2.1 streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/bab_ii.pdf · 2.1.1...

17
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Streptococcus sanguis 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis Streptococcus sanguis atau Streptococcus sanguinis merupakan bakteri golongan alfa berbentuk kokus gram positif fakultatif. Bakteri ini memiliki dinding yang tebal terdiri dari peptidoglikan dan tidak berspora. 7 Morfologi S. sanguis berbentuk bulat sampai lonjong dengan diameter 0,6 1,0 μm, bersifat non motil, katalase negatif , tumbuh optimum pada suhu 37C dengan pH antara 7,47,6. Morfologi koloni bewarna opak, berdiameter 0,5-1,0mm, permukaannya kasar (hanya 7% bersifat mukoid). 7 Klasifikasi Streptococcus sanguis adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Class : Bacilli Ordo : Lactobacillales Family : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Species : Streptococcus sanguinis 9 S. sanguis memiliki stuktur DNA yang terdiri dari 2.388.435 bp. Organisme ini mempunyai kode 2.274 protein yang terdiri dari 61 tRNA dan rRNA. Gen dalam bakteri S. sanguis dapat mempertahankan sintesis adesi protein pada permukaan sel. 7

Upload: truongminh

Post on 25-Feb-2018

254 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Streptococcus sanguis

2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis

Streptococcus sanguis atau Streptococcus sanguinis merupakan

bakteri golongan alfa berbentuk kokus gram positif fakultatif. Bakteri ini

memiliki dinding yang tebal terdiri dari peptidoglikan dan tidak berspora. 7

Morfologi S. sanguis berbentuk bulat sampai lonjong dengan diameter

0,6 – 1,0 μm, bersifat non motil, katalase negatif , tumbuh optimum pada

suhu 37C dengan pH antara 7,4–7,6. Morfologi koloni bewarna opak,

berdiameter 0,5-1,0mm, permukaannya kasar (hanya 7% bersifat mukoid). 7

Klasifikasi Streptococcus sanguis adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Class : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Family : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus sanguinis 9

S. sanguis memiliki stuktur DNA yang terdiri dari 2.388.435 bp.

Organisme ini mempunyai kode 2.274 protein yang terdiri dari 61 tRNA

dan rRNA. Gen dalam bakteri S. sanguis dapat mempertahankan sintesis

adesi protein pada permukaan sel.7

Page 2: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

2.1.22.1.2

dalam rongga

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

2.1.2 Patogenitas

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

yan

(penyakit periodontal

gingiva

dalam rongga

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

Patogenitas

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

yang sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

gingiva

Bakteri

dalam rongga

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

Patogenitas

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

gingiva

Bakteri

dalam rongga

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

Patogenitas

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

gingiva dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Bakteri

dalam rongga

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

Patogenitas

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Bakteri S.

dalam rongga mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

S. sanguis

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

sanguis

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

penyakit periodontal.

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

sanguis

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

.

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

penyakit periodontal).

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Gambar 1

sanguis diyakini sebagai

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

Streptococcus alpha

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

. S.

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Gambar 1

diyakini sebagai

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

Streptococcus alpha merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

S. sanguis

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Gambar 1

diyakini sebagai

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

sanguis

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

7

Gambar 1

diyakini sebagai

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

sanguis

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

7

Gambar 1. Streptococcus sanguis

diyakini sebagai

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

sanguis mempunyai

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

diyakini sebagai

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

mempunyai

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

diyakini sebagai penyebab

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

mempunyai

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

penyebab

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

mempunyai

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

penyebab

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

mempunyai

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

penyebab

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

mempunyai peranan pada peradangan

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

utama

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

utama

mulut manusia karena berikatan kuat secara

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

Streptococcus sanguis

utama kolonisasi bakteri

mulut manusia karena berikatan kuat secara langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986)

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

dan kerusakan jaringan periodontal (Jawetz dkk,1986).

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

.

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

7

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

terbentuknya plak gigi, berkontribusi dalam menyebabkan karies dan

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

kolonisasi bakteri

langsung dengan

pelikel saliva yang menyebabkan perlekatan mikroorganisme oral lain,

merupakan bakteri yang dominan pada awal

pembentukan plak dan selalu ada di dalam plak. Bakteri ini tidak berperan

langsung dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal, hanya

berfungsi mempermudah kolonisasi bakteri lain termasuk bakteri anaerob

g sangat berperan dalam terjadinya penyakit jaringan penyangga gigi

peranan pada peradangan

Page 3: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

8

8

Bakteri patogen mempengaruhi jalannya proses penyakit dengan cara

memproduksi substansi yang toksik terhadap jaringan, langsung menginvasi

jaringan pejamu, dan menstimulasi respon pejamu. Beberapa Streptococcus

dapat menghasilkan enzim histolitik (menghancurkan jaringan) dan

substansi toksik (hialuronidase, protease, dan asam organik). Bakteri gram

positif pada sub gingiva memproduksi berbagai produk toksik yang dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan seperti : asam butirat dan propionat,

amina, senyawa sulfur volatil, indol, amonia, dan glikan. Hyaluronidase

sebagai suatu enzim yang dihasilkan Streptococcus dapat mengubah

permeabilitas gingiva ataupun kerusakan jaringan ikat pada gingiva

(Newman dkk.,1996).

2.2 Gingiva

2.2.1 Pengertian dan Anatomi Gingiva

Gingiva adalah bagian dari mukosa oral yang berlokasi disekitar leher

dari gigi geligi, memanjang secara apikal di atas tulang alveolar, dan

berakhir di mucogingival junction. Mucosa palatina, gingiva mengalami

keratinisasi dan berfungsi selama mastikasi.

Pada orang dewasa, gingiva normal menutupi tulang alveolar dan

akar gigi kearah koronal dari hubungan sementum enamel. Secara anatomis

gingiva terdiri dari Marginal Gingiva, Attached Gingiva dan interdental

Gingiva.

Page 4: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

9

9

1. Marginal Gingiva.

Marginal gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang

menyelimuti gigi seperti kerah pada baju. Marginal gingiva dipisahkan

dari attached gingiva oleh suatu lekukan dangkal berupa garis yang

disebut, free gingival groove. Biasanya lebarnya sekitar 1 mm dari

dinding jaringan lunak sulkus gingiva. Marginal gingiva dapat

dipisahkan dari permukaan gigi dengan probe periodontal. Marginal

gingiva dapat dikenali melalui pemeriksaan klinik karena lunak dan

mudah ditarik dengan syringe. Edema pada gingiva dapat menyebabkan

gingivitis. 10

2. Attached gingiva.

Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva.

Jaringan padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar

dibawahnya. Permukaan luar dari attached gingiva terus memanjang ke

mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut

disebut mucogingival junction.

3. Interdental gingiva.

Interdental gingiva mewakili embrasur gingiva, dimana terdapat

ruang interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental

gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti lembah.

Gingiva interdental merupakan bagian gingiva yang mengisi daerah

interdental, umumnya berbentuk konkaf, menghubungkan papilla fasial

dan papilla lingual. Bila gigi – geligi berkontak, struktur ini akan

Page 5: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi

bentukan konkaf/

atau konvek

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

sama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi

bentukan konkaf/

atau konvek

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi –

bentukan konkaf/

atau konvek

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

bentukan konkaf/

atau konvek

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

bentukan konkaf/

atau konvek

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Gambar 2.

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

bentukan konkaf/

atau konveks. Epit

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Gambar 2.

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

bentukan konkaf/

s. Epit

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Gambar 2.

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

bentukan konkaf/ col

s. Epitelium

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Gambar 2.

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

col dan gingiva

elium

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Gambar 2. Marginal gingiva,

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

dan gingiva

elium col

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva,

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

dan gingiva

col

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva,

10

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

dan gingiva

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva,

10

menyesuaikan terhadap bentuk gigi

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

dan gingiva

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlin

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva,

alveolar

menyesuaikan terhadap bentuk gigi –

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

dan gingiva interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

merefleksikan posisinya yang terlindung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva,

alveolar

– geligi di

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva,

alveolar

geligi di

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

Marginal gingiva, attached gingiva

alveolar

geligi di

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis

attached gingiva

geligi di apik

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

inilah biasanya timbul lesi awal pada gingivitis.

attached gingiva

apik

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

attached gingiva

apikal daerah kontak. Bila

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

ama seperti pada daerah gingiva lainnya. Regio interdental be

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

attached gingiva

al daerah kontak. Bila

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel

interdental be

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

attached gingiva

al daerah kontak. Bila

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan ber

biasanya sangat tipis, tidak berkeratin

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

dung. Pertukaran sel –

interdental be

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

attached gingiva dan m

al daerah kontak. Bila

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

interdental kelihatan berbentuk datar

berkeratin

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

– sel epit

interdental be

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

dan m

al daerah kontak. Bila

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada t

bentuk datar

berkeratin

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

sel epit

interdental be

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

dan m

al daerah kontak. Bila

gigi yang berdekatan tidak saling berkontak, tidak ada terlihat

bentuk datar

berkeratin

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

sel epit

interdental berperan

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

ukosa

al daerah kontak. Bila

erlihat

bentuk datar

berkeratin dan

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

sel epitelial

rperan

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

ukosa

10

al daerah kontak. Bila

erlihat

bentuk datar

dan

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

elial

rperan

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

ukosa

al daerah kontak. Bila

erlihat

bentuk datar

dan

terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin

elial

rperan

sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling

persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah

Page 6: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

2.2.22.2.22.2.2 Sulkus gingiva

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

mm.

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

mm.

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

mm.12,13

Pemeriksaan klinik dapat digun

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

12,13

Pemeriksaan klinik dapat digun

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

sulkus dengan m

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

sulkus dengan menggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

mengelilingi gigi pada satu lapisan

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Gambar 3.

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

lapisan

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Gambar 3.

11

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

lapisan

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Gambar 3.

11

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

lapisan

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digun

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal

Gambar 3.

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

lapisan epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

Pemeriksaan klinik dapat digunakan untuk menentukan kedalaman

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

dapat ditembus oleh probe periodontal.

Gambar 3. Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

akan untuk menentukan kedalaman

enggunakan instrumen

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

.

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

akan untuk menentukan kedalaman

enggunakan instrumen logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sul

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sulkus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

yang dapat dimasuki oleh probe periodontal. Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

epithelium free gingival margin

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

margin

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

margin

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

margin gigi

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

11

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

gigi

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang

gigi

dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini berbentuk V dan hanya sedikit saja

Determinasi klinik

kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang penting.

kus gingiva sekitar 0,43

akan untuk menentukan kedalaman

logam yang dikenal dengan

probe periodontal. Penilaian dilakukan berdasarkan kedalaman yang

Page 7: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

12

12

2.2.3 Gingiva Normal

1. Warna

Warna attached gingiva dan marginal gingiva pada umumnya

berwarna pink yang dipengaruhi oleh suplai darah, ketebalan dan tingkat

keratinisasi epitelium dan adanya kandungan sel pigmen. Warna gingiva

bervariasi dan berbeda tergantung dari individunya karena berhubungan

dengan pigmentasi kutaneus. Warna gingiva lebih terang pada individu

yang berambut hitam. Warna gingiva pada anak lebih kemerah-merahan

dikarenakan adanya peningkatan vaskularisasi dan epitelium yang lebih

tipis dibandingkan dengan orang dewasa.12

Attached gingiva yang berbatasan dengan mukosa alveolar pada

aspek bukal terlihat jelas sebagai Mucogingival Junction. Mukosa alveolar

berwarna merah, halus dan mengkilat, pink dan berstipling. Epitelium

mukosa alveolar lebih tipis, nonkeratinisasi dan tidak mengandung rete

pegs.

2. Kontur

Kontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung pada bentuk

maupun kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah

kontak proksimal, serta luas embrasur gingiva sebelah fasial dan lingual.

Marginal gingiva mengelilingi gigi menyerupai kerah baju. Selama masa

erupsi gigi permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki

protuberantia atau tonjolan. Bentuk interdental gingiva ditentukan oleh

kontur permukaan proksimal gigi, lokasi, bentuk daerah kontak, dan luas

Page 8: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

13

13

embrasur gingiva. Pada gigi yang versi lingual, gingiva horizontal dan

lebih tipis.

3. Tekstur

Gingiva memiliki tekstur permukaan seperti kulit jeruk yang

lembut dan tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling

adalah gambaran gingiva sehat, dimana berkurang atau menghilangnya

stippling umumnya dihubungkan dengan adanya penyakit gingiva.

Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan 10 tahun, sedangkan

gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi gigi

permanen, stippling menunjukkan gambaran yang bergerombol dan lebih

lebar 1/8 inci, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah

attached gingival.

3. Konsistensi

Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal dan melekat erat pada

tulang alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan

lamina propria secara alami dan hubungannya dengan mukoperiosteum

tulang alveolar, sedangkan kepadatan marginal gingiva di dukung oleh

serat-serat gingiva

2.3 Gingivitis

2.3.1 Pengertian Gingivitis

Gingivitis merupakan proses peradangan didalam jaringan

periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh

mikroorganisme yang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi

Page 9: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

14

14

yang melekat pada tepi gingiva. 11 Meskipun gingivitis adalah suatu

peradangan pada gingiva, namun pada kondisi ini tidak terjadi kehilangan

perlekatan gigi. Pada pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di

margin gingiva, pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi, perdarahan

saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingiva. Selain

itu gingivitis juga tidak disertai rasa sakit, sehingga penyakit ini dapat

berjalan bertahun-tahun tanpa diperhatian (Depkes R.I 1983)

Berdasarkan durasi keparahannya, gingivitis dibagi menjadi gingivitis

akut, gingivitis rekuren, dan gingivitis kronis. Gingivitis akut muncul tiba-

tiba dengan durasi pendek dan disertai rasa sakit. Gingivitis rekuren adalah

gingivitis yang muncul kembali setelah disembuhkan melalui perawatan

ataupun hilang dengan sendirinya. Sementara itu gingivitis kronis muncul

secara perlahan dengan durasi yang lama dan tanpa disertai rasa sakit,

kecuali jika terjafi komplikasi eksaserbasi akut.

Jika berdasarkan distribusinya, gingivitis dibagi menjadi:

Localized marginal gingvitis dimana distribusinya terbatas pada satu area

atau lebih pada marginal gingiva.

Localized diffuse gingivitis memiliki perluasan distribusi yang terbatas

dari marginal gingiva ke mucobuccal fold.

Localized papillary gingivitis dimana distribusinya terbatas pada satu

area atau lebih dari interdental gingiva.

Generalized marginal gingivitis berdistribusi melibatkan marginal

gingiva pada semua gigi yang berhubungan.

Page 10: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

2.3.22.3.2

2.3.2 Penyebab Gingivitis

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

spirochaeta

2010)

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

gingiva.

Penyebab Gingivitis

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

spirochaeta

2010)

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

gingiva.

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

spirochaeta

2010)

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

gingiva.

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

spirochaeta

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

gingiva.

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

spirochaeta, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

Penyebab Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

adalah sebagai berikut:

Generalized diffuse gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

Generalized diffuse gingivitis

Gambar 4.

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

dijumpai karena akumulasi plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

Generalized diffuse gingivitis

Gambar 4.

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

15

Generalized diffuse gingivitis dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gambar 4.

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

15

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gambar 4.

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gambar 4. Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivit

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

Faktor penyebab terjadinya gingivitis menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Gingivitis

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak me

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

kumpulan bakteri yang berkembang biak di atas suatu matriks, plak melekat

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

15

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

lekat

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

dimana distribusinya melibatkan seluruh

Penyebab gingivitis bervariasi, mikroorganisme dan produknya

berperan penting sebagai pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering

plak supra gingiva dan tepi gingiva, terdapat

hubungan bermaknan antara skor plak dan skor gingivitis (Musaikan, 2003,

Nurmala, 2010). Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas

lekat

erat diatas permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak yang sudah menetap

selama tujuh hari mengandung kuman kokus, filamen, spiril dan

, plak inilah yang menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim,

is menurut Sriyo et al, (2005),

Page 11: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

16

16

2.3.2.1 Faktor internal

Faktor internal penyebab gingivitis adalah:

1. Lapisan karang gigi, noda atau zat-zat pada gigi.

2. Bahan makanan yang terkumpul pada pinggiran gingiva yang

tidak dibersihkan.

3. Gigi berjejal secara abnormal sehingga makan yang tertinggal

tidak teridentifikasi, terkadang terbentuk ruangan akibat

pembuangan gigi.

4. Kebiasaan yang menyebabkan terlukanya gusi, seperti

menempatkan peniti, kancing, buah pinang dan kawat dalam

mulut.

2.3.2.2 Faktor eksternal

Makanan yang salah dan malnutrisi merupakan faktor dari luar

yang menyebabkan terjadinya gingivitis. Pada orang yang kurang gizi

memiliki kelemahan, gejala ini dikarenakan oleh pentingnya latar

belakang sosial pendidikan. Pada masyarakat dengan pendapatan rendah

tidak biasa melakukan pemeriksaan kesehatan yang bersifat umum. Diet

hanya dengan memakan sayur tanpa unsur serat di dalamnya dapat

menjadi faktor tambahan.

2.3.3 Proses terjadinya gingivitis

Plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental

yang terlindung, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla

interdental dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Pada lesi awal

Page 12: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

17

17

perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang

kecil, di sebelah apikal dari epitelium fungsional khusus yang merupakan

perantara hubungan antara gingiva dan gigi yang terletak pada dasar leher

gingiva), tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis perubahan jaringan pada

tahap ini. Bila deposit plak masih ada perubahan inflamasi tahap awal akan

berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva. Pada tahap ini

tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papilla Interdental

menjadi lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada sondase,

dalam waktu dua sampai seminggu akan terbentuk gingivitis yang lebih

parah. Gingiva berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah (Manson dan

Eley, 1993)

Mikroorganisme dilapisan plak yang lebih dalam mendapat suplai

makanan jauh lebih sedikit dibanding mikroorganisme di lapisan perifer,

oleh karena itu bakteri dilapisan dalam plak mempunyai aktivitas metabolik

lebih terbatas. Organisme di lapisan dalam ini terkumpul lebih padat dan

memiliki dinding sel lebih tebal. Sebaliknya bakteri dilapisan luar plak

mendapat makanan lebih banyak sehingga aktivitas metabolismenya lebih

tinggi dan lebih aktif berkembang biak. Aktivitas metabolik organisme di

dalam plak dipengaruhin oleh keadaan lingkungan seperti jumlah dan jenis

makanan yang ada, konsentrasi karbohidrat, asam amino, mineral dan

bahan–bahan toksik hasil metabolisme bakteri, pH lingkungan dan pH di

dalam plak. Kegiatan metabolisme di dalam plak gigi merupakan proses

enzimatik melalui enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri pada plak gigi.

Page 13: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

2.3.42.3.42.3.4 Indeks Pengukuran Gingivitis

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

3 = Peradangan berat, warn

Indeks Pengukuran Gingivitis

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

3 = Peradangan berat, warn

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat per

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat per

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat per

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat per

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat per

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Gambar 5.

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat per

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Gambar 5.

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

tidak terdapat perdarahan.

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

dan Ester, 2005)

Gambar 5.

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

darahan.

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat

3 = Peradangan berat, warn

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gambar 5.

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

darahan.

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

perdarahan pada saat probing

3 = Peradangan berat, warna merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gambar 5.

Indeks Pengukuran Gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

darahan.

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

probing

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gambar 5. Indeks pengukuran gingivitis

18

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

probing

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

18

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

probing

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

gingiva. Menurut metoda ini keempat area gingiva pada masing

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

edema, tetapi tidak ada perdarahan pada saat probing

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

pada masing

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

probing

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

pada masing

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

probing

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

pada masing

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

probing

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Indeks pengukuran gingivitis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

pada masing

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

pada masing-masing gigi

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

masing gigi

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

skor dari 0 sampai 3. Rincian penilaiannya adalah sebagai berikut:

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

masing gigi

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

masing gigi

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

18

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

masing gigi

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Gingivitis diukur dengan menggunakan indeks gingiva. Indeks ini

digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi

masing gigi

(fasial, mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi

0 = Gingiva normal, tidak mengalami peradangan, perubahan warna dan

1 = Peradangan ringan, terlihat ada sedikit perbedaan warna dan sedikit

2 = Peradangan sedang, warna kemerahan, terdapat edema dan terjadi

a merah terang atau merah menyala, terdapat

edema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan (Wilkis

Page 14: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

2.4

2.4.1

2.4.2

2.4

2.4.1

2.4.2

Asap cair

2.4.1 Pengertian asap cair

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

2.4.2

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Asap cair

Pengertian asap cair

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Kandungan

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Asap cair

Pengertian asap cair

Asap

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

A

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Kandungan

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Asap cair

Pengertian asap cair

Asap

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

Asap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Kandungan

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Asap cair

Pengertian asap cair

Asap cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Kandungan

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Pengertian asap cair

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Kandungan

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Pengertian asap cair

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Kandungan Asap Cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Pengertian asap cair

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Asap Cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

Pengertian asap cair

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Asap Cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Asap Cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Asap Cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

aroma dan rasa yang spesifik.

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

tempurung dan serabut kelapa.

Gambar 6

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, ket

19

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Gambar 6

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

kompleks, terdiri dari aldehid, keton, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

19

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Gambar 6

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Gambar 6

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Gambar 6. Asap cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

. Asap cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

. Asap cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

. Asap cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

. Asap cair

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

cair adalah hasil dari proses kondensasi atau pengembunan uap

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

pangan. Beberapa bahan baku yang dapat dikondensasi membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

pengembunan uap

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

pengembunan uap

hasil pembakaran secara langsung atau tidak langsung bahan-bahan yang

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

pengembunan uap

bahan yang

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

pengembunan uap

bahan yang

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

pengembunan uap

bahan yang

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memili

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

19

pengembunan uap

bahan yang

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

lain. Asap cair berwarna coklat muda sampai coklat tua yang memiliki

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

pengembunan uap

bahan yang

banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, serta senyawa karbon

ki

sap cair juga memiliki efek toksik terhadap mikroba dan memiliki

daya antioksidan yang dapat berefek terhadap keawetan suatu produk. Pada

umumnya asap cair ini digunakan sebagai pengawet beberapa bahan

membentuk asap

cair adalah bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit kacang tanah,

Asap cair mengandung komponen senyawa kimia yang sangat

on, alkohol, asam karboksilat, ester, furan,

Page 15: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

20

20

turunan firan, fenol, turunan fenol, hidrokarbon dan senyawa-senyawa

nitrogen. Asap cair mempunyai berbagai sifat fungsional, seperti ; untuk

memberi aroma, rasa dan warna karena adanya senyawa fenol dan karbonil ;

sebagai bahan pengawet alami karena mengandung senyawa fenol dan asam

yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. 11

Asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan

memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri yang cukup

aman sebagai pengawet alami, antara lain asam, fenolat dan karbonil

(Sugiyono dan Dadang dalam Akhirudin, 2006). Komposisi kimia asap cair

tempurung kelapa adalah fenol 5,13%; karbonil 13,28%; asam 11,39%

(Tranggono dkk,1997). Tranggono dkk (1996) juga menyatakan bahwa asap

cair mengandung senyawa fenol 2, 10-5,13% dan dikatakan juga bahwa

asap cair tempurung kelapa memiliki 7 macam senyawa dominan yaitu

fenol, 3-metil-1,2-siklopentadion, 2-metoksifenol, 2-metoksi-4metilfenol,

2,6-dimetoksi-fenol, 4 etil-2-metoksifenol dan 2,5-dimetoksi-benzilalkohol.

Fraksi netral dari asap kayu juga mengandung fenol yang juga dapat

berperan sebagai antioksidan seperti guaikol (2-metoksi fenol) dan siringol

(1,6-dimetoksi fenol).

Page 16: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

menghambat

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

menghambat

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan

Gambar 7.

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

menghambat

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan

Gambar 7.

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

menghambat

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan

Gambar 7.

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

menghambat

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan

Gambar 7.

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

menghambat autooksidasi

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

dalam keadaan murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 7. Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

autooksidasi

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

autooksidasi

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

autooksidasi

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

autooksidasi

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

autooksidasi lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

didihnya. Titik didih senyawa-senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

21

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

21

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

lemak, sehingga

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen.

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

pangan karena oksidasi lemak oleh oksigen. Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kandungan asap cair berdasarkan titik didihnya

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

titik didihnya

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

titik didihnya

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

murni dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

titik didihnya

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

titik didihnya

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

21

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Senyawa penyusun asap cair dapat dipisahkan berdasarkan titik

senyawa pendukung sifat fungsional asap cair

Dalam asap cair mengandung senyawa fenol yang bersifat sebagai

antioksidan, sehingga dapat menghambat kerusakan pangan dengan cara

mendonorkan hidrogen sehingga efektif dalam jumlah sangat kecil untuk

dapat mengurangi kerusakan

Senyawa fenol menghambat

Page 17: 2.1 Streptococcus sanguis - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/53800/3/BAB_II.pdf · 2.1.1 Morfologi dan taksonomi Streptococcus sanguis ... logam yang dikenal dengan ... gejala

22

22

pertumbuhan populasi bakteri dengan memperpanjang fase lag secara

proporsional di dalam tubuh atau di dalam produk sedangkan kecepatan

pertumbuhan dalam fase eksponensial tetap tidak berubah kecuali

konsentrasi fenol sangat tinggi. Kandungan asam pada asap cair juga sangat

efektif dalam mematikan dan menghambat pertumbuhan mikroba pada

produk makanan yaitu dengan cara senyawa asam ini menembus dinding sel

mikroorganisme yang menyebabkan sel mikroorganisme menjadi lisis

kemudian mati.