3-12-1-pb.pdf

8
Kompetensi dan Independensi Auditor Pengaruhnya pada Kualitas Audit 114 ABSTRACT This research purpose to prove the hypotesis that auditor’s competence and independence influence the quality audit. This descriptive and verifikatif research give description above variables which investigated, involved 51 auditors that working settled in Public Accountant Firm in Bandung, in May 2007 and have three years minimum experience, as respondents. Using likert scale as an instrument for measure auditor’s perceptions about the competence and independence that influence audit quality. Hypothesis analysis method was tested used path analysis. The result of the analysis, showed empirical testimony that auditor’s competence and independence significantly influence audit quality, according to auditor’s perceptions. The independence extended more dominant influence (49%) than competence (28%), while the rest (23%) decided by another factor that doesn’t detect in this research. Auditor with good knowledge, experience and follow technical training having ability more good to find insincerity or mistake in client financial statement, so that can yield qualified audited process and financial report. Keywords: competence, independence, audit quality, auditor’s perceptions, audited financial statement Justinia Castellani Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116 E-mail: [email protected] PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan perekonomian modern, semakin banyak perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan pengelola (manajemen). Manajemen diberi wewenang untuk mengelola sumber daya yang diinvestasikan kedalam perusahaan oleh pemilik. Konsekuensi dari hal ini adalah pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan pelak- sanaan pengelolaan tersebut secara periodik kepada pemilik. Pertanggungjawaban periodik berkaitan dengan masalah keuangan umumnya menggunakan media laporan keuangan. Ada kepentingan yang berbeda antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Manajer ber- kepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya, sedang- kan pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik, berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, yaitu auditor independen untuk meningkatkan kepercayaan para penggunanya (SFAC No 1). Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan yang diberikan kepada auditor, mengharus- kan auditor memperhatikan kualitas auditnya. Akhir-akhir ini terdapat fenomena menurunnya kualitas audit. Pada beberapa kasus, auditor tidak dapat menemukan kecurangan dalam laporan keuangan atau kecurangan tersebut ditemukan oleh auditor tetapi tidak dilaporkan, misalnya kasus PT KAI, PT Kimia Farma, dan KSO PT Telkom. Padahal auditor sebagai profesi yang independen mempunyai tanggungjawab dalam mengungkapkan kecurangan atau pelanggaran pada laporan keuangan (SAS No 53 dan SA Seksi 316). Bahkan terjadi kasus dimana auditor diindikasikan bekerja sama dengan manajemen melakukan rekayasa hasil audit, misalnya kasus Kantor Akuntansi Publik (KAP) yang memeriksa bank-bank yang dilikuidasi. Trikonomika Volume 7, No.2, Desember 2008, Hal. 114-121 ISSN 1411-514X

Upload: asep-kuswara

Post on 28-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3-12-1-PB.pdf

Kompetensi dan Independensi Auditor Pengaruhnya pada Kualitas Audit

114

ABSTRACT

This research purpose to prove the hypotesis that auditor’s competence and independence influence the quality audit. This descriptive and verifikatif research give description above variables which investigated, involved 51 auditors that working settled in Public Accountant Firm in Bandung, in May 2007 and have three years minimum experience, as respondents. Using likert scale as an instrument for measure auditor’s perceptions about the competence and independence that influence audit quality. Hypothesis analysis method was tested used path analysis. The result of the analysis, showed empirical testimony that auditor’s competence and independence significantly influence audit quality, according to auditor’s perceptions. The independence extended more dominant influence (49%) than competence (28%), while the rest (23%) decided by another factor that doesn’t detect in this research. Auditor with good knowledge, experience and follow technical training having ability more good to find insincerity or mistake in client financial statement, so that can yield qualified audited process and financial report.

Keywords: competence, independence, audit quality, auditor’s perceptions, audited financial statement

Justinia CastellaniFakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung

Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Dalam rangka mewujudkan perekonomian modern, semakin banyak perusahaan yang melakukan pemisahan antara pemilik dan pengelola (manajemen). Manajemen diberi wewenang untuk mengelola sumber daya yang diinvestasikan kedalam perusahaan oleh pemilik. Konsekuensi dari hal ini adalah pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan pelak-sanaan pengelolaan tersebut secara periodik kepada pemilik. Pertanggungjawaban periodik berkaitan dengan masalah keuangan umumnya menggunakan media laporan keuangan.

Ada kepentingan yang berbeda antara manajemen dengan pemakai laporan keuangan. Manajer ber-kepentingan untuk melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dipercayakan kepadanya, sedang-kan pemakai laporan keuangan, khususnya pemilik, berkepentingan untuk melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu,

laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, yaitu auditor independen untuk meningkatkan kepercayaan para penggunanya (SFAC No 1). Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan yang diberikan kepada auditor, mengharus-kan auditor memperhatikan kualitas auditnya.

Akhir-akhir ini terdapat fenomena menurunnya kualitas audit. Pada beberapa kasus, auditor tidak dapat menemukan kecurangan dalam laporan keuangan atau kecurangan tersebut ditemukan oleh auditor tetapi tidak dilaporkan, misalnya kasus PT KAI, PT Kimia Farma, dan KSO PT Telkom. Padahal auditor sebagai profesi yang independen mempunyai tanggungjawab dalam mengungkapkan kecurangan atau pelanggaran pada laporan keuangan (SAS No 53 dan SA Seksi 316). Bahkan terjadi kasus dimana auditor diindikasikan bekerja sama dengan manajemen melakukan rekayasa hasil audit, misalnya kasus Kantor Akuntansi Publik (KAP) yang memeriksa bank-bank yang dilikuidasi.

TrikonomikaVolume 7, No.2, Desember 2008, Hal. 114-121ISSN 1411-514X

Page 2: 3-12-1-PB.pdf

Kompetensi dan Independensi Auditor Pengaruhnya pada Kualitas Audit 115

Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi (SFAC, 2000) sedang-kan pengukuran kualitas audit memerlukan kombinasi antara proses dan hasil (Sutton, 1993). Kualitas proses audit dimulai dari tahap perencanaan penugasan, tahap pekerjaan lapangan dan pada tahap administrasi akhir. Kualitas hasil audit merupakan probabilitas auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Kompetensi dan independensi auditor dipandang berkaitan dengan kualitas audit baik dengan proses maupun hasil audit.

Kompetensi memerlukan pengetahuan dan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan formal, pengalaman dan pelatihan teknis (SPAP Seksi 210 & Flint, 1988:48). Pendidikan formal diperlukan oleh seorang auditor berkaitan dengan pengetahuan mengenai apa dan bagaimana audit, kode etik, standar audit serta penerapan prosedur dalam praktek audit. Pengalaman akan memberikan feed back yang berguna terhadap bagaimana sesuatu dilakukan secara lebih baik (Brouwman & Bradley, 1997) dan berpengaruh signifikan pada tugas semakin kompleks. Auditor berpengalaman memiliki keunggulan, diantaranya dalam hal (1) mendeteksi kesalahan, (2) memahami kesalahan secara akurat, dan (3) mencari penyebab terjadinya kesalahan (Tubbs, 1992). Pelatihan teknis yang memadai diharapkan dapat meningkatkan kemampuan teknis auditor. Deis dan Giroux (1992) menyatakan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran pada laporan keuangan tergantung pada kemampuan teknis auditor.

Independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya. Sikap mental independen auditor meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance) (Mautz & Sharaf, 1993).

Independensi in fact dapat dipertahankan melalui pelaksanaan (1) peer review yang menjamin bahwa pemeriksaan yang dilakukan telah sesuai dengan standar profesional yang berlaku (Arens, 2006), dan (2) regulasi fee audit, sehingga walaupun klien dapat memberikan fee audit dan fasilitas yang baik bagi auditor, auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen dan berani untuk melaporkan pelanggaran yang ditemukan pada laporan keuangan (Deis & Giroux, 1992).

Independensi in appearance, dapat dijaga dengan (1) keberadaan dan peran komite audit dalam suatu organisasi klien, (2) pembatasan ikatan kepentingan antara auditor dengan klien. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, auditor harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak

mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya (SA Seksi 220:03). Adanya ikatan kepentingan keuangan berpotensi mempengaruhi sikap mental auditor untuk dapat independen dalam melaksanakan audit dan melaporkan hasilnya. Financial interest antara auditor dengan klien dapat merusak kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap independensi auditor (Flint, 1988).

Berdasarkan pemahaman teoretis bagaimana kompetensi dan independensi seorang auditor dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan mereka, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang mengatakan bahwa kompetensi dan independensi baik secara parsial maupun bersama-sama berpengaruh pada kualitas audit.

METODE

Pada penelitian ini, konsep yang akan diteliti ada tiga, yaitu (1) kompetensi auditor, (2) independensi auditor, dan (3) kualitas audit. Kompetensi auditor dan Independensi auditor sebagai variabel bebas (variabel X1 dan X2), sedangkan Kualitas audit (variabel Y) merupakan variabel terikat. Kompetensi auditor diukur melalui tiga dimensi, yaitu pendidikan formal, pengalaman, dan pelatihan teknis. Independensi auditor diukur melalui dua dimensi, yaitu independensi in fact dan independensi in appearance; sedangkan kualitas audit diukur melalui dua dimensi, yaitu proses audit dan hasil audit. Dimensi pengukuran tersebut selanjutnya diterjemahkan ke dalam indikator penelitian seperti terlihat pada Tabel 1. Variabel-variabel ini diukur oleh instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner yang bersifat tertutup yang memenuhi pernyataan dengan skala Likert. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, dan skor yang diperoleh mempunyai tingkat pengukuran ordinal.

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana (simple random sampling), tiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun, 1998). Populasi sampling pada penelitian ini terdiri dari 25 Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di kota Bandung (Directory IAI, 2006), termasuk didalamnya enam KAP yang merupakan cabang dari KAP di Jakarta dan dua KAP non-aktif. Populasi sasarannya adalah para auditor yang bekerja tetap dengan masa kerja sekurang-kurangnya tiga tahun dan aktif bekerja di KAP tersebut pada bulan Mei 2007. Setiap KAP rata-rata memiliki tiga orang auditor yang memenuhi persyaratan sebagai responden.

Page 3: 3-12-1-PB.pdf

Justinia Castellani116 TrikonomikaVol. 7, No.2, Desember 2008

Variable DIMENSI INDIKATOR

X1

(KOMPETENSI AUDITOR)

1. Pendidikan formal

2. Pengalaman

3. Pelatihan teknis

• Spesialisasi• Strata• Lamabekerja• Jenisperusahaanklien

• Frekuensi• Jenis

X2

(INDEPENDENSI AUDITOR)

1. Independensi dalam fakta (in fact)

2. Independensi dalam penampilan (in appearance)

• EfektivitasPeer Review• JumlahFeedanFasilitas

• PeranKomiteaudit• TingkatFinancial Interest

Y

(KUALITASAUDIT)

1. Proses

2. Hasil

• Perencanaan• Pelaksanaan• Administrasiakhir

• Kemampuanmenemukankesalahan• Keberanianmelaporkankesalahan

Sumber: Kajian teoretis, diolah

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Scale Mean If Item Deleted

Scale Variance If Item Deleted

Corrected Item-Total Corelation

Cronbach’s Alpha If Item Deleted

Item 1 36.94 19.642 .585 .782

Item 2 37.45 20.003 .473 .791

Item 3 37.82 18.153 .487 .792

Item 4 37.43 20.208 .459 .793

Item 5 37.37 20.154 .453 .793

Item 6 38.29 18.292 .487 .791

Item 7 37.94 19.017 .335 .817

Item 8 37.12 19.568 .652 .777

Item 9 37.41 19.163 .607 .778

Item 10 37.67 19.891 .549 .785

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Auditor

Scale Mean If Item Deleted

Scale Variance If Item Deleted

Corrected Item-Total Corelation

Cronbach’s Alpha If Item Deleted

Item 11 32.00 13.447 .699 .765

Item 12 32.08 13.738 .600 .774

Item 13 32.94 14.102 .178 .842

Item 14 32.65 12.574 .385 .810

Item 15 31.69 13.453 .580 .774

Item 16 32.04 13.615 .704 .767

Item 17 32.08 13.482 .616 .771

Item 18 31.75 13.426 .439 .790

Item 19 31.77 12.053 .764 .745

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Instrumen Independensi Auditor

Page 4: 3-12-1-PB.pdf

Kompetensi dan Independensi Auditor Pengaruhnya pada Kualitas Audit 117

Mengingat sifat penelitian adalah deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dan jika suatu penelitian ingin menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian disebut sebagai penelitian penjelasan (explanatory research) (Singarimbun, 1998).

Variabel Cronbach Alpha Keterangan

Kompetensi Auditor (X1)

0.807 Reliabel

Independensi Auditor (X2)

0.802 Reliabel

Kualitas Audit (Y) 0.933 Reliabel

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas

HASIL

Uji validitas dan reliabilitas berhubungan dengan sejauh mana sebuah instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid dan reliabel. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

Scale Mean If Item Deleted

Scale Variance If Item Deleted

Corrected Item-Total Corelation

Cronbach’s Alpha If Item Deleted

Item 1 74.21 73.360 .770 .928

Item 2 75.42 73.908 .409 .937

Item 3 74.21 71.828 .751 .927

Item 4 74.94 75.251 .414 .935

Item 5 74.54 72.211 .578 .932

Item 6 74.48 72.680 .620 .930

Item 7 74.38 71.984 .813 .927

Item 8 74.02 73.255 .750 .928

Item 9 74.13 73.856 .697 .929

Item 10 74.40 70.542 .805 .926

Item 11 74.27 73.180 .821 .927

Item 12 74.17 74.780 .613 .930

Item 13 74.19 73.219 .554 .932

Item 14 74.40 72.797 .648 .930

Item 15 74.63 72.878 .710 .928

Item 16 74.48 75.489 .462 .933

Item 17 74.19 74.709 .626 .930

Item 18 74.46 76.211 .588 .931

Item 19 74.27 74.031 .683 .929

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Instrumen Kualitas Audit

alat bantu program komputer SPSS 13 untuk me-lakukan pengujian validitas dan reliabilitas, dengan hasil seperti terlihat pada Tabel 2. sampai Tabel 5.

Hasil uji validitas menunjukan bahwa hampir seluruh instrumen untuk mengukur variabel-variabel penelitian menujukan hasil yang valid atau dapat mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti.

Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa tingkat reliabilitas dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian sangat tinggi ini ditunjukan oleh nilai Cronbach Alpha yang di atas 0,6 (Emory, 1988).

Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur sedangkan pengolahan data menggunakan program komputer LISREL 8,7 dan SPSS. Dari hasil pengolah-an data diperoleh diagram jalur (Path Diagram) (Gambar 1). Selanjutnya persamaan struktural yang diperoleh dari pengolahan data adalah sebagai berikut:

Y = 0.36*X1 + 0.58*X2, Errorvar.= 0.23, R² = 0.77 (0.098) (0.098) (0.048) 3.69 5.94 4.80

Page 5: 3-12-1-PB.pdf

Justinia Castellani118 TrikonomikaVol. 7, No.2, Desember 2008

X1

X2

Y0.548

0.364

1.000

0.692

1.000

0.232

Chi-Square = 0.00, df = 0, p-value = 1.00000, RMSEA = 0.000

Gambar 1. Path Diagram Estimasi.

Untuk menguji variabel bebas mana saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat diuji dengan uji-t. Berdasarkan uji tersebut ditemukan bahwa secara signifikan kompetensi auditor (X1) berpengaruh terhadap kualitas audit (Y), dan secara signifikan pula independensi auditor (X2) berpengaruh terhadap kualitas audit (Y) (Tabel 6).

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama kompetensi auditor dan independensi auditor pada kualitas audit dilakukan pengujian secara simultan, yaitu dengan uji-F. Berdasarkan hasil perhitungan (diperoleh nilai F hitung sebesar 75,867, dengan F-tabel sebesar 2,70, maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama kompetensi

Model Sum of Square df Mean Square F Sig

1 Regression

Residual

Total

4757.869

1442.404

6200.272

2

46

48

2378.934

31.357

75.867 .000a

a. Predictors:(Constant),IndependensiAuditor,KompetensiAuditorb. Dependent Variable : Kualitas Audit

Tabel 6. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)

auditor dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Koefisien determinasinya yang dapat diartikan bahwa pengaruh variabel-variabel di luar model yaitu I - R2 = 0,23 (error).

Untuk melihat kontribusi pengaruh variabel independen yaitu kompetensi auditor dan independensi auditor terhadap variabel dependen yaitu kualitas audit dihitung dengan mengkalikan nilai koefisien jalur dengan nilai korelasi zero-order yaitu korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen, hasil perkalian antara koefisien jalur atau Beta (standardized coefficients) merupakan nilai kontribusi pengaruh masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dan penjumlahan kontribusi pengaruh merupakan nilai koefisien determinan atau R2. Hasil perhitungan kontribusi menujukan bahwa yang memberikan kontribusi pengaruh terbesar adalah independensi auditor (X2) yaitu sebesar 49%, sedangkan sisanya disumbangkan oleh kompetensi auditor yang memberikan pengaruh sebesar 28%, maka secara keseluruhan seperti dijelaskan pada uraian sebelumnya bahwa pengaruh bersama-sama adalah 77% (Tabel 7 dan 8).

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.Corelations

B Std.Error Beta Zero-

order Partial Part

1.(Constant)

Kompetensi Auditor

Independensi Auditor

-5.104

.775

1.316

5.369

.211

.222

.363

.585

-.951

3.682

5.938

.347

.001

.000

.767

.836

.477

.659

.262

.422

Tabel 7. Standardized Coefficients

Tabel 8. Kontribusi Pengaruh variable independen terhadap Variabel dependen

Variable Standarized Coefficients Correlation Zero-order Kontribusi Pengaruh

X1 0.36 0.77 0.28

X2 0.58 0.84 0.49

R-Square 0.77

Page 6: 3-12-1-PB.pdf

Kompetensi dan Independensi Auditor Pengaruhnya pada Kualitas Audit 119

PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan diuraikan tanggapan responden mengenai (1) kompetensi auditor yang diukur melalui tiga dimensi yaitu pendidikan formal, pengalaman dan pelatihan teknis; (2) independensi auditor yang diukur melalui dua dimensi yaitu: independensi in fact dan independensi in appearance, dan (3) kualitas audit yang diukur melalui dua dimensi yaitu, proses audit dan hasil audit.

Kompetensi AuditorBerdasarkan tanggapan responden, diketahui

bahwa responden sangat setuju apabila latar belakang pendidikan formal bidang akuntansi merupakan persyaratan utama saat melamar menjadi auditor karena melalui pendidikan formal diperoleh antara lain pengetahuan mengenai apa dan bagaimana audit, standar audit serta penerapan prosedur dalam praktek audit. Pendidikan formal yang memadai juga memberikan pengetahuan dasar akuntansi keuangan, sistem akuntansi, auditing, termasuk standar dan kode etik. Selain itu, auditor setuju strata atau tingkat pendidikan formal merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan po sisi di dalam tim audit.

Responden juga setuju bahwa pengalaman auditor yang diukur berdasarkan lamanya bekerja akan menghasilkan audit yang berkualitas. Auditor juga setuju bahwa pengalaman dalam mengaudit sangat membantu proses audit serta dengan pengalaman mengaudit perusahaan yang lebih kompleks (perusahaan go public) akan memudahkan untuk mengaudit perusahaan yang lebih sederhana (belum go public) .

Di samping pendidikan formal dan pengalaman, responden setuju bahwa auditor perlu secara rutin mengikuti program pelatihan teknis audit. Auditor dengan kemampuan teknis yang baik lebih mudah menganalisa dan mendeteksi suatu penyimpangan. Program pelatihan mempunyai andil yang cukup besar dalam peningkatan keahlian. Selain itu, pengetahuan lain diluar audit yang diperoleh melalui pelatihan, seperti: sistem informasi dan perpajakan, dirasakan sangat menunjang kemampuan dalam mengaudit. Walaupun demikian, responden berpendapat, apabila ada bidang audit yang tidak dikuasai maka tim audit perlu dibantu oleh tenaga ahli dari luar.

Independensi AuditorBerdasarkan tanggapan responden, dapat di-

simpulkan auditor setuju untuk memperhatikan independensi in fact melalui pelaksanaan prosedur peer review dan regulasi standar fee. Pelaksanaan

peer review mencerminkan kepatuhan suatu KAP pada pengendalian kualitasnya. Peer review bukan hanya bertujuan menilai prosedur atau program audit yang diterapkan tetapi juga menilai independensi status atau posisi auditor terhadap klien. Auditor juga setuju jumlah fee dan fasilitas berlebihan yang diterima dapat mengganggu independensi auditor dan fee yang diterima diluar fee yang telah ditetapkan merupakan pelanggaran walaupun 29% responden memberikan tanggapan netral bahwa jumlah fee dan fasilitas berlebihan dapat mengganggu independensi auditor serta fee yang diterima diluar fee yang telah ditetapkan merupakan pelanggaran. Sebagian besar memberi tanggapan sangat setuju apabila KAP mengacu pada peraturan mengenai standar fee.

Responden juga setuju bahwa keberadaan dan peran komite audit dapat meningkatkan persepsi masyarakat mengenai independensi auditor karena salah satu peran komite audit adalah turut serta dalam penunjukan auditor. Di samping itu, auditor sangat setuju KAP tidak menugaskan auditor yang memiliki keterkaitan bisnis (financial interest) dengan klien yang akan diperiksa dan seharusnya auditor tidak menerima bermacam-macam pekerjaan sekaligus dari satu klien untuk menghindari tingginya tingkat financial interest.

Kualitas AuditBerdasarkan tanggapan responden dapat disim-

pulkan bahwa perencanaan audit yang mencakup antara lain pemahaman mengenai jenis industri klien, pertimbangan risiko, penyusunan program serta super-visi merupakan faktor pendukung terwujudnya proses audit yang berkualitas. Selain itu responden juga setuju bahwa penerapan program audit yang tepat, pe-ngumpulan dan evaluasi bukti yang cermat serta tang-gung jawab untuk mendeteksi setiap kecurangan dalam laporan keuangan klien, merupakan hal pokok pada tahap pelaksanaan audit yang berkualitas. Yang terakhir disimpulkan pula bahwa proses audit yang berkualitas perlu memperhatikan pertimbangan profesional pada saat laporan audit diterbitkan termasuk memberi penjelasan dan membicarakan temuan penyimpangan dengan klien sebelum final report diterbitkan.

Berdasarkan tanggapan responden tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor yang memiliki penge-tahuan, pengalaman dan mengikuti pelatihan teknis (kompeten), mempunyai kemampuan lebih baik untuk menemukan kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan klien, sehingga dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Tanggapan responden mengenai keberanian melaporkan kesalahan. Berdasarkan tang-

Page 7: 3-12-1-PB.pdf

Justinia Castellani120 TrikonomikaVol. 7, No.2, Desember 2008

gapan responden, diketahui bahwa sebagian besar responden setuju akan melaporkan penyimpangan yang ditemukan meskipun klien menawarkan tambahan fee dan sejumlah hadiah bahkan kehilangan klien dimasa yang akan datang.

KESIMPULAN

Hasil pengujian hipotesis mengenai pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit, terbukti bahwa kompetensi yang diukur melalui pendidikan formal, pengalaman serta pelatihan teknis secara signifikan mempengaruhi kualitas audit baik dari segi proses maupun hasil audit. Independensi auditor dalam melaksanakan pemeriksaan (in fact) maupun menurut persepsi masyarakat (in appearance), secara signifikan mempengaruhi kualitas audit baik dari segi proses maupun hasil audit. Baik dari segi proses maupun hasil audit, independensi auditor berpengaruh lebih dominan terhadap kualitas audit dibandingkan kompetensi auditor.

Dalam rangka meningkatkan kualitas auditnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) harus memperhatikan independensi in fact melalui pelaksanaan prosedur peer review dan regulasi standar fee. Pelaksanaan peer review mencerminkan kepatuhan suatu KAP pada pengendalian kualitasnya dan KAP harus mengacu pada peraturan mengenai standar fee, termasuk berani melaporkan penyimpangan yang ditemukan. Untuk menghindari tingginya tingkat financial interest, KAP tidak menugaskan auditor yang memiliki keterkaitan bisnis (financial interest) dengan kliennya.

Hasil penelitian ini diharapkan juga akan men-dorong penelitian selanjutnya berkaitan dengan kualitas audit, dengan memperluas responden, tidak terbatas pada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik pada satu kota saja. Selain itu, indikator yang digunakan pada penelitian ini kemungkinan belum mencakup seluruh segi yang perlu diteliti. Beberapa atribut yang belum terukur sebaiknya dikembangkan agar dapat mencakup atribut secara lebih lengkap sehingga hasil penelitian menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulmohammadi, M. & Arnold, W. 1987. An Examination of the Effects of Experience and Task Complexity on Audit Judgements. The Accounting Review, January: 1-13.

Alia, A. 2001. Pendapat Auditor Tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keahlian dan Independensi Kualitas Audit. Tesis. Yogyakarta: Program Studi Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: tidak diterbitkan

Amin, W. T. 2000. Management Audit-Suatu Pengantar. Bandung : Rineka Cipta.

Antle, R. 1984. Auditor Independence. Journal of Accounting Research, Spring: 1-20.

Antle, R.. & Nalebuff, B. 1991. Conservatism and Auditor-Client Negotiations. Journal of Accounting Research. 29: 31-54.

Anwar. J. 2005. Kualitas Pelaporan keuangan: Akuntan Kunci Utama. Media Akuntansi, 44.

Ashton, A. H. 1991. Experience and Error Frequency Knowledge as Potential Determinants of Audit Expertise. The Accounting Review, April: 218-239.

Arens, A.A. 2006 Auditing and Assurance Services An Integrated Approach (9th edition). New Jersey: Prentice Hall. New Jersey.

Bambang, S. 2005. Membangun Struktur Pendidikan Akuntan. Media Akuntansi, Maret: 44.

Behn, B.K. et al. 1997. The Determinants of Audit Client Satisfaction Among Clients of Big 6 Firms. Accounting Horizons, March: 7-24.

Bernardi. A. R. 1994. Fraud Detection : The Effect of Client Integrity and Competence and Auditor Cognitive Style Auditing. A Journal of Practice and Theory, 13: 69-101.

Bonner, S.E. 1990. Experience Effects in Auditing: The Role of Task-Specific Knowledge. The Accounting Review, January: 72-92.

Carcello. J.V., Hermanson, R.H., & Mc.Grath, N.T. 1992. Audit Quality Attributes : The perception of Audit Partners, Prepares, and Financial Statement Users. Auditing : A Journal of Practice and Theory, 11: 1-15.

Charles, A.M. 1989. The Quality Audit, A Management Evolution Toll. London: Mc Graw Hill Publishing Company.

Cheney, W.D. 1993. International Competitiveness and Sustainable Development. Journal Economic Development Review, summer: 68-70.

Choo, F. & Ken, T. T. 1991. The Relationship Between Knowledge Structure and Judgements for Experienced Auditors. The Accounting Review, July: 464-485.

Page 8: 3-12-1-PB.pdf

Kompetensi dan Independensi Auditor Pengaruhnya pada Kualitas Audit 121

Deis, D.R. & Gary A.G. 1992. Determinants of Audit Quality in the Public Sector. The Accounting Review, 67: 462-479.

Deis, D.R. & Gary, G 1996. The Effect of Auditor Change on Audit Fees, Audit Hours, and Audit Quality. Journal of Accounting and Public Policy, 15: 55-76.

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics, 3: 183-199.

Edi, W. 2002. Kartu Merah buat 10 KAP Papan Atas. Media Akuntansi, 27: 5.

Fogarty, T.J. 1996. The Imagery and Reality of Peer Review in The US ; Insights from Institutional Theory Accounting, Organizations, and Society. Auditing : A Journal of Practice and Theory. 21: 243-267.

Hogarth, R. M. 1991. A Perspective on Cognitive Research in Accounting. The Accounting Review, April: 277-290.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Knapp, M. C. 1985. Audit Conflict : An Empirical Study of the Perceived Ability of Auditors to Resist Management Pressure. The Accounting Review, April: 202-211.

Knapp, M. C. 1991. Factors that Audit Committee Members use as Surrogate for Audit Quality. Auditing : A Journal of Practice and Theory, 22: 109-126.

Libby, R. & Ken, T. T, 1993. The Review Process as a Controll for Differential Recall of Evidence in Auditor Judgements. Accounting, Organizations, and Society, 18: 559-574.

Malone, C.F. & Robin, W. R. 1996 Factors Associated with the Incidence of Reduced Audit Quality Behaviors. Auditing A Journal of Practice and Theory, 15: 49.

Meier, H.H. & Jayne, F. 1992. How to Improve Audit Quality ; Perceptions of Auditors and clients. The Ohio CPA Journal, 21-24.

Menon, K. & John, D.W. 1994. The Use of Audit Committee for Monitoring. Journal of Accounting and Public Policy, 13:121-139.

Menon, K. & Williams, D.D. 2001. Long term trends in Audit Fees. Auditing : A Journal of Practice and Theory, 20: 115-136.

Nichols, D.R. & Kenneth, H.P. 1976. The Auditor-Firm Conflict : An Analysis Using Concepts of Exchange Theory. The Accounting Review, 51:335-346.

Nichols. D. & Smith, D. 1983. Auditor Credibility and Auditor Changes. Journal of Accounting Research, 21: 534-544.

Palmrose, Z.V. 1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Sevice Quality. The Accounting Review, 64: 55-73.

Palmrose, Z.V. 1986. Audit Fees and Auditor Size: Further Evidence. Journal of Accounting Research, 24: 97-110.

Sekar, M. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 6: 1-22.

Shafer, W.E., et al. 2001. Effects of Personal Values on Auditors’ethic Decisions. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 14(3): 254-277.

Sularso, S. & Ainun, N. 1999. Analisis Pengaruh Pengalaman Akuntan Pemeriksa terhadap Pengetahuan dan Penggunaan Intuisinya mengenai Kekeliruan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2: 154-172.

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntan: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik (edisi ke-1). Yogyakarta: BPFE.

Sutton, S. G. 1993. Toward an Understanding of the Factors Affecting the Quality of the Audit Process. Decision Sciences, 24: 88-105.

Swan, J. E. & Comb, L.J. 1979. Product Performance and Customer Satisfaction: A New Concept. Journal of Marketing, 40: 25-33.

Teoh, S.H & Wong, T.J. 1993. Perceived Auditor Quality and the Earnings Response Coefficient. The Accounting Review, 346-366.

Tubbs, R.M. 1992. The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and Amount of Knowledge. The Accounting Review, October: 783-801.

Yulius, J.C. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 4: 79-92