4301411085_manuskrip praktikum pilihan 2

10
PENURUNAN TITIK BEKU Istikomatul Fatonah, Aulia Safitri Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia [email protected], 08967569001 3 Abstrak Percobaan penurunan titik beku yang bertujuan untuk menentukan titik beku larutan dan melihat perubahan titik beku suatu pelarut yang telah ditambahkan zat lain. Percobaan ini menggunakan asam asetat pekat sebagai pelarut, naftalena, dan zat yang ingin dicari massa molarnya yang dalam hal ini menggunakan natrium asetat. Penambahan naftalena sebagai zat terlarut bertujuan untuk mencari konstanta  penurunan titik beku (Kb) dan penambahan zat X (natrium asetat) untuk mencari masaa molekul zat tersebut. Percobaan ini diselesaikan dengan menggunakan  persamaan Clausius Clapeyron dan Hukum Roult. Percobaan dilakukan dengan mengambil 15 mL asam asetat pekat dalam gelas beker dan untuk menurunkan suhunya menggunakan balok-balok es. Penurunan suhu diamati setiap 30 detik hingga terbentuk padatan kristal asam asetat dan suhunya konstan. Perlakuan yang sama dilakukan dengan menambahkan naftalena dan zat X (natrium asetat). Suhu konstan asam asetat pekat adalah 11°C, pada penambahan naftalena suhu konstan hanya 3,5°C dan pada penambahan zat X suhu konstan pada 10°C. Dari data yang diperoleh didapatkan hasil perhitungan berupa Kb sebesar 60,37749/°C dan massa molar zat X sebesar 480,7125. Kata Kunci: hukum roult; konstanta titik beku; massa molar; Penurunan titik beku;  persamaan clausius Clapeyron. Pendahuluan Titik beku suatu zat merupakan suhu di mana wujud padat dan wujud cair berada dalam kesetimbangan termal. Pada titik beku, benda sedang mengalami perubahan wujud dari cair ke padat atau dari padat ke cair dan selama perubahan wujud, suhu benda selalu tetap. Suhu akan tetap sama meskipun pada kondisi tersebut terjadi penambahan atau  pengurangan kalor sela ma tekanan sama. Sistem hanya akan berubah menjadi lebih banyak  padat ata u lebih banyak zat cairnya. Suhu hanya akan berubah jika hanya tersisa satu fase,  baik fase padat saja atau fase cair saja. Perubahan tekanan juga akan mampu untuk merubah suhu, namun jika selisihnya masih kecil tidak terlalu berpengaruh (Keenan, 1984). Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang  penting yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak  bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan

Upload: hafidh-syifaunnur

Post on 14-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    1/10

    PENURUNAN TITIK BEKU

    Istikomatul Fatonah, Aulia Safitri

    Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

    Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia

    [email protected], 089675690013

    Abstrak

    Percobaan penurunan titik beku yang bertujuan untuk menentukan titik beku larutan

    dan melihat perubahan titik beku suatu pelarut yang telah ditambahkan zat lain.

    Percobaan ini menggunakan asam asetat pekat sebagai pelarut, naftalena, dan zat yang

    ingin dicari massa molarnya yang dalam hal ini menggunakan natrium asetat.

    Penambahan naftalena sebagai zat terlarut bertujuan untuk mencari konstanta

    penurunan titik beku (Kb) dan penambahan zat X (natrium asetat) untuk mencari

    masaa molekul zat tersebut. Percobaan ini diselesaikan dengan menggunakan

    persamaan Clausius Clapeyron dan Hukum Roult. Percobaan dilakukan dengan

    mengambil 15 mL asam asetat pekat dalam gelas beker dan untuk menurunkan

    suhunya menggunakan balok-balok es. Penurunan suhu diamati setiap 30 detik hingga

    terbentuk padatan kristal asam asetat dan suhunya konstan. Perlakuan yang sama

    dilakukan dengan menambahkan naftalena dan zat X (natrium asetat). Suhu konstan

    asam asetat pekat adalah 11C, pada penambahan naftalena suhu konstan hanya 3,5C

    dan pada penambahan zat X suhu konstan pada 10C. Dari data yang diperoleh

    didapatkan hasil perhitungan berupa Kb sebesar 60,37749/C dan massa molar zat X

    sebesar 480,7125.

    Kata Kunci: hukum roult; konstanta titik beku; massa molar; Penurunan titik beku;

    persamaan clausius Clapeyron.

    Pendahuluan

    Titik beku suatu zat merupakan suhu di mana wujud padat dan wujud cair berada

    dalamkesetimbangan termal.Pada titik beku, benda sedang mengalami perubahan wujud

    dari cair ke padat atau dari padat ke cair dan selama perubahan wujud, suhu benda selalu

    tetap. Suhu akan tetap sama meskipun pada kondisi tersebut terjadi penambahan atau

    pengurangan kalor selama tekanan sama. Sistem hanya akan berubah menjadi lebih banyak

    padat atau lebih banyak zat cairnya. Suhu hanya akan berubah jika hanya tersisa satu fase,

    baik fase padat saja atau fase cair saja. Perubahan tekanan juga akan mampu untuk merubah

    suhu, namun jika selisihnya masih kecil tidak terlalu berpengaruh (Keenan, 1984).

    Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang

    penting yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak

    bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif

    larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat

    koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut

    hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan

    http://gurumuda.net/kesetimbangan-termal.htmhttp://gurumuda.net/kesetimbangan-termal.htm
  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    2/10

    tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding langsung dengan

    konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut

    larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer. Penurunan

    tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari titik beku

    pelarut murninya (Castellan: 1983).

    Roult menyatakan bahwa tekanan uap dari komponen yang dapat menguap dari

    suatu larutan, berbanding lurus dengan fraksi molnya dalam larutan tersebut. Tekanan uap

    adalah potensial kimia zat pada tekanan 1 atm. Hubungan dari Hukum Raoult ini berlaku

    bagi tiap komponen yang dapat menguap dari suatu larutan ideal. Untuk larutan ideal

    komposisi uap tiap komponennya yang dapat menguap dapat ditentukan dengan

    menerapkan hukum Raoult tersebut dengan mengetahui tekanan total zat tersebut (Atkins:

    2006).

    Pada umumnya hanya sedikit larutan yang memenuhi hukum Raoult, larutan yang

    tidak memenuhi hukum Raoult adalah larutan non ideal. Pada larutan ideal dengan zat

    pelarut A dan zat terlarut B, apabila tarikan larutan dan pelarut atau pelarut dengan pelarut

    sama maka kalor pelarutnya sama dengan nol. Jika tarikan antara pelarut dan zat terlarut

    lebih besar daripada tarikan antar pelarut atau antar zat terlarutnya maka proses

    pelarutannya adalah eksoterm Hsoln < 0. Pada kondisi eksoterm terjadi ikatan hidrogen

    antara pelarut dengan zat terlarut sehingga tekanan uap larutan lebih kecil daripada tekanan

    gas ideal menurut hukum Raoult. Penyimpangan hukum Raoult seperti itu disebut

    penyimpangan negatif. (Supardi, 2008)

    Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan

    dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum

    tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus

    dengan molalitas larutan.

    Tf = Kf. m

    Tf = penurunan titik beku larutan.

    Kf = penurunan titik beku molal pelarut.

    m = konsentrasi larutan dalam molal.

    Menurut hukum Roult:

    P = X1x P0 Dimana:

    P : Tekanan uap pelarut

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    3/10

    P0 : Tekanan uap pelarut murni

    X1: Mol fraksi padatan murni.

    Dari persamaan diatas di dapat ln, sehingga persamaan menjadi:

    Menurut Clausius Clapeyron:

    sehingga diperoleh rumus

    ()

    (Zumdahl/Zumdahl/DeCoste : 2007)

    Tujuan dari percobaan ini yaitu: 1) memperoleh konstata penurunan titik beku

    larutan asam asetat dengan menggunakan persamaan Clausius Clapeyron dan Hukum Roult,

    2) mengetahui pengaruh penambahan zat terlarut terhadap penurunan larutan asam asetat 3)

    menentukan berat molekul zat terlarut x dengan menggunakan persamaan Clausius

    Clapeyron dan Hukum RoultPercobaan ini bertujuan untuk memperoleh konstanta penurunan titik beku (Kf) dari

    larutan asam asetat pekat, mencari massa molar suatu zat X yang dilarutkan dalam asam

    asetat dengan mengetahui perubahan suhu yang terjadi selama percobaan.

    Metode

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam asetat pekat dari

    Merck, naftalena padat dari Merck, dan natrium asetat padat dari Merck. Ala-alat yang

    digunakan adalah gelas beker 25 mL PYREX sebanyak 2 buah, gelas ukur 25 mL PYREX,

    termometer alkohol dengan skala 100C, spatula, statif, stopwatch, palu, dan baskom

    plastik.

    Percobaan dimulai dengan menyiapkan termostat sederhana. Termostat tersebut

    dibuat dari pecahan es batu yang diletakkan pada baskom. Fungsi termostat ini untuk

    menurunkan suhu larutan. Statif diletakkan disamping baskom dan termometer

    digantungkan pada statif. Termometer diletakkan diatas baskom berisi es batu. Asam asetat

    pekat diambil sebanyak 15 mL dengan menggunakan gelas ukur. Asam asetat tersebut

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    4/10

    kemudian dipindahkan dalam gelas beker. Pengambilan ini dilakukan sebanyak 2 kali.

    Pengambilan dilakukan dalam lemari asam dikarenakan asam asetat pekat memiliki bau

    yang tajam.

    Asam asetat dalam gelas beaker diukur suhu awalnya, dan pelan-pelan dimasukkan

    dalam termostat sambil tetap diukur suhunya. Pencatatan suhu dilakukan setiap 30 detik

    untuk meminimalisir kesalahan. Pencatatan suhu dihentikan saat suhu sudah menunjukkan

    konstan dan kristal sudah terbentuk. Gelas beker kemudian diangkat dan dan suhunya

    dinaikkan minimal 5C. Suhu asam asetat dinaikkan agar zat terlarut yang akan

    ditambahkan dapat larut. Zat yang ditambahkan adalah naftalena pada gelas beker pertama

    dan zat X di gelas beker kedua. Larutan diaduk agar zat terlarut cepat larut dan homogen.

    Suhu awal larutan diukur dan kedua gelas beker kembali dimasukkan dalam termostat dan

    diukur kembali penurunan suhunya setiap 30 detik hingga terbentuk kristal dan suhu

    konstan.

    Data yang diperoleh dalam praktikum ini adalah perubahan suhu pada asam asetat

    pekat (T1), campuran asam asetat pekat dengan naftalein (T2), dan campuran asam asetat

    pekat dengan natrium asetat (T3) ketika suhu konstan dan mulai terbentuk Kristal. Massa

    naftalein (G2), massa asam asetat pekat (G1), massa natrium asetat (G3). Konstanta

    penurunan titik beku (Kf) dan massa molekul diperoleh dari perhitungan menggunakan

    kombinasi rumus Clausius Clayperon.

    Hasil Dan Pembahasan

    Hasil dari penimbangan natrium asetat dan naftalena didapatkan 0,25 gram. Hasil

    pengamatan terhadap suhu konstan dari asam asetat pekat murni (T1), campuran asam asetat

    pekat dan naftalein (T2), dan campuran asam asetat pekat dan natrium asetat (T3) adalah

    11C, 3,5C, dan 10C. Tabel 1 menunjukkan perubahan suhu yang terjadi pada setiap

    larutan dalam interval waktu 30 detik. Sebenarnya dalam percobaan didapatkan dua hasil

    pengamatan perubahan suhu pada larutan asam asetat pekat, namun pada akhirnya dalam

    pembahasan dan perhitungan hanya digunakan satu data agar lebih valid dalam perhitungan

    dan agar lebih mudah dalam membandingkan. Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena

    paralaks dalam penggunaan termometer.

    Tabel 1. Kenaikan Suhu Tiap 30 detik

    Waktu (s) Asam asetat (T1)

    Asam asetat +

    Naftalena (T2)

    Asam Asetat

    + zat X (T3)

    0 25 22 1830 20 20 11

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    5/10

    60 19 18 11

    90 17 16,5 10

    120 16 15 10

    150 15 12 10

    180 14 11 10

    210 12 10 10

    240 11 9,5 10

    270 11 8,5 10

    300 11 7,5 10

    330 11 7 10

    360 6,5 10

    390 6

    420 5,5

    450 5

    480 3,5510 3,5

    540 3,5

    570 3,5

    Dari tabel diatas dapat diketahui bersama bahwa penambahan zat tertentu mampu

    menurunkan titik beku suatu pelarut. Pada penambahan naftalena, penurunan titik beku

    sangat drastis sementara pada penambahan natrium asetat hanya menurunkan titik beku

    sangat sedikit.

    Untuk memperjelas perbedaannya maka dapat dilihat pada kurva di gambar1.

    Gambar 1. Kurva suhu banding waktu.

    Garis warna merah menunjukkan penurunan suhu pada pada campuran asam asetat

    dan zat X (natrium asetat). Garis biru muda menunjukkan penurunan suhu Garis warna biru

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    0 100 200 300 400 500 600

    s

    u

    t

    u

    (

    0

    C)

    waktu (s)

    Asam asetat

    Asam Asetat + Naftalena

    Asam Asetat + Zat X

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    6/10

    menunjukkan perubahan suhu pada larutan asam asetat pekat dan naftalena dan garis biru

    tua menunjukkan perubahan suhu pada asam asetat pekat.

    Suhu konstan pada campuran asam asetat dan natrium asetat lebih besar daripada

    suhu konstan pada campuran asam asetat pekat dan naftalena. Hal ini menunjukkan bahwa

    Tb pada larutan asam asetat dan naftalena lebih besar dibandingkan larutan asam asetat

    dan natrium asetat. Menurut Clausius Clapeyron, dikarenakan berat molekul zat terlarut

    berbanding terbalik dengan perubahan suhu (Tb), yaitu

    dimana M2

    adalah berat molekul zat terlarut dan G1adalah massa zat pelarut, seharusnya Tb larutan

    asam asetat dan naftalena lebih rendah dibandingkan larutan asam asetat dan natrium asetat.

    Sementara itu diketahui massa molar naftalena sebesar 128,19 g/mol dan massa molar

    natrium asetat sebesar 82.03 g/ mol.

    Dari data diatas diperoleh Konstata penurunan titik beku asam asetat sebesar

    60,37749 K kg/mol dan massa molar zat x (dalam praktikum ini digunakan natrium asetat)

    adalah 961,42 g/mol dilakukan dengan penggabungan Hukum Roult dan Persamaan

    Clausius Clapeyron.

    Namun berdasarkan Castellan (1983), titik beku asam asetat seharusnya adalah

    16,6C, dan konstata penurunan titik bekunya (Tb) adalah 3.57 K kg/mol. Jika demikian,

    maka seharusnya suhu konstan campuran asam asetat pekat dengan naftalein (T2) adalah16,16C, dan suhu konstan campuran asam asetat pekat dengan natrium asetat (T3) adalah

    15,9C dengan berat molekul natrium asetat yang sebenarnya adalah 82,03.

    Hasil dari percobaan ini sangat jauh dengan hasil yang sesungguhnya. Hal tersebut

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang terencananya kegiatan

    praktikum, kesalahan metode atau langkah yang dilakukan oleh praktikan, seperti dalam

    persiapan termostat sederhana yang tidak memikirkan bahawa suhu dalam termostat

    sederhana sendiri tidak konstan sehingga akan mempengaruhi suhu pada larutan. Selain itu

    kesalahan dalam menggunakan termometer juga ikut mempengaruhi. Dalam pengukuran

    suhu larutan seharusnya ujung termometer tidak diperkenankan untun menyentuh dinding

    ataupun dasar dari gelas beker, namun beberapa kali kesalahan tersebut terjadi sehingga

    mempengaruhi data pengamatan. Selain itu, dalam menentukan titik beku larutan, sangat

    susah untuk mendapatkan suhu konstan karena lingkungannya yang tidak mendukung,

    maka titik beku larutan tidak perlu menunggu suhu konstan, namun melihat pada suhu

    berapa larutan memunculkan kristal untuk pertama kalinya.

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    7/10

    Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah: 1) Titik beku suatu

    larutan lebih rendah dibandingkan titik beku pelarut murninya. 2) Massa molekul zat

    terlarut mempengaruhi besarnya penurunan titik beku larutan, yaitu senakin kecil massa

    molar zat terlarut semakin besar perubahan titik beku larutan tersebut. 3) Dalam praktikum

    diperoleh konstata penurunan titik beku sebesar 60,37749 K kg/mol dan massa molar zat x

    (dalam praktikum ini digunakan natrium asetat) sebesar 961,425 g/mol.

    Daftar Pustaka

    Atkins, Peter and De Paula, Julio. 2006. Atkins Physical Chemistry. London : Oxford

    University Press.

    Castellan, Gilbert W. 1983. Physical Chemistry 3rd Edition. Massachusetts: Addison-

    Wesley Publishing Company.

    Harjito, 2013, Panduan penulisan manuskrip., diunduh di

    www.facebook.com/groups/chemisfun/shshhsnshhhs.pdf pada tanggal 1 Oktober

    2013.

    Keenan. 1984.Ilmu Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

    Supardi, Imam Kasmadi, M.Si dan Luhbandjono, Gatot. 2008. Kimia Dasar II. Semarang :

    Unnes Press

    Zumdahl, Steven S, dkk, 2007, World of Chemistry, Boston : Houghton Mifflin Company

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    8/10

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    9/10

  • 5/24/2018 4301411085_manuskrip Praktikum Pilihan 2

    10/10