4. analisa dan pembahasan 4.1 umum · analisa dan pembahasan 4.1 umum pada bab ini akan dibahas...
TRANSCRIPT
21 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa data yang diperoleh dari kuesioner
yang telah disebarkan. Hasil tersebut akan diberikan dalam bentuk deskriptif
maupun dalam bentuk uji statistik. Responden untuk kuesioner ini adalah pekerja
dan staff yang pernah bekerja di perusahaan kontraktor, yaitu PT.WARINGIN,
CV.SEKAR MAJU, PT.OMETRACO ARYA SAMANTA, PT.OMEGA yang
pernah mengerjakan proyek di Surabaya. jumlah responden seluruhnya ada 134
orang, dengan jumlah pekerja yang disurvey adalah 110 orang sedangkan jumlah
staff yang disurvey 24 orang. Dari 110 kuesioner yang disebar pada pekerja
seluruhnya kembali karena pada waktu pengumpulan semua kuesioner pekerja
dibantu dalam membaca dan menulis. Sedangkan untuk staff dari 90 kuesioner
yang disebarkan hanya 24 kuesioner saja yang kembali karena kebanyakan staff
sibuk dan tidak ada waktu untuk mengisi kuesioner.Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.1
Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner Kuesioner Responden
Disebarkan Kembali
Tingkat pengembalian
(%)
Pekerja 110 110 100
Staff 90 24 26.67
4.2. Data Umum Responden
4.2.1. Data Umum Pekerja
Para pekerja yang telah disurvey kebanyakan bekerja pada kontraktor
dengan klasifikasi menengah 79 orang (72%), besar 6 orang (5%) dan 25 orang
(23%) menjawab tidak tahu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2. Sedangkan
tingkat pendidikan terakhir para pekerja yang terbanyak adalah tingkat SMP 46
orang (42%), SD 39 orang (35%), STM 11 orang (10%), tidak sekolah 11 orang
(10%), dan sisanya 3 orang sebesar (3%) tingkat SMA yang dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Universitas Kristen Petra
22
Klasifikasi Kontraktor
tidak tau23%
besar5%
menengah72%
Gambar 4.2. Prosentase Klasifikasi Kontraktor Tempat Pekerja Bekerja.
Pendidikan Pekerja
tidak sekolah10%
SMP42%
SD35%
STM10%
SMA3%
Gambar 4.3.Prosentase Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Dari data responden pekerja yang didapatkan sebanyak 7 orang berusia ≤
19 tahun (6%), 40 orang berusia 20-27 tahun (36%), 38 orang berusia 28-33 tahun
(35%), 25 orang berusia lebih dari 33 tahun (23%). Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Dari data kuesioner yang telah diperoleh, dapat dianalisa bahwa lama
pengalaman kerja para pekerja adalah sebanyak 57 orang yang telah bekerja
Universitas Kristen Petra
23
selama 0-5 tahun(51%), 34 orang 6-10 tahun (31%), 13 orang 11-15 tahun (12%),
dan 3 orang masing – masing untuk yang telah mempunyai pengalaman kerja 16-
20 tahun dan 20-25 tahun (3%). Lihat Gambar 4.4.
Usia Pekerja
≤196%
20-2736%
28-3335%
>3323%
Gambar 4.3. Prosentase Pekerja Berdasarkan Usia Pekerja
Gambar 4.4. Prosentase Pekerja Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja
Dari data kuesioner juga didapatkan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja adalah tukang batu 48 orang (44%), tukang besi 6 orang (5%), tukang
Lama Pengalaman Kerja Pekerja
0-5 thn51% 6-10 thn
31%
16-20 thn3%11-15 thn
12%
20-25 thn3%
Universitas Kristen Petra
24
kayu 9 orang (8%), pembantu tukang 48 orang (35%), tukang finishing 7 orang
(6%), dan tukang listik 2 orang (2%). Lihat Gambar 4.5. sedangkan jenis
bangunan yang lebih sering ditangani oleh pekerja adalah 97 orang sering bekerja
pada bangunan kurang dari 3 lantai (88%) dan sisanya 13 orang sering berkerja
pada bangunan lebih dari 3 lantai (12%). Lihat Gambar 4.6.
Jenis Pekerjaan
tkng batu44%
tkng besi5%
tkng kayu8%
pembantu tkng35%
tkng finishing6%
tkng listrik2%
Gambar 4.5. Prosentase Jumlah Pekerja Menurut Jenis Pekerjaan
Jenis Bangunan
≤3 lantai88%
lebih dari 3 lantai12%
Gambar 4.6. Prosentase Jenis Bangunan Yang Sering Dikerjakan Oleh Pekerja
4.2.2. Data umum staff.
Universitas Kristen Petra
25
Para staff kebanyakan menangani proyek menengah sebanyak 10 orang
(49%), proyek besar 7 orang (29%), dan 7 orang menjawab tidak tahu (29%).
Lihat Gambar 4.8. sedangkan pendidikan para staff rata – rata lebih tinggi dari
pekerja yaitu 19 orang lulusan perguruan tinggi (79%), dan 5 orang lulusan STM
(21%). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.8. Prosentase Klasifikasi Kontraktor Tempat Staff Bekerja.
Pendidikan Staff
Perguruan tinggi79%
STM21%
SD0%
tdk sekolah0%
SMP0%
SMA0%
Gambar 4.9.Prosentase Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Klasifikasi Kontraktor
besar29%
tdk tau29%
menengah42%
Universitas Kristen Petra
26
Dari kuesioner didapat bahwa usia staff adalah 6 orang berumur 20-27
tahun (25%), 8 orang berumur 28-33 tahun (33%), dan 10 orang lebih dari 33
tahun (42%).untuk lebih jelasnya lihat Gambar 4.10. Lama pengalaman kerja staff
yang paling banyak adalah 0-5 tahun sebanyak 10 orang (46%), 6-10 tahun
sebanyak 7 orang (29%), dan sisanya 6 orang 11-25 tahun(25%). Lihat
Gambar4.11.
Usia Staff
≤190% 20-27
25%
28-3333%
>3342%
Gambar 4.10. Prosentase Pekerja Berdasarkan Usia Staff
Lama Pengalaman Kerja Staff
0-5 thn46%
6-10 thn29%
11-15 thn25%
Gambar 4.11. Prosentase Staff Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja
Universitas Kristen Petra
27
Dari 24 orang tersebut 17 orang bekerja pada kontraktor yang
mengerjakan proyek kurang dari atau bangunan 3 lantai (71%), dan 7 orang
bekerja pada kontraktor yang mengerjakan bangunan lebih dari 3 lantai. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 4.12
Jenis Bangunan
≤3 lantai71%
lebih dari 3 lantai29%
Gambar 4.12. Prosentase Jenis Bangunan Yang Sering Dikerjakan Oleh Staff.
4.3. Analisa Perbandingan Frekuensi Terjadinya Macam-Macam
Kecelakaan Kerja Struck-by yang Dilihat dari Sudut Pandang Pekerja
dan Staff
Analisa mean/rata-rata ini untuk mengetahui seberapa besar frekuensi dari
berbagai macam-macam kecelakaan kerja struck-by (1 menyatakan tidak pernah
terjadi, 6 menyatakan selalu terjadi), dan juga mengetahui urutan/rank/peringkat
dari frekuensi sering terjadinya macam-macam kecelakaan kerja struck-by. Dari
nilai mean/rata-rata, frekuensi dari masing-masing pertanyaan dapat dilihat berapa
besarnya frekuensi terjadinya kecelakaan kerja struck-by yang pernah
dialami/dilihat oleh pekerja dan juga staff. (Tabel 4.2)
Universitas Kristen Petra
28
Tabel 4.2. Frekuensi Terjadinya Macam-Macam Kecelakaan Kerja
Struck-by menurut Pekerja dan Staff Pekerja Staff
No Jenis kecelakaan struck-by Rank Mean Rank Mean
1 Tertabrak truck 17 1,21 19 1,50
2 Tertabrak kendaraan pribadi 18 1,15 25 1,04
3 Terbentur/tertimpa crane 26 1,02 23 1,33
4 Tertabrak backhoe/excavator 23 1,04 24 1,04
5 Tertabrak loader 28 1,01 28 1,00
6 Tertabrak forklift 27 1,01 27 1,00
7 Tertabrak buldozer 25 1,03 26 1,00
8 Kejatuhan gergaji 14 1,39 8 2,00
9 Kejatuhan tangga 11 1,68 7 2,04
10 kejatuhan palu 9 1,87 13 1,67
11 Kejatuhan tang 12 1,52 15 1,54
12 Kejatuhan sekop 13 1,45 14 1,54
13 Kejatuhan kayu bekisting 10 1,71 5 2,13
14 Kejatuhan dinding beton 20 1,10 18 1,50
15 Tertimpa tanah atau batu 7 2,27 4 2,13
16 Tertimpa baja atau pipa 15 1,36 9 1,83
17 Tertimpa campuran beton 19 1,13 17 1,50
18 Tertimpa beton 22 1,06 21 1,42
19 Terkena serpihan gerinda di mata 6 2,40 3 2,63
20 Terkena debu/serbuk gergagi di mata 1 4,18 1 3,63
21 Kejatuhan paku 2 3,67 12 1,71
22 Kejatuhan potongan besi 3 3,43 11 1,75
23 Terpukul palu 4 2,68 2 3,04
24 Terkena bongkaran material 5 2,49 10 1,75
25 Tertimpa pohon 21 1,07 22 1,38
26 Kejatuhan bata 8 2,15 6 2,04
27 Kejatuhan kabel 16 1,25 20 1,46
28 Tertimpa tangki air 24 1,03 16 1,50
Disini dapat dilihat bahwa adanya kesamaan jawaban antara para staff dan
juga jawaban dari para pekerja dimana terkena debu/serbuk gergaji di mata
merupakan kecelakaan kerja struck-by yang paling banyak/sering terjadi dari
sudut pandang pekerja dan juga staff dengan mean/rata-rata masing-masing adalah
4,18 dan 3,63, karena itu kecelakaan kerja struck-by terkena debu/serbuk gergaji
di mata adalah suatu kecelakaan kerja yang harus diwaspadai dan juga dicegah
agar tidak terjadi pada pekerja dan juga pada staff.
Kejatuhan paku adalah kecelakaan kerja struck-by dengan urutan kedua yang
sering terjadi menurut pekerja dengan mean/rata-rata 3,67. Lain halnya menurut
para staff, dimana frekuensi terjadinya kecelakaan kerja struck-by kejatuhan paku
Universitas Kristen Petra
29
menempati urutan kedua belas dengan mean/rata-rata 1,75. Dalam hasil penelitian
ini terdapat perbedaan yang mencolok antara pendapat pekerja dan juga pendapat
staff hal ini mungkin disebabkan karena staff yang tidak mengetahui bahwa
pekerja sering mengalami jenis kecelakaan kerja struck-by kejatuhan paku di
lapangan. sedangkan para staff tidak selalu berada di lapangan untuk mengawasi
setiap pekerja yang bekerja di proyek tersebut, atau pun mungkin karena pekerja
tidak melaporkan bahwa dirinya kejatuhan paku jika mereka tidak mengalami
cidera dan hanya melaporkan jika mereka mengalami cidera yang memerlukan
biaya untuk berobat
Menurut pekerja kejatuhan potongan besi merupakan jenis kecelakaan kerja
struck-by dengan frekuensi terbesar ketiga dengan mean/rata-rata 3,43 dari dua
puluh delapan jenis kecelakaan kerja struck-by lainnya. Sedangkan menurut staff
frekuensi terjadinya kecelakan kerja struck-by kejatuhan potongan besi ini
menempati urutan kesebelas dengan mean/rata-rata 1,75. Sama halnya dengan
kecelakaan kerja struck-by kejatuhan paku jenis kecelakaan ini juga memiliki
perbedaan yang mencolok antara pendapat pekerja dan juga staff. Penyebabnya
mungkin sama dengan kecelakaan kerja struck-by kejatuhan paku, dimana pekerja
merasa tidak perlu melaporkan pada staff/ pimpinanya jika kecelakaan kerja
tersebut tidak berdampak pada diri mereka. Dapat dilihat dalam hal ini perbedaan
frekuensi terjadinya kecelakan kerja struck-by kejatuhan paku dan kejatuhan
potongan besi lebih mencolok yang kejatuhan paku hal ini disebabkan jika ada
yang kejatuhan potongan besi kemungkinan cederanya lebih besar dari yang
kejatuhan paku (potongan besi lebih besar daripada paku).
Berdasarkan pengalaman staff, kecelakan kerja struck-by terpukul palu
adalah kecelakaan kerja yang mempunyai frekuensi terbesar kedua dengan
mean/rata-rata 3,04. Sedangkan menurut pekerja kecelakaan kerja struck-by
terpukul palu menempati urutan keempat dengan mean/rata-rata 2,68 dalam
frekuensi sering terjadinya kecelakaan struck-by. Menurut jawaban staff
kecelakaan struck-by terpukul palu lebih sering terjadi jika dibandingkan dengan
jawaban pekerja, hal ini mungkin disebabkan staff bekerja mengawasi pekerja
tidak pada satu tempat saja pada lokasi proyek sedangkan pekerja hanya bekerja
pada satu wilayah dalam lokasi proyek sampai pekerjaannya selesai baru pindah,
Universitas Kristen Petra
30
jadi jika ada pekerja pada lantai 2 yang terkena kecelakaan kerja terpukul palu
maka pekerja pada lantai 1 kemungkinan tidak mengetahui sedangkan staff
kemungkinanya untuk tahu lebih besar (staff berkeliling mengawasi pekerjaan
hampir di tiap lantai).
Menurut staff kecelakaan kerja struck-by yang mempunyai frekuensi
kejadian terbanyak ke tiga dengan mean/rata-rata 2,63 adalah terkena serpihan
gerinda di mata, sedangkan menurut pekerja frekuensi terjadinya kecelakaan kerja
struck-by terkena serpihan gerinda di mata menempati urutan keenam dengan
mean/rata-rata 2,40. pada jenis kecelakaan kerja struck-by terkena serpihan
gerinda dimata tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara jawaban pekerja
dan juga jawaban dari para staff, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan struck-
by terkena gerinda dimata cukup sering terjadi.
Selain itu juga terdapat jenis kecelakaan kerja struck-by yang mempunyai
perbedaan jawaban yang cukup jauh antara jawaban dari para pekerja dan juga
dari jawaban para staff yaitu kecelakaan kerja struck-by terkena bongkaran
material. Dimana frekuensi kecelakaan kerja struck-by terkena bongkaran material
menurut jawaban para pekerja menempati urutan ke lima dengan mean/rata-rata
2,49 sedangkan menurut jawaban dari staff kecelakaan kerja struck-by
mempunyai frekuensi kejadian tersering di urutan ke sepuluh dengan mean/rata-
rata 1,75. Adanya perbedaan ini mungkin disebabkan karena para staff tidak
terlalu memperhatikan apa yang terjadi pada para pekerja terutama jika tidak
terjadi sesuatu yang berbahaya, sehingga para staff menganggap kecelakaan kerja
struck-by terkena bongkaran material mempunyai frekuensi kejadian yang tidak
terlalu besar.
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat jenis kecelakaan kerja struck-by yang
mempunyai frekuensi dengan rangking lima terbanyak, dan juga disertai dengan
kategori dari setiap jenis kecelakaan kerja struck-by tersebut (Tabel 4.3).
Universitas Kristen Petra
31
Tabel 4.3 Jenis Kecelakaan dengan Urutan Lima Terbesar Berdasarkan
Kategorinya Pekerja Staff
No Jenis Kecelakaan Kategori No Jenis Kecelakaan Kategori
1 Terkena debu/serbuk gergagi di mata Material 1 Terkena debu/serbuk gergagi di
mata Material
2 Kejatuhan paku Material 2 Terpukul palu Material
3 Kejatuhan potongan besi Material 3 Terkena serpihan gerinda di mata Peralatan kerja
4 Terpukul palu Peralatan kerja 4 Tertimpa tanah atau batu Material
5 Terkena bongkaran material Material 5 Kejatuhan kayu bekisting Material
Dalam sub bab sebelumnya pernah dibahas mengenai adanya kecelakaan
kerja struck-by yang berhubungan dengan material, peralatan kerja, peralatan
perlengkapan kerja, dan juga yang berhubungan dengan lingkungan. Dari setiap
jenis kecelakaan kerja struck-by yang ada, dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja
struck-by yang berhubungan dengan material mempunyai kemungkinan terjadi
yang paling besar dibandingkan dengan kecelakaan kerja struck-by yang
berhubungan dengan perlengkapan kerja, lingkungan, dan juga peralatan.
Menurut literatur (Hinze,1997), kecelakaan kerja struck-by yang paling
sering terjadi adalah kejatuhan benda, yang kedua adalah terkena alat berat, dan
yang ketiga adalah karena tertabrak kendaraan pribadi. Dari hasil analisa di
lapangan diperoleh adanya kesamaan dengan literatur untuk jenis kecelakaan kerja
struck-by, dimana kejadian dengan frekuensi terbanyak adalah yang berhubungan
dengan material dan juga kejatuhan peralatan sehingga dapat juga diartikan
sebagai kejatuhan benda.
4.4 Analisa Dampak dari Macam-macam Kecelakaan Kerja Struck–By dari
Sudut Pandang Pekerja dan Staff
Dengan analisa frekuensi dapat diketahui seberapa sering jenis dari
kecelakaan kerja struck –by terjadi, namun jenis kecelakaan kerja struck-by yang
sering terjadi belum tentu memberikan dampak yang berarti bagi kelangsungan
kerja suatu proyek konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi
dampak yang sering terjadi pada macam – macam kecelakaan kerja struck-by.
Yang mana dampaknya dapat berupa tidak berdampak, luka ringan, luka berat,
cacat, dan kematian. Dari analisa itu pula dapat diketahui jenis kecelakaan kerja
Universitas Kristen Petra
32
struck-by manakah yang memberikan dampak terhadap proyek tersebut, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 4.4).
Tabel 4.4. Dampak dari Macam-macam Kecelakaan Kerja Struck-by Pekerja Staff
No Jenis kecelakaan struck-by
Kem
atia
n
Cac
at
Luka
Ber
at
Luka
Rin
gan
Tida
k A
da
Kem
atia
n
Cac
at
Luka
Ber
at
Luka
Rin
gan
Tida
k A
da
1 Tertabrak truck 11 1 2 4 92 0 2 1 1 20
2 Tertabrak kendaraan pribadi 5 6 0 2 97 0 0 1 0 23
3 Terbentur/tertimpa crane 0 0 1 0 109 3 0 0 0 21
4 Tertabrak backhoe/excavator 0 0 2 1 107 0 0 0 1 23
5 Tertabrak loader 0 0 1 0 109 0 0 0 0 24
6 Tertabrak forklift 0 0 1 0 109 0 0 0 0 24
7 Tertabrak buldozer 0 0 1 0 109 0 0 0 0 24
8 Kejatuhan gergaji 0 0 0 21 89 0 0 0 5 19
9 Kejatuhan tangga 0 0 5 36 69 0 0 0 10 14
10 kejatuhan palu 0 0 1 39 70 0 0 1 5 18
11 Kejatuhan tang 0 0 0 27 83 0 0 1 3 20
12 Kejatuhan sekop 0 0 2 24 84 0 0 2 3 19
13 Kejatuhan kayu bekisting 0 0 2 53 55 0 0 1 9 14
14 Kejatuhan dinding beton 0 0 3 2 105 0 0 4 1 19
15 Tertimpah tanah atau batu 0 0 0 33 77 0 0 1 11 12
16 Tertimpa baja atau pipa 0 0 3 26 81 1 2 1 4 16
17 Tertimpa campuran beton 0 0 2 2 106 0 0 1 2 21
18 Tertimpa beton 0 0 2 1 107 0 0 0 4 20
19 Terkena serpihan gerinda di mata 0 11 15 45 39 0 1 1 10 12
20 Terkena debu/serbuk gergagi di mata 0 0 0 21 89 0 1 0 6 17
21 Kejatuhan paku 0 0 1 10 99 0 0 1 1 22
22 Kejatuhan potongan besi 0 0 2 3 105 0 0 3 4 17
23 Terpukul palu 0 0 2 4 104 0 0 1 17 6
24 Terkena bongkaran material 0 0 0 29 81 0 1 1 3 19
25 Tertimpa pohon 0 0 2 2 106 0 0 1 2 21
26 Kejatuhan bata 0 0 1 51 58 0 1 2 10 11
27 Kejatuhan kabel 0 0 0 3 107 0 0 1 4 19
28 Tertimpa tangki air 0 0 1 1 108 0 0 1 2 21
Dari hasil analisa diatas dapat diketahui bahwa menurut pekerja dampak
kematian terbesar yang ditimbulkan adalah kecelakaan kerja struck-by tertabrak
truck yaitu 11 orang mengatakan pernah melihat dampak yang ditimbulkan
menyebabkan kematian , 1 orang mengatakan pernah melihat/ mengalami
dampak yang ditimbulkan menyebabkan cacat, 2 orang mengatakan pernah
melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan menyebabkan luka berat, dan 4
orang mengatakan pernah melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan
menyebabkan luka ringan. Kecelakaan kerja struck-by tertabrak truk ini dalam
Universitas Kristen Petra
33
urutan rank/peringkat seberapa besar frekuensi terjadinya dalam pekerjaan proyek
menurut pekerja menempati urutan ke tujuh belas dari dua puluh delapan macam
kecelakaan kerja struck-by. Sedangkan menurut staff frekuensi dari kecelakaan
kerja struck-by tertabrak truck menempati urutan ke sembilan belas dari dua puluh
delapan jenis kecelakaan kerja struck-by, walaupun kecelakaan kerja struck-by
tertabrak truck menurut staff mempunyai frekuensi kejadian yang tidak terlalu
besar dan tidak menyebabkan dampak kematian namun dari 24 orang staff
mengatakan bahwa 4 orang pernah melihat kejadian tertabrak truck dan 2 orang
mengatakan pernah melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan adalah cacat, 1
orang mengatakan pernah melihat/ mengalami dampaknya adalah luka berat dan 1
orang mengatakan pernah melihat/ mengalami dampaknya adalah luka ringan.
Oleh sebab itu kecelakaan kerja tertabrak truck harus diwaspadai lebih lagi karena
walaupun frekuensi terjadinya termasuk jarang tapi dampak yang ditimbulkan
tergolong besar terutama menurut jawaban dari pekerja dampak yang ditimbulkan
menyebabkan dampak kematian yang terbesar.
Tertabrak kendaraaan pribadi menurut pekerja merupakan jenis kecelakaan
kerja struk-by yang menyebabkan dampak kematian terbesar ke-2 yaitu para
pekerja menjawab pernah melihat atau mengalami kecelakaan kerja struck-by
yang berdampak kematian 5 orang, cacat 6 orang, dan luka ringan 2 orang. Walau
pun kecelakaan kerja struck-by tertabrak kendaraaan pribadi mempunyai frekuensi
kejadian di urutan ke-18 dari 28 macam kecelakaan kerja struck-by, tapi
mempunyai dampak yang cukup besar. Sedangkan menurut staff kecelakaan kerja
struck-by tertabrak kendaraan pribadi berada pada urutan ke-25 dalam frekuensi
sering terjadinya dari 24 orang staff menjawab bahwa 1 orang pernah melihat/
mengalami kecelakaan ini dan dampak yang ditimbulkannya luka berat. Disini
dapat dilihat nilai mean/rata-rata frekuensi sering terjadinya kecelakaan kerja
tertabrak kendaraan pribadi dari jawaban pekerja dan juga dari jawaban staff
tidaklah jauh berbeda yaitu 1,15 dan 1,04, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan kerja struck-by tertabrak truck merupakan kecelakaan kerja yang
mempunyai dampak yang cukup besar, tetapi frekuensi kejadiannya jarang terjadi.
Dari tabel bisa dilihat bahwa menurut pekerja terkena serpihan gerinda di
mata merupakan kecelakaan kerja struck-by yang mempunyai dampak yang cukup
Universitas Kristen Petra
34
besar meskipun tidak menyebabkan dampak kematian. Menurut jawaban pekerja
adalah 11 orang mengatakan pernah melihat/ mengalami dampak yang
ditimbulkan adalah cacat, 15 orang mengatakan pernah melihat/mengalami
dampak yang ditimbulkan adalah luka berat dan 45 orang mengatakan pernah
melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan adalah luka ringan. Dimana
menurut pekerja kecelakaan kerja struck-by terkena serpihan gerinda di mata
mempunyai frekuensi kejadian yang cukup besar yaitu pada urutan ke-5. walau
pun dampak yang disebabkan oleh kecelakaan kerja struck-by ini tidak ada yang
menyebabkan kematian, tapi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
para pekerjanya karena dapat menimbulkan kecacatan, dan efeknya pada proyek
jika terjadi kecelakaan ini akan mengalami keterlambatan, yang ujung – ujungnya
dapat menyebabkan pembengkakan biaya atau jika parah maka proyek dapat
dihentikan untuk sementara.
Sedangkan menurut staff kecelakaan kerja struck-by yang mempunyai
dampak kematian terbesar adalah tertimpa/terbentur crane dimana 3 orang dari 24
orang mengatakan pernah melihat dampak yang ditimbulkan adalah kematian, dan
yang sisanya tidak pernah melihat/ mengalami kecelakaan kerja struck-by
tertimpa/terbentur crane. Walaupun frekuensi terjadinya kecelakaan kerja struck-
by tertimpa/terbentur crane tidak besar, tetapi dari ketiga kejadian menyebabkan
dampak yang besar yaitu kematian. Sedangkan menurut pekerja dari 110 orang
yang ditanyai hanya 1 orang yang pernah melihat/ mengalami kecelakaan kerja
struck-by tertimpa/terbentur crane dan dampak yang ditimbulkan adalah luka
berat.
Selain itu tertimpa baja atau pipa merupakan jenis kecelakaan kerja struck-by
yang mempunyai dampak kematian terbesar kedua menurut staff, yaitu dengan 1
orang menjawab pernah melihat dampak yang ditimbulkan kematian, 2 orang
menjawab pernah melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan cacat, 1 orang
menjawab pernah melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan luka berat, 4
orang menjawab pernah melihat/ mengalami dampak yang ditimbulkan luka
ringan. Sedangkan menurut pekerja jenis kecelakaan kerja struck-by tertimpa baja
atau pipa memiliki dampak yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan
hasil penelitian menurut pengalaman staff, disini dari 110 orang pekerja
Universitas Kristen Petra
35
menjawab bahwa 3 orang pernah melihat/ mengalami bahwa dampak yang
ditimbulkan adalah luka berat, 26 orang mengatakan pernah melihat/ mengalami
bahwa dampak yang ditimbulkan adalah luka ringan dan sisanya 81 orang
mengatakan tidak pernah melihat atau mengalami ataupun pernah melihat tapi
tidak menyebabkan dampak yang berarti terhadap kelangsungan proyek ataupun
pekerja tersebut. Perbedaan ini terjadi karena pekerja lebih sering tertimpa pipa
daripada baja sehingga dampak yang ditimbulkan kebanyakan luka ringan dan
tidak berdampak( data pada saat pengambilan kuesioner).
Dari hasil penelitian yang paling mencolok adalah jenis kecelakaan kerja
struck-by terkena debu/ serbuk gergaji di mata, yang mana jenis kecelakaan kerja
struck-by ini mempunyai frekuensi kemunculan yang terbesar baik menurut
pekerja maupun menurut staff. Tetapi dampak yang ditimbulkan oleh jenis
kecelakaan kerja struck-by ini hampir tidak memiliki dampak bagi kelangsungan
proyek, akan tetapi sebaiknya jenis kecelakaan kerja struck-by terkena debu/
serbuk gergaji di mata diminimalisasi agar pekerja dapat bekerja dengan nyaman.
Disini dapat dilihat bahwa sebagian besar kecelakaan kerja struck-by yang
mempunyai dampak yang paling besar adalah kecelakaan kerja struck-by yang
berhubungan dengan peralatan kerja terutama peralatan berat, tapi walaupun
mempunyai dampak yang cukup besar frekuensi terjadinya tergolong kecil atau
sedikit. Sedangkan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan material
mempunyai dampak yang cukup kecil, tetapi mempunyai frekuensi kejadian yang
cukup sering.
4.5 Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Struck-by dari Sudut
Pandang Pekerja dan Staff
Dengan menggunakan analisa mean/rata-rata dapat diperoleh urutan dari
berbagai faktor penyebab kecelakaan kerja struck-by, dan juga dapat mengetahui
faktor penyebab kecelakaan yang paling banyak berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan struck-by.(Tabel 4.5)
Universitas Kristen Petra
36
Tabel 4.5. Tabel Analisa Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Struck-by
Pekerja Staff No Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Struck-by Rank Mean Rank Mean
1 Membuat keputusan yang salah dalam kondisi yang berbahaya diproyek 11 1,98 6 3,38
2 Prosedur yang tidak tepat dalam menangani material 18 1,82 17 2,63
3 Posisi operasional yang tidak tepat 26 1,63 25 2,25
4 Peralatan keselamatan kerja yang dipindahkan atau tidak berfungsi 16 1,85 19 2,38
5 Kurangnya keahlian 17 1,83 4 3,58
6 Kurangnya program pelatihan keselamatan kerja 6 2,17 11 2,92
7 Dikacaukan oleh tindakan orang lain 4 2,21 3 3,63
8 Kurangnya baju pelindung dan alat pelindung 5 2,19 13 2,88
9 Tidak sempurnanya peralatan kerja 13 1,95 15 2,75
10 Kurangnya program pengawasan lingkungan kerja 22 1,72 24 2,29
11 kegagalan dalam peringatan bahaya (alat peringatan tidak berfungsi) 25 1,66 23 2,33
12 Cara penanganan material 15 1,87 22 2,33
13 Permukaan bidang kerja 8 2,13 21 2,33
14 Pergerakan benda yang melayang 2 2,55 8 3,08
15 Cuaca/gempa bumi dan kondisi alam lainnya 7 2,15 14 2,83
16 Bekerja tanpa petunjuk yang jelas 12 1,96 27 2,17
17 Cahaya yang berlebihan 28 1,43 28 1,83
18 Meninggalkan peralatan dalam kondisi yang berbahaya 20 1,77 16 2,67
19 Menjalankan peralatan dengan kecepatan yang salah 27 1,44 18 2,50
20 Kesalahan dalam menurunkan material dari kendaraan 24 1,70 26 2,17
21 Menggunakan alat keselamatan kerja yang salah 14 1,87 9 2,96
22 Kurangnya pencahayaan dalam bekerja 23 1,71 20 2,33
23 Tidak memakai perlengkapan pelindung yang tersedia 10 2,05 7 3,33
24 Akibat dari gerakan berbahaya(berlari, melompat, melempar, dll) 19 1,80 2 3,79
25 Gas/uap/kabut/asap kondisi berdebu 1 3,00 1 4,21
26 Bersenda gurau dengan pekerja yang lain waktu bekerja 9 2,10 12 2,88
27 Kurangnya peralatan keselamatan kerja 21 1,75 10 2,92
28 Perlengkapan kerja yang tidak layak pakai 3 2,44 5 3,50
Dari tabel 4.5, dapat diketahui bahwa faktor yang paling sering menyebabkan
kecelakaan kerja struck-by baik menurut pekerja ataupun staff adalah
Gas/uap/kabut/asap dan kondisi berdebu. Menurut pekerja mean/rata-rata nya
adalah 3.00 dan menurut staff mean/rata-rata nya adalah 4.21. hal ini mungkin
disebabkan kondisi lingkungan proyek di Surabaya yang masih belum
menerapkan proyek yang ramah lingkungan dan tidak menjaga kebersihan dalam
lingkungan proyek konstruksi sehingga menyebabkan lingkungan kerja
berdebu/berasap/berkabut/uap/gas. Kondisi inilah yang mungkin sering menjadi
penyebab terjadinya kecelakaan kerja struck-by terutama yaitu terkena debu di
mata
Dari Tabel 4.5, juga dapat diketahui bahwa faktor penyebab terbesar kedua
menurut pekerja adalah pergerakan benda yang melayang. Sama halnya dengan
Universitas Kristen Petra
37
faktor penyebab yang pertama, pergerakan benda yang melayang dapat
disebabkan kondisi lingkungan yang kurang baik/mendukung dalam melakukan
pekerjaan yang aman. Sedangkan menurut staff kecelakaan kerja struck-by yang
disebabkan oleh pergerakan benda yang melayang menempati urutan kedelapan
terbesar hal ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapat pekerja
dan pendapat staff karena mean/rata-rata menurut pekerja adalah 2,55 dan
menurut staff 3,08.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor penyebab terbesar ketiga
menurut pekerja adalah perlengkapan kerja yang tidak layak pakai.sedangkan
menurut staff faktor pelengkapan kerja yang tidak layak pakai menempati urutan
kelima dari dua puluh delapan macam – macam faktor penyebab kecelakaan kerja
struck-by. Perlengkapan alat kerja yang tidak layak pakai seringkali menyebabkan
kecelakaan kerja struck-by terjadi yaitu helm pelindung, karena mungkin menurut
pekerja helm pelindung yang tidak layak pakai akan tidak nyaman digunakan,
sehingga pekerja menjadi enggan menggunakannya. Sedangkan mungkin menurut
staff, walaupun kontraktor menyediakan helm pelindung tetapi jarang ada pekerja
yang mau menggunakannya sehingga kontraktor hanya menyediakan
perlengkapan kerja apa adanya.
Sedangkan menurut staff faktor penyebab kecelakaan kerja struck-by terbesar
ke dua adalah akibat dari gerakan berbahaya (berlari, melompat, melempar, dll)
dengan mean/rata-rata 3,79 dan menurut pekerja faktor penyebab kecelakaan ini
menempati urutan ke sembilan belas dengan mean/rata-rata 1,80 . Disini adanya
perbedaan yang mencolok antara jawaban dari para pekerja dan juga dari para
staff, karena mungkin menurut para staff gerakan berbahaya seperti berlari,
melompat ,dan melempar dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja struck-by,
sedangkan menurut pekerja gerakan berbahaya dari para pekerja tidak terlalu
berpengaruh, karena mungkin para pekerja tidak mau disalahkan menjadi
penyebab dari kecelakaan kerja yang mereka ataupun teman mereka alami.
Faktor penyebab kecelakaan kerja struck-by terbesar ke-3 menurut staff
adalah dikacaukan oleh tindakan orang lain. Faktor penyebab yang terbesar ke-3
ini menurut staff mungkin diakibatkan oleh tindakan pekerja itu sendiri cuma
bedanya menurut pekerja faktor ini menempati urutan ke-4 (tidak jauh berbeda
Universitas Kristen Petra
38
dengan menurut staff) hal ini mungkin disebabkan karena pekerja tidak mau
dirinya disalahkan sehingga mencari orang yang disalahkan agar dia tidak
disalahkan.
Membuat keputusan yang salah dalam kondisi berbahaya di proyek
merupakan jenis kecelakaan kerja struck-by yang memiliki perbedaan yang cukup
besar antara jawaban staff dan jawaban pekerja. Menurut pekerja berada pada
urutan ke sebelas dengan mean/rata-rata 1,98 sedangkan menurut jawaban staff
berada pada urutan ke enam dengan mean/rata-rata 3,38. hal ini terjadi mungkin
disebabkan oleh pekerja yang tidak mau disalahkan menjadi faktor penyebab
kecelakaan kerja struck-by sedangkan staff merasa memang hal inilah yang sering
menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja struck-by ini.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor kurangnya keahlian juga
memiliki perbedaan yang sangat besar antara jawaban staff dan jawaban pekerja.
Menurut staff mean/rata-rata dari faktor kurangnya keahlian adalah 3,58
sedangkan menurut pekerja adalah 1,83. penyebab dari besarnya perbedaan ini
mungkin sama dengan faktor akibat dari gerakan berbahaya,dikacaukan oleh
tindakan orang lain, dan membuat keputusan yang salah dalam kondisi berbahaya
di proyek. Pekerja merasa mereka tidak mau disalahkan atas kecelakaan kerja
struck-by yang disebabkan oleh dirinya.
Menjalankan peralatan dengan kecepatan yang salah merupakan faktor
penyebab kecelakaan kerja struck-by yang berada pada urutan ke delapan belas
menurut jawaban dari staff dengan mean/rata-rata 2,50 sedangkan menurut
pekerja berada pada urutan ke dua puluh tujuh dengan mean/rata-rata 1,44.
perbedaan yang mencolok ini mungkin disebabkan pekerja yang ingin secepatnya
menyelesaikan pekerjaan tanpa menyadari bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Salah satu jenis kecelakaan struck-by yang mungkin dapat terjadi akibat faktor ini
adalah tertabrak truck.
Dalam tabel 4.5, Menggunakan alat keselamatan kerja yang salah
mempunyai perbedaan yang mencolok antara jawaban staff dan jawaban pekerja.
menurut jawaban staff berada di urutan ke sembilan dari dua puluh delapan faktor
lainnya dengan mean/rata-rata 2,96 dan peringkat empat belas dengan mean/rata-
rata 1,87 menurut jawaban pekerja. Perbedaan jawaban ini mungkin masih
Universitas Kristen Petra
39
disebabkan oleh pekerja yang tidak mau dirinya disalahkan menjadi faktor
penyebab kecelakaan kerja struck-by.
Tidak memakai perlengkapan pelindung yang tersedia juga salah satu faktor
penyebab kecelakaan kerja struck-by yang memiliki perbedaan yang cukup besar
antara jawaban pekerja dan jawaban staff, yaitu mean/rata-rata menurut staff
adalah 3,33 dan mean/rata-rata menurut pekerja adalah 2,05. hal yang mungkin
menyebabkan perbedaan pandapat ini masih sama dengan yang sebelumnya yaitu
pekerja tidak mau disalahkan menjadi faktor peyebab terjadinya kecelakaan kerja
struck-by.
Kurangnya peralatan keselamatan kerja memiliki mean/rata-rata 2,92
menurut staff sedangkan menurut pekerja 1,75. hal ini mungkin disebabkan
pekerja yang tingkat pendidikannya lebih rendah jika dibandingkan dengan staff,
sehingga pekerja kurang menyadari pentingnya peralatan keselamatan kerja yang
dapat mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja struck-by.
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat pekerja lebih menyalahkan kondisi lingkungan
dan faktor manajemen serta orang lain sebagai penyebab kecelakaan kerja struck-
by, sedangkan menurut staff kondisi lingkungan dan ulah dari pekerja sendiri yang
menjadi faktor penyebab kecelakaan kerja struck-by.
Tabel 4.6 Hubungan Faktor Penyebab dan Kategori Kecelakaan Struck-by
dengan Urutan Lima Terbesar
Pekerja Staff No. Faktor Penyebab Kategori
No. Faktor Penyebab Kategori
1 Gas/ uap/ kabut/ asap/ kondisi berdebu
Unsafe condition 1 Gas/ uap/ kabut/ asap/ kondisi
berdebu Unsafe condition
2 Pergerakan benda yang melayang Unsafe condition 2 Akibat dari gerakan berbahaya Unsafe act
3 Perlengkapan kerja yang tidak layak pakai
Faktor manajemen 3 Dikacaukan oleh tidakan orang lain Unsafe act
4 Dikacaukan oleh tidakan orang lain unsafe act 4 Kurangnya keahlihan Kondisi pekerja
5 Kurangnya baju pelindung dan alat pelindung
Faktor manajemen 5 Perlengkapan kerja yang tidak
layak pakai Faktor manajemen
Berdasarkan literatur (Hinze, 2005), faktor manusia paling berpengaruh
terhadap suatu jenis kecelakaan kerja terutama kecelakaan kerja struck-by.
Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh hal yang sama, yaitu bahwa faktor
penyebab terjadinya kecelakaan kerja struck-by terbesar dapat dikategorikan
sebagai faktor manusia.
Universitas Kristen Petra
40
4.6 Analisa Sistem Pertahanan Kecelakaan Kerja dari Sudut Pandang
Pekerja dan Staff
Dalam suatu lingkungan kerja diperlukan suatu sistem yang baik untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, dan sistem petahanan kecelakaan kerja
saperti apa saja yang efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut.
Disini akan dianalisa jenis pertahanan keselamatan kerja mana saja yang efektif
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja struck-by menurut para pekerja, dan
menurut para staff dengan menggunakan analisa mean/rata-rata, sehingga dapat
dicari suatu solusi yang tepat dalam melaksanakan sistem pertahanan kecelakaan
kerja dan agar sitem pertahanan keselamatan kerja tersebut tidak lah sia-sia dan
juga dapat dilaksanakan oleh setiap individu yang terlibat di dalam perusahaan
tersebut. Analisa mengenai sistem pertahanan kecelakaan kerja dapat dilihat
dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Analisa Sistem Pertahanan Kecelakaan Kerja Pekerja Staff No Sistem Pertahanan Kecelakaan Kerja
Rank Mean Rank Mean Setiap kontraktor menyediakan perlengkapan perlindungan diri seperti (helm,pelindung wajah dan mata,sabuk pengaman, penutup telinga 1 perlindungan pernafasan, sarung tangan, sepatu, dan pakaian kerja)
2 4.59 10 3.67
Setiap kontraktor menyediakan peralatan pengaman seperti: (jaring pengaman, pagar pembatas, tanda - tanda peringatan untuk daerah 2 berbahaya, dan alat pemadam kebakaran)
3 4.58 6 4.00
Melakukan perawatan alat - alat kerja yang baik setiap mau 3 melakukan pekerjaan proyek
1 4.65 3 4.71
4 Perlukah penataan site dilakukan/ tata letak yang baik 10 3.74 5 4.50 5 Melakukan/menjalankan peraturan dan prosedur keselamatan kerja diterapkan 15 3.55 4 4.63 6 Dilakukan pengawasan kerja dilakukan untuk menhindari kecelakaan 21 3.41 9 3.71 7 Pekerja diberikan pelatihan dan pengarahan keselamatan kerja 17 3.51 12 3.42 8 Memasang dipasang poster dan spanduk keselamatan kerja di lapangan 19 3.47 20 2.79 9 Pekerja memperoleh lingkungan kerja yang aman dan nyaman 6 3.84 11 3.46
Memberikan sanksi bagi yang melanggar peraturan yang dapat menyebabkan 10 kecelakaan kerja
12 3.69 18 3.08
11 Pekerja diberikan pengarahan tentang pentingnya peraturan 14 3.57 16 3.21 Diadakan pertemuan secara rutin seluruh pihak yang terlibat dalam 12 proyek tersebut (membahas mengenai masalah peroyek dan penanganannya)
22 3.39 13 3.33
13 Melakukan penyelidikan tentang penyebab kecelakaan kerja 9 3.77 1 5.46 14 Peninjauan lingkungan kerja 18 3.50 14 3.29 15 Pelatihan tentang penanganan material (seperti penempatan material yang benar) 20 3.42 24 2.63 16 Mematikan peralatan/mengerem 16 3.52 23 2.67 17 Penggunaan ukuran peralatan yang tepat (seperti dalam penggunaan mata bor) 7 3.82 17 3.13 18 Menggunaan pelindung keselamatan yang tepat pada penggunaan peralatan 13 3.64 8 3.75 19 Menggunakan alat berdasarkan petunjuk spesifikasi pabrik 11 3.72 7 3.75 20 Melakukan prosedur penghancuran yang tepat (seperti pendedelan beton) 8 3.78 15 3.21 21 Alat tidak digunakan untuk mengangkut beban yang berlebihan/over load 5 3.98 2 5.04 22 Jumlah tenaga kerja yang memadai/tidak kekurangan pekerja 4 4.04 19 2.83 23 Mengadaptasikan desain lingkungan kerja dan metode pada setiap individu 23 2.43 25 2.25 24 Memastikan setiap orang mengerti apa yang harus mereka lakukan supaya aman 24 2.15 21 2.75 25 Memastikan kegiatan keselamatan disetujui setiap orang 25 1.98 22 2.67
Universitas Kristen Petra
41
Dari Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa yang paling efektif menurut sudut
pandang pekerja dengan mean/rata-rata 4,65 adalah dengan melakukan perawatan
alat – alat kerja yang baik setiap mau melakukan pekerjaan proyek, sedangkan
menurut staff hal ini menempati urutan ketiga dengan mean/rata-rata 4,71 yang
mana jawaban antara para pekerja dan para staff tidaklah terlalu berbeda. Jadi
dapat dilihat bahwa peralatan alat-alat kerja merupakan salah satu hal yang cukup
efektif untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja struck-
by, baik itu menurut para pekerja atau pun menurut para staff.
Sistem pertahanan keselamatan kerja yang menempati urutan kedua menurut
pekerja dengan mean/rata-rata 4,59 adalah setiap kontraktor menyediakan alat
perlindungan diri seperti (helm, pelindung wajah dan mata, sabuk pengaman,
penutup telinga,perlindungan pernafasan,sarung tangan, sepatu, dan pakaian
kerja). Sedangkan menurut staff hal ini menempati urutan ke-10 dengan mean
/rata-rata 3,67. Hal ini mungkin disebabkan oleh pekerja yang menginginkan alat
perlindungan diri yang memadai buat setiap pekerja, tapi mungkin menurut pihak
kontraktor hal tersebut tidaklah terlalu berpengaruh atau pun efektif dalam
mencegah kecelakaan kerja struck-by karena walaupun sudah disediakannya
peralatan keselamatan kerja tapi jarang ada pekerja yang mau menggunakannya.
Tapi bila dilihat berdasarkan faktor penyebab kecelakaan kerja struck-by, yang
menjadi faktor penyebab utama penyebab kecelakaan kerja struck-by adalah
disebabkan karena faktor lingkungan (unsafe condition) sehingga hal tersebut
perlu diberikan perhatian yang khusus dalam mengatasinya.
Dari data yang telah diperoleh dapat kita ketahui menurut pekerja hal ketiga
yang dianggap efektif dalam mencegah kecelakaan struck-by adalah hal yang
masih menuntut kontraktor untuk menyediakan peralatan pengaman seperti (jaring
pengaman, pagar pembatas, tanda – tanda peringatan untuk daerah berbahaya, dan
alat pemadam kebakaran). Hal ini memiliki mean/rata-rata sebesar 4,58.
sedangkan menurut staff hal ini menempati urutan ke-6 dengan mean/rata-rata
sebesar 4,00 hal ini menurut staff cukup efektif karena dengan adanya tanda –
tanda ini orang – orang yang berada di proyek tahu bahwa tempat itu berbahaya
dan yang ada di sana akan berhati – hati. Tapi seperti halnya dengan cara
pencegahan yang sebelumnya dapat diketahui bahwa hal tersbut tidaklah terlalu
Universitas Kristen Petra
42
efektif, karena yang menjadi penyebab utama dari kecelakaan kerja struck-by
adalah disebabkan karena faktor lingkungan, sehingga yang harus diutamakan
untuk dilakukan adalah dengan menciptakan kondisi lingkungan yang bersih dan
nyaman bagi para pekerja dan juga meningkatkan kesadaran dari para pekerjanya
untuk meningkatkan keselamatan kerja di proyek tersebut.
Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang staff didapat bahwa yang paling
efektif adalah dengan cara mengadakan penyelidikan tentang penyebab
kecelakaan kerja dengan mean/rata-rata sebesar 5,46, dimana para staff mungkin
beranggapan bahwa jika dapat mengetahui penyebabnya maka dapat dicari cara
untuk menanggulangi kecelakaan kerja struck-by tersebut. Sedangkan menurut
pekerja hal ini menempati urutan ke-9 dengan mean/rata-rata sebesar 3,77, dimana
para pekerja juga merasa hal itu juga termasuk cukup penting dan efektif dalam
mencegah terjadinya kecelakaan kerja struck-by, tapi kemungkinan menurut
pekerja hal itu merupakan tanggung jawab dari pihak kontraktor dan bukan
merupakan tanggung jawab dari para pekerja.
Yang menempati urutan kedua paling efektif menurut staff adalah dalam
penggunaan alat tidak digunakan untuk mengangkut beban yang berlebihan
dengan mean/rata-rata 5,04 para staff sadar dan tahu bahwa alat akan cepat rusak
jika digunakan untuk mengangkat beban yang berlebihan dan nantinya akan
menyebabkan terjadinya kecelakan kerja struck-by, sedangkan menurut pekerja
hal ini menempati urutan ke-5 dengan mean/rata-rata 3,98. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa perlunya ada perhatian yang khusus dalam penanganan
peralatan kerja, terutama peralatan berat dalam mengangkut beban agar tidak
melebihi dari batas yang sudah ditentukan, karena hal tersebut juga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja yang mempunyai dampak yang cukup besar.
Dari hasil analisa sistem pertahanan kecelakaan kerja struck-by yang
mempunyai perbedaan jawaban yang mencolok antara jawaban pekerja dan staff
adalah jumlah tenaga kerja yang memadai/ tidak kekurangan pekerja dengan mean
/rata-rata2,83 menurut jawaban staff dan 4.04 menurut jawaban pekerja. Hal ini
mungkin terjadi karena pekerja merasa lebih ringan jika pekerjanya lebih banyak
dan staff menganggap lebih efektif bila jumlah pekerja secukupnya saja tapi lebih
efektif dalam bekerja.
Universitas Kristen Petra
43
Dari sitem pertahanan nomor sembilan dan juga nomor empat belas, yaitu
pekerja memperoleh lingkungan kerja yang aman dan nyaman, dan juga
peninjauan lingkungan kerja merupkan sistem pertahanan yang kurang efektif
menurut pekerja maupun staff. Sedangkan pada hasil analisa frekuensi dan faktor
kecelakaan kerja struck-by, sistem pertahanan ini dapat mencegah terjadinya
kecelakaan terkena serbuk gergaji/ debu di mata yang merupakan frekuensi
kecelakaan kerja struck-by terbesar, serta dapat mengurangi faktor yang menjadi
penyebab terbesar yaitu gas/ uap/ kabut/ asap/ kondisi berdebu. Hal ini disebabkan
karena pekerja dan juga staff kurang menyadari akan pentingnya sistem
pencegahan terhadap kecelakaan kerja, tetapi lebih mengutamakan pada
penanganan kecelakaan kerja itu sendiri.
Sistem pertahanan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu hard defences
dan juga soft defences. Disini ditampilkan sistem pertahanan kecelakaan kerja
yang mempunyai rank/peringkat lima terbesar menurut pekerja dan juga menurut
staff, selain itu juga dicantumkan kategorinya masing-masing, yaitu hard defences
atau soft defences (Tabel 4.8).
Tabel 4.8 Sistem Pertahanan Kecelakaan Kerja dan Kategorinya dengan
Urutan Lima Terbesar
Pekerja Staff NO Sistem Pertahanan Kecelakaan Kerja
Kategori
NO Sistem Pertahanan Kecelakaan Kerja
Kategori
Melakukan perawatan alat - alat kerja yang baik setiap mau melakukan pekerjaan proyek 1
Hard defens
es 1 Melakukan penyelidikan tentang penyebab
kecelakaan kerja
soft defens
es Setiap kontraktor menyediakan perlengkapan perlindungan diri seperti (helm,pelindung wajah dan mata,sabuk pengaman, penutup telinga 2
perlindungan pernafasan, sarung tangan, sepatu, dan pakaian kerja)
Hard defens
es 2 Alat tidak digunakanuntuk mengankut beban
yang berlebihan/over load
Hard defens
es
Setiap kontraktor menyediakan peralatan pengaman seperti: (jaring pengaman, pagar pembatas, tanda - tanda peringatan untuk daerah
Melakukan perawatan alat - alat kerja yang baik setiap mau melakukan pekerjaan proyek
3
berbahaya, dan alat pemadam kebakaran)
Hard defens
es 3
soft defens
es
4 Jumlah tenaga kerja yang memadai/tidak kekurangan pekerja
Soft defens
es 4 Melakukan/menjalankan peraturan dan
prosedur keselamatan kerja diterapkan
soft defens
es
5 Alat tidak digunakanuntuk mengangkut beban yang berlebihan/over load
Hard defens
es 5 Perlukah penataan site dilakukan/ tata letak
yang baik
soft defens
es
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa yang paling efektif dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja baik itu menurut pekerja maupun menurut
staff adalah diutamakan pada sistem hard defences.
Universitas Kristen Petra
44
Dari data – data yang telah didapatkan, dicoba untuk membandingkan dengan
literatur (Hinze 2005) maka didapatkan bahwa 3 hal yang paling efektif dalam
mencegah terjadinya kecelakaan kerja struck-by adalah penggunaan alat
perlindungan diri, pemberian pelatihan dan pengarahan pada pekerja untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja struck-by, tersedianya peralatan
pengaman.dari ketiga hal tersebut diatas yang mempunyai perbedaan yang
mencolok dengan hasil kuesioner adalah pekerja diberikan pelatihan dan
pengarahan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja struck-by. Menurut hasil
kuesioner menurut pekerja menempati urutan ke tujuh belas sedangkan menurut
staff urutan ke dua belas. Hal ini disebabkan sumber daya manusia di Amerika
berbeda dengan di Surabaya, di Amerika pekerja diharuskan mengikuti pelatihan
agar bisa melakukan pekerjaan konstruksi, sedangkan di Surabaya orang yang
bekerja di bidang konstruksi hanya berdasarkan pengalaman, dan juga rata – rata
pendidikan mereka rendah sehingga kesadaran untuk mengikuti program pelatihan
juga rendah dan mungkin menurut mereka membuang – buang waktu, sedangkan
mungkin menurut staff pekerja susah diatur dan keuntungan dari diadakan
pelatihan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Oleh sebab itu harus
dicari solusi dimana para pekerja dapat diberikan pelatihan yang memadai
sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dari kontraktor itu sendiri, sehingga
kontraktor tersebut merasa tidak dirugikan dengan memberikan pelatihan kepada
para pekerjanya.