3203007328
TRANSCRIPT
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS PADA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA
OLEH:
SOFIAN
3203007328
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2011
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS PADA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA
SKRIPSI Diajukan kepada
FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
OLEH:
SOFIAN
3203007328
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2011
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sofian
NRP : 3203007328
Judul Skripsi : Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Kantor
Akuntan Publik di Surabaya
Menyatakan bahwa tugas akhir skripsi ini adalah ASLI karya tulis
saya. Apabila terbukti karya ini merupakan plagiarisme, saya
bersedia menerima sanksi yang akan diberikan oleh Fakultas Bisnis
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Surabaya, 20 Juli 2011
Yang Menyatakan,
(Sofian)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugerah-Nya dari awal hingga akhir penulisan skripsi
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini ditulis
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Bisnis Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya.
Dukungan baik moril maupun materiil telah diberikan oleh
banyak pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Dr. Chr. Whidya Utami, MM. sebagai Dekan Fakultas Bisnis
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
2. Yohanes Harimurti, SE., M.Si., Ak. sebagai Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
3. Achmad Maqsudi, Drs., M.Si., Ak. sebagai Dosen Pembimbing I
yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, waktu dan
saran-saran selama penulisan skripsi ini.
4. Lindrawati,S.Kom., SE.,M.Si. sebagai Dosen Pembimbing II
yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan
petunjuk-petunjuk selama penulisan skripsi ini
5. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya yang telah membeikan ilmu pengetahuan
selama masa studi hingga penulisan skripsi.
6. S. Patricia Febrina Dwijayanti, SE. sebagai orang yang banyak
memberikan masukan, bantuan, dan dukungan selama penulisan
skripsi ini.
vi
7. Keluarga tercinta yang banyak memberikan dukungan moril dan
materiil dari awal hingga akhir penulisan skripsi.
8. Teman-teman yang ikut membantu memberikan semangat dan
dukungan selama penulisan skripsi.
Atas segala keterbatasan dalam skripsi ini, maka semua
kritik dan saran akan diterima dengan lapang dada. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan dan menjadi masukan bagi penelitian
selanjutnya.
Surabaya, Juli 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .... iv
KATA PENGANTAR ............................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xii
ABSTRAK .............................................................................. xiii
ABSTRACT .............................................................................. xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................ 6
1.3. Tujuan penelitian .............................................. 6
1.4. Manfaat penelitian ............................................ 7
1.5. Sistematika Penulisan ....................................... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................ 9
2.1. Penelitian Terdahulu ......................................... 9
2.2. Landasan Teori ................................................. 13
2.3. Pengembangan Hipotesis ................................. 28
2.4. Model Penelitian............................................... 34
viii
BAB 3. METODE PENELITIAN .......................................... 35
3.1. Desain Penelitian .............................................. 35
3.2. Identifikasi Variabel ......................................... 35
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 35
3.4. Jenis dan Sumber Data ..................................... 38
3.5. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................ 38
3.6. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel .............................................................. 39
3.7. Teknik Analisa Data ......................................... 39
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................... 43
4.1. Karakteristik Objek Penelitian ......................... 46
4.2. Deskripsi Data .................................................. 48
4.3. Analisis Data .................................................... 53
4.4. Pembahasan ...................................................... 67
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ....................................... 73
5.1. Simpulan ............................................................ 73
5.2. Saran .................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 76
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ..... 46
Tabel 4.2. Profil Responden .................................................. 47
Tabel 4.3. Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum, dan
Maximum Pertimbangan Tingkat Materialitas ..... 49
Tabel 4.4. Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum, dan
Maximum Pengabdian Pada Profesi ..................... 49
Tabel 4.5. Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum, dan
Maximum Kewajiban Sosial................................. 50
Tabel 4.6. Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum, dan
Maximum Kemandirian ........................................ 51
Tabel 4.7. Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum, dan
Maximum Keyakinan Terhadap Peraturan Profesi 52
Tabel 4.8. Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum, dan
Maximum Hubungan Dengan Sesama Profesi ..... 52
Tabel 4.9. Uji Validitas Pengabdian Pada Profesi ................... 53
Tabel 4.10. Uji Validitas Kewajiban Sosial ............................ 54
Tabel 4.11. Uji Validitas Kemandirian ................................... 54
Tabel 4.12. Uji Validitas Keyakinan Terhadap Peraturan
Profesi .................................................................. 55
Tabel 4.13. Uji Validitas Hubungan Dengan Sesama Profesi . 55
Tabel 4.14. Uji Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas . 56
Tabel 4.15. Uji Reliabilitas ..................................................... 57
Tabel 4.16. Uji Tolerance dan VIF.......................................... 61
x
Tabel 4.17. Uji Koefisien Korelasi .......................................... 61
Tabel 4.18. Uji Durbin-Watson ............................................... 62
Tabel 4.19. Uji Statistik F ........................................................ 63
Tabel 4.20. Uji Statistik t ......................................................... 65
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Model Analisis .................................................. 34
Gambar 4.1. Grafik Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual ...................................... 58
Gambar 4.2. Grafik Histogram .............................................. 59
Gambar 4.3. Grafik Scatterplot ............................................. 60
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Surabaya
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner
Lampiran 4. Mean, Standard Deviation, Minimum, dan Maximum
Lampiran 5. Uji Validitas
Lampiran 6. Uji Reliabilitas
Lampiran 7. Uji Asumsi Klasik
Lampiran 8. Tabel Nilai Durbin-Watson
xiii
ABSTRAK
Laporan keuangan menjadi media komunikasi yang diperlukan oleh pihak-pihak di luar perusahaan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Agar laporan keuangan dapat menjadi alat yang handal dan relevan dalam pembuatan keputusan, maka laporan keuangan perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini auditor eksternal. Salah satu tanggung jawab auditor adalah menentukan pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan kliennya. Pertimbangan materialitas auditor salah satunya dipengaruhi oleh profesionalisme auditor. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Desain penelitian adalah kuantitatif dengan hipotesis. Data diperoleh langsung dari penyebaran kuesioner kepada akuntan publik yang bekerja pada kantor akuntan publik di Surabaya. Dimensi profesionalisme auditor terdiri dari 5 dimensi, yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Teknik analisis data menggunakan model regresi linier berganda, pengujian validitas dan reliabilitas, pengujian asumsi klasik, dan pengujian hipotesis dengan uji t.
Hasil analisis menunjukkan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dari lima dimensi profesionalisme auditor, dimensi pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas, dimana pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial berpengaruh positif, sedangkan yang tidak mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas adalah dimensi kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Kata kunci: auditor eksternal, pertimbangan tingkat materialitas,
profesionalisme auditor
xiv
ABSTRACT
Financial reports as a medium of communication required by the parties outside the company to base decision-making. So that financial statements can be a tool that is reliable and relevant for making a decision, financial statements need to be audited by an independent third party, in this case the external auditor. One of the auditor's responsibility is to determine the materiality level consideration his client's financial statements. Auditor's materiality considerations one of which is influenced by professionalism auditors. Therefore, this study aims to examine the influence of the professionalism auditors on materiality consideration. The research design was quantitative with the hypothesis. Data obtained directly from distributing questionnaires to the public accountant who worked in the office of the public accountant in Surabaya. The dimensions of professionalism auditors consists of five dimensions, that is dedication to the profession, social obligations, autonomy, belief in self-regulation, professional community affilitation. Data analysis techniques using multiple linear regression model, testing the validity and reliability, test assumptions classical, and hypothesis testing by t test. The analysis showed that the professionalism of auditors affect the level of materiality considerations. From the five dimensions of auditor professionalism, dedication to the profession and social obligations affect the level of materiality, where dedication to the profession and social obligations have a positive influence, while not affecting auditor's consideration of materiality are autonomy, belief in self-regulation, and professional community affilitation. Keywords: external auditor, auditor's consideration of materiality,
professionalism auditors
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan dilaksanakan oleh seorang auditor,
yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Setiap perusahaan berbadan
hukum berbentuk perseroan terbatas terutama perusahaan yang
telah go public, memerlukan jasa audit atas laporan keuangan.
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002:6), audit laporan
keuangan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud
agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut
telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan keuangan perusahaan telah menjadi sebuah media
komunikasi yang diperlukan oleh pihak-pihak di luar perusahaan
yang berkepentingan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar
auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance)
mengenai hasil akhir proses audit, yaitu laporan auditor yang
berupa opini audit.
Pihak-pihak luar perusahaan memerlukan informasi
mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan investasi.
Umumnya mereka mendapatkan informasi dari laporan keuangan
yang disajikan oleh pihak manajemen. Di satu pihak, manajemen
1
perusahaan ingin menyampaikan informasi mengenai
pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak luar,
di pihak lain, pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi
yang handal dari manajemen perusahaan mengenai
pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan. Adanya dua
kepentingan ini mengakibatkan timbul dan berkembangnya profesi
akuntan publik atau auditor eksternal.
Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perlu
diaudit oleh pihak ketiga yang independen, dalam hal ini yaitu
auditor eksternal karena: (1) adanya perbedaan kepentingan antara
manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan, (2) laporan
keuangan ada kemungkinan mengandung salah saji baik yang
disengaja maupun tidak disengaja, dan (3) perusahaan memerlukan
opini wajar tanpa pengecualian dari auditor eksternal. Diharapkan
para pemakai laporan keuangan dapat memperoleh keyakinan
bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang
material dan disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum setelah diaudit oleh auditor eksternal.
Sebagai sebuah profesi yang dibutuhkan oleh masyarakat,
seorang auditor eksternal harus berpegang teguh pada Kode Etik
Profesi Akuntan Publik, dimana di dalamnya ada tuntutan bagi
auditor eksternal untuk berperilaku profesional. Profesionalisme
sendiri adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan
ciri suatu profesi atau orang yang profesional (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
2
Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang
bekerja sebagai auditor eksternal. Setiap praktisi wajib mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
(Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2010). Auditor eksternal
yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan
memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil
keputusan. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan
yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam
mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang
akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkannya. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik
tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat
materialitas (Martiyani, 2010). Profesionalisme itu sendiri dapat
dilihat melalui lima dimensi, yaitu pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan
profesi, dan hubungan dengan sesama profesi (Syahrir, 2002;
dalam Fridati, 2005).
Pada saat proses audit laporan keuangan, auditor terlebih
dahulu membuat perencanaan audit secara memadai. Menurut
Arens, Elder, dan Beasley (2008:319), salah satu perencanaan yang
dilakukan auditor yaitu menetapkan materialitas dan menilai risiko
audit yang dapat diterima serta risiko inheren. Dalam perencanaan
tersebut, auditor akan dihadapkan dengan keputusan atas
pertimbangan tingkat materialitas. Risiko Audit dan Materialitas
dalam Pelaksanaan Audit No. 10 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
3
2001) mendefinisikan materialitas sebagai besarnya informasi
akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat
dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan
materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang
melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif
maupun kualitatif. Sedangkan, materialitas laporan keuangan
merupakan salah saji agregat minimum dalam suatu laporan
keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (Boynton dkk., 2002:331).
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit No.
12 (IAI, 2001) menyatakan agar auditor mempertimbangkan
materialitas dalam: (1) merencanakan audit dan merancang
prosedur audit, serta (2) Mengevaluasi apakah laporan keuangan
secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Auditor perlu mempertimbangkan materialitas dan
risiko audit dalam perencanaan sifat, luas, dan saat prosedur audit,
serta dalam pengevaluasian hasil prosedur tersebut (Simamora,
2002:97).
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu
masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi
auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan
(IAI, 2001). Sebagai auditor profesional, dalam melaksanakan
4
proses audit dan penyusunan laporan keuangan, wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional
maka auditor harus membuat perencanaan audit sebelum memulai
proses audit. Dalam memenuhi perannya yang membutuhkan
tanggung jawab yang besar, auditor eksternal harus mempunyai
wawasan yang luas dan pengalaman yang memadai (Fridati, 2005;
Wahyudi dan Mardiyah, 2006; Herawaty dan Susanto, 2008).
Pertimbangan atas materialitas bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan karena standar audit tidak mengatur secara rinci
tentang nilai materialitas yang harus ditentukan oleh auditor. Oleh
karena itu, baik tidaknya pertimbangan auditor tentang materialitas
ditentukan oleh kualitas auditor itu sendiri atau dalam hal ini
adalah profesionalisme auditor. Semakin baik profesionalisme
seorang auditor, maka semakin baik pula pertimbangannya atas
materialitas (Herawaty dan Susanto, 2008).
Sikap profesionalisme yang baik membuat seseorang akan
mampu melaksanakan tugasnya, meskipun imbalan ekstrinsiknya
berkurang. Selain itu, profesionalisme seorang auditor akan
mampu untuk membuat keputusan tanpa tekanan pihak lain.
Auditor akan selalu bertukar pikiran dengan rekan sesama profesi,
dan selalu beranggapan bahwa yang paling berwenang untuk
menilai pekerjaannya adalah rekan sesama profesi sehingga dengan
profesionalisme yang tinggi kemampuan dalam
mempertimbangkan tingkat materialitas suatu laporan keuangan
akan semakin baik pula (Pramono, 2007).
5
Penelitian ini menggunakan objek penelitian KAP di
Surabaya dengan didasarkan pertimbangan keberadaan KAP di
Surabaya merupakan KAP dengan jumlah terbesar kedua di
Indonesia, setelah Jakarta (IAPI, 2011). Selain itu, beberapa KAP
di Surabaya memiliki afiliasi dengan KAP The Big Four, yang
merupakan kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi
international terbesar yang menangani mayoritas pekerjaan audit
untuk perusahaan publik (Auditor Empat Besar, 2008).
Berdasarkan jumlah KAP yang besar dan bertaraf internasional,
diharapkan KAP yang berada di Surabaya memiliki jasa akuntan
publik yang profesional dan berkualitas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan
masalah dari penelitian adalah: ”Apakah profesionalisme auditor
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada KAP
di Surabaya?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis
pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat
materialitas pada KAP di Surabaya.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Sebagai bahan acuan atau perbandingan bagi peneliti
berikutnya mengenai pengaruh profesionalisme auditor
terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada KAP di
Surabaya untuk tujuan audit laporan keuangan.
2. Manfaat Praktik
Membantu KAP di Surabaya dalam memberikan
pengetahuan kepada para auditornya mengenai pengaruh
profesionalisme terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Diharapkan auditor eksternal dapat memiliki kualitas jasa
audit yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan para pemakai jasa audit di KAP tersebut dan
meningkatkan keberadaan profesi akuntan di dunia bisnis.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir secara garis besar
disusun dalam lima bab sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penulisan skripsi.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai penelitian terdahulu,
landasan teori yang digunakan, pengembangan hipotesis,
dan model penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang
digunakan meliputi desain penelitian, identifikasi variabel,
definisi operasional, dan pengukuran variabel, jenis data
dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data,
populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan teknik
analisis data.
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai karakteristik objek
penelitian, deskripsi data, analisis data, dan pembahasan
hasil penelitian.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas mengenai simpulan dari keseluruhan
pembahasan penelitian dan saran-saran yang dapat
diberikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dengan topik pengaruh
profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas telah
dilakukan oleh Fridati (2005), Wahyudi dan Mardiyah (2006),
Pramono (2007), dan Yendrawati (2008). Penelitian acuan utama
dilakukan oleh Fridati (2005) dengan judul: “Analisis Hubungan
Antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat
Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan di
Jogjakarta”, bertujuan memberikan bukti empiris tentang hubungan
profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas
untuk tujuan audit laporan keuangan. Dimensi profesionalisme
yang digunakan Fridati (2005), yaitu pengabdian terhadap profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan
profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Terdapat korelasi
positif antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan auditor
terhadap tingkat materialitas dalam pengauditan laporan keuangan.
Simpulan penelitian adalah dimensi pengabdian terhadap profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan
profesi, dan hubungan dengan sesama profesi berhubungan
signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Persamaan penelitian Fridati (2005) dan penelitian saat ini
yaitu keduanya sama-sama meneliti mengenai pertimbangan
9
materialitas dengan menggunakan profesionalisme auditor.
Sedangkan perbedaannya adalah:
1. Objek penelitian. Penelitian Fridati (2005) menggunakan KAP
yang berada di kota Yogyakarta sejumlah 7 KAP sedangkan
penelitian saat ini menggunakan KAP yang berada di wilayah
Surabaya sejumlah 46 KAP.
2. Periode penelitian. Penelitian Fridati (2005) menggunakan
tahun 2003 sedangkan penelitian saat ini menggunakan tahun
2011.
3. Alat Uji penelitian. Penelitian Fridati (2005) melakukan
pengujian menggunakan metode analisis korelasi Kendall Tau,
sedangkan penelitian saat ini melakukan pengujian
menggunakan metode analisis regresi berganda.
Penelitian dengan topik sejenis berikutnya dilakukan oleh
Yendrawati (2008) dengan judul “Analisis Hubungan Antara
Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat
Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”, yang
bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang hubungan
profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas
untuk tujuan audit laporan keuangan. Dimensi profesionalisme
yang digunakan Yendrawati (2008) yaitu pengabdian terhadap
profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi
dan hubungan sesama profesi. Terdapat korelasi positif antara
profesionalisme auditor dengan pertimbangan auditor terhadap
tingkat materialitas dalam pengauditan laporan keuangan Simpulan
penelitian adalah pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial,
10
kemandirian, dan hubungan sesama profesi tidak mempunyai
hubungan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Hanya dimensi keyakinan terhadap profesi yang memiliki
hubungan signifikan.
Persamaan penelitian Yendrawati (2008) dan penelitian
saat ini yaitu keduanya sama-sama meneliti mengenai
pertimbangan materialitas dengan menggunakan profesionalisme
auditor. Sedangkan perbedaannya adalah:
1. Objek penelitian. Penelitian Yendrawati (2008) menggunakan
KAP yang berada di kota Yogyakarta sejumlah 10 KAP
sedangkan penelitian saat ini menggunakan KAP yang berada
di wilayah Surabaya sejumlah 46 KAP.
2. Periode penelitian. Penelitian Yendrawati (2008)
menggunakan tahun 2008 sedangkan penelitian saat ini
menggunakan tahun 2011.
3. Alat Uji penelitian. Penelitian Yendrawati (2008) melakukan
pengujian menggunakan metode analisis korelasi kendall Tau,
sedangkan penelitian saat ini melakukan pengujian
menggunakan metode analisis regresi berganda.
Penelitian acuan ketiga dilakukan oleh Pramono (2007)
dengan judul “Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor
Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses
Pengauditan Laporan Keuangan”, yang bertujuan untuk menguji
secara empiris pengaruh profesionalisme auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Dimensi profesionalisme yang
digunakan Pramono (2007), yaitu pengabdian pada profesi,
11
kewajiban sosial, kebutuhan untuk mandiri, hubungan dengan
sesama profesi, dan keyakinan terhadap peraturan profesi.
Simpulan penelitian adalah pengabdian pada profesi, kewajiban
sosial, kebutuhan untuk mandiri, hubungan dengan sesama profesi
dan keyakinan terhadap peraturan profesi secara simultan dan
parsial berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas auditor.
Persamaan penelitian Pramono (2007) dan penelitian saat
ini yaitu keduanya sama-sama meneliti mengenai pertimbangan
materialitas dengan menggunakan profesionalisme auditor dan
menggunakan alat uji yang sama, yaitu metode analisis regresi
berganda. Sedangkan perbedaannya adalah:
1. Objek penelitian. Penelitian Pramono (2007) menggunakan
KAP yang berada di kota Semarang sejumlah 18 KAP
sedangkan penelitian saat ini menggunakan KAP yang berada
di wilayah Surabaya sejumlah 46 KAP.
2. Periode penelitian. Penelitian Pramono (2007) menggunakan
tahun 2006 sedangkan penelitian saat ini menggunakan tahun
2011.
Penelitian acuan keempat dilakukan oleh Wahyudi dan
Mardiyah (2006) dengan judul “Pengaruh Profesionalisme Auditor
Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan
Keuangan”, yang bertujuan untuk menguji secara empiris
profesionalisme auditor yang terdiri atas lima dimensi yaitu:
pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,
kepercayaan profesi, dan hubungan dengan sesama rekan seprofesi
12
terhadap tingkat materialitas. Simpulan penelitian adalah
pengabdian pada profesi, kemandirian, kepercayaan profesi, dan
hubungan dengan sesama rekan seprofesi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan kewajiban
sosial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
materialitas.
Persamaan penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006) dan
penelitian saat ini yaitu keduanya sama-sama meneliti mengenai
pertimbangan materialitas dengan menggunakan profesionalisme
auditor dan menggunakan alat uji yang sama, yaitu metode analisis
regresi berganda. Sedangkan perbedaannya adalah:
1. Objek penelitian. Penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006)
menggunakan KAP Suprihadi dan Rekan di Malang
sedangkan penelitian saat ini menggunakan KAP yang berada
di wilayah Surabaya sejumlah 46 KAP.
2. Periode penelitian. Penelitian Wahyudi dan Mardiyah (2006)
menggunakan tahun 2006 sedangkan penelitian saat ini
menggunakan tahun 2011.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
a. Definisi Auditing
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian
antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing
harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens
13
dkk., 2008:4). Dari definisi tersebut terdapat beberapa kata dan
frase kunci, yaitu:
1. Informasi dan Kriteria yang telah ditetapkan, berarti
informasi harus tersedia dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat
digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tesebut.
Kriteria yang berlaku biasanya adalah Prinsip-prinsip
Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU).
2. Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bukti, dalam hal ini
bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk
memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti
dengan kualitas dan jumlah yang mencukupi.
3. Orang yang kompeten dan Independen, merupakan auditor
yang memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis
serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut.
Para auditor juga harus memiliki sikap mental independen
yang tinggi untuk menjaga kepercayaan para pemakai yang
mengandalkan laporan mereka.
Menurut Boynton dkk. (2002:5), auditing didefinisikan
sebagai:
14
“suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujian menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan” Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Suatu proses sistematis, berupa serangkaian langkah atau
prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif,
berarti memeriksa dasar asersi serta mengevaluasi hasil
pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan berprasangka,
baik untuk atau terhadap perorangan maupun entitas yang
membuat asersi tersebut.
3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi, merupakan
representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas.
Asersi ini merupakan subjek pokok auditing. Asersi
meliputi informasi yang dimuat dalam laporan keuangan,
laporan operasi intern, dan Surat Pemberitahuan Pajak
(SPT).
4. Derajat kesesuaian, menunjuk pada kedekatan dimana
asersi dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Derajat kesesuaian dapat
berbentuk kuantitatif dan kualitatif.
15
5. Kriteria yang telah ditetapkan, adalah standar-standar yang
digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau
pernyataan. Kriteria dapat berupa peraturan-peraturan
spesifik yang dibuat oleh badan legislatif, anggaran atau
ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan manajemen, PABU
yang ditetapkan Badan Standar Akuntansi Keuangan, serta
badan-badan pengatur lainnya.
6. Penyampaian hasil, diperoleh melalui laporan tertulis yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria
yang telah ditetapkan. Penyampaian hasil ini dapat
meningkatkan atau menurunkan derajat kepercayaan
pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh
pihak yang diaudit.
7. Pihak-pihak yang berkepentingan, adalah mereka yang
menggunakan temuan-temuan auditor. Dalam lingkungan
bisnis, mereka adalah para pemegang saham, manajemen,
kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas.
Dalam melakukan audit, harus tersedia informasi dalam
bentuk yang dapat diverifikasi dan beberapa standar/kriteria yang
dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut.
Kriteria untuk mengevaluasi informasi tergantung pada informasi
yang sedang diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis
oleh KAP dan kriteria yang berlaku biasanya adalah PABU.
b. Jenis-jenis Audit
Jenis–jenis audit yang dilakukan akuntan publik meliputi
(Arens dkk., 2008:17-19):
16
1. Audit Operasional, mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi.
Dalam audit operasional, review/penelaahan yang
dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat
mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi
komputer, metode produksi, pemasaran, dan semua bidang
lain yang dikuasai oleh auditor. Dalam organisasi, auditor
mungkin mengevaluasi relevansi dan kecukupan informasi
yang digunakan manajemen dalam membuat keputusan
untuk memperoleh aktiva tetap baru ataupun efisiensi
aliran informasi dalam pemrosesan penjualan.
2. Audit Ketaatan, dilaksanakan untuk menentukan apakah
laporan yang diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau
ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih
tinggi. Hasil dari audit ketaatan biasanya dilaporkan
kepada manajemen, bukan ke pemakai luar, karena
manajemen adalah kelompok utama yang berkepentingan.
Oleh karena itu, sebagian besar pekerjaan jenis ini
seringkali dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit
organisasi tersebut.
3. Audit Laporan Keuangan, dilakukan untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu, dalam hal ini PABU. Dalam menentukan
apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar
sesuai dengan PABU, auditor mengumpulkan bukti untuk
menetapkan pakah laporan keuangan itu mengandung
17
kesalahan yang material atau salah saji lainnya. Karena
perusahaan semakin kompleks, tidak lagi cukup bagi
auditor untuk hanya berfokus pada transaksi-transaksi
akuntansi. Suatu pendekatan terpadu pada auditing
memperhitungkan baik risiko salah saji maupun
pengendalian operasi yang dimaksudkan untuk mencegah
salah saji.
c. Jenis-jenis Auditor
Jenis–jenis auditor menurut Arens dkk. (2008:19) yang
paling umum adalah:
1. Akuntan Publik, bertanggung jawab mengaudit laporan
keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua
perusahaan terbuka, kebanyakan perusahaan lain yang
cukup besar, dan banyak perusahaan serta organisasi
nonkomersial yang lebih kecil.
2. Auditor Badan Akuntabilitas Pemerintah, merupakan
auditor yang bekerja untuk pemerintah yang mempunyai
fungsi audit bagi pemerintah, dan memikul tanggung
jawab audit yang sama seperti sebuah KAP. Jenis auditor
ini di Indonesia dikenal sebagai Badan Pemeriksa
Keuangan.
3. Agen Penerimaan Negara, merupakan badan yang
bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak
pemerintah. Salah satu tanggung jawab utamanya adalah
mengaudit SPT pajak wajib pajak untuk menentukan
apakah SPT itu sudah mematuhi peraturan pajak yang
18
berlaku. Auditor jenis ini di Indonesia dikenal sebagai
Direktorat Jendral Pajak.
4. Auditor Internal, dipekerjakan oleh perusahaan untuk
melakukan audit bagi manajemen.
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit No.
8 (IAI, 2001) menyatakan tanggung jawab auditor untuk
merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah
saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya,
tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para
praktisi rekan seprofesinya.
2.2.2. Profesionalisme Auditor
a. Definisi Profesionalisme
Secara umum, profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
profesional (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Menurut Lekatompessy (2003, dalam Herawaty dan Susanto,
2008), profesionalisme didefinisikan sebagai berikut:
19
“Profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual, profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak”
Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu
pekerjaan seperti dikemukakan oleh Lekatompessy (2003, dalam
Herawaty dan Susanto, 2008), berkaitan dengan dua aspek penting,
yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural
karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat
pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan
kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan
jiwa profesionalisme. Sikap profesional tercermin pada
pelaksanaan kualitas yang merupakan karakteristik atau tanda
suatu profesi atau seorang profesional. Seorang akuntan publik
yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap
masyarakat, klien termasuk tanggung jawab untuk mematuhi
standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya.
b. Prinsip-prinsip Profesional
Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik
dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan
publik dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu,
tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien atau pemberi kerja. Dalam Kode Etik Profesi
Akuntan Publik (IAPI, 2010), setiap Akuntan Publik wajib
mematuhi prinsip dasar etika profesi di bawah ini:
20
1. Prinsip Integritas, yaitu setiap praktisi harus tegas dan jujur
dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis
dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip Objektivitas, yaitu setiap praktisi tidak boleh
membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undueinfluence) dari pihak-
pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional (professional competence and due care),
yaitu setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan
keahlian profesionalnya pada suatu tingkatan yang
dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien
atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang
diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan
terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak
secara profesional dan sesuai dengan standar profesi dan
kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
4. Prinsip Kerahasiaan, yaitu setiap praktisi wajib menjaga
kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak
boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak
ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja,
kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan
21
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya
yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh
digunakan oleh praktisi untuk keuntungan pribadinya atau
pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional, yaitu setiap praktisi wajib
mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi
untuk mematuhi setiap ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang
dapat mengakibatkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh
pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai
semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan
pekerjaannya, setiap Praktisi tidak boleh merendahkan martabat
profesi. Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik (IAPI, 2010),
setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa
profesional yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki,
atau pengalaman yang telah diperoleh; atau
22
2. Membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil
pekerjaan praktisi lain.
c. Dimensi Profesionalisme
Sikap profesional tercermin pada pelaksanaan kualitas
yang merupakan karakteristik atau tanda suatu profesi atau seorang
profesional. Sikap dan tindakan profesional merupakan tuntutan di
berbagai bidang profesi, tidak terkecuali profesi sebagai auditor.
Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan
diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang
ditetapkan oleh organisasi. Profesional yang harus ditanamkan
kepada auditor dalam menjalankan fungsinya yang antara lain
dapat melalui pendidikan dan latihan penjenjangan, seminar, serta
pelatihan yang bersifat berkelanjutan.
Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang
digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para
profesional memandang profesi mereka yang tercermin dalam
sikap dan perilaku mereka. Syahrir (2002, dalam Fridati, 2005)
mengembangkan konsep profesionalisme dari level individual yang
digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor, meliputi lima
dimensi:
1. Pengabdian pada profesi (dedication), yaitu sikap yang
tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan
pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta keteguhan
untuk tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan
ekstrinsiknya berkurang. Sikap ini adalah ekspresi dari
23
penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan
didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekadar
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara
total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai
kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan
rohaniah dan kemudian kepuasan material.
2. Kewajiban sosial (social obligation), yaitu pandangan
tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang
diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional
karena adanya pekerjaan tersebut. Sikap profesionalisme
dalam pekerjaan tidak terlepas dari kelompok orang yang
menciptakan sistem suatu organisasi tersebut. Hal ini
berarti bahwa atribut personal diciptakan sehingga layak
diperlakukan sebagai suatu profesi.
3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan
bahwa seorang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain.
Adanya intervensi yang datang dari luar dianggap sebagai
hambatan yang dapat mengganggu otonomi profesional.
Banyak orang menginginkan pekerjaan yang memberikan
hak bagi mereka, dan hak istimewa untuk membuat
keputusan-keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara
ketat. Rasa kemandirian akan timbul melalui kebebasan
yang diperoleh. Dalam pekerjaan yang terstruktur dan
dikendalikan oleh manajemen secara ketat, akan sulit
24
menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian
dalam tugas.
4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-
regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang
untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama
profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community
affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai
acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-
kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama
pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesinya.
Auditor harus selalu meningkatkan profesionalisme
sehingga mereka accountable baik terhadap orang lain maupun diri
sendiri. Oleh karena itu pendidikan profesionalisme berkelanjutan
mutlak diperlukan baik menyangkut komputerisasi data,
kompleksitas transaksi, pendekatan terbaru di bidang audit maupun
perubahan dari bidang keuangan yang menyangkut pengukuran
nilai mata uang.
2.2.3. Materialitas
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit No.
10 (IAI, 2001) mendefinisikan materialitas sebagai berikut:
25
“Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.”
Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan
dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu
melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal dalam
laporan keuangan, baik secara individual atau keseluruhan penting
bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Konsep materialitas
berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang terdapat dalam
asersi dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan
tidak terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Frasa
"menyajikan secara wajar”, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan tidak mengandung salah saji material.
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai
materialitas pada dua tingkat, yaitu (Boynton dkk., 2002:331):
1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor
mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan
secara keseluruhan.
26
2. Tingkat saldo akun, karena auditor menguji saldo akun
dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran
laporan keuangan.
Materialitas saldo akun adalah salah saji minimum yang
dapat muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap
mengandung salah saji material. Salah saji hingga tingkat tersebut
dikenal sebagai salah saji yang dapat ditolerir (Boynton dkk.,
2002:334). Dalam membuat pertimbangan mengenai materialitas
pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan
hubungan antara materialitas pada tingkat saldo akun dan
materialitas pada tingkat laporan keuangan. Pertimbangan ini harus
mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna mendeteksi
salah saji yang mungkin tidak material secara individual, tetapi
apabila diagregasi dengan salah saji pada saldo akun lainnya,
mungkin akan material terhadap laporan keuangan secara
keseluruhan.
Materialitas laporan keuangan adalah salah saji agregat
minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk
mencegah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-
prinsip yang berlaku umum. Laporan keuangan mengandung salah
saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah
saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup
signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
27
Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau
kecurangan. Oleh karena itu, setelah para auditor mengumpulkan
bukti audit, mereka harus segera menilai signifikansi temuan audit.
Apabila digunakan teknik penarikan sampel, auditor harus
memproyeksikan salah saji yang diketahuinya dalam sampel pada
populasi secara keseluruhan. Salah saji yang diproyeksikan ini
kemudian harus dievaluasi untuk menentukan apakah menurut
pertimbangan auditor hal tersebut akan mempengaruhi pengguna
laporan keuangan yang berkepentingan.
2.3. Pengembangan Hipotesis
Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang
bekerja sebagai auditor eksternal. Setiap praktisi wajib mematuhi
setiap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta
menghindari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
(IAPI, 2010). Profesionalisme sendiri adalah mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
profesional (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal
yang dipertimbangkan dalam proses audit laporan keuangan salah
satunya adalah tingkat materialitas (Martiyani, 2010).
Pada saat proses audit laporan keuangan, auditor terlebih
dahulu membuat perencanaan audit secara memadai. Salah satu
perencanaan yang dilakukan auditor, yaitu menetapkan materialitas
dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta risiko inheren
(Arens dkk., 2008:319). Materialitas didefinisikan sebagai
28
besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan
atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin
dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut (IAI, 2001).
Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan
dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu
melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
Auditor perlu mempertimbangkan materialitas dan risiko audit
dalam perencanaan sifat, luas, dan saat prosedur audit, serta dalam
pengevaluasian hasil prosedur tersebut (Simamora, 2002:97).
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu
masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi
auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan
(IAI, 2001). Pertimbangan atas materialitas bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan karena standar audit tidak mengatur secara
rinci tentang nilai materialitas yang harus ditentukan oleh auditor.
Oleh karena itu, baik tidaknya pertimbangan auditor tentang
materialitas ditentukan oleh kualitas auditor itu sendiri atau dalam
hal ini adalah profesionalisme auditor yang terdiri atas pengabdian
pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap
peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi. Dengan
demikian maka profesionalisme dapat dilihat dari lima dimensi,
yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,
keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan
sesama profesi.
29
Pengabdian pada profesi (dedication) yaitu sikap yang
tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan
pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta keteguhan untuk
tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan ekstrinsiknya
berkurang (Fridati, 2005; Wahyudi dan Mardiyah, 2006; Pramono,
2007; Yendrawati, 2008). Pengabdian terhadap profesi yang tinggi
dapat dilihat dari penggunaan pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman auditor dalam melaksanakan keseluruhan proses audit,
keinginan untuk tetap tinggal dan bekerja sebagai auditor apapun
yang terjadi dan kepuasan batin yang didapat karena berprofesi
sebagai auditor dan memiliki cita-cita sebagai auditor sejak dulu
(Fridati, 2005). Selain itu, penyerahan diri secara total merupakan
komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan
adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material.
Komitmen kuat terhadap profesi membuat auditor semakin
profesional dan semakin objektif dalam mengambil suatu
keputusan (Pramono, 2007). Dengan demikian auditor
menggunakan pengetahuan, kemampuan dan pengalamannya untuk
menentukan batas nilai materialitas yang akurat. Sedangkan
komitmen yang dimiliki auditor dalam pekerjaannya membantu
auditor lebih fokus dan objektif dalam proses penentuan tingkat
materialitas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
H1: Pengabdian pada profesi berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas
30
Kewajiban sosial (social obligation), yaitu pandangan
tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik
oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya pekerjaan
tersebut (Fridati, 2005; Wahyudi dan Mardiyah, 2006; Pramono,
2007; Yendrawati, 2008). Kesadaran auditor demi kelanjutan
profesi dan jasa yang diberikan, akuntansi profesional memikul
tanggungjawab pada klien, masyarakat, kolega dan pada dirinya
sendiri akan menumbuhkan sikap moral untuk melakukan
pekerjaan sebaik mungkin (Pramono, 2007). Kesadaran auditor
melakukan pekerjaan secara cermat dan teliti dapat membantu
auditor dalam pengerjaan proses audit. Ketelitian dan kecermatan
dalam memeriksa laporan keuangan dapat membantu auditor untuk
menemukan hal-hal material dalam laporan keuangan. Temuan-
temuan material yang ditemukan akan dirinci dan ditentukan batas
nilai material dalam laporan keuangan. Oleh karena itu kesadaran
tersebut dapat membantu auditor dalam menentukan ketepatan
tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut:
H2: Kewajiban sosial berpengaruh positif terhadap pertimbangan
tingkat materialitas
Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan
bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (Fridati, 2005; Wahyudi dan
Mardiyah, 2006; Pramono, 2007; Yendrawati, 2008). Dalam
pekerjaan yang terstruktur dan dikendalikan oleh manajemen
secara ketat, akan sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa
31
kemandirian dalam tugas. Adanya intervensi yang datang dari luar
dianggap sebagai hambatan yang dapat mengganggu otonomi
profesional (Pramono, 2007). Tanpa adanya intervensi dari luar,
auditor dapat lebih obyektif dan professional dalam menentukan
tingkat materialitas. Obyektifitas auditor membantu dalam
memutuskan batas nilai tingkat materialitas suatu laporan
keuangan. Oleh karena itu kemampuan auditor bekerja tanpa
tekanan dan campur tangan dari pihak lain menentukan
pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan tersebut
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H3: Kemandirian berpengaruh positif terhadap pertimbangan
tingkat materialitas
Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-
regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk
menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan
bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang
ilmu dan pekerjaan mereka (Fridati, 2005; Wahyudi dan Mardiyah,
2006; Pramono, 2007; Yendrawati, 2008). Keyakinan tersebut akan
menjadi motor bagi auditor untuk memberikan hasil pekerjaan
serta pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, karena
kesalahan pertimbangan yang dibuat akan memberikan hasil yang
berbeda (Pramono, 2007). Dengan kata lain, auditor dapat
mempertanggungjawabkan keputusannya dalam menentukan hal-
hal yang material. Dengan demikian, apabila ditemukan kesalahan,
maka auditor harus dapat melaporkan kesalahan itu sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Oleh karena itu auditor menggunakan
32
keyakinan terhadap peraturan profesi sebagai acuan dalam
mempertimbangkan tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H4: Keyakinan terhadap peraturan profesi berpengaruh positif
terhadap pertimbangan tingkat materialitas
Hubungan dengan sesama profesi (professional community
affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega
informal sebagai sumber ide utama pekerjaan (Fridati, 2005;
Wahyudi dan Mardiyah, 2006; Pramono, 2007; Yendrawati, 2008).
Interaksi yang dilakukan dengan sesama profesi dapat menambah
pengetahuan auditor dan semakin bijaksana dalam membuat
perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan
(Pramono, 2007). Pengetahuan yang didapat auditor membantu
auditor dalam menentukan batas nilai materialitas. Sedangkan
kebijaksaan yang diperoleh membantu auditor dalam menilai dan
memutuskan hal-hal yang material. Dengan demikian interaksi
yang dilakukan dengan sesama profesi membantu auditor
mempertimbangkan tingkat materialitas. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H5: Hubungan dengan sesama profesi berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas
33
2.4. Model penelitian
Gambar 2.1 Model penelitian
Dimensi Profesionalisme
Pengabdian Pada Profesi
Kewajiban Sosial
Kemandirian
Keyakinan terhadap Peraturan Profesi
Hubungan dengan Sesama Profesi
Pertimbangan Tingkat
Materialitas
34
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Penelitian ini menganalisis
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan
tujuan menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas pada KAP di Surabaya.
3.2. Identifikasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:
a. Variabel Independen yaitu Profesionalisme (P), yang terdiri
dari lima dimensi, antara lain:
1. Pengabdian Pada Profesi (PPP)
2. Kewajiban Sosial (KS)
3. Kemandirian (KM)
4. Keyakinan terhadap Peraturan Profesi (KPP)
5. Hubungan dengan Sesama Profesi (HSP)
b. Variabel Dependen yaitu PertimbanganTingkat Materialitas
(M)
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel yang
digunakan dalam penelitian:
35
a. Profesionalisme (P)
Profesionalisme merupakan atribut individual yang
penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu
profesi atau tidak (Lekatompessy 2003; dalam Herawaty dan
Susanto, 2008). Dalam hal ini, variabel profesionalisme dibagi
menjadi lima dimensi, yaitu:
1. Pengabdian Pada Profesi (PPP) adalah sikap yang
tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan
pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta keteguhan
untuk tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan
ekstrinsiknya berkurang (Fridati, 2005; Wahyudi dan
Mardiyah, 2006; Pramono, 2007). Dimensi PPP diukur
dengan menggunakan 8 pertanyaan menurut penelitian
Fridati (2005) yang dapat dilihat pada kuesioner bagian A
nomor PPP1-PPP8 (lampiran 1).
2. Kewajiban Sosial (KS) adalah suatu pandangan tentang
pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik
oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut (Fridati, 2005; Wahyudi dan Mardiyah,
2006; Pramono, 2007). Dimensi KS diukur dengan
menggunakan 5 pertanyaan menurut penelitian Fridati
(2005) yang dapat dilihat pada kuesioner bagian A nomor
KS1-KS5 (lampiran 1).
3. Kemandirian (KM) adalah suatu pandangan bahwa seorang
profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak lain (Fridati, 2005; Wahyudi dan
36
Mardiyah, 2006; Pramono, 2007). Dimensi KM diukur
dengan menggunakan 3 pertanyaan menurut penelitian
Fridati (2005) yang dapat dilihat pada kuesioner bagian A
nomor KM1-KM3 (lampiran 1).
4. Keyakinan Terhadap Peraturan Profesi (KPP) adalah suatu
keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak
luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu
dan pekerjaan mereka (Fridati, 2005; Wahyudi dan
Mardiyah, 2006; Pramono, 2007). Dimensi KPP diukur
dengan menggunakan 3 pertanyaan menurut penelitian
Fridati (2005) yang dapat dilihat pada kuesioner bagian A
nomor KPP1-KPP3 (lampiran 1).
5. Hubungan dengan sesama profesi (HSP) berarti
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk
organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega
informal sebagai sumber ide utama pekerjaan (Fridati,
2005; Wahyudi dan Mardiyah, 2006; Pramono, 2007).
Dimensi HSP diukur dengan menggunakan 5 pertanyaan
menurut penelitian Fridati (2005) yang dapat dilihat pada
kuesioner bagian A nomor HSP1-HSP5 (lampiran 1).
b. Materialitas (M)
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang
apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari
keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan
37
kepercayaan atas informasi tersebut. Materialitas diukur
dengan menggunakan 18 pertanyaan menurut penelitian Fridati
(2005) yang dapat dilihat pada kuesioner bagian B (lampiran 1).
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan
skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur skor pada
masing-masing butir pertanyaan pada kuesioner, dimana bagian A
mengenai profesionalisme auditor yang diwakili oleh 24 butir
pertanyaan dan bagian B berisi mengenai materialitas yang
diwakili oleh 18 butir pertanyaan. Adapun penilaian skor pada
bagian A dan B yang berisi pertanyaaan mengenai profesionalisme
auditor terhadap materialitas adalah sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1
2. Tidak Setuju (TS) : skor 2
3. Setuju (S) : skor 3
4. Sangat Setuju (STS) : skor 4
3.4. Jenis Data dan Sumber data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif berupa
hasil perhitungan skor masing-masing pertanyaan dalam kuesioner.
Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
langsung dari penyebaran kuesioner kepada akuntan publik yang
bekerja pada KAP di Surabaya.
3.5. Alat dan Metode Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah kuesioner, dimana kuesioner ini diadopsi dan diadaptasi
38
dari Fridati (2005). Metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode survei, dimana kuesioner disebarkan secara langsung
kepada akuntan publik yang bekerja pada KAP di Surabaya.
3.6. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian adalah akuntan yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di kota Surabaya.
Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Surabaya ada 43
berdasarkan website Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun
2011. Daftar KAP yang terdapat di Surabaya dapat dilihat pada
lampiran 2. Pengambilan sampel menggunakan metode
convenience sampling. Responden yang menjadi target kuesioner
ini merupakan seluruh level auditor di KAP. Kuesioner yang akan
disebar sebanyak lima kuesioner pada tiap KAP, sehingga akan
disebarkan 215 kuesioner.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian meliputi beberapa
tahapan, antara lain:
a. Menentukan Model Statistik
Berdasarkan variabel-variabel yang digunakan, maka
dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
M= a + b1PPP + b2KS + b3KM + b4KPP + b5HSP
Keterangan:
M = Pertimbangan Materialitas
a = konstanta regresi
39
b = koefisien regresi
PPP = Pengabdian Pada Profesi
KS = Kewajiban sosial
KM = Kemandirian
KPP = Keyakinan terhadap Peraturan Profesi
HSP = Hubungan dengan Sesama Profesi
b. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Setelah variabel didefinisikan secara operasi dan
menerapkan teknik penskalaannya, maka harus diyakinkan
bahwa instrument yang dibuat harus mengukur senyatanya
(actually) dan seakuratnya (accurately) apa yang harus diukur
dari konsep. Pengukuran konsep senyatanya berhubungan
dengan validitas (seberapa actual dapat dikatakan valid) dan
pengukuran seakuratnya (accurately) berhubungan dengan
reliabilitas (seberapa akurat dapat diandalkan) (Hartono,
2007:119). Untuk itu diperlukan adanya uji validitas dan
reliabilitas sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Uji Validitas adalah seberapa jauh suatu tes atau satu set
dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur
(Hartono, 2007:120). Uji validitas digunakan untuk
mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner
(Ghozali, 2006:49-50). Pengujian validitas dilaksanakan
dengan cara melakukan korelasi bivariate antara masing-
masing skor indikator dengan total skor variabel
independen. Jika hasil korelasi antara tiap-tiap pernyataan
40
dengan skor total menunjukkan hasil yang signifikan
(signifikansi < 0,05 dan korelasi > 0,4), maka item
pernyataan tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu pengukur yang menunjukkan
stabilitas dan konsistensi dari suatu instrument yang
mengukur suatu konsep dan berguna untuk mengakses
“kebaikan” dari suatu pengukur (Hartono, 2007:120).
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006:45-46).
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan uji statistik
Cronbach Alpha menggunakan software Statistical
Program for Social Science (SPSS) versi 16.0.1 Full
Version. Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,60
maka disimpulkan bahwa instrument penelitian tersebut
handal atau reliabel (Nunnaly, 1960; dalam Ghozali,
2006:46).
c. Melakukan Pengujian Asumsi Klasik
Sebuah model regresi akan digunakan untuk melakukan
peramalan. Sebuah model yang baik adalah model dengan
kesalahan peramalan yang seminimal mungkin. Karena itu,
sebuah model sebelum digunakan seharusnya memenuhi
beberapa asumsi, yang biasa disebut dengan asumsi klasik
(Santoso, 2010:358). Pengujian terhadap asumsi-asumsi
41
tersebut menggunakan alat bantu software SPSS versi 16.0.1
Full version, antara lain:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk memprediksi model regresi
yang akan menghasilkan kesalahan (disebut residu), yakni
selisih antara data aktual dengan data hasil peramalan
(Santoso, 2010:358). Melakukan uji normalitas untuk
mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji
mendeteksi normalitas dapat melihat grafik Normal P-P
Plot of Regression Standardized Residual. Deteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2006:149):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram
tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Homoskesdatisitas adalah semua variabel pengganggu
memiliki varians yang sama (Gujarati, 2006:390). Jadi,
jika variabel pengganggu memiliki varians yang berbeda
antara observasi yang satu dan lainnya, maka terdapat
42
heteroskedastisitas. Dalam mendeteksi adanya
heteroskedastisitas, penelitian ini menggunakan grafik Plot
antara nilai prediksi variabel terikatnya (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Menurut Ghozali
(2006:125-127), deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di
mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
telah di-studentized. Dasar analisisnya adalah jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas betujuan untuk menguji korelasi
antara variabel independen dalam regresi. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel
independen. Pengukuran multikolonieritas dapat dilihat
dari nilai Tolerance, koefisien korelasi dan Variance
Inflation Factor (VIF). Ketiga ukuran ini menunjukkan
setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan variabel
bebas lainnya. Nilai VIF yang semakin besar akan
menunjukkan semakin besar multikolonieritas. Ukuran
yang dipakai adalah jika VIF > 10 dan jika koefisien
korelasi antar variabel independen > 0,95, serta nilai
43
Tolerance < 0,10, maka variabel tersebut memiliki
multikolonieritas yang tinggi (Ghozali, 2006:95-97).
4. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006:99), uji autokorelasi dilakukan
untuk mengetahui korelasi antara time series dan cross
section data, walaupun autokorelasi selalu terjadi pada
time series data. Pendeteksian autokorelasi menggunakan
uji d dari Durbin-Watson. Menurut Ghozali (2006:100), uji
ini sebaiknya dilakukan dengan model regresi linear dan
dasar pengambilan keputusan dalam uji d ini adalah jika
nilai du < d < (4-du) maka tidak ada autokorelasi antar data.
Nilai du didapat dari Tabel Durbin-Watson dengan
menggunakan nilai signifikansi 5% yang terdapat pada
lampiran 7.
d. Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian
menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan
software SPSS versi 16.0.1 Full Version. Dalam pengujian
hipotesis digunakan uji F dan uji t sebagai berikut:
1. Uji F
Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh secara
keseluruhan (overall significance) variabel independen
terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan
analysis of variance (ANOVA).
44
2. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial
variabel independen terhadap variabel dependen dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali, 2006:59-62):
1) Perumusan hipotesis
H0: Profesionalisme auditor (pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap
peraturan profesi, dan hubungan dengan Sesama
Profesi) secara parsial tidak berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
H1: Profesionalisme auditor (pengabdian pada profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap
peraturan profesi, dan hubungan dengan Sesama
Profesi) secara parsial berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
2) Penentuan kriteria: α = 0,05
− Apabila nilai signifikansi t ≤ 0,05, maka H0 ditolak,
H1 diterima
− Apabila nilai signifikansi t > 0,05, maka H0 diterima,
H1 ditolak
45
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Objek Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan 215
kuesioner secara langsung kepada KAP yang berada di Surabaya.
Sejak tanggal pengiriman dan pengumpulan data berlangsung
kurang lebih satu bulan yaitu tanggal 6 Juni 2011 sampai dengan 4
Juli 2011. Data kuesioner yang dapat digunakan sebanyak 40
kuesioner dari 215 kuesioner yang disebarkan. Berikut tabel
mengenai pengiriman dan pengembalian kuesioner dalam
penelitian ini.
Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah % Total Kuesioner yang dibagikan 215 100 Total Kuesioner yang ditolak 125 58.2 Total Kuesioner yang tidak kembali 45 20.9 Total kuesioner yang tidak dapat digunakan
5 2.3
Total kuesioner yang dapat digunakan 40 18.6 Sumber: Kuesioner (diolah)
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa kuesioner yang
dibagikan sebesar 215 kuesioner dengan perincian 125 ditolak
karena alasan tidak memiliki waktu untuk mengisi kuesioner.
Sementara 45 kuesioner tidak kembali dikarenakan belum terisi
sampai dengan batas waktu pengumpulan kuesioner. Sedangkan
total kuesioner yang kembali adalah 45 kuesioner dimana 40
kuesioner dapat digunakan sebagai data penelitian dan 5 kuesioner
46
tidak dapat digunakan karena pengisian tidak menyertakan data
responden sama sekali. Daftar rincian KAP dapat dilihat pada
lampiran 2.
Dari 40 kuesioner yang kembali, diperoleh data yang dapat
menjelaskan profil responden. Deskripsi profil responden ini terdiri
dari jenis kelamin, lama bekerja di KAP, kedudukan di KAP, dan
latar belakang pendidikan akuntansi yang dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2 Profil Responden
Keterangan Jumlah % Jenis kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
24 16
60% 40%
Lama bekerjadi KAP: a. Kurang dari 1 tahun b. 1-3 tahun c. 3-5 tahun d. 5 tahun keatas
10 21 5 4
25%
52.5% 12.5% 10%
Kedudukan di KAP: a. Karyawan Magang b. Auditor Junior c. Auditor Senior d. Manajer e. Supervisor f. Partner
0
27 11 1 0 1
0%
67.5% 27.5% 2.5% 0%
2.5% Latar belakang pendidikan akuntansi:
a. D3 b. S1 c. S2 d. S3
1
36 3 0
2.5% 90% 7.5% 0%
Sumber: Kuesioner (diolah)
47
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui jumlah responden
yang mengisi kuesioner berdasarkan jenis kelamin laki-laki terdiri
dari 60% dan perempuan 40%. Pengalaman bekerja di KAP
sebagai auditor independen, ternyata sebesar 25% responden
memiliki pengalaman kerja kurang dari 1 tahun, 52,5% responden
mempunyai pengalaman kerja antara 1 sampai 3 tahun, 12,5%
responden mempunyai pengalaman kerja antara 3 sampai 5 tahun,
dan 10% responden memiliki pengalaman kerja di atas 5 tahun.
Data pengisian kuesioner menunjukkan tidak terdapat
karyawan magang dan supervisor yang mengisi kuesioner,
sementara yang berposisi sebagai auditor junior 67,5%, auditor
senior 27,5%, manajer 2,5%, serta partner 2,5%.
Untuk latar belakang pendidikan akuntansi yang dimiliki
responden ternyata hanya sebesar 2,5% responden yang memiliki
latar belakang pendidikan D3, sedangkan 90% responden memiliki
latar belakang pendidikan S1, 7,5% responden memiliki latar
belakang S2, dan 0% responden memiliki latar belakang S3.
4.2. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah
pertimbangan tingkat materialitas (M) dan profesionalisme auditor
(P) yang meliputi dimensi pengabdian pada profesi (PPP),
kewajiban sosial (KS), kemandirian (KM), keyakinan terhadap
peraturan profesi (KPP), serta hubungan dengan sesama profesi
(HSP).
48
4.2.1. Pertimbangan Tingkat Materialitas
Tabel 4.3 Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum dan Maximum
Pertimbangan Tingkat Materialitas (M) Keterangan Nilai
Mean 3.0195 Standard Deviation 0.324711
Minimum 2,556 Maximum 3,833
Sumber: Kuesioner (Lampiran 4, diolah)
Berdasarkan tabel 4.3, rata-rata jawaban dari pertimbangan
tingkat materialitas adalah 3,0195 dengan penyimpangan yang
dapat terjadi sebesar 0,324711. Berdasarkan Lampiran 4, item
pertanyaan M2 mendapat rata-rata tertinggi yang menunjukkan
bahwa materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu
statement, fakta, item yang diungkapkan atau metode berekspresi
yang berpengaruh pada judgment seorang auditor. Angka minimum
dan maximum yang diperoleh adalah 2,556 dan 3,833.
4.2.2. Pengabdian Pada Profesi
Tabel 4.4 Nilai Mean, Standar Deviation, Minimum dan Maximum
Pengabdian Pada Profesi (PPP) Keterangan Nilai
Mean 2,99062 Standard Deviation 0,445227
Minimum 2,125 Maximum 4
Sumber: Kuesioner (Lampiran 4, diolah)
Berdasarkan tabel 4.4, rata-rata jawaban dari pengabdian
pada profesi adalah 2,99062 dengan penyimpangan yang dapat
49
terjadi sebesar 0,445227. Berdasarkan Lampiran 4, item pertanyaan
PPP1 mendapat rata-rata tertinggi yang menunjukkan bahwa
auditor menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan, dan
pengalamannya dalam melaksanakan proses pengauditan. Angka
minimum dan maximum yang diperoleh adalah 2,125 dan 4.
4.2.3. Kewajiban Sosial
Tabel 4.5 Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum dan Maximum
Kewajiban Sosial (KS) Keterangan Nilai
Mean 3,035 Standard Deviation 0,386669
Minimum 2,4 Maximum 4
Sumber: Kuesioner (Lampiran 4, diolah)
Berdasarkan tabel 4.5, rata-rata jawaban dari kewajiban
sosial adalah 3,035 dengan penyimpangan yang dapat terjadi
sebesar 0.386669. Berdasarkan Lampiran 4, item pertanyaan KS1
mendapat rata-rata tertinggi yang menunjukkan bahwa auditor
menyadari bahwa profesi eksternal auditor merupakan profesi yang
penting di masyarakat. Angka minimum dan maximum yang
diperoleh adalah 2,4 dan 4.
50
4.2.4. Kemandirian
Tabel 4.6 Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum dan Maximum
Kemandirian (KM) Keterangan Nilai
Mean 3,25835 Standard Deviation 0,436804
Minimum 2,667 Maximum 4
Sumber: Kuesioner (Lampiran 4, diolah)
Berdasarkan tabel 4.6, rata-rata jawaban dari kemandirian
adalah 3,25835 dengan penyimpangan yang dapat terjadi sebesar
0.436804. Berdasarkan Lampiran 4, item pertanyaan KM1
mendapat rata-rata tertinggi yang menunjukkan bahwa auditor
dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan tidak berada
dibawah tekanan dari siapapun. Angka minimum dan maximum
yang diperoleh adalah 2,667 dan 4.
4.2.5. Keyakinan terhadap Peraturan Profesi
Tabel 4.7 Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum dan Maximum
Keyakinan terhadap Peraturan Profesi (KPP) Keterangan Nilai
Mean 3,21665 Standard Deviation 0,430645
Minimum 2,333 Maximum 4
Sumber: Kuesioner (Lampiran 4, diolah)
Berdasarkan tabel 4.7, rata-rata jawaban dari keyakinan
terhadap peraturan profesi adalah 3,21665 dengan penyimpangan
yang dapat terjadi sebesar 0.430645. Berdasarkan Lampiran 4, item
51
pertanyaan KPP3 mendapat rata-rata tertinggi yang menunjukkan
bahwa auditor mempunyai rasa ikut memliki organisasi dimana
mereka bekerja. Angka minimum dan maximum yang diperoleh
adalah 2,333 dan 4.
4.2.6. Hubungan dengan Sesama Profesi
Tabel 4.8 Nilai Mean, Standard Deviation, Minimum dan Maximum
Hubungan dengan Sesama Profesi (HSP) Keterangan Nilai
Mean 2,975 Standard Deviation 0,395325
Minimum 2,4 Maximum 4
Sumber: Kuesioner (Lampiran 4, diolah)
Berdasarkan tabel 4.8, rata-rata jawaban dari hubungan
dengan sesama profesi adalah 2,975 dengan penyimpangan yang
dapat terjadi sebesar 0,395325. Berdasarkan Lampiran 4, item
pertanyaan HSP5 mendapat rata-rata tertinggi yang menunjukkan
bahwa auditor akan menarik diri dari tugas, jika masyarakat atau
orang memandang auditor tersebut tidak independen terhadap
suatu penugasan. Angka minimum dan maximum yang diperoleh
adalah 2,4 dan 4.
52
4.3. Analisis Data
4.3.1 Uji Instrumen
Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan untuk
mengetahui dan meyakinkan bahwa data dalam penelitian ini valid
dan dapat dipercaya.
a. Uji Validitas
Pengujian validitas dilaksanakan dengan cara melakukan
korelasi bivariate antara masing-masing indikator dengan total
skor variabel independen. Suatu variabel dikatakan valid
apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05 dan memiliki
korelasi lebih dari 0,4. Dengan menggunakan program SPSS
16.0.1 Full Version diketahui hasil dari uji validitas adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.9 Uji Validitas Pengabdian Pada Profesi (PPP)
Item Korelasi Signifikansi Keterangan PPP1 0,464 0,003 Valid PPP2 0,795 0,000 Valid PPP3 0,748 0,000 Valid PPP4 0,783 0,000 Valid PPP5 0,785 0,000 Valid PPP6 0,723 0,000 Valid PPP7 0,598 0,000 Valid PPP8 0,770 0,000 Valid
Sumber: Kuesioner (Lampiran 5, diolah)
Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa PPP1-PPP8 mempunyai nilai
signifikansi di bawah 0,05 dan korelasi di atas 0,4 sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedelapan variabel tersebut
53
merupakan instrumen yang valid untuk mengukur variabel
pengabdian pada profesi.
Tabel 4.10 Uji Validitas Kewajiban Sosial (KS)
Item Korelasi Signifikansi Keterangan KS1 0,614 0,000 Valid KS2 0,770 0,000 Valid KS3 0,794 0,000 Valid KS4 0,599 0,000 Valid KS5 0,560 0,000 Valid
Sumber: Kuesioner (Lampiran 5, diolah)
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa KS1-KS5 mempunyai nilai
signifikansi di bawah 0,05 dan korelasi di atas 0,4 sehingga
dapat disimpulkan bahwa kelima variabel tersebut merupakan
instrumen yang valid untuk mengukur variabel kewajiban sosial.
Tabel 4.11 Uji Validitas Dimensi Kemandirian (KM)
Item Korelasi Signifikansi Keterangan KM1 0,860 0,000 Valid KM2 0,923 0,000 Valid KM3 0,859 0,000 Valid
Sumber: Kuesioner (Lampiran 5, diolah)
Dari Tabel 4.11 terlihat bahwa KM1-KM3 mempunyai
nilai signifikansi di bawah 0,05 dan korelasi di atas 0,4
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut
merupakan instrumen yang valid untuk mengukur variabel
kemandirian.
54
Tabel 4.12 Uji Validitas Keyakinan terhadap Peraturan Profesi (KPP)
Item Korelasi Signifikansi Keterangan KPP1 0,818 0,000 Valid KPP2 0,835 0,000 Valid KPP3 0,624 0,000 Valid
Sumber: Kuesioner (Lampiran 5, diolah)
Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa KPP1-KPP3 mempunyai
nilai signifikansi di bawah 0,05 dan korelasi di atas 0,4
sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut
merupakan instrumen yang valid untuk mengukur variabel
keyakinan terhadap peraturan profesi.
Tabel 4.13 Uji Validitas Hubungan dengan Sesama Profesi (HSP) Item Korelasi Signifikansi Keterangan HSP1 0,722 0,000 Valid HSP2 0,823 0,000 Valid HSP3 0,458 0,003 Valid HSP4 0,637 0,000 Valid HSP5 0,651 0,000 Valid
Sumber: Kuesioner (Lampiran 5, diolah)
Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa HSP1-HSP5 mempunyai
nilai signifikansi di bawah 0,05 dan korelasi di atas 0,4
sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima variabel tersebut
merupakan instrumen yang valid untuk mengukur variabel
hubungan dengan sesama profesi.
55
Tabel 4.14 Uji Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas (M)
Item Korelasi Signifikansi Keterangan M1 0,657 0,000 Valid M2 0,689 0,000 Valid M3 0,478 0,002 Valid M4 0,822 0,000 Valid M5 0,729 0,000 Valid M6 0,407 0,009 Valid M7 0,505 0,001 Valid M8 0,719 0,000 Valid M9 0,764 0,000 Valid
M10 0,847 0,000 Valid M11 0,420 0,007 Valid M12 0,430 0,006 Valid M13 0,603 0,000 Valid M14 0,455 0,003 Valid M15 0,695 0,000 Valid M16 0,789 0,000 Valid M17 0,786 0,000 Valid M18 0,406 0,009 Valid
Sumber: Kuesioner (Lampiran 5, diolah)
Dari Tabel 4.14 terlihat bahwa M1-M18 mempunyai nilai
signifikansi di bawah 0,05 dan korelasi di atas 0,4 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ke-18 variabel tersebut merupakan
instrumen yang valid untuk mengukur variabel pertimbangan
tingkat materialitas
b. Uji Reliabilitas
Sama halnya dengan uji validitas, uji reliabilitas juga
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0.1 Full
Version melalui analisis Cronbach Alpha. Suatu variabel
56
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >
0,60. Berikut adalah hasil uji reliabilitas dari tiap variabel.
Tabel 4.15 Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha
Keterangan
Pengabdian Pada Profesi (PPP) 0,853 Reliabel Kewajiban Sosial (KS) 0,677 Reliabel Kemandirian (KM) 0,853 Reliabel Keyakinan terhadap Peraturan Profesi (KPP)
0,667 Reliabel
Hubungan dengan Sesama Profesi (HSP)
0,673 Reliabel
Pertimbangan Tingkat Materialitas (M)
0,893 Reliabel
Sumber: Kuesioner (Lampiran 6, diolah)
Tabel 4.15 menunjukkan hasil perhitungan uji reliabilitas,
dimana dapat diketahui bahwa nilai alpha yang menunjukkan
koefisien reliabilitas untuk variabel pengabdian pada profesi
sebesar 0,835, kewajiban sosial sebesar 0,677, kemandirian
sebesar 0,853, keyakinan terhadap peraturan profesi sebesar
0,667, hubungan dengan sesama profesi sebesar 0,673 dan
pertimbangan tingkat materialitas sebesar 0,893, maka dapat
disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini reliabel sehingga layak untuk menguji hipotesis.
4.3.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan
57
menggunakan analisis grafik Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual. pendeteksian dilihat melalui penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Berikut adalah hasil uji
normalitas:
Gambar 4.1
Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Sumber: Kuesioner (diolah)
58
Gambar 4.2
Grafik Histogram Sumber: Kuesioner (diolah)
Deteksi normalitas dapat dilihat pada gambar 4.1, dimana
terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Selain itu pada
gambar 4.2, grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji gejala Heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat penyebaran residual hasil estimasi model yang
dipaparkan dalam Scatterplot. Jika penyebarannya acak atau
tidak membentuk pola dan penyebarannya terdapat di atas dan
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak
terjadi gejala Heteroskedastisitas. Hasil uji Heteroskedastisitas
dari tiap variabel dapat dilihat pada gambar 4.3
59
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot Sumber: Kuesioner (diolah)
Dari hasil pengujian gejala Heteroskedastisitas yang
dilakukan dengan melihat penyebaran residual hasil estimasi
model yang dipaparkan dengan grafik Scatterplot pada gambar
4.3 diatas, penyebarannya acak atau tidak membentuk pola,
serta penyebarannya berada di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Jadi dapat dikatakan semua variabel penelitian
terbebas dari Heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolonieritas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi
antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain.
Variabel dianggap multikolonieritas jika nilai VIF > 10 dan jika
koefisien korelasi antar variabel independen > 0,95, serta nilai
Tolerance < 0,10, maka variabel tersebut memiliki
60
multikolonieritas yang tinggi. Berikut adalah hasil uji
Multikolonieritas dari tiap variabel independen.
Tabel 4.16
Uji Tolerance dan VIF
Variabel Tolerance VIF Pengabdian Pada Profesi (PPP) 0,292 3,428 Kewajiban Sosial (KS) 0,601 1,664 Kemandirian (KM) 0,451 2,218 Keyakinan terhadap Peraturan Profesi (KPP)
0,535 1,870
Hubungan dengan Sesama Profesi (HSP)
0,426 2,349
Sumber: Kuesioner (Lampiran 7, diolah)
Tabel 4.17 Uji Koefisien Korelasi
Korelasi PPP KS KM KPP HSP PPP 1,000 -0.139 -0.536 -0.009 -0.596 KS -0.139 1,000 -0.158 -0.280 -0.63 KM -0.536 -0.158 1,000 -0.252 0.246 KPP -0.009 -0.280 -0.252 1,000 -0.269 HSP -0.596 -0.63 0.246 -0.269 1,000
Sumber: Kuesioner (Lampiran 7, diolah)
Tabel 4.16 menunjukkan hasil perhitungan uji
Multikolonieritas untuk nilai Tolerance dan VIF, dimana dapat
diketahui bahwa dimensi pengabdian pada profesi memiliki
nilai Tolerance sebesar 0,292 dan nilai VIF sebesar 3,428,
dimensi kewajiban sosial memiliki nilai Tolerance sebesar
0,601 dan nilai VIF sebesar 1,664, dimensi kemandirian
memiliki nilai Tolerance sebesar 0,451 dan nilai VIF sebesar
2,218, dimensi keyakinan terhadap peraturan profesi memiliki
nilai Tolerance sebesar 0,535 dan nilai VIF sebesar 1,870, dan
61
dimensi hubungan dengan sesama profesi memiliki nilai
Tolerance sebesar 0,426 dan nilai VIF sebesar 2,349. Selain itu
tabel 4.17 menunjukkan hasil perhitungan uji Multikolonieritas
untuk nilai koefisien korelasi, dimana tidak terdapat koefisien
korelasi antar variabel independen > 0,95. Berdasarkan hasil uji
multikolonieritas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolonieritas pada tiap variabel independen.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui korelasi
antara time series dan cross section data. Pendeteksian
autokorelasi menggunakan uji d dari Durbin-Watson, dimana
tidak terdapat autokorelasi antar data jika du < d < (4-du).
Berikut adalah hasil uji autokorelasi dari tiap variabel.
Tabel 4.18 Uji Durbin-Watson Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .806a .649 .598 .205911 1.878 a. Predictors: (Constant), HSP, KM, KS, KPP, PPP b. Dependent Variable: M Sumber: Kuesioner (diolah)
Tabel 4.18 menunjukkan hasil perhitungan uji Durbin-
Watson, dimana dapat diketahui nilai Durbin-Watson yang
didapat sebesar 1,878. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan
nilai du sebesar 1,786 yang didapat dari tabel nilai Durbin-
Watson (lampiran 8) dengan kriteria nilai signifikansi 5%,
jumlah sampel 40, dan jumlah variabel independen 5. Oleh
62
karena nilai Durbin-Watson lebih besar dari batas atas (du)
1,786 dan kurang dari 4 – 1,786 (4-du), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4.3.3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah
dimensi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial,
kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Hasil pengujian tampak pada
tabel 4.19.
Tabel 4.19 Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean
Square F Sig.
1 Regression 2.670 5 .534 12.597 .000a
Residual 1.442 34 .042 Total 4.112 39
a. Predictors: (Constant), HSP, KM, KS, KPP, PPP b. Dependent Variable: M Sumber: Kuesioner (diolah)
Dari tabel 4.19 diketahui tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat
disimpulkan dimensi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial,
kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan
63
hubungan dengan sesama profesi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
b. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh dimensi pengabdian pada profesi, kewajiban sosial,
kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi secara individual dalam
menerangkan pertimbangan tingkat materialitas. Hasil
pengujian tampak pada tabel 4.20.
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diperoleh persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut:
M= 18,389 + 0,859PPP + 1,041KS + 0,861KM + 0,165KPP -
0,701HSP
Konstanta sebesar 18,389 menyatakan bahwa jika tidak
memperhitungkan dimensi pengabdian pada profesi, kewajiban
sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi maka kemungkinan
pertimbangan tingkat materialitas adalah sebesar 18,389.
64
Tabel 4.20 Uji Statistik t Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.007 .325 3.103 .004
PPP .391 .137 .536 2.849 .007
KS .287 .110 .342 2.611 .013
KM .144 .112 .194 1.283 .208
KPP .036 .105 .048 .345 .732
HSP -.206 .128 -.251 -1.614 .116 a. Dependent Variable: M Sumber: Kuesioner (diolah)
Tabel 4.20 menunjukkan hasil uji statistik t pada dimensi
pengabdian pada profesi menunjukkan tingkat signifikansi
0,007 < 0,05 yang berarti H1 diterima. Koefisien regresi
variabel pengabdian pada profesi memiliki konstanta 0,391
yang berarti dimensi pengabdian pada profesi mempunyai
pengaruh positif atau arahnya searah dengan pertimbangan
tingkat materialitas. Dengan demikian pengabdian pada profesi
berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Dimensi kewajiban sosial menunjukkan tingkat
signifikansi 0,013 < 0,05 yang berarti H1 diterima. Koefisien
regresi dimensi kewajiban sosial memiliki konstanta 0,287 yang
berarti dimensi kewajiban sosial mempunyai pengaruh positif
atau arahnya searah dengan pertimbangan tingkat materialitas.
65
Dengan demikian kewajiban sosial berpengaruh signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Dimensi kemandirian menunjukkan tingkat signifikansi
0,208 > 0,05 yang berarti H1 ditolak. Koefisien regresi dimensi
kemandirian memiliki konstanta 0,144 yang berarti dimensi
kemandirian mempunyai pengaruh positif atau arahnya searah
dengan pertimbangan tingkat materialitas. Dengan demikian
dimensi kemandirian tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
Dimensi keyakinan terhadap peraturan profesi
menunjukkan tingkat signifikansi 0,732 > 0,05 yang H1 ditolak.
Koefisien regresi dimensi keyakinan terhadap peraturan profesi
memiliki konstanta 0,036 yang berarti dimensi keyakinan
terhadap peraturan profesi mempunyai pengaruh positif atau
arahnya searah dengan pertimbangan tingkat materialitas.
Dengan demikian keyakinan terhadap peraturan profesi tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Dimensi hubungan dengan sesama profesi
menunjukkan tingkat signifikansi 0,116 > 0,05 yang berarti H1
ditolak. Koefisien regresi dimensi hubungan dengan sesama
profesi memiliki konstanta -0,206 yang berarti dimensi
keyakinan terhadap peraturan profesi mempunyai pengaruh
negatif atau arahnya berlawanan dengan pertimbangan tingkat
materialitas. Dengan demikian hubungan dengan sesama profesi
66
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
4.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang
telah dilakukan, diketahui:
1. Pengaruh Pengabdian Pada Profesi terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas
Hipotesis dari variabel pengabdian pada profesi
menyatakan bahwa pengaruh pengabdian pada profesi
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dan
hasil regresi linier berganda tingkat signifikansi 0,007 yang
berarti pengabdian pada profesi berpengaruh signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Pada uji statistik t
(tabel 4.19), koefisien regresi variabel pengabdian pada
profesi memiliki konstanta 0,391 yang berarti variabel
pengabdian pada profesi mempunyai pengaruh positif atau
arahnya searah dengan pertimbangan tingkat materialitas.
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
pengabdian pada profesi maka semakin besar munculnya
keputusan terhadap pertimbangan tingkat materialitas atau
sebaliknya. Menurut Pramono (2007), pengabdian pada
profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut auditor akan lebih berhati-hati
bijaksana dalam menentukan tingkat materialitas. Hasil ini
67
sejalan dengan hasil penelitian Fridati (2005), Wahyudi dan
Mardiyah (2006), dan Pramono (2007) yang menyatakan
bahwa auditor dengan dedikasi yang tinggi akan tetap
melaksanakan pekerjaannya walaupun imbalan berkurang dan
mampu melakukan pertimbangan dengan baik karena
memiliki komitmen yang kuat terhadap pekerjaannya.
2. Pengaruh Kewajiban Sosial terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas
Hipotesis dari variabel kewajiban sosial menyatakan
bahwa pengaruh kewajiban sosial berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dan hasil regresi linier
berganda menunjukkan tingkat signifikansi 0,013 yang berarti
kewajiban sosial berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Pada uji statistik t (tabel
4.19), koefisien regresi variabel kewajiban sosial memiliki
konstanta 0,287 yang berarti variabel kewajiban sosial
mempunyai pengaruh positif atau arahnya searah dengan
pertimbangan tingkat materialitas. Hasil temuan ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kewajiban sosial maka
semakin besar munculnya keputusan terhadap pertimbangan
tingkat materialitas atau sebaliknya. Menurut Fridati (2005),
kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya
peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat
maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Kesadaran auditor tentang peran profesinya di masyarakat
akan membuat auditor melakukan pekerjaan secara cermat dan
68
teliti untuk dapat membantu auditor dalam memeriksa laporan
keuangan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Fridati
(2005) dan Pramono (2007) yang menyatakan bahwa
ketelitian dan kecermatan auditor dapat membantu auditor
menemukan hal-hal material dalam laporan keuangan,
sehingga auditor akan mempertimbangkan tingkat materialitas
pada suatu laporan keuangan.
3. Pengaruh Kemandirian terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas
Hipotesis dari variabel kemandirian menyatakan
bahwa pengaruh kemandirian berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan hasil regresi
linier berganda menunjukkan tingkat signifikansi 0,208 yang
berarti kemandirian tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Hasil ini sejalan dengan
hasil penelitian Yendrawati (2008) yang menyatakan bahwa
kemandirian tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas. Namun penelitian ini berbeda dengan Fridati
(2005), Wahyudi dan Mardiyah (2006), dan Pramono (2007)
yang menyatakan bahwa kemandirian berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Penolakan hipotesis ini
dikarenakan 67,5% responden berkedudukan sebagai auditor
junior dan hanya terdapat 22,5% responden yang bekerja di
atas 3 tahun (tabel 4.2). Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden masih merupakan auditor junior dan
belum mempunyai pengalaman yang cukup di bidang auditor
69
eksternal. Menurut Yendrawati (2008), auditor yang
mengalami tekanan dan campur tangan oleh berbagai pihak
luar akan menyebabkan auditor tidak dapat memberikan
pertimbangan terhadap materialitas secara objektif. Oleh
karena itu, kemandirian yang merupakan sikap mental auditor
dalam merencanakan, melaksanakan pemeriksaan dan
menyatakan pendapat atas laporan keuangan tidak dapat
menentukan tingkat materialitas. Selain itu, setiap auditor
dalam melaksanakan pekerjaan selalu harus berpedoman pada
standar auditing sehingga kebebasan untuk mandiri setiap
auditor terbatasi dan harus bekerja dengan cermat dalam
menentukan tingkat materialitas.
4. Pengaruh Keyakinan terhadap Peraturan Profesi terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Hipotesis dari variabel keyakinan terhadap peraturan profesi
menyatakan bahwa pengaruh keyakinan terhadap peraturan
profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas, sedangkan hasil regresi linier berganda
menunjukkan tingkat signifikansi 0,732 yang berarti
keyakinan terhadap peraturan profesi tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil
ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Fridati (2005),
Wahyudi dan Mardiyah (2006), Pramono (2007), dan
Yendrawati (2008) yang menyatakan bahwa keyakinan
terhadap peraturan profesi berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Menurut Yendrawati
70
(2008), keyakinan terhadap peraturan profesi merupakan
bentuk kepercayaan auditor terhadap kompetensi profesi
auditor, bahwa yang berhak untuk menilai pekerjaan
professional adalah rekan seprofesi yang memiliki kompetensi
dan pengetahuan dibidang ilmu dan pengetahuan mereka.
Penolakan hipotesis ini dikarenakan 67,5% responden
berkedudukan sebagai auditor junior, dimana hanya 22,5%
responden yang mempunyai pengalaman bekerja selama 3
tahun ke atas dan sebanyak 90% responden mempunyai latar
belakang pendidikan S1. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden masih merupakan auditor junior
yang belum mempunyai pengalaman bekerja yang cukup dan
belum mempunyai pengetahuan yang cukup di bidang
eksternal auditor. Hal tersebut mengakibatkan auditor tidak
memiliki keyakinan terhadap peraturan profesi sebagai
pedoman dalam menentukan pertimbangan tingkat
materialitas yang tepat.
5. Pengaruh Hubungan dengan sesama profesi terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Hipotesis dari variabel hubungan dengan sesama profesi
menyatakan bahwa pengaruh hubungan dengan sesama
profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas, sedangkan hasil regresi linier berganda
menunjukkan tingkat signifikansi 0,116 yang berarti
hubungan dengan sesama profesi tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Penelitian ini
71
berbeda dengan Fridati (2005), Wahyudi dan Mardiyah (2006),
dan Pramono (2007) yang menyatakan bahwa hubungan
dengan sesama profesi berpengaruh terhadap pertimbangan
tingkat materialitas. Penolakan hipotesis ini dikarenakan oada
uji statistik t (tabel 4.19), koefisien regresi variabel
pengabdian pada profesi menunjukkan angka -0,206 yang
berarti variabel hubungan dengan sesama profesi mempunyai
pengaruh negatif atau arahnya berlawanan dengan
pertimbangan tingkat materialitas. Hal ini menunjukkan
bahwa pertimbangan tingkat materialitas akan semakin
menurun seiring dengan meningkatnya variabel hubungan
dengan sesama profesi. Hasil ini sejalan dengan hasil
penelitian Yendrawati (2008) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi frekuensi auditor ikut berpartisipasi dan
berinteraksi dengan sesama profesi dalam kegiatan yang
diadakan oleh organisasi profesi tetap tidak menentukan
pertimbangan tingkat materialitas. Jadi semakin tinggi
hubungan dengan sesama profesi tidak menentukan semakin
tepat dalam menentukan tingkat materialitas.
72
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa profesionalisme auditor
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dari lima
dimensi profesionalisme, dimensi pengabdian pada profesi dan
kewajiban sosial berpengaruh terhadap tingkat materialitas.
Dimensi pengabdian pada profesi berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas sehingga semakin tinggi
pengabdian pada profesi maka semakin besar munculnya
keputusan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Dimensi
kewajiban sosial berpengaruh positif terhadap pertimbangan
tingkat materialitas sehingga semakin tinggi kewajiban sosial maka
semakin besar munculnya keputusan terhadap pertimbangan
tingkat materialitas.
Tiga dimensi lainnya yaitu kemandirian, keyakinan
terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi
tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Kemandirian tidak mempengaruhi dikarenakan sebagian besar
responden merupakan auditor junior dan belum mempunyai
pengalaman bekerja yang cukup lama, sehingga auditor mengalami
tekanan dan campur tangan oleh berbagai pihak luar yang
menyebabkan auditor tidak dapat memberikan pertimbangan
terhadap materialitas secara objektif. Keyakinan terhadap peraturan
profesi tidak mempengaruhi dikarenakan sebagian besar responden
73
masih merupakan auditor junior yang belum mempunyai
pengalaman bekerja yang cukup dan belum mempunyai
pengetahuan yang cukup di bidang eksternal auditor, sedangkan
hubungan dengan sesama profesi tidak mempengaruhi dikarenakan
koefisien regresi variabel pengabdian pada profesi menunjukkan
angka negarif yang berarti variabel hubungan dengan sesama
profesi mempunyai pengaruh negatif atau arahnya berlawanan
dengan pertimbangan tingkat materialitas.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, maka saran yang dapat
diberikan adalah:
1. Auditor independen selayaknya memperhatikan kompetensi
yang dimilikinya karena hasil penelitian menyatakan bahwa
dimensi pengabdian pada profesi berpengaruh signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas. dengan demikian
untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki auditor
diperlukan adanya pemberian pelatihan-pelatihan serta
diberikan kesempatan kepada para auditor untuk mengikuti
kursus-kursus atau pengingkatan pendidikan profesi.
2. Auditor hendaknya memiliki sikap moral yang tinggi dalam
bertanggung jawab kepada klien, masyarakat, dan koleganya.
Dengan sikap moral yang tinggi, auditor akan mampu
melakukan pekerjaannya dengan baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat
mempertimbangkan untuk penambahan variabel lainnya selain
74
profesionalisme, yang berkaitan dengan variabel
pertimbangan tingkat materialitas. Agar dapat diketahui
seberapa besar pengaruhnya terhadap pertimbangan tingkat
materialitas auditor.
75
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A., Randal J. E., dan Mark S. B., 2008, Auditing dan Jasa Assurance, edisi 12, Jilid 1, Terjemahan oleh Herman Wibowo, Jakarta: Erlangga.
Auditor Empat Besar, 2008, diunduh 20 Maret, 2011,
http://id.wikipidea.org/wiki/Auditor_Empat_Besar. Boynton, W.C., Raymond N. J., dan Walter G. K., 2002, Modern
Auditing, edisi 7, Jilid 1, Terjemahan oleh Paul A. Rajoe, dkk., Jakarta: Erlangga.
Fridati, W., 2005, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme
Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan di Jogjakarta, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Indonesia.
Ghozali, I., 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D., 2006, Essentials of Econometrics, Edisi Ketiga,
Singapore: McGraw-Hill Education. Hartono, J., 2007, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman,Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Herawaty, A., dan Yulius K. S., 2008, Profesionalisme,
Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas, The 2nd National Conference, Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya, September.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001, Standar Profesional
Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2010, Kode Etik Profesi
Akuntan Publik, Jakarta.
76
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2011, diunduh 26
Februari 2011, http://www.iapi.or.id/iapi/download/ Directory2011/Surabaya.pdf.
Martiyani, M., 2010, Pengaruh Profesionalisme Auditor dan
Kualitas Audit Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.
Pramono, R., 2007, Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas Negeri Semarang.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, diunduh 20
Maret 2011, http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id /kbbi/index.php.
Santoso, S., 2010, Mastering SPSS 18, Jakarta: PT Gramedia. Simamora, H., 2002, Auditing, Jilid 1, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN. Wahyudi, H., dan Aida A. M., 2006, Pengaruh Profesionalisme
Auditor terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan, Simposium Akuntansi Nasional IX, Padang, Agustus.
Yendrawati, R., 2008, Analisis Hubungan antara Profesionalisme
Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan, Jurnal Penelitian dan Pengabdian, Vol. 6, No. 1, Maret: 75-86.
78
Lampiran 1. Kuesioner
Kuesioner
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ilmiah untuk skripsi
dengan keterangan:
Nama : Sofian
Fakultas/Jurusan : Bisnis/Akuntansi
Universitas : Katolik Widya Mandala Surabaya
Judul skripsi :Pengaruh Profesionalisme Auditor
terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas pada Kantor Akuntan Publik
di Surabaya
maka saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat kiranya
meluangkan waktu mengisi lembar pertanyaan penelitian ini
dengan harapan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan
bagi profesi auditor independen dalam peningkatan kualitas
auditnya.
Jawaban kuesioner ini semata-mata hanya digunakan untuk
kepentingan ilmiah dan tidak untuk dipublikasikan serta dijamin
kerahasiaannya. Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, saya
ucapkan terima kasih.
Surabaya, 27 Mei 2011
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,
Achmad Maqsudi, Drs., M.Si., Ak. Sofian
79
Lampiran 1. Kuesioner (lanjutan)
Data Responden
Petunjuk: Centanglah ( √ ) pada Kolom yang ingin diisi
Tanggal pengisian : ……………………………..
Nama KAP : ……………………………..
Nama responden (dapat tidak diisi) : …………………………….
Jenis kelamin : ( L / P ) Usia : ( … tahun)
Lama bekerja di Kantor Akuntan Publik :
( ) kurang dari 1 tahun ( ) 1-3 tahun
( ) 3-5 tahun keatas ( ) 5 tahun keatas
Kedudukan dalam Kantor Akuntan Publik :
( ) Karyawan Magang ( ) Manajer
( ) Auditor Senior ( ) Auditor Junior
( ) Supervisor ( ) Partner
Latar belakang pendidikan akuntansi :
( ) D3 ( ) S1 ( ) S2
( ) S3 Lain-lain: …………….
Pelatihan-pelatihan terkait dengan profesi yang pernah diperoleh : …………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
Isian Kuisioner
Petunjuk pengisian : Berilah tanda check (√ ) pada kolom yang telah disediakan dengan kriteria jawaban sebagai berikut:
STS = Sangat tidak setuju
TS = Tidak setuju
S = Setuju
S = Sangat setuju
80
Lampiran 1. Kuesioner (lanjutan) Bagian A
No. Pernyataan STS TS S SS
PPP1 Saya menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan.
PPP2
Saya akan tetap teguh pada profesi sebagai auditor meskipun saya mendapatkan tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih besar.
PPP3 Saya mendapatkan kepuasan batin dengan berprofesi sebagai auditor.
PPP4 Pekerjaan sebagai auditor sudah menjadi cita-cita saya sejak dulu sampai nanti.
PPP5 Saya mau bekerja diatas batas normal untuk membantu KAP dimana saya bekerja agar saya sukses.
PPP6 Saya merasa terlalu riskan untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang ini.
PPP7 Saya berlangganan dan membaca secara rutin majalah dan jurnal tentang eksternal audit dan publikasi profesi lainnya.
PPP8 Saya ikut terlibat secara emosional terhadap KAP dimana saya bekerja.
KS1 Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting di masyarakat.
KS2 Profesi eksternal auditor mampu menjaga kekayaan negara atau masyarakat.
KS3 Profesi eksternal auditor
81
merupakan profesi yang dapat dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap pengelola kekayaan Negara.
KS4 Profesi eksternal auditor merupakan satu-satunya profesi yang menciptakan transparansi dalam masyarakat.
KS5 Jika ada kelemahan dalam independensi eksternal auditor akan merugikan masyarakat.
KM1 Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan.
KM2 Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya tidak berada dibawah tekanan manajemen.
KM3 Dalam menentukan pendapat atas laporan keuangan saya tidak mendapatkan tekanan dari siapapun.
KPP1
Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat dilakukan oleh eksternal auditor.
KPP2 Eksternal auditor mempunyai cara yang dapat diandalkan untuk menilai kompetensi eksternal auditor lain.
KPP3 Ikatan eksternal auditor harus mempunyai cara dan kekuatan untuk pelaksanaan standar untuk eksternal auditor.
HSP1 Saya ikut memiliki organisasi dimana saya bekerja.
Lampiran 1. Kuesioner (lanjutan)82
HSP2 Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan para eksternal auditor.
HSP3
Saya sering mengajak rekan - rekan seprofesi untuk bertukar pendapat tentang masalah yang ada baik dalam satu organisasi maupun organisasi lain.
HSP4 Saya mendukung adanya organisasi ikatan eksternal auditor.
HSP5
Jika masyarakat atau orang memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan, saya akan menarik diri dari penugasan tersebut.
Bagian B
No. Pernyataan STS TS S SS
M1 Materialitas adalah suatu konsep yang vital dalam proses pengauditan.
M2
Materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu statement, fakta, item yang diungkapkan atau metode berekspresi yang berpengaruh pada judgment seorang auditor.
M3 Saya merasa kesulitan dalam menentukan tingkat materialitas suatu transaksi.
M4 Dalam menyusun rencana audit saya akan mempertimbangkan resiko yang akan ditemui selama proses audit.
M5 Saya akan selalu membuat perencanaan audit yang matang.
M6 Materialitas menurut saya bukan
Lampiran 1. Kuesioner (lanjutan)83
sesuatu yang harus dipermasalahkan M7 Materialitas merupakan pendapat
subjektif masing-masing auditor.
M8
Materialitas suatu rekening akuntansi salah saji menjadi faktor pertimbangan utama dalam menentukan kewajaran laporan keuangan.
M9 Dalam menentukan suatu transaksi itu material atau tidak saya menggunakan dasar pengalaman dalam proses audit.
M10
Dalam menentukan ketepatan tingkat materialitas saya menggunakan dasar pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan pekerjaan audit.
M11 Dalam menentukan suatu transaksi atau saldo itu material saya sering menggunakan dasar sesuai petunjuk manajemen.
M12 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak dapat ditentukan oleh professional atau tidaknya eksternal auditor.
M13 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
M14
Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak ditentukan oleh sikap yang dimiliki oleh auditor sehubungan dengan imbalan yang diperoleh dalam memeriksa laporan keuangan.
M15 Ketepatan dalam menentukan
Lampiran 1. Kuesioner (lanjutan)84
tingkat materialitas ditentukan oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya.
M16
Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh tingkat kesadaran auditor terhadap pentingnya peranan dan manfaat profesi auditor bagi masyarakat.
M17 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh tingkat kepercayaan auditor terhadap peraturan profesi.
M18 Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh baik tidaknya hubungan auditor terhadap sesama profesi.
Mohon Diperiksa Kembali Kelengkapan Jawaban Bapak/Ibu. ~ Terima kasih atas perhatiannya ~
Lampiran 1. Kuesioner (lanjutan)85
Lampiran 2. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Surabaya
No. Nama Kantor Akuntan Publik
Alamat Kantor Akuntan Publik
1. KAP. Adi Pramono & Rekan
Jl. Raya Kali Rungkut No. 1-3 Kel. Panjangjiwo, Tenggilis Mejoyo Surabaya 60229
2. KAP. Agus Iwan Sutanto Kusuma
Jl. Pemuda No. 27-31 Surabaya 60271
3. KAP. Drs. Arief H. P. Jl. Baruk Utara 8/6 (B-201) Rungkut, Surabaya 60298
4. KAP. Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (Cab)
Jl. Mayjend Sungkono Komplek Darmo Park 1 Blok III B 17 Surabaya 60256
5. KAP. Drs. Bambang Siswanto
Jl. Rungkut Asri Tengah III No. 7-9 Surabaya 60293
6. KAP. Bambang, Sutjipto Ngumar & Rekan (Cab)
Jl. Pandugo Timur XIII Blok K No. 2 Surabaya 60297
7. KAP. Drs. Basri Hardjosumarto, M.Si., Ak. & Rekan (Pusat)
Jl. Gubeng Kertajaya III F No. 10 Surabaya 60281
8. KAP. Benny, Tony, Frans & Daniel (Cab)
Jl. Raya Darmo Permai I/39 Surabaya 60226
9. KAP. Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan (Cab)
Jl. Medokan Ayu I Blok D-16 Surabaya 60295
10. KAP. Drs. Buntaran & Buntaran
Jl. Rungkut Mapan Timur VI Blok EE No. 3 Surabaya 60293
86
11. KAP. Drs. Chandra Dwiyanto
Jl. Musi No. 41 Surabaya 60264
12. KAP. Dra. Dian Hajati D.
Jl. Raya Kalirungkut No. 1-3 Surabaya 60293
13. KAP. Fredy Jl. Dharmahusada Indah I No. 39 (B163) Surabaya 60115
14. KAP. Drs. Gunardi Noerwono
Jl. Merak No. 20 Lantai 3 Surabaya
15. KAP. Drs. Hadi A. Hamid
Jl. Ngagel Jaya Utara No. 6 Surabaya
16. KAP. Hadori Sugiarto Adi & Rekan (Cab)
Jl. Ngagel Tama No. 18 Surabaya 60283
17. KAP. Habib Basuni Jl. Arif Rahman Hakim No. 152 Surabaya 60119
18. KAP. Hamzens
Jl. Ngagel Kebonsari No. 19 RT 012/002 Kel. Ngagelrejo; Kec, Wonokromo Surabaya 60245
19. KAP. Hananta Budianto & Rekan (Cab)
Jl. Raya Darmo No. 54-56 Raya Darmo Square B-21 Surabaya 60265
20. KAP. Drs. Hanny, Wolfrey & Rekan
Jl. Raya Gubeng No. 56 Surabaya 60281
21. KAP. Drs. Henry & Sugeng (Cab)
Jl. Manunggal Kebonsari Kencana No. 45 Kebonsari Regency B10 Surabaya 60233
22. KAP. Hasnil, M. Yasin & Rekan
Jl. Kayun No. 38-40 Embong Kaliasin, Genteng Surabaya 60271
87 Lampiran 2. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Surabaya (lanjutan)
23. KAP. Drs. Johan Malonda Mustika & Rekan (Cab)
Jl. Manyar Kertoarjo V No. 20. Surabaya 60116
24. KAP. Drs. J. Tanzil & Rekan (Pusat)
Jl. Mayjend Sungkono Darmo Park II Blok III No. 19-20 Surabaya 60227
25. KAP. Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto & Rekan (Cab)
Jl. Achmad Yani No. 176-178 Gedung WIKA Lantai 3 Surabaya 60235
26. KAP. Lisawati Jl. Undaan Wetan No. 66 Surabaya 60273
27. KAP. Made Sudarma, Thomas & Dewi (Cab)
Jl. Kayoon No. 20 J Surabaya
28. KAP. Drs. Mudjianto, Soenaryo, Ginting
Jl. Dukuh Kupang Barat XV No. 19 Surabaya 60255
29. KAP. Osman Bing Satrio & Rekan (Cab)
Jl. Jend. Basuki Rachmat No 129-137 Gedung Bumi Mandiri 10th floor Surabaya 60271
30. KAP. Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & Rekan (Cab)
Jl. Ngagel Jaya No. 90 Surabaya 60283
31. KAP. Purwantono, Suherman & Surja (Cab)
Jl. Jend. Basuki Rachmat No. 122 Plaza BRI Lantai 9 Surabaya 60271
32. KAP. Richard Risambessy & Rekan (Pusat)
Jl. Tenggilis Timur Dalam No. 12 Surabaya 60295
33. KAP. Drs. Robby Bumulo
Jl. Raya Kalirungkut 5 Pertokoan Rungkut Megah Raya Blok L 39 Surabaya 60293
88 Lampiran 2. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Surabaya (lanjutan)
34. KAP. Santoso & Rekan (Pusat)
Jl. Simpang Darmo Permai Selatan XVI No. 32 Surabaya
35. KAP. Setijawati Jl. Kutisari Indah Utara II No. 85 Surabaya 60291
36. KAP. Soebandi & Rekan Jl. Pucang Anom No. 108 Surabaya 60282
37. KAP. Sugeng, Sjahriar & Rekan
Jl. Progo No. 10 Surabaya 60241
38. KAP. Supoyo, Sutjahjo, Subyantara & Rekan
Jl. Simpang Dukuh No. 38-40 Andhika Plaza Blok C 3-4 Surabaya 60275
39. KAP. Drs. Thomas, Blasius, Widartoyo & Rekan (Cab)
Jl. Taman Kendangsari No. 7 Surabaya 60292
40. KAP. Tjahjadi, Pradhono & Teramihardja (Cab)
Jl. Ngagel Tama A-6 Pucang Sewu, Gubeng Surabaya 60283
41.
KAP. Drs. Ventje Jansen
Jl. Arief Rachman Hakim No. 51 Ruko 21 Klampis Kav BB-5 Surabaya 60111
42. KAP. Drs. Veto, Benny & Rekan
Jl. Manyar Raya III No. 10 Jl. Arief Rachman Hakim No. 51 Surabaya 60118
43. KAP. Drs. Zulfikar Ismail
Jl. Nginden Intan Tengah No. 39 Surabaya 60118
89 Lampiran 2. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Surabaya (lanjutan)
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner
Variabel: Pengabdian Pada ProfesiNo PPP1 PPP2 PPP3 PPP4 PPP5 PPP6 PPP7 PPP8
1 4 2 3 2 3 3 1 4
2 3 3 3 3 3 2 2 3
3 4 2 2 2 3 3 1 3
4 3 3 4 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3
6 3 3 3 3 3 3 3 4
7 3 3 3 3 4 3 3 3
8 3 4 3 3 3 3 3 3
9 4 2 3 1 3 2 2 3
10 3 2 3 2 3 3 3 3
11 3 2 3 2 3 3 3 3
12 3 2 3 2 3 3 3 3
13 4 2 3 2 3 3 3 3
14 4 4 4 4 4 4 4 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4
16 3 3 3 3 3 3 3 3
17 4 4 4 4 4 4 4 4
18 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 3 3 3 4 3 2 4
20 4 4 4 4 4 3 2 4
21 4 2 3 3 3 3 3 3
22 4 2 3 3 3 3 3 3
23 3 3 3 3 2 3 3 3
24 3 3 3 2 2 3 2 3
25 3 2 3 3 2 2 3 2
26 3 3 3 3 3 3 3 3
27 3 3 3 2 3 3 3 3
28 4 3 2 3 3 2 3 3
90
Variabel: Pengabdian Pada ProfesiNo PPP1 PPP2 PPP3 PPP4 PPP5 PPP6 PPP7 PPP8
29 4 4 4 4 3 3 2 4
30 3 4 4 3 3 3 2 3
31 4 4 3 3 3 3 3 3
32 4 2 3 2 3 3 2 3
33 4 2 4 3 3 3 2 3
34 3 2 3 3 2 2 1 3
35 3 2 2 2 1 3 2 2
36 3 2 3 3 3 3 2 3
37 3 3 3 3 3 3 3 3
38 3 2 3 3 2 2 3 3
39 3 2 3 2 3 3 2 3
40 3 3 3 3 2 2 3 3
Variabel: Kewajiban Sosial No KS1 KS2 KS3 KS4 KS5
1 4 3 3 3 3
2 3 2 3 3 3
3 3 2 3 2 4
4 3 3 3 4 3
5 3 3 3 3 3
6 3 3 3 3 3
7 3 3 4 3 3
8 3 4 3 3 3
9 3 3 3 2 3
10 4 3 3 2 3
11 4 3 3 2 3
12 4 3 3 2 3
13 4 3 3 2 3
14 4 4 4 3 4
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)91
Variabel: Kewajiban SosialNo KS1 KS2 KS3 KS4 KS5
15 4 4 4 2 4
16 3 3 3 1 3
17 4 4 4 1 3
18 4 4 4 4 3
19 3 3 4 3 4
20 3 3 4 3 4
21 3 2 3 3 2
22 4 3 3 3 3
23 3 2 3 2 3
24 3 3 3 2 3
25 3 3 3 3 3
26 3 3 3 3 3
27 2 3 3 2 3
28 2 3 2 2 3
29 4 4 4 4 4
30 3 4 4 3 4
31 2 3 3 2 3
32 3 2 2 2 3
33 3 2 2 2 4
34 4 4 3 3 4
35 4 3 3 2 3
36 3 3 3 3 3
37 3 3 3 2 3
38 3 3 3 2 3
39 3 3 3 3 3
40 3 3 3 2 3
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)92
Variabel: KemandirianNo KM1 KM2 KM3
1 3 3 3
2 3 3 3
3 4 3 3
4 2 3 3
5 3 3 4
6 4 3 3
7 3 3 3
8 3 3 3
9 4 4 3
10 3 3 3
11 3 3 3
12 3 3 3
13 3 3 3
14 4 4 4
15 4 4 4
16 3 3 3
17 4 4 4
18 4 4 4
19 4 4 4
20 4 4 4
21 3 3 3
22 3 3 3
23 3 3 3
24 3 3 3
25 3 3 3
26 3 3 3
27 3 2 3
28 3 2 3
29 4 4 4
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)93
Variabel: KemandirianNo KM1 KM2 KM3
30 4 4 3
31 4 4 4
32 3 4 4
33 4 3 3
34 3 3 3
35 3 3 3
36 3 3 3
37 3 3 3
38 3 3 3
39 3 3 3
40 3 3 3
Variabel: Keyakinan terhadap Peraturan Profesi No KPP1 KPP2 KPP3
1 3 3 3
2 2 3 3
3 4 3 4
4 3 3 3
5 3 3 3
6 3 3 4
7 3 3 3
8 3 3 3
9 3 3 3
10 3 3 3
11 3 3 4
12 3 3 4
13 3 3 4
14 4 4 4
15 4 4 4
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)94
Variabel: Keyakinan terhadap Peraturan ProfesiNo KPP1 KPP2 KPP3
16 3 3 3
17 4 4 4
18 4 4 4
19 4 4 4
20 3 3 3
21 3 3 3
22 4 4 4
23 2 2 3
24 2 3 3
25 3 3 3
26 3 3 3
27 3 4 3
28 4 3 2
29 4 4 3
30 3 4 3
31 3 2 3
32 4 3 3
33 4 4 3
34 3 3 4
35 3 3 3
36 3 3 3
37 3 3 3
38 3 3 3
39 2 3 3
40 3 3 3
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)95
Variabel: Hubungan dengan Sesama ProfesiNo HSP1 HSP2 HSP3 HSP4 HSP5
1 2 2 3 3 2
2 2 2 3 3 3
3 3 1 3 3 4
4 4 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3
6 3 3 4 3 3
7 4 3 3 3 3
8 3 3 3 3 4
9 2 2 4 3 3
10 4 3 3 3 4
11 3 3 3 3 4
12 3 3 3 3 4
13 3 3 3 3 4
14 4 4 4 4 4
15 4 3 3 4 4
16 3 3 3 3 3
17 4 4 3 4 4
18 4 4 4 4 4
19 2 2 3 4 4
20 2 2 3 4 4
21 2 2 3 3 3
22 2 3 3 3 3
23 2 2 3 3 2
24 2 2 3 3 3
25 3 3 3 3 3
26 3 3 3 3 3
27 4 3 3 3 3
28 3 2 3 3 2
29 4 2 2 3 3
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)96
Variabel: Hubungan dengan Sesama ProfesiNo HSP1 HSP2 HSP3 HSP4 HSP5
30 3 2 2 3 4
31 3 3 3 3 3
32 3 2 2 3 3
33 3 2 2 3 3
34 2 1 3 3 3
35 3 2 3 3 2
36 3 3 3 3 3
37 3 3 3 3 3
38 3 3 3 3 2
39 2 2 3 3 3
40 3 3 3 3 2
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)97
Variabel: Pertimbangan Tingkat Materialitas No M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
1 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 2 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2
3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2
4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3
10 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
11 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
12 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
13 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
14 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 2 4 1 4 4 4 2
15 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3
17 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)
98
Variabel: Pertimbangan Tingkat Materialitas No M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
18 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3
19 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3
20 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3
21 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1
22 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
23 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3
24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
25 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 4 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 1
29 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 2
30 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 2 2 3 4 4 3 3 2
31 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 2 2 3 4 4 3 3 2
32 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
33 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3
34 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 2 3
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)
99
Variabel: Pertimbangan Tingkat Materialitas No M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14 M15 M16 M17 M18
35 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1
36 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
37 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
38 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
39 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
40 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
Lampiran 3. Data Hasil Isian Kuesioner (lanjutan)
100
Lampiran 4. Mean, Standar Deviasi, Minimum, dan Maximum Variabel: Pengabdian Pada Profesi (PPP)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
PPP1 40 3 4 3.42 .501 PPP2 40 2 4 2.80 .791 PPP3 40 2 4 3.15 .533 PPP4 40 1 4 2.82 .712 PPP5 40 1 4 2.97 .660 PPP6 40 2 4 2.92 .526 PPP7 40 1 4 2.65 .770 PPP8 40 2 4 3.18 .501 PPPTotal 40 2.125 4.000 2.99062 .445227 Valid N(listwise) 40 Variabel: Kewajiban Sosial (KS)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
KS1 40 2 4 3.25 .588 KS2 40 2 4 3.05 .597 KS3 40 2 4 3.15 .533 KS4 40 1 4 2.53 .716 KS5 40 2 4 3.20 .464 KSTotal 40 2.400 4.000 3.03500 .386669 Valid N (listwise) 40
101
Lampiran 4. Mean, Standar Deviasi, Minimum, dan Maximum (lanjutan) Variabel: Kemandirian (KM)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
KM1 40 2 4 3.30 .516 KM2 40 2 4 3.23 .530 KM3 40 3 4 3.25 .439 KMTotal 40 2.667 4.000 3.25835 .436804 Valid N(listwise) 40 Variabel: Keyakinan terhadap Peraturan Profesi (KPP)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
KPP1 40 2 4 3.20 .608 KPP2 40 2 4 3.23 .530 KPP3 40 2 4 3.25 .494 KPPTotal 40 2.333 4.000 3.21665 .430645 Valid N (listwise) 40
Variabel: Hubungan dengan Sesama Profesi (HSP)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
HSP1 40 2 4 2.95 .714 HSP2 40 1 4 2.60 .709 HSP3 40 2 4 3.00 .453 HSP4 40 3 4 3.15 .362 HSP5 40 2 4 3.18 .675 HSPTotal 40 2.400 4.000 2.97500 .395325 Valid N(listwise) 40
102
Lampiran 4. Mean, Standar Deviasi, Minimum, dan Maximum (lanjutan) Variabel: Pertimbangan Tingkat Materialitas (M)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
M1 40 3 4 3.30 .464 M2 40 3 4 3.35 .483 M3 40 2 4 2.68 .694 M4 40 2 4 3.20 .464 M5 40 2 4 3.18 .446 M6 40 2 4 2.62 .628 M7 40 2 4 3.00 .506 M8 40 2 4 3.18 .446 M9 40 2 4 3.20 .516 M10 40 2 4 3.25 .494 M11 40 2 4 2.70 .608 M12 40 2 4 2.60 .545 M13 40 2 4 3.13 .463 M14 40 1 4 2.95 .714 M15 40 2 4 3.15 .533 M16 40 2 4 3.10 .496 M17 40 2 4 3.15 .483 M18 40 1 4 2.63 .705 MTotal 40 2.556 3.833 3.01950 .324711 Valid N(listwise) 40
103
Lampiran 5. Uji Validitas Variabel: Pengabdian Pada Profesi
PPP1 PPP2 PPP3 PPP4 PPP5 PPP6 PPP7 PPP8 PPP Total
PPP1
Pearson Correlation 1.000 .155 .235 .214 .499** .319* -.003 .514** .464**
Sig. (2-tailed)
.338 .144 .185 .001 .045 .984 .001 .003
N 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40
PPP2
Pearson Correlation .155 1.000 .559** .710** .482** .456** .430** .544** .795**
Sig. (2-tailed) .338 .000 .000 .002 .003 .006 .000 .000
N 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40
PPP3
Pearson Correlation .235 .559** 1.000 .611** .521** .498** .318* .571** .748**
Sig. (2-tailed) .144 .000 .000 .001 .001 .045 .000 .000
N 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40
PPP4
Pearson Correlation .214 .710** .611** 1.000 .427** .375* .447** .520** .783**
Sig. (2-tailed) .185 .000 .000 .006 .017 .004 .001 .000
N 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40
PPP5
Pearson Correlation .499** .482** .521** .427** 1.000 .586** .336* .712** .785**
Sig. (2-tailed) .001 .002 .001 .006 .000 .034 .000 .000
N 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40
PPP6
Pearson Correlation .319* .456** .498** .375* .586** 1.000 .441** .538** .723**
Sig. (2-tailed) .045 .003 .001 .017 .000 .004 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40
PPP7
Pearson Correlation -.003 .430** .318* .447** .336* .441** 1.000 .163 .598**
Sig. (2-tailed) .984 .006 .045 .004 .034 .004 .315 .000
N 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40
PPP8
Pearson Correlation .514** .544** .571** .520** .712** .538** .163 1.000 .770**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .001 .000 .000 .315 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40
PPPTotal
Pearson Correlation .464** .795** .748** .783** .785** .723** .598** .770** 1.000
Sig. (2-tailed) .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
104
Lampiran 5. Uji Validitas (lanjutan) Variabel: Kewajiban Sosial
KS1 KS2 KS3 KS4 KS5 KSTotal
KS1 Pearson Correlation 1.000 .402* .368* .107 .188 .614**
Sig. (2-tailed) .010 .020 .513 .246 .000
N 40.000 40 40 40 40 40 KS2 Pearson
Correlation .402* 1.000 .620** .237 .333* .770**
Sig. (2-tailed) .010 .000 .141 .036 .000
N 40 40.000 40 40 40 40 KS3 Pearson
Correlation .368* .620** 1.000 .326* .394* .794**
Sig. (2-tailed) .020 .000 .040 .012 .000
N 40 40 40.000 40 40 40 KS4 Pearson
Correlation .107 .237 .326* 1.000 .139 .599**
Sig. (2-tailed) .513 .141 .040 .392 .000
N 40 40 40 40.000 40 40 KS5 Pearson
Correlation .188 .333* .394* .139 1.000 .560**
Sig. (2-tailed) .246 .036 .012 .392 .000
N 40 40 40 40 40.000 40 KSTotal Pearson
Correlation .614** .770** .794** .599** .560** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 N 40 40 40 40 40 40.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
105
Lampiran 5. Uji Validitas (lanjutan) Variabel: Kemandirian
KM1 KM2 KM3 KMTotal
KM1 Pearson Correlation 1.000 .683** .566** .860**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 40.000 40 40 40 KM2 Pearson Correlation .683** 1.000 .744** .923**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 40 40.000 40 40
KM3 Pearson Correlation .566** .744** 1.000 .859** Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 40 40 40.000 40
KMTotal Pearson Correlation .860** .923** .859** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 40 40 40 40.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Variabel: Keyakinan terhadap Peraturan Profesi KPP1 KPP2 KPP3 KPPTotal
KPP1 Pearson Correlation 1.000 .652** .256 .818**
Sig. (2-tailed) .000 .110 .000
N 40.000 40 40 40 KPP2 Pearson Correlation .652** 1.000 .269 .835**
Sig. (2-tailed) .000 .093 .000 N 40 40.000 40 40
KPP3 Pearson Correlation .256 .269 1.000 .624** Sig. (2-tailed) .110 .093 .000 N 40 40 40.000 40
KPPTotal Pearson Correlation .818** .835** .624** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 40 40 40 40.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
106
Lampiran 5. Uji Validitas (lanjutan) Variabel:Hubungan dengan Sesama Profesi HSP1 HSP2 HSP3 HSP4 HSP5 HSPTotal
HSP1 Pearson Correlation 1.000 .618** .000 .228 .284 .722**
Sig. (2-tailed) .000 1.000 .157 .075 .000
N 40.000 40 40 40 40 40 HSP2 Pearson
Correlation .618** 1.000 .399* .340* .257 .823**
Sig. (2-tailed) .000 .011 .032 .109 .000
N 40 40.000 40 40 40 40 HSP3 Pearson
Correlation .000 .399* 1.000 .313* .084 .458**
Sig. (2-tailed) 1.000 .011 .049 .607 .003
N 40 40 40.000 40 40 40 HSP4 Pearson
Correlation .228 .340* .313* 1.000 .520** .637**
Sig. (2-tailed) .157 .032 .049 .001 .000
N 40 40 40 40.000 40 40 HSP5 Pearson
Correlation .284 .257 .084 .520** 1.000 .651**
Sig. (2-tailed) .075 .109 .607 .001 .000
N 40 40 40 40 40.000 40 HSPTotal Pearson
Correlation .722** .823** .458** .637** .651** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .000 .000 N 40 40 40 40 40 40.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
107
Lampiran 5. Uji Validitas (lanjutan)
Variabel: Pertimbangan Tingkat Materialitas
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M 10 M 11 M 12 M 13 M 14 M 15 M 16 M 17 M 18 MTotal
M1 Pearson Correlation 1.000 .663** .151 .667** .483** .484** .000 .483** .599** .672** .236 .284 .298 .278 .331* .535** .480** -.039 .657**
Sig. (2-tailed) .000 .351 .000 .002 .002 1.000 .002 .000 .000 .142 .076 .062 .082 .037 .000 .002 .810 .000
N 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M2 Pearson Correlation .663** 1.000 .348* .595** .541** .275 .314* .660** .432** .699** .017 .156 .258 .349* .587** .492** .538** .019 .689**
Sig. (2-tailed) .000 .028 .000 .000 .086 .048 .000 .005 .000 .915 .337 .108 .027 .000 .001 .000 .908 .000
N 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M3 Pearson Correlation .151 .348* 1.000 .366* .354* -.052 .438** .354* .329* .543** -.116 .054 .050 .070 .481** .395* .379* .164 .478**
Sig. (2-tailed) .351 .028 .020 .025 .752 .005 .025 .038 .000 .478 .740 .760 .668 .002 .012 .016 .312 .002
N 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M4 Pearson Correlation .667** .595** .366* 1.000 .693** .352* .218 .569** .685** .672** .309 .223 .477** .186 .601** .690** .778** .314* .822**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .020 .000 .026 .176 .000 .000 .000 .052 .167 .002 .251 .000 .000 .000 .049 .000
N 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M5 Pearson Correlation .483** .541** .354* .693** 1.000 .149 .227 .486** .623** .611** .198 .084 .635** .109 .533** .729** .707** .295 .729**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .025 .000 .360 .159 .001 .000 .000 .220 .605 .000 .505 .000 .000 .000 .064 .000
N 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M6 Pearson Correlation .484** .275 -.052 .352* .149 1.000 -.242 .057 .237 .228 .437** .599** .077 .186 -.057 .123 .106 .311 .407**
Sig. (2-tailed) .002 .086 .752 .026 .360 .133 .726 .140 .158 .005 .000 .636 .251 .725 .448 .516 .050 .009
N 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M7 Pearson Correlation .000 .314* .438** .218 .227 -.242 1.000 .567** .294 .410** .167 .000 .328* .354* .569** .408** .419** .144 .505**
Sig. (2-tailed) 1.000 .048 .005 .176 .159 .133 .000 .065 .009 .304 1.000 .039 .025 .000 .009 .007 .376 .001
N 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M8 Pearson Correlation .483** .660** .354* .569** .486** .057 .567** 1.000 .512** .727** .293 -.021 .511** .350* .640** .498** .470** .051 .719**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .025 .000 .001 .726 .000 .001 .000 .067 .897 .001 .027 .000 .001 .002 .755 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M9 Pearson Correlation .599** .432** .329* .685** .623** .237 .294 .512** 1.000 .805** .360* .291 .429** .167 .633** .520** .493** .282 .764**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .038 .000 .000 .140 .065 .001 .000 .023 .068 .006 .304 .000 .001 .001 .078 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M10 Pearson Correlation .672** .699** .543** .672** .611** .228 .410** .727** .805** 1.000 .171 .191 .420** .400* .730** .628** .592** .129 .847**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .158 .009 .000 .000 .291 .239 .007 .011 .000 .000 .000 .428 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40 40
M11 Pearson Correlation .236 .017 -.116 .309 .198 .437** .167 .293 .360* .171 1.000 .402* .319* .201 -.095 .187 .157 .210 .420**
Sig. (2-tailed) .142 .915 .478 .052 .220 .005 .304 .067 .023 .291 .010 .045 .214 .560 .248 .333 .194 .007
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40 40
M12 Pearson Correlation .284 .156 .054 .223 .084 .599** .000 -.021 .291 .191 .402* 1.000 .000 .276 .123 .152 .234 .400* .430**
Sig. (2-tailed) .076 .337 .740 .167 .605 .000 1.000 .897 .068 .239 .010 1.000 .084 .448 .350 .147 .010 .006
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40 40
M13 Pearson Correlation .298 .258 .050 .477** .635** .077 .328* .511** .429** .420** .319* .000 1.000 .174 .441** .725** .601** .226 .603**
Sig. (2-tailed) .062 .108 .760 .002 .000 .636 .039 .001 .006 .007 .045 1.000 .282 .004 .000 .000 .161 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40 40
M14 Pearson Correlation .278 .349* .070 .186 .109 .186 .354* .350* .167 .400* .201 .276 .174 1.000 .222 .232 .245 .013 .455**
Sig. (2-tailed) .082 .027 .668 .251 .505 .251 .025 .027 .304 .011 .214 .084 .282 .169 .151 .127 .938 .003
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40 40
M15 Pearson Correlation .331* .587** .481** .601** .533** -.057 .569** .640** .633** .730** -.095 .123 .441** .222 1.000 .620** .607** .085 .695**
Sig. (2-tailed) .037 .000 .002 .000 .000 .725 .000 .000 .000 .000 .560 .448 .004 .169 .000 .000 .601 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40 40
M16 Pearson Correlation .535** .492** .395* .690** .729** .123 .408** .498** .520** .628** .187 .152 .725** .232 .620** 1.000 .899** .257 .789**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .012 .000 .000 .448 .009 .001 .001 .000 .248 .350 .000 .151 .000 .000 .110 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40 40
M17 Pearson Correlation .480** .538** .379* .778** .707** .106 .419** .470** .493** .592** .157 .234 .601** .245 .607** .899** 1.000 .320* .786**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .016 .000 .000 .516 .007 .002 .001 .000 .333 .147 .000 .127 .000 .000 .044 .000
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40 40
M18 Pearson Correlation -.039 .019 .164 .314* .295 .311 .144 .051 .282 .129 .210 .400* .226 .013 .085 .257 .320* 1.000 .406**
Sig. (2-tailed) .810 .908 .312 .049 .064 .050 .376 .755 .078 .428 .194 .010 .161 .938 .601 .110 .044 .009
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000 40
MTotal Pearson Correlation .657** .689** .478** .822** .729** .407** .505** .719** .764** .847** .420** .430** .603** .455** .695** .789** .786** .406** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .000 .000 .009 .001 .000 .000 .000 .007 .006 .000 .003 .000 .000 .000 .009
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
108
Lampiran 6. Uji Reliabilitas
Variabel: Pengabdian Pada Profesi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.853 .860 8
Variabel: Kewajiban Sosial
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized Items N of Items
.677 .693 5
Variabel: Kemandirian
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.853 .856 3
109
Lampiran 6. Uji Reliabilitas (lanjutan)
Variabel: Keyakinan terhadap Peraturan Profesi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.667 .660 3
Variabel: Hubungan dengan Sesama Profesi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.673 .686 5
Variabel: Pertimbangan Tingkat Materialitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.893 .908 18
110
Lampiran 7. Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.007 .325 3.103 .004 PPP .391 .137 .536 2.849 .007 .292 3.428
KS .287 .110 .342 2.611 .013 .601 1.664
KM .144 .112 .194 1.283 .208 .451 2.218
KPP .036 .105 .048 .345 .732 .535 1.870
HSP -.206 .128 -.251 -1.614 .116 .426 2.349
a. Dependent Variable: M
Coefficient Correlationsa
Model HSP KM KS KPP PPP
1 Correlations HSP 1.000 .246 -.063 -.269 -.596
KM .246 1.000 -.158 -.252 -.536
KS -.063 -.158 1.000 -.280 -.139
KPP -.269 -.252 -.280 1.000 -.009
PPP -.596 -.536 -.139 -.009 1.000
Covariances HSP .016 .004 .000 -.004 -.010
KM .004 .013 -.002 -.003 -.008
KS .000 -.002 .012 -.003 -.002
KPP -.004 -.003 -.003 .011 .000
PPP -.010 -.008 -.002 .000 .019 a. Dependent Variable: M
111
Lampiran 8. Tabel nilai Durbin-Watson
112