459

7

Click here to load reader

Upload: edwin-bima-putra-lius

Post on 05-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bkjk

TRANSCRIPT

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 89

    [CASE REPORT]

    A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OFSCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    Ranintha br SurbaktiFaculty of Medicine, Lampung University

    AbstractSchizoaffective disorder is a mental disorder characterized by psychotic symptoms and mood disorders that occursimultaneously. Mood disorders may include manic or depressive. The incidence of schizoaffective disorder is onlyaround 0.5-0.8%. Schizoaffective disorder is more common in women than in men. This disorder can be treated inmonotherapy and combination therapy. Mr. RI 30 years, with complaints of anxiety, can not sleep, daydreaming,limp and did not want to take medication since two weeks ago. His family also complained patient behave strangeto use anything as a necklace which he regarded as a magic belt. Patients diagnosed with a depressive typeskiziavektif where the symptoms of schizophrenia and mood disorders such as depressive stood out at the sametime. Patients was therapy with psychosocial intervention and psikofarmaka. Psychotherapeutic a typicalantipsychotic, antidepressant, and antiparkinsonisme. Antipsychotics are given Resperidone 3x2 mg tablet orally,Trihexiphenidil mg tablet 3x2 and 3x25 mg Amitriptyline Tablet. Psychosocial interventions provided to patients andfamilies.Keywords: Depressed, mood, schizoaffektive

    AbstrakGangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang ditandai oleh gejala psikotik dan gangguan mood yangtimbul secara bersamaan. Gangguan mood dapat berupa manik maupun depresif. Insidensi gangguan skizoafektifhanya berkisar 0,5-0,8%. Gangguan skizoafektif lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria. Gangguanini dapat diterapi secara monoterapi maupun terapi kombinasi. Tn, RI 30 tahun, dengan keluhan gelisah, tidak bisatidur ,melamun, lemas dan tidak mau minum obat sejak dua minggu yang lalu.Keluarga pasien juga mengeluhkanos berprilaku aneh dengan menggunakan apa saja sebagai kalung yang ia anggap sebagai sabuk sakti. Pasiendidiagnosa dengan skiziavektif tipe depresif dimana gejala skizofrenia dan gangguan mood berupa depresif tampakmenonjol pada waktu yang bersamaan. Pasien di terapi dengan intervensi psikososial dan psikofarmaka.Psikofarmaka berupa antipsikotik tipikal, antidepresan, dan antiparkinsonisme. Antipsikotik yang diberikan adalahResperidone tablet 3x 2 mg per oral, Trihexiphenidil tablet 3x2 mg dan Amitriptilin tabet 3x25 mg. intervensipsikososial yang diberikan kepada pasien dan keluarga.

    Kata kunci: Depresi, mood, skizoafektif

    ...Korespondensi : Ranintha br Surbakti I [email protected]

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 90

    PendahuluanGangguan skizoafektif adalah

    kelainan mental yang rancu yangditandai dengan adanya gejalakombinasi antara gejala skizofrenia dangejala gangguan afektif. Penyebabgangguan skizoafektif tidak diketahui,tetapi empat model konseptual telahdikembangkan.1 Pada gangguanSkizoafektif gejala klinis berupagangguan episodik gejala gangguanmood maupun gejala skizofreniknyamenonjol dalam episode penyakit yangsama, baik secara simultan atau secarabergantian dalam beberapa hari. Bilagejala skizofrenik dan manik menonjolpada episode penyakit yang sama,gangguan disebut gangguan skizoafektiftipe manik. Pada gangguan skizoafektiftipe depresif, gejala depresif yangmenonjol. Gejala yang khas pada pasienskizofrenik berupa waham, halusinasi,perubahan dalam berpikir, perubahandalam persepsi disertai dengan gejalagangguan suasana perasaan baik itumanik maupun depresif.2

    Prevalensi gangguan skizoafektifkurang dari 1 persen yakni dalamrentang 0,5-0,8%. Tetapi angka iniadalah angka perkiraan, karena berbagaipenelitian menggunakan kriteriadiagnosis yang bervariasi dalammendiagnosis skizoafektif.2 Padaumumnya gangguan jiwa lebih banyakditemukan pada pria dibandingkanwanita, namun hal ini berbeda padagangguan skizoafektif.3 Insidensiskizoafektif lebih besar pada wanitadibandingakn dengan pria.2-3 Padawanita yang menikah lebih besarinsidensiny daripada wanita yang belummenikah.2,4 Meskipun prevalensi padawanita lebih tinggi dibandingkan denganpria, namun angka remisi pada wanitalebih baik dibandingkan dengan pria.4

    Pasien dengan skizoafektifmengalami penurunan fungsi kognitifyang lebih parah dibandingkan dengangangguan jiwa yang terkait moodlainnya seperti gangguan jiwa bipolar.Dari penelitian yang dilakukanStudentkowski, dkk pada tahun 2010 diEuthyma, penurunan fungsi kognitifyang meliputi fungsi memori dan atensilebih parah terjadi pada skizoafektifdibandingkan dengan gangguanbipolar.5

    Pasien skizoafektif tipe depresifyang mendapatkan penatalaksanaanakan menunjukkan perbaikan klinis danfungsional meskipun terkadang terdapatkecenderungan terjadi gejala relaps.6Pasien dapat ditatalaksana denganmonoterapi ataupun dengan terapikombinasi dengan antipsikotik danantidepresan/ mood stabilaiser.7Monoterapi dengan resperidone kerjalama menunjukkan perbaikan gejala,dengan angka gejala relaps pada pasienyang minimal.8

    KasusPasien Tn. RI, 30 tahun,

    berpenampilan sesuai dengan usianya,cara berpakaian kurang rapi danperawatan diri kurang baik. Dibawa keRSJiwa dengan keluhan gelisah, tidakbisa tidur, tidak mau minum obat danberprilaku aneh sejak kurang lebih duaminggu SMRS. Os gelisah dan sulit diaturoleh keluarganya. Os tidak tidur karenaia ingin shalat tahajud, namun setelahshalatpun os tak kunjung tidur, ia hanyamelamun dan merokok. Hal ini ialakukan sepanjang malam. Keluhan-keluhan ini mulai timbul sejak os tidakmau minum obat teratur. Obat rutinyang dikonsumsi olehnya adalah THP

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 91

    dan CPZ. Awalnya gejala tidak begituterlihat hingga akhirnya semakin parah.

    Os mengaku mendengar suara-suara yang menggangu yangmengomnentarinya setiap saat, suaratersebut menyuruhnya untuk kembalimenggunakan narkoba dan mengatakanbahwa ia telah berbuat jahat dan tidakmungkin dapat diterima oleh orang lain.Riwayat keluhan mampu melihat sosokyang tidak dapat dilihat oleh orang lainjuga dialami pasien. Sosok teresbutseperti bayangan merah yangmenakutkan. Hal ini membuat osketakutan dan merasa tidak tenang.

    Usia pasien kanak-kanakmengalami pengalaman tidakmenyenangkan, yakni os malas sekolahdan bergaul dengan anak-anak yangtidak baik, hingga os harus pindahsekolah dasar sebanyak tiga kali. Pasienjuga mendapatkan didikan yang kurangbaik dari ibu dan neneknya yakni osterlalu dimanja sehingga os seringberbuat semaunya.

    Usia pasien remaja tidak jauhberberda dengan masa kanak-kanaknya.Pada masa ini ia juga mulai mengenalnarkoba. Oleh karena itu, pasien tidakfokus menjalani persekolahannyasehingga pasien juga pindah-pindahsekolah. Pada saat SMP pasien pindahsekolah sebanyak dua kali dan pada saatSMA juga dua kali. Pasien tidak dapatmenyelesaikan SMA-nya karena padasaat kelas II SMA keluhan-keluhanpenyakit jiwa sudah mulai dialaminya.

    Pada status mental didapatkan:pada gambaran umum perawatan tidakbaik, bersikap kooperatif selamawawancara. Mood hipothymia, afekterbatas, appropriate, serasi. Bicaraspontan dan lancar, volume kurang.Isipikir terdapat waham berdosa danwaham megic-mistik. Terdapat riwayat

    halusinasivisual dan auditorik, namunsaat ini tidak didapatkan. Penilaianrealitaterganggu, dengan tilikan derajatsatu.

    Pasien ditatalaksana denganterapi psikofarmakologi dan terapiintervensi pskososial. Terapipsikofarmakologi meliputi Risperidontablet 3x 2 mg per oral, Trihexiphenidiltablet 3x2 mg bila perlu/munculefeksamping, Amitriptilin tabet 3x25mg. Terapi intervensi psikososialdilakukan kepada pasien dankeluarganya meliputi edukasi danmotivasi.

    PembahasanApabila dilihat dari awal, keluhan

    yang dialami pasien dapatdiklasifikasikan menjadi:gangguanpsikotik, ditandai dengan:merasaditinggal dan merasa orang lain tidakmau memaafkannya, merasa bahwadirinya sangat berdosa sehingga untukmenebus hal tersebut shalat tidaksewajarnya (waham berdosa), merasasetiap benda yang berbentu sabukadalah sabuk ajaibnya (waham magic-mistik), merasa ada sesuatu yang masukdalam pikiran dan hati (thoughtinsertion), halusinasi lihat, halusinasidengar, gangguan ini sudah terjadi lebihdari 1 bulan dan gangguan afek, ditandaidengan: merasa lelah dan mengantuk,merasa diri tidak dapat dimaafkan olehorang sekitar sehingga berusahamelakukan hal-hal baik yang berlebihankepada orang sekitar dan pasien jugapernah mengalami suatu kondisi yangmana pasien merasa sangat sedih danbersalah sehingga pada malam harishalat tahajud, merokok dan melamun.

    Kasus ini dapat dinyatakanmengalami gangguan jiwa karenaadanya distres/penderitaan dan

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 92

    akhirnya timbul suatu gangguan fungsi(hendaya) dalam fungsi pekerjaan danaktivitas sehari-hari pasien.1 Olehkarena itu, dapat disimpulkan bahwapasien mengalami suatu gangguan jiwasesuai dengan definisi yang tercantumdalam PPDGJ-III.9 Kasus ini dapatdigolongkan kedalam gangguan psikotikkarena adanya hendaya menilai realitayang dibuktikan dengan adanya:2)Waham berupa pikiran yang membuatpasien merasa sangat berdosa dan tidakdapat dimaafkan orang lain. b) Perilakukacau atau terdisorganisasi yaitu pasienmenggunakan apa saja yang dapatdijadian kalung. c) Halusinasi visual dansuara.2

    Menurut DSM IV-TR kriteriadiagnosis untuk menegakkan diagnosisgangguan Skizoafektif adalah sebagaiberikut:a) Suatu periode penyakit yangberkesinambungan selama sutu waktu,terdapat salah satu Episode DepresiMayor, Episode manik atau episodecampuran yang terjadi bersama-samadengan gejala yang memenuhi kriteria A(skizofrenia) dan kriteria A1 (mooddepresi). b) Selama periode penyakityang sama, terdapat waham atauhalusinasi selama paling kurang 2minggu tanpa gejala mood yangmenonjol. c) Terdapat gejala yangmemenuhi kriteria suatu periode mooduntuk bagian besar durasi total periodeaktif dan residual dari penyakit. d)Gangguan bukan karena efek fisiologislangsung dari zat (misalnya,penyalahgunaan zat, pengobatan) atausuatu kondisi medis umum.10,11

    Tipe gangguan skizoafektifantara lain:1) Tipe bipolar:jika gangguantermasuk suatu episode manikataucampuran (atau suatu episodemanik atau campuran danepisodedepresi mayor). 2) Tipe depresi:

    jika gangguan hanya termasuk episodedepresi mayor. 1,10

    Menurut DSM IV diagnosisSkizoafektif tipe depresif dapatditegakkan apabila terdapat:1) Padasaat episode yang sama, terdapatepisode depresi yang bersamaandengan gejala pada kriteria A untukskizofrenia yakni: Gejala karakteristik,1)terdapat 2 atau lebih dari gejala munculdalam waktu yang signifikan selama 1bulan (atau kurang bila berhasil diobati).Teradapat waham, halusinasi,disorganisasi dalam berbicara, perilakudisorganized, katatonik, gejala negatifyaitu afek yang mendatar dan lain-lain.Bila waham yang terdapat pada pasienadalah waham aneh atau halusinasiyang bersifat commenting maka 1 gejalasudah dapat memenuhi. 2)Selamaperiode sakit (episode), terdapat wahamatau halusinasi setidaknya minimal 2minggu dimana tidak ada gejalagangguan mood/afektif yang berarti. 3)Gejala yang memenuhi kriteria episodegangguan mood jelas terjadi padabagian dari total durasi periode aktif danresidual dari penyakit. 4) Gangguan initerjadi bukan karena efek langsung darizat psikoatif ataupun penyakit sistemiktertentu.2,11

    Adapun Gejala utama untukmood depresif yaitu: Mood depresif,kehilangan minat dan kegembiraan,berkurangnya energi yangmenyebabkan rasa mudah lelah danmenurunnya aktifitas. Gejala lainnya,yaitu: konsentrasi berkurang,kepercayaan diri berkurang, rasabersalah dan tidak berguna, pandanganmasa depan yang suram dan pesimis,pikiran-pikiran yang membahayakan diriatau bunuh diri, tidur kebanyakan atausedikit,afsu makan bisa berkurang atausebaliknya.10,12

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 93

    Pada pasien ini telah memenuhigejala yang khas untuk skizofrenia yaituhalusinasi auditorik dan visual, wahamberdosa dan waham megic. Menurutpasien ia mendengar suara bisikan yangtidak ada wujudnya di telinganya yangmenyuruh dirinya untuk kembalimenggunakan narkoba dan mengatakandirinya tidak akan dapat diterima olehorang lain karena ia telah berbuat salah.Selain itu juga pasien merasa dirinyatidak berguna di dunia ini. Pada saatyang bersamaan pasien juga mengalamigangguan afektif berupa tipe depresifyaitu mood depresif (sedih, murung),kehilangan minat dan mudah lelahsehingga aktifitas menurun, selain itujuga pasien merasa dirinya sangatberdosa, nafsu makan berkurang,konsentrasi dan perhatian menurun,dan terkadang terlintas pikiran untukmengakhiri hidupnya.13

    Modalitas terapi yang utama untukgangguan skizoafektif adalah perawatandi rumah sakit, medikasi, dan intervensipsikososial.2,14 Prinsip dasar yangmendasari farmakoterapi untukgangguan skizoafektif adalah bahwaprotokol antidepresan dan antimanikdiikuti jika semuanya diindikasikan danbahwa antipsikotik digunakan hanya jikadiperlukan untuk pengendalian jangkapendek.1,2 Jika protokol thymoleptictidak efektif di dalam mengendalikangejala atas dasar berkelanjutan,medikasi antipsikotik dapatdiindikasikan. Pasien dengan gangguanskizoafektif, tipe bipolar, harusmendapatkan percobaan lithium,carbamazepine (Tegretol), valproate(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidakefektif. Pasien dengan gangguanskizoafektif, tipe depresif, harusdiberikan percobaan antidepresan dan

    terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelummereka diputuskan tidak responsifterhadap terapi antidepresan.15-17

    Pada pasien ini diberikanresperidone karena resperidonemerupakan antipsikotik atipikal. Obatantipsikotik dibagi dalam dua kelompokyaitu dopamine receptor antagonist(DRA) atau antipsikotik generasi I (APG-I) dan serotonin-dopamine antagonist(SDA) atau antipsikotik generasi II (APG-II).18 Obat APG-I disebut jugaantipsikotika konvensional atau tipikalsedangkan APG-II disebut jugaantispikotika baru atau atipikal. Secaraumum, mekanisme kerja APG-1 adalahmemblokade dopamin pada reseptorpasca sinaps neuron di otak, khususnyasistem limbik, dan sistemekstrapiramidal (dopamine D2 receptorantagonist) sedangkan APG-IIdisampingberafinitas terhadapdopamine D2 receptor juga terhadapSerotonin 5 HT2 Receptor.18-19 ObatAPG-1 berguna terutama untukmengontrol gejala-gejala positifsedangkan untuk gejala negatif hampirtidak bermanfaat sedangkan obat APG-IIbermanfaat baik untuk gejala positifmaupun negatif.20 Standar emas barupengobatan skizofrenia adalah denganobat APG-II. Meskipun harganya mahaltetapi manfaat sangat besar dan efeksamping minimal dibandingkan denganobat APG-I yang memiliki potensi besarmenyebabkan efek samping sindromaekstrapiramidal, sindroma malignanneuroleptik serta tardive dyskinesiayang membahayakan nyawa pasien jikatidak ditangani secara tepat.

    Obat APG-II pilihan pertamaadalah clozapine namun karena efekagranulositosisnya yang besar sehinggasering digunakan risperidone dengandosis berkisar antara 4-8 mg/hari.1,20-23

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 94

    Untuk mencegah gejalaekstrapiramidal/sindrom parkinsonkarena penggunaan antipsikotik yangkuat, dapat diberikan tablettrihexyphenidil 3-4 x 2 mg/hari.24Penggunaan obat anti psikosis longacting parenteral (fluphenazinedecanoate 25 mg/cc atau haloperidoldecanoas 50 mg/cc im, untuk 2-4minggu) sangat berguna untuk pasienyang tidak mau atau sulit teratur makanobat ataupun yang tidak efektifterhadap medikasi oral.25 Sebaiknyasebelum penggunaan parenteraldiberikan per oral dahulu beberapaminggu untuk melihat apakah terdapatefek hipersensitivitas. Dosis mulaidengan cc setiap minggu pada bulanpertama, kemudian baru ditingkatkanmenjadi 1 cc setiap bulan. Pemberianantipsikosis long acting hanya untukterapi stabilisasi dan pemeliharaanterhadap kasus skizofrenia.

    Gangguan depresi pada pasienditangani dengan pemberianantidepresan. Antidepresan yangdigunakan oleh pasien adalahamitriptilin. Amitriptilin merupakanantidepresan trisiklik (TCA).Antidepresan trisiklik adalah golonganantidepressan yang telah digunakansecara luas untuk pengobatan depresi.Istilah trisiklik mengacu pada strukturkimianya yang terdiri dari tiga cincin.Adapun mekanisme kerja obat ini antaralain inhibitor aktivitas pengambilankembali serotonin, inhibitor aktivitaspengambilan kembali norepinefrin,antimuskarinik, antagonis alfa-1adrenergik, serta antihistamine.25

    Pasein memiliki prognosis yangbaik dinilai dariss:1,2 Usia pasien saatterjadi onset sekitar 30 tahun. Semakinmuda prognosis semakinburuk. Padapasien ini diketahui faktor pencetusnya,

    sehingga kemungkinan seranganberikutnya dapat dicegah sehinggapronosis baik. Bila gejala utama pasienafektif maka prognosis baik, tetapi bilagejala utama pasien skizofrenia makaprognosis buruk. Pada pasien inikecerdasan baik, sehingga prognosisnyabaik. Perjalanan penyakit menentukanprognosis.Dengan terapi adekuat,prognosis baik.

    SimpulanPasien didiagnosa dengan

    gangguan skizoavektif tipe depresif,diagnosa ditegakkan berdasarkananamesa dan pemeriksaan psikiatrik.Gangguan skizoavektif harus ditandaidengan adanya gambaran skizofreniadan gangguan afektif baik depresifataupun manik. Pada pasien gejalaskizofrenia ditandai dengan adanyawaham berdosa dan megic mistik danhalusinasi baik halusinasi visual maupunauditorik. Gejala afektif berupa depresifditandai dengan mood depresif, mudahlelah, merasa dirinya sangat berdosa,dan tidak mau makan. Pasien diterapidengan intervensi psikososial danpsikofarmakologi. Psikofarmakologiyang diberikan ialah obat antipsikotiktipikal, antidepresan danantiparkinsonisme jika ditemukan gejalaekstrapiramidal akibat efek sampingpenggunaan antipsikotik.

    Daftar Pustaka1. Maramis WS. 2009. Catatan Ilmu

    Kedokteran Jiwa. Surabaya: UniversitasAirlangga. hlm. 215.

    2. Harold IK, Sadock B. 2010. Sinopsis PsikiatriIlmu Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ke-4.Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara. hlm.759.

    3. Iniesta R, Susana O, Judith U. 2012.Gender Differences in Service Use in aSample of People with Schizophrenia andOther Psychoses. hal. 1-6

  • Ranintha br Surbakti| A 30 YEARS OLD MANWITH DEPRESSED TYPE OF SCHIZOAFFECTIVE DISORDER

    J Medula Unila | Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 95

    4. Carpiniello B, Federica P,Massimo T, EnricoZ, Francesca F. 2012. Gender Differences inRemission and Recovery of Schizophrenicand Schizoaffective Patients:PreliminaryResults of a Prospective Cohort Study. hal1-8.

    5. Studentkowski G, Scheele D, Calabrese P,Balkau F, Hffler J, et al. 2012. CognItIveImpairment In Patients with SchizoaffctiveDisorder a Comparison with Bipolar PatientsIn Euthymia. 15(2): 7078.

    6. Kulkarni J, Sacha F, Lesley B, Kate F, SeetalD, et al. 2012. Treatment and outcomes ofan Australian cohort of outpatients withbipolar I or schizoaffective disorder overtwenty-four months: implications for clinicalpractice. 12: 228.

    7. Izakova L, Ivan A, Angelos H. 2009.Combination therapy or monotherapy forthe depressed type of schizoaffectivedisorder. 5: 91101.

    8. Gharabawi MG, Natalie CG, Robert AL,Ramy AM, Young Z, et al. 2007.Maintenance therapy with once-monthlyadministration of long-acting injectablerisperidone in patients with schizophreniaor schizoaffective disorder: a pilot study ofan extended dosing interval. 6: 3.

    9. Maslim R. 2004. Buku Saku DiagnosisGangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta: FK JiwaUnika Atmajaya. hlm. 56.

    10. American Psychiatric Association. 2000.Diagnosis dan Statistical Manual of Mentaldisorders (DSM IV TM). Washington DC:APA.

    11. Setiabudi T. Catatan Psikiatri. 2007. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.hal. 212.

    12. Unick JG, Lonnie S, Julia H. 2009.Heterogeneity in Comorbidity betweenMajor Depressive Disorder and GeneralizedAnxiety Disorder and its ClinicalConsequences. 197(4):215-24.

    13. Maslim R. 2001. Panduan PraktisPenggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisike-3. Jakarta: Penerbit Bagian IlmuKedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya. hal14-23.

    14. Jakobsen CJ, Jane LH, Ole JS, Erik S,Christian, et al. 2011. The Effects ofCognitive Therapy Versus Treatment asUsual in Patients with Major DepressiveDisorder. 6(8): 1-11

    15. Nordenskojlt A, Lars VK, Ingemar E. 2012.Predictors of the short-term responder rate

    of Electroconvulsive therapy in depressivedisorders-a population based study. 12:115.

    16. Prudic J, Roger HW, Vaughn M, KeithI,Thomas C, Peter B, et al. 2013. SackeimPharmacological Strategies in thePrevention of Relapse FollowingElectroconvulsive Therapy. 29(1):3-12.

    17. Baghai CT, Hans-Jrgen M. 2008.Electroconvulsive therapy and its differentindications. 10(1):105-17.

    18. Amir N. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FKUI. hal. 145.

    19. Fujimaki K, Terumichi T, Shigeru M. 2012.Association of Typical versus AtypicalAntipsychotics with Symptoms and Qualityof Life in Schizophrenia. 7(5):1-10.

    20. Vasilyeva I, Robert GB, Murray WE, ColleenJM, Silvia AS. 2013. Movement Disorders inElderly Users of Risperidone and FirstGeneration Antipsychotic Agents: ACanadian Population-Based Study. 8(5):1-7

    21.Hardman, Joel G, Limbird LE. 2007. Goodman& Gilman Dasar Farmakologi Terapi, edisi ke-10. Jakarta: EGC. hal. 671.

    22.Honer GW, Ric MP, Eric YHC, George WM, etal. 2009. A translational research approachto poor treatment response in patients withschizophrenia:clozapine-antipsychoticpolypharmacy. 34(6):433-42.

    23.Maher NK, Marcus TB, Julia WT, Brian W,Peter GMA, et al. 2013. Risk Factors forNeutropenia in Clozapine-Treated Childrenand Adolescents with Childhood-OnsetSchizophrenia. 23(2):110-6.

    24.Mack J, Peter R, Karen A, Susanne G,Stephen G, et al. 2012. Prevalence ofPsychotic Symptoms in a Community-BasedParkinsons Disease Sample. 20(2): 123132.

    25.Jian PZ, Anil KM. 2011. Pharmacogeneticsand Antipsychotics: Therapeutic Efficacy andSide Effects Prediction. 2011 Jan; 7(1):9-37.