37-2226-1-sm

11
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 1 PEJENG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Dewa Ayu Puspa Dewi 1 , I Kmg Ngurah Wiyasa 2 , Ni Nym Ganing 3 123 Jurusan Pedidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E_mail: [email protected] 1 [email protected] 2 Ni Nym [email protected] 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pejeng Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperiment dengan sampel yang ditentukan melalui teknik random sampling. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data hasil belajar IPS adalah tes yaitu tes hasil belajar, dengan jenis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa sebanyak 36 butir. Populasi berjumlah 84 siswa dengan sampel dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil Setelah diberikan perlakuan didapatkan rata- rata nilai Post Test siswa kelompok eksperimen sebesar 79.30 dan siswa kelompok kontrol sebesar 73,72 dengan hasil tersebut maka data dianalisis dengan menggunakan uji-t maka diperoleh hasil t hitung yaitu (3.72) dengan taraf signifikansi α = 5% diperoleh t tabel yaitu (2,00). Karena t hitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dinyatakan bahwa Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual ada perbedaan secara signifikan pada hasil belajar IPS siswa. Disarankan bahwa Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media Audiovisual terhadap hasil belajar IPS siswa Sekolah Dasar. Kata Kunci: Circuit Learning, Media Audiovisual, IPS Abstract The purpose of this research is to determine the effect of circuit learning model assisted by Audio visual mediatorward the fifth grade student’s social (IPS) learning achievement. SD N 1 Pejeng, Academic year 2013/2014. This research is a quasi experiment with a sample that is determined through random sampling technique. Methods used in collecting data science learning outcomes is the test achievement test, the type of test in the form of multiple choice objective usual as many as 36 points. Population was that amount to 84 students. Choosing the sample by purposive sampling teachnique. VA to experiment class and VB control class. The results showed that the average score of the results obtained after treatment given average at the experimental group students Post Test of 79.30 and 73.72 were the control group then the data were analyzed by using t-test statistic is obtained t ( 3.72 ) with significance level α = 5 % is obtained t table ( 2.00 ) . Because t > t table means that Ho is rejected and Ha accepted . So it can be conclude that circuit learning model assisted by audio visual media give significant differences toward the student’s achievement is leraning social (IPS). It is recommended that the circuit learning model Assisted by audio visual media can be used as an alternative in learning social studies in elementary school. Key Words : Circuit Learning , Media Audiovisual , IPS PENDAHULUAN Pendidikan berkualitas merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju dan modern. Karena melalui pendidikan dapat menciptakan manusia€€ yang cerdas, terampil,

Upload: misslely-blue

Post on 10-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

journal of edu

TRANSCRIPT

Page 1: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 1 PEJENG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Dewa Ayu Puspa Dewi1, I Kmg Ngurah Wiyasa2, Ni Nym Ganing3

123Jurusan Pedidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

E_mail: [email protected]@yahoo.co.id2 Ni Nym [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pejeng Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperiment dengan sampel yang ditentukan melalui teknik random sampling. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data hasil belajar IPS adalah tes yaitu tes hasil belajar, dengan jenis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa sebanyak 36 butir. Populasi berjumlah 84 siswa dengan sampel dipilih dengan menggunakan teknik

random sampling. Kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil Setelah diberikan perlakuan didapatkan rata- rata nilai Post Test siswa kelompok eksperimen sebesar 79.30 dan siswa kelompok kontrol sebesar 73,72 dengan hasil tersebut maka data dianalisis dengan menggunakan uji-t maka diperoleh hasil t hitung yaitu (3.72) dengan taraf signifikansi α = 5% diperoleh t tabel yaitu (2,00). Karena t hitung> t tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dinyatakan bahwa Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual ada perbedaan secara signifikan pada hasil belajar IPS siswa. Disarankan bahwa Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media Audiovisual terhadap hasil belajar IPS siswa Sekolah Dasar. Kata Kunci: Circuit Learning, Media Audiovisual, IPS

Abstract

The purpose of this research is to determine the effect of circuit learning model assisted by Audio visual mediatorward the fifth grade student’s social (IPS) learning achievement. SD N 1 Pejeng, Academic year 2013/2014. This research is a quasi experiment with a sample that is determined through random sampling technique. Methods used in collecting data science learning outcomes is the test achievement test, the type of test in the form of multiple choice objective usual as many as 36 points. Population was that amount to 84 students. Choosing the sample by purposive sampling teachnique. VA to experiment class and VB control class. The results showed that the average score of the results obtained after treatment given average at the experimental group students Post Test of 79.30 and 73.72 were the control group then the data were analyzed by using t-test statistic is obtained t ( 3.72 ) with significance level α = 5 % is obtained t table ( 2.00 ) . Because t > t table means that Ho is rejected and Ha accepted . So it can be conclude that circuit learning model assisted by audio visual media give significant differences toward the student’s achievement is leraning social (IPS). It is recommended that the circuit learning model Assisted by audio visual media can be used as an alternative in learning social studies in elementary school.

Key Words : Circuit Learning , Media Audiovisual , IPS

PENDAHULUAN Pendidikan berkualitas merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan

bangsa yang maju dan modern. Karena melalui pendidikan dapat menciptakan manusia€€ yang cerdas, terampil,

Page 2: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

berwawasan luas, disiplin, beriman, bertaqwa serta bertanggung jawab di dalam kehidupan sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia bangsa Indonesia.Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi juga sumber pada modal intelektual dan modal sosial sehingga meningkatkan mutu pendidikan menjadi suatu keharusan yang terutama bagi seorang guru

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, pendidikan pada jalur formal. MenurutUU no 14 tahun 2005, professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadikan sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kamahiran/kecakapan yang memenuhi standar mutu/norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.Keberadaan guru yang kompeten dan profesional merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong terciptanya guru yang kompeten dan berkualitas. Salah satu indikator guru profesional dan kompeten adalah guru yang mampu beradaptasi di era global dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu menerapkan metode dan model pembelajaran berdasarkan tuntutan zaman dan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, mendidik pada suatu lingkungan belajar, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas). Menurut Mulyasa (dalam Suparta, 2010:1), “untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, dan penggunaan metode atau pendekatan mengajar”. Untuk mengetahui pencapaian hasil pembelajarantersebut diperlukan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai cara memandang terhadap pembelajaran (Anitah, 2007:1.23). Dalam proses pembelajaran secara formal, khususnya pada mata pelajaran IPSdi SD terdapat sejumlah pendekatan pembelajaran yang digunakan dan dipilih oleh guru, sehingga dapat dimungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan. Sumber pendidikan IPS adalah padana dari Social Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum oleh Etin Solihatin ( 2005 ; 14). Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus dapat menerapkan berbagai alternatif pendekatan atau metode dalam proses pembelajaran dan memilih media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi siswa sehingga akan tercipta suasana yang kondusif untuk keberhasilan proses pendidikan di sekolah (Damayanti, 2010). Untuk mewujudkan hal tersebut, pendidikan di Indonesia menemui masalah besar yang dihadapi yaitu adanya krisis paradigma yang berupa kesenjangan dan ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dan paradigma yang dipergunakan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, namun sampai saat ini belum memperoleh hasil yang optimal. Masih banyak para pakar pendidikan yang mempermasalahkan tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, salah satunya disebabkan karena siswa masih pasif dalam belajar. Maka dari itu diperlukan adanya suatu pembelajaran bagi peserta didik untuk megembangkan dirinya baik dari segi intelektual, perilaku, maupun sikap.

Namun kenyataanya, berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal di SD

Page 3: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

N 1 Pejeng yang dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2013 terdapat beberapa permasalahan yang dialami pada saat pembelajaran IPS pada siswa kelas V. Adapun hasil wawancara dan observasi yang diperoleh dari Bapak I Nyoman Astika sebagau guru mata pelajaran IPS di kelas V SD N 1 Pejeng , yaitu: 1) pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, 2) ada beberapa anak yang kurang memperhatikan pelajaran saat guru menjelaskan materi, 3) rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih di bawah KKM yaitu 65,00 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa baru mencapai 54,00 yang belum mencapai target yang diharapkan, 4) dalam pembelajaran guru hanya berceramah dan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, 5) guru kurang menggunakan media/alat peraga dalam pelaksanaan pembelajaran, 6) siswa lebih banyak diam dan enggan untuk bertanya apabila menemukan kesulitan atau belum mengerti dengan penjelasan guru, 7) siswa ragu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dengan permasalahan pada paparan tersebut,maka peneliti mencoba mengatasi dengan menggunakan model pembelajaran Circuit Learning. Model Pembelajaran Circuit Learning adalah pembelajaran dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang.Sintak pembelajaran model circuit learning adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola fikirnya-peta konsep-bahasa khusus, tanya jawab dan refleksi. Kelebihan model Circuit Learning antara lain : (1) Kreatifitas siswa dalam merangkai kata dengan bahasa sendiri lebih terasa, (2) konsentrasi yang terjadi membuat siswa focus dalam belajar. Pembelajaran di kelas akan lebih mudah dipahami oleh siswa dengan kehadiran media pembelajaran salah satunya adalah media audio visual. Media audiovisual adalah media yang dapat dilihat dan didengar melalui video yang berisi materi pembelajaran. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 1 Pejeng, Gianyar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiPengaruh Penerapan Model Pembelajaran Circuit Learning Berbantuan Media Audiovisual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Pejeng Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti dalam mengajar di kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan guru kelas yang mendampingi dari awal sampai akhir eksperimen. Jenis penelitian ini merupakan quasi eksperimental design. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Nonequivalent Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri 1 Pejeng yang berjumlah 84 orang.Yang terdiri dari kelas VA berjumlah 42 orang VB berjumlah 42 orang.Setelah direndom didapat sampel dalam penelitian ini adalah kelas VB sebagai kelas eksperimen dan VA adalah kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 42 orang siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran circuit learning berbantuan audiovisual yang dibelajarkan dikelas eksperimen dan dikelas kontrol dibelajarakan dengan pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar IPS. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu untuk mengumpulkan data tersebut digunakan tes untuk nilai kognitif siswa. Arikunto (2010:53) mendefinisikan “tes merupakan alat atu prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif. Instrumen untuk mengukur kemampuan kognitif siswa baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada penelitian ini adalah tes objektif/ tes pilihan ganda. Sudijono (2011:106)mendefinisikan “tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh siswa dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara

Page 4: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang besangkutan. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes di uji validitasnya. Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir soal berdasarkan koefisien kolelasi point biseral ( pbi), karena

tes bersifat dikotomi. Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan nilai yang diperoleh dari r tabel, jika r hitung> r tabel maka dalam kategori valid.Berdasarkan hasil analisisnya diperoleh 44 soal yang valid dan 6 soal yang tidak valid.Setelah diketahui bahwa soal sudah valid kemudian di uji reliabelitasnya. Uji realibilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja. Dengan demikian uji realibilitas bisa dilakukan setelah dilakukannya uji validitas. Uji realibilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20. Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliabel adalah jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar daripada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari rtabel (r11>rtabel), maka tes tergolong reliabel. Hasil analisis uji relibelitas soal pada penelitian ini adalah 0,95. Hal ini berarti r11 > 0,70 sehingga dapat dikatakan butir soal mempunyai reliabelitas soal yang tinggi. Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara -1,00 sampai 1,00. Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok siswa yang berkemampuan tinggi atau kelompok atas dan kelompok siswa yang berkemampuan rendah atau kelompok bawah (Arikunto,2011:211).Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk

kelompok atas dan kelompok bawah. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah dari testi adalah dengan cara mengurutkan skor tiap testi dari skor tertinggi sampai skor terendah. Setelah diurut kemudian ditentukan jumlah kelompok atas dengan kelompok bawah. Cara menentukannya adalah dengan mengalikan jumlah keseluruhan testi dengan 27%. Dari hasil analisis daya pembeda soal diperoleh untuk soal yang criteria jelek adalah 8 soal, cukup 8 soal, baik 27 soal, sangat baik 1 soal. Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan atau dapat dikatakan juga bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab dengan benar butir soal yang diberikan. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Hasil analisis indeks kesukaran soal diperoleh 2 soal sukar, 31 soal sedang, 3 soal mudah. Pada tahap persiapan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan yaitu, menyusun RPP mempersiapkan media dan sumber belajar yang digunakan selama proses pembelajaran, menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPS siswa, dan mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPS. Pada saat pelaksanaan eksperimen langkah-langkah yang dilakukan yaitu menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia, dari sampel yang telah diambil kemudian diundi (Random Sample) untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa

Page 5: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

penerapan Model pembelajaran Circuit Learning, sedangkan untuk kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan memberikan pos-test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Data yang diperoleh kemudian di uji dengan uji prasyarat analisis data yang terdiri dari uji normalitas dan homogenitas varians.Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik parametrik bisa dilakukan atau tidak. Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas data yaitu dengan analisis Chi Square.Sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah sebaran data homogeny atau tidak yang menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar akibat adanya perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas varians di uji dengan menggunakan uji F. Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Teknik analisis

data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu menggunakan analisis uji-t.Karena penelitian ini merupakan penelitian dengan membandingkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat.Untuk menguji hipotesisnya digunakan uji-t dengan taraf signifikansi 5%.Uji signifikansinya adalah jika < ,

maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika ≥ ,

maka H0 diterima ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% (α = 0,05) dan taraf kepercayaan 95% dengan dk = n1-n2-2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil belajar IPS siswa dapat dilihat pada table hasil analisis perhitungan ukuran skor rata-rata, standar deviasi,varians, skor maksimum, dan skor minimum. Data hasil analisis nilai hasil belajar IPS, dapat disajikan pada Tabel 1

. Tabel 01. Rangkuman hasil analisis nilai hasil belajar IPS siswa

Statistik Hasil perhitungan nilai hasil belajar IPS

Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Skor rata-rata (x) Standar deviasi (SD) Varians Skor maksimum Skor minimum

79,30 7,11 50,61 91,7 58,3

73,27 7,73 59,72 91,7 58,7

Berdasarkan Tabel 1, analisis hasil belajar IPS dperoleh skor rata-rata dikelas eksperimen adalah 79,30 sedangkan dikelas kontrol adalah 73,27.standar deviasi (SD) dikelas eksperimen adalah 7,11 dan dikelas kontrol diperoleh 7,73. Varians di kelas ekperimen diperoleh 50,61 dan di kelas kontrol diperoleh 59,72. Skor maksimum di kelas eksperimen adalah 91,7 dan dikelas kontrol adalah 91,7. Sedangkan skor minimum di kelas eksperimen adalah 58,3 dan dikelas kontrol adalah 58,7. Berdasarkan analisis hasil belajar IPS menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh oleh kelas eksperimen lebih tinggi daripada

dikelas kontrol.Hal ini berarti model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media Audio Visual memberikan pengaruh positif terhadap hasl belajar IPS siswa. Selanjutnya, data yang diperoleh diuji prasyarat analisis yaiutu dengan uji normalitas dan uji homogenitas varians.uji normalitas data dilakukan pada kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengujian normalitas dilakukan dengan ketentuan harga X2

hitungyang diperoleh dibandingkan dengan harga X2

tabel dengan taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (db) = (k-1) = (6-1)= 5 diperoleh

Page 6: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

X2tabel = 11, 07. Bahwa nilai X2

hitung kelas eksperimen pada tabel kerja chi kuadrat adalah 3.637 di kelas kontrol adalah 5.742 dengan taraf signifikan 5% dan dk = 5 diperoleh X2

tabel = 11,07. Karena X2hitung

<X2tabel.Sehingga Berdasarkan uji prasyarat

analisis menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

Setelah diketahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian homogenitas dengan uji F dengankriteria data yang homogen apabila Fhitung <Ftabel.

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas , diketahui Fhitung hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kelas kontrol adalah diketahui bahwa Fhitung 1,180

dengan db pembilang 41 dan db penyebut 41 dan taraf signifikan 5% adalah 1,67 . Ini berarti, varians hasil belajar IPS siswa kelas eksperimenn dan kelas kontrol adalah sama atau homogen.

Berdasarkan uji prasyarat uji analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji analisis yaitu uji-t dengan rumus polled varias dengan criteria Ho ditolak jika ≥ dan Ha

ditolak jika < . Rangkuman hasil

perhitungan uji-t antar kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 02. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Data thitung Ttabel (5%)

Hasil Kelas Eksperimen Kontrol

3,72 2,00

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 3.72 dan ttabel dengan dk = (42+42)-2 = 82 dan taraf signifikansi 5% adalah 2.00.ini berarti thitung lebih dari ttabel ( thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Berdasarkan deskripsi data hasil penlitian model pembelajaran circuit learning berbantuan media audio visual diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan dikelas pada kelas kontrol dalam penelitian ini terdapat pengaruh yang berbeda pada hasil belajar dalam pembelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian analisis data hasil belajar IPA siswa. Menurut Prof. Dr.Azhar Arsyad, M.A, (2010) bahwa audio-visual adalah penulisan naskah dan Storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancanganan penelitian, Naskah akan menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang kemudian disentesis

kedalam apa yang ingin ditunjukan dan dikatakan. Media audio-visual juga merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Sekali kita membeli tape dan peralatan seperti tape recorder, hampir tidak dperlukan bianya tambahan tape dapat dihapus setelah digunakan dan pesan baru dapat direkam kembali. Di samping itu, tersedia pula materi audio yang dapat digunakan dan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi. Audio tape recorder juga dapat dibawa ke mana-mana, dan Karena tape recorder dapat menggunakan baterai, maka dapat digunakan di lapangan atau di tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh listrik. Kaset tape audio dapat pula dimanfaatkan untuk pelajaran dan tugas di rumah. Media Audio Visual dalam penelitian ini diterapkan dalam mata pelajaran IPS. Pendidikan IPS sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan, merupakan fusi dari berbagai

Page 7: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

disiplin ilmu. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Guru pengajar IPS harus dapat memanfaatkan materi-materi pada mata pelajaran tersebut. Guru harus menaruh perhatian yang penuh kepada apa yang diuraikan dan yang disajikan pada mata pelajaran yang termasuk Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Jika guru telah menaruh minat yang besar terhadap materi yang diajarkannya, maka siswanya pun akan menaruh minat yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber belajar yang beragam yang dapat meningkatkan daya fantasy siswa sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan mengingat materi pembelajaran IPS yang membahas sejarah akan sangat baik jika siswa dapat membayangkan berada ketika suasana tersebut. Solihatin (2005 ; 14) menyatakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan daripada transper konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih, sikap, nilai, moral, dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuan atau hafalan, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah-mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pada pelajaran IPS di tiap jenjang pendidikan kita harus melakukan pembatasan-pembatasan sesuia dengan kemampuan siswa pada tingkat masing-masing. Ruang lingkup pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup siswa SD tersebut. Mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah, kemudian ditingkat desa, kecamatan,

kabupaten, provinsi, negara, dan akhirnya ke negara-negara tetangga, terutama yang berkenaan dengan hubungan kerjasama ekonomi, sosial, dan budaya di wilayah-wilayah yang bersangkutan. Solihatin (2005 ; 15) menyatakan, pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Gunawan (2011 ; 59) menyatakan, pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan sistem beorintasi sistem berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki karakteristik yang diinginkan (output). Tujuan pembelajaran, termasuk IPS, berorientasi pada siswa. Terdapat tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor

Jadi dapat dirangkum bahwa pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang bersifat mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya. Dengan diberikannya pembelajaran IPS pula siswa dapat mengembangkan karakter dari siswa tersebut. Pembelajaran IPS juga meliliki tujuan untuk membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Adapun karakteristik yang dimiliki oleh IPS adalah IPS merupakan sebuah program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep-konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan. IPS mengandung komponen “basic skill” (keterampilan-keterampilan dasar) seperti; (a) keterampilan berfikir intelektual, (b) keterampilan melakukan penyelidikan atau

Page 8: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

inkuiri, (c) keterampilan studi/akademik, (d) keterampilan sosial. Program IPS berisi materi atau bahan yang diorganisasikan atau disusun tidak mengacu hanya satu bentuk atau tipe/pola tertentu. Dalam hal ini program IPS dapat dibentuk: (a) subyek atau mata pelajaran tunggal, (b) suatu rangkaian dari paduan berbagai mata pelajaran, (c) sebagai suatu satuan atau topik permasalahan/pokok bahasan, (d) sebagai sebuah proyek, (e) sebagai kegiatan untuk mencapai suatu pengalaman. Pembelajaran IPS diarahkan pada pengenalan dan pemahaman yang lebih baik pada diri pribadi, fungsi dan peranannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, warga negara, warga dunia, dan hamba tuhan. Proses pembelajaran bersifat dinamis, kritis kontekstual dengan pendekatan, intercros dan trans disiplin dalam rangka mengantisipasi perubahan sosial dan lingkungan sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. IPS berurusan dengan masalah keberadaan manusia dan hubungan antara manusia yang sudah terprogram sebagai bahan pembelajaran.

Proses pembelajaran IPS di sekolah dasar selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan bahan atau materi pelajaran sebanyak mungkin, sehingga suasana suasana belajara bersifat kaku, dan terpusat pada satu arah serta tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif. Budaya belajar lebih ditandai oleh budaya hafalan dari budaya berfikir, akibatnya siswa menganggap bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran hapalan saja. Proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar terutama di kelas V, tampak semakin kuat pengaruh untuk mempersiapkan siswa supaya berhasil dalam Ujian Nasional (UN) dengan mendapatkan skor yang tinggi. Kondisi itu tidak hanya tampak pada perilaku siswa, akan tetapi terutama pada guru dan kebijakan pimpinan sekolah, serta harapan orang tua. Akibatnya proses pembelajaran ditekankan kepada penguasaan bahan sebanyak-banyaknya, sehingga penggunaan metode ceramah lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan penggunaan strategi pembelajaran aktif

yang dipandang sebagai inovasi dalam pembelajaran IPS terutama di Sekolah Dasar belum banyak dimasyarakatkan.

Dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif dipandang sebagi salah satu inovasi dalam pembelajaran IPS, akan tetapi guru tetap saja belum dapat menerapkan atau melaksanakannya secara optimal. Oleh karena itu penggunaan strategi pembelajaran aktif sangat bagus diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, juga sesuai dengan jati diri IPS dan peranan guru dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 3.72 dan ttabel dengan dk = (42+42)-2 = 82 dan taraf signifikansi 5% adalah 2.00.ini berarti thitung lebih dari ttabel ( thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media audio visualdan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di kelas V semester 1 SDNegeri1 Pejeng Gianyar tahun pelajaran 2013/ 2014.

Hal ini terjadi karena model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media audio visual merupakan salah satu inovasi dalam membelajarkan siswa dengan memadukan model pembelajaran Circuit Learning yang memanfaatkan media audio visual sebagai perantara pesan atau materi yang dibelajarkan demi menunjang pengetahuan siswa dengan situasi nyata dan sebagai media nyata untuk mengkonkretkan pengetahuan siswa mengingat siswa sekolah dasar masih berada dalam tahap operasional konkret.

Peningkatan hasil belajar IPS siswa pada aspek kognitif terjadi karena dalam kegiatan belajar dengan menerapkan model pembelajaran Circuit Learning, siswa mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Hasil belajar IPS adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi pada mata pelajaran IPS yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif dan untuk melihat hasil belajar siswa maka

Page 9: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dilakukanlah suatu penilaian baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Penilaian ini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Adapun ciri-ciri hasil belajar antara lain, menurut Dimyati dan Mundjiono (1994:54) membagi “ciri-ciri belajar ada tiga yaitu: (1) hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, cita-cita, (2) adanya perubahan mental dan perubahan jasmani, (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring.” Ketiga ciri tersebut yang harus diamati dalam pelaksanaan pembelajaran karena ketiga hal tersebut yang akan memepengaruhi hasil belajar yang akan diperoleh siswa.

Selain itu Purwanto (2002:32) juga menyatakan bahwa “ciri-ciri hasil belajar adalah berupa kemampuan-kemampuan yang tergolong pada ranah kognitif seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi; ranah psikomotor seperti keberanian berpartisispasi dalam kegiatan, kreativitas dan kebebasan melakukan hal-hal tanpa tekanan orang lain.”

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri hasil belajar secara umum adalah adanya perubahan sikap yang meliputi ranah afektif, kognitif, dan psikomotor pada diri siswa. Ciri-ciri inilah harus diamati oleh guru yang nantinya akan menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menempuh pelajaran. Ciri-ciri pada tiap siswa tentunya tidak akan sama antara siswa yang satu dengan yang lain, maka dari itu guru harus peka terhadap kebutuhan tiap siswa dan membantu siswa dalam menghadapi kesulitan.

Belajar dalam penelitian ini adalah mencangkup tiga ranah penilaian yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan motorik (psikomotor). Dalam ranah kognitif dinilai melalui tes hasil belajar, sedangkan pada ranah afektif dan psikomotor dinilai melalui karakter siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh benar-benar mencangkup tiga ranah penilaian yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan motorik (psikomotor). Model pembelajaran Circuit Learning menggunakan media audio visual untuk mengawali proses pembelajaran.

Model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media audio visual adalah sebagai salah satu model pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa dengan menggunakan bantuan media audiovisual dalam penyampaian materi dapat memaksimalkan pemerdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah.

Pembelajaran yang di sambung dengan pembangkitan minat dengan kolaborasi media audio visual terjadi yang ada di dunia nyata akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan permasalahan sebagai pembuktian terhadap pengetahuan awal siswa sehingga tidak adanya miskonsepsi antara pengetahuan awal dan pengetahuan baru siswa, sehingga dapat diaplikasikan dengan tepat.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional, tidak adanya kegiatan diskusi kelompok berdampak pada kejenuhan siswa saat pembelajaran. Pembelajaran konvensional dalam penerapannya guru mentransfer pengetahuan yang dimikinya kepada peserta didik dengan teknik ceramah. Menurut Winatapura dan Suherman (dalam Muhfida, 2008), metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Menurut St. Vembriarto (dalam Muhfida, 2008) pengajaran tradisional adalah pengajaran yang diberikan pada siswa secara bersama-sama. Sedangkan menurut Ruseffendi (dalam Muhfida, 2008) pengajaran tradisional adalah pengajaran yang pada umumnya bisa kita lakukan sehari-hari.

Berdasarkan uraian diatas maka model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran ini adalah upaya penyampaian pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Dalam hal ini guru sebagai sumber informasi berperan aktif dalam proses pembelajaran sedangkan peserta didik sebagai objek yang bersifat pasif hanya mendengarkan dan menghafal pengetahuhan yang ditransfer oleh guru. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model

Page 10: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pembelajaran yang digunakan oleh guru sehari-hari di kelas, secara umum, tahapan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas konvensional adalah apersepsi, kegiatan inti, dan penutup. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses. Keuntungan pembelajaran konvensional adalah memudahkan untuk mengefisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan dan mempermudah penggunaan jadwal yamg efektifSiswa hanya mendengarkan secara teliti serta mencatat poin-poin penting dalam pembelajaran. Tetapi saat kegiatan tanya jawab siswa terlihat sangat antusias dan semangat dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media audio visualdan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di kelas V semester 1 SDNegeri1 Pejeng Gianyar tahun pelajaran 2013/ 2014. Hal ini ditunjukkan dengan dari hasil perhitungan uji hipotesis dengan uji-t. diperoleh thitung = 3.72 dan ttabel dengan db = (42+42)-2 = 82 dan taraf signifikansi 5% adalah 2.00. ini berarti thitung lebih dari ttabel ( thitung > ttabel), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Selain itu skor rerata pada tes hasil belajar IPS siswa kelas V dengan materi peninggalan –peninggalan sejarah pada masa Hidhu, Budha dan Islam di Indonesia oleh kelompok eksperimen lebih dari skor rerata pada tes hasil belajar kelas kontrol yaitu 79.30>73.27, Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Circuit Learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDNegeri1 Pejeng Gianyar Tahun Pelajaran 2013/ 2014.

Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut. Bagi guru hendaknya menerapkan model pembelajaran Circuit Learning berbantuan media audio visual dalam pembelajaran di

kelas, karena model pembelajaran ini dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.Dalam membelajarkan siswa, guru IPS hendaknya dapat memfasilitasi siswa dengan media nyata, karena siswa Sekolah Dasar masih berada pada tahap Operasional Kongkret.

Bagi sekolah hendaknya dapat menyediakan fasilitas pembelajaran yang lengkap demi menunjang proses pembelajaran.

Bagi peneliti lain dan lulusan PGSD dapat menindaklanjuti penelitian ini denganmelakukan penelitian dalam lingkup yang lebih besar dengan menambah variabel penelitian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Bagi para pembaca disarankan agar lebih kritis menyikapi hasil penelitian ini, sebab penelitian dilakukan oleh pemula yang masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad,Azhar.2010. Media

Pembelajaran.Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSEDA

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta

http://kuliahpgsdonline.blogspot.com/2012/7/circuit-learning.html

Sapria. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Solihatin, Etin. 2005. Cooperative Learning

Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi aksara

Sudjana, N. 2005.Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan (Pendekatan

Page 11: 37-2226-1-SM

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sudjana, N. dan Rivai, A. 1990.Media Pengajaran. Bandung: Penerbit C.V. Sinar Baru Bandung.

Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka

Trianto.2009. Mendessain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana

Winarsunu. 2010. Statistik dalam penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Univesrsitas Negeri