242-366-1-pb
TRANSCRIPT
HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
Tri Muji IngariantiFakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
RINGKASANPerilaku-perilaku yang berkaitan dengan sumber daya manusia akan
menjadi bahasan penting bagi organisasi dalam menjalankan kegiatannya. Adanya visi dan misis dalam suatu organisasi dalam organisasi diharapkan mampu menjadi tolak ukur bagi karyawan dalam bekrja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Selain itu kinerja dari sebuah perusahaan sangat tergantung pada sumber daya manusia yang ada. Rendatrnya kualitas sumber daya manusia tentunya akan menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Sehingga sangat penting bagi perusahan untuk mempertatrankan karyawan yang benar-benar berkualitas. Sebab karyawan yang baik cenderung akan menunjukkan Organizational Citizenship Behovior (OCB), dimana OCB merupakan kontribusi positif individu terhadap perushaan yang melebihi ttmtutan peran di tempat kerja. Karyawan yang memiliki OCB akan dapat mengendalikan perilakunya sendiri sehingga dapat memilih perilaku yang terbaik untuk kepentingan organisasinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubrurgan antara iklim organisasi dan penyesuaian diri terhadap OCB.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PLN APJ Madiun. Sedangkan sampelnya adalah seluruh karyawan tersebut yang berjumlatr 100 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala, yaitu skala iklim organisasi, skala penyesuaian diri dan skala OCB. Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah analisa regresi dengan 2 prediktor.
Dari analisa data diperoleh ada hubungan antara iklim organisasi dengan OCB dengan r-1,000 dan p0,000. Ada huburtgan antara penyesuaian diri dengan OCB dengan 10,493 dan p:0,000. Demikian pula ada hubungan yang bermakna antara iklim organisasi dan penyesuaian diri dengan OCB dengan F sebesar38,207 dan p:0,000.
Kesimpulan : terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim organisasi dengan OCB. Terdapat hubungan positif dan signifftan antara penyesuaian diri dengan OCB. Dan juga terdapat hubungan positif dan signifikan antara iklim organisasi dan penyesuaia diri terhadap OCB.
Kata kunci : iklim organisasi, penyesuaian din, organizational citizenship behavior
Judul : Hubungan Iklim organisasi dan penyesuaian diri
terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB).
BAB I PENDAHULUAN
Fokus utama datam psikologi industri dan organisasi adalah perilaku
manusia dalam work setting. Masalah sumber daya manusia sebagai salatr satu
elemen utama dari organisasi merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena
faktor manusia sangat berperan dalam mencapai tujuan perusahaan. Pegawai
dapat ditingkatkan kinerjanya apabila mereka mengetahui apa yang diharapkan
dari mereka, kapan mereka dapat berperan serta, serta bagaimana dan kapan
mereka dinilai atas hasil kerjanya. Menurut Louise A. Allen (dalam As'ad, 2003),
betapapun sempurnanya perencafturn, organisasi dan, pengawasan, serta
penelitiannya, bila mereka tidak menjalankan tugasnya dengan minat dan gembira
maka suatu organisasi tidak akan mencapai tujuan utamanya.
Perilaku-perilaku yang berkaitan dengan sumber daya manusia akan
meqiadi bahasan yang cukup penting bagi organisasi dalam menjalankan
kegiatannya. Adanya visi dan misi dalam suatu organisasi diharapkan mampu
menjadi tolak ukur bagi pegawai atau karyawan dalam bekerja sesuai dengan
tugasnya masing-masing. Selain itu kinerja dari sebuah perusahaan sangat
tergantung pada sumber daya manusia yang ada.
Ironisnya untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
kompetitif tidaklah mudatr. Bahkan menurut data dari Unrted Nations
Development GfNDP) tentang kualitas hidup manusia Indonesiq pada tahun 2003
Indonesia menempati urutan ll2 drt 179 negara. Fakta ini merupakan keterpurukan
sumber daya manusia Indonesia, karena pada tahun z002,Indonesia menempati
urutan ke 110 dari 17 3 negara (bestari, No.220/TH.XDVI 1 12006).
Maraknya aksi buruh yang berujung tindakan anarkis, peningkatan
tindakan indispliner pada beberapa instansi baik swasta maupun pemerintahan
serta adanya peningkatan kasus-kasus korupsi di negara ini turut menambah
catatan pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan dan btrkti lematrnya kualitas
sumber daya manusia lndonesia.
Rendahnya kuatitas sumber daya manusia tentunya akan menimbulkan
dampak negative bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Sehingga sangat
penting bagi perusahaan untuk memilih dan mempertahankan karyawan yang
benar-benar berkualitas. Sebab karyawan yang baik akan cenderng menunjukkan
OCB (Organizational Citizenship Behavior), dimana OCB merupakan kontribusi
positif individu terhadap perusahaan yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja.
Karyawan yang memiliki OCB akan dapat mengendalikan perilakunya sendiri
sehingga dapat memilih perilairu yang terbaik untuk kepentingan organisasinya.
Dalam penelitian Hui, Lee, Rousseau (2004) yang berjudul "Psychological
Controct and organizational Citizenship Behavior in China" ditemukan bahwa
bentuk Psychological Contracf (kesepakatan antara karyawan dengan perusahaan
dalam hal pekerjaan) berpengaruh terhadap kualitas OCB yang ditunjukkan
karyawan, dimana Transactional Contracl (kontrak yang pertukarannya lebih
bersifat ekonomis) memiliki penganrh langsung terhadap OCB. Sedangkan
Relational Contract (kontrak yang dalam pertukarannya tidak menetapkan reward
yang spesifik atas kinerja karyawan) dan Balanced Contracf ftombinasi anatara
Transactional Contract dan Relational Contract) berpengaruh terhadap OCB
dengan Instrumentality Beliefs sebagai mediatornya. Dimana semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh karyawan maka karyawan akan semakin suka
menunjukkan OCB. Sedangkan Relational Contract dan Balaced Contract
memberikan pengaruh terhadap OCB hanya jika karyawan yakin kalau perilaku
tersebut dihargai oleh orang lain.
OCB lebih berkaitan dengan manifestasi seseorang (pegawai) sebagai
makhluk sosial. OCB merupakan bentuk kegiatan sukarela dari angggota
organisasi yang mendukung fungsi organisasi sehingga perilaku ini bersifat
altruistic (menolong) yang diekspresikan dalam bentuk tindakan-tindakan yang
menunjukkan sikap tidak mementingkan diri sendiri dan perhatian pada
kesejatrteraan orang lain (Elfina, 2003). Jika pegawai dalam organisasi memiliki
OCB, maka pegawai dapat mengendalikan perilakunya sendiri sehingga mampu
memilih perilaku yang terbaik untuk kepentingan organisasinya.
Organ dan Ryan (1995) menemukan bahwa variabel sikap (kepuasan
keadilan dan komitmen) menunjukkan hubungan yang sangat kuat dengan OCB.
Sehingga dapat diketahui bahwa OCB merupakan perilaku organisasional yang
sangat penting. Untuk memahami konsekuensi positif tersebut maka organisasi
perlu memahami faktor-faktor yang berkaitan dan mempengaruhi OCB.
Hasil penelitian Debora Elfina (2003) mengenai pengaruh kepribadian dan
komitmen organisasi terhadap perilaku citizenship karyawan menunjukkan bahwa
42,2yo OCB dipengaruhi oleh faktor kepribadian karyawan dan komitmen
organisasi. Secara implisit menjelaskan bahwa kompetisi pribadi (kemampuan
memotivasi diri dendiri untuk bekerja keras) dan kompetisi sosial (empati)
merupakan hal penting dalam OCB. Sehingga jelas bahwa iklim organisasi dan
penyesuaian diri pegawai pada lingkungan kerja menjadi hal yang cukup penting
agar setiap anggota organisasi memiliki OCB.
Selain itu adanya OCB juga dapat di hubungkan dengan kepuasan kerja
dan komitmen organisasi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Danan,
Mubaysyir Hasanbasri (2007) mengenai hubungan kepuasan kerja dan komitmen
organisasi dengan organizational citizenship behavior (OCB) di poltek kesehatan
Banjarmasin. Pada penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif
dan signifikan antara kepuasan kerja dengan OCB, antara komitmen organisasi
dengan OCB serta antara kedua variabel tersebut terhadap OCB.
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa OCB merupakan perilaku
organisasional yang cukup penting karena dapat memberikan pengaruh positif
baik bagi karyawan maupun perusatraan. OCB selain menjadi perilaku sukarela
juga menjadi perilaku yang terbenhrk dari banyak factor baik factor intemal
maupun factor ekstemal. Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa salah
satu factor eksternal pembentuk OCB pada karyawan adalah factor lingkungan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan bisa membentuk OCB karyawan
dengan cara meneiptakan lingkungan atau iklim yang kondusif yang dapat
merangsang karayawan untuk menunjukkan OCB.
Keadaan lingkungan atau iklim organisasi suatu perusahaan dapat
berpengaruh terhadap sikap maupun pandangan karyawan. Iklim yang kondusif
serta pemsaim nyaman yang dirasakan para karyawan akan dapat menimbulkan
kepercayaan terhadap organisasi sehingga karyawan ingin memberikan yang
terbaik bagi perusahaan.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuli (2007)
yang menemukan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara iklim
organisasi dan organizational citizenship behavior, artinya OCB karyawan akan
lebih tinggi jika iklim organisasinya kondusif. Sumbangan efektif yang diberikan
variable iklim organisasi terhadap variable OCB sebesar 62%. Hal ini berarti 38%
OCB karyawan dipengaruhi oleh factor lain yang tidak diteliti.
Dari beberapa penelitian di atas dapat diketatrui batrwa iklim organisasi
memiliki hubungan dengan komitmen, kejenuhan dan OCB. Sehingga dapat
dikatakan bahwa iklim organisasi merupakan satu hal yang penting dan tidak
dapat diabaikan dalam suatu organisasi. Karena iklim organisasi merupakan
konsep system yang dinamis yang dapat memberikan pengaruh sena dipengaruhi
oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim yang kondusif
akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuannya, dan sebaliknya iklim yang tidak kondusif akan menghambat
laju perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Adanya factor eksternal sebagai pembentuk OCB, maka tidak lepas dari
factor internal dari karayawan itu sendiri. OCB lebih berkaitan dengan manifestasi
seseorang (karyawan) sebagai makhluk social. Dimana sebagai mal*rluk social,
setiap individu di tuntut untuk melakukan penyesuaian diri. Suatu proses
penyesuaian diri dapat berlangsung terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan. Dalam proses berhubungan antara individu dengan lingkungan dapat
saling bertentangan, atau dapat pula individu menggunakan atau memanfaatkan
lingkungannya maupun berpartisipasi dan turut ikut serta dengan lingkungan
sekitar serta mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana individu
tersebut berada. Dengan adanya suatu proses penyesuaian diharapkan individu
mampu memetik manfaat pengalaman. Terutama dalam lingkungan kerja yang
terdiri dari berbagai macam karakteristik individu.
Hal di atas dapat terjadi atas dasar batrwa setiap orang mempunyai daya
bangkit (self actualization), daya nyata diri (self realization) dan daya arah diri
(self direction). Dari hasil pengembangan ketiga daya tersebut, individu dapat
menentukan arahnya sendiri dan dapat bertindak sendiri. Sehingga pada akhirnya
secara keseluruhan ketiga daya tersebut serentak akan melahirkan energi besar
bagi individu untuk menciptakan dan merubah dirinya sendiri dan dapat terpancar
dengan merubah lingkungannya (Mappiare 1983). Dengan kata lain Mappiare
(1983) menyebutkan bahwa individu yang sudah dewasa dapat melakukan suatu
penyesuaian diri jika ada kesempatan, kondisi dan suasana yang memungkinkan
mereka untuk melaksanakan proses penyesuaian.
Menurut Keasey & Little (1990) terdapat sekumpulan ciri-ciri positif yang
menunjukkan pendekatan positif pada kehidupan seseorang adalah individu yang
hangat, suportif, penerimaan diri yang baik, terstruktur dan aktif. Individu yang
penyesuian dirinya baik akan berusaha untuk mempertahankan image dirinya.
Berarti individu tersebut mampu memunculkan perilaku OCB secara tepat.
Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan
kelompok) dan mereka yang secam tetap berhubungan dengan organisasi
(misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan kontaktor) mengenu apa yang ada
atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang
mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi. Iklim organisasi ini cenderung
bersifat relatif sementara dan dapat berubatr dengan cepat. Sehingga dibutuhkan
kemampuan karyawan dalam melalarkan penyesuaian dengan perubatran-
perubahan yang terjadi pada organisasinya. Ketika individu tersebut mampu
menyesuaikan diri dengan iklim organisasi di mana dia bekerja maka mampu
meqladi fbktor pembentuk perilaku OCB. Bagi peneliti, harus ada fakta yang jelas
tentang bagaimana seorang inidvidu menyesuiakan diri dengan iklim organisasi
yang ada perusatraan tempatnya bekerja. Kalau karyawan tersebut mampu
menyesuaikan diri dengan iklim organisasi yang ada diprediksikan akan mudatr
terbentuk OCB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang bebas,
tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa
meningkatkan fungsi efektif organisasi. Kurang lebih satu dekade kemudian
Organ menyadari batrwa terdapat kelemahan dalam definisinya. Sehingga Organ
merevisi definisi daxi OCB menjadi "perilaku yang menunjukkan pemeliharaan
dan peningkatan pada pelaksanaan tugas baik pada konteks sosial maupun
psikologis" (Organ, 1997).
Bolino, Turnley & Bloodgood (dalam Nielsen, 2005) mendefinisikan OCB
sebagai perilaku menolong yang dilahrkan oleh karyawan yang melebihi tuntutan
kerja normal dan memberikan kontribusi pada efektivitas organisasi. Sedangkan
Graham (dalam Schemeling, 2001) mendefinisikan OCB sebagai semua perilaku
positif yang berkaitan dengan organisasi yang ditunjukkan oleh individu-individu
yang menj adi anggota organisasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Organizational
Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku positif individu yang berkaitan
dengan pemeliharaan serta peningkatan pada pelaksanam tugas baik dalam
konteks sosial maupun psikologis. Smith (dalam Le Pine, Erez dan johnson, 2002)
mengemukakan dua faktor OCB:
a. Altruism (mementingkan orang lain)
Perilaku yang secara langsung bermaksud untuk membantu orang tertentu
dalam situasi yang berhadapan. Misalnya, membantu menyelesaikan tugas
rekan kerja yang absen, menjadi sukarelawan untuk sesuatu yang tidak diminta,
mengajari karyawan baru meski tidak diminta, membantu rekan kerja yang
memiliki terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan.
b. Generalized Compliance (kepatuhan)
Perilaku yang menunjukkan adanya kepatuhan terhadap peraturan dalam
organisasi secara suka rela tanpa ada keterkaitan dengan orang lain. Misalnya
mentaati peraturan, mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang diharapkan
perusahaan dan tidak menghabiskan waktu untuk percakapan yang sia-sia.
Graham (dalam Schemeling,200l) mengemukakan tiga dimensi OCB :
a. Organizational Obedierce (kepatuhan terhadap organisasi)
Penerimaan karyawan terhadap struktur dan aturan-aturan organisasi serta
ketaatan mereka terhadap peraturan tersebut.
b. Organizational loyalty (kesetiaan terhadap organisasi)
Perilaku yang menunjukkan pembuktian atas kesetiaan terhadap perusahaan,
dimana tujuan perusahaan lebih diutamakan daripada tujuan pribadi ditempat
kerja.
c. Organizational Participation fteikutsertaan dalam organisasi)
Meliputi perilaku yang menunljukkan minat dan keterlibatan karyawan di
perusahaan.
Sedangkan Organ (dalam Muchinsky, 2003) mengemukakan lima dimensi
primer dari OCB :
a. Altruism (perilaku menolong)
Perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas-tugas yang
berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional
b. Civic Virtue (tanggung jawab sebagai anggota organisasi)
Perilaku yang menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi-
fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah.
c. Conscientiousness ftepatuhan)
Berisi tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standart minimum
yang diharapkan organisasi.
d. Courtesy ftesopanan)
Perilaku yang menunjukkan adanya penghargaan terhadap hak-hak orang lain
yang bertujuan untuk mencegah munculnya masalatr-masalah pekerjaan yang
berkaitan dengan karyawan lain.
e. Sportmansftrp (sportifitas)
Perilaku yang mengindikasikan adanya keinginan untuk mentolerir keadaan
yang kurang ideal dengan tidak membuat isu-isu yang merusak meskipun
merasa jengkel.
B. Iklim Organisasi
Iklim organisasi adalah keadaan tak terpisahkan dari sebuatr organisasi.
Pada hakekatnya dapat dianalogikan dengan suasana atau kondisi udara (cerah
atau buruk, dan sebagainya). Orang akan merasa nyaman bila berada diluar
dengan suasana atau kondisi gelap, atau karena arus udara yang terhambat.
Demikian juga dengan iklim organisasi yang bersifat abstrak namun dapat
dirasakan nyaman atau tidak nyaman di dalam melaksanakan aktivitas
pekerjaannya (As'ad, 1991).
Scneider dan Snyder (dalam Jewel & Siegall, 1998) mendefinisikan iklim
organisasi sebagai konsep deskriptif yang berdasarkan pada persepsi mereka
terhadap lingkungan sosial organisasi.
Litwin dan R. A Stringer; 1968 (dalam Wirawan, 2007) mendefinisikan
iklim organisasi sebagai "a concept describbing the subjective nature or quality of
the organizational environment. Its prpoerties canbe perceived or experienced by
members of the organization and reported by them in an appropriate
questionnaire". Menurut kedua tokoh tersebut, iklim organisasi merupakan suatu
konsep yang melukiskan sifat subjektif atau kualitas lingkungan organisasi.
Unsur-unsumya dapat dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan
dilaporkan melalui kuesioner yang tepat.
Menurut Wirawan (2007) iklim organisasi adalah persepsi anggota
organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap
berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan
kontraktor) mengenai apa yang ada atau yang terjadi di lingkungan internal
organisasi secara rutin, ydng mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi.
Iklim organisasi secara objektif eksis, terjadi di setiap organisasi, dan
mempengaruhi perilaku anggota organisasi, tetapi hanya dapat di ukur secara
tidak langsung melalui persepsi anggota organisasi. Dimensi iklim organisasi
adalah unsur, fal;tor, sifat atau karakteristik variabel iklim organisasi. Studi yang
dilakukan oleh para pakar iklim organisasi menunjukkan paling tidak 460 jenis
lingkungan kerja dengan iklim organisasinya sendiri-sendiri (Rob Altman dalam
Wirawan, 2007).
1. Keadaan lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang
berhubungan dengan tempat, peralatan, proses kerja- Persepsi karyawan
mengenai tempat kerjanya menciptakan persepsi karyawan mengenai iklim
organisasi.
2. Keadaan lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah interaksi antara anggota
organisasi. Hubungan tersebut dapat bersifat hubungan formal, informasi
kekeluargaan, atau profe sional.
3. Pelaksanaan sistem manajemen. Sistem manajemen adalah pola proses
pelaksanaan manajemen organisasi. Indikator faktor manajemen yang
mempengaruhi iklim organisasi jumlahnya sangat banyak, misalnya
karakteristik organisasi (lembaga pendidikan, rumah sakit, militer, dan
sebagainya) yang berbeda menimbulkan iklim organisasi yang berbeda.
4. Produk. Produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
Produk suatu organisasi sanagt menenhrkan iklim organisasi. misalnya, iklim
organisasi dinas kebersihan yang produknya berupa layanan pemebrsihan
sampah, berbeda dengan iklim organisasi perusahaan perbankan yang
produknya adalah layanan keuangan.
5. Konsumen yang dilayani. Konsumen yang dilayani dan untuk siapa produk
ditujukan, mempengaruhi iklim organisasi. Misalnya, iklim organisasi klinik
bagian anak-anak di suatu rumah sakit berbeda dengan klinik bagran rematiik
yang umwnnya melayani orang dewasa di rumatr sakit yang sama.
6. Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi. persepsi mengenai kondisi
fisik dan kejiwaan anggota organisasi sangat mempengaruhi iklim organisasi.
termasuk dalam kondisi fisik adalatr kesehatan, kebugaran, keenergikan, dan
ketangkasan. Kondisi fisik sangat mempengaruhi iklim organisasi lembaga
militer dan kepolisian. Kondisi kejiwaan merupakan fbktor yang menentukan
terjadinya iklim organisasi. kondisi kejiwaan misalnya adalah komitnen,
moral, kebersamaan, dan keseriusam anggota organisasi.
7. Budaya organisasi. Baik budaya organisasi maupun iklim organisasi
mempengaruhi perilaku organisasi anggota organisasi yang kemudian
mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya jika kode etik dilaksanakan dengan
sistematis, maka akan mempengaruhi persepsi karyawan mengenai
lingkungan sosialnyam lalu terjadilah iklim etis dalam lingkungan organisasi.
demikian juga dalam budaya organisasi terdapat norma tertulis, tetapi banyak
dilanggar oleh anggota organisasi dan tanpa sanksi, sehingga menimbulkan
iklim organisasi negatif.
Koys dan Decotiis;l99l (dalam wirawan, 2007,l3l) menggunakan istilah
psychological climate (iklim psikologis), bukan organizational climate (iklim
organisasi). ia mendefinisikan iklim psikologis sebagai fenomena persepsi
multidimensional bersama anggota unit organisasi yang didasarkan atas
eksperimen. Menurut merek4 iklim psikologis merupakan deskripsi, bukan
evaluasi pengalaman seperti kepuasan kerja. Mereka mengidentifikasi lebih dari
80 dimensi iklim psikologis yang kemudian diseleksi dan ditetapkan menjadi 8
dimensi iklim psikologis yang bersifat universal. Yaitu:
Tabel l
Dimensi-dimensi Iklim Organisasi
No. Dimensi Definisi1 Otonomi (autonomy) Persepsi mengenai penentuan sendiri prosedur
kerja tujuan dan prioritas2. Kebersamaan
(cohesion)Perasaan kebersamaan diantara altar organisasi, termasuk kemauan anggota organisasi untuk menyediakan batran-bahan bantuan.
3 Kepercayaan (trust) Persepsi kebebasan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan anggota organisasi level atas mengenai isu sensitif dan personal dengan harapan bahwa integritas komunikasi seperti itu tidak dilanggar.
4 Tekanan (pressure) Persepsi mengenai tuntutan waktu untuk menyelesaikan tugas dan standar kineria
5. Dukungan (support) Persepsi toleransi perilaku anggota organisasi oleh atasannya, termasuk membiarkan anggota belajar dari kesalatrannya tanpa ketakutan dan hukuman.
6 Pengakuan(recognition)
Persepsi bahwa kontribusi anggota organisasi kepada organisasi diakui dan dihargai
7. Kewajaran (fairness) Persepsi bahwa praktik organisasi adil, wajar, dan
tidak sewenang-wenang atau berubah-ubah8. Inovasi (innovation) Persepsi bahwa perubatran dan kreativitas di
dukung, termasuk pengambilan resiko mengenai bidang-bidang baru di mana anggota organisasi tidak atau sedikit mempunyai pengalaman sebelumnya.
Robert stringer;20O2 (dalam wirawan, 2007:131) berpendapat bahwa
karakteristik atau dimensi iklim organisasi mempengaruhi motivasi anggota
organisasi untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, iklim organisasi dapat
dilukiskan dan di ukur dalam pengertian tersebut. Ia mengatakan bahwa untuk
mengukur iklim organisasi terdapat enam dimensi yang diperlukan.
1. Struktur. Struktur (structure) organisasi merefleksikan perasruul
diorganisasikan secara baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang
jelas dalam lingkungan organisasi. stuktur tinggi jika anggota organisasi
meftNa pekerjaann mereka didefinisikan secara baik. Struktur rendatr jika
mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang melalcukan tugas
dan mempunyai kewenangan mengambil keputusan.
2. Standar-standar. Standar-standar (standards) dalarn suatu organisasi
mengukur perasuuul tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat
kebanggan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan
pekerjaan dengan baik. Standar-standar tinggi artinya anggota organisasi
selalu berupaya mencari jalan untuk meningkatkan kinerja Standar-standar
rendah merefleksikan harapan yang lebih rendah untuk kinerja.
3. Tanggung jawab. Tanggung jawab (responbility) merefleksikan pemsaan
karyawan bahwa mereka menjadi "bos diri sendiri" dan tidak memerlukan
keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi
tanggung jawab tinggi menunjukkan bahwa anggota organisasi merasa
didorong untuk memecahkan problemhya sendiri. Tanggung jawab rendah
menunjukan bahwa pengambilan risiko dan percobaan terhadap pendekatan
baru tidak diharapkan.
4. Penghargaan. Penghargaan (recognition) mengindikasikan bahwa anggota
organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara
baik. Penghargaan merupakan ukuran penghargaan dihadapkan dengan kritik
dan hukuman atas penyelesaian pekerjaan. Iklim organisasi yang menghargai
kinerja berkarakteristik keseimbangan antara imbalan dan kritik.
Penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik diberi
imbalan secara tidak konsisten.
5. Dukungan. Dukungan (support) merefleksikan pems&ul percaya dan saling
mendukung yang terus berlangsung diantara anggota kelompok kerja.
Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bagian tim
yang berfungsi dengan baik dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya,
jika mengalami kesulitan dalan menjalankan tugas. Jika dukungan rendah,
anggota organisasi merasa terisolasi atau tersisih sendiri.
6. Komitnen. Komitmen (commitment) merefleksikan peras{um bangga
anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pe,lrcapaian
tujuan organisasi. perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas
personal. Level rendatr komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap
organisasi dan tujuannya.
Pines (dalam Kusnan, 2004), iklim sebuatr organisasi dapat diukur melalui
empat dimensi sebagai berikut :
a. Dimensi Psikologikal, yaitu variabel seperti beban kerjq kurang otonomi,
kurang pemenuhan sendiri (self'fulfilment clershifl dan kurang inovasi.
b. Dimensi struktural, yaitu variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian
antara keperluan kerja dan strukttu fisik.
c. Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi
kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan dan
kerj asama), dan penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan).
d. Dimensi birokratik, yaitu meliputi undang-undang dan peraturan-peraturan,
konflik peran dan kekaburan peran.
Litwin dan stringer (dalam Amstrong, 2000) mengemukakan delapan
dimensi dalam iklim organisasi, yaitu :
a. Structure (struktur)
Berkaitan dengan periu&ur mengenai tekanan dan kebebasan dalam
berperilaku serta derajat formalitas dan informalitas yang ada dalam
lingkungan kerja.
b. Resporuibiliry (tanggung jawab)
Berkaitan dengan peraszum tentang adanya kepercayaan ketika terlibat dalam
pekerjaan-pekerjaan penting.
c. Ris& (resiko)
Berkaitan dengan pemsaan mengenai resiko dan tantangan dalam bekerja dan
dalam organisasi. Dimana karyawan diberi rurmg untuk melakukan atau
mengambil resiko dalam tugas sebagai sebuah tantangan.
d. Warmth (kehangatan)
Adanya kehangatan atau keramahan dalam kelompok sosial informal.
e. Support(dukungan)
Perasaan yang berkaitan dengan pemberian dukungan baik dari atasan maupun
rekan kerja.
f. Standarts (standart)
Berkaitan dengan perasffin karyawan tentang kondisi organisasi dimana
manajemen memberikan perhatian terhadap pelaksanaan tugas dengan baik,
tujuan yang telatr ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal
yang kurang sesuai atau kurang baik.
g. Conflict (konflik)
Berkaitan dengan perasaat mengenai keterbukaan dari atasan maupun rekan
kerja terhadap perbedaan pendapat dan dalam mengatasi masalah. Dimana
permasalahan-permasalahan yang muncul akan diselesaikan secrlra terbuka
daripada dibiarkan menguap begitu saja tanpa ada penyelesaian yang jelas.
h. Identity (identitas)
Berkaitan dengan perasaan karyawan menenai keberadaannya dalam
perusahaan. Dimana karyawan mefiNa bahwa mereka adalah bagian dari
perusahaan dan mereka bangga dengan keberadaannya.
Pada sumber lain Litwin dan Stinger (dalam Miner,l988) mengemukakan
delapan dimensi iklimorganisasi yang berbeda dari sebelumnya. Dimensi tersebut
antara lain :
a. Structure & Constrainr (stnrktur dan tekanan)
Derajat / tinggi rendahnya tekanan yang diberikan organisasi terhadap perilaku
anggotanya.
b. Emphasis on individual Responsibility (pnnekanan pada tanggung jawab
individu)
Derajat tentang bagaimana anggota bertanggung jawab atas pekerjaarurya.
c. Warmth & Support ftehangatan dan dukungan)
Tingkat keharmonisan pada hubungan interpersonal dalam organisasi serta
bagaimana anggota memberikan semangat atau dukungan satu sama lain.
d. Reward & Punishment, Approval & disapproval Qnn$rilgruul dan hukuman)
Derajat tentang bagaimana organisasi memberikan reward yang sesuai atas
kinerja anggotanya.
e. Conflict & Tolerancefor conflicl (konflik dan toleransi terhadap konflik)
Derajat tentang bagaimana suatu konflik dinyatakan dan diselesaikan dengan
baik.
f. Performance Standart & Expectarion (standart dan harapan atas kinerja)
Berkaitan dengan derajat tentang bagaimana organisasi menetapkan standart
yang tinggi atas kinerja.
g. Organizational Identity & gorup Loyalty (identitas organisasional dan
kesetiaan dalam kelompok)
Berkaitan dengan kesetiaan anggota serta semangat dalam kelompok yang
termanifestasi dalam organisasi.
h. Risk & Risk tafing(resiko dan penerimaan terhadap resiko)
Derajat tentang bagaimana organisasi bersikap terbuka terhadap resiko.
C. Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan sebagai interaksi individu yang kontinu
dengan diri sendiri, lingkungan dan orang lain (calhoun & Acocella,l990).
Menurut Corsini Q002) penyesuaian diri merupakan modifikasi dari sikap
dan perilaku dalam menghadapi tuntutan lingkungan secara efektif. Menurut
Martin dan Poland (1980), penyesuaian diri merupakan proses mengatasi
permasalatran lingkungan yang berkesinambungan. Sedangkan menurut kamus
psikologi Chaplin (1999), penyesuaian diri adalah :
1. Variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu hambatan dan
memuaskan kebutuhan.
2. Menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial.
Davidoff (dalarn Kristiyani,200l) mendefurisikan penyesuaian diri sebagai
usaha untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan. Gerungan
(1988) mendefinisikan penyesuaian diri secara aktif dan pasif. Secara aktif
maksudnya ketika individu mempengaruhi lingkungan sesuai dengan
keinginannya. Sedangkan secara pasif maksudnya ketika kegiatan individu
dipengaruhi oleh lingkungan.
Selain itu ada beberapa pengertian penyesuaian diri yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, dengan pokok permasalatran dan landasan teori yang berbeda.
Ada yang menyoroti tentang penyesuaian diri dalam konteks hubungannya
dengan interaksi antar manusiu ada yang menitikberatkan kepada penyesuaian diri
dengan nonna dan tuntutan-tuntutan yang ada, dan beberapa pandangan berbeda
lainnya.
Sedangkan menurut Hurlock (1984) penyesuaian diri merupakan
keberhasilan individu dalam melakukan interaksi atau hubungan yang baik dengan
lingkungan sekitar yang dicerminkan dalam bentuk perilaku sebagai suatu respon
terhadap tuntutan yang berasal dari lingkungan sosial. Pada dasarnya penyesuaian
diri memiliki dua aspek (Mu'tadin, 2002), yaitu:
a. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima
dirinya sendiri sehingga tercdpai hubungan yang harmonis antara dirinya
dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya
sebenamya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, dongkol. kecewa atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau
kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa
kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan
keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpursan dan keluhan terhadap nasib
yang dialaminya sebagai akibat adarrya gap antara individu dengan tuntutan
yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya
konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasarq sehingga
untuk meredakannya individu harus melalarkan penyesuaian diri.
b. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat
tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti.
Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi
untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.
Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses
penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial
tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan
tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya"
keluarga sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini
individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi
komunitas. lndividu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat
yang ada sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau
karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi
dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempumakan penyesuaian
sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan
sosial dengan cukup baik. Proses berikutrya yang harus dilakukan individu
dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-nonna dan
peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan
yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu
yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses
penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan
peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari
pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku
kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu
dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri.
Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfirngsi
seperti pengawas yang mengatr kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal
inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha
kehidupan individu dari segi dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku
yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal
yang tidak diterima oleh masyarakat.
Aspek-aspek yang diukur dalam penyesuaian diri pada penelitian ini
didasarkan pada kriteria penyesuaian diri menurut Habber dan Runyon, yaitu:
1. Persepsi yang akurat terhadap kenyataan, adalah sebuah kebutuhan untuk
penyesuaian yang baik. Seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
adalah seseorang yang dapat menyesuaikan antara kemampuan yang
dimilikinya dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Kemampuan untuk menangani stress dan kecemasan. Penyesuaian diri yang
efektif dapat dilihat dari bagaimana seseorang dapat mengatasi problem dan
konflik yang mengakibatkan stress dan kecemasan.
3. Citra diri (self image) yang positif. Salah satu tanda penyesuaian diri yang
efekrif adalatr bagaimana seseorang dapat bertingkah laku dengan baik
sehingga menimbulkan image yang positif dalam dirinya
4. Kemampuan unfuk mengungkap emosi secara wajar. Seseorang yang
mengadakan penyesuaian secura efektif dapat mengidentifiasikan dan
mengungkapkan emosinya. Namun pengrlrgkapan emosi tersebut harus dapat
dikontrol.
5. Kemampuan untuk mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Seseorang
yang tidak dapat merasakan dan mengungkapkan pemsaan dan emosinya,
tidak akan dapat menjalin hubungan dengan orsmg lain dengan baik.
Penyesuaian yang efektif dalam menjalin hubungan dengan orang lain
memerlukan pengendalian emosi dan perasaan pada diri seseorang.
Berdasarkan teori mengenai iklim organisasi, penyesuaian diri dan
organizational citizenship behavior (OCB) diatas maka dapat disimpulkan
mengenai pengaruh iklim organisasi dan penyesuaian did terhadap organizational
citizenship behavior (OCB) pegawai.
Iklim organisasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
organisasi atau perusahaan dan menjadi hal penting dalam kelangsungan suatu
perusahaan, bahkan suatu iklim yang sehat merupakan rencana jangka panjang
perusatraan itu sendiri (Davis, 1994).
Iklim yang kondusif selain membuat orang merasa nyaman dalam bekerja
juga dapat menumbuhkan rasa kepercayaan mereka terhadap organisasi, karena
dengan iklim yang kondusif seseorang meruxa bahwa perusatraan benar-benar
peduli terhadap masalah-rirasalah dan kebutuhan mereka (Davis, l98l). Selain itu
iklim yang kondusif akan melahhkan pencapaian kreativitas dalam organisasi dan
kekaryaan (West, 2000).
Iklim organisasai penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim yang kondusif selain membuat
karyawan merasa nyaman dalam bekerja, juga dapat menumbuhkan rasa
kepercayaan karyawan terhadap organisasi. Karena mereka merasa bahwa
perusahaan benar-benar peduli terhadap masalatr-masalah dan kebutuhan
karyawan.
Iklim organisasi terbentuk oleh beberapa unsur diantarany4 Structure &
Constrain, Emphasis on Individual responsibility warmth & Support, Reward &
Punishment, performance Standart, Conflict, organizational ldentity &Group
Loyalty dan Risft. Dalam iklim yang kondusif kesemua unsur tersebut memiliki
keserasian hubungan, dimana tidak terdaapt dominasi oleh satu atau beberapa
unsur. Apabila salah satu unsur lebih mendapatkan penekanan dalam
pengembangannya atau malah tidak mendapat perhatian sama sekali maka iklim
tersebut tidak bisa dikatakan kondusif. Dengan kata lain iklim yang
dikembangkan dalam suatu organisasi merupakan kolaborasi dari serangkaian
unsur-unsur yang tidak teriisah.
Unsur pertama dalam iklim organisasi adalah Structure & Constraint.
Unsur ini berkaitan dengan derajat formalitas, tekanan dan kebebasan dalam
berperilaku. Semakin tinggi senhalisasi, formalitas dan orientasi terhadap
peraturan akan membuat lingkungan kerja terasa kakau, tertutup dan penuh
ancaman. Sebaliknya makin besar autonomy, tanggung jawab dan kebebasan
menentukan tindakan sendiri dalam melaksanakan tugas akan membuat iklim
kerjanya semakin baik.
Perforrnance Standart & Individual Responsibility merupakan unsur iklim
organisasi yang berkaitan dengan kepercayaan yang diberikan perusatraan dalam
melaksanakan tugas yang diemban dengan rasa tanggung jawab. Kejelasan tujuan
organisasi serta standart yang ditetapkan atas kinerja menjadi acuan bagi
karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
Risk atau resiko dalam bekerja juga turut mempengaruhi iklim organisasi.
Dalam iklim yang kondusif karyawan diberi ruang unhrk melalqrkan atau
mengambil resiko dalam tugas sebagai sebuah tantangan. Tentunya hal ini
dilakukan dengan kesiapan dan perhitungan yang matang.
Warmth, Support & Conflict merupakan unsur yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal dalam organisasi. Dimana dalam iklim yang kondusif
karayawan merasakan adanya mutual support atau saling memberikan dukungan
serta kehangatan atau keharmonisan dalam interaksinya dengan karyawan lain,
termasuk saat mereka terlibat konflik. Iklim yang kondusif akan mampu
mengarahkan perilaku anggotanya dalam menyelesaikan konflik secara terbuka
dan tidak membiarkannya mengtnp tanpa penyelesaian yang jelas.
Reward & Punishment, berkutan dengan sejauhmana organisasi bisa
memberikan reward yang sesuai dengan kinerja anggotanya. Dalam iklim yang
kondusif terdapat keseuaian atau keadilan dalam memberikan reward dan
punishment. Hat ini akan dapat membuat karyawan meftNul batrwa perusahaan
benar-benar menghargai hasil jerih payah mereka. Tidak hanya itu, pemberian
hukumana yang tepaVsesuai akan membuat karyawan merasa batrwa perusahaan
memiliki kepedulian terhadap kemajuan mereka. Karena pemberian hukuman
akan dianggap sebagai saftrna untuk merubah perilaku karayawan agar menadi
lebih baik.
Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah organizational identity &
group loyalty. Hal ini berkaitan dnegan kesetiaan karyawan terhadap organisasi
serta perasaan tentang keberadaan mereka dalam organisasi. Tatkala seorang
karyawan merasa bahwa dia adalah bagian dari perusahaan dan bangga dengan
keberadaannya dalam organisasi, maka dia akan termotivasi untuk memberikan
pengabdian yang terbaik bagi perusahaan.
Iklim dalam suatu organisasi bisa diibartkan sebagai umpan yang
mengharapkan perubahan perilku dari karyawan. Menurut Miner (1988) iklim
organisasi bisa menjadi kekuatan yang efektf jika bersifat positif dan memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang-orang dalarn organisasi. Agar iklim
yang dikembangkan dalam organisasi bisa menjadi efektif, terlebih dahulu iklim
tersebut harus bisa diterima atau sesuai dengan nilai dan keyakinan anggota secara
umum. Hal ini penting karena iklim merupakan persepsi seseorang tentang apa
yang diberikan organisasi. Jika karyawan menganggap apa yang diberikan
perusahrum bermanfaat bagi kebutuhan karyawan maka karyawan akan merasa
bahwa perusatraan bener-benar memperhatikan kebutuhan mereka. Hal ini
nantinya akan membuat karyawan termotivasi untuk bekerja lebih giat.
Sebaliknya, jika iklim yang dikembangkan bertentangan dengan tujuan,
kebuhrhan dan motivasi karyawan maka karyawan akan cenderung merasakan
ketidakpuasan dalam bekerja yang pada akhirnya akan menurunkan semangat
mereka dalam bekerja.
Jika iklim organisasi yang kondusif adalah iklim yang sesuai dengan
kebutuhan karyawan secara umum, yang membuat karayawan merasa nyaman
dalam bekerja dan mampu memberikan pengaruh positif terhadap perilaku
karyawan (Miner, I 988).
Agar iklim yang kondusif dalam suatu organisasi dapat diwujudkan, hal
pertama yang perlu diperhatikan adalah iklim tersebut bisa diterima oleh anggota
secara umum. Suatu iklim dapat diterima jika iklim tersebut sesuai dengan
kebutuhan karyawan. Hal ini nantinya akan menimbulkan kepercayaan karayawan
terhadap organisasi, dan membuat karyawan termotivasi untuk memberikan
kontribusi positif dalam mencapai tujuan perusahaan.
As'ad (1991) juga menjelaskan bahwa salah satu faktor penentu kerja
adalah hubungan antar karyawan dan juga atasan serta lingkungan kerjanya.
Sehingga jelas bahwa penyeseuaian diri seseorang terhadap lingkungan kerjanya
juga menjadi hal yang amat penting untuk mencapai kemajuan suatu organisasi
atau perusahaan.
Penyesuaian diri yang dimaksud disini adalah lebih pada cara karyawan
melakukan interaksi dengan karyawan lainnya. Namun sebelum mengadakan
interaksi, maka terlebih dahulu karyawan harus melakukan usaha penyesuaian
agar tidak terjadi kesalahpahaman dan ketidaksesuaian karyawan.
Jika karyawan mampu menyesuaikan diri dengan iklim organisasi yang
ada di organisasi atau perusahaannya maka diharapkan karyawan tersebut
memiliki OCB.
OCB sendiri merupakan kontribusi yang mendalam melebihi tuntutan
peran di tempat kerja- OCB dipandang sebagai manifestasi dari kodrat manusia
sebagai makhluk sosial, maka sangat mungkin dipengaruhi oleh kompetensi sosial
yang dimiliki pegawai. Jadi penyesuaian diri terhadap lingkungan kerja diduga
berakaitan erat dengan munculnya OCB.
OCB merupakan perilaku organisasional yang penting, oleh karena itu
penciptaan iklim organisasi yang kondusif akan berdarnpak pada munculnya
OCB. Sehingga kontribusi dari pihak pegawai dan perusatraan menjadi hal yang
sangat penting untuk memunculkan pegawai-pegawai yang memiliki OCB dalam
suatu organisasi atau perusahaan.
BAB III TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetatrui hubungan iklim organisasi dan penyesuaian diri
terhadap organizational citizenship behavior (OCB) pegawai Perusahaan Liskik
Negara APJ Madiun.
B. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan baik bagi peneliti maupun
sebagai masukan bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan
organisasi.
2. Manfaat praktis
Bagi perusahaan dapat dijadikan referensi dalam rangka penngkatan
kualitas kinerja organisasinya khususnya pada sumber daya manusia. Dengan
rnengetatrui iklim organisasi dan penyesuaian diri sumber daya manusia yang ada
diorganisasinya, maka pihak perusahaan dapat mengambil kebijkan yang
mengarah pada pembentukan OCB pada pegawainya sehingga tujuan dan harapan
organisasi dapat tercapai.
BAB IV METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian non eksperimen yaitu telaah empirik sistematis, dimana ilmuwan tidak
dapat mengontrol secara langsung variabel bebasnya karena manifestasinya telah
muncul atau karena hakikatnya variabel itu memang menutup kemungkinan
manipulasi (Kerlinger, 2004).
Dalam penelitian ini variabel bebas (iklim organisasi dan penyesuaian diri)
dikorelasikan dengan variabel terikat (organizational citizen behoviourship)
selanjutnya akan dilihat.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas : iklim organisasi dan penyesuaian diri
2. Variabel terikat : organizational citizen behavioursftD (OCB)
Definisi operasional merupakan salah satu unsur yang membantu dalam
suatu penelitian. Hal ini karena definisi operasional memberikan batasan atau arti
pada suatu variabel yang akan diteliti atau diukur. Menurut Kerlinger (2004)
definisi operasional adalah batasan masalah secara operasional yang merupakan
penegasan arti dari konstruk atau variabel yang dinyatakan dengan cara tertentu
untuk mengukurnya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan pemahaman
atau pengertian, adapun definisi operasional dari variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah:
A. Iklim organisasi adalah persepsi seorang karyawan tentang lingkungan kerja
yang berpengaruh pada motivasi dan perilaku mereka.
B. Penyesuaian diri adalah suatu usaha individu untuk mencapai kesesuaian
yang efektif dan memenuhi kebutuhannya sehingga tercipta suatu hubungan
harmonis dengan lingkungannya.
C. OCB merupakan perilaku yang bersifat sukarela bukan merupakan tindakan
yang terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi,
perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance
bukan diperintah secara formal serta tidak berkaitan secara langsung dan
terang-terangan dengan sistem reward yang formal.
Adapun jumlah populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
bekerja di perusahaan Listrik Negara APJ Madiun.
Menurut Arikunto (1996), apabila subyeknya kurang dari 100 orang lebih
baik diambil seluruhnya sebagai sarnpelny4 akan tetapi jika populasinya lebih dari
100 maka sampel yang diambil sebesar 10%-15% atau20 %-25% atau lebih.
Sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling, dimana sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
keseluruhan dari jumlah populasi yaitu seluruh pegawai yang bekerja di
Perusahaan Listrik Negara APJ Madiun. Dalam penelitian ini peneliti mengambil
100 sampel
Menurut Arikunto (1996:158) validitas adatah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan ata,u kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sedangkan instrumen yang
kurang valid mempunyai tingkat validitas rendah.
Untuk menguji validitas, digunakan tehnik korelasi product moment dai
Pearson, yaitu dengan'cara mengkorelasikan tiap butir dengan skor totalnya.
Rumus yang digunakan adalah, (Winarsunu, 2002:74)
Untuk menghindari overestimate, maka hasil korelasi akan dikorelasikan
dengan teknik Part Whole Correlation ftorelasi bagian total). Korelasi ini
diperlukan karena korelasi product mement antara skor bagian dari skor faktor
sebagai bagian total dari semua item akan menghasilkan korelasi yang terlalu
tinggi. Hal ini disebabkan karena pengaruh kontibusi skor masing-masing item
ikut menentukan besarnya skala (Azwar, 1996:61).
Dari hasil perhitungan validitas terhadap item-item skala iklim organisasi
yang terdiri daxi 3l item diperoleh hasil 13 item valid dan 18 item gugur,
demikian juga dengan perhitungan validitas item-item skala penyesuaian diri yang
terdiri dari 37 item diperoleh hasil 21 item valid dan 16 item gugur. sedangkan
hasil perhitungan terhadap item-item skala organizational citizenship behniour
yangterdiri dari 19 item diperoleh hasil 12 item valid dan 7 item gugur.
Menurut Arikunto (1996:139) reliabilitas menunjukkan suatu pengertian
bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudatr baik. Reliabilitas menunjuk
pada tingkat keandalan sesuatu.
Dalam penelitian ini reliabilitas akan diuji dengan menggunakan analisis
Alpha Cronbach (Arikunto, 1996:236).
Hasil perhitungan keandalan butir dari dapat dijelaskan dalam tabel
berikut:
Uji keandalan faktor skala iklim organisasiNo Aspek iklim organisasi rtt P Status
1 Structure and constraint 0,568 0,000 Reliabel2 Emphasis on individual responbility -0,141 0,000 Tidak
Reliabel
3 Warmth and support 0,441 0,000 Reliabel4 Reward and punishment 0,149 0,000 Reliabel5 Conflict and tolerance for conflict 0,265 0,000 Reliabel6 Performance standar and expectation -0,207 0,000 Tidak
Reliabel7 Organizational identity and loyality 0,430 0,000 Reliabel8 Risk and risk taking 0,575 0,000 Reliabel
Dilihat dari tabel uji keandalan dapat diketahui keandalan skala iklim
organisasi sebesar 0,7638, sehingga keandalan variabel dapat dikatakan tinggi.
Uji keandalan faktor skala penyesuaian diri
No Aspek iklim organisasi rtt P Status1 Persepsi yang akurat terhadap
kenyataan0,648 0,000 Reliabel
2 Kemampuan untuk mengatasi stress dan kecemasan
0,764 0,000 Reliabel
3 Cita diri yang positif 0,555 0,000 Reliabel4 Kemampuan untuk mengungkapkan
emosi-0,214 0,000 Tidak
Reliabel5 Kemampuan untuk mengadakan
hubungan interpersonal yang baik0,453 0,000 Reliabel
Dilihat dari tabel uji keandalan dapat diketahui keandalan skala
penyesuaian diri sebesar 0,8600, sehingga keandalan variabel dapat dikatakan
tinggi.
Uji keandalan faktor organizational citizenship behaviour (OCB)
No Aspek iklim organisasi rtt P Status1 Altruism 0,395 0,000 Reliabel2 Civic Virtue 0,632 0,000 Reliabel3 Conscientiousness 0,606 0,000 Reliabel4 Courtesy 0,606 0,000 Reliabel5 Sportmanship -0,166 0,000 Tidak
Reliabel
Dilihat dari tabel uji keandalan dapat diketahui keandalan skala
organizational citizenship behaviour (OCB) sebesar 0,7990, sehingga keandalan
variabel dapat dikatakan tinggi.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data merupakan penjabaran dari data yang diteliti, yaitu iklim
organisasi (X1), penyesuaian diri CX2) dan organizational citizenship behaviour
(OCB) (Y). Untuk mengetahui deskripsi data variabel peneliti mengelompokkan
subjek dalam 3 kategori, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Untuk menentukan
jarak pada masing-masing kelompok variabel digunakan standart deviasi (SD),
dengan ketentuan sebagai berikut:
Dikatakan tinggi apabila : mean + I SD sampai dengan mean + 3 SD
Dikatakan sedang apabila: mean - I SD sampai dengan mean + l SD
Dikatakan rendah apabila : mean - 3 SD sampai dengan mean - 1 SD
Dengan demikian masing-masing variabel dicari mean atau rerata dan standart
deviasi (hasilnya dapat dilihat pada lampiran statistik).
Rangkuman standard deviasi iklim organisosi
Variabel Mean SD Mean -ISDMean +
ISDMean –
3SDIklim
Organisasi
40,91 0,602 40,31 41,51 39,1
Adapun kategori tinggi, sedang, dan rendah untuk variabel iklim
organisasi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kategori iklim organisasi
Kategori Frekwensi Presentasi (%)Positif 55 55%Sedang 3 3%Negatif 42 42%Total 100 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 55 subyek (55%) berada
pada kategori tinggi, 3 subjek (3%) berada pada kategori sedang, dan sisanya
yaitu 42 subjek (42%) berada pada kategori rendah.
Rangkuman standard deviasi penyesuaian diri
Variabel Mean SD Mean -ISDMean +
ISDMean –
3SDIklim 68,9 0,49 68,4 69,4 67,4
Organisasi
Adapun kategori tinggi, sedang, dan rendah untuk variabel penyesuaian
diri karyawan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Kategori penyesuaian diri
Kategori Frekwensi Presentasi (%)Positif 36 36%Sedang 11 11%Negatif 53 53%Total 100 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 53 subyek (53%) berada
pada kategori rendah, 36 subjek (36%) berada pada kategori tinggi, dan sisanya
yaitu l l subjek (l l%) berada pada kategori sedang.
Rangkuman standard deviosi organizational citizpnship behaviour
Variabel Mean SD Mean -ISDMean +
ISDMean –
3SDIklim
Organisasi
39,8 0,56 39,3 40,4 38,2
Adapun kategori tinggi, sedang, dan rendah untuk variabel organizational
citizenship behwiour karyawan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Kategori organizational citizenship behavio ur
Kategori Frekwensi Presentasi (%)Positif 47 47%Sedang 11 11%Negatif 42 42%Total 100 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 47 subyek (47%) berada
pada kategori tinggi, 42 subjek (42%) berada pada kategori rendah, dan sisanya
yaitu 1l subjek (ll%) berada pada kategori sedang.
B. Analisis Data
Tehnik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik regresi 5 faktor.
Adapun perhitungan data dengan menggunakan progftIm SPSS Versi ll.0 for
windows.
Sedangkan nntuk mengadakan interpretasi hasil uji statistik adalatr dengan
melihat taraf kemaknaan yang dihrnjukkan oleh indeks kesalatran yang mungkin
terjadi yang disebut propabilitas error (etor probability) atau biasa disingkat P.e
atau P saja. Taraf kemaknaan secara konvensional berkisar antara 0,05 sampai
0,01. apabila dari hasil uji statistik didapatkan harga P > 0,05, maka berarti tidak
signifikan. Harga P : 0,05 berarti signifikan dan P < 0,01 berarti sangat signifftan
(Winarsunu,2002).
Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diketahui bahwa ada hubungan
positif yang sangat signifikan (F : 38,207; sig : 0,000 P < 0,010) antara iklim
organisasi (Xr), penyesuaian diri (X2), terhadap organizational citizenship
behaviour (Y), adapun hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
a. Antara iklim organisasi (Xr) dan organizational citizenship behaviour (Y)
terdapat hubungan yang positif sebesar 1,000,
b. Antara penyesuaian diri CX2) dan organizational citizenship behoviour (Y)
terdapat hubungan yang postifs ebesar 0,493,
Sedangkan sumbangan efektif (SE%) untuk iklim organisasi dan penyesuaian
diri terhadap organizational citizenship behwior (OCB) sebanyak 44,6%.
Sedangkan sumbangan efektif (SE Yo) dapatdilihat dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel sumbangan efektif iklim organisasi dan penyesuaian diri
dengan organizational citizenship behaviour
Aspek SE (%)
Iklim organisasi 38,9
Penyesuaian diri 24,3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sumbangan efektif yang paling
besar terhadap organizational citizenship behwiour diberikan oleh Iklim
organisasi (X1) yaitu sebesar 38,9%, sumbangan efektif yang terbesar kedua
diberikan oleh penyesuaian diri yaitu sebesar 24,3% (X2).
C. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada hubungan
yang sangat signifikan antara antara iklim organisasi (X1), penyesuaian diri CX2)
terhadap organizational citizenship behaviour (Y) (F : 38,207; sig = 0,000 P <
0,010), artinya bahwa ada hubungan antara iklim organisasi (X1), penyesuaian diri
(X2), terhadap organizational citizenship behaviour sebesar 38,207 dengan tingkat
kesalahan sebesar 1%.
1. Hubungan antara iklim organisasi dengan Organizational Citizenshtp
Behavior (OCB)
Korelasi antara iklim organisasi dengan OCB karyawan menunjukkan
adanya hubungan positif yang signifikan (r1,000;p:0,000). Artinya semakin
kondusif iklim organis'asi yang dipersepsi oleh karyawan maka semakin baik pula
OCB karyawan. Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa perilaku karyawan dalam
melaksanakan tugas melebihi dari kewajiban formal yang ditentukan apabila ia
mempersepsi positif iklim organisasi yang ada. Sumbangan efektif dari iklim
organisasi terhadap OCB karyawan sebesar 38,9%.
Karyawan yang mempersepsi positif terhadap iklim organisasinya
cenderung memiliki OCB yang tinggi karena dalam iklim yang kondusif
karayawan merasa harapannya terpenuhi baik dari segi inhinsic maupun extrinsic.
Terpenuhinya harapan karyawan pada perusahaan akan menimbulkan kepuasan
dalam diri karyawan yang nantinya akan membuat karyawan memiki kepercayaan
terhadap perusahaan, sehingga karyawan akan memberikan kontribusi positif pada
perusahaannya. Namun tidak dapat dipungkiri batrwa kepuasan kerja pada
masing-masing karyawan bersifat relatif. Sehingga dalam penelitian ini ditemukan
juga bahwa ada karyawan yang memiliki OCB rendah. Keenganan karyawan
untuk menunjukkan OCB disebabkan karyawan menganggap OCB sebagai sarana
pertukaran (exchange) dengan perusahaan, dimana suatu perilaku akan relatif
dipertahankan oleh karyawan hanya jika perilaku tersebut mendapatkan reward
baik intrinsik maupun ekstrinsik (Organ, 1983).
Iklim organisasi yang dikembangkan oleh PT PLN APJ Madiun dipersepsi
positif oleh 55 orang karyawan dan dipersepsi negatif oleh 42 orang karyawan,
sedangkan sisanya pada posisi ragu-ragu. Hal ini membuktikan pernyaan Jewel
dan Siegall (1998) yang menyatakan batrwa iklim organisasi bisa dipersepsikan
dengan cara yang sama oleh karyawan namur mereka mungkin bereaksi terhadap
iklim tersebut dengan cara yang berbeda. Hal ini disebabkan karena danya
perbedaan motif yang mendasari munculnya perilaku citizenship pada karyawan.
OCB yang ditunjukkan karyawan PT PLN APJ Madiun lebih terorientasi
pada peningkatan kinerja dan pencapaian tujuan organisasi, karena OCB yang
terfokus pada organisasi lebih memberikan keuntungan secara langsung pada
perusatraan dari pada OCB yang terfokus pada individulhubungan interpersonal
(Moon,Vandyne,Wrobel, 2004).
sumbangan efektif iklim organisasi terhadap OCB adalah 38,9% dimana
sisanya 6l,lyo dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Namun demikian,
tingginya tingkat OCB dalam suatu perusahaan bisa menjadi kurang
menguntungkan bila karyawan menganggap OCB sebagai bagian dari peran kerja
formal (In-Role Behovior) yang pasti direward oleh perusahaan. Karena karyawan
yang menganggap OCB sebagai In-Role Behavior akan menggunakan OCB
sebagai media untuk bertransaksi dengan perusahaan. Semakin tinggi keuntungan
yang didapat dengan menunjukkan ocB maka karyawan akan semakin suka untuk
menunjukkan OCB (Lam Hui,law1995).
Tepper dan Taylor (dalam Moon, vandyne, wrobel,2004) mengatakan
bahwa oCB yang ditunjukkan karyawa sebagai In-Role Behavior lebih sering
muncul jika dibandingkan dengan OCB yang ditunjukkan sebagai Extra-Role
Behsvior (perilaku diluar jam kerja formal). Hal ini disebabkan adanya harapan
karyawan untuk memperoleh reward dan menghindari sanksi. Beberapa penelitian
di atas semakin mempejelas hubungan antara OCB yang ditunjukkan karyawan
dengan reward yang diberikan perusahaan.
2. Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
Korelasi antara penyesuaian diri dengan OCB karyawan menunjukkan
adanya hubungan positif yang signifikan (r-0, 493;p0,000). Artinya semakin
semakin baik penyesuaian diri yang dilakukan karyawan maka semakin baik pula
OCB karyawan. Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa karyawan mampu
beradaptasi dengan lingkungan di sekitaranya secara baik maka perilaku karyawan
tersebut akan melaksanakan tugas melebihi dari kewajiban fonnal yang
ditentukan. Sumbangan efektif dari iklim organisasi terhadap OCB karyawan
sebesar 24,3%.
Namun pada penelitian ini diketahui bahwa karyawan PLN APJ Madiun
memliki penyesuaian diri yang rendah. Dibuktikan dengan 53 orang karyawan
berada pada kategori penyesuaian diri yang rendah.
Secara fisik, individu harus menyesuaikan diri dengan benda-benda
konglaet sedangkan secara psikis, individu berhubungan dan bekerjasama dengan
baik bersama orang-orang lain dalaur suatu lingkungan. Menyesuaikan diri
dengan lingkungan rohaniah berarti individu harus mampu memahami keyakinan-
keyakinan, ide-ide dan filsafat-filsafat yang terdapat didalam lingkungan individu
tersebut, baik yang dianut oleh orang-orang yang berada dalam suafu lingkungan
tersebut ataupun yang tercantum datam buku-buku maupun hasil kebudayaan
lainnya.
Individu sebagai manusia yang senantiasa selalu berubah baik dengan
lingkungan fisik maupun dengan lingkungan sosial harus mampu untuk menerima
segala perubahan yang terjadi dan diharapkan mampu pula untrk dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Oleh karena itu individu
diharapkan mampu menjelaskan dirinya dengan lingkungan fisik maupun psikis
yang senantiasa mengalami suatu perubahan yaitu dengan menggunakan
penyesuaian diri (Gerungan 2000).
Dalam suatu organisasi atau perusahan terdiri dari berbagai karakteristik
individu. Dimana juga selalu diikuti oleh perubahan baik yang jangka pendek
maupurl jangka panjang, atau yang terencana maupun tidak terencana. Sehingga
setiap karyawan mulai dari awal masuk sampai dengan keluar dari perusahaan
(pensiwr) diharapkan mampu beradaptasi atau menyesuaiakan diri dengan
lingkungan pekerjaannya. Karena proses penyesuaian diri dapat berlangsung
terhadap diri sendiri maupul terhadap lingkungan.
Dalam proses berhubungan antara individu dengan lingkungan dapat
saling bertentangan, atau dapat pula individu menggunakan atau memanfaatkan
lingkungannya maupun berpartisipasi dan turut ikut serta dengan lingkungan
sekitar serta mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana individu
tersebut berada. Dengan adanya suatu proses penyesuaian diharapkan individu
mampu memetik manfaat pengalaman. Hal ini dapat terjadi atas dasar bahwa
setiap onmg mempunyai daya bangkit (self Actualization), daya nyata diri (self
realization) dan daya arah diri (self direction). Dari hasil pengembangan ketiga
daya tersebut, individu dapat menentukan arahnya sendiri dan dapat bertindak
sendiri. Sehingga pada akhirnya secara keseluruhan ketiga daya tersebut serentak
akan melatrirkan energi besar bagi individu untuk menciptakan dan merubah
dirinya sendiri dan dapat terpancar dengan merubah lingkungannya (Mappiare
1983). Dengan kata lain Mappiare (1983) menyebutkan bahwa individu yang
sudah dewasa dapat melakukan suatu penyesuaian diri jika ada kesempatan,
kondisi dan suasana yang memungLinka, mereka untuk melaksanakan proses
penyesuaian.
Atwater (1983) menyatakan bahwa dalam penyesuaian diri harus dilihat
dari tiga aspek yaitu diri kita sendiri, orzmg lain dan perubahan yang terjadi.
Sedangkan Wolman (dalam Atwater 1983) menyebutkan bahwa dalam
penyesuaian diri harus ada perubatran untuk dapat menyesuaikan diri kita dengan
lingkungan untuk mencapai keadaan yang harmonis dengan orang lain ataupun
dengan keadaan lingkungan sekitar.
Maddux (2001) menyatakan anggota tim kerja dari masing-masing divisi
dalam perusahaan harus menyadari adanya perbedaan antar rekan kerja yang
mungkin dapat menimbulkan masalah atau konflik. Jika marnpu menyadari
adanya perbedaan individu diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan atasan
maupwr rekan kerja lainnya dan dapat bekerjasama serta melalcukan koordinasi
untuk mengatasi kesulitan atau masalah yang timbul secara bersama-sama.
Dengan demikian kemungkinan konflik kerja akan menjadi kecil. Tetapi jika
individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan tidak mengakui dan
menerima adanya perbedaan antara rekan kerja, serta tidak dapat mengenali
lingkungan kerja dengan baik maka ada kecendenrngan individu tersebut akan
mudah terkena konflik dalam lingkungan keda. Crow (1956) mengatakan hal yang
sama pula yaitu jika individu sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar maka individu tersebut akan mengalami suatu masalatr dengan orang lain
maupun kondisi sekitar. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa
pe,nyesuaian dfui dalam tingkungan kerja ada hubungannya dengan konflik kerja.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang mengatakan dalam penyesuaian diri
tercakup beberapa kemampuan universal yaitu mampu berkomunikasi dan
berhubungan secara interpersonal, dapat berpikir kritis sehingga mampu
memecahkan masalah atau suatu konflik Yang terjadi pada dirinya
(http://www.epsikologi.co.id/teamwork )
Sehingga jelas bahwa kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan tempat dia behja mirmpu menimbulkan perilaku OCB. Karena
OCB merupakan manifestasi seseorang (pegawai) sebagai makhluk sosial. OCB
merupakan bentuk kegiatan sukarela dari angggota organisasi yang mendukung
fungsi organisasi sehingga perilaku ini bersifat altruistic (menolong) yang
diekspresikan dalarn bentuk tindakan-tindakan yang menunjukkan sikap tidak
mementingkan diri sendiri dan perhatian pada kesejahteraan orang lain (Elfina,
2003). Jika pegawai dalam organisasi memiliki OCB, maka pegawai dapat
mertgendalikan perilakunya sendiri sehingga mampu memilih perilaku yang
terbaik untuk kepentingan organisasinya.
Jika karyawan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan maka
ia akan menunjukkan OCB yang rendatr. Karena salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya OCB dalam diri karyawan adalah kemampuan
individu dalam bekerja sama dengan orang lain.
3. Hubungan antara lklim Organisasi dau Penyesuaian Diri terhadap
Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Berdasarkan analisis koefisien korelasi regresi antara iklim organisasi dan
penyesuaia diri terhadap OCB menuqiukkan adanya hubungan yang positif yang
signifftan dengan F=38,207 dan p0,000. Artinya semakin tinggi nilai iklim
organisasi dan penyesuian diri seorang karyawan maka semakin tingg pula nilai
organizational citizenship behavior karyawan tersebut. HaI ini didukung dengan
besarnya sumbangan efektif iklim organisasi dan penyesuaian diri secara bersama-
sama terhadap OCB sebesar 44,6%.
Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan
kelompok) dan mpreka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi
(misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan kontraktor) mengenai apa yang ada
atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang
mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi. Sehingga jelas batrwa iklim
organisasi memiliki sifat relatif sementara dan dapat berubatr dengan cepat. Pada
umumnya, iklim organisasi dengan mudah dapat dikontrol oleh pemimpin atau
manajer.
Penerapan iklim organisasi terhadap perilaku organisasi dapat bersifat
positif dan bersifat negtif. Misalnyq ruang kerja yang tidak baik, hubungan atasan
dan bawatran yang kouflik dan birokrasi yang kaku dapat menimbulkan sikap
yang negatiq stres kerja tinggr serta motivasi dan kepuasan kerja yang rendah.
Sebaliknya jika karyawan bekerja diruangan yang bersih" hubungan atasan
dan bawahan yang kondusif, adanya kerja sama antar rekan kerja dan birokrasi
yang longgar akan menimbulkan sikap positif.
Oleh karena iklim organisasi memiliki sifat relatif tidak tetap dan mudah
berubah maka dibutuhkan kemampuan karyawan dalam menyesuaikan diri
dnegan perubahan-perubatran yang terjadi di perusatraan dimana dia bekerja.
Karena pada dasarnya penyestraian diri merupakan satah satu persyaratan penting
bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu Banyak individu yang menderita
dan tidak nurmpu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidak-
mampuannya dalam menyesuaian diri, baik dengan kehidupan keluarga sekolah,
pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui
bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oletr kegagalan
mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Jika karyawan mampu beradaptasi dengan baik dengan iklim organisasi
dalam perusatraannya, maka ia akan mampu bekerja dengan maksimal. Sehingga
ia akan mampu memunculkan perilaku OCB.
Menurut Podsakoff et al. (2000), OCB dapat mempengaruhi keefektifan
organisasi karena beberapa alasan. Pertamo, OCB membantu meningkatkan
produktivitas rekan kerja. Kedua, OCB dapat membantu meningkatkan
produltivitas manajerial. Ketiga, OCB dapat membantu mengefisienkan
penggunaan sumber daya organisasional untuk tujuan-tujuan produktif. Keempat,
OCB dapat menurunkan tingkat kebutuhan akan penyediaan sumber daya
organisasional unhrk tujuan-tujuan pemeliharaan karyawan. Kelima, OCB dapat
dijadikan sebagai dasar yang efektif untuk aktivitas-aktivitas koordinasi antara
anggota-anggota tim dan antar kelompok kerja. Keenamo OCB dapat
meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan
SDM-SDM handat dengan memberikan kesan bahwa organisasi merupakan
tempat bekerja yang lebih menarik. Ketujuh, OCB dapat meningkatkan stabilitas
kinerja organisasi. Dan yang terakhir, OCB dapat meningkatkan kemampuan
organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubatran lingkungan
bisnisnya.
Berdasarkan koefisien regresi masing-masing ternyata penyesuaian diri
berpengaruh lebih kecil terhadap OCB karyawan PLN APJ Madiun dibandingkan
iklim organisasi. Perbedaan ini dapat meqiadi batran pertimbangan kebijakan bagi
bagian kepegawaian PLN APJ Madiun untuk meningkatkan OCB karyawannya.
Sesuai dengan besaran sumbangan efektif yang diberikan maka iklim organisasi
dapat dijadikan faktor untuk meningkatkan ocB karyawan dalam jangka pendek.
Artinya dalam waktu dekat PLN APJ Madiun dapt melalrrkan usaha-usatra untuk
meningkatkan iklim organisasi PLN APJ Madiun sehingga OCB karyawan dapat
meningkat terutama bagi kelompok yang amsih rendah.
Variabel penyesuaian diri yang mempunyai sumbangan efektif lebih kecil
dapat dijadikan pertimbangan dalam jangka panjang. Artinya dimensi-dimensi
penyesuian diri dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan OCB
karyawan. Penyesuaian dfui ini lebih mengarah kepada faktor personal. Dim'ana
kemampuan penyrsuaian diri dengan lingkungan pada masing-masing orang
berbeda. Sehingga perlu program-program yang lebih khusus unhrk menangani
hal ini.
Hubungan antara iklim organisasi dan penyesuaian diri dengan OCB
karyawan yang kecil ini menunjukkan bahwa kedua faktor ini bukan merupakan
faktor utama yang menunuqiukkan bahwa kedua faktor ini bukan merupakan
faklor utama yang mempengaruhi OCB karyawan di PLN APJ Madiun, ada
beberapa faktor lain yang mampu meningkatkan OCB karyawan antara lain gaya
kepemimpinan, stress kerjq kebijakan organisasi, motivasi kerja karakteristik
kepribadian dan lain sebagainya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telatr diuraikan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif dan siginifrkan antara iklim organisasi dengan
organizational citizenship behavior (r1,000;p0,000). Artinya semakin
kondusif iklim organisasi yang dipersepsi oleh karyawan maka semakin
baik pula OCB karyawan.Sumbangan efektif yang diberikan variabel iklim
organisasi terhadap OCB sebesar 38,9%. Hal ini berarti 61,1% OCB
karyawan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Terdapat hubungan positif dan siginifikan antara penyesuaian diri dengan
organizational citizenship behavior (r0, 493;p=0,000). Artinya semakin
semakin baik penyesuaian diri yang dilakukan karyawan maka semakin
baik pula OCB sumbangan efektif yang diberikan variaber penyesuaian
diri terhadap OCB sebesar 24,3%.. Hal ini berarti 75,7% OCB karyawan
dipengaruhi oleh fhktor lain yang tidak diteliti.
3. Terdapat hubungan positif dan siginifikan antara iklim organisasi dan
penyesuaian diri dengan organizational citizenship behavior F=38,207 dan
p=0,000. Artinya semakin tinggi nilai iklim organisasi dan penyesuian diri
seorang karyawan maka semakin tinggi pula nilai organizational
citizenship behavior karyawan tersebut. Hal ini didukung dengan besarnya
sumbangan efektif iklim organisasi dan penyesuaian diri secara bersama-
sama terhadap OCB sebesar 44,6%. Hal ini berarti 55,4% OCB karyawan
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
B. Saran
1. Bagi Perusahaan
Adapun saran-saran dari penelitian ini antara lain OCB secara umum dapat
ditingkatkan melalui peningkatan iklim organisasi dan penyesuaian diri pada
karyawan. Untuk peningkatan OCB karyawan pada PLN APJ Madiun perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Adanya sosialisasi visi, misi, tujuan dan nilai-nilai institusi perusahaan
kepada seluruh karyawan melalui pertemuan secara berkesinambungan.
b. Adanya keterbukaan ketika perusahaan akan melakukan perubatran-
perubahan dalam organisasi sehingga karyawan meftNa ikut terlibat dalam
pengembangan perusahaan.
c. Peningkatan kepuasan kerja melalui pengembangan kemampuan
pengawasan, peningkatan huburgan karyawan, pendelegasian tugas,
promosi bagi yang berprestasi dan peningkatan kesejahteraan.
d. Perusahaan hendaknya memberikan reward (baik intrinsic maupun
extrinsic) pada perilaku karyawan yang mendukung peningkatan kinerja
organisasi, meskipun perilaku tersebut bukan merupakan bagian dari peran
kerja formal.
e. Memberikan pelatihan mengenai tim work agar setiap orang mzlmpu
beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya dengan baik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih umum maka perlu
dilahkan penelitian lanjut dengan unit analisis pada beberapa perusahaan
pemerintah sehingga dapat menggambarkan hasil penelitian secara umum. Selain
itu metode pengumpulan data perlu dikembangkan kfiususnya wawancara
mendalam, observasi darl. focus group discussion (FGD) sehingga bisa dalam
penelitian dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Aldag, Ray., Reshke, Wayne., (1997). Employee Value added. New York : Center for Organizational Effectiveness Inc.
Allen, T.D., & Rush, M.C. (1998). The effects of Organizational Citizenship Behavior on Performance Judgements: A Jield Study and a Laboratory Experimenf. Journal of Apllied Psychology, Vol. 83 :247-260.
Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praloek Yogyakarta : Rineka Cipta.
Armstrong, Michael. (2000). ,The art of HkD. Vol 2, Crest Publishing House: New Delhi
As'ad, M. (2003). Psilwlogi Industri. Yogyakarta: Liberty
Azwar, S. (2003). Sikap manusio, Teori dan Penguhtrannya. Edisi ke 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
______________. Validitas dan reliabilitas.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Calhoun, J.F., & Acocela, J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi ke-3. Semarang : IKIP Semarang Press.
chaplin, J.P., (1999). Kamus Lenglmp Psikalogi. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Corsini, Ray. (2002). The Dictionary of Psychologt London : Brunner-Routledge
Danko, J.M., Effects of retirement on Family Relationship and Health. http://userpa ge. um hc. eclu-j danko I /rctbocl),. htm
Dana, Mubsysyir Hasanbasri. (2007). Hubungan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi dengan Organizational Citizenship Behavior di Poltek kesehatan Banjarmasin. Working Paper Series No.2 Januari 2007
Darajat, Z. (1983). Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta.
Davis, K.,Newstrom, John w. (1989). Perilaht dalam orgonisasi. Jilid l. Jakarta : Erlangga.
__________________________(1989). Human Behavior at Work Organisasional Behavior.8ft edition. Singapore : McGraw-Hill
Ehhart, M.G & Naumann, S.E. (2004). Organizational Citizenship Behovior in Work Groups : A group Norms approach. Journal of Aplied Psychology, vo.89 : 960-974.
Elfina, P Debora. (2003). Pengaruh Konflik dan Komitmen Organisasi terhadap perilaku citizenship karyawan.
Fahmi. (1982). Penyesuaian Diri: Pengertian dan perannya dalam kesehatan mental. Jakarta : PT.Bulan Bintang
Hardaningtyas, Dwi. (2004). Pengaruh tingkat kecerdasan emosi dan sikap terhadap budoya organisasi terhadap Orgaizational Citizenship Behavior (OCB) pegawoi PT (Persero) pelabuhan Indonesia III. Tesis. Unair. http ://www.damandiri. or. id/fi le/di.vir-rardaninqtyasdunair.
Hui, Cun, Lam, s.s., &, Law,K.s. (1999). orgonizational citizanship Behavior:Comparing Perspectives of Superyisors and Subordinat Across four International samples. Journal of Applied psychology, vol g4 : 594-601.
Hui, chun, Lee, c. & Rousseau, D.M. (2004). psychorogicar contract and Organizational Citizenship Behavior in China : Investigating Generalizability & Instrumentality. Joumal of Applied psychology, vol.89: 3ll-321
Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan Jakarta : Erlangga
Jewell, L.N., Siegall, March. (1998). Psikologi Industri/Organisasi Modern.Edisi2. Jakarta: Arcan
Kartono, Kartini. (1991). Psikologi sosial untuk manajemen, perusahaan dan industri. Jakarta : Rajawali Press.
Keasey & Little.C. (1990). Personal The Human Problem of Management. Joumal of Educational Psychology, Vol. 82-3, No.4 42-45 s
Kerlinger, Fred N. (2004). Asas-asas penelitian BehovioraL Yogyakarta : Gajatrmada University Press
Kristiyani, Veronica, Setija Utami & Sumijati, Sri. (2001). penyesuaian diri pembantu rumah tanggawqnita ditinjau dari persepsi terhadap efeloivitas komunilwsi dengan majilwn dan rasa omon. Psikodimensia Kajian Ilmiah Psikologi. Vol I No 2,96-103.
Kusnan, akhmad. Q004). Analisis Sikap, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam menentuknn efehivitas Kinerja Organisasi di Garnisun tetap III Surabaya. Karya Tulis Ilmiah. Unair. http ://www. darnandiri.or. id/fi le/kusiranunair.
Le Pine, Jefferey A., Erez, amir, & Johson, Diane E. (2002). The Nature and Dimensionality og Organizational Citizenship Behavior : A critical review and meta-Anlysis. Journal of Applied Psychology, vol. 87 : 52-65.
Maramis, W.F. (1994). Ilmu Kedolaeran.Iiwa. Surabaya : Erlangga University Press.
Markoczy, L & Xin, K.,2002., The virtues of omssion in arganizational Citizenship Behovior. Version 1.14., http://www.goldmark.org/livia/
Miner, John B. (1998). Organizational Behavior, Performance & Productivifl. New York : Random House
Moon, Hendry., vanDyne, linn, wrobe3l, Krysia. The circumplex model and the future of Organizational Citizenship Behavior Research. Hand Book of Or ganizat i onal B e havior. (2004). Nova Science publisher,Inc
Muchinsky, Paul M. (2003). Psychologt applied to work.76 edition. USA : Thomson Wadsworth
Muchiri, M.K. (2002). An Inquiry Into The effect of Transformational & Transactional Leadership Behavior on The Sub Ordinat' Organizational Citizenship Behwior and Organizational Workshop. Journal Psikodinamik,vol.4 : 1 -9
Mu'tadin, 2., s.Psi.,M.Si. (2002). Penyesuaian Diri Remaja. http://www.e- psikologi.com/rerrraj a. htn-r
Nelson, Anne., Sabatier, Roland., nelson, Wiliam. Toward an (Jnderstanding of Global Enterpreneurial Knowledge Management (EKlr[) Practise : A Preliminary Investigation of EKM in France and u,s. http ://u'rvw.hui zen ga.nova. ed u/iameitowardanunderstandi n g. httn
Nielsen, T.M. & Sundstrom, Eric. Organizational Citizenship Behovior and Work team Performonce: A Longitudinal Field study. (2005). http ://eprints.lse. ac.uk
Organ, Dennis w. (1983). The applied psychologt of work behavior. Texas : Business Publication.inc
Papalia, D.E., Olds,S.W., & Feldman, R.D. (1998). Human developmenf. New York: McGraw-Hill Companies
Partosuwido, Sri.R. (1993). Penyesuaian diri mahasiswa dalam kaitannya dengan lansep diri. Pusat kendali dan status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikososial 1,3247
Podsakoff, P.M.,Aheame, Michael, & Mac kenzie, S.B. (1997). Organizational Citizenship behavior and The Quality & Quantity of Work Group performance. Journal of apllied psychology, vol.82 :262-270
Redaksi. (2006). Bekerjalah, maka.... Bestari (November 2006),halaman 2
Santrock, John W. (2000). Life Span developmenf. Seventh Edition. New York : McGraw-Hill Companies
Schneiders, A. (1964). Personal Adjusment And mental health Holt Rinehart and Winston.New York
Schmeling, Elke. (2001). Good Citizenship in o global economy: Individualism & Power distance as predictors of organizational citizenship behovior. l rttp :lie-prints. Ise.ac.uk
Surachman, w & Murray, T. (1980). Perkembongan Pribadi dan Keseimbangan mental. Bandung : jemars
Syhdayuita Chaury. Q004). Hubungan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan hotel wisata Tidar di Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi-UMM
Sutiarsih, Ani. (2003). Hubungan antara iklim organisasi dengan kejenuhan kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi-UMM
Winarsunu, T. (2002). Statistik : teori dan Aplikasturya dalom penelitian. Jilid l. Malang : UMM Press
Wirawan. (2007). Budayo dan lklim Organisasi, Teori Aplikasi dan penelitian. Jakarta : Salemba Empat.
wolman, B.B. (1983). Psychologt of adjusmenf. New Jersey : Prentice-Hall Inc