3. bab i-bab 4 (edited)- halaman atas - copy

75
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang empat puluh tahun terakhir prevalensinya semakin meningkat di seluruh dunia. World Health Organisation (WHO) memperkirakan prevalensi DM di seluruh dunia yang pada tahun 2000 berjumlah 171 juta kasus, akan menjadi 366 juta kasus pada tahun 2030 (Kumar, 2010 ). Penelitian terbaru tahun 2011 diperoleh angka penderita DM sebanyak 336 juta orang, suatu angka yang menyebabkan perubahan perkiraan statistik secara tiba-tiba, dimana International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa akan terjadi 552 juta kasus pada tahun 2030. WHO juga melaporkan DM merupakan penyebab kematian yang utama di seluruh dunia, dimana laporan dari tahun 2011 menunjukkan DM berkaitan dengan 2,2% atau 1,3 juta dari jumlah kematian yang terdaftar (Vlad, 2012). 1

Upload: rizky-kaka

Post on 06-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Diabetes Melitus

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang empat puluh tahun terakhir prevalensinya semakin meningkat di seluruh dunia. World Health Organisation (WHO) memperkirakan prevalensi DM di seluruh dunia yang pada tahun 2000 berjumlah 171 juta kasus, akan menjadi 366 juta kasus pada tahun 2030 (Kumar, 2010). Penelitian terbaru tahun 2011 diperoleh angka penderita DM sebanyak 336 juta orang, suatu angka yang menyebabkan perubahan perkiraan statistik secara tiba-tiba, dimana International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa akan terjadi 552 juta kasus pada tahun 2030. WHO juga melaporkan DM merupakan penyebab kematian yang utama di seluruh dunia, dimana laporan dari tahun 2011 menunjukkan DM berkaitan dengan 2,2% atau 1,3 juta dari jumlah kematian yang terdaftar (Vlad, 2012). American Diabetes Association (ADA) 2009 membuat klasifikasi DM menjadi tiga, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2 dan DM tipe Lain (Purnamasari, 2009). Prevalensi DM tipe 2 merupakan tipe DM yang terbanyak yaitu sekitar 80-90% dari semua kasus DM dan sering ditemui pada orang yang overweight dan obese (Vlad, 2012).Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 21,3 juta orang (Kemenkes RI, 2012). Jumlah pasien DM rawat inap di rumah sakit pada tahun 2007 mencapai 56.378 pasien dan kasus baru kunjungan rawat jalan 28.095 kasus. Prevalensi DM di daerah perkotaan sebanyak 14,7% dan pada daerah pedesaan 7,2%, dengan prevalensi DM di Indonesia tertinggi terdapat pada Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4%) dan Aceh (8,5%). Data diatas menunjukkan Provinsi Aceh menduduki peringkat ketiga terbanyak di Indonesia (Hasnawati, 2009). Data yang didapat dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara, pada tahun 2012 tercatat jumlah pasien rawat inap dengan DM tipe 2 sebanyak 191 kasus. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan DM merupakan penyebab kematian pada peringkat ke enam yang mempunyai angka proporsi kematian sebesar 5,7% di Indonesia setelah stroke (15,4%), tuberkulosis (7,5%), hipertensi (6,8%), cedera (6,5%) dan perinatal (6,0%) (Hasnawati, 2009).Peningkatan insidensi DM yang eksponensial ini tentu akan diikuti oleh peningkatan terjadinya komplikasi kronik DM. Berbagai penelitian prospektif jelas menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit akibat penyumbatan pembuluh darah, baik mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati, maupun makrovaskular seperti penyakit jantung koroner dan juga pembuluh darah tungkai (Waspadji, 2009). Sebuah penelitian menunjukkan dari 4.067 pasien DM tipe 2 yang diteliti, 1.323 (32,5%) didiagnosa nefropati, 1.225 (30,1%) didiagnosa neuropati, 1.176 (28,9%) didiagnosa retinopati, 780 (19,2%) didiagnosa menderita penyakit arteri koroner dan 735 (18,1%) didiagnosa menderita penyakit pembuluh darah perifer (Agrawal, 2004). Komplikasi yang sering terjadi akibat DM adalah penyakit ginjal dan gagal ginjal. Fungsi ginjal yang mengalami penurunan inilah yang sering dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi anemia secara signifikan dan ikut beperan dalam patogenesis komplikasi DM itu sendiri. Suatu penelitian terhadap pasien DM tipe 2 di China mendapatkan angka dari 6.325 pasien, 1.441 (22,8%) pasien mengalami anemia (Chen, 2013). Survei data awal penelitian di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara pada tahun 2012 juga mendapatkan angka dari 191 pasien DM tipe 2, 117 (61%) pasien mengalami anemia. Banyak sekali faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya onset awal anemia pada pasien DM, termasuk kerusakan saraf otonom yang luas menyebabkan denervasi saraf eferen dari persarafan simpatis pada ginjal sehingga menyebabkan kehilangan kemampuan regulasi dalam memproduksi eritropoetin; kerusakan jaringan interstisial ginjal; inflamasi sistemik; dan hambatan pengeluaran eritropoetin (Craig, 2005). Penelitian dari 1.962 pasien DM tipe 2 yang dievaluasi, didapatkan 19,6 % mengalami anemia, dimana 38,1% albuminuria, 8,1% kerusakan ginjal sedang (creatinine clearance