5 percobaan urin kuantitatif

15
Laporan Praktikum Ke-5 Tanggal Mulai : 23 April 2013 MK. Metabolisme Zat Gizi Tanggal Selesai : 23 April 2013 PERCOBAAN URIN KUANTITATIF Oleh: Kelompok 1 P03 Rica Monica I14110040 Fadel Ahmad I14110052 Hanifah Al Khairiyah I14110097 Rika Mustika I14110104 Rido Akbar I14110125 Asisten Praktikum : Daniel Pratama Defika Koordinator Mata Kuliah : Dr. Rimbawan DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: hanifah-al-khairiyah

Post on 27-Oct-2015

415 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Laporan Praktikum Ke-5 Tanggal Mulai : 23 April 2013 MK. Metabolisme Zat Gizi Tanggal Selesai : 23 April 2013

PERCOBAAN URIN KUANTITATIF

Oleh:

Kelompok 1 P03

Rica Monica I14110040 Fadel Ahmad I14110052 Hanifah Al Khairiyah I14110097 Rika Mustika I14110104 Rido Akbar I14110125

Asisten Praktikum :

Daniel Pratama Defika

Koordinator Mata Kuliah :

Dr. Rimbawan

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses metabolisme dalam tubuh manusia menghasilkan beberapa zat yang harus dibuang dari tubuh. Apabila zat-zat tersebut tetap berada dalam tubuh akan menimbulkan suatu gangguan yang kemudian menjadi penyakit. Proses pengeluran zat sisa dari tubuh dinamakan ekskresi. Sistem ekskresi manusia terdiri atas berbagai organ, di antaranya kulit yang mensekresikan keringat dan ginjal yang mensekresikan urin. Ginjal merupakan organ ekskresi yang berfungsi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan fungsi homeostatik yang penting yaitu mempertahankan susunan normal cairan tubuh. Pengaturan susunan cairan tubuh oleh ginjal berlangsung melalui 4 proses, yaitu filtrasi plasma darah oleh glomeruli, reabsorbsi selektif zat-zat yang diperlukan tubuh oleh tubuli, sekresi zat-zat tertentu yang terdapat dalam darah ke lumen tubuli, dan pertukaran ion H dan pembentukan ammonia. Proses tersebut pada akhirnya menghasilkan urin. Ginjal juga yang mengatur keseimbangan air, sekaligus mengontrol konsentrasi zat-zat kimia dalam darah (Popy 2008). Keadaan normal, manusia dewasa mengeluarkan 1,5 liter urin setiap harinya. Makanan yang dikonsumsi manusia ikut menentukan bagaimana warna dan kejernihan urinnya. Selain bahan-bahan yang seharusnya dikeluarkan lewat urin, adanya kelainan pada bagian-bagian dalam ginjal terkadang menimbulkan suatu abnormalitas di mana zat yang seharusnya tidak dikeluarkan dari tubuh ikut dikeluarkan lewat urin. Sehingga apa yang terjadi dalam tubuh manusia, seperti adanya penyakit dapat teridentifikasi lewat urin (Popy 2008). Setiap orang mungkin mempunyai komposisi urin yang berbeda akibat pengaruh berbagai hal. Oleh karena itu, praktikan melakukan praktikum uji urin kuantitatif agar lebih mengetahui karakteristik urin dilihat dari fisik maupun komposisisnya. Apabila terjadi abnormalitas pada urin probandus, maka praktikan dapat membandingkannya dengan urin normal dan mengetahui kelainan yang terjadi pada urin.

Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum percobaan urin kuantitatif adalah untuk menetapkan kadar urin secara kuantitatif baik dari penetapan kadar asam urat, kadar kreatinin dan klorida pada urin.

Page 3: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

TINJAUAN PUSTAKA

Urin

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Bie 2010). Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Berat jenis urin 1,002-1,035 (Sofiah 2011).

Percobaan Urin Kuantitatif

Percobaan urin kuantitatif merupakan percobaan urin yang sering digunakan untuk mendeteksi keberadaan penyakit pada manusia. Beberapa jenis dari percobaan urin ini adalah penetapan kadar kreatinin urin (folin), penetapan kadar urea urin, penetapan kadar ammonia urin, penetapan kadar protein urin, penetapan kadar klorida urin (schales), penetapan kadar fosfat organik urin (benedict dan thies), penetapan kadar glukosa urin (benedict), penetapan kadar belerang urin, penetapan kadar asam urat urin (franked dan benedict), penetapan kadar zat-zat keton (Azizahwati 1994).

Metode Penetapan Kadar Asam Urat Franked dan Benedict

Asam urat (uric acid dalam bahasa Inggris) adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA, yang termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin akan dikatabolisme. Hasil buangannya berupa asam urat (Nuni 2010). Pada penetapan kadar asam urat metode Franked dan Benedict ini, menggunakan prinsip di mana asam urat mengubah arsenofosfotungstat menjadi arsenofungsit yang akan membentuk senyawa berwarna biru (Azizahwati 1994).

Metode Penetapan Kadar Kreatinin Folin

Kreatinin merupakan hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah mg kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Penetapan kadar kreatinin folin, digunakan prinsip Reaksi Jaffe. Reaksi ini berdasarkan pembentukan tautometer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila larutan diasamkan.

Page 4: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Metode Penetapan Kadar Klorida

Penetapan kadar klorida dalam urin, digunakan cara Schales dan Schales. Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk HgCl2 yang tidak terionisasi. Bila terdapat merkuri nitrat yang berlebih, ion-ion merkuri ini akan bereaski dengan indikator difenilkarbazon membentuk warna ungu (Urin ditambahkan difenilkarbazon 0,1% lalu dititrasi dengan merkuri nitrat sampai berwarna ungu).

Pereaksi

Percobaan penetapan kadar asam urat pada urin, penambahan arsenofosfotungstat dan natrium sianida akan memberikan warna biru. Ini merupakan dasar penetapan asam urat secara kolometri oleh Folin. Dengan enzim urikase akan menjadi allantoin (hasil oksidasi asam urat). "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia. Ammonium hidroksida berfungsi sebagai buffer pada larutan atau larutan penetral. Pada penetapan kadar kreatinin, penambahan asam pikrat berfungsi untuk memecah keratin dalam urin menjadi kreatinin dan NaOH berfungsi untuk mengkondisikan basa (Trisnaningsih 2009).

Penetapan kadar Klorida dalam percobaan urin kuantitatif menggunakan cara Schales dan Schales. Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk HgCl2 yang tidak terionisasi. Bila terdapat merkuri nitrat yang berlebih, ion-ion merkuri ini akan bereaski dengan indicator difenilkarbazon membentuk warna ungu (Urin ditambahkan difenilkarbazon 0,1% lalu dititrasi dengan merkuri nitrat sampai berwarna ungu) (Trisnaningsih 2009).

Kadar Normal Kreatinin dalam Urin

Kadar kreatinin normal dalam plasma darah adalah 0,6-1,2 mg/dL. LFG dihitung dari jumlah kadar kreatinin yang menunjukkan kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73 m2. Kemampuan ginjal membuang cairan berlebih sebagai urin (creatinine clearence rate) dihitung dari jumlah urin yang dikeluarkan tubuh dalam satuan waktu, dengan mengumpulkan jumlah urin tersebut selama 24 jam yang disebut dengan C-crea (creatininine clearance). C-crea normal untuk pria adalah 95-145 ml/menit dan wanita 75-115 ml/menit. Dengan rumus Cockroft-Gault dapat diperkirakan berapa C-crea dari kadar kreatinin yang didapatkan, yaitu : C-crea={[(140-umurxBB]/(72xK_crea)]}xFK Clearance rate (ml/menit) sama dengan 140 (faktor baku 1) dikurangi umur (tahun), dikalikan berat badan (kg), hasilnya dibagi dengan perkalian 72 (faktor baku 2) dengan faktor koreksi (FK) gende. Faktor koreksi gender untuk pria=0,1 dan wanita=0,85 (Vitahealth 2008).

Page 5: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Kadar Asam Urat Normal dalam Urin

Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5-1 g/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8 mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan. Kadar asam urat normal dalam urin dewasa sekitar 250-750 mg/24 jam (Indriasari 2009).

Kadar Klorida Normal dalam Urin

Urin biasanya bersifat basa, tetapi bila ada kekurangan kalium berat, kadar kalium urin akan rendah dan akan terjadi asiduria paradoksal. Pada penderita dengan kekurangan volume berespon terhadap pemberian natrium klorida, konsentrasi klorida urin harus kurang dari 10 mEq/L. Penderita dengan alkalosis metabolik akibat aktivitas mineralokortikoid berlebihan atau kekurangan mempunyai kadar klorida urin lebih dari 20 mEq/L dan resisten terhadap pengobatan dengan natrium klorida (Arvin 2000).

Aplikasi dalam Bidang Gizi dan Kesehatan

Asam urat kurang larut dalam air dan konsentrasi urat yang tinggi dalam urin mudah menyebabkan pengendapan kristal urat yang dapat membentuk batu ginjal urat. Dengan demikian juga, kadar asam urat darah yang tinggi sering menyebabkan pengendapan kristal urat di jaringan lunak, terutama sendi. Sindrom klinis ini adalah gout. Kristal di jaringan menyebabkan respons peradangan disertai pembebasan enzim-enzim dari leukosit dan kerusakan jaringan lokal yang menyebabkan terbentuknya lingkungan asam yang semakin mempermudah pembentukan lebih banyak kristal urat, dengan demikian seterusnya dalam siklus yang berkesinambungan. Akibatnya adalah sendi membengkak, meradang, dan nyeri. Pada pasien dengan gout kadang-kadang terbentuk batu urat, tetapi orang nommouremik (yaitu mereka yang kadar asam urat dalam darahnya normal) dapat menderita batu urat apabila kadar asam urat dalam urin berlebihan. Gagal ginjal menyebabkan asam urat dan juga urea dan kreatinin terakumulasi (Wulandari 2004).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai percobaan urin kuantitatif ini dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2013 pukul 10.00-13.00 WIB. Tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di Laboratorium Metabolisme Zat Gizi lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Page 6: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Alat dan Bahan

Percobaan ini menggunakan alat berupa gelas ukur, pipet mikro, pipet Mohr, corong, kertas saring, Erlenmeyer 125 mL, spektrofotometer, tabung reaksi, dan labu takar 25 mL. Bahan yang digunakan adalah urin 24 jam, pereaksi NaOH, pereaksi NaCN dan asam arsenofosfotungstat, larutan asam pikrat jenuh, larutan indicator difenilkarbazon, dan larutan merkuri nitrat.

Prosedur Kerja

1. Cara pengumpulan urin Pengumpulan urin dilakukan dengan mengumpulkan urin selama 24 jam ke dalam botol berukuran 1,5 liter yang telah diisi dengan toluene sebagai pengawet. Berikut cara pengumpulan urin 24 jam.

Dikumpulkan urin selama 24 jam. ↓

Disimpan dalam keadaan dingin di dalam botol yang berisi toluene 1 mL. ↓

Diuji secara kuantitatif di laboratorium. Gambar 1 Prosedur pengumpulan urin

2. Penetapan kadar asam urat urin Kadar asam urat urin dapat dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi buret dan arsenofosfotungstat yang kemudian dibaca absorbasinya. Berikut prosedur penetapan kadar asam urat urin.

Urin 5 mL diencerkan menjadi 100 mL. ↓

Urin encer sebanyak 20 mL dimasukkan dalam labu takar 100 mL. ↓

Ditambahkan 10 mL NaCN 5 % dari buret dan 2 mL aresenofosfotungstat. ↓

Dibiarkan selama 5 menit. ↓

Dibaca absorbansi pada λ = 520 mμ. ↓

Blanko dan standar dibuat sebagai perbandingan. Gambar 2 Prosedur penetapan kadar asam urat

Page 7: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

3. Penetapan kadar kreatinin urin (Folin) Penetapan kadar kreatinin urin (Folin) dilakukan dengan cara menambahkan urin dengan asam pikrat jenuh dengan larutan NaOH, kemudian absorbansi dibaca pada spektrofotometer. Berikut prosedur kerja penetapan kadar kreatinin.

Labu takar 100 mL disediakan sebanyak dua buah. ↓

Ditambahkan 20 mL asam pikrat jenuh dan 1,5 mL NaOH 10 %. ↓

Dicampurkan baik-baik dan diamkan 25 menit. ↓

Diencerkan dalam labu takar 100 mL. ↓

Dibaca absorbansi pada panjang gelombang 540 mμ. Gambar 3 Prosedur penetapan kadar kreatinin urin (Folin)

4. Penetapan kadar klorida urin

Kadar klorida dapat ditetapkan dengan cara mengencerkan urin yang kemudian ditambahkan indikator dan dilakukan titrasi.Hasil titrasi dihitung sebagai banyaknya NaCl yang ada. Berikut prosedur kerja pengukuran kadar klorida.

Dimasukkan 10 mL urin dalam labu takar 100 mL. ↓

Ditera hingga 100 mL. ↓

Dikeram pada suhu 900C selama 20 menit. ↓

Diambil urin encer 5mLdan dimasukkan dalam gelas kimia 50 mL. ↓

Dimasukkan 5 tetes indikator dan dilakukan duplo. ↓

Dilakukan titrasi dengan larutan merkuri nitrat. ↓

Dihitung jumlah NaCl dalam urin. Gambar 4 Prosedur pengukuran kadar klorida dalam urin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. (Sofiah 2011). Percobaan urin kuantitatif merupakan percobaan urin yang sering

Page 8: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

digunakan untuk mendeteksi keberadaan penyakit pada manusia. Beberapa jenis dari percobaan urin ini adalah penetapan kadar kreatinin urin (folin), penetapan kadar urea urin, penetapan kadar ammonia urin, penetapan kadar protein urin, penetapan kadar klorida urin (schales), penetapan kadar fosfat organik urin (benedict dan thies), penetapan kadar glukosa urin (benedict), penetapan kadar belerang urin, penetapan kadar asam urat urin (franked dan benedict), penetapan kadar zat-zat keton (Azizahwati 1994). Percobaan kuantitatif yang pertama yaitu penetapan kadar asam urat urin. Pada penetapan kadar asam urat metode Franked dan Benedict ini, menggunakan prinsip di mana asam urat mengubah arsenofosfotungstat menjadi arsenofungsit yang akan membentuk senyawa berwarna biru (Azizahwati 1994). Sampel yang digunakan yaitu menggunakan urin yang telah dikumpulkan selama 24 jam. Langkah pertama yaitu sampel urin diambil dan diencerkan dan dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer. Setelah itu dilakukan ditambahkan natrium sianida dan arseno fosfotungstat. Hal ini bertujuan untuk memberikan warna biru. Ini merupakan dasar penetapan asam urat secara kolometri oleh Folin. Setelah itu dibiarkan beberapa saat dan dibaca serapannya. Pada penetapan kadar kreatinin folin, digunakan prinsip Reaksi Jaffe. Reaksi ini berdasarkan pembentukan tautometer kreatinin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Warna ini akan berubah menjadi kuning apabila larutan diasamkan. Pada penetapan kadar kreatinin folin langkah pertama yang dilakukan adalah sampel urin diambil dan dimasukan kedalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan larutan asam pikrat jenuh yang bertujuan untuk memecah keratin dalam urin menjadi kreatinin dan NaOH berfungsi untuk mengkondisikan basa. Setelah itu larutan di kocok agar homogeny dan didiamkan beberapa saat. Setelah itu larutan diencarkan lagi dan dibaca serapannya. Pada percobaan selanjutnya yaitu penetapan kadar klorida urin. Langkah pertama yaitu sampel urin diambil dan ditambahkan aquades untuk diencerkan di dalam Erlenmeyer. Selanjutnya sampel urin yang telah diencerkan diambil dan ditambahkan indikator difenil karbazon. Setelah itu larutan ditritrasi dengan merkuri nitrat. Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk HgCl2 yang tidak terionisasi. Bila terdapat merkuri nitrat yang berlebih, ion-ion merkuri ini akan bereaski dengan indikator difenilkarbazon membentuk warna ungu.

Praktikum pertama yang dilakukan adalah menghitung kadar asam urat dalam urin. Asam urat (uric acid dalam bahasa Inggris) adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin.Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA, yang termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan Guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil buangannya berupa Asam urat (Nuni 2010).

Percobaan ini memberikan hasil berupa nilai absorbansi dari tiap sampel. Nilai absorbansi yang didapatkan selanjutnya dikonversikan secara matematis dengan rumus perhitungan yang tercantum pada lampiran dari laporan ini. Berikut adalah hasil perhitungan kadar asam urin:

Page 9: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Tabel 1 Hasil perhitungan kadar asam urat dalam urin Sampel Kadar Asam Urat (mg/24 jam)

1 180,3 2 237,7 3 63,5 4 258,0 5 135,3 6 172,4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa urutan kadar asam urat dari yang tertinggi ke terendah berturut-turut adalah sampel ke-4, ke-2, ke-1, ke-6, ke-5 dan ke-3 dengan nilai yang tertinggi untuk sampel ke-4 yaitu 258,0 mg/24 jam dan yang terendah yaitu untuk sampel 3 dengan nilai 63,5 mg/24 jam. Menurut Indriasari (2009), kadar asam urat normal dalam urin dewasa sekitar 250-750 mg/24 jam. Berdasarkan literatur tersebutd apat diketahui bahwa hanya sampel urin kelompok 4 yang memiliki kadar asam urat normal yaitu 258 mg/24 jam. Kelima sampel urin lainnya memiliki kandungan asam urat di bawah normal, yakni pada sampel 1 hanya sebesar 180,3 mg/24 jam, sampel 2 sebesar 237,7 mg/24jam, sampel 3 sebesar 63,5 mg/24 jam, sampel 5 sebesar 135,3 mg/24 jam dan sampel 6 sebesar 172,4 mg/24jam. Rendahnya kandungan asam urat dalam urin ini berkaitan dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan ketidaknormalan metabolisme tubuh. Pengeluaran asam urat secara berlebihan dapat menyebabkan kadar asam urat menjadi sangat rendah (Shanti 2010). Kadar asam urat yang rendah juga berhubungan dengan penyakit multiple sclerosis dan oxidative stress. Percobaan yang dilakukan selanjutnya bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin dalam urin. Kreatinin merupakan hasil katabolisme keratin. Sama seperti dengan percobaan penetuan kadar asam urat, pada praktikum ini yang diperoleh dari hasil percobaan adalah nilai absorbansi dari tiap - tiap sampel. Nilai absorbansi ini selanjutnya akan dikonversikan secara matematis dengan menggunakan rumus yang dapat dilihat pada bab lampiran sehingga kadar kreatinin dalam satuan mg/24jam dapat diketahui. Berikut adalah hasil perhitungan kadar kreatinin dalam urin:

Tabel 2 Hasil perhitungan kadar kreatinin dalam urin Sampel Kadar Kreatinin (mg/24 jam)

1 315,0 2 141,7 3 1800,0 4 1720,0 5 411,7 6 20,0

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sampel yang memiliki

kandungan kreatinin terendah yaitu 20 mg/24 jam. Sampel 3 memiliki kandungan kreatinin tertinggi yaitu 1800 mg/24 jam. Menurut Vitahealth (2008), kadar kreatinin normal dalam urin sekitar 1000-1800 mg/24 jam. Berdasarkan literatur tersebut dapat diketahui bahwa hanya sampel urin 3 dan 4 yang memiliki kadar

Page 10: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

kreatinin normal yaitu berturut-turut 1800 dan 1720 mg/24 jam. Keempat sampel urin lainnya memiliki kandungan kreatinin di bawah normal, yakni pada sampel 1 hanya sebesar 315 mg/24 jam, sampel 2 sebsar 141,7 mg/24jam, sampel 5 sebesar 411,7 mg/24 jam dan sampel 5 yang hanya 20 mg/24 jam. Apabila kadar kreatinin rendah itu menandakan menurunnya massa otot dan penyakit hati (Mayhew 2001). Penurunan fungsi ginjal yang berlangsung secara lambat terjadi bersamaan dengan penurunan massa otot, kadar kreatinin dalam serum mungkin stabil, tetapi angka eksresi (atau bersihan) 24jam akan lebih rendah daripada normal. Pola ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami penuaan.Dengan demikian, indeks fungsi ginjal yang lebih baik adalah bersihan kreatinin, yang memperhitungkan kreatinin serum dan jumlah yang dieksresikan per hari (Hendromartono 1999).

Percobaan terakhir yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar klorida dalam urin. Pada percobaan pengukuran kadar klorida dalam urin, hasil akhir yang diperoleh berupa volume titrasi dari masing-masing sampel. Selanjutnya volume ini dikonversikan menjadi kadar klorida dengan satuan mg/24jam. Pengkonversian yang dilakukan menggunakan rumus matematis yang dapat dilihat pada bab lampiran. Berikut adalah hasil perhitungan kadar klorida dalam urin:

Tabel 3 Hasil perhitungan kadar klorida dalam urin Sampel Kadar Klorida (mg/24 jam)

1 12.7 2 13.1 3 16.8 4 15.0 5 23.1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sampel 1 memiliki

kandungan klorida terendah yaitu 12.7 mg/24 jam. Sampel 5 memiliki kandungan klorida tertinggi yaitu 23.1 mg/24 jam. Menurut Arvin (2000), konsentrasi klorida urin harus kurang dari 10 mEq/L. Berdasarkan literatur tersebut maka dapat diketahui bahwa semua sampel urin memiliki kandungan klorida di atas normal, di mana kandungan klorida secara berturut-turut dari sampel 1 hingga sampel 5 adalah 12.7, 13.1, 16.8, 15, dan 23.1 mg/24 jam. Kadar klorida lebih tinggi dari normal ini menunjukkan bahwa kinerja hati terganggu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum percobaan urin kuantitatif adalah bahwa volume urin tiap orang yang dihasilkan selama 24 jam berbeda-beda. Berdasarkan urin yang dihasilkan dapat ditentukan kadar asam urat, kasar kreatinin dan kadar klorida. Faktor yang memengaruhi kadar asam urat, kreatinin dan klorida dari urin

Page 11: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

adalah nilai absorbansi dari sampel pada tiap-tiap percobaan. Serta volume urin yang dihasilkan oleh probandus selama 24 jam. Meskipun kadar asam urat dalam urin seseorang tinggi, namun belum tentu kadar kreatinin, maupun kadar klorida di dalam urin orang tersebut juga tinggi, begitu juga sebaliknya.

Saran

Saran yang praktikan dapat berikan dalam praktikum kali ini adalah agar prosedur kerja yang diberikan sebelum praktikum sama dengan prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum, sehingga praktikan dapat lebih baik dalam mengerjakan percobaan dan meminimalisasi kesalahan prosedur pada saat praktikum dilaksanakan

Page 12: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

DAFTAR PUSTAKA

Arvin BK. 2000.Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Azizahwati, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusa Farmasi FMIPA UI.

Bie. 2010. komposisi urin dan pengertian urin. (terhubung berkala). http://makalahbiologiku.blogspot.com/2010/10/komposisi-urin-dan-pengertian-urin.html

Hendromartono. 1999. Consensus on The Management of Diabetes Mellitus. Surabaya: 1-14.

Indriasari D. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter. Yogyakarta: Pustaka Grhatama. Martin D.L. et al. 1984.Metbolism. Academic Press : New York. Mayhew MS. 2001. Management of Chronic Kidney Disease in Primary

Care.http://www.medscape.com/viewarticle/420220 (28 April 2013) Novi. 2007. senyawa dalam urin. (terhubung berkala).

http://nophy0907.wordpress.com/2007/12/29/urine-mengandung-zat-dan senyawa-penting-yang-dapat-menyembuhkan-berbagai-penyakit/

Nuni 2010.info penting tentang asam urat. (terhubung berkala). http://nuni34.multiply.com/journal/item/6.

Popy A. 2008.Sekilas tentang urin. http://aseppopy.net/kesehatan/sekilas- tentang-urin [ 29April 2013].

Shanti D. 2010.Penyebab asam urat yang penting untuk anda kenali.http://www.dunia-ibu.org/artikel/kesehatan/penyebab-asam-urat-yang-penting-untuk-anda-kenali.html (28 April 2013)

Sofiah Isti. 2011. Praktikum uji Urin. (terhubung berkala). http://iswavy.blogspot.com/2011/03/praktikum-uji-urin.html

Trisnaningsih. 2009. biokimia urin. (terhubung berkala). http://treesnasmart. blogspot.com/2009/05/biokimia-urine.html)

Vitahealth. 2008. Gagal Ginjal: Informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarganya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Vitahealth. 2008. Gagal Ginjal: Informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarganya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wulandari. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.Jakarta: EGC. Wyss M . 2000. Creatine and creatinine metabolism. Physiological reviews

Page 13: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

LAMPIRAN

Tabel Hasil Percobaan

Tabel 1 Volume urin 24 jam Sampel Volume Urin 24 jam (ml)

1 700 2 1700 3 1500 4 1290 5 1300 6 600

Tabel 2 Absorbansi penetapan kadar asam urat urin

Sampel Absorbansi Standar Blanko Sampel

1

0,054 0

0,103 2 0,144 3 0,061 4 0,122 5 0,127 6 0,365

Tabel 3 Absorbansi penetapan kadar kreatinin urin

Sampel Absorbansi Standar Blanko Sampel

1

0,024 0,021

0,048 2 0,026 3 0,093 4 0,101 5 0,040 6 0,019

Tabel 4 Volume titrasi pada penetapan kadar klorida urin

Sampel volume Standar Blanko Sampel

1

3 0,1

4,7 2 2 3 2,9 4 3 5 4,6 6 3,8

Page 14: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Contoh Perhitungan

Penetapan kadar asam urat urin

=௦ ௌ௦ ௌ௧ௗ

24 ݎݑ ݒ ݔ ݔ ݐ ݏ ݔݏ ݎݑ ݒ

=,ଵଷ,ହସ

ଵ ݔ 0,4 ݔଶ

700 ݔ

20 = 180,3 mg /24 jam

Penetapan kadar kreatinin urin

=௦ ௌ௦ ௦ ௌ௧ௗ௦

24 ݎݑ ݒ ݔ ݔ ݐ ݏ ݔݏ ݎݑ ݒ

=,ସ,ଶଵ,ଶସ,ଶଵ

700 ݔ 0,05 ݔ

1 =315 mg/24 jam Penetapan kadar klorida Urin

=1 ݏ ݏݎݐݐ ݒ

ݐݏ ݏݎݐݐ ݒ ݔ ݔݐ ݏ ݔ 24 ݎݑ ݒ

10 =12,7 mg/24 jam

Dokumentasi

Gambar 5 Urin uji hasil percobaan Gambar 6 Larutan standar percobaan

penetapan kadar asam urat penetapan kadar asam urat

Page 15: 5 Percobaan Urin Kuantitatif

Pembagian Tugas

Pendahuluan+Metodologi = Fadel Ahmad Tinjauan pustaka = Rica M & Rido Akbar Pembahasan = Rika Mustika Editor = Hanifah Al Khairiyah