4 epistemologi

8
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN 2.1 Pengertian Epistemologi Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods, and limits of human knowledge). Epistemologi juga disebut teori pengetahuan ( theory of knowledge) berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, “ pengetahuan ilmiah”, dan logos= teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemology pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”. Dalam pembahasan filsafat ilmu , epistemologi dikenal sebagai sub sistem dari filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Aspek epistemologi ilmu disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang sering disebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 1

Upload: pps-universitas-sriwijaya

Post on 16-Apr-2017

272 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4 epistemologi

EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN

2.1 Pengertian Epistemologi

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,

metode, dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that

investigates the origin, nature, methods, and limits of human knowledge).

Epistemologi juga disebut teori pengetahuan ( theory of knowledge)

berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan

yang benar”, “ pengetahuan ilmiah”, dan logos= teori. Epistemologi dapat

didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,

struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan. Dalam metafisika,

pertanyaan pokoknya adalah “apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemology

pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui?”.

Dalam pembahasan filsafat ilmu, epistemologi dikenal sebagai sub sistem

dari filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang

bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.

Aspek epistemologi ilmu disebut dengan metode ilmiah. Metode ilmiah

merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang sering disebut ilmu.

Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak

semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang

cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa

yang dinamakan dengan metode ilmiah.

Metode, menurut Senn (dalam Akhadiah dkk, 2011), merupakan suatu

prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang

sistematis. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam apa yang dinamakan

epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita

mendapatkan pengetahuan: apakah sumber pengetahuan, apakah hakikat

jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan, dan sampai tahap mana pengetahuan

yang mungkin untuk ditangkap manusia (Suriasumantri dalam Akhadiah dkk,

2011).

Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 1

Page 2: 4 epistemologi

Sebagaimana halnya berfikir yang selalu kita lakukan sebagai kegiatan

mental yang menghasilkan pengetahuan, maka metode ilmiah merupakan ekspresi

cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini, maka pengetahuan yang dihasilkan

diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh

pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terpuji yang memungkinkan tubuh

pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam

hal ini maka metode ilmiah mencoba membangun tubuh pengetahuan

(Suriasumantri dalam Akhadiah dkk, 2011).

Langkah dalam epistemology ilmu antara lain berpikir deduktif dan

induktif. Berfikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan

ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan

sebelumnya. Secara sistematik dan kumutatif pengetahuan ilmiah disusun setahap

dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan

pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba

memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus

penelaahan.

Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi

tidak memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat

rasionalisme yang bersifat pluralistis, maka dimungkinkan disusunnya berbagai

penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu.

Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder (dalam Akhadiah dkk,

2011), dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu saja hal ini membawa

kita kepada pertanyaan lain: mengapa manusia mulai mengamati sesuatu?

Perhatian tersebut dinamakan John Dewey sebagai pengenalan suatu masalah atau

kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita

yang menimbulkan pertanyaan. Pertanyaan ini timbul disebabkan oleh adanya

kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam

permasalahan. Ketika dapat disimpulkan bahwa “ada masalah”, baru ada proses

kegiatan berpikir dan berpikir baru dimulai, dan arena masalah ini berasal dari

dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengalaman objek

empiris.

Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 2

Page 3: 4 epistemologi

Secara rasional maka ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten

dan kumutatif, sedangkan secara empiris, ilmu memisahkan antara pengetahuan

yang sesuai dengan fakta atau tidak. Secara sederhana maka hal ini berarti

semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yakni : (1) harus konsisten

dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi

dalam teori keilmuan secara keseluruhan; dan (2) harus cocok dengan fakta-fakta

empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung

oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah. Jadi,

logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan logika

induktif di mana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan.

Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam

beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah.

Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses logica-hypothetico-verifikatif ini

pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang

jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan fakta-fakta yang terlait

didalamnya;

2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan

argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara

berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi

permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasarkan

premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan

faktor-faktor empiris yang relevan dengan permsalahan; dan

3. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan

dengan hipotesis yang diajukan untuk memperhatikan apakah terdapat fakta-

fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

4. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis

yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian

terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu

diterima. Sebaliknya, sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta

Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 3

Page 4: 4 epistemologi

yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak (Suria Sumantri,

2000).

Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat

disebut ilmiah. Meskipun langkah-langkah ini secara konseptual tersusun dalam

urutan yang teratur, dimana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah

yang berikutnya, namun dalam praktiknya sering terjadi lompatan-lompatan.

Hubungan antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya tidak terikat

secara statis, melainkan bersifat dinamis dengan proses pengkajian ilmiah yang

tidak semata mengandalkan penalaran melainkan juga imajinasi dan kreativitas.

Sering terjadi bahwa langkah yang satu bukan saja merupakan landasan bagi

langkah yang berikutnya namun sekaligus juga merupakan landasan-landasan

koreksi bagi langkah yang lain. Dengan jalan ini diharapkan diprosesnya

pengetahuan yang bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan

sebelumnya serta diuji kebenarannya secara empiris.

2.3 Hubungan antara Epistemologi dengan Pedagogi Matematika

Epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan

membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan,

validitas, dan kebenaran ilmu,pengenalan, dan pengetahuan manusia. Sudut

Pembahasan Yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka

dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam

ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok

bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat

keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan

filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga

menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru

dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab

hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi

mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan

pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh

dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan ilmu.

Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 4

Page 5: 4 epistemologi

Epistemologi matematika adalah teori pengetahuan yang sasarannya adalah

pengetahuan matematika. Epistemologi merupakan pemikiran reflektif terhadap

berbagai segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal mula, sifat-sifat alami,

batas-batas, asumsi dan landasan,validitas dan reliabilitas hingga kebenaran

pengetahuan.

Kajian yang termasuk dalam epistemologi matematika antara lain :

matematika termasuk jenis pengetahuan apa (empirik ataupengetahuan pra-

pengalaman) bagaimana ciri-ciri matematika (deduktif, abstrak, hipotetik,eksak,

simbolik, universal, rasional dan kemungkinan ciri lainnya) lingkup dan

pembagianpengetahuan matematika (matematika murni, matematika terapan serta

cabang lainnya) kebenaran matematika (sifat alaminya dan semacamnya).

Epistemologi matematika mempengaruhi pembelajaran matematika. Kinerja guru

yang ditunjukkan dalam pemecahan masalah, serta pendekatan pengajaran

mereka, tergantung pada keyakinan mereka tentang matematika.

Review “Epistemologi Pengetahuan “ (pertemuan ke 4) 5