247511729-blok24-pbl

17
Diagnosis dan Tatalaksana Abses Payudara Kezia A Beno 102010167 / F7 Mahasiswa FK UKRIDA Semester 6 Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 E-mail: [email protected] Pendahuluan Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Harus dibedakan anatara abses dan mastitis. Hal ini disebabkan meluasnya peradangan pada payudara tersebut. Anamnesis Anamnesis didahului dengan pencatatan identitas pasien secara lengkap. Keluhan utama penderita dapat berupa massa tumor di payudara, rasa sakit,cairan dari putting susu, retraksi puting susu, adanya ekdem sekitar areola, keluhan kulit berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau adanya peau d’ orange, atau keluhan berupa pembesaran kelenjar getah bening aksila atau tanda metastasis jauh. Khusus untuk kasus postpartum atau masa laktasi, hal-hal yang berhubungan dengan produksi ASI dan intensitas bayi dalam proses menyusui perlu 1

Upload: kezia-ariesta-beno

Post on 16-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Harus dibedakan anatara abses dan mastitis. Hal ini disebabkan meluasnya peradangan pada payudara tersebut.

TRANSCRIPT

Diagnosis dan Tatalaksana Abses PayudaraKezia A Beno 102010167 / F7Mahasiswa FK UKRIDA Semester 6Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510E-mail: [email protected]

PendahuluanAbses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Harus dibedakan anatara abses dan mastitis. Hal ini disebabkan meluasnya peradangan pada payudara tersebut.

AnamnesisAnamnesis didahului dengan pencatatan identitas pasien secara lengkap. Keluhan utama penderita dapat berupa massa tumor di payudara, rasa sakit,cairan dari putting susu, retraksi puting susu, adanya ekdem sekitar areola, keluhan kulit berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau adanya peau d orange, atau keluhan berupa pembesaran kelenjar getah bening aksila atau tanda metastasis jauh. Khusus untuk kasus postpartum atau masa laktasi, hal-hal yang berhubungan dengan produksi ASI dan intensitas bayi dalam proses menyusui perlu ditanyakan. Apabila keluarnya ASI tidak lancer kemungkinan terjadinya mastitis akan makin besar.Adanya tumor ditentukan sejak beberapa lama, cepat atu tidak membesar, disertai sakit atau tidak.Apabila ada benjolan disertai rasa nyeri, apakah ada hubungan dengan haid.Menjelang hadi lebih nyeri dan tumor relatif lebih besar.Apakah sedang laktasi atau tidak. Hal-hal lain yang perlu ditanyakan terhadap keluhan tumor payudara adalah yang berhubungan dengan faktor risiko terhadap kanker payudara yaitu antara lain biasanya tumor pada proses keganasan atau kanker payudara mempunyai ciri dengan batas yang irregular, umumnya tanpa ada rasa nyeri, tumbuh progesif cepat membesar dan jika sudah lanjut akan ditemukan tanda-tanda yang tercantum dalam kriteria operabilitas Haangesen.Siklus haid mempengaruhi keluhan dan perubahan ukuran tumor.Apakah penderita kawin atau tidak.Ditanyakan riwayat penyakit kanker dalam keluarga obat-obatan yang pernah dipakai terutama yang bersifat hormonal, estrogen atau progesterone, apakah pernah operasi payudara dan/atau operasi obstetrik-ginekologi. Hal berikut ini tergolong dalam faktor risiko tinggi kanker payudara yaitu keadaan-keadaan di mana kemungkinan seorang perempuan mendapat kanker payudara lebih tinggi daripada yang tidak mempunyai faktor tersebut yaitu: Usia > 30 tahun Anak pertama lahir pada usia ibu > 35 tahun (2 X) Tidak kawin (2 4 X) Menarke < 12 tahun (1,7 3,4 X) Menopause terlambat > 55 tahun (2,5 5 X) Pernah operasi tumor jinak payudara (3 5 X) Mendapat terapi hormonal (estrogen + progesterone) yang lama (2,5 X) Adanya kanker payudara kontralateral (3 9 X) Operasi ginekologi (3 4 X) Radiasi dada (2 3 X) Riwayat keluarga (2 3 X)Dengan mengetahui adanya faktor risiko pada seseorang diharapkan agar pasien lebih waspada terhadap kelainan-kelainan yang ada pada payudara baik dengan rutin melakukan SADARI maupun secara periodic memeriksakan kelainan payudara baik ada kelainan maupun tidak ada kelainan kepada dokternya.Serta bagi dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik yang baik dan lege artis dan melakukan pemeriksaan mamografi dan sonografi pada penderita yang memiliki risiko faktor tinggi.Berdasarkan beberapa faktor risiko ini dan, melihat faktor yang ikut berperan pada etiologi maka bukan tidak mungkin kanker payudara ini dapat pula dihindari (atau dicegah) dalam arti yang terbatas. Tanda-tanda umum seperti berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan juga perlu diperhatikan.1

Pemeriksaan FisikKarena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan progesterone, maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin, satu minggu setelah haid. Ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti. Karena menjelang haid, jaringan payudara lebih edema atau membengkak akibat pengaruh hormone dan di samping itu disertai rasa nyeri.1Pemeriksaan lengkap payudara oleh dokter dianjurkan setiap 2-3 tahun untuk wanita berumur 20-30 tahun. Wanita >40 tahun paling sedikit memeriksakan diri setiap setahun sekali. Dokter harus melakukan hal-hal berikut:1. Lakukan inspeksi pada posisi pasien duduk, lengan di samping dengan cahaya yang cukup. Mintalah pasien menekan tangannya pada pinggul (untuk menegangkan otot-otot pektoralis) dan lanjutkan inspeksi. Dengan lengan diangkat ke atas kepala, periksalah kedua payudara dan aksila. Akhirnya mintalah pasien menekuk tubuhnya ke depan dari posisi tegak untuk memperlihatkan adanya ketidakteraturan atau lesung (dimple) pada saat payudara jatuh ke depan. Dokter harus mencari kelainan-kelainan seperti yang dicari pasien (misalnya asimetri, massa, retraksi puting, retraksi kulit atau perubahan lain). Seringkali cahaya yang miring sangat menolong untuk memastikan lesung di permukaan.2. Dengan posisi duduk, mintalah pasien merentangkan lengannya 60-90. Rabalah dengan cermat setiap aksila menggunakan bagian datar dari jari-jari. Palpasi dari samping-ke-samping dan dari atas-ke-bawah mungkin diperlukan sesuai dengan konfigurasi payudara.3. Dalam posisi pasien terlentang dan lengan berada di atas kepala, lakukan kembali inspeksi payudara. Periksa ulang aksila dengan lengan pasien sedikit terentang dan rabalah payudara di antara jari-jari pemeriksa. Akhirnya dengan lengan pasien relaksasi ke samping, rabalah setiap kuadran payudara dengan cermat melalui penekanan terhadap dinding dada. Rabalah payudara satu per satu, pertahankan jari-jari datar terhadap payudara dan rabalah secara cermat dengan tekanan yang lembut. Tekanlah daerah di bawah areola dan putting dengan lembut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mendeteksi massa dan menilai adanya cairan. Jika terdapat sekret puting, harus dibuat apusan pada gelas objek dan difiksasi untuk pemeriksaan sitologik.2

Palpasi ini dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III, IV dan dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga ke-2 sampai ke distal setinggi iga ke-6 dan jangan pula dilupakan pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil.Dapat juga sistematisasi ini dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di daera papil.Terakhir dilakukan pemeriksaan apakah ada cairan keluar dari papil dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan yang halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan tekanan keras. Rabaan yang haslu akan dapat membedakan kepadatan massa payudara. Tumor adalah massa yang padat dalam payudara dan mempunyai ukuran tiga dimensi.1

Pemeriksaan PenunjangUltrasonografi merupakan pemeriksaan utama dalam mengevaluasi mastitis dan perlu dilakukan pertama kali.Pemeriksaan ini hanya sedikit menekan dan seharusnya bisa ditoleransi pasien pada inflamasi stase akut.Ultrasonografi dapat membedakan edema inflamasi difus yang diterapi secara medikamentosa dari pembentukan abses yang memerlukan drainase. Selain itu, pada karsinoma inflamasi yang menyerupai mastitis, massa solid malignan yang dapat tidak terdeteksi dengan mamografi atau pemeriksaan fisik terkadang dapat terlihat melalui ultrasonografi dan biopsy terpandu USG.Mamografi tidak mungkin dilakukan pada mastitis akut karena rasa nyeri yang sangat, dan penggunaannya juga terbatas untuk kanker inflamasi karena edema yang sangat menyerap sinar X-ray dan payudara yang sulit ditekan. Mamografi baru dilakukan setelah proses inflamasi mereda dan rasa nyeri pada payudara sudah banyak berkurang.Pada wanita muda dengan mastitis purpural atau abses, mammografi dapat dilakukan, sebagai studi evaluasi, ketika pasien kembali untuk pemeriksaan follow-up.Akan tetapi bila antibiotika kurang bermanfaat dan karsinoma inflamasi tetap menjadi masalah, mamografi perlu dilakukan secepat mungkin.Bila mikrokalsifikasi terlihat sebagai petanda kanker, ini harusnya terlihat dengan faktor paparan radiografi sesuai dan penekanan dapat dilakukan. Bila edema masih tetap ada, massa akan sulit dicitrakan, sehingga hasil ultrasonografi, beserta hasil mamografi bila baik, dapat diandalkan.MRI tidak diperlukan pada pemeriksaan awal mastitis dan abses. Baik tumor maupun abses akan memberikan gambaran enhancement setelah administrasi agen kontras gadolinium; di mana ultrasonogradi lebih hemat biaya dan lebih baik untuk mendiagnosa dan mengobati abses.3

Diagnosis KerjaDiagnosis abses payudara ditegakkan dengan adanya tanda fluktuasi dan nyeri pada palpasi disertai eritema di sekitarnya. Pemeriksaan ultrasonografi dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya abses.4Pada pemeriksaan Imaging dapat ditemukan hal-hal berikut:a. Keadaan umum Ciri diagnostik: terasa hangat dan adanya massa pada palpasi di sekitar putting serta terlihat edema pada USG Lokasi: biasanya di subareolar, dapat juga di perifer. Ukuran: bervariasi; sering 2-4 cm tapi bias 10-12 cm Morfologi: Massa irregular dengan batas kabur; focal asimetri pada mamografib. Pencitraan Ultrasonografi Massa hipoechoic dengan tekstur heterogen Massa kistik-solid kompleks; dapat disertai dinding atau batas-batas yang tebal Tonjolan ringan menunjukan adanya pergerakan material purulen yang kental pada rongga abses Udara dapat ada di dalam rongga absesc. Pencitraan Mamografi Tidak berbatas tegas, massa non-kalsifikasi atau fokal asimetris Trabecular sekitar yang menebal akibat edema Sering pada subareolar atau periareolar Mamografi tidak diindikasikan pada wanita menyusui atau wanita muda (