52995510 rencana audit dan program audit menyeluruh
DESCRIPTION
audiTRANSCRIPT
RENCANA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT MENYELURUH
Ada lima jenis pengujian dasar yang dapat di pakai dalam menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal.
2. Pengujian atas pengendalian.
3. Pengujian substantive atas transaksi.
4. Prosedur analitis.
5. Pengujian terinci atas saldo.
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal
Selama tahap audit tersebut, auditor harus memusatkan perhatiannya pada rancangan dan
operasi dari aspek-aspek struktur pengendalian internal sampai seluas yang diperlukan untuk
merencanakan audit dengan efektif.
Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian
intern yang telah dibahas di Bab 9 (Struktur pengendalian internal dan penetapan resiko):
- Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha tersebut.
- Tanya jawab dengan pegawai perusahaan.
- Pemeriksaan pedoman kebijakan dan prosedur.
- Inspeksi atas dokumen dan catatan.
- Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha tersebut.
Prosedur ini dijalankan bersama-sama untuk memperoleh pemahaman atas rancangan kebijakan dan
prosedur pengendalian tertentu dan untuk menentukan apakah kebijakan dan prosedur tersebut telah
ditempatkan dalam operasi. Misalkan, untuk menggunakan peranggaran sebagai prosedur
pengendalian, auditor seharusnya mengetahui bahwa anggaran dibuat dengan dasar pengalaman
sebelumnya, menegaskan lagi penggunaan dan rancangannya dengan menanyakan kepada manajemen,
dan menginspeksi anggaran terbaru, laporan varians dan tindak lanjut sebagai cara untuk menentukan
bahwa anggaran tersebut digunakan pada saat ini.
Pengujian atas pengendalian
Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah untuk
menetapkan resiko pengendalian relative terhadap berbagai tujuan pengendalian internal yang ada.
Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada efektivitas pengendalian, baik rancangan maupun
operasinya. Pengujian ini mencakup jenis bahan bukti berikut:
- Tanya jawab dengan pegawai klien
- Inspeksi dokumen dan catatan.
- Pengamatan penerapan kebijakan dan prosedur spesifik.
- Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap penerapan kebijakan dan prosedur spesifik.
Pengujian substantive atas transaksi
Pengujian substantive adalah prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau
ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan.
Kekeliruan atau ketidakberesan tersebut(sering disebut kekeliruan moneter) merupakan indikasi yang
jelas terjadinya salah saji dalam perkiraan laporan keuangan.
Tujuan pengujian substantive adalah untuk menentukan apakah transaksi pembukuan klien
telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan
dipindahbukukan dengan benar.
Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan perkiraan yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis mencakup perhitungan rasio oleh auditor untuk
dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
Ada empat tujuan penggunaan prosedur analitis, yang seluruhnya telah dibahas dalam Bab 7:
- Memahami bidang usaha klien.
- Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
- Indikasi timbulnya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan.
- Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)
Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk neraca
maupun rugi laba, tetapi penekanan utama pada kebanyakan pengujian terinci atas saldo neraca adalah
neraca. Contohnya adalah antara lain komunikasi tertulis langsung dengan pelanggan untuk piutang
usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan laporan rekanan penjual untuk utang usaha.
Hubungan Antara Pengujian dan Bahan Bukti
Jenis pengujian berikut diurutkan berdasarkan makin besarnya biaya yang diperlukan:
- Prosedur analitis.
- Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan pengujian atas
pengendalian.
- Pengujian substantive atas transaksi.
Hubungan antara pengujian antara pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive
Pengecualian dalam pengujian atas pengendalian adalah hanya indikasi kemungkinan kekeliruan
atau ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah laporan keuangan, sedangkan pengecualian dalam
pengujian substantive adalah salah saji laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian atas
pengendalian seringkali disebut sebagai deviasi pengujian terhadap pengendalian. Sehingga, deviasi
pengujian atas pengendalian signifikan hanya terjadi dengan cukup sering yang menyebabkan auditor
percaya terhadap salah saji dalam rupiah yang material dalam laporan keuangan.
Ada penyeimbangan (trade off) antara pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive.
Auditor membuat keputusan selama perencanaan, apakah akan menetapkan risiko pengendalian
dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus dilaksanakan untuk menentukan apakah risiko
pengendalian yang ditetapkan dapat dibenarkan. Kalau risiko pengendalian yang ditetapkan berada di
bawah maksimum, risiko penenmuan yang direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan dan
dengan demikian pengujian substantive yang direncanakan dapat dikurangi.
Variasi dalam rencana audit
Terdapat banyak variasi dalam penggunaan kelima jenis pengujian dalam situasi audit yang berbeda
pada berbagai tingkat efektifitas pengendalian intern. Ada juga variasi dari satu siklus ke siklus lain
dalam suatu audit tertentu. Analisa setiap situasi audit adalah sebagai berikut:
- Analisa situasi audit 1. Klien ini adalah perusahaan besar dengan pengendalian intern yang
canggih. Auditor melakukan pengujian atas pengendalian yang ekstensif dan sangat
mengandalkan kepada struktur pengendalian intern untuk mengurangi pengujian substantive.
- Analisa situasi audit 2. Perusahaan ini berukuran sedang, terdapat beberapa pengendalian.
Auditor memutuskan untuk melakukan jumlah pengujian kecuali prosedur analitis, yang
dilakukan dengan ekstensif.
- Analisa situasi audit 3. Perusahaan ini adalah perusahaan menengah, tetapi memiliki sedikit
pengendalian yang efektif. Penekanan ada pada pengujian terinci atas saldo, tetapi beberapa
pengujian substantive atas transaksi dan prosedur analitis dilakukan juga.
- Analisa situasi audit 4. Rencana awal dalam situasi audit ini mengikuti pendekatan pada pada
audit 2. Biaya dalam situasi audit ini lebih tinggi karena pengujian atas pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi dilaksanakan tetapi tidak dapat mengurangi pengujian
terinci atas saldo.
Perancangan Program Audit
Program audit dirancang dalam tiga bagian: pengujian atas transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian terinci atas saldo.
1. Pengujian atas transaksi. Prosedur pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi tergantung kepada
rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
2. Prosedur analitis. Karena relative tidak mahal, banyak auditor melakukan prosedur analitis yang
ekstensif dalam seluruh audit.
3. Pengujian terinci atas saldo. Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo
diorientasikan kepada tujuan audit. Perancangan prosedur tersebut bersifat subyaktif dan
memerlukan pertimbangan professional.
Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo laporan keuangan piutang usaha
1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan untuk
piutang usaha. Risiko bawaan dapat juga diperluas ke tujuan audit individual. Misalkan karena
kondisi ekonomi yang buruk dalam industry klien, auditor dapat menyimpulkan bahwa ada risiko
yang besar piutang usaha tidak tertagih.
2. Tetapkan risiko pengendalian. Metodologi ini dapat diterapkan baik untuk penjualan maupun
penagihan dalam audit atas piutang usaha.
3. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Pengujian
dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang diperkirakan ini
akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
4. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit. Pengujian terinci ats
saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran sampel, pos atau unsure yang dipilih,
dan saat pengujian.
Tingkat disagregasi aktivitas perencanaan
Tingkat disagregasi ini berkisar dari audit keseluruhan sampai tujuan audit untuk masing-masing
perkiraan. Misalkan, kalau auditor mendapatkan informasi mengenai latar belakang bidang usaha dan
industry klien, hal ini berkaitan deng n audit keseluruhan.
Program audit ilustratif
Prosedur audit dapat ditambahkan atau dihilangkan sepanjang dipandang perlu oleh auditor.
Ukuran sampel, pos, atau unsure yang dipilih, dan saat pengujian dapat juga diubah untuk kebanyakan
prosedur. Program audit dikembangkan setelah mempertimbangkan seluruh factor yang mempengaruhi
pengujian terinci atas saldo dan didasarkan pada beberapa asumsi mengenai risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan hasil pengujian atas transaksi serta prosedur analitis.
Hubungan Tujuan Pengendalian Intern dengan Tujuan Audit
Tujuan pengendalian intern untuk pengendalian intern untuk penjualan, penjualan retur dan
pengurangan harga, dan penagihan mempengaruhi tujuan audit piutang usaha. Tujuan keabsahan dalam
pengendalian intern pada penjualan mempengaruhi tujuan keabsahan dalam audit atas piutang usaha
sedangkan tujuan keabsahan dalam pengendalian intern untuk penjualan retur dan pengurangan harga
dan penagihan mempengaruhi tujuan kelengkapan untuk piutan usaha.
Ikhtisar proses audit
Tahap 1: perencanaan dan perancangan pendekatan audit
Diakhir tahap 1, auditor seharusnya memperoleh rencana audit yang didefinisikan dengan baik
dan program audit yang spesifik untuk keseluruhan audit. Informasi yang diperoleh selama perencanaan
awal, perolehan informasi mengenai latar belakang dan perolehan informasi mengenai kewajiban
hokum klien digunakan terutama untuk menetapkan risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima.
Tahap 2: pengujian atas pengendalian dan transaksi
Tujuan dalam tahap 2 adalah (1) mendapatkan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur
pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan dan (2) untuk
memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter transaksi.
Tahap 3: melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
Tujuan tahap 3 adalah untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk
menentukan pakah saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan dengan wajar.
Ada dua kategori umum prosedur dalam tahap 3: prosedur analitis dan pengujian ternci atas saldo.
Prosedur analitis adalah prosedur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan menyeluruh transaksi
dan saldo. Pengujian terinci ats saldo adalah prosedur khusus yang diarahkan untuk menguji kekeliruan
moneter dalam saldo laporan keuangan.
Tahap 4: penyelesaian audit
Mengumpulkan bahan bukti tambahan untuk laporan keuangan, mengikhtisarkan hasilnya,
menerbitkan laporan audit dan melakukan berbagai bentuk komunikasi lain. Tahap ini terdiri dari:
- Menelaah kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat adlah kewajiban yang potensial yang harus
diungkapakan dalam catatan kaki klien (atau catatan atas laporan keuangan).
- Menelaah peristiwa kemudian. Dirancang untuk , memberikan auditor perhatian atas peristiwa
kemudian yang memerlukan pengakuan pada laporan keuangan.
- Mengumpulkan bahan bukti akhir. Bahan bukti ini mencakup pelaksanaan prosedur analitis
akhir, evaluasi asumsi kelangsungan hidup, mendapatkan surat pernyataan klien, dan membaca
informasi dalam laporan tahunan untuk menjamin konsistensi dalam laporan keuangan.
- Menerbitkan laporan audit. Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung kepada bahan bukti
yang dikumpulkan dan temuan audit.
- Komunikasi dengan komite audit dan manajemen. SAS juga menghendaki auditor untuk
membicarakan masalah lain tertentu kepada komite audit atau badan/ lembaga sejenis saat
penyelesaian audit atau sesudahnya.