³3(0%8$7$1$/$73(5$*$6('(5+$1$7(5026.23 guna … · pembelajaran fisika dalam pembuatan alat...
TRANSCRIPT
“PEMBUATAN ALAT PERAGA SEDERHANA TERMOSKOP
GUNA PENERAPANNYA PADA PERPINDAHAN KALOR
SECARA RADIASI”
(LAPORAN)
Disusun oleh
Nama : Seftia Haryani
NPM : A1E012021
Prodi : Pendidikan Fisika
Dosen Pembimbing
Eko Risdianto, S.Si, M.Cs
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesiakan “Pembuatan Alat Peraga
Sederhana Termoskop guna Penerapannya pada Perpindahan Kalor secara
Radiasi” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini secara
khusus saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Eko Risdianto, S.Si, M.Cs
selaku dosen mata kuliah Media Pembelajaran Fisika, dengan kesibukan beliau
masih bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya
secara telaten dan penuh kesabaran dalam menyelesaikan rancangan media
pembelajaran fisika.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman saya yang
telah memberikan motivasi dan inspirasi sehingga saya dapat menyelesaikan
rancangan media pembelajaran fisika ini.
Saya menyadari bahwa selama menyelesaikan rancangan media
pembelajaran fisika dalam pembuatan alat peraga sederhana termoskop, jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyusunan proposal maupun pembuatan alat
sederhana. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-
teman agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
Harapan saya semoga rancangan media pembelajaran fisika dalam
pembuatan alat peraga sederhana termoskop ini dapat memberikan kemudahan
bagi mahasiswa Pendidikan Fisika dalam mengelola pembelajaran khususnya
dalam materi perpindahan kalor secara radiasi, sehingga memberikan ruang yang
amat luas bagi peserta didiknya untuk mengembangkan keterampilan berpikir,
keterampilan proses, keterampilan sosial, dan mewujudkan perilaku berkarakter.
Bengkulu, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 4
2.1 Media Pembelajaran ............................................................... 4
2.2 Kalor ...................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI ................................................................... 24
3.1 Alat dan Bahan ....................................................................... 24
3.1.1 Fungsi alat dan bahan .................................................... 26
3.2 Waktu dan Tempat Pembuatan ............................................... 26
3.3 Rangkaian alat (Rujukan) ....................................................... 29
3.4 Ekstimasi pembiayaan ............................................................ 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 30
4.1 Hasil ........................................................................................ 30
4.2 Pembahasan ............................................................................ 31
BAB V PENUTUP ............................................................................. 34
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 34
5.2 Saran ....................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik perubahan temperatur dan berubahan wujud
zat pada sebuah es ...................................................... 16
Gambar 2.2 Proses memanaskan batang logam di dalam nyala api .. 18
Gambar 2.3 Proses konveksi ............................................................ 19
Gambar 2.4 Proses memasak air ...................................................... 20
Gambar 2.5 Proses konveksi yang berlangsung saat memasak air .. 21
Gambar 2.6 Proses memanaskan tangan diatas api unggun ............. 21
Gambar 3.1 Petunjuk langkah 2a ..................................................... 27
Gambar 3.2 Petunjuk langkah 2b ..................................................... 27
Gambar 3.3 Petunjuk langkah 3 ....................................................... 27
Gambar 3.4 Petunjuk langkah 4 ....................................................... 27
Gambar 3.5 Petunjuk langkah 5 ....................................................... 27
Gambar 3.6 Petunjuk langkah 7 ....................................................... 28
Gambar 3.7 Petunjuk langkah 8 ....................................................... 28
Gambar 3.8 Petunjuk langkah 9 ....................................................... 28
Gambar 3.10 Rangkaian rujukan ..................................................... 29
Gambar 4.1 Rangkaian hasil akhir TERMOSKOP .......................... 30
TABEL
Tabel 2.1 Golongan Media Pembelajaran ........................................ 5
Tabel 3.1 Alat dan Bahan ................................................................. 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu fisika merupakan salah satu pilar utama ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memberikan pemahaman mengenai fenomena alam, yang
mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam,
serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut. Fisika juga merupakan
sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip, rumus dan teori yang harus kita
pelajari dan pahami.
Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran fisika mempunyai nilai yang
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
unggul, handal, dan bermoral semenjak dini. Hal yang menjadi hambatan
selama ini dalam pembelajaran fisika adalah disebabkan kurang dikemasnya
pembelajaran fisika dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang,
dan menyenangkan.
Siswa sering beranggapan bahwa belajar fisika itu sulit, karena
pelaksanaan pembelajaran fisika saat ini masih mengalami banyak kendala.
Baik ditinjau dari individual peserta didik yang notabene kurang berminat
dalam belajar fisika, guru yang kurang professional, maupun perangkat
pembelajaran yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan
turunnya hasil belajar fisika.
Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki kemampuan dasar yang
tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu menyerap berbagai
informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep fisika.
Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya
menggunakan alat bantu mengajar atau alat peraga. Sehingga solusi dari
permasalahan yang ada adalah guru dengan trampil dapat menggunakan
prosese pembelajaran fisika dengan demonstrasi alat peraga, agar nantinya
peserta didik dapat lebih memahami konsep yang diajarkan. Misalnya saja
pada pembelajaran fisika dalam materi perpindahan kalor secara radiasi, guru
2
dapat menggunakan alat peraga termoskop untuk lebih meningkatkan pola
pikir siswa tentang konsep dari perpindahan panas tersebut.
Hal inilah yang menjadikan penulis berupaya untuk membuat alat peraga
termoskop agar dapat berguna bagi pembelajaan fisika untuk mudah dipahami
peserta didik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan alat peraga sederhana termoskop ini adalah:
1. Dengan alat peraga sederhana termoskop, mampu memberikan simulasi
mengenai konsep perpindahan kalor secara radiasi.
2. Dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa
memecahkan masalah yang diawali dengan kemampuan mengenali
masalah dan kemampuan berfikir alternatif, menerangkan konsep, dan
merancang model.
3. Dapat mengembangkan kemampuan siswa berfikir dan bertindak kreatif.
1.3 Manfaat
Manfaat pembuatan alat peraga sederhana termoskop adalah:
1. Alat peraga sederhana termoskop digunakan sebagai alat peraga yang
dapat membantu siswa dalam pembelajaran dikelas.
2. Alat peraga sederhana termoskop dapat memberikan simulasi
perpindahan kalor secara radiasi.
3. Alat peraga sederhana termoskop dapat memberikan pemahaman konsep-
konsep fisika yang berkaitan dengan kalor dan perpindahannya.
1.4 Ruang lingkup masalah
Supaya pembahasan masalah lebih mendalam dan terperinci, maka
pembahasan masalah dibatasi menjadi:
1. Ruang lingkup pengajaran berbasis alat peraga ini membahas mengenai
konsep perpindahan panas secara radiasi.
3
2. Alat peraga termoskop ini digunakan sebagai media pengajaran pada
jenjang sekolah menengah pertama yang membahas tentang materi
pokok kalor dan perpindahannya.
3. Pada pembuatan alat peraga ini penulis menggunakan berbagai macam
alat dan bahan dan yang paling inti adalah lilin, bolam dan air alkohol
berwarna.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. MEDIA PEMBELAJARAN
A. Pengertian media pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar
mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan
pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan
ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/
pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film,
video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton
(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk
teknologi perangkat keras.
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media
pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum
tersedia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah
pada khususnya.
B. Jenis-jenis media pembelajaran
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang
paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal
harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang
diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang
5
langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus
sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Anderson (1976)
mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :
Tabel 2.1 Golongan Media Pembelajaran
No Golongan Media Contoh Dalam Pembelajaran
1. Audio Kaset Audio, siaran radio, CD,
telepon
2. Cetak Buku pelajaran, modul, brosur,
leaflet, gambar
3. Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis
4. Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT), Fil
bingkai (slide)
5. Proyeksi Audio visual diam Film bingkai (slide) bersuara
6. Visual gerak Film bisu
7. Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD,
televisi
8. Objek fisik Benda nyata, model, specimen
9. Manusia dan lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran
10. Komputer CAI (Pembelajaran berbantuan
komputer), CBI (Pembelajaran
berbasis komputer)
C. Prinsip madia pembelajaran
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu
harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain:
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian
integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat
bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap
perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu.
6
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses belajar-mengajar.
3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media
pengajaran yang digunakan.
4. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
media pengajaran.
5. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan
sembarang mengunakannya.
6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam
media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar-mengajar dan juga
dapat merangsang siswa dalam belajar.
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media
pengajaran dalam PBM, yakni: Media pengajaran yang digunakan harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
1. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau
didengar.
2. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
3. Media pengajaran juga harus sesuai denga kondisi individu siswa.
4. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam
proses pembelajaran siswa.
D. Manfaat media pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting
adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada
berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara
lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa
kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa
salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu
7
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran
akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa
manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya,
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar.
8. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan
Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-
manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar sebagai berikut :
1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan
informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar.
2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang
lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan
8
siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu.
4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta
memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru,
masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya
wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
E. Fungsi media pembelajaran
Levie & Lents (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:
1. Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak
tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan
salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka
tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang
diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka
terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi pelajaran semakin besar.
2. Fungsi Afektif
Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi
yang menyangkut masalah social atau ras.
3. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar
9
memperlancar pencapaiaan tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan
secara verbal.
Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton (1985:28), dapat
memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk
perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu :
1. Memotivasi minat atau tindakan,
2. Menyajikan informasi,
3. Memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan
adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk
bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau
memberikan subangan material). Pencapaian tujuan ini akan
memperngaruhi sikap, nilai, dan emosi.
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam
rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk
penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan
laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk
hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton
bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari
siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara
10
mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, atau
senang.
Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran
dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis
dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi
yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan
perorang siswa (Agus,2012).
F. Teknik Pembuatan Media Pembelajaran
1. Pembuatan media grafis (Flipchart)
Flipchart dalam pengertian sederhana adalah lembaran-lembaran
kertas menyerupai album atau kalender berukuran 50X75 cm,atau
ukuran yang lebih kecil 21X28 cm sebagai flipbook yang disusun
dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya .Flipchart dapat
digunakan sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Dalam
penggunaannya dapat dibalik jika pesan pada lembaran depan sudah
ditampilkan dan digantikan dengan lembaran berikutnya yang sudah
disediakan.Flipchart hanya cocok untuk pembelajaran kelompok kecil
yaitu 30 orang. Sedangkan flipbook untuk 4-5orang.
Flipchart merupakan salah satu media cetakan yang sangat sederhana
dan cukup efektif. Sederhana dilihat dari proses pembuatannya dan
penggunaannya yang relatif mudah, dengan memanfaatkan bahan kertas
yang mudah dijumpai disekitar kita. Efektif karena Flipchart dapat
dijadikan sebagai media(pengantar) pesan pembelajaran yang secara
terencana ataupun secara langsung disajikan pada Flipchart. Indikator
efektif adalah ketercapaian tujuan atau kompetensi yang sudah
direncanakan, untuk mencapai tujuan tersebut banyak bahan dan alat
yangdapat dijadikan media untuk mempercepat pencapaian tujuan dan
salah satunya melalu flipchart.
11
Penggunaan Flipchart merupakan salah satu cara guru dalam
menghemat waktunya untuk menulis di papantulis. Lembaran kertas
yang sama ukurannya dijilid jadi satu secara baik agar lebih bersih dan
baik. Penyajian informasi ini dapat berupa:
a) Gambar-gambar
b) Huruf-huruf
c) Diagram
d) Angka-angka
Sajian pada Flipchart tersebut harus disesuaikan dengan jumlah dan
jarak maksimum siswa melihat Flipchart tersebut dan direncanakan
tempat yang sesuai dimana dan bagaimana Flipchart tersebut
ditempatkan
2. Media pembelajaran berbasis komputer
Pengertian Model Simulasi (simulastion model) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar
yang lebih konkrit melalui tiruan-tiruan yang mendekati bentuk
sebenarnya.
Model simulasi terbagi dalam tiga kategori yaitu simulasi fisik,
prosedur dan proses. Suatu simulasi fisik dicontohkan pada simulasi
pesawat terbang, terdapat wujud fisik miniatur atau bentuk nyata dari
pesawat terbang berikut fungsi dari bagian-bagiannya. Simulasi
prosedur dicontohkan bagaimana cara mendiagnostik kerusakan pada
sebuah mobil dengan mendeteksinya melalui komputer. Sedangkan
simulasi proses dicontohkan pada sebuah kegiatan percobaan
menganalisis penyebab suatu kejadian di lingkungan sekitar.
prinsip-prinsip pengembangan model simulasi. Membuat model
simulasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Simulasi berarti tiruan dari kondisi dan situasi sebenarnya,
semakin tiruan tersebut mendekati aslinya maka semakin baik
simulasi tersebut.
12
Model simulasi membutuhkan akurasi data objek ril yang
disimulasikan meski objek dalam simulasi dibuat miniatur namun
perlu disajikan skala perbandingannya, baik panjang, lebar, berat,
bentuk maupun prosesnya.
Materi simulasi haruslah menampilkan objek-objek yang sulit,
langka, berbahaya, membutuhkan biaya yang tinggi apabila siswa
harus menggunakan objek nyata sebagai media pembelajaran.
Model simulasi menuntut interaksi siswa lebih tinggi, ketika
mempelajari materi melalui simulasi siswa tidak hanya melihat,
namun terlibat langsung berinteraksi dengan program.
Langkah pengembangan model simulasi, secara umum terdapat tiga
langkah utama dalam memproduksi model simulasi yakni:
Membuat desain program multimedia interaktif model simulasi
dengan menganalisis kurikulum dan kompetensi sehingga
menghasilkan satpel untuk dituangkan ke dalam garis besar
program media (GBPM);
Membuat flowchart program pembelajaran model Tutorial dan
storyboard multimedia interaktif model tutorial.
Programming menggunakan perangkat komputer sebagai
peralatan utama dengan melibatkan software dan hardware yang
sesuai (Santoso,2010).
2.2 KALOR
A. Pengertian Kalor
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika benda
bersentuhan.Apabila dua benda A dan B memiliki suhu A lebih besar
daripada suhu B, kemudian kedua benda tersebut disentuhkan, maka suhu
A akan menurun dan suhu benda B akan naik hingga setimbang (kedua
benda bersuhu sama). Dalam hal itu, benda yang bersuhu tinggi
memberikan sesuatu kepada yang bersuhu rendah, sesuatu yang diberikan
13
itu adalah energi. Energi yang diberikan karena perbedaan suhu semacam
itu dinamakan kalor.
Satuan kalor sama dengan satuanya energi, yaitu Joule. Kadang-
kadang satuan kalor menggunakan kalori atau kilokalori. Kesetaraan kalori
dengan Joule adalah : 1 kalori=4,18 jouledan1 joule= 0,24 kalori.
Joseph Black merupakan orang pertama yang menyadari bahwa
kenaikan suhu suatu benda dapat digunakan untuk menentukan banyaknya
kalor yang diserap oleh benda (Purjiyanta,2007).
B. Perubahan Wujud Zat
Setiap zat memiliki kecenderungan untuk berubah jika zat tersebut
diberikan temperatur yang tinggi (dipanaskan) ataupun temperatur yang
rendah (didinginkan). Kecenderungan untuk berubah wujud ini disebabkan
oleh kalor yang dimiliki setiap zat. Suatu zat dapat berubah menjadi tiga
wujud zat, di antaranya cair, padat, dan gas. Perubahan wujud zat ini
diikuti dengan penyerapan dan pelepasan kalor (Purwanto,2004).
1. Kalor Penguapan dan Pengembunan
Kalor penguapan adalah kalor yang dibutuhkan oleh suatu zat
untuk menguapkan zat tersebut. Jadi, setiap zat yang akan menguap
membutuhkan kalor. Adapun kalor pengembunan adalah kalor yang
dilepaskan oleh uap air yang berubah wujud menjadi air. Jadi, pada
setiap pengembunan akan terjadi pelepasan kalor. Besarnya kalor
yang dibutuhkan pada saat penguapan dan kalor yang dilepaskan pada
saat pengembunan adalah sama. Secara matematis, kalor penguapan
dan pengembunan dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.1)
dengan :
Q = kalor yang dibutuhkan saat penguapan atau kalor yang
dilepaskan saat pengembunan,
M = massa zat, dan
L = kalor laten penguapan atau pengembunan.
14
2. Kalor Peleburan dan Pembekuan
Pernahkah Anda mendengar atau menerima informasi tentang
peristiwa mencairnya gunung-gunung es di kutub utara akibat
pemanasan global? Mencair atau meleburnya es di kutub utara
disebabkan oleh adanya pemanasan. Jika benda mengalami peleburan,
perubahan wujud yang terjadi adalah dari wujud zat padat menjadi zat
cair. Dalam hal ini, akan terjadi penyerapan kalor pada benda.
Adapun perubahan wujud zat dari cair ke padat disebut sebagai proses
pembekuan. Dalam hal ini, akan terjadi proses pelepasan kalor.
Besarnya kalor yang dibutuhkan pada saat peleburan dan besarnya
kalor yang dilepaskan dalam proses pembekuan adalah sama.
Perumusan untuk kalor peleburan dan pembekuan sama dengan
perumusan pada kalor penguapan dan pengembunan, yakni sebagai
berikut.
Q = m L
(2.2)
C. Hubungan Kalor Laten dan Perubahan Wujud
Sebuah benda dapat berubah wujud ketika diberi kalor. Coba Anda
perhatikan perilaku suatu benda ketika dipanaskan. Apabila suatu zat
padat, misalnya es dipanaskan, es tersebut akan menyerap kalor dan
beberapa lama kemudian berubah wujud menjadi zat cair. Perubahan
wujud zat dari padat menjadi cair ini disebut proses melebur. Temperatur
pada saat zat mengalami peleburan disebut titik lebur zat. Adapun proses
perubahan wujud zat dari cair menjadi padat disebut sebagai proses
pembekuan dan temperatur ketika zat mengalami proses pembekuan
disebut titik beku zat.
Jika zat cair dipanaskan akan menguap dan berubah wujud menjadi
gas. Perubahan wujud dari zat cair menjadi uap (gas) disebut menguap.
Pada peristiwa penguapan dibutuhkan kalor. Proses penguapan dapat
terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya Anda mencelupkan tangan
Anda ke dalam cairan spiritus atau alkohol. Spiritus atau alkohol adalah
zat cair yang mudah menguap. Untuk melakukan penguapan ini, spiritus
15
atau alkohol menyerap panas dari tangan Anda sehingga tangan Anda
terasa dingin. Peristiwa lain yang memperlihatkan bahwa proses
penguapan membutuhkan kalor adalah pada air yang mendidih. Penguapan
hanya terjadi pada permukaan zat cair dan dapat terjadi pada sembarang
temperatur, sedangkan mendidih hanya terjadi pada seluruh bagian zat cair
dan hanya terjadi pada temperatur tertentu yang disebut dengan titik didih.
Proses kebalikan dari menguap adalah mengembun, yakni perubahan
wujud dari uap menjadi cair.
Ketika sedang berubah wujud, baik melebur, membeku, menguap, dan
mengembun, temperatur zat akan tetap, walaupun terdapat pelepasan atau
penyerapan kalor. Dengan demikian, terdapat sejumlah kalor yang
dilepaskan atau diserap pada saat perubahan wujud zat, tetapi tidak
digunakan untuk menaikkan atau menurunkan temperatur. Kalor ini
disebut sebagai kalor laten dan disimbolkan dengan huruf L. Besarnya
kalor ini bergantung pada jumlah zat yang mengalami perubahan wujud
(massa benda). Jadi, kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan oleh suatu
benda untuk mengubah wujudnya per satuan massa.
Mengapa kalor yang diserap oleh suatu zat padat ketika melebur atau
menguap tidak dapat menaikkan temperaturnya? Berdasarkan teori kinetik,
pada saat melebur atau menguap, kecepatan getaran molekul bernilai
maksimum. Kalor yang diserap tidak menambah kecepatannya, tetapi
digunakan untuk melawan gaya ikat antarmolekul zat tersebut.
Ketika molekul-molekul ini melepaskan diri dari ikatannya, zat padat
berubah menjadi zat cair atau zat cair berubah menjadi gas. Setelah seluruh
zat padat melebur atau menguap, temperatur zat akan bertambah kembali.
Peristiwa kebalikannya terjadi juga pada saat melebur, membeku, atau
mengembun.
Kalor laten pembekuan besarnya sama dengan kalor laten peleburan
yang disebut sebagai kalor lebur. Kalor lebur es L pada temperatur dan
tekanan normal adalah 334 kJ/kg. Kalor laten penguapan besarnya sama
dengan kalor laten pengembunan, yang disebut sebagai kalor uap. Kalor
uap air L pada temperatur dan tekanan normal adalah 2.256 kJ/kg.
16
Gambar 2.1 Grafik perubahan temperatur dan berubahan wujud
zat pada sebuah es.
D. Azas Black
Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki
temperatur tinggi ke benda yang memiliki temperatur lebih rendah
sehingga pengukuran kalor selalu berhubungan dengan perpindahan
energi. Energi adalah kekal sehingga benda yang memiliki temperatur
lebih tinggi akan melepaskan energi sebesar QL dan benda yang memiliki
temperatur lebih rendah akan menerima energi sebesar QT dengan besar
yang sama. Secara matematis, pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai
berikut:
QLepas = QTerima
(2.3)
Persamaan tersebut menyatakan hukum kekekalan energi pada
pertukaran kalor yang disebut sebagai Asas Black. Nama hukum ini
diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris sebagai penghargaan atas jasa-
jasanya, yakni Joseph Black (1728–1799). Pengukuran kalor sering
dilakukan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Jika kalor jenis suatu
zat diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan dapat ditentukan dengan
mengukur perubahan temperatur zat tersebut. Kemudian, dengan
menggunakan persamaan:
17
Q = m c ΔT
(2.4)
Besarnya kalor dapat dihitung. Ketika menggunakan persamaan ini,
perlu diingat bahwa temperatur naik berarti zat menerima kalor, dan
temperatur turun berarti zat melepaskan kalor (Pujiyanta,2007).
E. KonduktivitasTermal
Membahas kalor tentunya tidak lepas dari konduktivitas termal bahan-
bahan pengantar panas. Konduktivitas atau keterhantaran termal (k) adalah
suatu besaran intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk
menghantarkan panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena transport
di mana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi termal dari
satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih
rendah. Secara matematis konduktivitas termal dapat ditulis :
(2.5)
Keterangan :
K = konduktivitastermalzat
= laju aliran panas
L = jarak
A = luas
= perubahan suhu
F. Daya Hantar Panas
Telah kita ketahui bahwa kalor itu berpindah dari suhu yang tinggi
kesuhu yang rendah. Sebagai ilustrasi, pernahkah kalian menanak nasi?
Menurut pendapatmu, peristiwa apa yang menyebabkan beras yang
bertekstur keras dapat berubah menjadi nasi yang lunakdan lembut? Tentu
hal ini terjadi karena adanya perpindahan kalor dari api kompor ke beras
dan air yang berada dalam wadah pemasak itu. Bagaimanakah cara kalor
berpindah? Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi,
dan radiasi (Mudi, 2013).
18
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai perpindahan
zat penghantar.Misalnya, salah satu ujung batang besi kita panaskan.
Akibatnya, ujung besi yang lain akan terasa panas. Coba perhatikan
gambar berikut:
Gambar 2.2 Proses memanaskan batang logam di dalam nyala api
Jika salah satu ujung sebuah batang logam diletakkan di dalam
nyala api, sedangkan ujung yang satunya lagi dipegang, bagian batang
yang dipegang ini akan terasa makin lama makin panas, walaupun
tidak kontak langsung dengan nyala api itu.Batang logam ini terdiri
dari partikel-partikel logam yang sangat berdekatan letaknya.Sehingga
saat ujung logam dikenai panas maka partikel diujung tersebut
memperoleh energi panas yang membuatnya bergetar dan
bertumbukan dengan partikel disebelahnya tanpa ikut berpindah.
Akibatnya partikel partikel terus bergetar dan membuat partikel
lainnya ikut bergetar dan memperoleh energi berupa panas dan proses
berjalan terus hingga ujung logam satunya lagi.
Dalam hal ini dapatdikatakan bahwa panas sampai di ujung batang
yang bertemperatur lebih rendah secara konduksi (hantaran) sepanjang
atau melalui bahan batang itu. Konduksi panas hanya dapat terjadi
dalam suatu benda apabila ada bagian-bagian benda itu berada pada
suhu yang tidak sama, dan arah alirannya selalu dari titik yang
mempunyai suhu lebih tinggi ke titik yang mempunyai suhu lebih
rendah.
Pada prinsipnya jika terdapat perbedaan suhu dari dua ujung benda
padat, maka akan terjadi perpindahan panas dari suhu yang tinggi ke
19
suhu yang rendah. Jadi, syarat terjadinya konduksi kalor pada suatu
zat adalah adanya perbedaan suhu. Berdasarkan kemampuan
menghantarkan kalor, zat dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang
mudah menghantarkan kalor (penghantar yang baik) seperti besi
tembaga dll. Isolator adalah zat yang sulit menghantarkan kalor
(penghantar yang buruk) seperti air dll.
Adanya perpindahan kalor tentunya mengakibatkan perubahan
panas pada suatu benda. Kuantitas perubahan panas dQ yang
dipindahkan selama waktu dt disebut juga sebagai laju panas(H)
tergantung pada luas penampang A dan gradien suhu xT / :
x
TAk
dt
dQH
..
(2.6)
dengan k adalah koefisien konduktivitas panas dari zat.
Lajupanas (H) didefinisikan sebagai daya hantar panas (
),
sehingga
(2.7)
2. Konveksi
Gambar 2.3 Proses konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan disertainya
perpindahan partikel. Konveksi ini umumnya terjadipada zat fluid (zat
yang mengalir) seperti air dan udara. Konveksidapat terjadi secara
alami ataupun dipaksa. Jika bahan yang dipanaskan dipaksa bergerak
dengan alat peniup atau pompa, prosesnya disebut konveksi yang
20
dipaksa, kalau bahan itu mengalir akibat perbedaan rapat massa,
prosesnya disebut konveksi alamiah atau konveksi bebas.
Konveksi alamiah misalnya saat memasak air terjadi gelembung
udara hingga mendidih dan menguap.Sedangkan konveksi terpaksa
contohnya hair dryer yangmemaksa udara panas keluar yang diproses
melalui alat tersebut.
Pada konveksi alami, pergerakan atau aliran energi kalor terjadi
akibat perbedaan massa jenis. Sehingga dirumuskan:
H = h A T
(2.8)
Dimana:
H = laju perambatan kalor (J/s)
A = luas penampang yang dilalui (m2)
h = koefisien konveksi termal (J/m2 s ºC)
T = perbedaan suhu (ºC)
proses terjadinya konveksi saat memasak air
Gambar 2.4 Proses memasak air
Air merupakan zatcair yang terdiri dari partikel-partikel penyusun
air. Saat memasak air dalam panci, api memberikan energi kepada
panci dalam hal ini termasuk proses konduksi.
Kemudian panas yang diperoleh panci kemudian dialirkan pada
air.partikel air paling bawah yang pertama kali terkena panas
kemudian lama kelamaan akan memiliki massa jenis yang lebih kecil
karena sebagian berubah menjadi uap air. Sehingga saat massa
jenisnya lebih kecil partikel tersebut akan berpindah posisi naik ke
permukaan. Air yang masih diatas permukaan kemudian turun ke
bawah menggantikan posisi partikel yang tadi. Begitulah seterusnya
21
hingga mendidih dan menguap seperti tampak pada gambar di bawah
ini:
Gambar 2.5 Proses konveksi yang berlangsung saat memasak air
3. Radiasi
Radiasi merupakan proses perpindahan kalor yang tidak
memerlukan medium (perantara). Radiasi ini biasanya dalam bentuk
Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari.
Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari proses radiasi juga
berlaku saat kita berada didekat api unggun.
Kita akan meninjau proses radiasi yang berasal dari matahari.
Matahari adalah sumber cahaya di bumi, sinarnya masuk ke bumi
melewati filter yang disebut atmosfer, sehingga cahaya yang masuk ke
bumi adalah cahaya yang tidak berbahaya. Cahaya yang masuk ke
bumi melalui lapisan atmosfer itu dikenal dengan gelombang
elektromagnetik yang terbagi ke dalam gelombang pendek dan
gelombang panjang. Seperti Radio, TV, Radar, Inframerah, Cahaya
Tampak, Ultraviolet, Sinar X dan Sinar Gamma.
Gambar 2.6 Proses memanaskan tangan diatas api unggun
22
Sinar Gelombang Elektromagnetik tersebut dibedakan
berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya.Semakin besar
panjang gelombang semakin kecil frekuensinya.Energi radiasinya
tergantung dari besarnya frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi
semakin besar energi radiasinya.Sinar Gamma adalah gelombang
elektromagnetik dan sinar radio aktif dengan energi radiasi terbesar.
Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam,
yang memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi
radiasi yang dikenainya juga makin besar. Hal ini adalah fakta sehari-
hari. Saat kita menjemur pakaian hitam dan putih dibawah sinar
matahari berwarna dengan jenis dan tebal yang sama, maka pakaian
warna hitam akan lebih cepat kering dibandingkan dengan pakaian
berwarna putih.
Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna menyerap
panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau
cahaya dengan sempurna. Sehingga emisivitas bahan (kemampuan
menyerap panas) untuk warna hitam e = 1 sedangkan warna putih e =
0.Untuk warna lainnya berkisar antara 0dan1.
Laju pancaran kalor oleh permukaan hitam, menurut Stefan
dinyatakan sebagai berikut. Energi total yang dipancarkan oleh suatu
permukaan hitam sempurna dalam bentuk radiasi kalortiap satuan
waktu, tiap satuan luas permukaan sebanding dengan pangkat empat
suhu mutlak permukaan itu. Secara matematis, laju kalor radiasi
ditulis dengan persamaan :
H = t
Q = AT
4
(2.9)
adalah konstanta Stefan – Boltzmann dengan nilai 5,67 x 10-8
W/m2k
4. Persamaan tersebut berlaku dengan permukaan hitam
sempurna. Untuk setiap permukaan dengan enisifitas e (0 ≤ e ≥ 1)
sehingga menjadi :
23
H = t
Q = e AT
4
(2.10)
Sehingga untuk mendalami materi mengenai radiasi ini dikenal
alat yang bernama termoskop. Termoskop adalah alat untuk
menyelidiki sifat pancaran dari permukaan zat. Sebuah termoskop
terdiri atas dua bola kaca hitam dan putih yang dihubungkan dengan
pipa U.
24
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat peraga sederhana
termoskop tertera pada Tabel 3.1 Alat dan Bahan.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No Gambar alat Nama alat Jumlah
1.
Bolam 2 buah
2.
Alkohol Secukupnya
3.
Lilin 1 batang
4.
Selang 30cm
5.
Papan Secukupnya
25
6.
Cat Piloks Hitam Secukupnya
7.
Bor 1 buah
8.
Paku Klem 3 buah
9.
Ginju Secukupnya
10.
Lem Timbalbalik Secukupnya
11.
Paku 1 buah
12.
Palu 1 buah
13.
plastisin secukupnya
26
3.1.1 Fungsi alat dan bahan
Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan alat peraga
sederhana termoskop adalah:
1. Bolam : alat penerima/penyerap kalor
2. Alkohol : cairan untuk analisis penyerapan kalor
3. Lilin : sumber kalor
4. Selang : aliran berisi alkohol
5. Papan : penyangga bolam dan selang berisi alkohol
6. Cat Piloks : pewarna untuk bolam
7. Bor : pelubang dudukan bolam
8. Paku Klem : penyangga selang
9. Ginju : pewarna alkohol
10. Lem Timbalbalik : penghubung selang dan bolam
11. Paku : penghubung papan rangkaian
12. Palu : alat bantu pemasangan paku
13. Plastisin : bahan penutup sambungan piting bolam dan
selang berisi alkohol berwarna.
3.2 Waktu dan tempat
Telah dikerjakan pembuatan alat peraga sederhana termoskop:
Waktu pengerjaan : 26 Juni 2014- 22 Juli 2014
Tempat pengerjaan : Jl.Semangka 9 panorama singgaran pati Bengkulu
3.3 Langkah-langkah kerja
Langkah kerja pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop adalah:
1. Siapkan alat dan bahan pada tabel alat dan bahan diatas.
2. Buatlah papan 1 dengan panjang dan lebar 22x16cm dan sepasang papan
dengan panjang dan lebar 22x8cm.
27
Gambar 3.1 Petunjuk langkah 2a Gambar 3.2 Petunjuk langkah 2b
3. Rangkai ketiga papan hingga membentuk penopang seperti gambar 3.3
Gambar 3.3 Petunjuk langkah 3
4. Bor sisi atas papan bagian kiri dan kanan hingga membentuk lubang
lingkaran.
Gambar 3.4 Petunjuk langkah 4
5. Lubangi bolam pada bagian fitingnya, dan keluarkan isi bolam.
Gambar 3.5 Petunjuk langkah 5
Papan
22x16cm
Papan
22x8cm
Sepasang
Papan
22x8cm
Papan
22x16cm
Bagian
atas
papan
lubang
kiri
Bagian
atas
papan
lubang
kanan
Bagian hitam
piting dibawah
bolam dibuang
28
6. Cat salah satu bolam dengan warna hitam.
Gambar 3.6 Petunjuk langkah 7
7. Campurkan alkohol dan gincu.
8. Bentuk selang seperti pipa U, gunakan paku klem sebagai penyangga dan
masukkan alkohol berwarna kedalam selang sehingga membentuk
ketinggian alkohol yang sama.
Gambar 3.7 Petunjuk langkah 8
9. Hubungkan kedua bolam dengan selang berisi alkohol berwarna dan
letakkan lilin ditengahnya.
Gambar 3.8 Petunjuk langkah 9
Selang dan
bolam
terhubung
Lilin
berada
tepat
ditengah
29
3.4 Rangkaian alat (Rujukan)
Rangkaian alat (Rujukan) pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop
terlihat pada gambar 3.10
Gambar 3.10 Rangkaian rujukan
3.5 Ekstimasi pembiayaan
Ekstimasi pembiayaan pada pembuatan alat peraga sederhana termoskop,
adapun pembiayaannya adalah sebagai berikut:
1. 2 buah bolam doop @4000 = Rp. 8000
2. 1 botol alkohol 95% @9000 = Rp. 9000
3. 1 batang lilin @1000 = Rp. 1000
4. Cat piloks hitam @27000 = Rp.23000
5. 25cm selang bening @3000 = Rp. 2000
6. Plastisin @2000 = Rp. 2000
7. Lem timbal balik @5000 = Rp. 5000 +
Rp.50.000
30
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar hasil akhir pembuatan alat peraga termoskop terlihat pada (gambar
4.1).
Gambar 4.1 Rangkaian hasil akhir TERMOSKOP
31
4.2 Pembahasan
Dalam pembuatan alat peraga termoskop ini didapat hasil yang sesuai
dengan gambaran dan rujuakan yang saya ambil dari buku-buku pembelajaran
sekolah menengah pertama pada tingkat kedua. Ditinjau dari rangkaian dan
hasil yang didapat kesemuanya sesuai dengan yang diharapkan.
Dimana pada pembuatan alat peraga termoskop, dibuat dengan alat dan
bahan utama yaitu: bolam, air alkohol berwarna, dan lilin. Untuk fungsi
ketiga alat dan bahan ini adalah: Bolam berfungsi sebagai alat yang berguna
untuk menangkap/menyerap kalor. Disini ada dua bolam, dengan bolam satu
di cat piloks berwarna hitam dan bolam yang satunya tetap berwarna bening.
Hal ini nantinya untuk menunjukkan daya serap kalor secara radiasi
disebabkan oleh beda warna bahan, yaitu bolam hitam dan bolam bening.
Kemudian alkohol berwarna berfungsi sebagai bahan yang diguna untuk
membuktikan pengaruh tangkapan/serapan kalor terhadap bolam. Disini
digunaka alkohol 95% dan terlebih dahulu diberi gincu agar alkohol kelak
ketika dimasukkan kedalam selang tampak pergerakkannya. Dan lilin
berfungsi sebagai sumber kalor, yang nantinya digunakan untuk
membuktikan daya serap kalor pada kedua bolam. Gambar hasil dapat dilihat
pada bab 4 (Gambar 4.1 Rangkaian hasil akhir TERMOSKOP).
Adapun alat dan bahan penunjang yang digunakan dalam proses
pembuatan alat peraga termoskop ini adalah: gincu, palu, paku, lem timbal
balik, paku klem, bor, cat piloks hitam, papan, dan selang. Dengan fungsi alat
dan bahan dapat dilihat pada bab 3 fungsi alat dan bahan.
Dengan perangkaian alat sesuai dengan langkah, menggunakan alat dan
bahan sesuai dengan kegunaannya maka didapat hasil yang baik. Alat peraga
sederhana termoskop ini bekerja untuk membuktikan daya serap kalor
terhadap warna bahan yang digunakan. Dimana saat lilin dinyalakan terjadi
penyerapan kalor oleh bolam berwarna hitam dan bolam bening, perbedaan
penyerapan kalor yang terjadi pada kedua bolam menyebabkan air alkohol
berwarna didalam selang yang dihubungkan dengan bolam bereaksi. Pada
percobaan didapat bahwa air alkohol yang berada dibawah bolam hitam
terdorong kebawah dan air alkohol berwarna dibawah bolam bening naik. Hal
32
ini menunjukkan bahwa kalor yang diserap oleh bolam hitam lebih cepat
dibandingkan kalor yang diserap pada bolam bening. Konsep kerja ini
merupakan perinsip kerja perpindahan kalor secara radiasi dimana
dipengaruhi oleh warna bahan penyerap kalor. Secara lebih lengkap
diterangkan pada landasan teori pada bab 2.
Dalam perangkaian alat peraga termoskop ini terdapat beberapa
tantangan dan kesulitan, diantaranya:
1. Saat penyetelan bolam dan peletakannya pada lubang dudukan
harus hati-hati, karena bolam yang tipis permukaan kacanya
menyebabkan bolam mudah pecah.
2. Pada saat menghubungkan selang dengan kedua bolam hendaklah
piting lubang bolam tertutup rapat tanpa celah, agar kerja alat
maksimal.
Dengan adanya hambatan yang terjadi pada saat pembuatan alat peraga
sederhana ini menimbulkan rancangan pembiayaan awal yang terlampir pada
bab 3 menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan saya harus menambah
pembelian 2 bolam lagi yang sebelumnya hanya direncanakan 2 bolam saja,
karena kurangnya kehati-hatian saat penggerjaan sehingga 2 bolam pecah dan
harus diganti.
Kendala lain saat penggunaan alat termoskop ini adalah lambannya kalor
yang diberikan oleh lilin terhadap bolam sehingga untuk melihat reaksi
kenaikan dan penurunan air pada alkohol berwarna membutuhkan waktu yang
lama. Sehingga saat persentasi dilakukan, saya tidak dapat menunjukkan
secara langsung hasil kerja alat peraga. Tetapi dapat saya buktikan melalui
vidio hasil (alamat Youtube vidio terlampir).
Akan tetapi alat peraga sederhana termoskop ini memudahkan guru
dalam pembelajaran kalor nantinya. Dengan alat termoskop ini guru dapat
dengan sederhana dan mudah mengajarkan materi perpindahan kalor secara
radiasi sehingga menarik minat siswa untuk lebih termotivasi dan berpikir
kreatifdalam proses pembelajaran, karena alat peraga ini telah dikemas
dengan sangat menarik dan mudah digunakan.
33
Untuk para pembaca sekalian yang ingin lebih mendalami konsep
perpindahan kalor secara radiasi ditinjau dari daya serap kalor yang
dipengaruhi oleh warna bahan anda bisa menggunakan ide kreatif lain
misalnya anda membuat miniatur yang terbuat dari kain fanel berbentuk
boneka yang satunya diberi baju berwarna hitam dan satunya diberi baju
berwarna putih. Kedua boneka ini dapat menggantikan bolam pada percobaan
alat peraga yang saya buat. Dengan menggunakan boneka sebagai alat
penyerap kalornya diharapkan sistem kerja dari termoskop menjadi lebih
cepat dibandingkan bolam pada alat peraga yang saya buat. Untuk para
pembaca selamat mencoba.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengerjaan alat peraga termoskop ini didapat kesimpulan:
1. Saat lilin dihidupkan kalor yang dipancarkan lilin diserap oleh kedua
bolam sehingga didapat bolam yang berwarna hitam menyerap kalor
lebih cepat dibandingkan kalor yang diserap pada bolam bening, alkohol
pada bagian bawah bolam hitam terdorong kebawah dan alkohol dibawah
bolam bening terdorong keatas. Bolam hitam menyerap lebih cepat kalor
karena warna yang lebih gelap dapat dengan mudah menyerap kalor
dibandingkan dengan yang berwarna cerah. Terbukti melalui proses
perpindahan kalor secara radiasi sebagai akibat dari daya serap kalor
pada warna. Dimana warna hitam lebih cepat menyerap kalor
dibandingkan warna cerah.
2. Dari percobaan pembuatan alat peraga sederhana termoskop siswa
mampu untuk memecahkan masalah yang ada dan berpikir kreatif
bagaimana cara mereka dalam membuktikan daya serap bahan terhadap
perbedaan warna. Dimana bolam hitam lebih cepat menyerap panas
dibandingkan bolam bening.
3. Siswa berpikir dan bertindak kreatif dengan antusias menemukan hasil
yang sesuai dengan penunjang dan sumber belajar yang tersedia.
5.2 Saran
1. Untuk para praktikan yang ingin mencoba membuat alat peraga ini
diharapkan untuk berhati-hati dalam pengerjaan, agar kecelakaan
pecahnya bolam pada saat perangkaian alat tidak terjadi dan melukai
praktikan.
2. Diharapkan untuk lebih banyak membaca literatur, agar semua materi
yang berkaitan dengan kerja alat peraga termoskop dapat memberikan
pembelajaran yang baik.
35
3. Untuk para guru yang ingin menggunakan alat peraga ini sebaiknya
menggantikan sumber kalor agar nantinya penyerapan bolam akan terjadi
secara cepat sehingga reaksi dari alkohol dapat terlihat jelas tanpa
menunggu waktu yang lama.
4. Sebaiknya alat dapat dikemas lebih menarik lagi sehingga dapat
menstimulasi siswa untuk bersemangat dalam penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2012. Jenis-jenis Media Pembelajaran.
http://www.asikbelajar.com/2012/10/jenis-jenis-media-pembelajaran.html.
Diakses 3 juli 2014.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Haryanto. 2012. Pengertian Media Pembelajaran.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/. Diakses 3 juli
2014.
Hendri. 2012. Suhu. http://suhu-kalor-dan-perpindahan-kalor_29.html .Diakses 29
Juni 2014.
Herminegari. 2012. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran.
http://herminegari.wordpress.com/perkuliahan/fungsi-dan-manfaat-media-
pembelajaran/. Diakses 3 Juli 2014.
Jabbar. 2008. Kalor. http://alljabbar.wordpress.com/2008/03/23/kalor/. Diakses 3
Juli 2014.
Mudi, Gomuda. 2013. Perpindahan Kalor: Konduksi, Konveksi dan Radiasi .
http://perpindahan-kalor-konduksi-konveksi-dan.html. Diakses 29 juni
2014.
Purjiyanta, Eka dkk. 2007. IPA FISIKA untuk SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga
Purwanto, budi dkk. 2004. Sains fisika konsep dan penerapannya. Solo: Tiga
Serangkai
Santoso, Agus.2010. Teknik pembuatan media pembelajaran berbasis komputer :
model simulasi . http://4mathagus.blogspot.com/2010/08/teknik-pembuatan-
media-pembelajaran.html . Diakses 3 Juli 2014.
LAMPIRAN
1. Vidio pembelajaran “Termoskop Seftia Haryani (FKIP Fisika UNIB)” pada
http://youtu.be/Zo35_F4cLXs .
2. CD media pembelajaran Termoskop (Vidio, Laporan PDF, Powerpoint)