sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf a dilakukan oleh aparat pengawasan
intern pemerintah. Kemudian dalam pasal 2 menjelaskan bahwa Aparat
pengawasan intern pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan
pengawasan intern melalui:
66
a. audit;
b. reviu;
c. evaluasi;
d. pemantauan; dan
e. kegiatan pengawasan lainnya.
Peraturan lain yaitu Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi, dan
Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional mengatur mengenai
mekanisme Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional. Dalam
Permenpan tersebut mengatur bahwa lembaga pengawas, baik BPK maupun
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APlP) berkewajiban memantau Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) Fungsional oleh instansi pemerintah yang
menjadi auditi sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan standar
audit yang berlaku. Pemerintah sebagai auditi berkepentingan untuk memantau
perkembangan TLHP Fungsional yang dilaksanakan oleh seluruh instansi
pemerintah untuk koordinasi data dan informasi hasil pengawasan dan tindak
lanjutnya. Adapun mekanisme Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) BPK yaitu sebagai berikut.
a. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK merupakan
tanggung jawab pimpinan instansi pemerintah yang secara teknis
dilaksanakan oleh unit pemantau pada instansi yang bersangkutan;
b. Unit pemantau pada instansi tersebut berkewajiban memantau perkembangan
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK dan melaporkan hasil
pemantauan setiap 6 (enam) bulan kepada pimpinan instansi pemerintah dan
Menteri Negara PAN.
67
Berdasarkan dari tiga peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK dilakukan
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK
yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo selama ini dilakukan
jika ada perintah dari bupati untuk melakukan pemeriksaan khusus.Pemeriksaan
khusus dilakukan apabila temuan hasil pemeriksaan BPK telah melewati masa
tenggang tindak lanjut yaitu enam puluh hari.Setelah dilakukan pemeriksaan
khusus maka Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo kemudian melakukan
pemantauan terhadap temuan tersebut untuk menjamin hasil pemeriksan
tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah sehingga rekomendasi hasil
pemeriksan BPK dapat segera diselesaikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah yang mengatur bahwa pemantauan tindak lanjut hasil audit
dan reviu lainnya harus segera diselesaikan sesuai dengan mekanisme
penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan. Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo tidak sesuai mekanisme yang ditetapkan
melalui berbagai peraturan. Hal ini menyebabkan kegiatan pemantauan Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo belum efektif dan efisien. Dikatakan tidak efektif karena tujuan
dari kegiatan pemantauan adalah untuk memastikan agar pemerintah daerah
dapat menindaklanjuti hasil pemeriksaan sesuai dengan tepat dalam waktu yang
telah ditentukan dalam peraturan, sedangkan kegiatan pemantauan yang
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo dilakukan pada saat
tenggang waktu tindak lanjut hasil pemeriksaan telah melewati batas waktu.
68
Dikatakan tidak efisien karena dalam menjalankan tugas kegiatan pemantauan
oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo tidak dilakukan dengan tepat. Ketidak
tepatan tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan pemantauan yang tidak
diprogram secara rutin dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
sesuai dengan Permendagri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan juga Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
Kegiatan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK secara
rutin selama ini dilakukan oleh tim tindak lanjut yang dibentuk oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Wajo. Hal ini menunjukkan kelemahan sistem pengendalian
intern yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo.Kelehaman
tersebut dapat terdapat pada unsur lingkungan pengendalian.Kelemahan unsur
tersebut dapat dilihat dari peran aparat pengawasan intern yang tidak
efekif.Ketidak efektifan tersebut dapat dilihat dari pendelegasian tugas dan
tanggung jawab yang tidak tepat. Kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK secara rutin seharusnya dilakukan oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam hal ini Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo tapi justru dilakukan oleh tim tindak lanjut yang dibetuk oleh
pemerintah daerah.
Pelaksanaan kegiatan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)
BPK seharusnya dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
dalam hal ini Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo. Kegiatan pemantauan
tersebut dilakukan sebagai bagian dari penegakan hukum, serta apa yang
direncanakan dapat tercapai. Keterlambatan Pemerintah Daerah Kabupaten
Wajo dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK disebabkan kurang
69
optimalnya pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo yang mempunyai kompetensi untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Sementara belum optimalnya kinerja
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo dalam pemantauan terhadapTindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK dikarenakan kelemahan struktur pengedalian
intern Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo. Berdasarkan Ihktisar Hasil
Pemeriksaan (IHPS) BPK kelemahan tersebut disebakan karena tidak adanya
pemisahan tugas dan fungsi yang memadai sehingga satuan tugas pengawasan
intern yang ada tidak berjalan optimal.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka dapat
diperoleh kesimpulan mengenai kinerja Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten Wajo selama ini belum diprogramkan secara rutin dalam
Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT). Kegiatan pemantauan
terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK dilakukan dalam
pemeriksaan khusus atas perintah bupati atau permintaan dari tim tindak
lanjut yang dibentuk oleh pemerintah daerah.
2. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo belum efektif dan
efisien. Ketidakefektifan pelaksanaan kegiatan pemantauan terhadap Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK tersebut dapat dilihat dari
keterlambatan Pemerintah daerah dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan
BPK. Pelaksanaan kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK yang tidak efisien terlihat dari pelaksanaannya
yang tidak sesuai dengan mekanisme pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK yang ditetapkan oleh pemerintah dalam berbagai
peraturan.
70
71
3. Faktor-faktor yang menyebabkan belum efektif dan efisiennya kegiatan
pemantauan yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
disebabkan karena terdapat kelemahan terhadap struktur pengendalian
intern pemerintah diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo.
Kelemahan tersebut dapat dilihat dari pembagian tugas dan fungsi yang
yang belum memadai antara Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo dan Tim
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawasan Fungsional yang
dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo tersebut. Pembagian
tugas yang belum memadai tersebut dapat dilihat dari tugas pemantauan
terhadap Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang harusnya
dilakukan oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo tapi justru dijalankan
oleh Tim Tindak Lanjut Lanjut Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawasan
Fungsional.
4. Sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Wajo telah berjalan dengan baik namun masih terdapat unsur-
unsur sistem pengendalian intern yang belum berjalan dengan optimal.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran-saran sebagai
berikut.
1. Kepada Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo adapun saran yang diberikan
adalah sebagai berikut.
a. Memprogramkan kegiatan pemantauan terhadap Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan BPK dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
secara rutin agar kegiatan pemantauan yang dilakukan dapat berjalan
lebih efektif dan efisien.
72
b. Melaksanakan kegiatan gelar Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)
BPK untuk memantau perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) BPK yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo.
2. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo adapun saran yang diberikan
sebagai berikut.
a. Menetapkan pedoman mengenai mekanisme dan prosedur Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK dalam bentuk peraturan bupati agar lebih
efektif, efisien dan akuntabel .
b. Mempercepat penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPIP) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, karena sistem
pengendalian intern yang sedang diterapkan sekarang sudah tidak mampu
lagi merespon perubahan lingkungan internal dan eksternal pemerintah
daerah.
c. Melakukan pemisahkan tugas tindak lanjut dan pamantauan terhadap
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) BPK yang selama ini dilakukan
oleh Tim Tindak Lanjut Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo, kemudian
menyerahkan pelaksanaan pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
(TLHP) BPK kepada Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo.
73
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, M. K. S. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2012. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2012. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (Online), (http://www.bpk.go.id/web/files/2012/10/IHPS-sem1-2012.pdf, diakses 7 Februari 2013).
Bisri, Hasan. 2008. Pemantapan Wawasan Kebangsaan Bagi Unsur Pimpinan dan Anggota DPRD Serta Pejabat Eselon II Pemerintah Daerah. Slide disajikan dalam Penataran Pemantapan WawasanKebangsaan Bagi Unsur Pimpinan dan Anggota DPRD Serta PejabatEselon II Pemerintah Daerah Angkatan XIX, Jakarta 20 Juni2008.
Direktorat Aparatur negara. 2006. Manajemen Yang Berorientasi Pada peningkatan Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.
Fabanyo, Suriyanti. 2011. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Di Inspektorat Daerah Kota Tiodre Kepulauan. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Google Market. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Android. (Online), (http://googlemarket/kbbi, diakses 18 Juni 2012).
Krina P. Lalolo Loina. 2003 Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi, (Online),(http://goodgovernance.bappenas.go.id/gg/file/concept/good_governance.pdf, diakses 13 sepetember 2012).
Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mifti Sri, Lestraiyo N. B, Kowanda Anacosita. 2009. Pengawasan Internal dan Kinerja (Suatu Kajian di Kantor Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri), (Online), Vol. 14, No.3, (http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/viewFile/312/252, diakses 1 Dsember 2012).
74
Murwanto. Rahmadi, Budiarsi. Adi, Ramadhana, F. H. 2005. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Pengkanjian Publik Dan Akuntansi Pemerintah Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. 2007. Jakarta: Menteri hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten Wajo. 2008. Sengkang: Sekertariat Daerah Kabupaten Wajo.
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang pedoman Teknis organisasi dan tata kerja Inspektorat daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2007. Jakarta : Departemen Dalam Negeri RepublikIndonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 2005. Jakarta: Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 2008. Jakarta: Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 2004. Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 2004. Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 200 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia.
Sangadji. 2010. Metodologi Penelitian. Malang : Penerbit Andi.
Sekertariat Tim pemgembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintah yang Baik-Bapenas, (2007). Penerapan Tata Kepemerintahan Yang Baik. Jakarta: Sekertariat Tim Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan Yang Baik Kementerian Negara Perencanaan Pemabangunann Nasional/Bappenas.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi. 2012. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
75
Undang-undang Republik Indonesia Nomr 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Negara . 2004. Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia.
Wahda, B. A. 2011. Upaya Masyarakat Dalam Pencegahan Bencana Banjir Musiman di Kelurahan Mattiro Tappareng Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan. Sripsi Tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pengembangan Sosial Masyarakat Sekolah Tinggi Kesejahtraan Sosial.
Yeramis T, Keban. 2000. Good Governance dan Capacity Building Sebagai Indikator Utama dan Fokus Penilian Kinerja Pemerintah, (Online), (http://www.bappenas.go.id/node/48/2389/good-governance-dan-capacity-building-sebagai-indikator-utama-dan-fokus-penilaian-kinerja-pemerintahan-oleh-yeremias-t-keban/, dikases 10 November 2012)
76
LAMPIRAN
77
Lampiran Pedoman Wawancara
1. Identitas Informan
a. Nama :
b. Instansi :
c. Jabatan :
d. Pendidikan :
2. Pertanyaan Wawancara
a. Dari data IHPS Semester 1 Tahun 2012 masih terdapat tujuh
rekomendasi yang belum ditindak lanjuti oleh pemerintah
daerah, rekomendasi apa saja yang belu ditindak lanjuti tersebut
?
b. Mengapa rekomendasi tersebut belum ditindak lanjuti oleh
pemda ?
c. Apakah ada peraturan yang dikeluarkan oleh pemda tentang
pedoman Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Fungsional (BPK) ?
d. Bagaimana gambaran Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang
selama ini diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo
?
e. Bagaimana mekanisme dan prosedur Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan(TLHP) BPK yang diterapkan selama ini oleh
pemerintah daerah ?
f. Bagaimana mekanisme dan prosedur pemantauan Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan yang diterapkan oleh Inspektorat
Daerah Kabupaten Wajo ?
78
g. Apakah pelaksanaan kegiatan pemanatauan Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan(TLHP) BPKdiprogram dalam Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat
DaerahKbupatenWajo ?
h. Bagaimana bentuk kegiatan pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan (TLHP) BPK yang selama ini dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo?
79
Lampiran Pedoman Studi Domumentasi
1. Gambaran Umum Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wajo
2. Gambaran Umum Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
a. Visi dan Misi Inspektorat Daerah Kabupaten Wajo
b. Struktur Organisasi
3. Jumlah temuan rekomendasi pemeriksaan BPK atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo .
4. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Wajo.
5. Surat Ketetapan Bupati Wajo tentang Pembentukan Tim Tindak Lanjut
dan Sekertariat Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Fungsional.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 TAhun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
8. Peraturan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 9 tahun
2009 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan, Pemantauan, Evaluasi,
dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Fungsional.
9. IHPS BPK Semester I Tahun 2008-2012.