326 strategi pembentukan perda pajak di jatim perda jatim

125
'- '---' ...__. LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2010 STRATEGI PEMBENTUKAN PERDA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH BAG I PEMERINT AH PROVINSI DAN KABUPATEN/ KOTA Dl JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2010 (Produk : PERDA DALAM MENINGKATKAN PAD) Oleh : KETUA TIM PENEUTI HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI JAKARTA, NOVEMBER 2010

Upload: taufik-munajat-anwar

Post on 12-Aug-2015

148 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

perda jatim tentang pajak

TRANSCRIPT

Page 1: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'-

'---'

...__.

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2010

STRATEGI PEMBENTUKAN PERDA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH BAG I PEMERINT AH PROVINSI DAN

KABUPATEN/ KOTA Dl JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2010

(Produk : PERDA DALAM MENINGKATKAN PAD)

Oleh :

KETUA TIM PENEUTI

HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

JAKARTA, NOVEMBER 2010

Page 2: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

.._

~

'--

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2010

STRATEGI PEMBENTUKAN PERDA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA

PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH BAGI PEMERINTAH PROVINSI DAN

KABUPATEN/ KOTA Dl JAWA TIMUR T AHUN ANGGARAN 2010

(Produk : PERDA DALAM MENINGKATKAN PAD)

Oleh:

HIMAWAN ESTU BAGilO, SH, MH (Ketua)

Ir. SoedjaiWo, MSi

Drs. Ena Sarya Soemarna, SH. C.N.

Dr. Bambang Edlanto, SH, MM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

JAKARTA 2010

J

Page 3: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

ldentitas Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Nama Lembaga Penelitian dan BAD AN PENELITIAN DAN Pengembangan PENGEMBANGAN PROVINSI

JAWAT!MTJR Pimpinan Dr. H. ASYHAR, MM Alamat Jl. Gayung Kebonsari 56 Surabaya,

Kode Pos 60235, Telp. (031) 8290738-8290719 Fax. (031) 8290719, Email: [email protected]

..__

Page 4: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

ldentitas Kegiatan

[ Judul

Abstraksi

-

Strategi Pembentukan Perda Pajak dan Retribusi Daerah Daiam Rangka Peningkatan Pendapatan Asii

Daerah bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di Jawa Timor Tahun Anggaran 2010

(Produk : Perda dalam Meningkatkan PAD)

Penelitian tentang Penyesuaian Perda Pajak dan Retibusi daerah ini dilakuk:an dengan memperhatikan ketentuan dalam UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retibusi Daerah. Penyesuaian oleh daerah tentu akan beragam karena setiap daerah mempunyai kemampuan berbeda. Persamaan yang ada baik pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun kabupatenlkota yang menjadi wilayah penelitian adalah bahwa mereka memerlukan Pajak dan RP.trihn~i n::~P.r::~h nntnlc mP.mnP.rlo1::~t PPnn::~n::~t::~n A~li ........ - ..... __ ...,... ........, __ ...__... -.. ..... -..... ... ................. .t' .............. _.. ..... .......... __ 1"' _ _... ............. ...

Daerahnya. Permasalahan dalam penelitian ini, meliputi: Perda pajak dan retribusi apa saja yang sekarang berlaku di kabupatenlkota tersebut? (2) Bagaimana kabupatenlkota merencanakan penyesuaian perda pajak dan retribusi tersebut dengan beriakunya lHJ Nomor 28 Tahun 2009? (3) Bagaimana gambaran potensi daerah yang menjadi dasar penetapan pajak dan retribusi daerah yang baru? Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tambahan atau second opinion yang meliputi:aJenis-jenis pajak dan retribusi daerah apa saja yang telah dipungut di daerah penelitian berikut besaran hasil pemungutannya dati tahun ke tahun; Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan nPtnnnn-nt<>n n<>1<>1r il<>n 1"Ptnhnc1 tl<>P1"<>h """n- tPl<>h P".A.J..lu.&..le;U.&.C.U.J. .1-'"'J~ U.C.UJ. J."'U..I.U~J. U'"""J.UI.J. } u..t.J.C, """J.(.I.I._£

dilakuk:an dan identikfikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung mekanisme pemungutannya. Gambaran potensi pajak dan retribusi daerah yang telah dipungut dan rencana strategsi penyesuaian jenis pajak dan retribusi daerah dengan mengacu pada ketentuan dalam UU No. 28 Tahun 2009. Selain itu asil penelitian ini dapt dijadikan bahan pembanding bagi kabupatenlkota dan provinsi yang akan sedang melakuk:an penyesuaian perda pajak dan retribusi. Disisi lain, perda-perda yang telah dibentuk di kabupaten!kota yang telah selesai bisa dijadikan rujukan dan atan hahan evalna~i dal::tm rnnvka nemhentnkan naiak --- ---- ------ ·---- ------o--r------------ r-J--

dan retribusi daerah di kabupaten/kota lainnya. Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dibahas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Posisi Pajak dan Retribusi Daerah sangat stratems bagi nenvelenggaraan

Page 5: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Tim Peneliti :

pemerintahan daerah, khususnya sebagai indikator keberhasilan otonomi daerah; b. Strategi penyesuaian Perda Pajak dan Retibusi Daerah oleh Kabupaten/Kota atau Provinsi dipengaruhi oleh kesiapan daerah dalam melakukan perencanaan kegiatan, baik dalam bentuk 1,._,....:,.,_,_ _,.... .. ,.,. __ ,.._,....,...... ---,...."_,....,....,... ... n_ An- ---"'""'rt"',._"'_ 1\.'I;;~Ial<Ul }J"'l<Ul'-<Ul~<UI, p,.;;u~cu~~~cuau ucu1 p,.;;uy u;:,uucu1

program legislasi daerah oleh DPRD, c. Pola penataan potensi Pajak dan Retribusi Daerah ditentukan oleh kesiapan Daerah untuk menyesuaikan pengorganisasian kelembagaan baik dalam aspek struktur, fungsi, maupun kultur birokrasinya. Berdasarkan kesimpulan sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disampaiakn saran-saran sebagai berikut: a. Dalam upaya meningkatkan pendapat daerah dari sektor Pajak dan Retribusi Daerah, maka penyesuaian Perda tentang Pajak dan Retribusi Darrah harus memperhatikan tenggat waktu yang telah ditetapkan ti!'lll'lm TTTT Nn ?~ Tl'lh11n ?OOQ· h TTnt11lr nntiml'llic:!l'lc:!i ""' ...................... ""'""' """'"'• -v ..&to4..L.I."""-LA ..,vv_,, '-'• "'""..a. ..... w.a:~ '-'J-'"..LI..&..a.w..a..a.u"""".a.

kegiatan penyesuaian, harus dilakukan sinergi perencanaan antar SKDP dan menyusun Program Legislasi Daerah 1-----~-·- T"'\nnT"'\ _ A--- __ ..__ ..... _! n_:_t_ ..l-·- n_ ... _:L ___ : ..l----1-0t:rsama urKU. c. Agar pott:nsi raJaK. uan Kt:mousi uat:rdn dapat dikelola optimal, maka perangkat brokrasi harus selalu dilakukan penyesuaian baik dalam bentuk struktur organisasi, peningkatan fungsi, dan perubahan kultur pelayanan.

1. Nama Koordinator/Peneliti I HIMA WAN ESTU BAGIJO, SH, MH Utama/Ketua tim: 2. Alamat coordinator/peneliti Utama /k:etua tim : ~ 1\.Tn..-n ,.._,....,....,.,.,...,. -a-o.l~.....: • .J. l'lcuua au~~v~.a p,.;;u,.;;uu.

W aktu Pelaksanaan Publikasi:

Manukan Karya A1 No. 55, Surabaya

,.. T"\......, lJ..,.,.. ~"'-''"' Cno...,...n._n C'U r'l\.T a. Ulo:>. uua ~cuya ~v,.;;tucuua, ~11, vl'l.

b. Dr. Bambang Edianto, SH, MM. c. Ir. Soedjarwo, MSi.

1 Pebruari 2010 s/d 24 November 2010 1. Majalah Cakrawala, Jurnal Litbang Kebijakan, Badan Litbang Provinsi Jawa Timur. 2011 2. Jurna Perespektif, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. 2010

Page 6: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-.,.....

'---'

·--

'-

Ringkasan Kekayaan Intelektual

A. Perlindungan Kekayaan Intelektual 1. Paten 2. Hak Cipta 3. Merek 4. Disain Industri 5. Desain tata letak/sirkuit terpadu 6. V arietas tanaman B. Nama Penemuan Baru

,..... -...T-~--- 0-------~---- n ____ ,T ___ TT--------!-1. L-. l~aiiia r~n~muan .oaru 1~un ~um~rsuu:

D. Cara alih teknologi 1. Lesensi 2. Kerjasama 3. Layananjasa IPTEK 4. Publikasi

Ringkasan Basil Penelitian dan Pegembangan:

1. Hasil Penelitian dan Pengembangan: ? Procink o::n~<:ifik::~<:i ci::~n n~m::~nf::~::~t::~nnv::~· -· ... .&.---... .. , "".t'_ ................. -.. ... , --... ... 1"'_ ......... -............__.-... ......... J -·

3. Gam bar/photo produk basil penelitian dan pengembangan: Pengelolaan:

A. Sumber Pembayaran Penelitian dan Mitra Kerja: 1.APBN : Rp 150.000.000,00 2.APBD :Rp -3. Mitra Kerja :Rp -a. Mitra kerja Dalam Negeri :Rp -1.. llK!+-~1·~-j,~ T •• ~-li.T;gr-! U. 1V1UH1 A.Cl C1 LUC11 l'iC Cll :Rp B. Pemanfaatan sarana dan Prasarana Penelitian 1. Sarana . -2. Prasarana -

c. Pendokumentasian .

Page 7: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

RINGKASAN

Reformasi keuangan negara yang bertujuan untuk adaptif terhadap kebutuhan daerah berlanjut dengan ditetapkannnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130- Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049) selanjutnya disebut UU Pajak dan Retribusi Daerah, pada tanggal 15 September Tahun 2009. Dalam penjelasan umum UU Pajak dan Retribusi Daerah terdapat pemikian dasar yang melatarbelakangi dibentuknya UU. Jenis pajak dan retribusi daerah yang diatur dalam undang-undang pajak dan retribusi daerah yang lama sudah tidak memadai lagi dengan kebutuhan daerah. Pelaksanaan pungutan atas pajak dan retribusi daerah berdasar undang-undang yang lama tidak memadai dalam mendukung peningkatan pendapatan asli daerah sehingga daerah selalu menunggu besaran Dana Alokasi Umum untuk membiayai penyelenggaraan urusan otonomi. Selain itu, dalam kenyataan, daerah banyak merumuskan pajak dan retribusi daerah yang bertentangan dengan prinsip efisiensi, kemudahan investasi, mobilisasi penduduk dan barang antar daerah. Berdasar uraian tersebut di atas, maka permasalahan kajian ini dirumuskan sebagai berikut: "Bagaimanakah pola penyesuaian peraturan daerah tentang pajak dan retribusi terhadap ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan penelitian ini merupakan penelitian hukum yang didukung data empirik. Sebagai penelitian hukum normatif pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis dengan didukung data empirik. Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas pennasalahan tentang penyesuaian antar kaidah hukum dalam aturan hukum yang berbeda. Hasil yang dicapai adalah memberikan preskripsi mengenai strategi hukum apa yang seharusnya disusun untuk menjawab permasalahan yang diajukan.

Karakteristik daerah penelitian sangat berpengaruh terhadap perencanaan penyesuaian pajak dan retribusi daerah yang dibentuk. Pola pemungutan dan kelengkapan sarana dan prasarana juga berpengaruh pada perolehan pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi. Sementara itu, untuk pengelolaan potensi, semua daerah melakukan upaya yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) bentuk, restrukturisasi organisasi, perbaikan sistem kinerja dan pemberian insentif kepada petugas pemungut.

Berdasarkan uraian dalam bab-bab pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Posisi pajak dan retribusi daerah sangat strategis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya sebagai indikator keberhasilan otonomi daerah; Strategi penyesuaian perda pajak dan retibusi daerah oleh kabupaten!kota atau provinsi dipengaruhi oleh kesiapan daerah dalam melakukan perencanaan kegiatan, baik dalam bentuk kegiatan perancangan, penganggaran dan penyusunan program legislasi daerah oleh DPRD; Pola penataan potensi pajak dan retribusi daerah ditentukan oleh kesiapan daerah untuk menyesuaikan pengorganisasian kelembagaan baik dalam aspek struktur, fungsi, maupun kultur birokrasinya.

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disampaiakn saran­saran sebagai berikut: Dalam upaya meningkatkan pendapat daerah dari sektor pajak dan retribusi daerah, maka penyesuaian perda tentang pajak dan retribusi daerah harus memperhatikan tenggat waktu yang telah ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun 2009; Untuk optimalisasi kegiatan penyesuaian, harus dilakukan sinergi perencanaan antar SKDP dan menyusun Program Legislasi Daerah bersama DPRD; Agar potensi pajak dan retribusi daerah dapat dikelola optimal, maka perangkat brokrasi harus selalu dilakukan penyesuaian baik dalam bentuk struktur organisasi, peningkatan fungsi , dan perubahan kultur pelayanan.

Page 8: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

......,

----

PENOANTAR

Laporan ak:hir penelitian tentang,, ,Strategi Pembentukan Perda Pajak dan Retribusi

Daerah Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Bagi Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten I Kata Di Jawa Timur Tahun Anggaran 2010 (Praduk : PERDA DALAM MENINGKATKAN PAD)~~, telah kami selesaikan dengan baik. Pada Kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada ;

1. Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) yang telah memberi dana bagi r ... pene_Itllm.

2. Kementerian Dalam Negeri melalui Pit. Kepala Badan Litbang Kementerian Dalam Negeri yang telah memberikan fasilitas dan kepercayaan untuk melak:sanakan kegiatan ini.

3. Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur yang telah

memberikan kcsempatan dan Kepercayaan untuk mengikuti Program Insentof Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa pada Kementerian Negara Riset dan Teknologi melalui kementerian Dalam Negeri.

4. Para Anggota DPRD yang menjadi daerah penelitian yaitu ; DPRD Propinsi Jawa

Timur, DPRD Kabupaten. Lamongan, DPRD Kabupaten. Pasuruan, DPRD Kota Mojokerto dan DPRD Kota Madiun, yang memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian di daerahnya.

5. Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah I Dispenda Propinsi Jawa Timur,

Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun yang memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilyah kerjanya.

6. Para Kepala Dinas Bagian Hukum Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Lamongan,

Kabupaten Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Madiun yang memberikan waktu dan

kesempatan untuk melakukWl penelitiWl di wilyah kerjanya. 7. Berbagai pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu· persatu terhruiap

dukungan moril maupun materiil bagi penyelesaian penelitian ini.

Demikian draft laporan akhir penelitian ini disusun semoga dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak berkepentingan terutama bermanfut bagi pengwnbil kebijakan Pembentukan Perda Pajak dan Retribusi Daerllh dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah .

Surabaya , Nopember 2010 Ketua Tim Peneliti

~ (HIMAWAN E$TU BAGIJO. SH. MH)

Page 9: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

DAFTARISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

RINGKASAN t t t r, t,, t t t t tt t t t t t t t t r t t t r t t r t t t t t t s t t tt t • t r t t t tt t r t t t t t t r r t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t r t t t t t tt

PRAKATA .............................................................................................. .

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. .!

DAFTAR lSI ........................................ , ............... t ••••••••••••••••••••••••• ,,,,,,, ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• i

Daftar Oam.bar ...... , ...................................................... , .................................... , ................... ,., .. iv

Daftar Graftk ............................................................................................................................. v

Daftar Tabel .............................................................................................................................. vi

Bab I. Pendahuluan. ..................................................................... , .............................................. 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................................................................ , ..... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 5

Bab II. Tinjau.at1 Pustaka ··························································~················································' Bah III. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 14

3 .1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 14

3.2. Matlfaat Penelitian ....... ,,,,1 ••••• I I,.,,, ••••••• I ••••• , •••••• ····~~. I .••• I., •• ,·~· ••••••••• I ••••• , •• 14

Bab IV. Metode Penelitian ............................................................................. .15

4.1. Pendekatan Masalah ................................................................................ 15

4.2. Sumber Data .. 1 1, 1 1 1 ••• , I .......... I 1. 1 •••• ".,,, ••••• , •••••• I I ••••• I I •••••• ,, •••••••••• ,., •••••••••••• 15

4.3. Teknik Pengum.pulan_ Data ........................................................ ~ ................ 15

4.4. Pengolahan dan AnalisisData ..................................................................... 16

4,5. Kerangka Pikir Penelitian ................... ,., ................................................... .18

4.6. J·adwal Peneli.tian ............... " .......................... ~ ... . 4 ••••••••••••••••••••• I ••••••• , ••••• 19 ~

Bah V. Hasil dan Pembahasan ......................................................................... 20

5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................................. 20

5.1~ Kabupaten Lam.ongan I ••••••••• I •••••••• I I •• I •••••••••••••••••••••• I., ••••••••••••••• I. I •••• I. I ... 20

~ 5.1.1.1. Kondisi Umum Geografis .................................................................... 20

5.1.1.2. Kondisi Umum Demografis .................................................................. 21

5.1"1.3. Kondisi E.konomis Daerall ······~··········,········~·······················,·······,·········22 a). Potensi Unggulan Daerah ........................................................................... 22

'-- b). Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) ................................................................... 25

c), Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. .. , ..... ,. .. , ~.,., ... ,. ,,,,,,, .................. ,.,,,,, .. , ... ~ ..... 27

5.1.2. Kabupaten Pasuru.an. ································~···· M ••••••• ··~··~······· •••••• ····~········28

1

Page 10: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

5.1.2.2. Kondisi Umlllll Geografis ..................................................................... 27

5.2.2.3. Kondisi Umum Demografis ................................................................. .30

5.1.2.3. Kondisi Ekonomis Daerah,Pajak dan Retribusi Daerah ................................... .30

5.1.3. KotaMadiun ...................................................................................... 31

5 .1.3 .1. Kondisi Umum Geografis .................................................................... 31

5.1.3.2. Kondisi Umum Demografis .................................................................. 32

5.3.3.3. Kondisi Ekonomis Daerah,Pajak dan Retribusi Daerah .................................. 33

5.1.4. Kota Mojokerto . ttl "I •••••••• ta ................... I'. I. a •••• ''', ••••••••••• I I •••• ' •• I ••• I II a.''' I I' .37

5 .1.4.1. Kondisi Umum Geografis ................................................................... .37

5.1.4.2. Kondisi Umum Demografis ...................... 1.,,,,, •••••••••••••.••••••••••••••••• , ...... 38 ~

5.1.4.3. Kondisi Ekonomis Daerah,Pajak dan Retribusi Daerah .............. ... ................. 38

5.1.5. Propinsi Jawa Timur ............................................................................ 38

5.1.5.1. Kondisi Umum Geografis .................................................................... 38

S.l.S.2, Kondisi Umum Demografis ······················································~········· .. 40 5.1.5.3. Kondisi Ekonomis Daerah,Pajak dan Retribusi Daerah ................................. .40

5.2. Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ..................... 41

5.2.1. Kabupaten. Lamonga.n .......................................................................•. ,.43

5.2.1.1. Pertumbuhan PAD terhadap Pendapatan Daerah ......................................... .43

5 .2.1.2. Pertumbuhan Pajak Daerah .................................................................. 44

5.2.1 .3. Pc®mbuh.M Retribusi Daerah ... ,, . , .. ,,, . ,, .... , .... ,,, .... ,, . , .... ,, ..................... 46

5.2.1. Kabupaten Pasuruan .............................................................................. 48

5.2.2.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD ........................................................ .48

5.2~2.2. Pertumbuban Pajak. Daerah.. I •••••••••• I ••• ,,~· ••••••• ,,, I ••••• , •• I •••• , ••• II •••••• ,.,,, ••• •• 49

5.2~2.3~ Pertumbuhan Retribusi Daerah. .. I ••••••••• I·~ .. I.·~. I .. , .......... I., I·~ •••••••. I ..... ·~··· .51

5.2.3. Kota Madiun ....................................................................................... 53

5.2.3.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD ......................................................... 53

5.2.3,2. Pertumbuhan Pajak Daerah. .............. , ................................................... 54

- 5.2.3.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah .............................................................. 56

5.2.4. Kota Mojokerto .................................................................................... 58

5.2.4.1. PertumbuhWl PAD terhadap APBD ........ , .................................................. 58

5.2.4.2, Pertumbuhan Pajak Daerah. ...... I •••••••••• I., ••• I ••••• ~ •••••••••••••• I •••••••••• I •••• I I •••• 59

5.2.4.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah .............................................................. 61

5.2.5. Propinsi Jawa Timur ................................... , .......................................... 62

5.2.5.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD ··~·········i············~··············,~···············62

11

Page 11: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gam bar 1 Proses Pembuatan Aturan Hukum (ROCCIPI) ........................................ 16

Gam bar 2. Kerangka Pikir Penelitian, ............................................................... 18

Gambar 3. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008), .................................. 36

Gambar 4. Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008), .............................. 37

Gambar.5 Peta Wilayah Jawa Timur, ............................................................... 39

Gambar 6. Skema Pembagian Urusan Pemerintahan berdasar UU 32 TAhun 2004, ......................................................................... 42

Gambar 7. Skema tentang Pentingnya Naskah Akademis, ....................................... 70

Gambar 8. Skema tentang Mekanisme Penyusunan Naskah Akademis, ........................ 71

Gambar 9. Skema tentang Kedudukan Perda, ...................................................... 84

Gam bar 10. Mekanisme Pengawasan Raperda Provinsi, .......................................... 85

Gam bar 11. Mekanisme Pengawasan Raperda Kabupaten/Kota, ................................. 87

Gambar 12. Mekanisme Klarifikasi Perda, .......................................................... 88

-

IV

Page 12: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

DAFTARGRAFIK Hal

Graflk 1. Perbandingan Penerimwm PAD terhadap Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009 ........................................... 44

Grafik 2 Perbandingan Penerimanaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008,2009 .............................................. 46

Grafik 3. Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008,2009 ....................................... 47

Orafik 4 Pertumbuhan PAD terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Prumruan Tahun Anggaran 2007,2008,2009 ......................................... 49

Grafik 5 Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kab. Pasuruan Tahun An~~aran 2007, 2008,2009 ....... , .............. , , ......................... 50

Orafik 6. Perbandingan Penerimrum Retribu~i terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kab. Pasuruan Tahun Anggaran 2007.2008 dan 2009 ............................................ 53

Grafik 7 Perbandingan penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009 .................................................... 54

Grafik. 8 Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009 .................................................. 56

Grafik 9 . Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009, ................................................... 58

~

Grafik 10. Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009 ............................................... 59

Orafik 11. Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009 ................................................ 60

Grafik 12.Perbandingan Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008, 2009,. ............................................ 62

Grafik 13. Perbandingan PAD terhadap Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009, ........................................ 64

Grafik 14. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah Terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Timur, Tahun Anggaran 2007,2008,2009, ....................................... 66

Grafik 15. Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Timur, Tahun Anggaran 2007,2008 dan 2009, .................................... 68

v

Page 13: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel1. MATRIKS ROCCIPI .................................................................. 16

Tabel 2. Jadwal Penelitian ....................................................................... 19

Tabel.3.Target dan Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Lamongan (2007-2008) ............................................................ 28

Tabel. 4. Target dan Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Pasuruan (2007 -2008) ...... , ....................... , ................................ 31

Tabel 5. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun Tahun 2004-2008 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 35

Tabol 6. Target dan Realisasi Kompomm Pendapato.n Asli Dae.rah Kota.Madiun Tabun2004-2008 ...... ......... .. ... 4: •••••••••••••• , ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 3S

Tabel. 7. Target dan Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Mojokerto (2007-2008, ..................................................................... 39

Tabe18. Prosentase Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Kab. Lrunongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009 .......................................... 44

Tabel9. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008! 2009, ................. 45

Tabel 10. Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008, 2009, .................. 47

Tabel 11. Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008,2009, ..................................... 48

Tabel12. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2007, 2008, 2009, ........................ 50

Tabell3. Prosentase Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kab. Pasuruan Tahun Angaran 2007,2008, 2009, ..................... 52

I "-

Tabel 14. Prosentase penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009, ............................................ 54

Tabel15. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009, ................... 55

vi

Page 14: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Tabel 31. MA TRIKS ROCCIPI Kebijakan Penyesuaian Perda Pemerintah Provinsi Jawa Timur, ........................... 98

viii

Page 15: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

1.1 Latar Belakang Penelitian

BABI

PENDABULUAN

Reformasi keuangan negara yang bertujuan untuk: adaptif terhadap kebutuhan daerah

berlanjut dengan ditctapkannnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130 - Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5049) selanjutnya disebut UU Pajak dan Retibusi Daerah, pada tanggal15

September Tahun 2009. Dalam penjelasan umum UU Pajak dan Retribusi Daerah terdapat

pemikian dasar yang melatarbelakangi dibentuknya UU. Jenis pajak dan retribusi daerah

yang diatur dalam undang-undang pajak dan retribusi daerah yang lama sudah tidak

memadai lagi dengan kebutuhan daerah. Pelaksanaan pungutan atas pajak dan retribusi

daerah berdttw undang-undang yang lama tidak memadai dalam mendukung pen.lngkatan

pendapatan asli daerah (selanjutnya disebut PAD) sehingga daerah selalu menunggu

besaran Dana Alokasi Umum (selanjunya disebut DAU) untuk membiayai

penyelenggaraan urusan otonomi. Selain itu, dalam kenyataan, daerah banyak

merumuskan pajak dan retribusi daerah yang bertentangan dengan prinsip efisiensi,

kemudahan investasi, mobilisasi penduduk dan barang antar daerah.

Penyelenggaraan pengawasan baik secara preventif maupun represif terhadap

pembentukan peraturan daerah menimbulkan inefisiensi dalam penyelenggaraan

pemerintahan di daerah. Pemikiran reformatif atas pajak dan retribusi daerah ini

memuncak pada kehendak politik (political-will) untuk: dilakukan pembaharuan terhadap

berbagai jenis pajak dan retri.busi yang dapat menjadi sumber pendapatan .bagi daerah

untuk: membiayai penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.

Bagi pemerintah Provinsi Jawa Timur dan berbagai kabupatenlkota di Jawa Timur,

berlakunya UU ini diharapkan dapat mendorong penin~tan PAD. Wilayah metropolitan

sepertl Kota Surabaya memperoleh capalan PAD tertinggl darl pajak reklame, hotel,

restoran dan tempat hiburan, sedangkan Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan,

Kabupaten Mojokerto sebagai kawasan penyangga Kota Surabaya memperoleh capaian

PAD tertinggi dari rctibusi HO dan PBB. Keunikan pencapaian PAD masing-masing

wilayah merupakan realitas yang penting untuk: dianalisis untuk melihat bagaimana

capaian PAD kaitannya dengan keberlakuan normatif UU Pajak dan Retribusi Daerah di

kawasan GERBANGKERTOSUSILO (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo

--.--------------~--------------- -------------·~---- ------ 1

Page 16: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-.J

dan Lamongan). Utamanya, masing-masing wilayah yang telah menerapkan perda tentang

pajak dan retribusi daerah dan memerlukan penyesuaian dengan UU Pajak dan Retribusi

Daerah.

Kerangka teori hukum, menempatkan fungsi perda tentang pajak dan retribusi dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah pada fungsi anggaran, fungsi pengaturan, dan

fungsi distribusi.1 Fungsi pertama perda pajak dan retribusi adalah fungsi anggaran yang

erat kaitannya dengan fungsi pcrencanaan. Dengan fungsinya yang demikian, maka ~ak

dan retribusi mempunyai posisi yang strategis bagi kegiatan pembangunan yang

diinginkan di daerah. Kegagalan memenuhi target penerimaan sesuai dengan anggaran,

akan berpengaruh terhadap pelaksanaan perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan.

Muara akhir semuanya ini adalah kegagalan bagi daerah dalam melaksanakan misinya

mengembangkan dan meningkatk:an pembangunan dalam rangka kesejahteraan rakyat di

daerah. Fungsi kedua perda pajak dan retribusi sehubungan dengan anggaran adalah

fungsi pengaturan. Dalam hal ini pemerintah daerah harus menetapkan pengaturan yang

jelas tentang jenis maupun besamya tarif pajak dan retribusi yang dibebankan kepada

rakyat. Pengaturan yang dituangkan dalam perda hams dapat menjamin kepastian hukum

bagi rakyat di daerah. Makna kepastian hukum dalam fungsi pengaturan adalah tidak

boteh ada tumpang tindih antara sebuah jenis pajak atau retribusi lainnya yang diikuti

dengan kejelasan wewenang pemerintah provinsi dan wewenang kabupatenlkota. Fungsi

ketiga perda pajak dan retribusi sebagai instrumen anggaran adalah fungsi distribusi.

Pemda memainkan peran sebagai fasilitator yang baik: dalam distribusi kenyamanan

kepada rakyat dengan prinsip "saling dukung" (subsidi silang). Peranan ini tidak dapat

lepas dari rasionalitas "prinsip keadilan" dalam proses distribusi penikmatan fasilitas yang

dibiayai dari pajak dan .retribusi.

Dalam UU Pajak dan Retribusi Daerah 2009 telah ditetapkan beberapa jenis pajak

daerah yang dapat dipungut oleh daerah. Jenis pajak tersebut antara lain:

l. Pajak Hotel dan Restoran;

2. Pajak Hiburan;

3. Pajak Reklame;

4. Pajak Penerangan Jalan;

5. P~ak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C;

1Philipus M. Hadjon. 1995, et. Al., Pengantar Hokum Administrasi, Gajah Mada Univesity Press, Cetakan IV, h. 28. Lihat Fungsi Normatif Hokum Administrasi dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, yang mempunyai asurnsi bahwa salah satu instrumen hukum dari pelaksanaan kekuasaan pemerintah adalah perencanaan, ibid., h. 6.

---·---------- 2

Page 17: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

6. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Pennukaan.

Selain jenis pajak diatas, pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan vide Pasal 2

ayat (3) dan jika potensinya kurang memadai juga tidak perlu dilakukan pemungutan vide

Pasal 2 ayat (4). Posisi dilematis terdapati pada konteks ketentuan ini sangat membatasi

kreasi daerah yang dalam realitas sering dilakukan, dan disisi lain hal ini cukup

memberikan perlindungan hukum bagi rakyat untuk tidak dipungut berbagai jenis pajak

daerah yang tidak mempunyai validitas normatif dan legitimasi dari masyarakat.

Sementara itu, penetapan jenis Retribusi yang berlaku untuk suatu daerah dalam hal-hal

tertentu harus sama. Prinsip keadilan harus diberlakukan dalam menetapkan jenis retribusi.

Penetapan berlakunya jenis retribusi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor

sumber daya alam (geografls) dan faktor sumber daya manusia yang akan mef\iadi objek

dan wajib retribusi. Meskipun UU Pajak dan Retribusi Oaerah telah menetapkan jenis

Retribusi, sebagaimana diatur dalam Pasal 108 ayat (1 ), penerapan di masing-masing

daerah akan berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang ada di daerah tersebut.

Pendapatan daerah dari sumber rctribusi ini bergantung pada seberapa cepat dan tepat

aparat pemerintah di daerah menyusun strategi penarikannya.

Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah

daerah. Namu.n, tidak semua jenis jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat

dipungut retribusi. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan pertimbangan sosisal ekonomi,

Ia yak atau tidak dijadikan objek retribusi. Jasa tersebut menurut ketentuan Pasal 108 ayat

(1) UU Pajak dan Retribusi Daerah dibedakan kedalam:

1. Jasa Umum;

2. Jasa Usaha;

3. Perizinan Tertentu.

Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan

pemerintah daerah untuk tujuan kepetingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan

2. Retribusi persampahanlkebersihan

3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil.

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

6. Retribusi Pasar

7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

3

Page 18: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

I 0. Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus

11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

12. Retribusi Pelayanan Teral Tera Ulang

13. Retribusi Pelayanan Pendidikan

14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Obyek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah

dengan prinsip komersial yang meliputi: pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan

kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau pelayanan oleh

pemerintah daerah sepanjang disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Adapun jenis­

jenis retribusi jasa usaha meliputi:

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

2. Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan

3. Retribusi Tempat Pelelangan

4. Retrlbusi Terminal

5. Retribusi Tempat Khusus Parkir

6. Retribusi Tempat Penginapan atau Pesanggrahan atau Villa

7. Retribusi Rumah Potong Hewan

8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

10. Retribusi Penyeberangan di Air

11. Retribusi Penjualan .Produksi Daerah

Objek retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam

rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian 1ingkungan. Jenis-jenis retribusi perizinan

tertentu adalah:

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2. Retribusi Tempat Penjulan Minuman Beralkohol

3. Retribusi Gangguan

4. Retribusi Trayek

5. Retribusi Usaha Perikanan

4

Page 19: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

Berlakunya undang-undang baru ini tentu menjadi angin segar bagi daerah untuk

bersemangat melakukan berbagai penataan kembali produk hukum daerah yang mengatur

tentang pajak dan retribusi. Untuk melakukan penataan tersebut tentu harus

memperhatikan berbagai hal yang telah diatur dalam berbagai pasal dalam UU Nomor 28

Tahun 2009. Untuk hal ini, maka harus diperhatikan ketentan Pasal 179 dan Pasal 180

yang mengatur sebagai berikut:

Pasal179 Pada saat Undang-undang ini berlaku, Pajak dan Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai Pajak Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan jenis Pajak kabupatenlkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), dan Peraturan Daerah tcntang Retribusi mengenai jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1), jenis retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127, dan jenis retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu S (tahun) terhitung sejak saat terutang.

Pasal180

(1) Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah mengenai jenis Pajak provmst sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan jenis Pi\iak kabupatcnlkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal2 ayat (2) masih tetap bcrlaku untukjangka waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasa.rkan Undang-undang ini;

(2) Peraturan Daerah tentang retribusi Daerah jenis Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (1), jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal127, dan jenis Retibusi Perlzinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141, masih tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru berdasarkan Undang-undang ini.

1.2. Rumusan Masalah

Mencermati isi ketentuan peralihan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009

tersebut, maka tidak dapat ditawar lagi bahwa jangka waktu berlakunya perda pajak dan

retribusi adalah 2 (dua) tahun. Jadi siap atau tidak, pemerintah daerah harus menghentikan

semua jenis pemungutan pajak dan retribusi yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas.

Permasalahannya, apakah penghentian pemungutan tersebut menunggu perda yang baru?

Berdasar uraian terscbut di atas, maka permasalahan kajian ini dirumuskan sebagai

berikut: "Bagaimanakah pola penyesuaian peraturan daerah tentang pajak dan retribusi

terhadap ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009?

Secara rinci permasalahan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

·--- 5

Page 20: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

(1) Perda pajak dan retribusi apa saja yang sekarang berlaku di kabupatenlkota

tersebut?

(2) Bagaimana kabupatenlkota merencanakan penyesuaian perda pajak dan retribusi

tersebut dengan berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2009?

(3) Bagaimana gambaran potensi daerah yang menjadi dasar penetapan pajak dan

retribusi daerah yang baru?

------------------------ 6

Page 21: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

BABll

TINJAUAN PUSTAKA

Otonomi daerah telah memindahkan sebagian besar kewenangan yang tadinya

berada di pemerintah pusat untuk diserahkan kepada daerah secara otonom, sehingga

pemerintah daerah secara otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat

daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kewcnangan membuat kcbijakwt hukum

(Perda) sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka dengan otonomi daerah

pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat

dan lebih berkualitas.

Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kcmampuan

keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan

daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom. Terpusatnya

SDM berkualitas di kota-kota besar dapat didistribusikan ke daerah seiring dengan

pelaksanaan otonomi daerah, karena kegiatan pembangunan akan bergeser dari pusat ke

daerah. Menguatnya isu "Putra Daerah"-isme dalam pengisian jabatan akan menghambat

pelaksanaan otonomi daerah, disamping itu juga akan merusak rasa persatuan dan

kcsatuan yang telah kita bangun bersama sejak jauh hari sebelum Indonesia merdek.a.

Setiap manusia Indonesia dijamin oleh konstitusi, memiliki hak yang sama untuk

mengabdikan diri sesuai dengan profesi dan keahliannya dimanapun di wilayah nusantara

ini. Yang pcrlu dikedepankan olch pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah

· daerah mampu membangun kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat

mendesain standar Pelayanan Publik yang mudah, murah dan cepat Untuk menciptakan

kelembagaan pemerintah daerah otonom yang mumpuni perlu diisi oleh SDM yang

kemampuannya tidak diragukan, schingga merit system perlu dipraktekkan dalam

pembinaan SDM di daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah di beberapa daerah telah diwarnai dengan

kecenderungan Pemda untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dengan cara membuat

Perda yang berisi pembebanan pajak-pajak daerah. Hal ini telah mengakibatkan timbulnya

ekonomi biaya tinggi (High Cost Economy) sehingga pengusaha merasa keberatan untuk

menanggung berbagai pajak terse but Kebijakan pemda untuk menaikkan PAD bisa

berakibat kontra produktif karena yang terjadi bukan PAD yang meningkat, akan tetapi

justru mendorong parn pengusaha memindahkan lokasi usahanya ke daerah lain yang lebih

----------------------- 1

Page 22: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

menjanjikan. Pemerintah daerah harus berhati-hati dalam mengeluarkan peraturan daerah

tentang pajak:, sehingga pelarian modal ke daerah lain dapat dihindari, dan harus berusaha

memberikan berbagai kemudahan dan pelayanan untuk menarik investor menanamkan

modal di daerahnya. Organisasi publik memang berbeda dengan organisasi bisnis karena

organisasi publik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Organisasi publik tidak sepenuhnya otonomi tetapi dikuasai faktor-faktor ekstemal.

2. Organisasi publik: secara resmi diadakan untuk pelayanan masyarakat.

3. Organisasi publik tidak dimaksud kan untuk berkembang menjadi besar sehingga

merugikan organisasi publik lain

4. Kesehatan organisasi publik diukur melalui :

o Kontribusinya terhadap tujuan politik.

o Kemampuan mencapai basil maksimum dengan sumber daya yang tersedia.

5. Kualitas pelayanan masyarakat yang buruk akan memberi pengaruh politik yang

negatif atau merugikan. (Azhar Kasim, 1993:20)

Meskipun organisasi publik memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan organisasi

bisnis akan tetapi paradigma baru Administrasi Publik yang dipelopori oleh Ted Gabler

dan David Osborne dengan karyanya "Reinventing Government" telah memberikan

inspirasi bahwa administrasi publik harus dapat beroperasi layaknya organisasi bisnis,

efisien, efektif dan menempatkan masyarakat sebagai stakeholder yang harus dilayani

dengan sebaik-baiknya. Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian serius dalam

pelaksanaan otonomi daerah antara lain pelayanan publik, formasi jabatan, pengawasan

keuangan daerah dan pengawasan independent.

Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah akan mempengaruhi

minat para investor dalam menanamkan modalnya di suatu daerah. Exce/ent Service harus

menjadi acuan dalam mendesain struktur organisasi di pemerintah daerah. Dunia usaha

menginginkan pelayanan yang cepat, tepat, mudah dan murah serta tariff yang jelas dan

pasti. Pemerintah perlu menyusun standar pelayanan bagi setiap institusi (Dinas) di daerah

yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat, utamanya dinas yang

mengeluarkan perizinan bagi pelaku bisnis. Perizinan berbagai sector usaha harus didesain

sedemikian rupa agar pengusaha tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk mengurus

izin usaha, sehingga tidak mengorbankan waktu dan biaya besar hanya untuk mengurus

perizinan. Deregulasi dan debirokratisasi mutlak harus terus menerus dilakukan oleh

pemerintah daerab, serta perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar pelayanan publik

senantiasa memuaskan masyarakat.

8

Page 23: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

~

~

Hasil penelitian tentang kualitas pelayanan yang perlu dijadikan pedoman oleh

aparat pemerintah daerah dalam melayani masyarakat di daerah menyatakan bahwa tiga 3-

6 dari 10 pelanggan akan bicara secara terbuka kepada urn urn mengenai perlakuan buruk

yang mereka terima. Pada akhirnya 6 dari 10 pelanggan akan mengkonsumsi barang atau

jasa alternatif (Pantius D, Soeling, 1997: 11). Hasil studi The Tehnical Assistance

Research Program Institute menunjukkan:

• 95% dari pelanggan yang dikecewakan tidak pernah mengeluh kepada perusahaan.

• Rata-rata pelanggan yang komplain akan memberitahukan kepada 9 atau 10, orang

lain mengenai pelayanan buruk yang mereka terima.

• 700,1, pelanggan yang komplain akan berbisnis kembali dengan perusahaan kalau

keluhannya ditangani dengan cepat. (Pantius D. Soeling, 1997:11).

Dengan demikian, pelayanan memegang peranan yang sangat penting dalam

menjaga loyalitas konsumen, demikian pula halnya pelayanan yang diberikan oleh pemda

kepada para pelaku bisnis. Bila merasa tidak mendapat pelayanan yang memuaskan maka

mereka akan dengan segera mencari daerah lain yang lebih kompetitif untuk

memindahkan usahanya. Penilaian Kualitas Pelayanan menurut Konsumen mempunyai

indikator kualitas pelayanan dengan S (lima) dimensi berikut (A.my Y.S. Rahayu,

1997:11):

I. Tangibles: kualitas pelayanan berupa sarana fisik kantor, komputerisasi

2dministrasi, ruang tunggu, tern pat infonnasi dan sebagainya.

2. Reliability: kemampuan dan keandalan datam menyediakan pelayanan yang

terpercaya.

3. Responsiveness: kesanggupan untuk membantui dan menyediakan pelayanan

secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen.

4. Assurance: kemampuan dan keramahan dan sopan santun dalam meyakinkan

kepercayaan konsumen.

5. Emphaty; sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan payanan kepada konsumen.

Untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan publik diatas, maka diperlukan

berbagai sumber pembiayaan yang memadai agar pemerintah daerah dapat memberikan

kepuasan kepada rakyat yang dilayani. Dalam upaya mncari sumber pembiayaan tersebut

diperlukan berbagai sumber pendapatan baik dari pendapatan asli daerah maupun sumber

pendapatan lainnya yang sah.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda),

lUmber pendapatan daerah adalah :

9

Page 24: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

a. pendapatan asli Daerah, yaitu :

- hasil pajak daerah,

- basil teribusi daerah,

- basil perusahaan milik Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah

yang dipisahkan, dan

lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;

b. dana perimbangan;

c. pinjaman daerah; dan

d. lain-lain pendapatn daerah yang sah.

Dalam implementasi sumber pendapatan yang diperoleh dari pajak dan retribusi

daerah, maka harus dibentuk peraturan daerah sebagai dasar pemungutannya. UU Pemda

memberikan kesempatan besar terhadap berfungsinya lembaga DPRD. Pemberdayaan ini

didukung oleh sistem pemilihan umum dan kewenangan DPRD dalam tiga fungsi utama,

(1) legislatif/perundang-undangan (2) fungsi anggaran, (3) fungsi pengawasan/fungsi

kontrol.

Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan, khususnya pemberdayaan DPRD untuk

merumuskan dan melakukan pengawasan atas pembentukan peraturan daerah (fungsi

legislasi). Untuk ini, maka yang diperlukan adalah visi dan misi anggota dewan sebagai

wakil rakyat. Dalam konsep negara, sebutan rakyat dimaknakan sebagai "sekelompok

orang yang diperintah" (governed; burger) oleh kelompok lain yang memerintah

(government; bestuur/regiring). Dalam konsepsi ini, maka kata rakyat memiliki makna

politis sebagai /awan dari pemerintah. Oleh sebab itu, sebagai anggota DPRD,

kewajibannya adalah mengawasi setiap pembentukan peraturan daerah. Hal yang harus

dipertimbangkan adalah apakah peraturan darah tersebut memihak pada kepentingan

rakyat atau tidak.

Dalam fungsi pengawasan/fungsi kontrol terhadap pelaksanaan pemerintahan

daerah, secara khusus DPRD diberi wewenang penyelidikan dengan cara melakukan

pemanggilan. Oleh sebab itu, DPRD harus secara proaktif untuk menggunakan ketentuan

ini sebagai upaya mengawasi pelaksanaan pemerintahan di daerah. Pertanyaan mendasar

yang diajukan, apakah telah ada aturan hukum di daerah yang mengatur pelaksanaan hak

ini secara rinci? Tanpa pengaturan dalam bentuk Tata Tertib, maka hak ini tidak dapat

dioperasionalkan oleh DPRD, dan dengan demikian maka hak ini hanya berhenti sebagai

hak tanpa implementasi prosedural yang tepat.

. 10

Page 25: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

---'

Peluang yang sangat besar yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah adalah peraturan daerah. Hal ini

disebabkan oleh karena dua hal, pertama, sifat pengawasan terhadap pembentukan perda

hanya bersifat represif, kedua kctentuan yang mengatur pelaksanaan pengawasan represif

atas pembentukan peraturan daerah pelaksanaannya masih sangat problematis baik tentang

standar pengujian maupun prosedur untuk menilailmenguji peraturan daerah, khususnya

perda tentang pajak dan retribusi daerah yang secara prosedural harus memperoleh

klarifikasi dari Pemerintah Provinsi.

Keabsahan pembentukan peraturan daerah secara tegas dinyatakan dalam

ketentuan Pasal 136 ayat (4) UU Pemda "Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan

dengan kepentlngan umum, Peraturan Daerah lain, dan peraturan perundang­

undangan yang lebih tinggi. Uraian singkat berikut akan menjelaskan standar umum

keabsahan suatu aturan hukum dalam prespektif teoretik. Standar ini akan menggunakan

pemikiran yang dikemukakan oleh Brul&ink (keberlakuao hukum) dan Max Weber

(studl hokum dalam Masyarakat).

Pemikiran Bruggink tentang Keberlakuan hukum dapat dirumuskan dalam tiga

strata yaitu Keberlakuan Empiris, Keberlakuan Normatif dan Keberlakuan Evaluatif.

Bcrdasar ukuran keberlakuan Emplris/Faktual1, maka dapat diajukan pertanyaan

apakah suatu peraturan daerah secara nyata dipatuhi oleh masyarakat dan apakah secara

nyata peraturan daerah itu akan ditegakkan oleh aparat berwenang. Dua pertanyaan ini

tentu harus menjadi bagian yang difikirkan oleh pembuat peraturan daerah. Maka

pembentuk peraturan daerah harus mampu mempertimbangkan kepentingan masyarakat

apa saja yang terkait dalam aturan tersebut. Mengabaikan kepentingan hukum masyarakat

akan bermuara pada diabaikannya perturan daerah tersebut. Misalnya peraturan daerah

tentang Pedagang Kakl Llmtt, perumusan nonna hukumnya berisi larangan berjualan.

Seharusnya bukan norma larangan tetapi pengaturan berjualan. Dalam peraturan daerah

itu dapat dilakukan pembatasan-pembatasan tentang tempat jualan, daerah jualan,

tipe/bentuk gerobak, jamlwaktu jualan, ijin jualan, pengawasan dan penegakan hukum.

Peraturan yang isinya hanya mengatur larangan tidak akan mampu menghentikan

kepentingan umum/masyarakat yang hendak mencari nafkah. Akibatnya, tidak satu pun

2Keberlakuan faktual dapat ditetapkan dengan bersaranakan penelitian empiris tentang perilaku para warga masyarakat. Jlka darl penclltlan yang demiklan itu tampak bahwa warp, dipandang secara umum, berperllaku dengan mengacu pada keseturuhan kaidah hukum .... Orang juga secara empiris dapat meneliti apakah keseluruhan perangkat kaidah hukum secara umum oleh pejabat hukum yang berwenang diterapkan dan ditegakkan. (Bruggink, 1996, ReOeksi tentang Hukum, Alih bahasa oleh B. Arief Sidharta, Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 149-150).

----------------------- 11

Page 26: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

......

--

perda tentang Pedagang Kald Lima dipatuhi oleh masyarakat. Dalam hal ini, maka

pengertian kepentingan umum dapat diberi makna kepentingan perlindungan hak tertentu

bagi masyarakat secara umum. Sebagai bahan bandingan tentang pemikiran ini adalah

pemikiran Max Weber ("Approach to the Study of Law and Sociology") yang terkait

dengan persoalan validitas hukum atau keabsahan hukum (garis bawah penulis). Konstpsi

dasar dari pemikiran Weber terkait dengan konsekwensi hukum bagi masyarakatnytl.

Apakah suatu aturan hukum itu memberi manfaat kepada masyarakat atau tidak, dengan

ukuran ini, maka perancang perda harus mampu mengabstraksi tujuan dari dibentuknya

peraturan daerah itu. Jika dalam prakteknya nanti, perda tersebut tidak efektif maka tujuan

perancang dalam upaya memberlakukan aturan hukum dapat dinyatakan gagal.

Berdasar pada pemikiran tentang keberlakuan normatif atau keberlakuan

formal, terhadap substansi perda akan berada pada dua pertanyaan penting, pertama

apakah perda itu substansinya tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi atau

kedua apakah Perda itu substansinya tidak bertentangan dengan perda lainnya. Dengan

menggunakan pemikiran ini, maka pembentuk perda akan berhati-hati untuk secara cermat

meneliti setiap aturan hukum yang terkait dengan perda yang dibentuk. Paralelisasi

tipologi ini adalah pemikiran kedua dari Weber tentang validity of law dalam tataran

Jurisprudence yaitu "internal consistency of law with it's own rules and principles".

Menjelaskan tahap konsistensi ini, maka Kelsen dengan Ajaran Hukum Mumi (Reine

Rechtslehre) mengasumsikan bahwa "suatu kaidah hukum baru memiliki

keberlakuannya jika kaidah itu berlandaskan pada suatu kaidah yang lebih tinggi''

(Brugglnk, 1996, h: 151). Berdasar kriteria ini, maka sifat berlakunya perda akan sangat

ditentukan dengan konsistensi vertikal dan horisontal pada substansi perda tersebut. Jika

dalam suatu perda terdapat ketentuan yang bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi

maka perda tersebut dapat dinyatakan sebagai perda yang cacat (invalidity of law).

Aldbatnya, perda tidak dapat diterapkan secara baik dan dengan demikian perda tersebut

3Berduw- pada pemlklran kontrak 110slal, maka hukum dap«t dlartlkan aah Jlka memillkl aubltansl yana dldasarlatn. pada kesepakatan bersama (contract soda/), hal ini dlsebabkan karena hukum merupakan produk dari ratsionalitas manusia dalam alam kapitalis ("systematic elaboration of law and professionalised administration of justice by persons who have received their legal training in a learned and formally logical manner"), Lord Lloyd Of Hampstead and M.D.A. Freeman, Lloyd's Introduction to Jurisprudence, ELBS, Graphies, Ltd, Great Britain,l985, h. 554) 4Keberlakuan. normatlf akan berlandaskan pada pemiklran Kelsen, yaltu adanya prinsip konsistensi vertikal, yaltu, bahwa aturan hukum yang rendah harus sesuai dengan atu.ran hukum yang leblh tlnsgl. Demlkian juga adanya konsesitensi horisontal, yaitu keesesuaian antara aturan yang derajadnya setingkat. (Bruggink, 1996, Refteksi tentang Hokum, Alih babasa oleh B. Arief Sidharta, Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 150).

12

Page 27: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

._,

~

kehilangan kekuatan mengikatnya karena invaliditas itu menyebabkan hilangnya

kewajiban bagi masyarakat untuk mematuhinya (asas legalitas; /egaliteit beginsels).

Bagian akhir adalah penggunaan pemikiran keberlakuan secara evaluati/ yang

bertumpu pada pemikiran "suatu aturan hukum berdasarkan isinya dipandang mempunyai

nilai dalam tataran empiris dan filosofis". Untuk menentukan sifat nilai tersebut dapat

dilihat dari aspek empiris maupun filosofis. Sebuah perda adalah ketentuan yang

substansinya diterima secara baik oleh masyarakat (tidak menimbulkan gejolak dalam

masyarakat). Oleh sebab itu, perda harus dapat dipastikan mengatur sebuah persoalan yang

benar (troth) bukan sebuah pembenaran (justify) semata. Jika digunakan pemikiran Max

Weber, maka bagian ini akan erat terkait dengan konsepsi tentang "consistency of law

with exttrnal tthical or moral valuun. Konsepsi ini akan memberikan pedoman yang

mudah bagi pembentuk perda, yaitu apakah perda itu bertentangan dengan nilai moral

masyarakatnya atau tidak. Oleh sebab itu, substansi suatu perda akan sangat bervariasi

satu dengan lainnya.

~Keberlakuan Evaluatlf akan bennuara pada dimensi emplrls apakah aturan hukum itu direaksi secara positip (diterima) atau ditolak oleh masyarakatnya; pada dimensi filosofis apakah suatu aturan hukum itu secara substantif dianggap benar. (Bruggink, 1996, Refleksi tentang Hukum, Alih bahasa oleh B. Arief Sidharta, Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 152).

13

Page 28: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'---

BABIII

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis pajak dan retribusi daerah apa saja yang berlaku di berbagai

kabupatenlkota di Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui strategi perencanaan penataan pengaturan pajak dan retribusi

dacrah sehubungan dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.

3. Untuk mengetahui jenis pajak dan retribusi daerah yang sesuai dengan potensi yang

dimiliki oleh kabupaten/kota.

3.2. Manfaat Penelltian

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kabupatenlkota dan

Provinsi yang sedang dan telah melakukan penyesuaian peraturan daerah pajak dan

retribusi berdasarkan UU No, 28 Tahun 2009. Hasil penelitian ini memberikan informasi

tambahan atau second opinion yang meliputi:

a. Jenis-jenis pajak dan retribusi daerah apa saja yang telah dipungut di daerah

penelitian berikut besaran hasil pemungutannya dati tahun ke tahun

b. Evaluasi perencanaan dan pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi daerah

yang telah dilakukan dan identikfikasi faktor-faktor yang menghambat dan

mendukung mekanisme pemungutannya

c. Gambaran potensi pajak dan retribusi daerah yang telah dipungut dan rencana

strategsi penyesuaian jenis pajak dan retribusi daerah dengan mengacu pada

ketentuan dalam UU No. 28 Tahun 2009.

Selain itu asil penelitian ini dapt dijadikan bahan pembanding bagi kabupatenlkota dan

provinsi yang akan sedang melakukan penyesuaian perda pajak dan retrlbusi. Disisi lain,

perda-perda yang telah dibentuk di kabupaten!kota yang telah selesai bisa dijadikan

rujukan dan atau bahan evaluasi dalam rangka pembentukan pajak dan retribusi daerah di

kabupatenlkota lainnya.

14

Page 29: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

-

4.1. Pendekatan Masalah

BABIV

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang dik.emukakan penelitian ini merupakan penelitian

hukum yang didukung data empirik. Sebagai penelitian hukum normatif pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan yuridis dengan didukung data empirik. Penelitian hukum

dilakukan untuk mencari pemecahan atas pennasalahan tentang penyesuaian antar kaidah

hukum dalam aturan hukum yang berbeda. Hasil yang dicapai adalah memberikan

preskripsi mengenai strategi hukum apa yang seharusnya disusun untuk menjawab

permasalahan yang diajukan.

4.2. Somber data

Dalam penelitian ini diperlukan data primer dan data sekunder. Data primer dalam

penelitian ini meliputi aturan~aturan hukum yang dikualifikasikan dalam peraturan

perundang-undangan yang memberi wewenang atau kewajiban pemerintah daerah

membentuk perda tentang pajak dan retribusi daerah. Data sekunder yang dipergunakan

dalam penelitian ini adalah data lapangan yang diperoleh melalui penelitian atas kebijakan

pem.erintah daerah dalam menyusun peraturan daerah tcntang pajak dan retribusi daerah.

Data empirik (lapangan) yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi berbagai

jenis perda pajak dan retribusi daerah yang telah dibentuk di beberapa wilayah Jawa Timur

yang dijadikan sample untuk penelitian. Pemerintah kabupatenlkota yang akan dijadikan

sample adalah Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pasuruan, Kota Madiun dan Kota

Mojokerto. Alasan wilayah tersebut dijadikan sample penelitian adalah penetapan

berdasarkan pilihan secara ranwilayah kota besar dan daerah penyangga dari random

untuk mewakili kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Jawa Timur.

4.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui metode bola salju (.mow ball

method), prosedur identifikasi dan inventarisasi bahan-bahan hukum primer dan sekunder.

Terhadap bahan-bahan hukum yang terkumpul dilakukan klasifikasi secara sistematis

sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Klasifikasi (coding) dimaksudkan

untuk melakukan pemilahan bahan hukum berdasarkan dengan tema-tema analisls.

____ ,_ 15

Page 30: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Sedangkan data empirik yang berkait dengan praktek penyusunan perda pajak dan

retribusi dilakukan dengan metode wawancara dengan instansi pemerintah yang terlibat

dalwn penyusunan perda pajak dan retribusi, baik melalui wawancara langsung maupun

dengan mengisi kuisioner (daftar pertanyaan).

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Bahan-bahan hukum yang diperoleh diolah dengan kategorisasi sebagai

pengklasifikasian bahan hukum secara selektif. Analisis terhadap bahan-bahan hukum

dilakukan dengan menggunakan pembahasan diskriptif analitik. Peneliti membatasi

penyusunan studinya pada suatu pengkaj ian, analisis atau klasiflkasi tanpa secara langsung

berupaya untuk mengkonstruksikan atau menguji hipotesa atau teori tertentu (Jan Gissels

dan Mark Van Boeke, Rechtswetenschappen, 1982). Dalam penelitian ini pengkajian

deskriptif analitik tidak bermaksud melakukan pengujian hipotesa maupun teori.

melainkan menelaah konsep-konsep hukum yang mencakup pengertian-pengertian hukum,

norma-norma hukum dan sistem hukum yang berkaitan dengan mekanisme penyusunan

peraturan daerah. Terhadap peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

penyusunan perda pajak dan retribusi daerah, dilakukan studi kepustakaan (library

research) mengenai teori penyusunan produk. hukum yang berbasis pada kepentingan

rakyat, pengendalian masyarakat dan penunjang laju pembangunan daerah.

Ketentuan-ketentuan hukum dalam bahan hukum primer dianalisis dari segi apakah

sudah memiliki standar sebagai peraturan yang baik berdasarkan metode ROCCIPI (Rule,

Oppurtunity, Capacity, Communication, Interest, Process, Ideology). Hal ini memerlukan

memerlukan telaah secara yuridis dan empiris untuk mengetahui keberlakuan hukum yang

memasukkan secara spesifik hambatan (constraints) dan sumberdaya (resources) masing­

m.asing lembaga pelaksana.

-------·---- 16

Page 31: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Gambar 1 Proses Pembuatan Aturan Hokum (ROCCIPI)

MODEL: THE I.AIPUMKfNG !Ji'ROCfU

·C.._,.-s,..ciflc COl---..... faiGIUI'm!S

~WG

~--· .... £ I I I \

---~ 'fee41Jad(

i I

l

IIIU'LIIIINtiNG INS1Jiru110HI

. ~nMnntlJ· . rnducl•• . . ·. ··. ' .,/· IIIOLI --... -

1 mnllll~) OCCUPI!Hf . '·

'

~4plllc:ililc: / , ~.mil JIIUUft)H; ' . ~ ' ' _C>O~t-l'line.• ~

" / F•~

Data lapangan adalah hasil wawancara terhadap lembaga yang berkaitan dengan

pajak dan retribusi daerah yaitu BPKD, Bagian Hukum dan DPRD. Masing-masin_g

peran lembaga dapat dilakukan klasifikasi yang dituangkan dalam matriks/tabel

ROCCIPI. Dari matriks/tabel ROCCIPI dapat dilakukan suatu analisis kualitatif yang

disandingkan dengan jumlah dan jenis pajak dan retribusi daerah yang telah dan akan

disusun oleh pemerintah daerah.

Tabell. MATRIKS ROCCIPI

Pemegang Peranan: BPKD/Bagian Hukum/DPRD Perilaku Bermasalab: ......

Kategorl Penyebab atau Penjelasan Solusl ROCCIPI (IDpOtesls)

(R-) Peraturan

(0-) Kesempatan

(C-) Kemampuan

(C-) Komunikasi

(I-) Kepentingan

(P-) Proses

(1-) __ _Ideolo_ai _ _ ___

-------- -- ---- -- -

___ 17

Page 32: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

4.5. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian

PenyHullln Ptrda Pajak/Retrtbusl

Daerah

n y Menlngkatkan PAD

.

u--~·

-----------------------------------------------~

Anallsls produk (do­kumtn) untuk mtllhat contlntllll Ptrcla dan kesesualannya dengan ketentuan UU No. 281 2009 tentang Pajak dan Rebibusl Daerah

_[Jh

~~~-Y~ .... ., .

C/ . ~-' ' (1) Jenls Pajak daerah yang

slfatnya llmltatlf seblgalmana dlrumuekan dalam Pnl12 ayat (2) dan aylt (3)

(2) Jenls reb'fbusl daerah yang slfatnya enumeratlf maslh dapat dlkembangkan lagl jenls lalnnya bel'dasir ketentuan Panl150

-13-POTRET REALITAS PRODUK HUKUM DAERAH TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI

Anallsls

• Perda pajak dan reb'fbusl apa saja yang be~ku? • Bagalmana strategl perencanian penyeiualan Perda pajak dan retrlbusl Daerah ? • BagalmaM gambanm pote1111 danh yang dlpertimbangkan dalam penyusunan

perencanaan perubahan paJak dan rttrlbutl daerah ?

----------- 18

Page 33: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Penyesuaian perda pajak atau retribusi daerah terarah untuk meningkatkan PAD.

Konteks penyesuaian peraturan tersebut dilakukan dengan analisis dokumen yang melihat

isi perda dan kesesuaiannya dengan ketentuan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah. Ketentuan normatif yang penting dalam rangka peningkatan PAD

adalah jenis pajak daerah yang sifatnya limitatif dan jenis retribusi daerah yang sifatnya

enumeratif. Analisis dokumen dilanjutkan dengan potret realitas produk hukum daerah

tentang pajak dan retribusi. Analisis dokumen peraturan perundangan di tingkat nasional

dan di tingkat daerah selanjutnya diarahkan pada output penelitian yaitu tata hukum positif

tentang perda pajak dan retribusi daerah, strategi perencanaan penyesuaian perda pajak

dan retribusi daerah, serta gambaran potensi daerah sebagai konsideran penyusunan

perencanaan perubahan pajak dan retribusi daerah ke depan nanti.

4.6. Jadwal Penelltlan

Rencana penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 8 bulan dengan rincian

jadual penelitian sebagai berikut:

No KEGIATAN

1. Rapat dan koordinasi persiapan penelitian

2. Pengurusan perizinan 3. Pencarian data (data primer

dan data sekunder) 4. Analisis data 5. Penyusunan Laporan 6. Seminar Hasil Laporan

Tabell.

Jadwal PentUtfan

Maret April

---~~---~--- ~~ ----------------~-------~----- 19

Mei Juni

BULAN Juli

Agustus September

Oktober

Page 34: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

BABY

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

5.1.1. Kabupaten Lamongan

5.1.1. 1. Kondisi Umum Geografis

Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8km2 atau

±3. 78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur.6 Dengan panjang garis pantai sepanjang

47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2 apabila

dihitung 12 mil dari permukaan laut. Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai

Bengawan Solo dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 (tiga) karakteristik

yaitu:

• Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendab yang relatif agak subur yang

membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan,

Deket, Tikung Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.

• Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan

kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng,

Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.

• Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan

banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah,

Turi, Karangbinagun, Glagah.

Batas wilayah administratifKabupaten Lamongan adalah:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban.

Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di

atas permukaan laut dan kelerengan laban. Kabupaten Lamongan terdiri dari daratan

rendah dan bonorowo dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan

6 Data kondisi geografis dan demografis dikutip dari Situs (website) resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan, hUp;//w\\W,IamQD@Il·io.jd/index.php?option'"'COm conteol&task .. vicw&id .. 441 &ltemid'"'43.2., Pemutakhiran Terakhir (Friday, 13 June 2008).

-- 20

Page 35: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

~

ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4, 15% berketinggian di atas 100 meter

di atas permukaan air taut.

Dari uraian di atas, maka hal yang perlu diperhatikan adalah topografi Kabupaten

Lamongan berbentuk "cekung" artinya wilayah bagian utara dan selatan merupakan

dataran tinggi sedangkan wilayah bagian tengah merupakan dataran rendah serta di lewati

sungai terpanjang di Jawa yakni Sungai Bengawan Solo, sehingga rawan sekali terhadap

banjir.7 Penggunaan laban masih di dominasi oleb laban pertanian sekitar 47% dari luas

wilayah Kabupaten Lamongan sebesar 1.812,8 Km2•

Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan

merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar atau

dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di kccamatan Lamongan, Dcket,

Turi,Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng,Glagah,

Karangbinagun,Mantup, Sugio, Kedongpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng,

sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adaJah sangat curam, atau kurang dari

1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan laban 40% lebih.

Kondisi tata guna tanah di Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: baku

sawah (PU) 44.08 ha, baku sawah tidak resmi (Non PU) 8.168,56 ha, sawah tadah hujan

2S.407,80 ha, Tegalan 32.844,33 ha, pemukiman 12.418,89 ha, Tambak/kolarnlwaduk

3.497, 72 ha, kawasan hutan 32.224,00 ha, kebun campuran 212,00 ha, Rawa 1.340,00 ha,

Tanah tanduslk:ritis 889,00 ha, dan lain-lain 15.092,51 ha.

5.1.1.2. Kondlsi Umum Demografts

Menurut data Survey Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi Jawa Timur

Tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Lamongan tahun 2005 sebanyak 1.261,972 jiwa,

terdiri dari 646.830 jiwa (Sl,26%) perempuan dan 615.142 jiwa (48,74%) laki-laki.

Dengan komposisi kelompok umur berdasarkan jenis kelamin laki-laki usia 0-14 tahun

sebanyak 170.087 jiwa (27,65%), usia 15-64 tahun sebanyak 407.040 (66,17%) dan usia di

atas 65 tahun sebanyak 38.015 jiwa (6,18%). Sedangkan kelompok umur perempuan usia

0-14 tahun sebanyak 151.617 jiwa (23,44%), usia 15-64 tahun sebanyak 436.092 (67,42%)

dan usia di atas 65 sebanyak 59.121 jiwa (9,14%), sehinggajumlah penduduk Kabupaten

Lamongan secara keseluruhan berdasarkan kelompok usia 0-14 tahun sebanyak 321.704

Jiwa, usia lS-64 tahun sebanyak 843.132jiwa, usia 6S ke atas sebanyak 97.136jiwa.

7 Mohammad Anwar, eta!., "Evaluasi RPJMD 2006-2010 Kabupaten Lamongan-Jatim," b1tp://psktnp.s1teJl.8_,ne!Lt!l iJ!sfppncL.ninl_kLp_df

____ 21

Page 36: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Banyaknya pencari kerja tamatan SD yang terdaftar sebanyak SS orang, tamatan

SMP sebanyak 216 orang, tamatan SMU/sederajat sebanyak 5.371 orang, tamatan

Diploma J/IIIIII sebanyak 2.125 orang, tamatan sarjana sebanyak 3.419 orang. Adapun

pemenuhan lowongan kerja menurut sektor listrik, gas dan air 186 orang, bangunan 242

orang, perdagangan 417 orang, angkutan 240 orang, bank dan keuangan 78 orang dan

jasa-jasa 2.351 orang.

5.1.1.3. Kondisi Ekonomi Daerah

a) Potensl Unggulan Daerab

Sebagai langkah strategis dalam mengimplementasikan kebijakan pembangunan

ekonomi daerah, maka ada komponen utama yang perlu diketahui yaitu potensi

unggulan daerah. Dengan mengetahui dan memahami potensi unggulan daerah dapat

diketahui sektor-sektor basis dan unggulan yang dapat dipacu atau diakselerasi dan

dioptimalkan guna memacu perkembangan kondisi perekonomian atau pembangunan

daerah pada wilayah tersebut. Hal ini tentunya akan digunakan sebagai pendorong

dalam mewujudkan pembangunan ekonomi berbasis potcnsi sumber daya yang ada di

Kabupaten Lamongan.

Hasil analisa komparatif dan sektor unggulan berdasarkan data produk

Domestik regional Bruto (PDRB) melalui indeks Dominasi antar daerah di Provinsi

Jawa Timur (38 kabupaten/ kota) dengan menggunakan 2(dua) indikator utama yaitu

Static Location Quotion (SLQ) dan Dynamic Location Quotion (DLQ), maka dapat

diketahui sektor-sektor unggulan daerah di Kabupataen Lamongan. Adapun sektor

unggulan Kabupaten Lamongan terscbut antara lain

• Sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan dan perikanan,

• Sektor industri pengolahan (khususnya sub sektor industri tanpa migas: industri

tekstil. barang kulit, barang kayu, kertas dan barang cetakan),

• Sektor bangunan atau konstruksi,

• Sektor perdagangan, hotel dan restoran (khususnya sub sektor perdagangan

besar dan eceran dan sub sektor hotel),

• Sektor keuangan persewaan danjasa perusahaan serta

• Sektor jasa (khususnya sub sektor sosial dan kemasyarakatan, hiburan dan

rekreasi, dan perorangan dan rumah tangga).

Potensi unggulan suatu daerah juga dapat dilihat dari kondisi sumberdaya

yang dimitiki. Berdasarkan kondisi sumber daya alam yang ada, potensi unggulan

------------------------ 22

Page 37: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

daerah Kabupaten Lamongan di sektor pertanian khususnya nampak pada sub sektor

tanaman pangan dan sub sektor perikanan. Dengan total baku laban sawah scluas

83.213 hektar(sekitar 7,23% dari total Jawa Timur Kabupaten Lamongan pada tahun

2006 mampu memberikan kontribusi produksi gabah sebanyak 776.085 ton GKG

(7,14% dari total produksi gabah di Jawa Timur atau terbesar ke-2 di Jawa Timur).

Kabupaten Lamongan juga merupakan penghasil nomor S (lima) terbesar di Jawa

Timur untuk komoditi jagung, yaitu sebesar 5,61% dari total Jawa Timur.

Untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan mampu memberikan

kontribusi sebesar 15,25% dari total produksi ikan di Jawa Timur atau merupakan

penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar 65.874,984 ton senilai k:urang lebih

Rp.446 milyard. Kontribusi terbesar produksi ikan di Kabupaten Lamongan

disumbangakan oleh produksi ikan air tawar (sawah tambak) dan produksi perikanan

taut. Perikana sawah tambak yang didukung areal 22.422,49 hektar mampu

memberikan produksi ikan air tawar sebesar di Jawa Timur, sedangkan perikanan laut

yang didukung 19.994 nelayan dan 5.385 armada kapal penangkap ikan mampu

menghasilkan produksi ikan terbesar nomor 3 (tiga) di Jawa Timur setelah Kabupaten

Sumenep dan Probolinggo.

Pada sektor indusri pengolahan, keunggulan potensi sektor ini banyak

ditopang oleh besarnya keberadaan industri rumah tangga (IRT) dan Usaha Mikro kecil

Menengah (UMKM) yang ada. Berdasarkan data tahun 2006, di Kabupaten Lamongan

berkembang 13.676 unit industri non formal dan 445 unit industri formal yang

kesemuanya memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian daerah

dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Lamongan.

Sektor bangunan atau konstruksi merupakan salah satu sektor unggulan

daerah di Kabupaten Lamongan.Hal ini menunjukkan suatu indikasi cepatnya laju

gerak: pembangunan sarana prasarana di Kabupaten Lamongan, baik itu berupa

gedungjalan jembatan,sarana irigasi dan infrastruktur lainnya seperti pelabuhan

penyeberangan (ASDP), obyek wisata (WBL) dan kawasan industri (LIS) yang

didukung peranan swasta/investor.

Besamya volume pcrdagangan di Kabupaten Lamongan khususnya komoditl

pertanian, pertambangan dan penggalian dan industri basil produk Lamongan

merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu didukung dengan system

pemasaran yang efisien dan dukungan sarana prasarana (infrastruktur) yang baik.

Surplus beras pada tahun 2006 yang kurang lebih mencapai 358.000 ton merupakan

.. ---·-~•» -- -----~--"·- ~ .... ~""'"'' ···~···-··· - --~ ·- .... - ....... ···-" - 23

Page 38: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

salah satu komodoti perdagangan unggulan daerah, demikian juga komoditi perikanan

air tawar (sawah tambak) dan perikanan laut yang memberikan kontribusi besar

terhadap perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun

2006 memberikan perumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 10,3 7%.

Untuk sektor jasa, khususnya sub sektor hiburan dan rekreasi menunjukkan

suatu perkembangan yang nyata atau signifikan untuk memberikan kontribusi yang

semakin meningkat terhadap perokonomian daerah Kabupaten Lamongan.

Pembangunan Wisata Bahari Lamongan (WBL) nampak nyata memberikan pengaruh

langsung terhadap besarnya kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB. Dengan

kunjungan wisatawan mencapai kurang lebih 8SO.OOO per tahun merupakan suatu

potensi daerah yang besar untuk terns dikembangkan dan disinergikan dengan obyek

wisata lainnya seperti wisata religi atau ziarah Makam Sunan Drajat dan Goa Maharani.

Keberadaan WBL juga secara tidak langsung memberikan multiplier effect terhadap

kembang tumbuhnya kegiatan ekenomi produktif lainnya di masyarakat. Pada tahun

2006 sub-sektor hiburan dan rekreasi mampu tumbuh sebesar 5,23%.

Melalui pemikiran yang berwawasan luas (regional dan nasional) yang

didukung dengan pemahaman bahwa potensi ekonomi daerah bukanlah sekedar apa

yang terkandung dan tersedia di daerah tersebut, tetapi juga meliputi potensi ekonomi

di luar teritori Wilayah Lamongan yang dapat mendatangkan manfaat bagi Lamongan.

Melalui riset peta potensi unggulan daerah baik yang bersifat internal maupun

lingkungan ekstemal-luar daerah, Provinsi bahkan nasional disertai dengan strategi

pemasaran daerah, Kabupaten Lamongan memanfaatkan peluang dan potensi tersebut

demi terwujudnya kemajuan perekonomian daerah dan masyarakat Lamongan. Wilayah

Kabupaten Lamongan yang mempunyai letak strategis diantara pusat-pusat

pertumbuhan di Jawa Timur merupakan potensi yang cukup besar untuk dioptimalkan

dalam rangka pengembangan wilayah. Model pembangunan ekonomi daerah dengan

pendekatan kutub pertumbuhan (Growth Pole Approach), yaitu menciptakan pusat­

pusat pertumbuhan khususnya di wilayah pantura (pantai utara) dengan pihak investor

merupakan strategi yang telah dikembangkan selama beberapa tahun ini. Diharapkan

pusat-pusat pertumbuhan tersebut bisa menjadi engine of growth dari perekonomian

Kabupaten Lamongan secara keseluruhan tanpa mengesampingkan pengembangan

wilayah lainnya.

24

Page 39: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'--

b) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Nilai total PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Lamongan

pada tahun 2006 (yang masih merupakan angka estimasi atau sangat sementara) adalah

sebesar Rp.4,082 triliun. Sedangkan berdasarkan atas dasar berlaku (ADHB), PDRB

Kabupaten Lamongan mencapai Rp.5,872 triliun atau meningkat sebesar 10,24%

dibandingkan tahun 2005 dimana sebesar Rp. 2,283 triliun disumbangkan oleh sektor

pertanian.

Perkembangan pencapaian kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat

dari nilai pertumbuhan perekonomian yang dicapai tiap tahunnya. Pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Lamongan pada tahun 2006 mencapai S, 11%. Pertumbuhan

ekonomi selama 5 (Lima) tahun terakhir (2002-2006) menunjukkan pola

kecenderungan yang semakin meningkat. Namun demikian pencapaian pertumbuhan

ekonomi tersebut disadari masih dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur

dan Nasional yang pada tahun 2006 mencapai 5,5%.

Struktur perekonomian Kabupataen Lamongan yang masih besar ditopang

oleh sektor pertanian mengakibatkan laju pertumbuhan ekonominya masih dibawah

rata-rata Jawa Timur dan Nasional. Persoalan struktural yang dialami oleh sektor

pertanian selama ini mengakibatkan rendahnya kontribusi sektor ini terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai pertumbuhan

ekonomi yang disumbangkan oleh sektor pertanian selam kurun waktu 2002-2006

relatip stagnan, dimana pada tahun 2006 hanya tumbuh sebesar 1, 72%, paling rendah

dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Berkaitan dengan kondisi tersebut,

upaya peningkatan nilai tam bah produk -produk komoditi pertanian pada tahun-tahuin

mendatang melalui pengembangan kegiatan pengolaban basil komoditi pertanian

(industri pengolahan berbasis komoditi pertanian) menjadi salah satu pemecahannya.

Berdasarkan data perkembangan selama 5 (lima) tahun terakhir (2002-2006)

struktur perekonomian Kabupaten Lamongan masib belum banyak mengalami

perubahan yaitu masih ditopang utamanya oleh sektor primer (khususnya oleh sektor

pertanian). Meski demikian peranan sektor primer menunjukkan kecenderungan

samakin menurun, sedangkan sektor tersier (khususnya sektor perdagangan, hotel &

restoran dan sektor jasa-jasa) menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun

2006 sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar yaitu 43,22% terhadap

total PDRB ADHK Kabupaten Lamongan, kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor

25

Page 40: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

...._

perdagangan, hotel dan restoran (29,58%) dan sektor jasa-jasa( 11,48%), dan sektor

industri pengolahan sebesar 5,51 %.

Mendekati dengan publikasi struktur perekonomian oleh Pemda Kabupaten

Lamongan diatas, terdapat basil penelitian bahwa selama tahun 2001-2006

perkembangan pendapatan asli daerah Kabupaten Lamongan mengalami kemajuan

secara fluktuasi.8 Nilai pertumbuhan tertinggi dicapai pada periode 2002 sebesar 44%

sedangkan terendah pada tahun 2004 sebesar S%. Sumber pendapatan asli daerah yang

memiliki kontribusi terbesar berbeda setiap tahunnya selama tahun 2002-2003

kontribusi terbesar dipegang oleh sektor lain-lain pendapatan. Sedangkan penerimaan

daerah yang bisa dikembangkan adalah sektor pajak dan retribusi karena keduanya

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Kabupaten Lamongan. Dalam

meningkatkan kontribusi dan potensi pendapatan asli daerah, hendaknya membuat

suatu kebijakan yang efektif dan efisien guna meningkatkan penerimaan daerah dari

sektor pajak dan retribusi.

Terdapat penelitian lain yang bersifat sektoral yaitu Peranan Sektor

Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kelja dan Pendapatan Asli Daerah di

Kabupaten Lamongan Tahun 2001-200rl untuk mengetahui besarnya tingkat

penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata di Kabupaten Lamonganf besamya

sumbangan sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten

Lamongan tahun 2001-2006. Penelitian tersebut dilakukan karena melihat besarnya

potensi sektor pariwisata dalam menyerap tenaga kcrja di Kabupatcn Lamongan. Data

yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu yang diperoleh dengan mencatat

dari Dinas Pendapatan Daerah, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan yang telah disusun dengan baik dan

siap diolah selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2006. HasH penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata elastisitas kesempatan kerja pada sektor pariwisata

sebesar 2,29. Sedangkan rata-rata pada sektor pendukung pariwisata sebesar 1,54. Pada

sektor pariwisata dan sektor pendukung pariwisata mengalami elasticity. Rata-rata

persentase kontribusi pendapatan sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sebesar 5,11%. Pada sektor pariwisata, laju pertumbuhan produksi sektor

8 Fitri Junitasari, "Analisis Potensi Peodapatan Asli Daerab Kabupaten Lamonaan", http:// di gi I i b. umm .ac.id/ gdl.php?mod=browse&op=read&id=j iptummpp-gdl-s 1-2009-fitri j unit-15713&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985 9 Mario Hally Hadiwijaya, "Peranan Sektor Pariwisata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2001-2006," http://digilib.utlei.ac.id/p,dl42/gdl.php?mod .. browse&op""tead&id .. gdlhub~p,dl·marlohally-23.68

·------ ------- 26

Page 41: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

pariwisata rata-rata per tahun sebesar 124,24% dan laju kenaikan tenaga kerja yang

terjadi sebesar 561,71%. Pada sektor pendukung pariwisata hotel, rumah makan,

transportasi, rekreasi dan hiburan, rata-rata laju pertumbuhan jumlah sektor pendukung

pariwisata adalah sebesar 16,74%, rata-rata laju kenaikkan tenaga kerja sektor

pendukung pariwisata sebesar 27,84%. Sumbangan yang diberikan untuk Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sebesar 5,11% peri ode tahun 2001-2006. Laju pertumbuhan selama

kurun waktu mulai tahun 2001-2006 mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan,

dapat diartikan dalam penelolaan kcpariwisataan yang dilakukan pada periode tabun

2001-2006 di Kabupaten Lamongan meningkatkan pendapatan sektor pariwisata dan

mengurangi pengangguran.

c) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Di dalam LKPJ, laporan kinerja anggaran daerah terutama didominasi oleh

klaim besamya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai dari 68%.10

Bila pada Tahun 2006 hanya sebesar Rp. 42 Miliar, PAD Lamongan 2009 mencapai

Rp. 71 Miliar. Pertumbuhan 68% PAD 2005-2010 memang cukup tinggi, apalagi

diukur dengan pertumbuhan dana perimbangan dari pemerintah pusat yang mencapai

20%. Ironisnya, derajat Desentralisasi Fiskal Lamongan malah menurun. Bila tahun

2005, porsi PAD dibanding keseluruhan Pendapatan Daerah mencapai 9,3%, sayangnya

Tahun 2009 hanya mencapai 7,5%. Konsekuensinya, tingkat kemandirian keuangan

daerah juga menurun, hila tahun 2005 sebesar 10,3%, maka pada tahun 2009

Pemerintah Lamongan semakin tergantung pada anggaran dari Pemerintah pusat karena

kemandirian fiskalnya terjun ke angka 8%. 11

Tekad Pemkab untuk meningkatkan PAD dari sektor yang tidak menambah

beban bayar masyarakat belum juga tercapai. Statistik PAD 2005-2010 mengungkap

bahwa komponen terbesar PAD Lamongan bersumber dari retribusi, utamanya dari

retribusi pelayanan kesehatan dan retribusi parkir berlangganan. Bila pos "unggulan"

seperti WBL tahun 2009 diperoleh pembagian laba sebesar Rp. 10,1 Miliar, masih

kalah dengan pendapatan Lamongan dari retribusi pelayanan kesehatan warga yang

berobat, sebesar Rp 11,3 Miliar. Target PAD tahun 2009 sebesar 111 Millar -

sebagaimana telah diiklankan di media massa -- hanya tercapai 71 Miliar. 12

10 Madekhan Ali. "Catatan Pinggir Untuk LKPJ Bupati Lamongan," Budget Info, Daulat Atas Anggaran, http://www.budget-info.com/index.php?option=com content&view=article&id=353%3Acatatan-pinggir-untuk­lkpj-bupati-lamongan&catid=48%3Alocal-budget-sektor-lain&Itemid=259&lang=in 11 Ibid. 12 Ibid.

27

Page 42: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Retribusi daerah di Kabupaten Lamongan merupakan hal yang penting bagi

kesejahteraan masyarakat sehingga seringkali menuai analisis yang kritis terhadap

pelaksanaannya. Suatu hal yang penting untuk digarisbawahi berdasarkan basil

penelitian tentang retribusi pasar13 adalah sumber Pendapatan Daerah yang dimiliki

oleh Kabupaten Lamongan untuk membiayai kegiatan daerahnya yang paling potensial

adalah pendapatan di sektor retribusi pasar. Dana yang diperoleh di sektor retribusi

pasar merupakan pendapatan yang paling besar dibandingkan dengan penerimaan

daerah di sektor lainnya.

Data BPS Provinsi Jawa Timur tentang pajak daerah14 dan retribusi daerah1)

menunjukkan terdapat kecenderungan realisasi pajak daerah yang tidak memenuhi

target pada tahun 2007 dan melampaui target pada tahun 2008. Sedangkan retribusi

daerah Kabupaten Lamongan cenderung melampaui target yang dicanangkan sepanjang

tahun 2007-2008.

Tabel. 3. Target dan Realisasi Pajak Daerab dan Retribusi Daerab Kabupaten Lamongan (2007-2008)

Tabun Target dan Realisasi Pajak Daerab Retribusi Daerah

2007 Target 12.115.000.000,00 18.408.000.000,00 Realisasi 11.994.000.000,00 19.700.000.000,00

2008 Target 12.241.000.000,00 23.573.000.000,00

Realisasi 14.173.000.000,00 24.300.000.000,00 Sumber: BPS Provinsi Jatim (2008); diolah oleh peneliti.

5.1.2. Kabupaten Pasuruan

5.1.2.1. Kondisi Umum Geografis

Letak geografis wilayah Daerah Tingkat II Kabupaten Pasuruan berada pada posisi

sangat strategis yaitu jalur regional juga jalus utama perekonomian Surabaya - Malang

dan Surabaya- Banyuwangi. Hal tersebut menguntungkan dalam pengembangan ekonomi

dan membuka peluang infestasi di Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan mempunyai

13 Eny Rahmawatl, "Pelakunaan Retrlbusl Pasar Dalam Peniqkatan Pendapatan Asll Daerab (Studl Pada Kantor Dlspenda Kabupaten Lamongan)," http:/ I di gi I i b. itb.ac. id/ gdl .php?mod=browse&op=read&i d=j i ptumm-gdl-s 1-2002-en y-57 67 -retri busi 14 Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten!Kota Seluruh Jawa Tnnur Sektor Hasil Pajak Daerah. BPS Provinsi Jawa Timur, b11p : // j atim.bps.a~

content/uploads/images/PAD l.pdf 15 Rekapitulasi Target dan Realisasl Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Seluruh Jawa Tlmur Sektor HasH Retrlbusl Daerah, http:/ / jati m. bps. go .i d/wp-contentlupl oads/images!P AD2.pdf

· "'-· "~~•.·o•~~.·o-••••·••· ••• .. ••·•• '''""'·'" · ·····---···• ~ ""------.-···''"' •· · 2 8

Page 43: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

luas wilayah 147.401,50 Ha (3,13% luas Provinsi Jawa Timur) terdiri dari 24 Kecamatan,

24 Kelurahan, 341 Desa dan 1.694 Pedukuhan.16

Batas - batas wilayah Kabupaten Pasuruan sebagai berikut:

• Utara: Kabupaten Sidoatjo dan Selat Madura.

• Selatan: Kabupaten Malang

• Timur: Kabupaten Probolinggo

• Barat : Kabupaten Mojokerto

Daratan Pemerintah Kabupaten terbagi menjadi 3 bagian:

• Daerah Pegunungan dan Berbukit, dengan ketinggian antara 180m s/d 3000m. Daerah

ini membentang dibagian Selatan dan Barat meliputi: Kec. Lumbang, Kec. Puspo,

Kec. Tosari, Kec. Tutur, Kec. Purwodadi, Kec. Prigen dan Kec. Genpol.

• Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6m sampai 91 m, dataran rendah ini

berada dibagian tengah, merupakan daerah yang subur.

• Daerah Pantai, dengan ketinggian antara 2m sampai 8m diatas permukaan taut.

Daerah ini membentang dibagian Utara meliputi Kec. Nguling, Kec. Rejoso, Kec.

Kraton dan Kec. Bangil.

Kondisi wilayah Kabupaten Pasuruan terdiri dari daerah pegunungan berbuldt dan

daerah dataran rendah, yang secara rinci dibagi menjadi 3 bagian:

• Bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan ketinggian permukaan

tanah antara 186 meter sampai 2. 700 meter yang membentang mulai dart wilayah

kecamatan Tutur, Purwodadi dan Prigen.

• Bagian Tengah terdiri dari dataran rendah yang berbukit dengan ketinggian

permukaan antara 6 meter sampai 91 meter dan pada umumnya relatif subur.

• Bagian Utara terdiri dari dataran rendah pantai yang tanahnya kurang subur dengan

ketinggian permukaan tanah 2 meter sampai 8 meter. Daerah ini membentang dari

timur yakni wilayah kecamatan Nguling Kearah Barat yakni Kecamatan Lekok,

Rejoso, Kraton dan Bangil.

Keadaan kemiringan tanah di Kabupaten Pasuruan adalah bervariasi:

• Kemiringan 0-25 derajat meliputi + 20% luas wilayah. Daerah ini merupakan dataran

rendah yangterletak di bagian Utara.

16 Data kondisi geografis dan demografis dikutip dari Situs (website) resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan, http://www .pasuruankab. go. id/perda. ph p?ciD=3 &action= I ist

----- 29

Page 44: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

• Kemiringan l 0-25 derajat meliputi ±.. 20% luas wilayah. Daerah ini merupakan

datara.n yang bergelombang yang terletak di bagian Tengah.

• Kemiringan 25-45 derajat meliputi ± 30% luas wilayah. Daerah ini merupakan yang

bersambung dengan perbukitan (dibagian Barat dan Timur).

• Kemiringan diatas 45 derajat meliputi ± 30% luas wilayah. Daerah ini merupakan

pegunungan yang terletak di bagian Selatan. Sedangkan struktur tanah di Kabupaten

Pasuruan sebagian besar terdiri dari jenis Alluvial. Mediterian, Regosol, Labosal dan

Litasol. Grumasol dan Andosal.

5.1.2.2. Kondisi Umum Demografis

Sebagai modal dasar pembangunan penduduk Kabupaten Pasuruan relatif besar

tercatat 1.454.521 jiwa terdiri dari laki- laki 725.484 jiwa dan perempuan 729.037 jiwa

(data akhir tahun 2005 BPS Kabupaten Pasuruan) dengan kepadatan 979 jiwalkm2.

Keaneka ragaman penduduk sebagian besar suku Jawa, suku Madura, Suku Tengger dan

keturunan asing antara lain Cina, Arab, India. Agama yang dianut Islam, Kristen

Protestan, Katholik, Budha dan Hindu.

Kondisi penduduk menurut mata pencaharian terdiri dari Pertanian (33,98%)

Industri Pengolahan (24,69%), Listrik, gas dan air (0,41%) perdagangan, hotel dan

restoran (17,790/o) pertambangan dan galian (0,38%). Bangunan (5.21%), Keuangan,

Persewaan dan jasa perusahaan (0,33%), pengangkutan dan komunikasi (6,66%) serta

jasa (10,55%) Data akhir tahun 2005 bcrdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional.17

5.1.2.3. Kondisi Ekonomi Daerab, Pajak Daerab dan Retribusi Daerah

Menurut hasil pemantauan Tim Jawa Pos (JPIP), Kabupaten Pasuruan

mengalokasikan belanja publik lebih kecil daripada belanja aparatur.18 Suatu hal yang

positif adalah belanja bantuan keuangan yang cukup besar pada pos dinas pendidikan

(Rp 43,9 miliar). Kabupaten Pasuruan mengalokasikan anggaran 10,06 persen atau setara

Rp 65,72 miliar dan dari jumlah tersebut, Rp 43,9 miliar (6,7 pcrscn dari total APBD)

disumbang kelompok belanja bantuan keuangan pada pos dinas pendidikan. Kabupaten

Pasuruan juga menunjukkan kecenderungan kenaikan alokasi anggaran pendidikan yaitu

17 Ibid. 11 "Paparan HasU Monitoring Otonoml Daerah dl Jattm 2007," Selasa, 15 Mel 2007, http://webcache.googleusercontent.com/search?g=cache:KOXibFhy5hgJ:www.adkasi.org/upload/File/Paparan %2520Monitoring%2520Pelaksanaan%25200tonomi%2520Daerah,%2520Jawa%2520Pos.doc+analisis+data+ ~+daerah+kabupaten+pasuruan&cd .. 35&hl"'id&crclnk&il""id

30

Page 45: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

alokasi lebih dari 20 persen anggaran pendidikan dalam APBD 2007-2009 atau berada

pada kisaran 39-41 persen.19

Hasil pemeriksaan BPK menunjukkan perencanaan untuk Pajak Daerah sebesar

Rp 32.438.500.000,00 dan realisasinya adalah Rp 37.161.151.288,00. Sedangkan

retribusi daerah direncanak:an mencapai 11.360.680.000,00 dan realisasinya lebih dari

perencanaan semula yaitu 13.443.648.061,00.20

Dalam tabel berikut ini terdapat kecenderungan realisasi pajak: daerah yang

melampaui target, sepanjang tahun 2007-2008. Sedangkan retribusi daerah Kabupaten

Pasuruan pada tahun 2008 sempat tidak memenuhi target, dibandingkan denpn

pencapaian pada tahun 2007.

Tabel. 4. Target dan Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Pasuruan (2007-2008)

Taboo Target dan ReaUsasl Pajak Daerab Retrlbusl Daerab

2007

2008

Target

Realisasi

Target Realisasi

38.914.000.000,00

40.138.000.000,00

40.439.000.000,00 44.099.000.000,00

Somber: BPS Provinsi Jatim (2008); diolah oleh peneliti.

14.633.000.000,00

16.608.000.000,00

17.011.000.000,00 16.672.000.000,00

Dalam Rancangan APBD Kabupaten Pasuruan Tahun 2010, khususnya Pengantar Nota

Keuangan R-APBD 2010, terdapat perencanaan capaian untuk P~ak Daerah adalah Rp.

44.324.922.000,- dan Retribusi Daerah sebesar Rp. 23.588.727.000,-.21

· 5.1.3. Kota Madiun

5.1.3.1. Kondl1l Umum Geografll

Kota Madiun merupakan salah satu wilayah pemerintahan Provinsi Jawa Timur

bagian barat yang mempunyai letak strategis. Kota Madiun menjadi perlintasan

transportasi darat utama antar Provinsi di pulau Jawa diantaranya dilewati jalur antara

Surabaya - Madiun - Solo - Jakarta, Sl1rabaya - Madiun - Solo - Bandung. Kota

Madiun juga merupak:an kota transit yang cukup strategis karena topografi tanahnya

1~iada~i dari uraian Nur Hidiyat pada "Hasil Studi Aoganm ftndidikao di Datrab.'' http://www. inisiatif.org/index.php?option=com content&view=article&id=258%3Akajian-apbd-2&catid=30%3Areformasi-perencanaan-dan-penganggaran&Itemid=77&lang=in 20 Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kabupaten Pasuruan Tahun Anggaran 2004, Badan Pemeriksa Keuangan Republik: Indonesia, diakses melalui http://www.bpk.go.~d/~oclhaQsern/200?

~m I /HP.%2QAff!D%.2QlQ05/l19..KabYil2!lP.aw·®ll,Jlllf "Pandangan Umum Nota Keoangan Pemda Pasuruan"1 Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa,

http://www.bungjack.co.cc/2009/12/pandangan-umum-nota-keuangan-pemda.html

~· ·-·· ~----- . ·-~-"~~- 31

Page 46: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

yang datar menjadi pilihan jalur yang mudah dilalui oleh alat transportasi bus maupun

kereta api serta mendukung daerah hinterland yang mempunyai potensi budaya dan

pariwisata yang cukup terkenal. 22

Secara geografis Kota Madiun terletak pada 1110 BT-1120 BT dan 70LS- SOLS

dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Nglames Kabupaten Madiun di sebelah

utara, sebelah selatan dengan Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, sebelah timur

dengan Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, dan sebelah barat dengan Kecamatan

Jiwan Kabupaten Madiun. Wilayah Kota Madiun mempunyai luas 33,23 Km2 terbagi

menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman, dan

Kecamatan Kartoharjo. Dengan luas masing-masing Kecamatan Manguharjo 10,04 Km2,

Kecamatan Taman 12,46 Km2, dan Kecamatan Kartoharjo 10,73 Km2. Masing-masing

kecamatan tersebut terdiri atas 9 kelurahan sehingga terdapat 27 kelurahan di Kota

Madiun.

Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 meter hingga 67 meter

dari permukaan air taut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air taut

terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan air laut

terletak di sebelah di selatan. Rentang temperatur udara antara 200C hingga 350C. Rata­

rata curah hujan Kota Madiun turon dari 210 mm pada tahun 2006 menjadi 162 mm pada

tahun 2007. Rata-rata curah hujan tinggi teljadi pada bulan-bulan di awal tahun dan akhir

tahun, sedangkan rata-rata curah hujan rendah teljadi pada pertengahan tahun.

5.1.3.2. Kondisi Umum Demografis.

Jumlah penduduk Kota Madiun tahun 1996 sebanyak 184.668 jiwa, dan terus

meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,76% menjadi 196.691 jiwa pada

tahun 2005.23 Dengan mengacu rata-rata laju pertumbuhan penduduk, proyeksi jumlah

penduduk tahun 2025 sebanyak 228.848 jiwa, dengan rata-rata kelahiran di Kota Madiun

sebesar 2.209 jiwa/tahun dan rata-rata kematian sebesar 1.228 jiwa/tahun. Sebaran

penduduk terkonsentrasi di pusat kota (Kel. Kartoharjo, Kel. Pangongangan, Kel.

Kejuron, Kel. Pandean, Kel. Nambangan Lor). Konsentrasi yang demikian itu masih

ditambah penduduk pekelja musiman dan pekelja sektor informal yang cenderung

tinggal di wilayah tersebut karena pertimbangan ekonomi untuk menekan beaya

transportasi walaupun terpaksa tinggal ditempat yang kurang memadai.

22 Dikutip dari dokumen RPJMD Kota Madiun yang telah disahkan menjadi Perda No. 19 Tahun 2009, http:/ /bappeda.madi unkota.in fo/wp-content/uploads/20 I 0/01 /mi m.pdf 23 RPJPD Kota Madiun 2005-2025, http://bappeda.madiunkota.info/wp-content/uploads/20 10/06/perda-rpjp.pdf

32

Page 47: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Dalarn Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Madiun Tahun 2002 - 2012 telah

termuat konsep untuk rencana distribusi penduduk antara lain melalui upaya

mengembangkan daya tarik Bagian Wilayah Kota (BWK) diluar pusat kota untuk

dikembangkan kawasan-kawasan pemukiman sehingga dimungkinkan pengurangan

konsentrasi penduduk yang padat di pusat kota.

Tingkat kepadatan penduduk menunjukkan bahwa pada tahun 2002 BWK Pusat

kota dan sekitarnya seluas 449.631 ha didiami sekitar 58.708 jiwa yang berarti tingkat

kepadatan penduduknya 131 jiwa per ha, sementara di BWK Barat (kota bagian barat)

seluas sekitar 787.948 ha angka kepadatan penduduk hanya mencapai sekitar 32 jiwa per

ha. Demikian juga di BWK Selatan (yang mencakup wilayah kota bagian selatan dan

timur) pada angka kepadatan sekitar 70 jiwa per ha, serta BWK Utara (yang mencakup

kota bagian utara dan timur) tingkat kepadatan penduduk sekitar 48 jiwa per ha. Dengan

tingkat kepadatan penduduk dan sebaran penduduk yang tidak seimbang dan merata itu

diperlukan kebijakan pengembangan daya tarik pada setiap BWK agar distribusi

penduduk bisa lebih seimbang dan merata. Pengembangan daya tarik itu antara lain

mencakup pengembangan kawasan perkantoran, pertokoan, permukiman, pendidikan

dan sebagainya.

5.1.3.3. Kondisi Ekonomi Daerah1 Pajak dan Retribusi Daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukkan

peranan atau keadaan riil sektor-sektor yang mempengaruhi besar kecilnya Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Sedangkan untuk mengetahui kontribusi sektoral dan

pertumbuhan ekonomi daerah, didasarkan pada data Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) atas dasar harga konstan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dengan

menggunakan harga konstan perkembangan dari tahun ke tahun tidak dipengaruhi

inflansi, sehingga pebandingan pertumbuhannya lebih obyektif . Peranan sektoral

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan tahun

2007 menempati urutan pertama adalah sektor lndustri Pengolahan sebesar 23,99%

walaupun secara trend mengalarni penurunan dari tahun 2003 sampai dengan tahun

2007. Peringkat kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada pada

kisaran angka yang relatif stabil dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 berkisar 19%

- 20%. Urutan ketiga adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi di tahun 2007 sebesar

14,94% meningkat 0,8% dari tahun 2006, Dilihat dari peranan kelompok sektor maka

yang memberikan konstribusi terbesar adalah kelompok tersier sebesar 57,95%

kemudian kelompok sekunder 39,65% dan yang terkecil kelompok sektor primer sebesar

·--- 33

Page 48: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

2,4%. Dukungan sektor-sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kota Madiun mengalami kenaikan dari tahun 2003

sampai dengan tahun 2008, bahkan pada tahun 2007 dan 2008 pertumbuhan ekonominya

lebih tinggi dibanding Provinsi Jawa Timur.

Pertumbuhan ekonomi Kota Madiun yang menunjukkan kecenderungan

meningkat dari tahun 2003-2008. Tahun 2003 Kota Madiun mengalami pertumbuhan

ekonomi sebesar 4,44% namun masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur yang sebesar 4, 78%. Tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Kota Madiun sedikit

mengalami kenaikan menjadi sebesar 4, 74%, sedangkan pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur meningkat menjadi 5,83%. Tahun 2005 sampai dengan 2008 pertumbuhan

ekonomi Kota Madiun meningkat terus, hingga pada tahun 2007 dan 2008 mampu

melebihi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 6,15 dan 6,24.

Sedangkan pertumbuhan Provinsi Jawa Timur mengalami pertumbuhan ekonomi pada

tahun 2007 sebesar 6, 11% dan menurun menjadi 5,9% di tahun 2008. Secara sektoral

pertumbuhan ekonomi Kota Madiun mengalami fluktuasi yang bervariasi. Sektor

pengangkutan dan Komunikasi menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi diantara

sektor-sektor lainnya.

Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari: pajak daerah, retribusi

daerah, bagian usaha daerah, lain-lain pendapatan. Walaupun Pendapatan Asli Daerah

(PAD) mengalarr.i peningkatan di hampir semua Provinsi, Kabupaten/Kota, namun

secara rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif lebih kecil dibandingkan dengan

kebutuhannya. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun

2004-2008 rata-rata mengalami kenaikan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) realisasi

tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 22.096.187.441,55 atau 129,40% dari

target anggaran, sedangkan realisasi terendah terjadi pada tahun 2004 hanya sebesar

Rp.16.647.374.553,72 atau 89,23% dari target anggaran. Sedangkan realisasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) tahun 2005, 2006,2007 dan 2008 secara berturut-turut sebesar

129,40%, 104,74%, 114,55% dan 117,55%.

---------- 34

Page 49: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

;,_..

.......

'-

-........,

._,

'-'

Tabel5. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Madiun Tahun 2004-2008

Tahun Target Realisasi Persentase Realisasi (Rupiah) (Rupiah) Terbadap Target (0..4)

2004 18,656,598,000.00 16,647,374,553.72 89.23%

2005 17,075,298,000.00 22,096,187,441.55 129.40%

2006 18,485,922,000.00 19,362,751,778.28 104.74%

2007 19,593,760,000.00 22,444,56.5,604.67 114.55%

2008 22,980,184,000.00 27,014,134,401.86 117,55%

Sumber: Dispenda Kota Madiun (2009) dalam RPJMD Kota Madiun .

Pertumbuhan target anggaran tahun 2005 dibanding tahun 2004 menurun 8,48%,

kemudian tahun 2006 meningkat menjadi 8,26%. Tahun 2007 terjadi penurunan menjadi

sebesar 5,99% dan naik kembali menjadi 19,06%. Sedangkan realisasi mengalami

pertumbuhan yang fluktuatit: Pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 32,73%

dibanding tahun 2004. Namun tahun 2006 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Madiun

mengalami penurunan dibanding tahun 2005 sekitar 12,37%. Peningkatan kembali

terjadi pada tahun 2007 dan 2008 secara berturut-turut 15,92% dan 21,84%.

Tabel 6. Target dan Reallsasl Komponen Pendapatan Asli Daerab Kota Madiun Tahun 2004-2008

Tahun Target dan Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Perusahaan Lain-lain Realilasi Milik Daerah Pendapataa Alii

Daerab Yaa1 Sah

2004 Target 4,602,949,000.00 4,515,501,000.00 711,015,000.00 8,827,133,000.00

Realisasi 5,618,949,575.50 5,002,981,195.60 683,122,341.09 5,342,321,441.53

2005 Tqet 5,345,270,000.00 5,269,835,000.00 1,222,767,000.00 5,237.42~000.00

Reallsasl 5,981,331,637.00 6,107,718,839.00 1,163,428,048.87 8,843, 708,916.68

2006 Target 5,801,233,000.00 6,223,489,000.00 1,254,967,000.00 5,206,233,000.00

Realisasi 6,367,531,950.25 6,594,055, 756.00 1,217,924,743.97 5,183,239,328.31

2007 Target 6,363,948,000.00 8,109,514,000.00 1,423,165,000.00 3,697,133,000.00

Reallsasl 7,864,616,849.45 9,389,439, 796.00 1,368,981,078.04 3,821,527,881.18

2008 Target 7,809,346,000.00 10,116,102,000.00 1,967,947,000.00 3,086,789,000.00

Realisasi 8,597,497,646.00 11,626,157,682.50 2,145,892,656.78 4,644,586,415.42

Somber: Dispenda Kota Madiun (2009) dalam RPJMD Kota Madiun.

----------------------- 35

Page 50: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

Pajak daerah terhadap PAD Kota Madiun yang merupakan pos paling besar

peningkatannya dibandingkan tiga pos lainnya (retribusi daerah, laba perusahaan milik

daerah, dan lain-lain PAD yang sah). Memiliki Kontribusi realisasi di tahun 2004-2008

berkisar antara 27%-35%. Sedangkan untuk realisasi anggaran terhadap target bergerak

pada tingkat 109%-123%. Kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah

tertinggi Pada tahun 2007 yaitu sebesar 35,04% dan terendah pada tahun 2005 yaitu

sebesar 27,07%. Sedangkan realisasi anggaran terhadap target tertinggi pada tahun 2007

yaitu sebesar 123,58% dan terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 109,76%.

Pertumbuhan reaisasi pajak daerah Kota Madiun rata-rata 7,41% sedangkan kenaikan

tertinggi pada tahun 2007 terhadap tahun 2006 sebesar 23,51%.

Gambar3. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008)

I'O.OOr. I 122.01'X 123.58X

1%0.0GY.

100.00X

80.00X

GO.OOX

1-0.00:1(

~o.oo;.-~

o.oox 201M 2005 2000 2007 2Ho·

• K:mtr busi tert adap P .00 :11 Per~entase ·ealisasi ter abdap tar,et

Somber: Dispenda Kota Madiun (2009); dalam RPJMD Kota Madiun.

Retribusi daerah berkontribusi terhadap PAD pada tahun 2004 sampai tahun

2008 berkisar antara 27%- 43%, sedangkan realisasi anggaran terhadap target berkisar

antara 105% - 115%. Retribusi daerah diperoleh dari obyek-obyek retribusi adalah

retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD, retribusi pelayanan persampahanlkebersihan,

retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP), retribusi penggantian

biaya cetak akte catatan sipil, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi

pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemakaian kekayaan

daerah, retribusi jasa usaha terminal, retribusi jasa usaha rumah potong hewan, retribusi

izin mendirikan bangunan, retribusi peruntukan penggunaan tanah, retribusi izin

gangguan (H 0 ), retribusi izin trayek.

36

Page 51: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Kontribusi retribusi daerah dalam mendukung PAD Kota Madiun tertinggi terjadi

Pada tahun 2008 yaitu 43,04% sedangkan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2005

sebesar 27,64%. Dari sisi realisasi retribusi daerah terhadap target tertinggi terjadi pada

tahun 2005 dengan realisasi sebesar 115,90% dan realisasi terendah terjadi pada tahun

2006 yaitu 105,95%. Pertumbuhan realisasi retribusi daerah tahun 2005 terhadap tahun

2004 sebesar 22,08%, kemudian pada tahun 2006 pertumbuhan menurun menjadi 7,96%.

Tahun 2007 pertumbuhan retribusi daerah meningkat menjadi 42,39% namun pada tahun

2008 menurun menjadi 23,82%.

Gambar4. Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan Persentase Realisasi Anggaran Terhadap Target (2004-2008)

140.0~

120.00ll. 100.00"/.

80.00X

60.00X

llt.IIX __.,

40.00"/. J 31.15

20.0~

t•·"" .--

27.84p;

-185.95X

W..71X .... 13" .--..........

34.11 41.13 43.041'

0.00~1 11

1 ·· , ·· , ··· , ·· ,

2014 2005 2008 2117

I• xTerhadapPAO a xRealisasi I ~nmh .. r· Oi<:nPnrl,;, Knt,;, M,;,rlinn f?OOQ)· rl,;,hm RPTMn Knt,;, M,;,rlinn _____ .,. •• ....,.-.~t' ..... .._. __ ...... "_ .... ..._ __ .__..._._ ,_ .... ....,_, ,, _.... .................. ..._ __ .,..._ .. .........,. ..... ...,.._ ....... - _ _.._..._._.

5.1.4. Kota Mojokerto

5.1.4.1. Kondisi Geografis

2108

Kota Mojokerto yang berhari jadi tanggal 20 Juni 1918 ini hanya memiliki batas

administratif seluas 16,46 km2 setara dengan V.. luas areal kota mandiri pertama di

Indonesia, Bumi Serpong Damai, sementara penduduknya (2000) sekitar 108.938 jiwa.24

Berarti kepadatan per km2 mencapai hampir 6.618 jiwa. Di Jawa Timur, kota ini menjadi

kota terpadat ke dua setelah Surabaya

Berdasarkan penggunaan dan kondisi lahan yang ada, Mojokerto

mengembangkan wilayahnya dalam tiga bagian, yaitu: barat, timur, dan tengah. Bagian

barat merupakan wilayah yang berkarakteristik pertanian serta masih bersifat relatif

rural. Pengembangan daerah ini berpusat di Kelurahan Prajurit Kulon. Di sebelah Timur

yang berkarakteristik urban, pengembangannya terpusat di Kelurahan Kedundung. Dan

24 Profil Kabupaten!Kota, Kota Mojokerto, http://ciptakarya.pu.go.id/profiVprofillbarat/jatim/mojokerto.pdf

37

Page 52: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

L-

di wilayah tengah yang merupakan jantung kota, pengembangannya dipusatkan di

Kelurahan Mentikan. Kota Mojokerto memiliki batas-batas wilayah: Utara (Sungai

Brantas ), Selatan (Kabupaten Mojokerto ), Barat (Kabupaten Mojokerto ), Timur

(Kabupaten Mojokerto).

5.1.4.2. Kondisi Demografls

Jumlah penduduk di kota Mojokerto yaitu sejumlah 112.547 jiwa dengan luas

wilayah 1.646,5 Ha sehingga kepadatan penduduknya 69 jiwa-Ha. Dari data

kependudukan di atas maka Kota Mojokerto dapat digolongkan kepada Kelas Kota

Sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah Kota

dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai SOO.OOO jiwa.

5.1.4.3.Kondisi Ekonomi Daerah, Pajak dan Retribusi Daerah

Karena letaknya yang cukup strategis, 50 km arab barat Kota Surabaya, daerah

ini menjadi hinterland kota metropolitan dan termasuk: dalam Gerbangkertasusila

(Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). Daerah-daerah ini

merupakan kelompok kawasan yang menyangga Kota Surabaya. Sebagai daerah

penyangga, roda perekonomian wilayah ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi di

Surabaya.

Oleh karena itu mata pencaharian penduduk sebagian besar cenderung ke arah

lapangan usaba perdagangan, angkutan dan industri pengolahan. Kcgiatan perdagangan

bersama hotel dan restoran pada tahun 2001 menghasilkan Rp 215 milyar dari total

kegiatan ekonomi kota yang mencapai Rp 626,2 milyar. Dari sekor angkutan diperoleh

Rp 109 milyar dan dari sektor industri pengo laban mencapai Rp 97,7 milyar. Usaha

perdagangan sendiri, tanpa hotel dan restoran, menghasilkan Rp 157,6 milyar. Adapun

komoditas yang diperdagangkan pada umumnya merupakan barang-barang hasil

produksi industri pengolahan, terutama industri pengolahan tekstil, barang kulit, dan alas

kaki.

Dalam tabel berikut ini terdapat kecenderungan realisasi pajak daerah yang

melampaui target sepanjang tahun 2007-2008. Sedangkan realisasi retribusi daerah Kota

Mojokerto pada tahun 2008 sempat tidak mencapai target dibandingkan dengan tahun

2007.

---------------------- 38

Page 53: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

Tabel. 7. Target dan Realisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Mojokerto (2007-2008)

Tabun Target dan Realisasi Pajak Daerah Retribusi Daerab

2007 'I'ariCt 4.318.000.000,00 Realisasi 4.990.000.000,00

2008 Target 5.132.000.000,00

Realisasi 5.835.000.000,00

Sumber: BPS Provinsi Jatim (2008); diolah oleh peneliti.

5.1.5. Provinsi Jawa Timor

5.1.5.1. Konsisi Umum Geografis

7. 779.000.000.,00 8.992.000.000.,00 9.270.000.000.,00

8.591.000.000.,00

Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar

47.130,15 Km2 dan Lautan seluas 110.764,28 km2• Wilayah ini membentang antara 111°

0' BT- 114° 4' BT dan~ 12' LS - 8° 48' LS. Sisi Utara wilayahnya berbatasan dengan

Laut Jawa, Sclatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan Selat Bali!Provinsi Bali

dan Barat dengan Provinsi Jawa Tengah.

Gambar.5 Peta Wilayah Jawa Tim~5

"' . .._._

·o

~· .:c:a:::·,.; • ~~

~~-----..

Provinsi Jawa Timur dibagi atas daerah Kabupaten dan Kota, mcliputi:

29 Kabupaten : Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri, Malang,

Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan,

Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban,

25 http://www.jatimprov.go.id/

------------ 39

Page 54: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Lamongan, Gresik, Bangkalan, Sampang

9 Kota : Surabaya, Madiun, Kediri, Blitar, Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo dan

Mojokerto. Ouna memantapkan dan meningkatkan koordinasi pelaksanaan Pemerintahan

dan Pembangunan di seluruh wilayah Jawa timur serta dalam rangka meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, dibentuk Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan

Pembangunan Jawa Timur yang selanjutnya disingkat BAKORWIL.

5.1.5.2. Kondisi Umum Demografis

Jawa Timor adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia.

lbukotanya adalah Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km2, dan jumlah penduduknya

37.477.737 jiwa (2010). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di

Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa

Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra

Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga

meliputi Pulau Magura, Pulau Bawean, Pulau Kang.,ean serta sejumlah pulau-pulau kecil

di Laut Jawa dan Samudera Hindia(Pulau Sempu dan Nusa Barung)26,

5.1.5.3. Kondisi Perekonomian Daerah, Pajak dan Retribusi

Perekonomian Jawa Timur pada triwulan I tahun 2010 mettingkat sebesar 3,08

persen dibandingkan triwulan IV tahun 2009 (q-to-q), dan apabila dibandingkan dengan

triwulan I tahun 2009 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,82 persen. Secara

kumulatif sampai dengan triwulan I atau Januari- Maret 2010 (c-to-c}, ekonomi Jawa

Timur tumbuh sebcsar 5,82 persen.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan I tahun 2010 baik (y-on-y) maupun (c­

to-c) terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,26 persen, diikuti oleh

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 10, 14 persen, sektor pertambangan dan

penggalian 9,89 persen. sektor perdangan, hotel dan restoran 9,62 persen dan sektor

konstruksi sebesar 6,12 persen. sementara sektor lainnya tumbuh kurang dari 5 persen.

Somber pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor perdagangan. hotel dan restoran 2,84

persen, diikuti sektor industri pengolahan 0,93 persen, sektor pengangkutan dan

komunikasi 0,63 persen. sektor Jasa-Jasa 0,30 persen dan sektor pertanian 0,20 persen.

26 http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_ Timur

------------ 40

Page 55: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Sedangkan sektor-sektor lainnya memberikan sumbangan pertumbuhan antara 0,08

persen sampai dengan 0,19 persen.

Struktur Ekonomi Jawa Timur pada triwulan I 2010 masih ditopang oleh tiga sektor

utama yakni sektor Perdagangan. Hotel dan Restoran sebesar 28,44 persen, sektor

Industri Pengolahan sebesar 27,37 persen, dan sektor Pertanian sebesar 19,67 persen.

Ketiga selctor tersebut memberikan kontribusi terhadap perekonomian Jawa Timur

sebesar 75,48 persen. Sementara kontribusi sektor-sektor lainnya antara 1,15 persen

sampai dengan 7,86 persen.

Perekonomian Jawa Timur yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga

berlaku pada triwulan I tahun 2010 mencapai Rp 182,13 triliun, sedangkan PDRB atas

dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 83,10 triliun. Jawa Timur dikenal sebagai pusat

Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signiftkansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni

berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasionat27•

5.2. Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Somber Pendapatan Asli Daerah

Pajak dan Retribusi daerah merupakan bagian pendapat yang strategis bagi Daerah

untuk biaya penyelenggaraan pemerintahan. Dalam upaya mengelola urusan pemerintahan

daerah yang lahir sebagai konsekwensi otonomi, daerah harus mampu mengumpulkan

uang sebagai instrumen pembiayaan. Berdasarkan UU Pemda, diatur pembagian urusan

yang sifatnya wajib dan urusan yang sifatnya pilihan yang harus diselenggarakan oleh

pemerintah daerah. Secara skematis pola pembagian urusan tersebut adalah sebagai

berikut:

27 Berita Resmi Statistik, Biro Pusat Statistik Jawa Timur. No. 28/05/35fTh. VIII, 10 Mei 2010

41

Page 56: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Gambar6. Skema Pembagian Urusan Pemerintahan berdasar UU 32 Tahun 2004

- Monetar - Yuetlel

- Polltlk Liuar Negerl

Tata keioia kepemerintahan di daerah harus diarahkan untuk menyeienggarakan urusan

yang menjadi kewenangan daerah. Urusan penyelengaraan daerah terbagi ke dalam urusan

wajib yang berupa pelayanan dasar dan urusan piliban. Pengaturan lebib rinsi tentang

pelaksanaan urusan daerah ini ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun

2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Provinsi dan Urusan Kabupaten!Kota.

Untuk mampu membiayai pelaksanaan ursan tersebut, maka pemerintah daerah diberi

wewenang melakukan pemungutan yang berupa pajak dan atau retribusi daerah28• Dalam

UU 32 Tahun 2004,juga dinyatakan secara tegas dalam ketentuan Pasall57.

Sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:

I) basil pajak daerah;

2) basil retribusi daerah;

3) basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4) lain-lain PAD yang sah;

b.danaperimbangan;dan

c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

28Perhatikan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah

42

Page 57: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

~

Berdasar ketentuan Pasal 157 UU 32 Tahun 2004 ini, selanjutnya pemerintah daerah

melakukan upaya pemungutan ~ak dan retrlbusl daerah. Agar pemungutan ltu tldak

menimbulkan permasalahan bagi rakyat di daerah, maka diatur dalam Undang-undang

tentang pajak dan retribusi daerah29• Saat ini, undang-undang yang diberlakukan adalah

UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Prijak dan Retribusi Daerah.

Hasil pungutan pajak dan retribusi daerah menjadi sumber utama pendapatan asli

daerah. Selanjutnya PAD menjadi indikator keberhasilan kinerja pemerintahan daerah

yang pada akhimya akan menjadi kekuatan utama dalam mendukung APBD (khususnya

Pendapatan Daerah) ..

5.2.1. Kabupaten Lamongan

S.l.t.t. Pertumbuban PAD terbadap Pendapatan Daerab

Kondisi Kabupaten Lamongan saat ini dikenal sebagai Kabupaten yang sukses dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya. Perkembangan pendapatan asli

daerahnya pun berbanding lurus dengan peningkatan besaran APBDnya. Hal ini

menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupatem Lamongan bekerja keras untuk dari tahun ke

tahun meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor pajak dan retrbusi. Dalam Tabel 1.

Berikut dapat dilihat perkembangan pendapatan dari sektor PAD tahun 2007, 2008, dan

2009 dibandingkan dengan pendapatan daerah pada tahun yang sama. Peningkatan

pendapatan daerah pasti selalu terjadi di daerah, tetapi tidak selalu hal itu dibarengi

dengan kenaikan pendapatan asli daerah. Oleh sebab itu, layak jika Lamongan

dikategorikan sebagm Kabupaten yang bertumbuh pesat dan berhasil dalam pelaksanaan

otonomi daerah.

~ Nomor. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

368S) sebagaimana telah diubab deniM Undan~-Undan& Nomor 34 Tahun 2000 tentani Perubaban atas Undang·UndanJ Nomor 18 Tahun 1997 tentana Pl\)ak Daerah dan Retrlbusl Daerah (L-embclnm Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048)

------------- 43

Page 58: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Tabel8. Prosentase Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah30

Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009.

- -- - ------- - - - ------- - ----- tafiun -2oof - -- -- rahlin-- iooir -------- -failuil2oo_s_l

Pendapatan Daerah I 661,759,337,198 1 756,709,359,748 1 869,777,965,3651

PAD 43,058,501 '192.83 55,639,143,645.00 66,608,873,942.51

Prosentase 6.5% 7.4% 7.7%

Graflk 1. Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 200931

1,000,000,000,000 900,000,000,000 aoo,ooo,ooo,ooo 700,000,000,000 600,000,000,000 500,000,000,000 400,000,000,000 300,000,000,000 200,000,000,000 100,000,000,000

0

Tahun2007 Tahun2008

Tahun 2009

Perbandlnpn APBD dan PAD

......... 'W'- ••• --··----- •

~ • .l.I.:l. renumbunan raJaK uaeran

• PAD

APBD

Di Kabupaten Lamongan, terdapat berbagai jenis pajak daerah yang sebelum

berlakunya UU 28 Tahun 2009. Jenis-jenis pajak daerah tersebut adalah:

1. Pajak Hotel dan Retoran, Perda No. 09 Tahun 1998

2. P~jak Hiburan, Perda Nomor 10 Tahun 1998

3. Pajak Reklame, Perda No. 11 Tahun 1998

4. Pajak Penerangan Jalan, Perda Nomor 12 Tahun 1998

31 Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008 dan

2009

31Ibid.

44

Page 59: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

5. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Perda Nomor 13 Tahun I998

6. Pajak Parkir, Perda Nomor II Tahun 200.

7. Pajak Sarang Burung, Perda No. 44 Tahun 2003.

Dari sejumlah jenis pajak daerah yang dipungut, yang merupakan jenis pajak

potensiil adalah: Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Reklame (pajak daerah).

Sementara itu, Lamongan juga memperoleh tambahan penghasilan dari tugas memungut

Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Pedesaan. Sementara, jenis pajak daerah yang

kurang potensiil adalah: Pajak Parkir dan Pajak Sarang Burung Walet.

Tabel9. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan

Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 200~2

------ ------ --------- --- -·---- - _______ 2007. . ------ ---· -- _2008 ____ -i------2009 _______

PAD .a3,088,801 '112.83 88,838, 143,MS.OO 88,808,873,142.81

Pajak Daerah 10,909,571 ,668.90 11 ,993,879,168.00 14,271,468,396.00

Prosenrase terhadap Penda atan Daerah 1,6% 1,6% 1,6% Prosentase terhadap

PAD 28.3% 21.8% 21.4%

Terhadap pengelolaan pajak daerah, pertumbuhan di Kabupaten lamongan tidak terlalu

menggembirakan jika dilihat dalam prosentase. Secara keseluruhan hasil pengumpulan

dari pajak daerah terus meningkat berkisar I 0-14% pertahun dari tahun anggaran berjalan

(lihat tabel 2.) Namun jika dibaca perbandingannya dengan APBD, maka terjadi

penurunan prosentase. Mengapa hal ini bisa terjadi? Penerimaan dari sektor pajak daerah

tidak mudah dikembangkan karena 2 faktor, pertama, jenis pajak daerah tidak dapat

dikembangkan dengan mudah, mengingat hal ini berkaitan dengan obyek pungutan yang

sifatnya given. Kedua, jumlah wajib pajak lambat bertumbuh berikut besaran pungutan

yang juga bersifat tetap.

Jika dinilai dari kenaikan penerimaan, apa yang terjadi di Lamongan masuk dalam

kategori sangat baik, karena terdapat pertumbuhan yang sangat signifikan atas penerimaan

dari sektor pajak daerah.

32lbid.

45

Page 60: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Grafik2 Perbandingan Penerimanaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009

900,000.000.000 =6&l,759,337,1?a""·-..... 7::-·777

........

600,000,000 000 soo,ooo,ooo' ooo 400.ooo.ooo:ooo 300,000,000 000 2010,000,000.000 lOO,ooo,ooo:ooo

0

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Perbandingan APBD dan Pajak

5.2.1.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah

APBD

Pajak Daerah

Perihal retribusi daerah Kabupaten Lamongan melakukan pemungutan yang

didasarkan pada berbagi jenis retribusi. Jenis retribusi yang dipungut terbagi atas 3 (tiga)

kelompok, yaitu: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan

Tertentu. Berikut berbagaijenis retribusi yang dipungut di Kabupaten Lamongan:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan, Perda Nomor 03 Tahun 1995

2. Retribusi Pelayanan Kebersihan, Perda Nomor 45 Tahun 2000.

3. Retribusi Bea Cetak KTP dan Akte Capil, Perda Nomor 44 Taun 1993.

4. Retribusi Pelayanan Parkir, Perda Nomor 80 Tahun 2000.

5. Retribusi Pelayanan Pasar, Perda Nomor 10 Tahun 1991

6. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Perda Nomor 16 Tahun 1998

7. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Perda 17 Tahun 1998.

8. Retribusi Tempat Pelelangan~ Perda Nomor 11 Tahun 2004.

9. Ratribusi Terminal, Perda Nomor 22 Tahun 1998

10. Retribusi Tempat Parkir Khusus, Perda Nomor 12 Tahun 2005.

11. Retribusi Rumah Potong Hewan, Perda Nomor 47 Tahun 2003

12. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, Perda Nomor 05 Tahun 2004.

Terhadap jenis, jenis retribusi yang dipungut di Lamongan, terdapat tiga jenis yang

sangat potensiil yaitu: Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan, Retribusi Pelayanan

Kesehatan, dan Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan. Sementara i~ retribusi yang

kurang potensiil adalah: Retribusi Ijin Bidang Pariwisata, Retribusi ljin Pengambilan

Air Bawah Tanah, dan Retribusi Tanda Daftar Gudang.

46

Page 61: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Jika dilihat pada tabel 3, maim nampak jelas pertumbuhan penerimaan retribusi di

Kabupaten Lamongan betumbuh pesat pada tahun 2009. Dibandingkan dengan

penerimaan pada tahun 2008, maka terdapat kenaikan hamipir 20% dari perolehan tahun

2008 di tahun 2009. Hal ini berbeda dengan penerimaan di tahun 2008 dibandingkan

dengan tahun 2007, kenaikin sekitar 10-14%.

Secara keseluruhan penerimaan Retribusi di Kabupaten Lamongan di Tahun

2007.2008 dan 2009 mengalami kenaikan. Namun demikian, perolehan dari retribusi ini

prosentasenya menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan APBD Lamongan di

tahun 2007, 2008 dan 2009, Namun demikian secara keseluruhan pengelolaan retribusi

masih tetap meningkat dengan baik (lihat tabel3.).

TabellO. Prosentase Penerim.aan Retribusi Daerah terhadap PAD dan

Pendapatan Daerah Kab. Lamongan Tahun Anggaran 2007,2008, 2009

-----~·--- ----------1----·--·- 2007 __________ , ___ -- 2008 .. -- -.. ~----·- ___ 2009 ___________

PAD 43.058 501.192.83 55.639143.645.00 66 608,873,942.51

Retribusl Oaerah 18,080,077,425.00 19,618,544,117.00 24,300,382,597.00 Prosentase Terhadap

Pendapatan Daerah 2,7% 2,6% 2,8% Proaentaae

terhadap PAD 42.0% 35.3% 38.5%

Grafik3. Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009

100,000,000,000 800,000,000,000 700,000,000,000 600,000,000,000 500,000,000,000 400,000,000,000 300,000,000,000 200,000,000,000 100,000,000,000

0

------------------

869, n7,96S,36s

Tahun2007 Tahun2008 Tahun2009

Perbandlngan APBD dan Restrlbusl daerah

47

r

. APBD

• "-tffllull Daerah

Page 62: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'-'

Secara keseluruhan, pertumbuhan penerimaan Kabupaten Lamongan baik dari pajak

maupun retribusi daerah dapat dikatakan sangat baik. Hal ini menandakan adanya

pertumbuhan perekonomian yang sangat maju. Oleh sebab itu, sudah selayaknya jika

Kabupaten Lamongan segera melakukan penyesuaian pengaturan perda pajak dan

retribusinya sesuai dengan UU Nomor 28 Tahun 2009.

5.2.2. Kabupaten Pasuruan

5.2.2.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD

Kabupaten Pasuruan, termasuk dalam kelompok kabupaten besar, dengan jumlah

penduduk banyak dan potensi daerahnya yang beragam. Pasuruan sebelah utara berbatasan

dengan wilayah pantai dengan sumberdaya lautnya. Sebelah barat, berbatasan dengan

Kabupaten Sidoarjo dengan memliki kawasan lndustri yang sangat luas yaitu Pasuruan

Industrial Estate Rembang (PIER). Sementara itu, diwilayah selatan dan tenggara kaya

dengan wilayah wisata alam.

Pertumbuhan penerimaan daerah yang dikumpulkan dalam bentuk PAD, daru tahun ke

tahun mengalami peningkatan, meskipun jika, dilakukan analisis mendalam terjadi

penurunan prosentase. Hal ini dapat dilihat pada PAD tahun 2008 dibandingkan dengan

APBD. Jika pada thaun 2007 dapat mencatatkan besaran 8% ternyata pada tahun 2008

turun menjadi 7% dari total APBD. Hal ini terjadi berkaitan dengan proses PILKADA

tahun 2009 dan akhir masa jabatan Bupati di 2008.

Tabelll. Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kabupaten Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008,2~

2007 2008 2009

Pendapatan Daerah 750.969.017.650 875.297.821.070 889.771.630.830

BesaranPAD 60,010,543,432 65,647,336,588 71,181,739,381

Prosentase 8.0"/o 7.5% 8.0"/o

Pada grafik 4 berikut dapat dibaca perbandingan pertumbuhan PAD kabupaten

Pasuruan terhadap APBD. Secara graflk nampak bahwa tidak ada kemajuan yang

signifikan dari tahun ke tahun dibandingkan dengan APBDnya. Pemerintah Daerah

33 Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kab. Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009

-- ---- ------- 48

Page 63: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

sengaja membuat pertumbuhan yang konstan sekitar 8-9 persen dalam satu tahun

anggaran.

Graf"lk4 Pertumbuhan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kabutan Pasuruan Tahun Anggaran 2007,2008,2009

PAD

APBD

0

71,181,739,381 I >5,647,336,588 60,010,543,432

500,000,000,000

5.2.2.2. Pertumbuhan Pajak Daerah

1,000,000,000,000

Perbandinpn APBDdan PAD TahunZ009

1J Perbandingan APBDdan PAD TehunZOOI

• Perbandingan APBDdan PAD TahunZ007

Jenis pajak daerah yang diberlakukan di Kabupaten Pasuruan, jumlahnya sama

dengan yang di atur dalam UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana diubah dengan UU 34 Tahun

2000. Rincian pajak daerah adalah sebagai berikut:

1. Pajak Hotel (Perda Nomor 21 tahun 2001)

2. Pajak Restoran (Perda Nomor 22 tahun 2001)

3. Pajak Hiburan (Perda Nomor 24 tahun 2001)

4. Pajak Reklame (Perda Nomor 20 tahun 2001)

5. Pajak Penerangan Jalan (Perda Nomor 8 tahun 2003)

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (Perda Nomor 26 tahun 2001)

7. Pajak Parkir (Perda Nomor 25 tahun 2001)

Jenis Pajak Daerah yang masuk kategegori potensiil adalah Pajak Penerangan Jalan,

Pajak Restoran dan Pajak HoteL Sementara iru,. jenis pajak yang kurang potensial

adalah: Pajak Parkir, Pajak Sarang Burung Walet, dan Pajak Pengambilan Bahan

Galian Golongan C.

Pada Tabel 5. dapat dibaca perkembangan penerimaan dari sektor pajak yang sangat

besar.Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi dari sektor investasi berjalan baik dan

lancar. Meskipun secara berurutan terdapat penurunan prosentase penerimaan dari tahun

2007 hingga 2009. Hal ini sangat beralasan karena subyek pajak dapat berpindah-pindah

domisi dan kegiatannya. Dalam kaitannya dengan kemampuan daerah membiayai diri

49

Page 64: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

sendiri, kemampuan Kabupaten Pasuruan dapat dinyatakan sangat potensiil. Hal ini

danpak dari prosentase penerimaan pajak daerah terhadap PAD yang mencapai besaran

lebih dari 50%. Disisi lain. Tingginya penerimaan pajak daerah ini mengindikasikan

besarnya pertumbuhan investasi yang didalamnya disertai dengan penyerapan tenaga

kerja.

,..., ......... taoeti-"·

Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2007,2008,2009

2007 2008 2009 Besaran Pajak

38,914,000,000 40,439,000,000 40,989,000,000 Dat!rah Prosentase thd

Pendapatan 5.2% 4.6% 4.6% Daerah

Prosentase terhadap PAD 64.8°/o 61.6% 57.6%

Pada grafik 5 berikut, dapat dibaca perbandingan pertumbuhan pajak daerah yang

semakin menurun dari tahun ke tahun terhadap APBD. Kenaikan nominal pada tahun 2008

justru turun dalam prosentase perbandingan dengan APBD dan PAD. Hal ini

menunjukkan turunnya pertumbuahan ekonomi Kabupaten Pasuruan pada tahun 2008.

Penyebab utamnya adalah pemilihan kepada daerah yang berpengaruh besar terhadap

kinerja satuan kerja perangkat daerah.

Gratlk5 Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Kab. Pasuruan Tahun Anggaran 2007,2008,2009

500,000,000,000

0

0 ID II. c

40,989,000,000

40,439,000,000 ll,t14,oo«1RRD

.-;>

50

""&:

" " _ .. " " II. " 0

• Ptrblncllnpn APID den Pljlk Tahun2007

Perbandlngan APBD dan Pajak Tahun2008

Perbandlngan APBD dan Pajak Tahun2009

l

Page 65: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

5.2.2.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah

Di Kabupaten Pasururuan penerimaan dari sektor retribusi mengalami pertumbuhan

yang signifikan dari tahun ketahun. Peningkatan perolehan retribusi di kabupaten pasuruan

didasarkan pada perda berikut ini:

1. Restribusi Pelayanan Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat dan

Laboratrium Kesehatan Daerah

2. Restribusi Pelayanan Kesehatan (RSUD)

3. Restribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

4. Restribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Kartu

Keluarga

5. Restribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil

6. Restribusi Kuburan Umum

7. Restribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

8. Restribusi Pasar

9. Restribusi Pemakaian Kekayaan Daerah :

• Mesin Gilas/ Walles

• Sewa Alat Berat I Excavator

• Sewa Rumah Dinas

• Pemotongan Pohon

• Laboratrium Jalan

• Sewa Tenda

• Sewa Tanah

• Sewa Gedung IGOR

10. Restribusi Terminal

11. Restribusi Tempat Parkir Khusus

12. Restribusi Rumah potong Hewan

13. Restribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

14. Restribusi Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah

15. Restribusi ljin Mendirikan Bangunan

16. Restribusiljin Trayek

17. Restribusi ljin Gangguan

18. Restribusi ljin Usaha Perdagangan

51

Page 66: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

19. Restribusi ljin Usaha Industri

20. Restribusi Tempat Pelelangan Ikan

21. Restribusi IUJK/ Penerimaan Formulir I Adm. IUJK

22. Restribusi Wajib Daftar Perusahaan

23. Restribusi Setifikasi dan Laik Hygiene tempat Pengolaan Makanan (TPM)

dan Tempat-Tempat Umum.

24. Restribusi Perijinan Bidang Kesehatan

25. Restribusi ljin Penatausahaan Hasil Hutan

26. Restribusi Penatausahaan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima

Memperhatikan jumlah instrumen perda yang dijadikan dasar memungut retribusi

tersebut, maka dalam implementasinya memerlukan jumlah perangkat yang cukup besar.

Besarnya jumlah penerimaan dari sektor retribusi ini menjadi indikator banyaknya

pungutan yang harus dibayar oleh rakyat kepada pemerintah. Tesisnya adalah, bahwa di

Kabupaten Pasuruan banyak sekali terjadi pungutan terhadap kegiatan perekonomian

rakyat. Oleh sebab itu, perubahan UU tentang pajak dan retribusi akan dapat menyebabkan

berkurangnya pendapat daerah dari sektor retribusi. Disisi lain, beban rakyat Kabupaten

Pasuruan yang harus dibayarkan kepada pemerintah melalui berbagai pungutan dalam

jenis retribusi daerah akan segera berkurang dengan terjadinya penyesuaian atas UU Pajak

dan Retribusi yang baru.

Jenis Retribusi Daerah di Kabupaten Pasuruan yang merupakan sumber pendapatan

potensill adalah: Retribusi Pelayanan RSUD, Retribusi Pelayanan Kesehatan, dan

Retribusi ljin Mendirikan Bangunan. Sementara, itu yang masuk kategori retribusi

kurang potensiil adalah: Retribusi Tempat Pelelangan Ikan, Retribusi Pemeriksaan

Alat Pemadam Kebakaran, dan Retribusi ljin Usaha Industri.

Tabel13. Prosentase Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kab. Pasuruan Tahun Angaran 2007,2008,2009

2007 2008 2009 Besaran Retribusi 14,633,089,860 17,011,664,450 21,998,949,950 .

Prosentase terhadap Pendapatan Daerah 2.0% 2.0% 2.5% Prosentase terhadap

PAD 24.4% 25.9% 30.9% i

Grafik pertumbuhan perolehan retribusi daerah dari tahun 2007 hingga 2009

menunjukkan pertumbuhan yang konstan berkisar 15-18%. Analisis terhadap data ini

52

Page 67: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

adalah antara perencanaan dan capaian sudah sesuai atau capaian yang direncanakan sudah

diprediksi dapat dicapai. Dengan demikian keberhasilan penyelenggara pemerintahan

belum menunjukkan kinerjanya yang maksimal. Hal ini memang sering terjadi dalam

perumusan APBD dan capaian anggaran. Dalam perencanaan pendapatan, target capaian

sering dibuat lebih rendah (markdown) dari potensi sebenarnya. Hal ini akan

mempermudah bagi pemerintah untuk memenuhi target. Lebih dari itu, capaian bisa

melampaui terget yang dan bisa dinyatakan berprestasi .

.,... ___ ,e._ £

\JOUIKO.

Perbandingan Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Kab. Pasuruan Tahun Anggaran 2007. 2008 dan 2009

r . ~g989f'iooo Perb1ndlnpn P1J1k Dltrlh u: ;ft : :888

APBD,PAD, Pajak Daerah 121,998,949,950 , dan Restrlbusi Tahun Retribusi Daerah g l7,011,664,450 2009 114,633,089,860

t 71,181,739,381 1 Perbandlngan PAD .:it 65,647,336,588

APBD,PAD, Pajak Daerah 60,010,54il,4iZ , dan Rntrlbusl Tahun

I' 2008 I 889, ,630,830 Perbandlngan I

APBD t: ,........r. Jt~S. 97.821.070 APBD,PAD, Pajak Daerah , dan Restrlbusi Tahun

0 500,000,000,000 1,000,000,000,000 2007

5.2.3. Kota Madiun

5.2.3.1. Pertumbuban PAD terhadap APBD

j

Dari segi luas wilayah, Kota Madiun masuk pada kelompok sedang, didukung dengan 3

kecamatan (layak untuk menjadi 5 kecamatan). Posisi Kota Madiun berada ditengah

berbagai kabupaten lain di wilayah barat Jawa Timur. Kota Madiun menjadi daerah

penghubung Kab.Ponorogo, Kab. Ngawi, Kab. Magetan dan Kab. Madiun sendiri yang

menjadi daerah induknya.

53

Page 68: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Tabel14. Prosentase penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,200934

2007 2008 2009

Penerimaan

Daerah 336,668,475,000 372,780,514,506 378.537,220,000

PAD 22,444,565,605 27,014,134,401 43,871,880,253

Prosentase 6.8% 7.2% 10.5%

l

Secara keseluruhan pertumbuhan PAD terhadap APBD terjaga dalam deret kenaikan yang

sangat baik. Terlebih dalam kurun waktu tahun 2008-2009, prosentase kenaikan PAD

mencapai angka 1 0,5%. Ini menandakan, bahwa pertumbuhan ekonomi kota Madiun

sangat baik dalam upaya membangun kemandirian daerah. Oleh sebab itu, Kota Madiun

masih layak menyandang predikat sebagai kota yang bertunguh dah berkembang dalam

aspek perekonomian.

Graftk 7 Perbandingan penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009

r- - - (T--

Q ~

·i,I71,1110,Z5J •

' 27,014,134,401 ' 22,444,565,605

Q ell

~

., . . - ' 3~780,514,506

' , / --- -·

0 200,000,000,000 400,000,000,000

5.2.3.2. Pertumbuhan Pajak Daerah

Jenis Pajak Daerah yang dipungut di Kota Madiun, adalah:

1. Pajak Hotel, Perda Nomor 4 Tahun 2001

2. Pajak Restoran, Perda Nomor 5 Tahun 2001

3. Pajak Hiburan, Perda Nomor 6 Tahun 2001

4. Pajak Reklame, Perda Nomor 7 Tahun 2001

Perbandlngan APBD dan PADZ009 Perbandlnpn APID dan PAD2008 Perbandlngan APBD dan PAD2007

1

34 Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kota Madiun Taboo Anggaran 2007,2008 dan 2009

54

Page 69: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

5. Pajak Penerangan Jalan, Penla Nomor 8 Tahun 2001

6. Pajak Parkir, Perda Nomor 9 Tahun 2001.

Dalam konteks perkembangan daerah, Pajak Daerah menjadi indikator keberhasilan

investasi di daerah tersebut. Selain itu, pajak daerah juga menjadi ukuran kinerja

pemerintahan dalam aspek pengembangan wilayah memfasilitasi masuknya investor di

dalam wilyah tersebut. Jenis Pajak yang poetensiil di Kota Madiun, adalah: Pajak Hotel,

Pajak Hiburan dan Pajak Rek/ame. Sedangkan yang masuk kategori kurang potensiil

adalah: Pajak Miner/ Bukan Logam dan Batuan, Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang

Burung Walet.

Pada tabel 8 terpapar penerimaan Kota Madiun dari sektor pajak daerah terus menurun

sejak Tahun 2007 hingga 2009. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengelolaan aset daerah

untuk menarik investor lebih banyak ke Kota Madiun. Untuk itu, dibutuhkan proses

pembaharuan pelayanan publik yang mempermudah proses perijinan investasi guna

menumbuhkan pungutan di sektor pajak daerah.

Tabel15. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009

2007 2008 2009 PAD 22,444,565,605 27,014,134,401 43,871,880,253

Pajak 7,864,616,849 8,597,497,646 9,427,601,807

Prosentase atas Penerimaan Daerah 2,30/o 2,3°/o 2,2% Prosentase atas PAD 35.0% 31.8% 21.5o/o

Dalam konteks pertumbuhan daerah, maka Kota Madiun termasuk pada kota

yang sangat kecil, hal ini mengingat juga jumlah kecamatan dan penduduknya sedikit.

Oleh sebab itu, pertumbuhan Kota Madiun perlu menambah wilayah kerja dan jumlah

penduduk. Dengan demikian akan menambah jumlah penghasilan dari unsur Pajak daerah.

55

Page 70: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Grafik. 8 Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Kota Madiun Tahun An22aran 2007,2008,2009.

[ I

f ~

JDo ., 1111

" /

0 200,000,000,000

5.2.3.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah

. .

.,537 ,ZZO,OOO 780,514,506 75,000

400,000,000,000

Perbandlngan APBD dan Pajak Z009

Perbandlnpn APBD d1n '•J•k 2001

Perbandlngan APBD dan Pajak Z007

Sebagai kota pusat pertumbuhan di wilayah barat untuk Provinsi Jawa Timur, Kota

Madiun mengembangkan berbagai jenis retribusi yang diharapakan dapat mendulang

rupiah untuk meningkatkan PAD. Jenis retibusi yang dipungut di Kota Madiun meliputi

semua aspek (Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan

Tertentu), sebagai berikut:

Retribusi Jasa Umum:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan

2. Retribusi Pelayanan Kebersihan

3. Retribusi Pelayanan Bea Cetak KTP dan Akta Capil

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

5. Retribusi Pelayanan Parkir Jalan Umum

6. Retribusi Pelayanan Pasar

7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

12. Retribusi Pelayanan Tera Ulang

13. Retribusi Pelayanan Pendidikan

Jenis Retribusi Jasa Usaha, meliputi:

56

Page 71: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

3. Retribusi Tempat Pelelangan

4. Retribusi Terminal

5. Retribusi Tempat Khusus Parkir

6. Retribusi Tempat Penginapan! PesanggrahanNilla

7. Retribusi Rumah Potong Hewan

8. Retribusi Tempat Rekreasi dan olah Raga

9. Retibusi Pelayanan Kepelabuhanan

10. Retribusi Penyeberangan di Air, dan

11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Retribus Perizinan Tertentu, meliputi:

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

3. Retrubusi Izin Gangguan

4. Retribusi Izin Trayek.

5. Retribusi Izin U saha Perikanan

Mencermati banyaknya jenis retribusi yang dipungut di Kota Madiun,

memperlihatkan banyaknya jenis akt~vitas masyarakat dalam lalu lintas perekonomian.

Dalam satu sisi, pertumbuhan kota menuju kota jasa dan perdagangan menunjukkan

kemajuan yang signifikan. Oleh sebab itu, suasana yang nyaman untuk aktivitas dan

pola pelayanan birokrasi yang baik, akan menjadi faktor peningkatan petumbuhan

ekonomi dan pada akhirnya mampu meningkatkan perolehan pendapatan kota Madiun

dari sektor retribusi. Terdapat tiga jenis Retribusi yang potensiil di kota Madiun,

yaitu: Retribusi Pema/ulian Kekayaan Daerah, Retribusi Parkil' di tepi /alan, dan

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Sedang yang masuk kategori kurang potensiil

adalah: Retribusi Pelayanan Pelllbuhan, Retribusi Penyeberangan d Air. Dan

Tetribusi I~n Usaha Perikanan.

Seperti diskripsi dalam Tabel9, nampak bahwa mesikipun perbandingan prosentase

penerimaan dari tahun ke tahun menurun terhadap APBD, namun secara nominal,

perolehan retribusi meningkat. Kesimpulannya Kota Madiun terns bertumbuh dalam

sektor perekonomian dan tetap layak disebut sebagai kota pertumbuhan di wilayah

barat Jawa Timur.

57

Page 72: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

\........

Tabel16. Prosentase Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009

2007 2008 2009

PAD 22,444,565,605 27,014,134,401 43,871,880,253

Retribusi 9,389,439, 796 11,626,157,683 13,653,458,797 Prosentase Retribusi terhadap Penerimaan

Daerah 2,9% 3,1% 3,2% Prosentase Retribusi

terhadapfAJ:) ______ '----------

41.8% 43.0% 31.1% -------------- -

Grallk9 Perbandingan Penerimaan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah

Kota Madiun Tahun Anggaran 2007,2008,2009.

! .a

I

Q al A. c

13,653,458,797

11,626,157,683 9,389,439,796

- . . . . . . . . - . . . . :-::r 37 780,514 506 ·- . - - - - 3~,537,220,000 =-= =-;;;;;;;;;;:::;;: . -:'-'==;z::Ji 336,668,4 5,000 •

0 100,000,000,000 200,000,000,000 300,000,000,000 400,000,000,000

5.2.4. Kota Mojokerto

5.2.4.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD

Perbindlnpn APIDdan Restrlbusl daerah 2009

Perbandlnpn APBDdan

Rntribu1i durlh 2001

Kota Mojokerto masuk daiam kotegorl kota kecii, yang hanya terdiri atas 2

kecamatan, yaitu Kecamatan Prajurit Kulon dan Kecamatan Magersari. Pertumbuhan

perekonomian banyak didukung oleh kegiatan barang dan jasa yang terfasilitasi dalam

perkembang Kota. Oleh sebab itu, Kota Mojokerto disebut juga kota UMKM, dimana

sektor ini bertumbuh sangat pesat dengan berbagai jenis produksi. Kegiatan yang

sangat besar adalah UMKM di bidang kerajinan Tas dan Aalas Kaki. Perkembangan 3

tahun terakhir posisi PAD terhadap APBD mengalami penurunan, meskipun besaran

perolehan P ADA terns meningkat.

Dalam FGD yang dilakukan, diperoleh keterangan, bahwa peningkatan APBD di

Kota Mojokerto banyak didukung oleh aliran DAU dan DAK. Namun perlu dicermati,

58

Page 73: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

bahwa kenaikan DAK tersebut juga karena Kota Mojokerto melakukan alokasi dana

partisipasi dalam berbagai kegiatan Pusat di Daerah.

Tabel17. Prosentase Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,200935

2007 2008 2009

Pendapatan

Daerah 312.177.418,056,82 333.374.591.014.18 358.964.796.758.45

PAD 26,061,952,699.82 26,276,475,864.33 28,154,863,948.45

Prosentase 8.3% 7.9% 7.8%

Grafik 10. Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah

Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009

2009

2008

Pendapatan Asli... 2007

0.00 200.00 400.00

2009

Billions

I 2007

Pendapatan Asli Daerah 26,061,952,699.82

2008

26,276,475,864.33 28,154,863,948.45

5.2.4.2. Pertumbuhan Pajak Daerah

J

Sebagai Kota yang berpenduduk sidikit, maka Mojokerto agak sulit untuk

mengembangkan pendapatan dari sektor pajak. Wilayahnya yang sempit juga menjadi

kendala untuk memperbesar peluang di bidang pajak daerah. Jenis-jenis pajak daerah

yang dipungut di Kota Mojokerto, adalah:

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

35 Diolab dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Kota Mojokerto, Tabun Anggaran 2007,2008 dan

2009

59

Page 74: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan, dan

6. Pajak Parkir

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan, diperoleh keterangan, bahwa tiga besar

perolehan pajak diambil dari: Pajak Penerangan Jalan, Pajak Reklame, dan Pajak

Hiburan. Dari tabel II berikut, dapat dibaca terjadinya penerimaan yang tidak terlalu

besar dibandingkan dengan PAD dan APBD. Prosentase yang demikian kecil,

membuktikan bahwa Kota Mojokerto tidak bisa mengandalkan pendapatannya dari sektor

pajak. Oleh sebab itu sudah tepat jika terobosan meningkatkan APBD dilakukan dengan

mencari tambahan DAK. dan DAU.

Tabel18. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007 ,2008! 2009

2007 2008 2009 PAD 26,061,952,699.82 26,276,475,864.33 28,154,863,948.45

Penerimaan PAJAK. Daerah 4,989,660,287.75 5,835,399,446.31 6,419,093,230.30

Prosentaseterhadap Pendapatan Daerah 1,7°/o 1,7% 1,8% Prosentase terhadap

PAD 19.1% 22.2% 22.8% -- - ------ ----L-

Gratlk 11. Perbandingan Penerimaan Pajak Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kota Mojokerto Tahun An~aran 2007,2008,2009

r 30.00 ~ 25.00

1-0

20.00 15.00 10.00

Pendapatan Asli Daerah

5.00 ' ~. 0.00 - 2007

Pajak Daerah

2008 2009

Pendapatan Asli Daerah 26,061,952,699.82 26,276,475,864.33 28,154,863,948.45

Pajak Daerah 14,862,195,247.00 14,505,431,850.15 16,016,381,509.00

60 - --- - -- - -~ --

Page 75: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

5.2.4.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah

Pertumbuhan perolehan Retribusi Daerah di Kota Mojokerto sangat signifikan sebagai

sumber pendapat utama daerah. Jenis Retribusi yang dipungut di Kota Mojkerto, adalah:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan

2. Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan

3. Retribusi Pelayanan Bea Cetak KTP dan Akta Capil

4. Retribusi Pelayanan Parkir Jalan Umum

5. Retribusi Pelayanan Pasar

6. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

7. Retribusi Pemak:aian Kekayaan Daerah

8. Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan

9. Retribusi Terminal

10. Retribusi Rumah Potong Hewan

11. Retribusi Tempat Rekreasi dan olah Raga

12. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

13. Retribusi lzin Mendirikan Bangunan

14. Retribusi lcin Oangguan!K.era.mian

15. Retribusi Izin Trayek dan,

16. Retribusi Izin J asa Konstruksi

Dalam proses pemungutan retribusi, kota Mojokerto mampu mengoptimalkan

pengahsilannya, yang hal ini berimplikasi terhadap besaran prosentasi retribusi

terhadap PAD dan APBD. Dari jenis-jenis retribusi yang dipungut, terdapat tiga besar,

yaitu: retribusi Pelayanan Kesehatan, retrlbusi Parkir di Tepl Jallln Umum, dan

Rteribusi Pelayanan Pasar. Sementara itu, sumber pendapatan sektor retribusi yang

kurang potensiil adalah: retribusi Izin Trayek, Retribusi Jasa Penjualan Produk Usaha

Daerah, dan Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan.

Terhadap perolehan Retribusi yang tertinggi, jelas adalah Pelayanan Kesehatan.

Dalam FGD diperoleh penjelasan, bahwa di Kota Mojokerto terdapat 3 rumah sakit tipe

B, dan berbagai jenis Rumah Sakit Bersalin. Artinya bahwa Kota Mojokerto bisa

menjadi leota rujukan bagi warga yangada disekitamya, khususnya di Kabupaten

Mojokerto dalam mencari jasa kesehatan.

61

Page 76: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Tabel19. Prosentase Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kota Mojokerto Tahun 2007,2008,2009

2007 2008 2009 Penerimaan PAD

26,061,952,699.82 26.276,475,864.33 28,154,863,948.45 Penerimaan

Retibusi Daerah 14,862,195,247.00 14,505,431,850.15 16,016,381,509.00 Prosentase

Retribusi terhadap Pendapamn Daerah L1 '70/... L1 kO/... L1 1 0/... ,.,,,u ""T'V/U -r, J. I U

Prosentase Retibusi terhadap PAD 57.0% 55.2% 56.9%

------

Grafik 12. Perbandingan Penerimaan Retribusi terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007,2008,2009

Ill 30.00

:! 25.00 ii 20.00

15.00

10.00

5.00

0.00 2007

Pendapatan Asli Daerah 26,061,952,699.82

Retrlbusl Oaerah 14,862,195,247.00

5.2.5. Provinsi Jawa Timur.

5.2.5.1. Pertumbuhan PAD terhadap APBD

2008

26,276,475,864.33

14,505,431,850.15

2009

28,154,863,948.45

16,016,381,509.00

Provinsi Jawa Timur adalah sebuah wilayah pemerintahan provinsi yang terdiri atas

38 kabupaten kota, sehingga dari unsur pemerintahannya, masuk dalam kategori terbesar.

Penyelenggaraan pemerintahan di Jawa Timur bergerak pada upaya mencapai

keberhasilan pembangunan daerah tersebut Gubemur Jawa Timur yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Gubemur Jawa Timur No. 38 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-

2014, yang merupakan suatu perencanaan strategis, bahwa sumber daya dan dana daerah

diarahkan untuk menangani isu dan permasalahan prioritas yang telah dituangkan dalam

Program Pembangunan Jawa Timur tahun 2009-2014.

62

Page 77: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

-

Berbagai prioritas pembangunan di Jawa Timur, memerlukan dukungan pendanaan

yang sebagian besar harus diperoleh dari PAD. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan

untuk mencapai hal tersebut, khususnya perbaikan pelayanan publik dengan pembentukan

unit Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T). Hal itu dimaksudkan untuk memberi kemudahan

bagi investor masuk ke Jawa Timur, dan pada akhimya mampu menggerakan roda

perekonamian secara makro.

Pertumbuhan perolehan PAD di Jawa Timur sangat memuaskan jika hal itu

dibandingkan dengan APBD. Jawa Timur sudah sangat mampu membiayai kegiatan

pemerintahan dan kebutuhan pembangunannya rata-rata 70%. Hal ini berarti, tatakelola

pemerlntahan di Jawa Timur menawarkan kemandirian yang besar dalam hal membiayai

diri sendiri. Penurunan pada tahun 2009 bukan karena potensinya yang hilang tetapi lebih

disebabkan karena penurunan target di RAPBD 2009 yang ditetapkan pada tahun 2008

oleh DPRD Transisisi berikut Gubemumya yang transisi .. Meskipun demikian tetap hal itu

harus dipandanag sebagai penurunan dan tetap harus ditingkatkan.

Dalam kegiatan pembangunan di tahun 2009-2010 sudah mulai nampak arah dan

sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan Jawa Timur. Seperti terurai dalam

rencana strategis RPJMD Jatim, antara lain:

1) program pengentasan kemiskinan, yaitu memenuhi hak-hak dasar yang meliputi

kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan berusaba, perumahan. dan

sanitasi, air hers~ pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman

dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan serta hak berpartisipasi dalam

kehidupan sosial politik. Dan salah satu instrumen untuk mempercepat mengurangi

angka kemiskinan adalah mengoptimalkan program corporate social responsability

(CSR).

2) Program menurunkan angka pengangguran, sebagai akibat dari dampak krisis

keuangan global yang terjadi pada tahun 2008 yang berdampak pada pemutusan

hubungan kerja (PHK). Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah

misalnya penanganan perluasan lapangan kerja dengan memfungsikan balai latihan

kerja (BLK).

3) Program meningkatkan pertumbuhan ekonomi, upaya yang perlu dilakukan

misalnya adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan konsep

pelayanan perizinan terpadu (P2T) dan inovasi teknologi tepat guna (TTG) di

sektor pertanian.

_____ 63

Page 78: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

4) Program meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai ukuran

keberhasilan pembangunan suatu daerah, upaya yang perlu dilakukan adalah

senantiasa mengupayakan peningkatan IPM melalui aksesibilitas pendidikan,

kesehatan, dan daya beli masyarakat.

Berdasar berbagai sasaran pokok program dalam renstra RPJMD Jatim 2009-2014, maka

diperlukan dukungan dana yang cukup. Perolehan PAD Jatim seperti terurai di Tabel 13,

sangat memungkinkan bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mencapai targer

pembangunan dimaksud.

Tabel20. Prosentase penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timor

Tahon Anggaran 2007,2008,200936

Penerimaan PAD

Prosentase PAD terhadao APBD

lun

4,164,250,659,987 1 5,212,319,315,953 1 5,708,040,337,082

70.1% 73.7% 72.9%

Graflk 13 Perbandingan Penerimaan PAD terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timor

Tahon Anggaran 2007,2008, 200~7

Pendapatan Asli...

2009

2008

2007

0.00 5,000.00

2007

10,000.00

!!!!len• 2008 2009

Pendapatan Asli Daerah 4,164,250,659,986.61 5,212,319,315,953.00 5,708,040,337,081.51

Pendapatan Daerah 5,940,048,022,273.61 7,075,105,412,658.00 7,827,694,815,532.50

36 Diolah dari dari Buku La!Wran Realisasi APBD Propinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007! 2008 dan

2009 37

Diolah dari dari Buku Laporan Realisasi APBD Propinsi Jawa Timor Tahun Anggaran 2007,2008 dan 2009

-- 64

Page 79: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Besaran pungutan atas Pajak daerah tersebut terdiskripsi pada tabel 15., perkembanagn

jumlah penerimaannya yang semakin meningkat, meskipun secara prosentase mengalami

fluktuasi jika dibandingkan dengan APBD atau PAD. Dalam Tabel tersebut nampak kekuatan

Pajak Daerah yang siap mendukung kemampuan daerah dalam memenuhi APBD. Jadi, Jawa

Timur dapat dikatakan mempunyai kemandirian dalam melakukan pembiayaan urusan daerah

(rumah tangga sendiri).

Tabel22. Prosentase Penerimaan Pajak Daerab Terbadap PAD dan Pendapatan Daerab

Propinsi Jawa Timor, Taboo Anggaran 2007,2008,2009

PAD 4,164,250,659,987 5,212,319,315,953 5, 708,040,337,082

Pajak Daerah 3,574,886,241, 780 4,481, 791,543,639 4,891,816,302,939 Prosentase Pajak Daerah terhadap

PendaEatan Daerah I 69,7%1 63,4%1 65,5% Prosentase Pajak

Daerah terhadao PAD I 85.8% I 86.0% I 85.7%

Grafik 14 Prosentase Penerimaan Pajak Daerab Terbadap PAD dan Pendapatan Daerab

Propinsi Jawa Timor, Taboo Anggaran 2007,2008,2009

8,000,000,000,000.00

7,000,000,000,000.00

6,000,000,000,000.00 5,000,000,000,000.00 4,000,000,000,000.00

3,000,000,000,000.00

2,000,000,000,000.00

1,000,000,000,000.00 0.00

~

2007

Pendapatan Asli Daerah

5.1.5.3. Pertomboban Retribosi Daerab

2008 2009

Pajak Daerah Pendapatan Daerah

Page 80: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

e. Pajak Air Bawah Tanah (P ABT)

Besaran pungutan atas Pajak daerah tersebut terdiskripsi pada tabel 15., perkembanagn

jumlah penerimaannya yang semakin meningkat, meskipun secara prosentase mengalami

fluktuasi jika dibandingkan dengan APBD atau PAD. Dalam Tabel tersebut nampak kekuatan

Pajak Daerah yang siap mendukung kemampuan daerah dalam memenuhi APBD. Jadi, Jawa

Timur dapat dikatakan mempunyai kemandirian dalam melakukan pembiayaan urusan daerah

(rumah tangga sendiri).

Tabel22. Prosentase Penerimaan Pajak Daerah Terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Provinsi Jawa Timor, Tahun Anggaran 2007,2008,2009

PAD

Paiak Daerah 3,574,886,241,780 I 4,481,791,543,639 I 4,891,816,302,939 Prosentase Pajak Daerah terhadap

PPnrl~n~t~n n~Pr~h .I. '"'J.J.U.U.IJU.f.4.U.l ......, .............. U.Ll

Prosentase Pajak Daerah terhadap

PAD

h0 70/n v_,,, /V

85.8%

r' .. nf":lr 1 A ~ ....... ... ..,

h':t .d01n I h~ ~Ofn V.J , -r /U VJ'J /U

86.0% 85.7%

Prosentase Penerimaan Pajak Daerah Terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timor, Tahon Anggaran 2007,2008,2009

8,000,000,000,000.00

7,000,000,000,000.00

6,000,000,000,000.00

5,000,000,000,000.00

4,000,000,000,000.00

3,000,000,000,000.00

2,000,000,000,000.00

1,000,000,000,000.00

0.00

2007

Pendapatan Asli Daerah

2008 2009

Pajak Daerah Pendapatan Daerah

66

Page 81: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'---

5.2.5.3. Pertumbuhan Retribusi Daerah

Pemungutan retribusi daerah di Jawa Timur juga didasarkan pada 3 pola, yaitu

Retribusi Jasa Umwn, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Tertentu. Rincianjenis

Retribusi yang di;pungut di Jawa Timur, adalah:

Retribusi Jasa Umum

1. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

2. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

3. Retribusi Pelayanan Pendidikan.

Retribusi Jasa Usaha

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

2. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.

J. Retribusi Tempat Pelelangan.

4. Retrlbusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan!Villa.

5. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga.

6. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

7. Retribusi Pengelolaan Tahura R Soerjo.

Retribusi Perijinan Tertentu

1. Retribusi Izin Trayek

2. Retribusi Izin Usaha Perikanan

BerdasarkaD. keterangan yang dari perangkat pemungut, diperoleh penjelasan urut­

urutan obyek retribusi yang potensiil di Jawa Timur: Retribusi Pemakaian Kekayaan

Daerah, Retribusi lzin Perpanjangan Kerja, dan Retribusi Rumah Potong Hewan.

Sementara retribusi yang kurang potensill adalah: Retribusl lr.ln Trayek, Retrlbusi

Pengelolaan TAHURA, dan Retribusi Pengujian Kapal Ikan.

Dalam Tabel 16., terlihat secara jelas kecilnya kontribusi retribusi daerah di Jawa

Timur terhadap PAD. Hal ini dapat dinyatakan wajar, karena jenis retribusi yang dimiliki

oleh Provinsi sedikit. Selain itu, Provinsi tidak bersentuhan langsung dengan kegiatan

perekonomian masyarakat, tetapi hal itu sudah dilakukan oleh pemerintah Daerah. Dengan

demikian posisi retribusi di Provinsi lebih bersifat komplemen (pelengkap) .

67

Page 82: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Tabel. 23. Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah

Provinsi Jawa Timur! Tahun Anggaran 2007~008 dan 2009

2007 2008 2009

APBD 5,940,048,022,27 4 7,075,105,412,658 7,827,694,815,533

Penerlmaan PAD 4,164,250,659,987 5,212,323,367' 729 5, 708,040,337,082

Penerimaan Retribusi 261,100,680,458 309,323,367,729 75,609,005,674

Prosentase Retribusi Daerah terhadap

Pendapatan Daerah Prosentase Retribusi

Daerah terhadap PAD

0,15%

6,3%

c .... r.lr 1 c '-Ja A.I.A.ft. .A.V•

0,44% 0,09%

5,9% 1,3%

Prosentase Penerimaan Retribusi Daerah terhadap PAD dan Pendapatan Daerah Provinsi Jaw a Timur, Tahun Anggaran 2007,2008 dan 2009

8,000,000,000,000.00 7,000,000,000,000.00 6,000,000,000,000.00

5,000,000,000,000.00

4,000,000,000,000.00 3,000,000,000,000.00 2,000,000,000,000.00 1,000,000,000,000.00

0.00 Pendapatan ...

8 ~ ~ N N N

5.3. Penyesuaian Perda Pajak dan Retribusi Daerah

5.3.1. Mekaniseme dan Prosesdur Pembentukan Perda

Pendapatan Asli Daerah

Retribusi Daerah

Pendapatan Daerah

Dalam rangka pembentukan peraturan daerah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Daerah menetapkan Peraturan Daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi;

(2) Peraturan daerah dibuat sesuai dengan kewenangan, kebutuhan, kemampuan, dan

dukungan sistem yang berlaku di daerah;

68

i

Page 83: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

(3) Daerah menetapkan Peraturan Daerah untuk menjabarkan lebih lanjut peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi;

(4) Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

( 5) Peraturan Daerah tidak boleh mengatur sesuatu hal yang telah diatur oleh

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

( 6) Peraturan Daerah dapat memuat ketcntuan tentang pembebanan biaya paksaan

penegakan hukum, seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar;

(7) Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pi dana kurungan paling lama 6 ( enam)

bulan dan denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta dengan atau tidak merampas

barang tertentu untuk Dae~ kecuali jika ditentukan lain dalam pemturan

perundang-undangan.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan akan dihasilkan Peraturan Daerah

yang benar-benar efektif, jelas, pasti, dan konsisten dalam rangka penyelenggaraan

pembangunan yang substansinya antara lain:

a. menyelenggarakan roda pemerintahan yang efektif dan responsif;

b. meningkatkan pelayanan publik;

c. menunjang kemajuan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat;

d. menguatkan peran serta masyarakat yang lebih hakiki melalui berbagai

dukungan dan bantuan yang bersifat kemitraan, serta pengawasan masyarakat

yang efektif dan obyektif; dan rasional.

5.3.2. Pembentukan Naskah Akademik

Disamping itu, Peraturan Daerah akan lebih operasional lagi jika dalam

pembentukannya tidak hanya terikat pada asas legalitas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 136 sampai dengan 147 UU 32/2004, tetapi perlu dilengkapi dengan hasil

penelitian yang mendalam terhadap subjek dan objek hukum yang hendak diaturnya serta

diawali dengan pembentukan Naskah Akademik terlebih dahulu.

----~--~----- 69

Page 84: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'----

........-

Gambar7. Skema teotang Pentingnya Naskah Akademis

Penting

~nAkldemlk

Naskah~mik

Proses penyusunan peraturan per-UU-an yang 1epat guna, komprehensif dan aesuai dengan asaa-asas peiTlbentukal per-uiHn.

Senng tidak dlgunalcan atau tidak clsusm NA larleblh dah!Ju

Pef8tutan daefah "*ljadi tidak tepat guna atau tingkat klblmllltlnnya lidlll10p1111 Yllll cllh011pQn.

Oengan adanya NA yang rOOimal mamuat- - · sosiologla, yuridia, pokok dan linglwp materi yang diatur dapat membuat Peraturan 088fllh yang clbuat me!ladi leblh lepat guna dengan ~ kebet118Silan yang dihllrapl<an.

Keberadaan Naskah Akademik dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di

Indonesia bukan merupakan sebuah kewajiban atau keharusan yang harus dilakukan

dalam rangka penyusunan peraturan perundang-undangan (termasuk Peraturan Daerah)

seperti digambarkan di atas, kedudukan Naskah Akademik bisa dianggap hanya sebagai

"pendukung" penyusunan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, dengan semakin

berkembang dan berubahnya pola kehidupan masyarakat Indonesia serta beberapa

permasalahan dalam pembuatan dan pelaksanaan perundang-undangan yang sudah ada

sekarang, urgensi Naskah Akademik dalam proses penyusunan peraturan perundang·

undangan yang tepat guna, komprehensif dan sesuai dengan asas-asas pembentukan

perundang-undangan menjadi sangat penting, seperti digambarkan di bawah ini:

Peraturan Daerah yang baik

Peratur1n Oltflh yang balk memerlukan Naskah Akademlk

Naskah Akademik yang berltualitas menghasilkan peraturan daerah

yang baik

Naskah Akademik yang berkualitas

Keberadaan Naskah Akademik memang sangat diperlukan dalam rangka

pembentukan peraturan perundang-undangan yang bertujuan agar peraturan perundang-

-- 10

Page 85: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

--'

L.-

L..,.

undangan yang dihasilk:an nanti akan sesuai dengan sistem hukum nasional dan

kehidupan masyarakat serta dengan adanya Naskah Akademik, perundang-undangan

yang dihasilkan tidak menimbulkan masalah (misalnya dimintakan judicial review) di

kemudian hari, seperti digambarkan di bawah ini:

Gambar8. Sekma tentang Mekanisme Penyusunan Naskah Akdemis

I J Proses Penyusunan Naskah Akadernlk I I

M..-n~ngun ~ng clengan plh•k­plhak. yang te~t (kon'lunlka..t

Internal ct.n ~"'•

=;r~:~ .. -.:=r:~ IMiftY\I~fta" NA:

Pennasalahan yang mengemuka sehubungan dengan pentingnya Naskah Akademik

dalam pembentukan Peraturan Daerah adalah sering tidak dipergunakannya atau tidak

disusunnya Naskah Akademik terlebih dahulu dalam proses pembentukan sebuah

Peraturan Daerah. Akibat yang ditimbulkan dengan tidak adanya Naskah Akademik

dalam proses pembentukan Peraturan Daerah antara lain Peraturan Daerah tersebut

menjadi tidak tepat guna atau tingkat keberhasilannya tidak seperti yang diharapkan. Hal

ini bisa diminimalisir, mengingat dengan adanya Naskah Akademik yang paling sedikit

memuat dasar filosofis, sosiologis, yuridis, pokok dan lingkup materi yang diatur dapat

membuat Peraturan Daerah yang dibuat menjadi lebih tepat guna dengan tingkat

keberhasilan seperti yang diharapkan.

Proses pembentukan Peraturan Daerah diatur dalam Undang-Undang 10/2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan diatur lebih rinci dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan

Produk Hukum Daerah. Pasal 26 UU 10/2004 menentukan bahwa rancangan Peraturan

Daerah (Raperda) dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau

kepala daerah. Dalam Pasal 28 UU 10/2004 ditentukan bahwa Rancangan Peraturan

Daerah dapat disampaikan oleh angggota, komisi, gabungan komisi, atau alat

---- 71

Page 86: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

...___,

'--'

'-J

kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang

Legislasi.

Dala.m penyusunan Raperda yang berasal dari prakarsa kepala daerah maka Pimpinan

satuan kerja perangkat daerah menyusun rancangan produk hukum daerah berikut naskah

akademik Raperda bersangkutan yang dapat didelegasikan kepada Biro Hukum. Dalam

penyusunan Raperda yang berasal dari inisiatif kepala daerah dibentuk Tim An tar Satuan

Kerja Perangkat Daerah yang diketuai oleh Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah

pemrakarsa atau pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah dan Kepala Biro Hukum atau

Kepala Bagian Hukum berkedudukan sebagai sekretaris.

Ketua Tim Antar Satuan Kerja Perangkat Daerah melaporkan perkembangan

rancangan produk hukum daerah dan/atau permasalahan kepada Sekretaris Daerah untuk

memperoleh arahan. Rancangan Peraturan Daerah yang telah dibahas hams mendapatkan

paraf koordinasi Kepala Biro Hukum dan Kepala Bagian Hukum dan pimpinan satuan

kerja perangkat daerah terkait, yang kemudian diajukan kepada kepala daerah melalui

Sekretaris Daerah

Sekretaris Daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan terhadap

rancangan produk hukum daerah yang telah diparaf koordinasi Kepala Biro Hukum dan

Kepala Bagian Hukum dan pimpinan satuan kerja perangkat daerah terkait. Yang

kemudin dikembalikan kepada pimpinan satuan kerja perangkat daerah pemrakarsa.

Hasil penyempurnaan rancangan produk hukum disampaikan kepada Sekretaris Daerah

setelah dilakukan paraf koordinasi oleh Kepala Biro Hukum dan pimpinan satuan

perangkat daerah terkait.

Rancangan Peraturan Daerah yang telah disiapkan oleh kepala daerah disampaikan

dengan surat pengantar kepala daerah kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang telah

disiapkan oleh DPRD disa.mpaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah.

Penyebarluasan Raperda yang berasal dari kepala daerah dilakukan oleh Sekretaris

daerah sedangkan penyebarluasan Raperda yang berasal dari inisiatif DPRD dilakukan

oleh Sekretariat DPRD.

Apabila dala.m satu masa sidang kepala daerah dan DPRD menya.mpaikan rancangan

peraturan daerah mengenai materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan

peraturan daerah yang disa.mpaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan peraturan daerah

yang disampaikan kepala daerah digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.

72

Page 87: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

'---'

~

Pembahasan rancangan peraturan daerah di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama kepala

daerah melalui tingkat-tingkat pembicaraan yang meliputi:

a. Tingkat pertama:

1. penjelasan kepala daerah dalam rapat paripurna tentang penyampaian Rancangan

Peraturan Daerah yang berasal dari kepala daerah.

2. penjelasan Pimpinan Komisi/Gabungan Komisi atau Pimpinan Panitia Khusus

dalam rapat paripuma tentang penyampaian Rancangan Peraturan Daerah yang

berasal dari DPRD.

b. Tingkat kedua:

1. dalam hal Rancangan Peraturan Daerah berasal dari kepala daerah:

a) pemandangan umum fraksi-fraksi;

b) jawaban dari kepala daerah.

2. dalam hal Rancangan Peraturan Daerah berasal dari DPRD:

a) pendapat kepala daerah;

b) jawaban dari fraksi-fraksi.

c. Tingkat ketiga:

Pembahasan dalam rapat Komisi/Oabungan Komisi atau Rapat Panitia Khusus

bersama dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk.

d. Tingkat keempat:

1. pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna yang didahului dengan:

a) laporan hasil pembicaraan tahap ketiga;

b) pendapat akhir fraksi;

c) pengambila keputusan.

2. penyampaian sambutan kepala daerah.

~~~---~--~~~ 73

Page 88: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

'-'

'-

~

PEMBAHASAN

Rapat Paripurna

Rapat Paripurna

Tabel24. Alur Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

TAHAP

Tahap I

Tahap II

RAPERDA dart DPRD

Keterangan/penjelasan komisi!gabungan komisi/pansus DPRD tentang Raperda dari DPRD

RAPERDA dart PEMDA

Keteranganlpenjelasan Pemda tentang Raperda dari Pemda

Rapat Fraksi

• Tanggapan Pemda • Pemandangan umum terhadap Ranperda para anggota DPRD dari DPRD (melalui fraksi)

• Jawaban Komisi! terhadap Raperda gabungan komisi! dari Pemda. pansus terhadap • Jawaban Pemda tanggapan Pemda terhadap

pemandangan umum l I I I I R•pat f,.: iggom DPRD. I RapatKomis

Rapat Gabungan Komisi

Rapat Pansus

~

Rapat Paripurna

PEMDA

• Pembahasan Raperda dalam komisi!gabungan komisi!panitia khusus bersama Pemda.

Tahap Ill I • Pembahasan Raperda secara intern dalam komisi!gabungan komisi/panitia khusus tanpa . mengurangi pembahasan bersama Pemda.

TahapiV

• Laporan basil pembicaraan tahap III. • Pendapat akhir fraksi-fraksi apabila perlu

dapat disertai catatan. • Pengambilan Keputusan. • Sambutan Pemda.

Rancangan peraturan daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh

DPRD dan kepala daerah. Rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas hanya dapat

ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah. Rancangan

peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah

74

Page 89: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

'-'

'-"

disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi

Peraturan Daerah yang dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari

terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Rancangan peraturan daerah yang telah memperoleh persetujuan bersama ditetapkan

oleh kepala daerah dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama

oleh DPRD dan kepala daerah. Dalam hal rancangan peraturan daerah yang telah

memperoleh persetujuan bersama tidak ditandatangani oleh kepala daerah dalam waktu

paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui

bersama, maka rancangan peraturan daerah tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan

wajib diundangkan. Dalam hal sahnya rancangan peraturan daerah, maka kalimat

pengesahannya berbunyi: Peraturan Daerah ini dinyatakan sah, yang dibubuhkan pada

halaman terakhir Peraturan Daerah sebelum pengundangan naskah Peraturan Daerah ke

dalam Lembaran Daerah.

5.3.3. Ruang Lingkup Substansi Peraturan Daerah

Parameter bagi hukum yang memiliki tingkat penegakannya (enforceability)

yang tinggi jika memenuhi:

a. Necessity, bahwa hukum harus difonnulasikan dalam norma-norma yang sesuai

dengan kebutuhan secara sistematis dan terencana;

b. Adequacy, bahwa rumusan norma hukum dan tujuan hukum yang hendak: diarah

harus memiliki kesesuaian yang sebanding;

c. Legal certainty, bahwa hukum harus memiliki tingkat dan kadar kepastian hukum

yang tinggi;

d. Clearly, bahwa hukum harus benar-benar memuat kaidah-kaidah dengan jelas dan

nyata, tidak samar dan tidak pula menimbulkan banyak penafsiran;

e. Actuality, bahwa hukum harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

masyarakat dan zaman, tanpa mengabaikan kepastian hukum;

f. Feasibility, bahwa hukum harus memiliki kelayakan yang dapat dipertanggung

jawabkan terutama berkenaan dengan tingkat penaatannya;

g. Verifiability, bahwa hukum yang dikerangkakan harus dalam kondisi siap uji

secara obyektif;

------------------------ '5

Page 90: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'-'

'---

'--'

h. Enforceability (per se), bahwa hukum pada hakikatnya harus memiliki daya paksa

agar ditaati dan dihormati;

i. Provability, bahwa hukum hams dibuat sedemikian rupa agar mudah dalam proses

pembuktian.

Dalam pembentuk:an aturanlperda diperlukan kepatuhan pembentuk: terhadap asas-asas

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (algemene beginselen van behoorlijlc

wetgeving). Yang meliputi:

a kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan

Sedangkan asas-asas materi muatan peraturan perundang-undangan, meliputi:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan

f. bhineka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaam kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

1. ketertiban, kepastian hukum, dan atau

J· keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Selain, kedua asas pokok di atas, juga perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip pokok

dalam pertimbangan penyusunan kebijakan, meliputi:

a. Mendasarkan kepada kebutuhan rakyat yang esensial;

b. Berpedoman pada kebijakan yang lebih tinggi;

c. Konsisten dengan kebijakan lain yang berlaku;

d. Relevan dengan masalah yang dihadapi sekarang dan bgm antisipasinya ke

depan;

e. Berorientasi pada kepentingan umum;

76

Page 91: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

'---"

---'

~

'--

f. Adanya berbagai alternatif pemecahan masalab/solusi, namun tetap disertai

dengan skala prioritas;

g. Jelas, tepat dan tidak menimbulkan kekaburan arti dan maksud.

h. Dirumuskan secara tertulis.

Pada implementasi, kebijakan publik, seringmengalami hambatan, hal ini

disebabkan karena:

a. seringkali dikacaukan antara kebijakan publik dan kebijakan pimpinan satu

lembaga atau instansi.

b. dalam merumuskan tidak cermat, sehingga mengganggu dan merugikan publik.

c. proses dirumuskannya suatu kebijakan publik tidak melalui mekanisme

menurut per-perUUan;

d. lebih tergantung pada kepentingan personal yang keluar dari pimpinan

pemerintahan atau lembaga;

e. Kerap terjadi ganti pejabat, ganti kebijakan yang menunjukkan tidak jelasnya

kepastian;

f. Prosesnya tidak dilakukan melalui pelibatan secara aktif stakeholders, sehingga

tidak aspiratif

g. Perumusan norma dalam suatu peratW'an hanya sekedar pengulangan dari

peraturan perundang-undangan yang lainnya.

Dalam penyusunan rancangan peraturan daerah, pada dasarnya perlu

memperhatikan materi muatan sekurang-kurangnya sebagai berikut:

a. Konsiderans

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, konsideran menimbang memuat uraian singkat

mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan

pembuatan Peraturan Perundang-undangan.38 Pokok-pokok pikiran pada

konsideran menimbang memuat unsur atau landasan filosofis, yuridis, dan

sosiologis yang menjadi latar belakang pembuatannya. 39

1) Landasan Filosofis

Peraturan Daerah selalu mengandungn norma-norma hukum yang diidealkan

(ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan

38 Lampiran UU 10 Tahun 2004 hurufB.3 angka 17. 39 Lampiran UU .10 Tahun 2004 hurufB.3 angka 18.

------------------------ 77

Page 92: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'--

bennasyarakat dan bemegara hendak diarahkan. Karena itu. Peraturan Daerah

dapat digambarkan sebagai cermin dari cita-cita kolektif suatu masyarakat

tentang nilai-nilai luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan Peraturan Daerah yang

bersangkutan dalam kenyataan. Karena itu, cita-cita filosofis yang terkandung

dalam Peraturan Daerah itu hendaklah mencerminkan cita-cita filosofis yang

dianut masyarakat daerah yang bersangkutan itu sendiri.

2) Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis yaitu bahwa setiap norma hukum yang dituangkan dalam

undang-undang haruslah mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat

sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum

masyarakat. Karena itu, dalam konsideran, harus dirumuskan dengan baik

pertimbangan-pertimbangan yang bersifat empiris sehingga sesuatu gagasan

normatif yang dituangkan dalam undang-undang benar-benar didasarkan atas

kenyataan yang hidup dalam kesadaran hukum masyarakat. Dengan demikian,

norma hukum yang tertuang dalam undang-undang itu kelak dapat

dilaksanakan dengan sebaik~baiknya di tengahP.tengah masyarakat hukum

yang diatumya.

3) Landasan Yuridis

Landasan yuridis atau normatif suatu peraturan atau kaidah jika kaidah itu

merupakan bagian dari suatu kaidah hukum tertentu yang di dalam kaidah­

kaidah hukum saling menunjuk yang satu terhadap yang lain. Sistem kaidah

hukum yang demikian itu terdiri atas suatu keseluruhan hirarki kaidah hukum

khusus yang bertumpu pada kaidah hukum umum. Di dalamnya kaidah hukum

khusus yang lebih rendah diderivasi dari kaidah hukum yang lebih tinggi.

b. Dasar Hokum

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, dasar hukum memuat dasar kewenangan

pembuatan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Perundang-undangan

yang memerintahkan pembuatan Peraturan Perundang-undangan. 40peraturan

140 IJJmplran UU 10 Tahun 2004 huruf 8.4 angka 36.

·~~=~~.~··~· ~--~-~~.-~-~~- 78

Page 93: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-....J

.......,

'-'

"---'

'--

Perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya Peraturan

Perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.41

c. Ketentuan Umum

Dalam praktek di Indonesia, "definition clause" atau "interpretation clause"

biasanya disebut dengan Ketentuan Umum. Dengan sebutan demikian,

seharusnya, isi yang terkandWlg di dalamnya tidak hanya terbatas kepada

pengertian-pengertian operasional istilah-istilah yang dipakai seperti yang biasa

dipraktikkan selama ini. Dalam istilah "Ketentuan Umum" seharusnya tennuat

pula hal-hal lain yang bersifat umum, seperti pengantar, pembukaan, atau

"preambule" peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, telah menjadi

kelaziman atau kebiasaan sejak dulu bahwa setiap perundang-undangan ~ selalu

didahului oleh "Ketentuan Umum" yang berisi pengertian atas istilah-istilah yang

dipakai dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Dengan

demikian, fungsi ketentuan umum ini persis seperti "definition clause" atau

"interpretation clause" yang dikenal di berbagai negara lain.

d. Materi Pokok yang Diatur

Materi pokok yang diatur ditempatkan langsung setelah bah ketentuan umum, dan

jika tidak ada pengelompokkan bah, materi pokok yang diatur diletakkan setelah

pasal ( -pasal) ketentuan umum.

Pembagian materi pokok ke dalam kelompok yang lebih kecil dilakukan menurut

kriteria yang dijadikan dasar pembagian.

e. Ketentuan Peralihan

Ketentuan peralihan diperlukan apabila materi hukum dalam peraturan perundang­

undangan sudah pemah diatur. Ketentuan peralihan harus memuat pemikiran

tentang penyelesaian masalah/keadaan atau peristiwa yang sudah ada pada saat

mulai berlakunya peraturan perundang-undangan yang baru.

Ketentuan peralihan memuat:

1. Ketentuan-ketentuan tentang penerapan peraturan perundang-undangan bam

terhadap keadaan yang terdapat pada waktu peraturan daerah itu mulai

berlaku.

41 Lampiran UU 10 Tahun 2004 huruf 8.4 angka 37.

------------- 79

Page 94: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

,__

-...J

.._

.._.

.......

2. Ketentuan-ketentuan tentang melaksanakan peraturan daerah itu secara

berangsur-angsur.

3. Ketentuan-ketentuan tentang penyimpangan untuk sementara waktu dari

peraturan daerah itu.

4. Ketentuan-ketentuan mengenai aturan khusus bagi keadaan atau hubungan

yang sudah ada pada saat mulai berlakunya peraturan daerah itu.

5. Ketentuan-ketentuan tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk

memasyarakatkan peraturan daerah itu.

f. Ketentuan Penutup

Ketentuan Penutup berbeda dari Kalimat Penutup. Dalam undang-undang, yang

biasanya dirumuskan sebagai Ketentuan Penutup adalah ketentuan yang

berkenaan dengan pernyataan mulai berlakunya undang-undang atau mulai

pelaksanaan suatu ketentuan undang-undang.

Ketentuan penutup dalam peraturan perundang-undangan, biasanya memuat

ketentuan mengenai:

1. penunjukan organ atau lembaga tertentu yang akan melaksanakan peraturan

perundang-undangan yang bersangkutan;

2. nama singkat peraturan perundang-undangan;

3. status peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelumnya; dan

4. saat mulai berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut.

Ketentuan penutup dalam suatu undang-undang dapat memuat ketentuan

pelaksanaan yang bersifat eksekutif atau legislatif. Yang bersifat eksekutif,

misalnya, menunjuk pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk melakukan

sesuatu perbuatan hukum, atau untuk mengeluarkan dan mencabut perizinan,

lisensi, atau konsesi, pengangkatan dan memberhentikan pegawai, dan lain

sebagainya. Sedangkan yang bersifat legislatif, misalnya, memberi wewenang

untuk membuat peraturan pelaksanaan lebih lanjut (delegation of rule-making

power) dari apa yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan.

g. Penutup

Penutup merupakan bagian akhir peraturan perundang-undangan. Di dalam

kalimat penutup tersebut dimuat hal-hal sebagai berikut:

1) Rumusan perintah pengundangan dan penempatan peraturan perundang­

undangan dalam Lembaran Daerah atau Berita Daerah.

----------------------- 80

Page 95: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'--

'-

'-'

'---

2) Tandatangan pengesahan atau penetapan peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan oleh Walikota atau pejabat yang terkait.

3) Pengundangan peraturan perundang-undangan tersebut dengan pemberian

nomor.

Rumusan perintah pengundangan yang bersifat standar Peraturan Daerah adalah:

"Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahk:an pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. "

Sedangkan penandatanganan pengesahan atau penetapan memuat:

1) Tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;

2) Namajabatan;

3) Tanda tangan pejabat; dan

4) Nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan pangkat.

h. Peojelasan

Penjelasan peraturan perundang-undangan merupakan kebiasaan negara-negara

yang meilganut civil law gaya Eropa Kontinental.

Penjelasan (explanation) berfungsi sebagai pemberi keterangan mengenai kata­

kata tertentu, frasa atau beberapa aspek atau konsep yang terdapat dalam suatu

ketentuan ayat atau pasal yang dinilai belum terang atau belum jelas atau yang

karena itu dikhawatirkan oleh perumusnya akan dapat menimbulkan salah

penafsiran di kemudian hari. Jika diuraikan, tujuan adanya penjelasan

(explanation) itu adalah untuk42:

1. Menjelaskan pengertian dan maksud dari suatu ketentuan (to explain the

meaning and intention of the main provision);

2. Apabila terdapat ketidakjelasan (obscurity) atau kekaburan (vagueness) dalam

suatu undang-undang, maka penjelasan dimaksudkan untuk memperjelas

sehingga ketentuan dimaksud konsisten dengan tujuan yang hendak dicapai

oleh pengaturan yang bersangkutan (to classify the same so as to make it

consistent with the dominant object which it seeks to suserve);

3. Menyediak:an tambahan uraian pendukung terhadap tujuan utama peraturan

perundang-undangan agar keberadaannya semakin bennakna dan semakin

4~ B.R. Atre, 2001, L~gfslatlv~ Drafting: Principles and T~chnlqu~s, Universal Law Publishing Co., hal.68-69.

--------- 81

Page 96: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'---'

'---

'--'

berguna (to provide an additional support to the dominant object in the main

statute in order to make it meaningfUl and purposeful);

4. Apabila terdapat perbedaan yang relevan dengan maksud penjelasan untuk

menekankan kesalahan dan mengedepankan objek peraturan perundang­

undang~ penjelasan dapat membantu pengadilan dalam menafsirkan "the

true purport and object of the enactment"; dan

5. Tidak bolch menggunakan kalimat yang bermakna ganda (it cannot take away

statutory right with which any person under a statute has been clothed, or set

at nought the working of an Act by becoming a hindrance in the interpretation

of the same).

Pada pokoknya, penjelasan suatu peraturan perundang-undangan berfungsi

sebagai tafsiran resmi pembentuk peraturan perundang-undangan itu atas norma­

norma hukum tertentu yang diberi penjelasan. Oleh karena itu, penjelasan hanya

memuat uraian atau elaborasi labih lanjut norma yang diatur dalam batang tubuh

peraturan yang dijelaskan. Dengan demiki~ penjelasan yang diberikan tidak

boleh menyebabkan timbulnya ketidakjelasan atau malah membingungkan. Selain

itu, penjelasan juga tidak boleh berisi nonna hukum baru ataupun yang berisi

ketentuan lebih lanjut dari apa yang sudah diatur dalam batang tubuh. Apalagi,

jika penjelasan itu memuat ketentuan-ketentuan barn yang bersifat terselubung

yang bermaksud mengubah atau mengurangi substansi norma yang terdapat di

dalam batang tubuh. Untuk rilenghindari jangan sampai penjelasan itu berisi

norma-norma hukum barn yang berbeda dari batang tubuh ketentuan yang

dijelaskanny~ maka pembahasan rancangan penjelasan haruslah dilakukan secara

integral dengan keseluruhan naskah rancangan peraturan perundang-undangan

yang bersangkutan.

Penjelasan Peraturan Daerah berisi penjelasan umum dan penjelasan Pasal demi

Pasal.

i. Lampiran

Peraturan Perundang-undangan dapat dilengkapi dengan lampiran. Lampiran­

lampiran itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari naskah peraturan

perundang-undangan yang bersangkutan. Dalam hal peraturan perundang­

undangan memerlukan lampir~ maka hal itu harus dinyatakan dengan tegas

dalam batang tubuh disertai pemyataan yang menegaskan bahwa lampiran

------------------------- 82

Page 97: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dati peraturan perundang­

undangan yang bersangkutan. Pada akhimya lampiran, harus dicantumkan nama

dan tanda tangan pejabat yang mengesahkan/menetapkan peraturan perundang­

undangan yang bersangkutan.

Contoh peraturan perundang-undangan yang biasanya memiliki lampiran adalah

Peraturan Daerah yang mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) atau Undang-Undang yang mengatur tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Naskah APBD atau RP JPD mempunyai

format yang tersendiri dan berisi materi yang sangat luas dan banyak, sehlngga

bentuknya sangat tebal dan rinci. lsi APBD atau RPJPD itu justru terletak di

dalam lampiran naskah APBD dan RPJPD itu sendiri, sedangkan Undang-Undang

tentang APBD atau RPJPD hanya berfungsi sebagai baju atau mantel hukum.

Undang-Undang lain yang juga mempunyai lampiran, misalnya Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU

10/2004). UU 10/2004 memiliki penjelasan dan lampiran yang tergolong sangat

rinci, dan bahkan dilengkapi pula dengan contoh-contoh, seperti contoh

perumusan judul dan format peraturan perundang-undangan yang dianggap ideal.

Oleh karena itu, keberadaan lampiran itu memang tidak dapat dipisahkan dengan

undang-undang payung atau undang-undang mantelnya. Oleh sebab itu pula,

lampiran-lampiran peraturan perundang-undangan itu hams pula ditandatangani

sebagaimana mestinya oleh pejabat yang mengesahkan peraturan perundang­

undangan yang terkait. Dengan demikian, keabsahan lampiran itu terkait erat

dengan keabsahan pengesahan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan

oleh pejabat yang bersangkutan dengan kewenangan mengesahkan peraturan

perundang-undangan itu sendiri.

5.3.4. Klarif'Ikasi dan Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

Dalam melakukan penyesuaian perda tentang pajak dan reribusi daerah ini harus jelas

pemahaman kita tentang kedudukan rerda dalam tata uruta.n perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam UUNo. 10 Tahun 2004. Secara skematis kedudukan perda

sebagai berikut:

----------- 83

Page 98: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

L....

l-

Gambar9 Skema tentang Kedudukan Perda

KEDUDUKAN PERDA (PASAL 7 (1) UU NO.l0/2004 Ttg P3)

DPR + PRESIDEN UU 32/2004 Uecislasi nasional)

I PP79/2005

PER PRES

PERMENDAGRI 53/2007 Pengawasan Perda/Perkepda

l Kepada + DPRD

Regulasi Pem.

Pasa17 (4}:

-+ •Perat Per UUan

atau

• Perat Kebljakan

(legislasi daerah:

Delegated legislation)

Dalam skema di atas, jelas bahwa perda adalah instumen pemerintahan daerah

yang diperguanakan untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Dengan demikian

maka materi muatan peraturan daerah ini tidak boleh bertentangan dengan pertaturan

yang lebih tinggi.

Terhadap keadaan tersebut Pemerintah telah menetapkan kebijakan berupa

pengawasan terhadap peraturan daerah yang akan mengatur penetapan penetapaa pajak

dan retribusi daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007

tentang pengawasan peraturan daerah dan eeraturan kepala daerah, pengawasan tersebut

dilakukan melalui 2 kegiatan yaitu Evaluasi dan Klarifikasi.

Evaluasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap rancangan peraturan daerah dan

rancangan peraturan kepala daerah untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan

umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Evaluasi ini

merupakan pengawasan preventif yang dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah

provinsi terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD/perubahan APBD, pajak

84

Page 99: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

daerah, retribusi daerah dan rencana tata ruang dan rancangan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran APBD/penjabaran perubahan APBD, baik rancangan peraturan

daerah provinsi maupun rancangan peraturan daerah kabupaten/kota.

Klariflkasi adalah pengkajian dan penilaian terhadap peraturan daerah dan peraturan

kepala daerah untuk mengetahui bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. Klarifikasi merupakan pengawasan represif yang

dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah provinsi terhadap peraturan daerah yang

telah ditetapkan oleh pemerintah daerah~ baik pemerintah provinsi maupun pemerintah

kabupatenlkota. Pengawasan ini dapat dikatakan sebagai upaya pengujian terhadap

peraturan daerah.

Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dapat digambarkan dalam hagan berikut ini.

Gambar 10 Mekanisme Pengawasan Raperda Provinsi

IIIKANIIIIE P!NGAWAIAN PRIVINTif TERHADAP PEftDA PROVMI TINTANO APID, PAJAK DAIRAH, ~ETRIIUII DAERAH, DAN TATA ~UANG DAERAH (Pall111 jo.111 UU No. S2 Tlhun 2004)

RAPERDA yang telah dlsetujul bersama

K!tennr.u

Hasil Evaklasi

Setllli denpn kepeiltirlgan umum &: peratunn penmdang­UIIdanglll yang lebih tinggi

* UD!Uk Rapenla APBD : Mcmcri Dalam Negeri UI!Nk Rap«da Pljik Olol1h k RGtribilai DIICflh : Mentori Keuan&' Ulllllk llperda Tat& Ruin& Dlerab : Mentcn >'1111 memb!danal tata, • ,

tt DleiapbD 61eb Oubenllir I l

••• PembataJan dilatukan olch Meoleri •••• ~ berlakn untuk RaperdaAPBD

~--~-~~=~~-- 85

Bertentlnpn denpn kepentillpn umum &: peratunn pc:rUDdang­uodaogm yang lebih tiDggi

Bf111ku pagu tahun sebelumnya-

Page 100: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

'----

Penjelasan bagan:

1. Gubemur menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan

APBD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Tata Ruang Daerah paling lama 3 (tiga)

hari setelah mendapat persetujuan bersama dengan DPRD termasuk rancangan

peraturan gubemur tentang penjabaran APBD/penjabaran perubahan APBD kepada

Menteri Dalam Negeri Wltuk mendapat evaluasi;

2. Untuk mengevaluasi terhadap rancangan peraturan daerah provinsi, Menteri Dalam

Negeri membentuk Tim Evaluasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam

Negeri. Tim evaluasi terdiri dari komponen lingkup Departemen Dalam Negeri,

Menieri Keuangan dan/atau Menteri yang membidangi Urusan Tata Ruang.

3. Hasil evaluasi rancangan peraturan daerah provinsi dilaporkan oleh tim evaluasi untuk

dijadikan bahan perimbangan penetapan Keputusan Menteri Dalam Negeri

4. Menteri Dalam Negeri menyampaikan hasil evaluasi kepada Gubemur paling lambat

15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud;

5. Gubemur menindaklanjuti hasil evaluasi paling lambar 7 (tujuh) hari kerja sejak

diterimanya basi evaluasi;

6. Apabila Gubemur tidak menindaklanjuti hasil evaluasi dan menetapkan rancangan

peraturan daerah menjadi peraturan daerah, maka Menteri Dalam Negeri akan

membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubemur tersebut dengan Peraturan

Menteri.

7. Menteri Dalam Negeri melakukan pemantauan terhadap tindaklanjut hasil evaluasi

peraturan daerah dan peraturan kepala daerah melalui tim pemantauan yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Anggota tim pemantauan terdiri

atas komponen lingkup Departemen Dalam Negeri sesuai kebutuhan.

86 ~--- --~--~-----------~~--

Page 101: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

........

Gambar 11 Mekanisme Pengawasan Raperda Kabupaten/Kota

MEKANISME PENGAWASAN PREVENTIF TERHADAP PEROA KABUPATENIKOTA TENTANG APBO, PAJAK OAERAH, RETRIBUSI OAERAH, DAN TATA RUANG OAERAH

(Pasal186 jo. 189 UU No. 3 ,..2_l_ah_u_n_2004--')'-------.

Klttn!nqan : • DitetapQn oleh BupatiM'alikota

Pembatalan dilakukan oleh Gubemur - Oisal!"4)8ikarl oleh Gubemur - Un1uk Raperda APBD : Menteri Dalam Negeri

Sesuai dengan k-~nnAn•~m~m.t

;:;~;:;;:-~~; undangan yang lebih tinggi

Un1uk Raperda Pajak Daerah & Retribusi Daerah : Menteri Keuangan Un1uk Raperda Tala Ruang Daerah : Menteri yang membidangi tala

--Hanya ~ un!ull Raporda APeD

Penjelasan bagan:

IW'!RDA

Bertentangan dengan k-ANiontinnAn llmtU'T\ a. ........... .... . .,_. -···-·· ... peraturan perundang. undangan yang lebih tinggi

1. Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah kabupatenlkota

tentang APBD/perubahan APBD, pajak daerah, retribusi daerah dan rancangan

tata ruang daerah paling lama 3 (tiga) hari setelah mendapat persetujuan bersama - ... - · - - - - -dengan DPRD termasuk rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran

APBD/penjabaran perubahan APBD kepada gubemur untuk mendapat evaluasi;

2. Untuk melakukan evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah kabupatenlkota

sebagaimana dalam nomor 1, Gubemur membentuk tim evaluasi dengan

keputusan Gubemur. Tim evaluasi terdiri atas Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) sesuai kebutuhan;

3. Tim evaluasi melaporkan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah

kahunatenlkota kenada Guhemur untuk diiadikan hahan kenutusan Guhemur: ----- ·· r -·-- -- --- -·- --- c ------ - -·- - ----·- --------- -· -;, ---------- - -------- -- - c -·- ------- - --- -------"

87

Page 102: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

4. Khusus untuk rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah

dan rencana tata ruang, Gubemur dalam melakukan evaluasi terlebih dahulu

berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan/Menteri yang membidangi urusan

tata ruang melalui Menteri Dalam Negeri.

5. Gubemur menyampaikan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah

kabupatenlkota kepada bupati/walikota paling lambat 15 (lima betas) hari kerja

terhitung sejak diterimanya rancangan tersebut;

6. Bupati!Walikota menindaklanjuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam

nomor 5 paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak dierimanya hasil evaluasi;

7. Apabila Bupati/Walikota tidak menindaklanjuti hasil evaluasi dan tetap

menetapkan menjadi peraturan daerah atau peraturan Bupati!W alikota, Gubemur

membatalkan peraturan daerah dan/atau peraturan Bupati!Walikota tersebut

dengan peraturan gubemur.

8. Oubemur melakukan pemantauan terhadap tindaklanjut hasil evaluasi peraturan

daerah kabupatenlkota dan peraturan bupati/walikota melalui tim pemantauan

yang ditetapkan oleh Keputusan Gubemur. Anggota tim pemantauan terdiri atas

Satuan .Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai kebutuhan.

.,. ... .. ... •

Pemda

Perda PDRD

Gambar 12 Mekanisme Klarif'Ik.asi Perda

Mendagri Tim Klariflkasl

--,---------------------r···;-----------~-----·-... --i-

Plhak Lain

:1--••--·--·-•- ·-+-·- •- ••-••- m - - -,- - - - _,_ . _ - - • - -,- m - - - - -

... .. .. I ~ -----•

__ 88

Page 103: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Penjelasan hagan:

1. Gubemur, Bupati/Walikota menyampaikan peraturan daerah provmst,

kabupatenlkota kepada Menteri Dalam Negeri paling lama 7 (tujuh) hari setelah

ditetapkan untuk mendapatkan klarifikasi;

2. Untuk melakukan klarifikasi, Menteri Dalam Negeri membentuk tim klarifikasi

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri. Keanggota tim

klarifikasi terdiri atas komponen lingkup Kementrian Dalam Negeri sesuai

kebutuhan.

3. Tim klarifikasi melaporkan hasil klarifikasi peraturan daerah dan peraturan

kepala daerah kepada Menteri Dalam Negeri dalam bentuk berita acara;

4. Hasil klariftkasi peraturan daerah dan peraturan kepala daerah disampaikan

kepada Menteri Dalam Negeri;

5. Terhadap basil klarifikasi atas peraturan daerah yang bertentangan dengan

kepentingan umum dan!atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

maka Menteri Dalam Negeri menggunakan hasil tersebut sebagai bahan usulan

kepada Presiden untuk melakukan pembatalan.

6. Terhadap klarifikasi atas peraturan kepala daerah yang bertentangan dengan

kepentingan umum, peraturan daerah dan peraturan perundangan yang lebih

tinggi, maka Menteri Dalam Negeri menggunakan hasillaporan tersebut sebagai

bahan pembatalan peraturan kepala daerah.

Dalam proses pengawasan secara represif, dimana pemerintah setelah menilai

bahwa peraturan daerah yang disampaikan telah bertentangan dengan kepentingan

umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka pemerintah dapat

menetapkan Keputusan pembatalan yang ditetapkan dalam bentuk Peraturan Presiden

dan paling lam bat 60 ( enam puluh) hari sejak diterimanya Peraturan daerah terse but.

Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan, kepala daerah harus

memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya bersama DPRD wajib

mencabut peraturan yang dimaksud. Apabila Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan

Presiden untuk membatalkan peraturan daerah, maka peraturan daerah tersebut

dinyatakan berlaku.

Dalam melaksanakan tindaklanjut dari klarifikasi atau pembatalan peraturan daerah

danlatau peraturan kepala daerah maka dilakukan pemantauan. Menteri Dalam Negeri

___ 89

Page 104: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

berwenang melakukan pemantauan terbadap tindaklanjut basil klarifikasi Peraturan

Daerah dan Peraturan Kepala Daerah serta pengawasan gubemur atas peraturan daerah

kabupatenlk:ota dan peraturan bupatilwalikota. Pemantauan oleb Menteri Dalam Negeri

dilakukan oleb Tim Pemantauan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam

Negeri. Gubemur melakukan pemantauan terbadap tindaklanjut basil klarifikasi

peraturan daerah kabupatenlk:ota dan peraturan bupati/walikota. Kewenangan Gubemur

dalam melakukan pemantauan dilakukan oleb tim pemantauan yang ditetapkan dengan

Keputusan Gubemur.

5.3.5. Perencanaan Penyusunan Peraturan Daerah

Perencanaan penyusunan peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah bagi

4 kabupatenlkota serta Provinsi Jawa Timur berbeda satu dengan lainnya. Meskipun

berbeda dalam perencanaan, tetapi acan yang digunkan sama, yaitu UU No, 28 Tahun

2009. Dalam undang-undang tersebut, batasan penyesuaian yang diatur adalah sebagai

berikut:

Tabel25. Jadwal Masa Berlaku Perda Pajak Daerah Lama dan Baru

Berdasar UU Nomor 28 Tahun 2009

Masa Berlaku Perda Pajak Lama dan Baru

--· Nu" - I. .Jcui:. I'.Jj...th. IJ.t..:l uh -- I l'.tii&&.JI Uc! l...tku .- r ---.- l<clci..III!>Llll ··- - --

1 uu 28/2009 01-o1-2010

2 Jenis Pajak Lama 01-o1-2012 atau saat sudah ada Perda baru

3 BPHTB (baru) 01-o1-2011

4 PBB Pedesaan & 01-o1-2014 Tergantung kesiapan Perkotaan (baru) daerah.

5 Pajak Rokok (baru) 01-o1-2014

Sementara itu, untuk penyesuaian Perda Retribusi Daerah, semua kabupatenlk:kota

diberikan batas waktu hingga tanggal31 Desember 2011. Jadi, pada tangga11 January

2012, dasar bukum peemngutan retribusi daerah barus sudah disesuaikan dengan

ketentuan UU No. 28 Tahun 2009. Untuk lebib jelas, maksud ketentuan Pasal 180

angka 2 UU No. 28 Tahun 2009 sebagai berikut:

90

Page 105: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

1

2

3

Tabel26 Jadwal Masa Berlaku Perda Retribusi Daerah

Berdasar UU Nomor 28 Tahun 2009

M••• Berlaku Perda Retrlbusl Daerah !b:ii; J r;tu. ii:J!Ic-JJ[!<r<Ll

uu 28/2009 01-01-2010

Jenls Retrlbusl L1m1 d1n 01.()1-2012 ltiU lilt IUdlh ldl

masih sama dengan yang Perda baru

di atur dalam UU No. 28 Tahun 2009

Jenis Retribusi Lama dan 01...()1-2011

tldlk 1111 s1m1 den11n yang di atur dalam UU No, 28 Tahun 2009

~.3.~.1. Kabupaten Lamongan

Pemerintah Kabupaten Lamongan telah mengusulkan 20 Rancangan Peraturan

Daerah (Raperda) baru untuk disahkan. Pembahasan ke-20 raperda itu mulai dilakuk.an

pada tanggal 8 Oktober 2010 antara tim eksekutif bersama DPRD setempat dengan

didahului pembacaan Nota Penjelasan atas 20 Raperda oleh Bupati Fadeli di Ruang

Rapat Paripurna DPRD. "Ke-20 raperda yang diajukan merupakan tonggak penting

bagi Pemerintah Kabupaten dalam upaya meningkatkan kemampuan keuangan daerah,

khususnya terkait raperda pajak dan retribusi daerah. Perubahan-perubahan mengenai

pajak daerah dan retribusi daerah mutlak untuk dilakukan. Hal ini untuk menyesuaikan

dinamisasi pembangunan daerah yang memerlukan kecepatan dan harmonisasi dengan

perkembangan yang terjadi. Peningkatan ekonomi membawa dampak pada

perkembangan pelayanan jasa yang semakin meningkat sehingga memerlukan sejumlah

penyesuaian terhadap sistem dan jenis pajak serta retribusi yang diberlakuk.an. Sebagai

upaya untuk memaksimalkan kemampuan keuangan daerah, pemerinthah daerah harus

memiliki kemampuan maksimal dalam meningkatkan kapasitas fiskalnya. Pendapatan

asli daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah harus diupayakan

peningkatannya untuk menopang kemampuan daerah. Selain untuk menyehatkan fiskal,

juga tentunya untuk dikembalikan lagi dalam bentuk pembangunan di masyarakat.

91

Page 106: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

~

Raperda yang dibahas tersebut terdiri dari 18 rancangan peraturan daerah tentang

pajak daerah dan retribusi daerah serta 1 Raperda tentang pengelolaan sampah dan 1

Raperda tentang Perusahaan Daerah. Dengan rincian, Raperda tentang Pajak Daerah,

Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta

Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Retribusi Pengujian

Kendaraan Bermotor. Perumusan perda pajak daerah di Kabupaten Lamongan

ditempatkan dalam satu peraturan daerah dengan nama Perda Pajak Daerah Kabupaten

Lamongan. Di dalam. peraturan daerah terse but, secara keseluruhan dimaksukkan jenis­

jenis pajak daerah yang dipungut di Kabupten Lamongan dengan tarif yang sesuai

dengan UU No. 28 Tahun 2009.

Sementara i~ untuk perda retibusi, dituangkan satu perda satu retribusi. Hal ini

disebabkan karena, besaran retribusi yang bisa dipungut bervariasi sesaui dengan

kenyataan obyek retribsi yang ada. Raperda tentang Retribusi terdiri atas : Retribusi

Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Pengendalian Menara Komunikasi,

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Tempat Pelelangan serta Retribusi

Terminal. Selanjutnya Retribusi Tempat Khusus Parkir, Rumah Potong Hewan, Tempat

Rekreasi dan Olahraga, Izin Mendirikan Bangunan dan Retribusi Izin Tempat

Penjualan Minuman Beralkohol. Selain itu juga diusulkan untuk dibahas Retribusi

tentang Izin Gangguang, Izin Trayek, Izin Usaha Perikanan, Raperda Pengelolaan

Sampah di Lamongan dan terakhir tentang Perusahaan Daerah Pasar Kabupaten

Lamongan.

Berdasarkan fakta yang terurai di atas, maka Kabupaten Lamongan menjadi daerah

yang pertama43 kali menyelesaikan seluruh kebutuhan pengaturan yang menjadi dasar

pemungutan Pajak dan Retruibusi Daerah. Hal ini tidak lepas dari kemampuan

Kabupaten Lamongan membuat perencanaan yang baik di tahun 2009 untuk

dilaksanakan pada tahun 2010. Dalam perencanaan penyesuaian, terjadi sinergi yang

baik antara eksekutif dengan legislatif. Hal ini nampak dari perencanaan pembentukan

yang sudah masuk dalam program legislasi daerah 2009. Oleh sebab itu proses

4Boaerah perwna sebagai obyek penelltian. ini. Diperoleh keterangan dati Biro Hukwn Ptopinsi Jatim, bahwa Kabupaten Bangkallm adalah Kabupaten yang pada tahun 2010 telah menyelesaikan semua raperda dan telah dievaluasi oleh Propinisi. Selanjutnya penilaian dilakukan oleh Dirjen Keuangan Daerah Kementerian Keuangan.

92

Page 107: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

'--

pembahasan di eksekutif dan DPRD berjalan dengan lancer. Tahap selanjutnya adalah

menyerabkan semua rancangan peraturan daerah untuk dapat dievaluasi oleh

Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam hagan pengawasan rancangan

peraturan daerah kabupatenlkota (Gambar 11 ),

Pada Tabel 27 tentang analisa ROCCIPI berikut dapat dibaca, bahwa Kabupaten

Lamongan memang sudah sejak awal melakukan persiapan sebaik mungkin. Dalam

penganggaran sudah dilakukan perencanaan pembiayaan yang memadai. Dalam aspek

institusi dan perangkat kelambagaan sudah dilakukan proses sosialisasi atas materi

muatan UU No. 28 Tahun 2009. Berbagai solusi kedepan memang masih terus

diharapkan dapat dengan lancar terjadi. Sehingga keinginan untuk melakukan proses

pemungutan pajak dan retribusi daerah berdasarkan perda baru dapat dilaksanakan.

Tabel27. MATRIKS ROCCIPI

Kebijakan Penyeauaian Perda Kab. Lamonaan

Pemegang Peranan: BPKD/Bagian Hokum

Kategori Penyebab atau Penjelasan Solusi ROCCIPI (lfipoteais)

(R-) belum dapat mcnetapkan mendorong percepatan proses Peraturan perda pajak dan retribusi baru evaluasi dari Pemprop dan

Menteri Keuangan (0-) telah menyelesaikan masih tersisa waktu 1 tahun

Kesempatan pembahasan raperda di tahun untuk penggantian perda baru 2010 sampai 2012

(C-) sudah cukup dianggarkan di Melaksanakan pos anggaran Kemampuan APBD biaya penyelesaian sesuai dengan jadwal

. (C-) Informasi tersampaikan Hasil perda perlu Komunikasi secara baik pada stakeholder disosialisasikan

(1-) Memenuhi kinerja Peningkatan kualitas basil Kepentin11;an kelambagaan rancan_g_an

(P·) Melibatkan seluruh Pelibatan stakeholder pajak Proses komponen SKPD dan retribusi

(1-) Pajak daerah diperlukan Digunakan untuk membiayai 1

kloologi untukPAD J'C111bangunan umum I ·-~--~---------- ---- · --

5.3.5.2. Kabupaten Pasuruan

Kabupatan Pasuruan telah menyelesaikan seluruh rancangan peraturan pajak daerah

pada tahun 2010. Saat ini, draft perda pajak sedang dalam proses evaluasi Pemerintah

Provinsi Jawa Timur. Sementara itu, untuk perda retribusi, baru terselesaikan 2 (dua)

raperda, yaitu, Reperda Retribusi Pelayanan Rumah Sakit dan Retribusi Biaya Cetak

------~~~~~~~---- 93

Page 108: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

.__

..__

'---'

KTP, KSK dan Akta Ke1ahiran. 01eh sebab itu, pada anggaran tahun 2011, Pemerintah

Kabupaten Pasuruan wajib menyelesaikan sekitar 16 raperda retribusi. Apakah di tahun

anggaran 2010 tidak cukup dianggarkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

untuk mengusulkan draft Perda ? Beberapa SKPD menjawab bahwa mereka telah

mengusulkan anggaran tersebut, tetapi baru dapat dilakukan awal pembahasan dan

belum selesai. Anggaran yang diusulkan masih dalam tahap anggaran kajian

penyusunan raperda

Tabel28. MATRIKS ROCCIPI

Kebijakan Penyesuaian Perda Kab. Pasuruan

Pemegang Peranan: BPKD!Bagian Hokum

Kateaorl Penyebab atau Penjelasan Solual ROCCIPI (Bipotesis)

(R-) belum dapat menetapkan mendorong percepatan proses Peraturan perda pajak dan retribusi baru pembentukan perda retribusi

daerah (0·) baru menyelesaikan masih menyelesaikan raperda

Kesempatan pembahasan raperda pajak retribusi daerah dalam jangka daerah 2010 waktu 1 tahun

(C-) baru dianggarkan di anggaran Menyiapkan rancangan perda Kemampuan tahun 2011 rertibusi

(C-) Infonnasi tersampaikan Hasil perda perlu Komunikasi secara baik pada stakeholder disosialisasikan lebih luas

(1-) Mengejar target penyelesaian Mendorong kinerja SKPD Kepentingan draftperda

(P-) pelibatan seluruh komponen Desiminasi draft raperda Proses stakeholder

(1-) Pajak daerah diperlukan Digunakan untuk membiayai Ideologi untukPAD pembangunan umum

Diperoleh penje1asan dari bagian hukum sebagai organ teknis penyelaras produk:

hukum daerah, bahwa untuk perda retribusi, prakarsa pembentukannya harus datang

dari Perangkat Teknis. Selama perangk:at teknis belum melakukan pembenfukan, maka

bagian hukum hanya bertugas mengingatkan sesuai dengan jadwal waktu yang

seharusnya.

Mengapa untuk raperda pajak daerah dapat diselesaikan pada tahun 2010 ? Hal ini

disebabkan karena untuk raperda pajak daerah pemrakarsanya adalah Dinas Pengelola

Pendapatan dati Keuangan Daerah. Anggaran pembentukannya pun telah dialokasikan

padaAPBD tahun 2010 .

-------- 94

Page 109: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

'---

'--

~

5.3.5.3. Kota Madiun

Perkembangan penyesuaian perda pajak dan retribusi daerah Kota Madiun juga

mempunyai pola yang khas dan tidak sama dengan daerah lain. Untuk Kota Madiun,

penyesuaian perda pajak daerah dilakukan dengan perencanaan yang cukup lambat.

Jika di daerah lain pajak daerah dituangkan dalam satu draft perda, maka di Kota

Madiun, masing-masing pajak daerah ditetapkan dalam satu draft raperda. Oleh sebab

itu, Kota Madiun, sampai dengan penelitian ini dilakukan belum menyelesaikan

pembahasan draft pajak44 daerah di tingkat eksekutif.

Kategori ROCCIPI

(R--) Peraturan

(0-) Kesempatan

(C-) Kemampuan

(C-) Komunikasi

(1-) Kepentingan

(P-) Proses

(1-) Ideologi

Tabel29. MATRIKS ROCCIPI

Kebijakan Penyesuaian Perda Kota Madiun

Pemepna Peranan: BPKD/Baglan Hukum

Penyebab atau Penjelasan Solusi (Hipotesis)

belum dapat menetapkan mendorong percepatan proses perda piijak dan retribusi baru pembentukan perda pl\iak dan

retribusi daerah belum menyelesaikan Harus menyelesaikan raperda pembahasan raperda pajak pajak dan retribusi daerah dan retribusi daerah 2010 dalamjangka waktu 1 tahun Sebagian besar baru Menyiapkan rancangan perda d' kan di anggaran 2011 p~ak dan rertibusi Informasi belum Proses pembahasan perda tersampaikan secara baik pajak dan retribusl, secara pada stakeholder transpantii. target penyelesaian draft Pelibatan semua komponen raperda SK.PD pelibatan seluruh komponen Desiminasi draft raperda stakeholder Pajak daerah diperlukan Digunakan untuk membiayai untukPAD pembangunan umum

I

'

Berdasarkan diskripsi ROCCIPI dan hasil diskusi dengan DPRD Kota Madiun,

disampaikan, bahwa dalam Program Legislasi Daerah Kota Madiun, semua rencana

penyesuaian perda pajak dan retribusi sudah diagendakan di tahun 2011 dan akan

selesai dipertengahan tahun anggaran. Jika deniikian, maka SKPD diwilayah

pemerintah Kota Madiun dan DPRD akan bekerja seoptimal mungkin agar capaian

~ota Madiutl; baru menyelesatkan 2 perda retribusi. yaitu, retribusi Pelayanan Kesohatan dan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dan telah dievaluasi oleh Pemerintah Propinsi.

·----------- - 9$

Page 110: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-

-

~

ldnerja memenuhi target yang telah ditetapkan. Jika tidak, maka proses memberikan

dasar hukum pungutan tersebut akan bennasalah pada akhir tahun 2011.

Capaian kinerja pada pertengahan tahun harus dipastikan terlampaui, hal ini

disebabkan karena draft perda itu akan melalui proses evaluasi Pemerintah Provinsi

Jawa Timur dan Kementrian Keuangan. Evaluasi di Provinsi bisa menghasilkan

tambahan waktu perbaikan bagi Pemerintah Kota Madiun demikian juga besaran tarif

yang dievaluasi oleh Menteri Keuangan juga akan membutuhkan waktu tertentu. Jadi

ketepatan untuk menuntaskan pembahasan draft raperda sangat bennakna dikaitkan

dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Tabel29.

5.3.5.4. Kota Mojokerto

Kebijakan penyelesaian rancangan perda pajak dan retribusi daerab di Kota

Mojokerto dilakukan dengan menekankan penyelesian rancangan perda pajak daerah.

Pihak eksekutif dan legislatif (DPRD) telah menyelesaikan pembahasan rancangan

perda pajak pada pertengahan oktober 2010. Hasil pembahasan selanjutnya diteruskan

ke pemerintah Provinsi untuk dilakukan evaluasi. Mengapa memilih penyelesaian

tentang pajak daerah ? Diperoleh penjelasan dari kepala bagian Hukum Pemrintah Kota

Mojokerto, karena sifatnya sangat strategis dan pengorganisasiannya lebih mudah.

Pengelolaan rancangan perda pajak cukup melalui Dinas Pengelola Pendapatan dan

Keuangan Daerah. Selain itu, penyusunannya juga sederhana dalam hal penetapan tarif

dan obyek pajak yang dapat dipungut. Semua jenis Pajak dan besaran Tarif didasarkan

pada ketentuan dalam UU Nomor 28 Tahun 2009.

Untuk pembentukan penia retribusi dae~ diperoleh penjelasan dari kepala bagian

hukum, akan dikoordinasikan bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

penghasil. Kebijakan yang ditetapkan bahwa untuk perancangan draft raperda retribusi

keseluruhan SKPD harus sudah menyelesaikan pada bulan kedua tahun 2011.

Selanjutnya koordinasi internal eksekutif harus sudah selesai di bulan ketiga. Bulan

keempat sudah masuk ke PDRD untuk dilakukan pembahasan. Pada bulan Juni

persetujuan DPRD sudah harus diselesaikan dan selanjutnya diajukan ke Provinsi untuk

memperoleh evaluasi. Diharapkan pada bulan 10 semua raperda sudah bisa ditetapkan

menjadi perda dan di awal tahun 2012, sehingga dasar hukum pemungutan baik Pajak

dan Retibusi sudah mengacu pada ketentuan dalam UU Nomor 28 Tahun 2009.

Gambaran analisis ROCCIPI untuk Kota Mojokerto sebagai berikut:

96

Page 111: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

.......,

Tabel30. MATRIKS ROCCIPI

Kebljakan Penyesualan Perda Kota Mojokerto

Pemegang Peninan: BPKD/Bagian Hukum

Kategori Penyebab atau Penjelasan Solusi ROCCIPI (HipoteaiJ)

(R-) be tum dapat menetapkan mendorong percepatan proses Peraturan perda pajak dan retribusi baru evaluasu dan pembentukan

perda retribusi daerah (0-) belum menyelesaikan Harus menyelesaikan raperda

Kesempatan pembahasan reperda retribusi retribusi daerah dalam jangka daerah2010 waktu 1 tahun

(C-) Telah dianggarakan di tahun Menyiapkan rancangan perda Kemarnpuan anggaran 2011 ertibusi

(C-) Informasi belum Proses pembahasan perda Komunikasi tersampaikan seem baik retribusi, Seeat'll transparan.

pada stakeholder (1-) target penyelesaian draft Pelibatan semua komponen

Kepentingan raperda retribusi SKPD (P-) pelibatan seluruh komponen Desiminasi draft raperda

Proses stakeholder retibusi (I-) Pajak dan retribusi daerah Digunakan untuk membiayai

Ideologi diperlukan untuk PAD pembangunan daerah

S.3.S.S. Provins~ Jawa Tlmur.

Berbeda dengan di kabupaten!kota, pekerjaan penyusunan perda pajak dan

retribusi daerah untuk tingkat Provinsi mempunyai kesulitan tersendiri. Untuk

penyusunan perda pajak daerah, pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menyelesaikan

pembahasan draft dan DPRD pun telah memberi persetujuan. Proses pengawalan perda

Pajak Daerah Provinsi sudah sampai di Kementerian Dalam Negeri dan selanjutnya

akan masuk persetujuan dari Kementerian Keuangan untuk besaran tarif.

Jenis pajak daerah yang sudah selesai draft raperdanya adalah:

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4. Pajak Air Permukaan

S. Pajak Rokok

Secara khusus, besaran tarif akan menjadi kendala yang berarti, karena dalam draft

Pajak Kendaan Bermotor (PKB) yang diajukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur

97

Page 112: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

L..

besaran tarifnya sangat fariatif. Pola fariatif pengenaan tarif tersebut ada yang bersifat

progresif dan ada yang bersifat tetap. Jika hal ini disetujui oleh Menteri Keuangan,

bukan tidak mungkin model yang ada di Jawa Timur ini akan diikuti oleh pemerintah

provinsi lainnya.

Berikut matriks ROCCIPI atas penyesuaian perda pajak dan retribusi di Pemerintah

Provinsi Jawa Timur:

Tabel31. MA TRIKS ROCCIPI Kebijakan Penyesuaian Penla

Pemerintab Provinsi Jawa Timur

Pemegang Peranan: BPKD/Bagian Hukum/DPRD

Kategori Penyebab atau Penjelasan Solusi ROCCIPI (llipotesis)

(R·) belum disahkannya perda Penyelesaian persetujuan Peraturan pajak dan belum disusun menteri dan melakukan

perdaretiibusidaer.ah perencanaan penyusunan perda retribusi

(0-) Sisa waktu tinggal satu Penugasan SKPD untuk Kesempatan tahun penyesuaian menyusun draft perda retribusi

(C-) Perlu dukungan anggaran di Segera dianggarkan melalui Kemampuan 2011 APBD tahun 2011

(C-) SKPD belum memahami Sosialisasi yang intenfsif Komunikasi keterbatasan waktu tentang materi muatan UU 28

penyesuaian Tahun2009 (I-) Masih berorientasi pada Visi untuk kepentingan

Kepentingan masing-masing sektor bersama pemerintah Provinsi Jatim

(P-) Koordinasi antara SKPD Koordinasi dalam proses Proses dengan biro hukum tidak penyusunan perda pajak dan

I an car retribusi (I-) Pajak dan Retribusi sebagai Pajak dan retribusi

Ideologi sumber pendapatan daer.ah dikembalikan untuk pemban~nan

Dalam perda retribusi dae~ Pemerintah Provinsi Jawa Timur belum melakukan

penyusunan. Di peroleh informasi dari biro hukum Pemprop Jatim, keterlambatan ini

disebabkan karena:

1. Perencanaan penyusunan perda retribusi daerah masih dalam tahap

pengkajian atau studi potensi

2. Anggaran di tahun 2010 masih menempatk:an prioritas penyusunan perda

pajak daerah.

3. Koordinasi antar SKPD untuk peersiapan penyusunan draft raperda

retribusi belum lancar.

--·------ 98

Page 113: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Berdasarkan kenyataan di atas, maka ketja keras untuk penyesuaian peraturan daerah

tentang retribusi harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim. Secara khusus kinerja

biro hukum Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan sangat dipertaruhkan untuk

mengkoordinir penyelesaian perda retribusi daerah tahun 2011.

5.4. Pengelolaan Potensi Pajak dan Retribusi Daerah

Pengelolaan potensi pajak dan retribusi di wilayah kabupatenlkota dan Provinsi

Jawa Timur juga mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan itu terjadi karena

jenis pajak dan retribusi daerah yang dipungut sama Sementara itu, perbedaan itu

terjadi karena sarana dan prasarana pemungutan, metode pemungutan serta personil

yang diberi tugas memungut berbeda. Secara keseluruhan perbedaan itu ada pada tata

kelola atau management pemungutan. Perubahan yang terjadi pada manajemen

pemerintah daerah, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat internal maupun

bersifat ekstemal. Namun demikian ada tiga /aktor dominan yang perlu

dipertimbangkan yaltu faktor struktural, faktor fungsional dan . faktor kultural.

Uraian lebih lanjut mengenai tiga factor dominan tersebut yaitu sebagai berikut:

5.4.1. Perubahan Struktural

Perubahan sosial, ekonomi, politik dan teknologi dengan berbagai

kecenderungan sebagaimana diramalkannya oleh para ahli masa depan, secara timbal

balik mempengaruhi manajemen yang dijalankannya pada berbagai organisasi

termasuk didalamnya organisasi pemerintah. Beberapa perubahan besar yang

mewarnai gaya manajemen anta.ra lain yaitu bahwa para anggota organisasi akan

cenderung terdiri dari berbagai etnis dan kebangsaan. Oleh karena itu menurut

Elashwi dan Harris (1996) perlu dikembangkan manajemen multibudaya sebagai

salah satu kecakapan untuk menyongsong globalisasi. Oaya-gaya manajemen dengan

orientasi primordial yang selama ini banyak digunakan oleh negara-negara di Asia

secara bertahap nampaknya perlu ditinggalkan. Berkaitkan dengan mamanjemen

multibudaya, Ansari dan Jakson (1996) mengemukakan perlunya menerima

kenyataan adanya keragaman budaya di lingkungan kerja Keragaman budaya tersebut

perlu dikelola guna meningkatk:an daya saing organisasi. Perubahan ini menyangkut

struktur hubungan an tar organisasi. 45

45Sadu Wasistiono, 2002, KAPftA SELEKTA Manajemen Pemerintahan baerah, Cetakan Pertama, Penerbit

CV. Fokusmedia. Bandung, h. 22

------------------------- 99

Page 114: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Pada dimensi lain terdapat kecenderungan perubahan hubWlgan struktural

antara pemerintah dengan masyarakat yang diperintah . Hubungan yang semula lebih

bersifat hirarkhis -karena masih kentalnya pola berpikir patemalistik- akan bergeser

kearah heterarkhis. Pola herarkhis ini justru lebih sesuai dengan semangat demokrasi

yang berintikan rakyat.

Sejalan dengan semangat demokrasi dan paradigm Reinventing Government,

akan terjadi perubahan hubungan struktural antara Pemerintah Pusat dengan

pemerintah daerah. Daerah akan diberi kebebasan dan kewenangan yang lebih luas.

Hal tersebut dengan sendirinya menuntut kesiapan daerah untuk mengatur dan

mengelola urusan rumah tangganya sendiri secara lebih leluasa. Kemampuan

mengelola kegiatan operasional secara lebuh professional menjadi tuntutan kebutuhan

utama, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat sebagai konsumen.

Dari segi politik terjadi perubahan struktur hubungan antara pemerintah

dengan partai politik. Birokrasi diposisikan sebagai pihak yang bersikap netral (public

service neutrality) sehingga nantinya lebih banyak diputuskan oleh partai politik yang

memenangkan pemilihan umum.

Dalam aspek struktural, maka semua daerah penelitian (Kabnpaten

Lamongan, Kabupaten Pasuruan, Kota Madlun, Kota Majokerto dan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur), melakukan hal yang sama yaitu membengtuk

kelembagaan barn atas dasar berlakunnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

2008. Perubahan struktur kelembagaan ini, khususnya terhadap organ yang mengelola

keuangan daerah atau pendapatan. Nomenklatur kelembagaan baru tersebut adalah

Dinas Pengelola Pendapatan dan Keuangan Daerah.

Untuk Kabupaten Lamongan, semula berasal dari 2 institusi, yaitu Dinas

Pendapatan dana Bagian Keuangan kemudian berubah menjadi Badan Pendapatan

dan Pengelola Keuangan Daerah. Selanjutnya dari bentuk Badan berubah menjadi

Dinas Pengelola Pendapatan dan Keuangan Daerah.

Untuk Kabupaten Pasuruan, Kota Madiun dan Kota Mojokerto, perubahan

kelembagaan ini berasal dari dinas pendapatan daerah dan bagain keuangan dibawah

sekratariat daerah. Selanjutnya berubah menjadi Dinas Pengelola Pendapatan dan

Keuangan Daerah.

-------------------------- 100

Page 115: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

Sementara itu, untuk Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pcrubahan

kelembagaan terjadi dari Biro Keuangan Provinsi dengan Dinas Pendapatan Provinsi,

selanjutnya berubah menjadi Dinas Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah.

Perubahan struktur yang mengarah pada satu lembaga pengelola keuangan

daerah ini telah memotong mata rantai perjalanan pemasukan dan pengeluaran. Secara

khusus, pola management keuangan darah menjadi efektif karena tidak melibatkan

banyak lembaga. Pengawasan dan pemantauan terhadap aliran pendapatan dan

pembelanjaan keuangan daerah mudah untuk. dikoreksi, dan penanggungjawabnya

lebih jelas.

5.4.2. Perubahan Fungsional

46tbid.

Perubahan kearah perdagangan bebas dunia akan membuat persaingan di

antara pelaku ekonomi menjadi semakin sengit. Pengambilan keputusan harus

dilakukan secara cepat, tepat dan akurat. Organisasi peltlerintah daerah yang berfungsi

sebagai pelayan masyrakat, perlu pula berubah guna mengimbangi perubahan yang

terjadi pada sektor ekonomi. Hal ini tersebut dengan sendirinya menuntut perubahan

pada bentuk dan iklim organisasi. Mengenai hal ini, Bennis dan Townsend (1995)46

mengemukakan bahwa akan tetjadi perubahan bentuk organisasi dari semula

berbentuk hirarkhis dehgan ciri-ciri pengendalian komando (command-control

organization) ke arah organisasi yang bersifat mendatar (flat organization). Artinya,

organisasi mendatang tidak lagi disusun secara hirarkhis berlapis-lapis dengan

mengandalkan kewenangan yang dimilikinya, melainkan dalam bentuk tim kerja

yang diisi oleh orang-orang ahli dalam bidangnya Hal ini menuntut adanya

perubahan orientasi para penyelenggara pemerintahan daerah, dari orientasi struktural

dan kewenangan kearah orientasi fungsi dan keahlian.

Pendapat Bennis dan Townsend tersebut diatas sejalan dengan pendapat

Drucker (Hesselbein, Goldsmith and Beckhard, 1995:2)47 yang mengatakan bahwa

dewasa ini kita sedang bergerak dari masyarakat pekerja kearah masyarakat jaringan.

Organisasi yang dijalankan berdasarkan pengendalian dan pengawasan akan

digantikan beberapa bentuk hubungan seperti aliansi, kerjasama, kesepakatan dasar

47tbid. 27

101

Page 116: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

dan lain sebagainya. Hubungan ketja lebih didasarkan pada sating pengertian pada

tujuan, kebijakan dan strategi melalui tim ketja dan melalui persuasi.

Perubahan yang terjdi pada manajemen secara umum terjadi pula pada

manajemen pemerintahan. Ada beberapa konsepsi pemikiraii yang secara nyata

mampu mempengaruhi kebijakan pemerintahan pada berbagai negara. Savas (1987)

misalnya menawarkan konsep privatisasi agar penyelenggaraan pemerintahan dapat

berjalan baik. Dari sudut lain, Barzelay (1992) menawarkan paradigma pasca

birokrasi yang intinya mengurangi sebanyak mungkin keterlibatan birokrasi dalam

kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang maju sebagai suatu kesatuan diyakini

mampu mengurus sebagian besar kepentingannya oleh anggota masyarakat itu sendiri

Perubahan besar pada manajemen pemerintahan tetjadi dengan adanya konsep

pemikiran dari Osborne dan Gaebler (1992) yang menwarkan perlunya transformasi

semangat kewirausahaan pada sektor publik. Osborne dan Gaebler ( 1992)

mengemukakan spuluh pokok pemikirannya yang intinya adalah mengurangi peranan

pemerintah dengan cara memberdayakan masyarakat serta menjadikan sektor

pemerintahan lebih efisien. Inti pemikiran Osborne dan Gaebler sebenamya sejalan

dengan pandanga Savas maupun Barzelay48•

Mengenai perlunya keadilan dimasukkan ke dalam kebijakan pemerintahan

telah dikemukakan oleh Frederickson (1980) melalui konsep Administarsi Negara

Baru (The New Public Administration). Alsannya adalah didalam mengejar

efektivitas dan efesiensi, para penyelenggara negara seringkali melupakan faktor ·

keadilan. Pada akhiinya sebagian besar rakyat sebenamnya merupakan pemilik

kedaulatan menjadi korban tanpa dapat berbuat banyak.

Diantara berbagai konsep pembaharuan manajemen pemerintahan yang

ditawarkan oleh para ah1i pada saat ini banyak digunakan adalah pendapat dari

Osborne dan Gaeber (1992) melalui paradigma Renventing Govemmentnya

(REGOM). Untuk saat ini melaksanakan kosep Regom, Osborne dan Plastrik (1996)

mengemukakan lima srtrategi. Kelima strategi tersebut yaitu: The Core Strategy, The

Consequence Strategy, The Customer Strategy, The Control Strategy dan The Culture

Strategy 49•

Strategi dasar berbicara pada tingkat tujuan orglk'lisasi dengan menggunakan

tiga pendekatan yaitu : kejelasan mengenai tujuan, kejelasan mengenai peranan yang

48 1bid. 28 49tbld. 29

102

Page 117: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

...____

'--

dimainkan setiap anggota organisasi serta kejelasan mengenai arah perkembangan

organisasi. Strategi konsekuensi berbicara pada tingkat intensif melalui tiga

pendekatan yaitu : mengelola kompetensi, manajemen witausaha serta manajemen

kinerja. Strategi pelanggan berbicara pada tingkatan akuntabilitas dengan

menggunakan tiga pendekatan yaitu: pilihan pelanggan, pemilihan kompetitif, serta

jaminan kualitas bagi pelanggan. Strategi pengendalian berbicara pada tingkat

kekuasaan dengan menggunakan empat pendekatan berupa : Keorganisasian,

pemberdyaan organisasi, pemberdayaan pekerja dan pemberdyaan masyarakat.

Sedangkan strategi strategi budaya berbicara pada tingkat budaya dengan

menggunakan tiga pendekatan yaitu : menghilangkan kebiasaan yang sudah tidak

sesuai, mengambil hati pekerja maupun pelanggan serta menenangkan pikiran-pikran

kearah yang dikehendaki.

Kelima strategi tersebut perlu digunakan untuk meningkatkan kinerja sektor

publik agar menjadi lebih baik. Di dalamnya terdapat metodologi untuk mengubah

secara mendasar organisisi pemerintah pada semua tingkatan, baik tingkat pusat,

tingkat regional maupun tinglkat lokal. Strategi tersebut juga sekaligus menunjukkan

bahwa pemerintah yang bepusat pada masyarakat (customer-centered government)

mungkun untuk dilaksanakan sejalan dengan konsep pambangunan yang perpusat

pada rakyat (people centered development) sebagaiman diungkapkan oleh Korten

(1984).

Seiring dengan semakin majunya masyarakat, para penyelenggara

pemerintahan harus, semakin pandai memilih urusan yang masih perh1 dikelolanya

secara langsung. Urusan yang sangat penting, yang menyangkut eksistensi sebuah

bangsa harus tetap dikelola oleh pemerintah. Urusan selebihnya dapat diserahkan

pada masyarakat melalui program prativisasi dengan pengawasan dan pengendalian

yang ketat oleh pemerintah, dengan demikian manajemen pemerintahan yang

diperkuat bukanlah manajemen operasional melainkan manajemen pengawasan dan

pengendalian .

Pritavisasi itu sendirinya pada dasarnya adalah desentralisasi. Seperti

dikatakan oleh Cheema dan Rondinelli (1983:24) bahwa salah satu bentuk

desentralisasi adalah "transfer of function from government to nongovernmental

institution". liistitusi non pemerintah dapat berupa yayasan, perusahaan swasta atau

lembaga swadaya masyarakat. Dengan demikian, desentralisasi bukan hanya dari

-~--~-- 103

Page 118: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

\......-

pemerintah tingkat atasanya kepada pemerintah daerah tingkat bawahnya melainkan

juga dari pemerintah kepada institusi non pemerintah.

Dengan semakin menguatnya kedudukan rakyat di hadapan pemerintah, maka

pemerintah dituntut untuk kembali pada kegiatan pokoknya (core business) . Seiring

dengan perubahan tersebut, maka pengawasan sosial masyarakat sebagai pemilik

kedaulatanjuga akan semakin meningkat. Pemerintah yang bersih (clean government)

akan menjadi salah satu syarat bergaul percaturan intemasional secara terhorma,

selain syarat demokrasi dan penegakkan hak asasi manusia.

Perubahan penting lainnya dalam manajemen pemerintahan di daerah adalah

perlunya memperhatikan prinsip-prinsip dasar manajemen, yang selama ini sudah

biasa dijalankan sehingga terabaikan. Seperti dikatakan oleh Culligan (1996) bahwa

setiap manajer perlu melihat dan melihat kembali prinsip-prinsip manajemen yang

dijalankannya (management back to basic).

Berkaitan dengan perubahan kebijakan penyelenggara pemerintahan di Daerah

dalam rangka pelaksanaan titik berat otonomi pada daerah kabupaten/kota, perlu

penegasan kembali berbagai prinsip dasar manajemen yang selama ini telah

digunakan. Baik menyangkut mengenai pembagian peran antar unsur lini dan unsur

staf maupun dalam pendelegasian wewenang.

Selama ini tidak disadari meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

peranan dinas daerah sebagai unsur lini dan berhadapan langsung dengan masyarakat

semaldn diperkuat. Fasilitas dan wibawa kepala dinas untuk dinas perlu ditingkatkan

agar para penyelenggara pemerintahan daerah yang berkualitas tertarik untuk bekerja

pada dinas daerah. Kurangnya perhatian pemerintah daerah kabupaten/kota kepada

dinas daerahnya disebabkan oleh banyak hal, antara lain:

a. kurang tepatnya persepsi mengenai pembagian tugas anatar unsur staf dan unsur

lini;

b. kuraiig dekatnya akses hubungan antara kepala dinas dengan kepala daerah,

karena faktor pimpinannya atau pun karena letak kantomya yang berjauhan;

c. belum tingginya tuntutan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada

masyarakat, sehingga unsur lini sebagai garis depan (frontline), kurang

memperoleh perhatian;

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak dan

kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat, diperlukannya perubahan

_____ 104 ------

Page 119: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

strategi pemberian pelayanan kepada masyarakat. Salah satu strategi yang terpenting

adalah memberdayakan dinas daerah. Upaya pemberdayaannya dilakukan dengan

cara:

a. Mengisi organisasinya dengan orang-orang yang berkualitas dan professional

sesuai dengan karakteristik urusan yang ditanganinya.

b. Memberi kewenangan ynag lebih luas serta dukungan fasilitas dan biaya yang

memadai.

c. Mengukur kinerja pelayanan yang diberikan serta melakukan kompetisi antar

dinas.

d. Lebih banyak membentuk cabang dinas di kecamatan dalam rangka pendekatan

pelayanan kepada masyarakat (prinslp close to the customer).

Pemberdayaan organ dinas daerah merupakan prasyarat mutlak agar otonomi

daerah dapat dilaksanakan secara nyata dan bertanggung jawab. Sebab pada dasarnya

inti desentralisai adalah pendelegasian kewenangan, sedangkan inti penyelenggaraan

kewenangan terletak pada dinas daerah yang melaksanakan kewenangan tersebut.

Pemberdayaan dinas daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat akan membawa konsekuensi logis berupa pengurangan fungsi dan peran

staf. Masalah yang paling berat adalah mengubah pandangan dan kelegawaan dari

pejabat staf yang ada di unit pemerintahan yang selama ini telah menjalankan fungsi

lini yang seharusnya dijalankan oleh dinas daerah.

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, semua kabupatenlkota serta pemerintah

Provinsi Jawa Timur menunjukkan kecenderungan positip kearah fungsionalisasi

birokrasi. Peran birokrasi yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan dengan

implikasi pemungutan pajak atau retribusi sudah sangat di optimalk:an. Kabupaten

Lamongan menempatkan pegawai di dinas-dinas penghasil dengan penampilan

layaknya pegawai swasta yang siap member layanan kepada pelanggan dengan baik.

format yang sama dengan di Lamongan juga terjadi di Kabupaten Pasuruan.

Kebijakan untuk melayani wajib pajak juga dipenuhi dengan memberikan layanan

yang optimal.

Kota Madiun juga membuka layanan jemput bola dengan menempatk:an petugas

di kecamatan. Tujuannya adalah mempermudah wajib pajak khususnya untuk

------------ lOS

Page 120: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

...__

'--

...__

'--

mememuhi kewajibannya. Pemberian insentif yang sifatnya fungsional kepada

petugas juga dilakukan di Kota Mojokerto. Hal ini tentu dimaksudkan agar para

petugas bekerja seoptimal mungkin guna memenuhi target yang sudah ditetapkan.

Bagi pemerintah Provinsi Jawa Timur, melakukan inovasi yang sifatnya fungsional

atas penyelenggaraan pajak daerah sangat penting. Penghasilan utama Pemerintah

Provinsi Jawa Timur berasal darai pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PK.B).

Oleh sebab itu, pola layanan yang mekin mendekatkan wajib pajak mudah membayar

harus diupayakan. Program layanan cepat dan dekat dengan sistem yang mudah

ditempuh di berbagai wilayah pemungutan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur

membuka layanan cepat dengan mobil pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor keliling.

Selain itu, untuk di kota, kota besar seperti di Surabaya, Malang, Kediri, Jember dan

Madiun, dibuka layanan di komplek-komplek pertokaan.

Kebijakan membebaskan denda pajak terhadap keterlambatan pembayaran Pajak

Kendaraan Bermotor hampir setiap S (lima) tahun sekali diberlakukan. Maksudnya

adalah agar Pajak Kendaraan Bermotor terhutang dapat dipenuhi oleh wajib Pajak.

Dengan demiki~ target perolehan PKB dapat dipenuhi dengan baik.

5.4.3. Perubahan Kultural

Diantara perubahan lainny~ perubahan Kultural adalah yang paling sulit

dilak.sanakan. Perubahan Kultural akan menyangkut cara pandang kebi~

mekanisme kerja maupun hubungan manusiawi yang mungkin sudah berjalan

bertahun-tahun denganb pola tertentu. Perubahan struktural dan fungsional tanpa

diikuti dengan perubahn kultural hanya akan menghasilkan perubahan pada bentuk

belum pada tingkat isi.

Kultural hubungan kerja patron-klien yang sangat kental akibat pola hubungan

paternalistic dan pola tanggung jawab memusat keatas, perlu secara bertahap

diperbarui menjadi cultural hubungan kerja yang berorientasi keahlian dengan arah

tanggung jawab keatas, kesamping dan kebawah .

Perubahan kultural harus dimulai dengan pembaruan visi dan misi organisasi

pemerintahan daerah yang dicanangkan oleh kepala daerah sebagai pimpinan dan

sekaligus pemimpin daerah. Secara bertahap dan berkesinambungan dan perubahan

kultural tersebut disosialisasikan.

--- 106

Page 121: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

........

'---

Berkaitan dengan perubahn kultural, Osborne dan Plastrik (1996) menemukan

tiga pendekatan dalam menjalankan strategi kebudayaan sebagaimana telah

disinggung pada uraian sebelumnya. Pertama, meninggalkan, kebiasaan lama yang

tidak sesuai lagi denganjaman (breaking habits). Kedua, upayakan meraih lubuk hati

yang terdalam agar bersedia menerima perubahan yang ditawarkan (touching hearts).

Ketiga, bagaimana dapat memasukkan pola pildr bam yang sesuai dengan arab.

perubahan yang diinginkan (winning minds) .

Sadar akan kesulitan merubah cara pandang birokrasi terhadap fungsi layanan

yang sering berubah menjadi dilayani, pemerintah daerah memberikan pembekalan

khusus kepada pegawai untuk profesional. Pengetahuan dan ketrampilan pegawai

yang diberi tugas dibidang pajak dan retrbusi daerah dilakukan pembenahan. Kultur

birokrasi yang tertutup dibuka sedemikian pula. Terlebih dengan berlakunya Undang­

undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik memberikan dorongan

kepada daerah untuk meningkatkan layanan publiknya. Khusus, di Jawa Timur telah

dibentuk Komisi Pelayan Publik (KPP) berdasarkan Perda Provinsi Jawa Timur

Nomor 15 Tahun 2005, jauh sebelum UU itu diberlakukan .. Kehadiran KPP bukan

saja untuk memantau pelaksanaan layanan publik oleh Pemerintah Provinsi tetapi juga

seluruh layanan publik di Provinsi Jawa Timur.

Implikasi dari hadirnya KPP, maka pengaduan atas jeleknya layanan publik

diberbagai kabupatenlkota dapat ditangani. Perkembangan selanjutnya adalah

perbaikan kultur pelayanan pun terjadi di berbagai sektor, bukan hanya di sektor yang

menghasilkan, tetapi sektor layanan umum lainnya pun ditingkatkan. Layanan di

sektor publik seperti bidarig kesehatan, pendidikan, persuratan dan perijinan

memperoleh perhatian utama. Sudah barang tentu layanan yang sifatnya

menghasilkan penerimaan daerah dari sektor pajak dan retribusi sangat diperhatikan.

1.07

Page 122: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

~

.......-

~

.......

.........

'-"

"--"'

BABVI

Penutup

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab pembahasan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

a. Posisi Pajak dan Retribusi Daerah sangat strategis bagi penyelenggaraan

pemerintahan daerah, khususnya sebagai indikator keberhasilan otonomi

daerah

b. Strategi penyesuaian Perda Pajak dan Retibusi Daerah oleh Kabupaten!Kota

atau Provinsi dipengaruhi oleh kesiapan daerah dalam melakukan perencanaan

kegiatan, baik dalam bentuk kegiatan perancangan, penganggaran dan

penyusunan program legislasi daerah oleh DPRD

c. Pola penataan potensi Pajak dan Retribusi Daerah ditentukan oleh kesiapan

Daerah untuk menyesuaikan pengorganisasian kelembagaan baik dalam aspek

struktur, fungsi, maupun kultur birokrasinya.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disampaiakn

saran-saran sebagai berikut:

a. Dalam upaya meningkatkan pendapat daerah dari sektor Pajak dan Retribusi

Daerah. maka penyesuaian Perda tentang Pajak dan Retribusi Darrah harus

memperhatikan tenggat waktu yang telah ditetapkan dalam UU No. 28 Tahun

2009

b. Untuk optimalisasi kegiatan penyesuaian, harus dilakukan sinergi perencanaan

antar SKDP dan menyusun Program Legislasi Daerah bersama DPRD.

c. Agar potensi Pajak dan Retribusi daerah dapat dikelola optimal, maka

perangkat brokrasi harus selalu dilakukan penyesuaian baik dalam bentuk

struktur organisasi, peningkatan fungsi, dan perubahan kultur pelayanan .

·--·----- 108

Page 123: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

-DAFTARBACAAN

Buku/Makalah

Atre, B.R., 2001, Legislative Drafting: Principles and Techniques, Universal Law Publishing Co.

Bandung Institute of Government Studies (BIGS), 2002, Merancang Kebijakan Perizinan yang Pro Pasar dan Sensitif Kepentingan Publik, in Cooperation with Patnership for Economic Growth, Jakarta.

Basah, Sjachran, 1996, Sistem Perizinan sebagai Instrumen Pengendalian Lingkungan Dalam Butir-Butir Gagasan tentang Penyelenggaraan Hukum dan Pemerintahan yang Layak, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Berge ten B.J.B.M. dan Spelt, N.M., 1993, Pengantar Hukum Peritinan, Cetakan I, Yuridika, Surabaya.

Budiman Arief, 1996, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, J~ Gramedia Pustaka Utama.

David Ray, 2003, Desentralisasi, Reformasl Peraturan dan lklim Usaha, Patnership for Economic Growth (PEG), Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

ELIPS, 2001, Penyusunan Rancangan Undang-undang Dalam Perubahan Masyarakat Yang Demokratis, Business Advisory Indonesia University of San Francisco Scholl of Law Indonesia Program.

Eny Rahmawati~ "Pe14ksanaan Retribusl Pasar Da/4m Peningkatan Pendapatan AsU Daerah (Studi Pada Kantor Dispenda Kabupaten Lamongan)," http://digilib. itb.ac.id/ gdl.php?mod=browse&op=read&id=j iptumm-gdl-s 1-2002-en,y-57 67-retribusi

Fitri Junitasari, ''Ana/isis Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamongan", http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-gdl-sl-2009-fitrijunit-157l3&PHPSESSID=42d6ee65b827a38f44956092d28ba985

Forum Kom~i LSM APIK, 1995, Landasan Aksi dan Deklarasi Beizing, APIK, Jakarta.

Hadjon, P. M.1990, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina llmu, Surabaya.

------~~·~~-~-- 1994, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Pidato peresmian penerimaan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Huk:um, Surabaya, Universitas Airlangga.

-----------------1995, Aspek-aspek Hukum Administr~Ui' Dari Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), Makalah, Bandung.

-------------------, 1995, Pengantar Hukum Administrasi di Indonesia, Gajah Mada University Press, Y ogyakarta.

Hartono Sunaryati, 1994 ... Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir Abad ke-20, Bandung, Alumm.

Indra J. Pillang, dkk. (Editor), Faisal H. Basri Cetakan I Nopember 2005, Otonomi Daerah Evaluasi & Proyeksi., Divisi Kajian Demokrasi Lokal, Yayasan Harkat Bangsa Jakarta

------------ 109

Page 124: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

I I I I I

I

I I

Koentjoro Purbopranoto, 1978, Beberapa Catatan tentang Hukum Tata Pemerintahan dan PeradUan AdmJnistrasl Negara, Alumni, Bandung

Madekhan Ali, "Catalan Pinggir Untuk LKP J Bupati ~mongan," Budget Info, Daulat Atas Anggaran, http://www.budget-info.com/index.php?option=com content& view=article&idg353%3Acatatan-ainggir-untuk-lkQL-bupati-lrunongan&catid =48%3Alocal-budget-sektor-lain&ltemid=259&lang=in

Mario Hally Hadiwijaya, "Peranan Sektor Pariw/sata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pentl!Jpiztan Asli Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2001-2006," http:/ /digilib. unej .ac. id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id::;:gdlhub-gdl­mariohally-23 68

Mohammad, Anwar, et.al., "Evaluasi RPJMD 2006-2010 Kabupaten Lamongan­Jatim, "http://pskmp.site88.net/tugas/ppnd nini kl.pdf

Sobana, 1996 Adaptasi Pelayanan Izin Investasi Terhadap Perubahan Lingkungan dalam Butir-Biltit Gagasan tentang Penyelenggaraan Hukum dan Pemerintahan yang Layak, Cirta Aditya Bakti, Bandung. ·

Sadu Wasisto, 2003, Edisi Revisi, Kapita Selekta Manajemen Pemerintahan Daerah, CV. Fokus Media, Bandung

Soemitro, Rochmad, 1988, Pajak dan Pembangunan, Eresco, Bandung, 1988.

Soekarwo, dkk. 2006, Pelayanan Publik, darl DomJnasi ke Partisipai, Airlangga University Press, Surabaya.

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang­undangan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah daerah.

UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerinatah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah.

DATA KEBIJAKAN

Data Rekapitulasi APBD Kabupaten Lamongan Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009

Data Rekapitulasi APBD Kabupaten Pasuruan Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009

Data Rekapitulasi APBD Kota Madiun Tahun Anggaran, 2007, 2008 dan 2009

Data Rekapitulasi APBD Kota Mojokerto Tahun Anggaran 2007.2008, dan 2009

Data Rekapitulasi APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2007, 2008 dan 2009.

Page 125: 326 Strategi Pembentukan Perda Pajak Di Jatim perda jatim

I I I I

I I

I I I I I

Data kondisi geografis dan demografis dilrutip dari Situs (website) resmi Pemerintah Daerah Kabupa:ten Lamongan, Pemutakhiran Terakhir (Friday, 13 June 2008), diakses melalui http:/ \\ .\\V,lamongan.go.i index.ohp?oDtiOn""com content&task =view&id=M 1 &Iternid=4 3 9

Data kondisi geografis dan demografis dikutip dari Situs (website) resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan, http;//www.pasuruankab.go.id/perda.php?ciD~J&action:::;list

Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/K.ota Seluruh Jawa Timur Sektor Hasil Pajak Daerah, BPS Provinsi Jawa Timur, http:/ /j a tim. bps. go .id/wp-content/uploads/images/P AD 1 . pdf

Rekapitulasi Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Seluruh Jawa Timur Sektor Hasil Retribusi Daerah, http:t/iatim.bps.go.id/wp­content/uploads/images/P AD2.pdf

"Paparan Hasil Monitoring Otonorni Daerah di Jatim 2007," Selasa, 15 Mei 2007, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:KOXibFhy5hgJ:www.a dkasi.org!upload/File/Paparan%2520Monitoring%2520Pelaksanaan%25200ton omi%2520Daerah, %25201 awa%2520Pos.doc+analisis+data+paj ak+daerah+kab upaten+pasuruan&cd=3 5&hl=id&ct=clnk&gl=id

"Pandangan Umum Nota Keuangan Pemda Pasuruan", Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, http://www.bungjack.co.cc/2009/12/pandangan8umum-nota~keuangan­

pemda.html

Profit Kabupaten!Kota, Kota Mojokerto, http://ciptakarva.pu.go.id/rofil/profil/ barat/ jatim /mojokerto.pdf

RPJMD Kota Madiun yang telah disahkan menjadi Perda No. 19 Tahun 2009, http:/ /bapgeda.madiunkota.info/wp-cont~ntlugloads/2010/0 1 /rpjm.gdf

RPJPD Kota Madiun 2005-2025, http://bappeda.madiunkota.info/wp-content/uploads 201 0/06/perda-rpjp.pdf