5.analisis faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (zis) melalui bazda...
DESCRIPTION
skripsiTRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR –FAKTOR PENDORONG
MASYARAKAT MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ, DAN
SEDEKAH (ZIS) MELALUI BAZDA SUMATERA UTARA
OLEH
ANDY RISWAN RITONGA
080501013
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya.
Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS.
This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS.
The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future. Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga senantiasa tercurah kepada
Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat
Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan, yaitu kepada :
1. Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Sofyan Suri Ritonga, SH dan ibunda
Siti Onggol, S,pd. Saudara-saudara, abang, kakak, dan adik tercinta,
beserta teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan semangat
dan dukungan beserta doa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.
2. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc. Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan, sekaligus Dosen Pembimbing yang telah
memberikan penulis dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam
menyempurnakan skripsi ini dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku
Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris
Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
5. Kepada Bapak DR. Saparuddin Siregar, SE, AK, SAS, M.Ag selaku dosen
pembaca penilai yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan berbagai ilmunya kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu staf administrasi Fakultas Ekonomi, khususnya
Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah dengan ikhlas melayani
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada pimpinan BAZDASU Bapak Drs. H. Amansyah Nasution, MSP
beserta pegawai-pegawai BAZDASU yang telah membantu dalam proses
penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengaharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat
dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa
Ekonomi Pembangunan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, 24 Juli 2012 Penulis
Andy Riswan Ritonga 080501013
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ............................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................ v DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 11 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 12 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Zakat………………………………………….......................... 14 2.1.1. Pengertian Zakat………………………………….......... 14
2.1.2. Klasifikasi Zakat…………………………...................... 16 2.1.2.1. Zakat Fitrah……………………………………... 16 2.1.2.2. Zakat Maal (Harta)……………………................. 17 2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat….……………………........... 26 2.1.2.4. Penerima Zakat………………………................... 27 2.1.3. Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat………....... 28
2.2. Infaq……………………………….…………………................ 30 2.2.1. Pengertian Infaq……………………….............................. 30
2.3. Sedekah……………………………………………………......... 31 2.3.1 Pengertian Sedekah………………………………………. 31 2.4. Pelayanan Donatur/Muzakki……………………........................ 31
2.4.1 Pengertian Donatur Muzakki............................................... 31 2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan………...... 32
2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan…………………………………. 33 2.5 Lokasi Lembaga Zakat…………………………………………….34
2.6. Peranan Fundraising Zakat……………………………………… 35 2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat……………………………… 35 2.6.2 Metode Fundraising Zakat…………………………………. 35 2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat………………………………… 36 2.7. Penelitian Terdahulu…………………………………………… 36
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian............................................................38
3.2. Lokasi Penelitian………………………………………………...38 3.3. Jenis dan Sumber Data..................................................................38 3.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................39 3.5. Populasi dan Pemilihan Sampel …….…………………………..40
3.6. Metode Analisis dan Pengelolaan Data........................................40 3.7. Definisi Operasional.....................................................................41
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara…43 4.1.1. Sejarah Singkat Perkembanagan BAZDASU. ……...........43 4.1.2. Profil BAZDASU …………………..................................45 4.1.3. Visi dan Misi BAZDASU ………….................................46 4.1.3.1. Visi………………………………………………46 4.1.3.2. Misi………………………………………………46. 4.1.4. Landasan Hukum Zakat……….........................................47 4.1.4.1 Landasan Agama Islam…………………………..47 4.1.4.2 Landasan Peraturan Perundang-undangan……….48 4.1.5. Kedudukan BAZDASU…………….................................49 4.1.6. Tugas Pokok dab Fungsi BAZDASU…… .......................49 4.1.6.1 Tugas Pokok……………………………...............49 4.1.6.2 Fungsi…………………………………………….50 4.1.7. Tujuan dan Prinsif Pengelolaan BAZDASU……….........51 4.1.8. Program Bantuan dan Pendayagunaan BAZDASU..........52 4.1.9. Struktur Organisasi Pengurus BAZDASU……………….53 4.2. Analisis Data dan Pembahasan………………….........................55 4.2.1. Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin………………………………………... ……….............56 4.2.2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan……... .57 4.2.3. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan 59
4.2.4. Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU…………60 4.2.5. Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………………………………………......62
4.2.6. Hasil Analisis Data dan Deskriftif Penelitian…………….64 4.2.6.1.Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU65
4.2.6.2. Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU66 4.2.6.3. Jarak Tempat Tinggal Responden dengan Lokasi BAZDASU………………………………………..68
4.2.6.4. Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU………………………………………. 70.
4.2.6.5. Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU….. 72 4.2.6.6. Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU………………………………….. 74 4.2.6.7. Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU……………………………….. .. 76
Universitas Sumatera Utara
4.3. Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif Penelitian………………………………………………………….. 78
4.3.1. Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU………… 78 4.3.2. Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU……………………………………………. 83
4.3.3. Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU…………………........................... 88
4.4. Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS)………………………. 94 4.4.1.Kendala Internal………………………………………... 94 4.4.2. Kendala Eksternal……………………………………… 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 97 5.2. Saran ...................................................................................... 99 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 101 LAMPIRAN.................................................................................................. 103
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan
Amil Zakat Daerah Sumatera Utara……………………......... 8 1.2 Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah
Sumatera Utara……………………………………………………. 8
2.1 Nishab Zakat Unta…………………….. ............................... 20 2.2 Nishab Zakat Sapi atau Kerbau…………………………...... 21 2.3 Zakat Kambing dan Domba………………………………… 22 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin.......... 56 4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………. 58 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan dan Pendapatan 59 4.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..….. 60 4.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden…………………………………………................ 62 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi
BAZDASU……… . 65 4.7 Alasan Responden Membayar ZIS di
BAZDASU…………. .. 67 4.8 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi
BAZDASU 69 4.9 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui
BAZDASU…………………………………………………. .. 71 4.10 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden
di BAZDASU………………………………………………. 73 4.11 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU 74 4.12 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU…….. 76 4.13 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 20012011…. ... 80 4.14 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU
Tahun 2001-2011…………………………………………… .. 85 4.15 Jumlah Penyaluran Dana ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011………………………… …….. …………………... 90
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman 4.1 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU………..……. 62 4.2 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden………………………………………… .................... 63
4.3 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU................ 66 4.4 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU…………….. 68 4.5 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU.. 70
4.6 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU…………………………………………………….. 72 4.7 Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU………………………………………………….. 74 4.8 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU…. 76 4.9 Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU………. 78 4.10 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011……………………………. 88 4.11 Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-201…………………….……………………………. 93
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
BAZDA = Badan Amil Zakat Daerah BAZDASU = Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara BAZIS = Badan Amil Zakat Infaq Sedekah BAZNAS = Badan Amil Zakat Nasional BAZ = Badan Amil Zakat BPS = Badan Pusat Statistik DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah LAZ = Lembaga Amil Zakat LHAI = Lembaga Harta Agama Islam LPZ = Lembaga Pengelolaan Zakat OPZ = Organisasi Pengelolaan Zakat SPSS = Statistic Product and Service Solution UPZ = Unit Pengumpulan Zakat UU = Undang-Undang ZIS = Zakat Infaq Sedekah
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong muzakki sehingga melakukan pembayaran dana ZIS melalui BAZDASU. Penelitian ini juga membahas perkembangan pengumpulan dana ZIS selama tahun 2001-2011, serta kendala-kendala yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 muzakki yang memabayar dana ZIS di BAZDASU, menggunakan metode analisis deskriptif dengan bantuan software SPSS 16.0 descriptive analysis. Sedangkan untuk meneliti perkembangan pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan menganalisis perkembangan jumlah muzakki, penerimaan, dan penyaluran dana ZIS selama 11 tahun terakhir. Juga menampilkan kendala internal dan eksternal yang dihadapi BAZDASU dalam pengumpulan ZIS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZDASU. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq dan sedekah pada lembaga ini, karena statusnya sebagai lembaga zakat resmi milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepanya.
Kata kunci: ZIS, Pelayanan, Lokasi, Teknik Pengumpulan.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
This study aims to determine the driving factors that make payments Muzakki ZIS funds through BAZDASU. This study also discusses the development of ZIS fundraiser for the year 2001-2011, as well as obstacles encountered in the collection BAZDASU ZIS.
This study took a sample of 40 Muzakki the ZIS in BAZDASU to pay funds, using descriptive analysis method with the help of descriptive analysis software SPSS 16.0. While researching the development of fund-raising conducted by analyzing developments ZIS Muzakki number, receipt, and disbursement of funds during the last 11 years ZIS. Also featuring internal and external constraints faced in the collection BAZDASU ZIS.
The results showed that the factors that encourage people to pay ZIS is a service, location and status BAZDASU collection techniques. Muzakki reasons prefer to pay zakat, and alms infaq in these institutions, because of its status as an official charity organization owned by the Government. To increase public awareness of the tithe, and give alms berinfaq, BAZDASU must continue to improve the quality of performance, service, socialization and its superior programs, in order to build a better image BAZDASU for the future. Key words: ZIS, Service, Location, collection techniques.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya
berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan
kemanusian yang bernilai sosial (Maliyah ijtimah‘iyyah). ZIS memiliki manfaat
yang sangat penting dan strategis dilihat dari sudut pandang ajaran Islam maupun
dari aspek pembangunan kesejahteraan umat. Hal ini telah dibuktikan dalam
sejarah perkembangan Islam yang diawali sejak masa kepemimpinan Rasulullah
SAW. Zakat telah menjadi sumber pendapatan keuangan negara yang memiliki
peranan sangat penting, antara lain sebagai sarana pengembangan agama Islam,
pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan
infrastruktur, dan penyediaan layanan bantuan untuk kepentingan kesejahteraan
sosial masyarakat yang kurang mampu seperti fakir miskin, serta bantuan lainnya
(Depag RI, 2007 a:1).
Peranan zakat di atas, sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat miskin
di Indonesia yang masih membutuhkan berbagai macam layanan bantuan, namun
masih kesulitan dalam memperoleh layanan bantuan tersebut guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Di lihat dari fenomena itulah, Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam sebenarnya memiliki potensi yang
strategis dan sangat layak untuk dikembangkan dalam menggerakkan
perekonomian negara. Melalui penggunaan salah satu instrumen pemerataan
pendapatan, yaitu institusi zakat, infaq, dan sedekah (ZIS), di mana zakat, infaq,
Universitas Sumatera Utara
dan sedekah selain sebagai ibadah dan kewajiban juga telah mengakar kuat
sebagai tradisi dalam kehidupan masyarakat Islam.
Oleh karena itu, ibadah zakat, infaq, dan sedekah yang telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Islam di Indonesia, didukung dengan besarnya
kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, sehingga dapat
dikatakan Indonesia adalah negara yang memiliki potensi zakat yang cukup besar.
Potensi ini merupakan sumber pendanaan yang dapat dijadikan kekuatan
pemberdayaan ekonomi, pemerataan pendapatan, bahkan akan dapat
menggerakkan roda perekonomian negara. Potensi ini sebelumnya hanya dikelola
oleh individu-individu secara tradisional dan bersifat konsumtif, sehingga
pemanfaatannya belum optimal. Setelah berlakunya Undang-undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pelaksanaan pengelolaan zakat di
Indonesia dilakukan oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) yaitu Badan Amil
Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah di tingkat nasional, propinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan serta Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk
dan dikelola masyarakat (Depag RI, 2007 a: 1).
Pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah oleh BAZ dan LAZ,
seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap masalah kemiskinan dalam hal
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun kenyataannya masih
banyak masyarakat Indonesia yang hidup miskin dan serba kekurangan dan belum
tersentuh oleh hasil distribusi zakat, dikarenakan banyak program LPZ yang
manfaatnya bagi umat belum dirasakan secara signifikan (Depag RI, 2008:3).
Padahal potensi zakat Indonesia di atas kertas luar biasa besar. Secara matematis,
Universitas Sumatera Utara
jika kesadaran berzakat telah tumbuh, maka akan didapat angka minimal sebesar
Rp 19 Triliun per tahun, Angka akan bertambah jika diakumulasikan dengan
pemasukan dari infaq, sedekah, serta wakaf tentunya akan didapat angka yang
lebih besar lagi. Namun, angka di atas masih dalam hitungan kertas saja. Dalam
kenyataannya pada tahun 2007 lalu hanya terkumpul lebih kurang Rp 250 milyar
per tahun, itu artinya hanya 1,3% saja dana zakat yang dapat terkumpul dari
jumlah dana potensial yang ada (Ibid). Di lihat dari persentase jumlah dana zakat
yang berhasil dikumpul oleh BAZ dan LAZ tidak sebanding dengan besarnya
potensi yang ada. Apalagi bila dilihat dari segi jumlah penduduk Indonesia
sebagai negara keempat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2011
mencapai 30,01 juta jiwa, menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 31,02
juta jiwa. Sumatera Utara berada pada empat besar sebagai provinsi yang jumlah
penduduk terbanyak dari 33 propinsi di Indonesia. Jumlah penduduk miskinnya
mencapai 1,481 juta jiwa. Angka tersebut menurun sedikit dibanding tahun 2010
yang mencapai 1,490 juta jiwa (www.bps.go.id). Dengan status jumlah
masyarakat Islam yang mayoritas, jelas yang paling banyak berada pada garis
kemiskinan adalah masyarakat Islam, sehingga masalah ini menjadi masalah umat
Islam yang harus ditanggung bersama.
Untuk membantu memecahkan masalah kemiskinan melalui institusi ZIS,
diperlukan aturan hukum yang jelas melalui Undang-undang Pengelolaan Zakat.
Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan pengelolaan
zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pranata
keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Kemudian terjadi
perkembangan yang cukup menarik, yang mendukung penghimpunan zakat
dengan lahirnya UU Nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU
Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang antara lain mengatur
tentang pembayaran zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak (Depag
RI, 2007 a:2).
Pengurangan zakat dari laba atau pendapatan sisa kena pajak tersebut
bertujuan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar
zakat dan pajak, agar kesadaran membayar zakat diharapkan dapat memacu
kesadaran membayar pajak. Zakat yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak
adalah yang dibayarkan kepada BAZ atau LAZ yang dikukuhkan oleh pemerintah
untuk dapat mengurangkan zakat dari penghasilan kena pajak tersebut. Wajib
pajak harus terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terlebih
dahulu (Depag RI, 2007 b:64-65). Oleh karena itu, kewajiban membayar zakat
dan pajak dapat lebih disinergikan, dimana keduanya merupakan sumber
keuangan yang berpotensi besar dalam kegiatan pembangunan ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, zakat yang memiliki peranan besar sebagai sumber
keuangan syariah dalam membantu meningkatkan perbaikan kualitas
kesejahteraan hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan penguatan aturan hukum
guna menempatkan kedudukan zakat yang lebih strategis lagi di Indonesia. Salah
Universitas Sumatera Utara
satu alasan itulah yang mendukung dilakukannya revisi undang-undang dalam
mengatur dan menguatkan kedudukan zakat, serta Lembaga Pengelolaan Zakat
(LPZ) di Indonesia. Pada akhirnya proses amandemen UU No 38 Tahun 1999
tentang pengelolaan zakat telah selesai diamandemen dan disahkan oleh DPR RI
pada tanggal 27 Oktober 2011 lalu. UU hasil amandemen tersebut kemudian
diberi nomor UU Nomor 23 Tahun 2011. Sebuah hasil perumusaan dan
perjuangan panjang bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pengelolaan zakat di
Indonesia, akibat dari ketidak setujuan atas UU Nomor 38 Tahun 1999 yang
memberikan LAZ kesempatan yang sama besar dalam mengelola dana zakat.
Terdapat bukti-bukti yang semakin menguat bahwa pada umumnya masyarakat
telah gagal dalam melaksanakan pengelola zakat, dan seharusnya pengelolaan
zakat ini dikembalikan kepada lembaga zakat pemerintah (BAZ). Peningkatan
Pertumbuhan yang besar jumlah dana zakat, infaq, dan sedekah yang berhasil
dikumpulkan oleh LAZ tidak diiringi dengan penurunan tingkat kemiskinan
secara optimal. Oleh sebab itu ada anggapan bahwa lembaga zakat yang dikelola
oleh masyarakat sendiri, belum dapat berjalan dengan baik serta masih syarat
terhadap kepentingan individu dan kelompok.
Dengan adanya Undang-undang baru zakat ini, lebih menguatkan peran
dan fungsi BAZ, yang menegaskan kewajiban LAZ yang di bentuk masyarakat
untuk melaporkan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan zakat yang telah
dilakukannya kepada BAZ (Pasal 19), tetapi bukan kewajiban untuk menyetorkan
dana zakat kepada BAZ. Hal ini bertujuan agar koordinasi LPZ dapat diformalkan
melalui Undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
Terwujudnya koordinasi Pengelolaan dana zakat yang baik antara BAZ
dan LAZ melalui UU yang baru, menumbuhkan harapan besar dalam menghadapi
tahun 2012, sehingga optimisme peningkatan penerimaan zakat secara nasional
cukup beralasan. Pada tahun 2010, penerimaan zakat nasional mencapai sekitar
Rp 1,5 triliun zakat, sedangkan tahun 2011 lalu mencapai Rp 1,8 triliun atau
mengalami kenaikan 20% dibanding penerimaan tahun 2010. Untuk tahun 2012,
jumlah penerimaan zakat Rp 3-4 triliun sangat mungkin terealisasi asal terpenuhi
dua syarat, yaitu, (1) sistem pengelolaan zakat sesuai UU pengelolaan zakat yang
baru berjalan efektif dipusat dan disemua daerah, dan (2) pelaksanaan pembayaran
zakat sebagai pengurang penghasilan bruto bagi para wajib pajak orang pribadi
yang beragama Islam dapat direalisasikan dengan berbasis sistem IT perpajakan
dan perzakatan (Republika, 22 Desember 2011).
Sementara di Sumatera Utara, menurut Pimpinan Badan Amil Zakat
Daerah Sumatera Utara telah mengumpulkan dana yang berasal dari zakat, infaq
dan sedekah (ZIS) sekitar Rp1,4 miliar hingga pertengahan Agustus 2011 yang
akan disalurkan untuk membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang
membutuhkan bantuan. Dengan rincian sebanyak Rp 600 juta berasal dari zakat
dan Rp800 juta dari infaq serta sedekah. Namun sedang diupayakan pengumpulan
ZIS lebih banyak agar dapat membantu kaum fakir miskin dan pihak-pihak yang
membutuhkan bantuan. Pada tahun 2010, Dana ZIS yang terkumpul oleh Bazda
Sumatera Utara mencapai Rp.1,7 milyar dengan rincian Rp.1,2 milyar dari zakat
dan sekitar Rp.450 juta dari infaq dan sedekah (www.waspadaonline.com). Dalam
perkembangan LPZ setelah disahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan Zakat di Indonesia (kini telah di amandemen menjadi UU Nomor 23
tahun 2011, yang pelaksanaan masih dalam proses sosialisasi). Secara hukum
menetapkan adanya proses pengesahan Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal
6) yakni pembentukan Badan Amil Zakat Daerah dilakukan oleh pemerintah
daerah. Dalam rangka melaksanakan amanat UU Pengelolaan Zakat Nomor 38
Tahun 1999 tersebutlah, Pemerintah provinsi Sumatera Utara melalui Surat
Keputusan Gubernur Sumatera Utara sejak tahun 2001 telah membentuk Badan
Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU).
Keberadaan BAZDASU terasa memberikan peran dan tujuan penting bagi
masyarakat dan pemerintah Sumatera Utara, antara lain yaitu (Khoiri, 2010:2): 1.
Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai
dengan tuntutan syariat Islam, 2. Meningkatkan fungsi dan peranan norma
keagamaan dalam upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial, 3. Meningkatkan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah yang lebih
produktif. Lembaga ini kemudian mulai menjadi lembaga yang dipercaya
masyarakat dan amanah dalam mengelola dana umat. Walaupun demikian masih
terdapat sejumlah permasalahan yang harus dihadapi seperti (Maratua
Simanjuntak, 2006:37-38), masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat
membayar zakat ke lembaga pemerintah, belum meratanya pemahaman dan
kesadaran masyarakat untuk membayar zakat khususnya zakat maal (harta), serta
belum meratanya sosialisasi kebijakan peraturan pemerintah dan UU pengelolaan
zakat, serta permasalahan lainnya yang juga harus dibenahi dalam mewujudkan
pengelolaan zakat yang amanah, profesional, dan transparan. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
BAZDASU terus berusaha meningkatkan pelayanannya, mulai dari upaya
penghimpunan dan pendayagunaan dana ZIS, serta pengembangan sumber daya
yang ada terus menerus dilakukan.
Perwujudan usaha-usaha BAZDASU mulai terlihat perkembangannya dari
jumlah penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) dari tahun ke tahun.
Dalam kurun waktu empat tahun terakhir terkumpul dana ZIS sebagai berikut :
Tabel 1.1: Jumlah Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil
Zakat Daerah Sumatera Utara
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Pengelola BAZDASU (2012).
Jumlah penerimaan di atas masih terbilang relatif kecil dibanding dengan
potensi ZIS yang diyakini cukup besar yang ada di Sumatera Utara. Apabila
dilihat dari perkembangan jumlah donatur/muzakki yang membayarkan zakat,
infaq, dan sedekah dari tahun ke tahun melalui BAZDASU, dalam kurun waktu
empat tahun terakhir, maka dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut :
Tabel 1.2 : Jumlah Donatur/Muzakki di Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.
Sumber: Data Muzakki BAZDASU.
Tahun
Jumlah Dana Terhimpun Zakat Infaq Sedekah
2007 Rp.1.646.540.450 Rp.433.545.700 Rp. 49.983.350 2008 Rp.1.721.948.800 Rp.140.364.970 Rp. 21.161.625 2009 Rp.1.079.985.288 Rp.228.222.495 Rp.107.701.920 2010 Rp.1.259.213.823 Rp.384.259.190 -
Tahun
Jumlah Donatur/Muzakki Zakat Infaq Sedekah
2007 268 - - 2008 216 - - 2009 220 - - 2010 224 - -
Universitas Sumatera Utara
Data pada tabel di atas, menunjukkan pada tahun 2007 jumlah muzakki
yang menyalurkan zakatnya di BAZDASU sebanyak 268 orang, sedangkan pada
tahun 2008 hanya sebanyak 216 orang atau mengalami penurunan sebesar 19,5%,
dan pada tahun 2009 sebanyak 220 orang atau hanya meningkat sebesar 1,85%,
begitu juga pada tahun 2010 sebanyak 224 orang, yang hanya mengalami
peningkatan 1,8%. Data jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq dan
sedekah tidak tersaji pada tabel di atas, hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak
mendata identitas pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi dan
sistematis. Salah satu alasannya ialah sebagian besar para donatur
menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotak-
kotak infaq yang tersedia di tempat-tempat tertentu yang berkerja sama dalam
pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU, sehingga sulit untuk
mengetahui data identitas donatur secara terperinci.
Sebagai lembaga yang berada di bawah naungan pemerintah Sumatera
Utara, secara struktual hubungan birokrasi dan koordinasi tidak dapat
dihindarkan. Apalagi proses operasional berjalannya BAZDASU dibantu dari
APBD Provinsi Sumatera Utara, bukan menggunakan dana zakat sebagaimana
pengelola zakat pada umumnya (Khoiri, 2010:2). Konsekuensinya BAZDASU
semakin mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas dan transparansi. Untuk
melengkapi itu pertanggung jawaban keuangan setiap tahunnya disampaikan
kepada Gubernur Sumatera Utara dan Badan Inspektorat, yang sebelumnya telah
diaudit terlebih dahulu oleh Akuntan Publik sejak tahun 2007, disamping itu juga
pertanggung jawaban kepada umat, baik secara terbuka melalui media massa
Universitas Sumatera Utara
maupun secara formal di depan anggota DPRD Tk 1 Sumatera Utara. Realitas ini
menunjukkan bahwa mengelola harta zakat tidaklah sesederhana yang
dibayangkan, pengawasan yang melekat serta sanksi pidana merupakan tolak ukur
BAZDASU sebagai LPZ yang teraudit dan terawasi (www.bazdasumut.or.id).
BAZ juga harus memperhatikan kegiatan operasional pengelolaannya
dengan baik, agar masyarakat lebih terpanggil untuk menyalurkan zakat, infaq dan
sedekah tersebut. Untuk itu penulis meneliti apakah yang menjadi faktor-faktor
pendorong masyarakat menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Faktor
pendorong itu sendiri menurut penulis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain pelayanan, lokasi, dan Teknik pengumpulan (Fundraising). Melalui pelayanan
yang baik yang diperoleh seorang muzakki, maka diharapkan muzakki akan tetap
menyalurkan dana ZIS kembali ke lembaga zakat tersebut. Faktor lokasi juga
diyakini sebagai pendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS pada suatu
lembaga zakat. Jarak dan akses menuju lokasi lembaga zakat dari tempat
tinggal/kegiatan masyarakat dalam hal ini muzakki diyakini cukup berpengaruh
dalam hal menyalurkan dana ZIS secara langsung pada kantor lembaga zakat
tersebut. Begitu juga dengan metode pengumpulan dana ZIS sebagai faktor yang
ikut mendorong masyarakat untuk menyalurkan dana ZIS tersebut. Teknik
pengumpulan atau sering disebut dengan istilah fundraising zakat merupakan
proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana ZIS ,sehingga masyarakat
termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian untuk membantu
masyarakat yang hidup dalam kekurangan melalui dana ZIS.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itulah BAZDASU ini merupakan LPZ resmi yang dimiliki
pemerintah, sehingga diharapkan memiliki kelebihan dan keutamaan
dibandingkan LAZ yang dikelola oleh masyarakat, baik dalam hal penghimpunan
maupun pendayagunaan dana ZIS tersebut. Berdasarkan kedudukan dan status
BAZDASU yang sangat potensial sebagai salah satu lembaga zakat yang dikelola
oleh pihak pemerintah, diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, dan mampu membuat program-program pendayagunaan dana ZIS
yang lebih tepat guna setiap tahunnya. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan
lebih memberikan kepercayaan dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU.
Melihat kondisi dan fakta tersebut, sudah seharusnyalah masyarakat
Muslim di Sumatera Utara sebagai muzakki, dan pemerintah provinsi Sumatera
Utara dalam membina dan mengawasi BAZDASU, untuk lebih tergerak lagi
dalam meningkatkan kesadaran masyarakat membayar zakat, infak, dan sedekah
(ZIS) melalui BAZDASU. Oleh karena itu, dengan dilatar belakangi keadaan
tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan
Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang mendorong masyarakat membayar zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU ?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS), ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan
jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU ?
3. Kendala apakah yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong masyarakat membayar
zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU.
2. Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan pengumpulan zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS), yang ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah
penerimaan, dan jumlah penyaluran dana ZIS di BAZDASU.
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi BAZDASU dalam
menghimpun zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah pusat dan daerah,
khususnya melalui Kementrian Agama dalam membuat peraturan dan
kebijakan untuk meningkatkan pengelolaan, pengumpulan, dan
pendayagunaan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) ke depan.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi kepada
masyarakat tentang perkembangan pelaksanaan pengumpulan dana
Universitas Sumatera Utara
ZIS di BAZDASU, serta dapat berguna juga sebagai bahan masukan
bagi BAZDASU ke depan.
3. Sebagai media pengaplikasian ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama perkuliahan, serta membandingkannya dengan kondisi
sebenarnya di dunia nyata. Guna melatih kemampuan dalam
menganalisis secara sistematis.
4. Hasil penelitian juga diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan
bagi mahasiswa fakultas ekonomi, terutama mahasiswa program studi
ekonomi pembangunan yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa
yang akan datang.
5. Sebagai bahan studi tambahan terhadap penelitian mengenai zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) yang sudah ada sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zakat
2.1.1 Pengertian zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang
berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik, sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat
berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT diserahkan
kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan
sejumlah harta tertentu itu sendiri (Qardawi, 1996:35).
Menurut etimologi syari’at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah
harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah SWT,
untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang–orang yang berhak menerimanya.
Dalam Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat
sebanyak 82 ayat (Al-Zuhayly, 2000:89). Dari sini dapat disimpulkan secara
deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam yang terpenting setelah ibadah
shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai lambang keseluruhan ajaran Islam.
Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan
pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia (Shihab,
2000:135).
“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah
dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya, begitu pula supaya
mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat dan itulah agama yang lurus
(Terjemahan QS. Al-Bayyinah: 5)”.
Universitas Sumatera Utara
“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apapun yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala dari sisi Allah,
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Terjemahan QS. Al-
Baqarah: 10)”.
Dari ayat di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, Pertama, zakat
adalah sebutan untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat
Islam dan dibagi-bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai
dengan ketentuan syari’at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip
kepemilikan harta dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (milik
Allah yang dititipkan kepada manusia) dalam rangka pemerataan kekayaan.
Ketiga, zakat adalah ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan hubungan
ketuhanan saja tetapi juga mencakup dengan nilai sosial-kemanusiaan yang sering
disebut sebagai ibadah Maliyah ijtima’iyyah (Qardawi, 1996:88-90).
Menurut sejumlah hadist dan laporan para sahabat, menerangkan
keutamaan ibadah zakat setelah ibadah shalat, berdasarkan beberapa hadist shahih,
misalnya seperti hadist dari Ibnu Umar ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
”Saya diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan
Allah, mendirikan shalat dan memberikan zakat. Apabila mereka telah melakukan
itu maka terpeliharalah dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan hak
islam dan hisab mereka atas Allah” (HR. Bukhari: 25). Urutan ini tidak terlepas
dari pentingnya kewajiban zakat (setelah shalat), di puji orang yang
melaksanakannya dan diancam bagi orang yang meninggalkannya dengan
Universitas Sumatera Utara
berbagai upaya dan cara (Qaradhawy, 2009:15).
Berdasarkan pengertian serta penjelasan tersebutlah bahwasanya perintah
zakat termasuk salah satu kewajiban yang utama dalam Islam. Dikeluarkan oleh
seorang muslim yang telah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta
yang dimilikinya, serta dianggap telah mencapai dari segi jumlah dan waktu untuk
dikeluarkan kewajibanya, demi kesejahteraan umat sesuai dengan syariat yang
berlaku.
2.1.2 Klasifikasi Zakat
Zakat dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, yaitu zakat fitrah dan
zakat maal (harta). serta harta yang wajib di keluarkan zakatnya, syarat-syarat
harta yang terkena zakat dan golongan yang berhak menerima zakat.
2.1.2.1 Zakat Fitrah
A. Pengertian
Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap muslim yang
dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah diwajibkan pada tahun
kedua hijriah yaitu pada bulan ramadhan diwajibkan untuk mensucikan diri dari
orang yang berpuasa dari perbuatan dosa, Zakat fitrah itu diberikan kepada orang
miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-minta
pada saat hari raya (Hasan, 2006:107).
B. Syarat-Syarat Dan Nishab Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari
kaum muslimin tanpa membedakan antara orang merdeka dengan hamba sahaya,
antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak dan orang dewasa, dan antara
Universitas Sumatera Utara
orang kaya dan orang miskin. Maka jelas zakat fitrah itu tidak terikat pada nishab.
Ada dua saja yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Islam
2. Ukuran kewajiban zakat fitrah adalah kelebihan dari makanan orang yang
bersangkutan dan makanan orang yang menjadi tanggungannya pada hari
dan malam hari raya Idul Fitri tersebut.
Cara penyerahan zakat fitrah dapat ditempuh dengan dua cara, adalah sebagai
berikut (Kartika, 2006:23) :
1. Zakat fitrah diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada fakir
miskin. Apabila ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan
lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat Idul
Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah itu lebih melapangkan
kehidupan mereka.
2. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu
dilakukan maka sebaiknya diserahkan beberapa hari sebelum hari raya Idul
Fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan baik dan tertib
kepada mereka yang berhak menerimanya.
2.1.2.2 Zakat Maal (Harta)
A. Pengertian
Maal (Harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan sekali
oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan dimanfaatkan, sedangkan menurut
syara’ adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut
kebiasaannya (Kartika, 2006:24).
Universitas Sumatera Utara
Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan serta
penghasilan yang dimiliki oleh seorang muslim yang telah mencapai nishab dan
haulnya. Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar, dan haul yang
dikeluarkan ditetapkan berdasarkan hukum agama.
B. Harta yang wajib di keluarkan zakatnya
Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
pada pasal 4 ayat (2) harta yang wajib dikenakan zakat meliputi :
1. Emas, perak, dan logam mulia lainnya.
2. Uang dan surat berharga lainnya.
3. Perniagaan.
4. Pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
5. Peternakan dan perikanan.
6. Pertambangan.
7. Perindustrian;.
8. Pendapatan dan jasa, dan
9. Rikaz
Dibawah ini akan dijelaskan harta kekayaan yang wajib dikeluarkan
zakatnya tersebut :
1. Zakat Emas, Perak dan logam Mulia lainnya
Zakat emas dan perak dipandang sebagai benda yang mempunyai nilai
tersendiri oleh masyarakat. Emas dan perak dibuat untuk berbagai macam
perhiasan, terutama emas yang dipakai kaum wanita selain sebagai perhiasan
sehari-hari, juga dibuat untuk hiasan dalam rumah tangga. Disamping itu emas
Universitas Sumatera Utara
dan perak juga dijadikan standar dalam menentukan nishab uang yang wajib
dikeluarkan zakatnya (Hasan, 2006:38).
Nishab zakat emas adalah sebesar 20 dinar atau setara dengan 85 gram
emas murni, sedangkan nishab zakat perak adalah sebesar 200 dirham atau setara
dengan 672 gram perak. Apabila kepemilikan emas dan perak tersebut sudah
mencapai satu tahun wajib dikeluarkan zakatnya sebasar 2,5 %.
2. Zakat Uang Dan Surat Berharga Lainnya
Uang dan segala jenis bentuk simpanan uang seperti tabungan, deposito,
cek, serta surat berharga seperti saham dan obiligasi termasuk ke dalam kekayaan
wajib dikeluarkan zakatnya. Pendapat yang menyatakan bahwa uang wajib
dikeluarkan zakatnya, sebab saat ini uang menjadi harta yang berharga,
menggantikan kedudukan emas yang tidak lagi diperbolehkan sebagai alat tukar
umum dalam jual beli dan lain sebagainya (Al-Zuhayly, 2000:144).
Nishab zakat uang dan surat berharga setara dengan besar nishab zakat
emas dan perak. Apabila seseorang memiliki jenis harta yang bermacam-macam
dan diakumulasikan jumlahnya telah mencapai atau setara dengan nishab emas,
sebesar 85 gram atau perak 672 gram. Serta kepemilikan harta tersebut telah
mencapai satu tahun, maka dikenakan kewajiban zakat sebesar 2,5 %.
3. Zakat Hasil Perniagaan
Zakat perniagaan ialah zakat yang dikeluarkan dari kekayaan yang
diinvestasikan dan diperoleh dari kegiatan perdagangan, baik yang dilakukan oleh
perseorangan maupun secara kelompok yang wajib dikeluarkan zakatnya setiap
tahun sebagai zakat uang.
Universitas Sumatera Utara
Nishab zakat perniagaan atau perdagangan dikeluarkan zakatnya setelah
sampai nishabnya senilai 93,6 gram (Yusuf Qardhahawi mengatakan 85 gram)
dan zakatnya sebesar 2,5 %. Perhitungan dilaksanakan sampai satu tahun kegiatan
dagang. Tidak mesti mulai dari bulan januari dan berakhir pada bulan desember,
oleh karena itu kegiatan mulai berdagang harus dicatat (Hasan, 2006:49-50).
4. Zakat Hasil Peternakan dan Perikanan
Zakat peternakan meliputi hasil dari peternakan hewan baik yang
berukuran besar seperti sapi, kerbau dan unta, yang berukuran sedang seperti
kambing dan domba dan yang berukuran kecil seperti unggas, ikan dan lain-lain.
Perhitungan zakat untuk masing-masing jenis hewan ternak, baik nishab maupun
kadarnya berbeda-beda dan sifatnya bertingkat. Sedangkan haulnya yakni satu
tahun untuk setiap jenis hewan.
a. Zakat Unta
Sesuai dengan ijma ulama dan hadist-hadist Rasulullah SAW, maka nishab
unta dan besar zakatnya mulai dari jumlah 5 ekor, dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2.1 Nishab Zakat Unta.
Nishab Unta
Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan
5-9 Seekor kambing 10-14 2 ekor kambing 15-19 3 ekor kambing 20-24 4 ekorkambing 25-35 Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih) 36-45 Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 46-60 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 61-75 Seekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih) 76-90 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 91-120 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 121-129 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 130-139 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 2
Universitas Sumatera Utara
ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 140-149 2 ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) di tambah seekor
anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 150-159 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) 160-169 4 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) 170-179 3 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2
ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) 180-189 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih) di tambah 2
ekor anak unta betina (umur 3 tahun lebih) 190-199 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah
seekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) 200-209 4 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih) di tambah 5
ekor anak unta betina (umur 2 tahun lebih) Sumber: Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).
b. Zakat Sapi atau Kerbau
Sapi dan kerbau yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila jumlahnya
telah mencapai 30 ekor, dapat dilihat ditabel berikut :
2.2 Tabel Nishab Sapi Atau Kerbau. Nishab Sapi Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan 30-39 Seekor sapi jantan betina tabi’ 40-59 Seekor sapi jantan/betina musinnah 60-69 2 ekor sapi jantan/betina tabi’ 70-79 Seekor sapi musinah dan seekor tabi’ 80-89 2 ekor sapi musinnah 90-99 3 ekor tabi' (sapi berumur satu tahun atau memasuki tahun
kedua) 100-109 2 ekor tabi' dan 1 ekor musinnah (sapi berumur satu tahun
atau memasuki tahun ketiga) 110-119 2 ekor musinnah dan 1 ekor tabi' 120-129 3 ekor musinnah atau 4 ekor tabi' 130-160 s/d > setiap 30 ekor, 1 tabi' dan setiap 40 ekor, 1 musinnah
Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).
Selanjutnya setiap jumlah itu bertambah 30 ekor, zakatnya bertambah 1
ekor tabi'. Jika setiap jumlah itu bertambah 40 ekor, zakatnya bertambah 1 ekor
musinnah.
keterangan : a. Tabi' : sapi berumur 1 tahun (masuk tahun ke-2)
b. Musinnah : sapi berumur 2 tahun (masuk tahun ke-3)
Universitas Sumatera Utara
c. Zakat Kambing dan Domba
Kambing dan domba yang mulai wajib dibayarkan zakatnya apabila
jumlahnya telah mencapai 40 ekor, dapat dilihat pada tabel berikut :
2.3 Tabel Nishab Kambing dan Domba. Nishab Kambing
Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan
40-120 Seekor (berumur 2 tahun) atau domba (berumur 1 tahun) 121-200 2 ekor kambing/domba 201-399 3 ekor kambing/domba 400-499 4 ekor kambing/domba 500-599 5 ekor kambing/domba
Sumber : Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (2012).
Selanjutnya, setiap jumlah tersebut bertambah 100 ekor dan kelipatannya,
maka zakatnya bertambah 1 ekor.
d. Zakat Unggas dan Ikan
Mengenai nishab zakat ialah pada peterrnakan unggas dan perikanan yang
tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) seperti sapi, kambing dan domba,
tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab zakat ternak unggas dan
perikanan ialah setara dengan 82 gram emas maka berkewajiban mengeluarkan
zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian, usaha ternak unggas dan perikanan dapat
digolongkan kedalam zakat perniagaan (Kartika, 2006:32).
5, Zakat Hasil Pertanian
Zakat hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis seperti tanaman biji-bijian (padi, jagung, kedelai); umbi-
umbian (ubi, kentang, dll); sayur-sayuran (bawang, cabai, bayam, dll); buah-
buahan (kelapa, pisang, kelapa sawit, dll); tanaman hias (anggrek, cengkeh, dll);
Universitas Sumatera Utara
rumput-rumputan (sere, bambu, tebu); daun-daunan (teh, tembakau, vanili);
kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, kacang tanah) (Kartika, 2006:28).
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, “Hai orang-orang yang
beriman, nafkakanlah (ke jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan apa yang kamu keluarkan dari bumi untuk kamu” (Terjemahan QS.Al-
Baqarah:267).
Nishab zakat hasil pertanian adalah lima wasaq yang jumlahnya setara
dengan 250 kg beras, jika hasil pertanian merupakan makanan pokok seperti
beras, jagung, gandum dan lain-lain, maka nishabnya setara dengan 653 kg gabah
atau 529 kg beras dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian berupa
buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dan lainnya, maka nishab disetarakan
dengan harga nishab makanan pokok yang paling utama di negara tersebut.
Sedangkan kadar zakat hasil pertanian ialah, jika menggunakan air dengan
sistem irigasi dikarenakan menggunakan biaya tambahan, maka kadar zakatnya
adalah 5%. Apabila menggunakan air atau sistem pengairan tanpa mengeluarkan
pembiayaan seperti air hujan, maka kadar zakatnya adalah 10%.
6. Zakat Pertambangan
Zakat pertambangan adalah segala yang dikeluarkan dari hasil bumi yang
dijadikan Allah di dalamnya dan berharga, seperti timah, besi dan sebagainya
(Hasbi Ash Shiddieqy, 2006:149).
Kewajiban untuk menunaikan zakat pada barang-barang tambang ialah
setiap barang itu selesai diolah dan tidak perlu berlaku sampai satu tahun, asalkan
Universitas Sumatera Utara
telah mencapai nishab. Nishab pada barang tambang sama dengan emas (85gram)
dan perak (672), sedangkan kadarnya pun sama, yaitu 2,5%.
Di Indonesia sebagian besar barang hasil tambang yang bersifat vital
dikelola langsung oleh pemerintah, dengan demikian sulit untuk
memperhitungkan zakatnya, namun apabila ada pengusaha muslim yang
mendapat kesempatan untuk mengelola tambang apapun jenisnya hendaknya
memperhatikan masalah zakat hasil tambang yang sesuai dengan syariat Islam
(Hasan, 2006:68).
7. Zakat Perindustrian
Dalam kamus bahasa Indonesia industri adalah kegiatan memproses atau
mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya dengan
mesin, yaitu suatu proses pengolahan bahan baku dan yang sejenisnya menjadi
produk atau menjadi jasa yang mempunyai manfaat dan nilai tambah.
Pada zaman sekarang, telah keluar fatwa-fatwa kontemporer (fatawa
mu’ashirah) dan ketetapan dari beberapa ketetapan bersama para ahli fikih tentang
masalah fikih (Majma’ Al-fiqh), yaitu tentang zakat industri. Fatwa-fatwa dan
ketetapan tersebut menjadikan aktivitas perindustrian tunduk kepada zakat.
Seperti, pada fatwa-fatwa seminar problematika zakat kontemporer yang pertama,
yang diadakan oleh Lembaga Zakat Internasional, Bait Al-Zakat Kuwait pada
bulan Rabi’ul Awal 1409 Hijriah atau bertepatan pada bulan Oktober 1988
tentang proyek-proyek industri (www.justanotherwordpress.com).
Universitas Sumatera Utara
Para pakar zakat menyatakan zakat perindustrian dapat dianalogikan sama
dengan zakat perniagaan. Sehingga nishabnya juga sama dengan nishab emas
yaitu 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5 persen. Mencapai nishab pada
setiap akhir tahun, atau setelah berakhirnya rapat umum pemegang saham bagi
zakat para pemegang saham.
8. Zakat Pendapatan dan Jasa Profesi
Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau
keahlian profesionalisme tertentu, baik yang dilakukan bersama dengan orang
atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang telah memenuhi
nishab (Hafidhuddin, 1998:103).
Zakat pendapatan dan jasa profesi ialah termasuk dikategorikan dalam
zakat maal. Menurut Yusuf Al Qardhawi, merupakan Al Mal Al Mustafad ialah
kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang
sesuai dengan syariat Islam.
Selain yang disebutkan di atas, Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa harta
hasil usaha, yaitu gaji pegawai negeri/swasta, upah karyawan, pendapatan dokter,
insinyur, advokad, konsultan, desainer, pendakwah dan lain-lain, yang
mengerjakan profesi tertentu dan juga pendapatan yang diperoleh dari modal yang
diinvestasikan. Di luar sektor perdagangan seperti mobil, kapal, percetakan, dan
tempat-tempat hiburan dan lain-lain wajib terkena zakat, persyaratannya telah
mencapai satu tahun dan sudah cukup nishabnya (Kartika, 2006:34). Oleh karena
itu menurut pendapat sejumlah ulama dapat disimpulkan, besar nishab zakat
Universitas Sumatera Utara
pendapatan atau profesi adalah setara dengan 85 gram emas dan jumlah zakat
yang dikeluarkan sebesar 2,5%.
9. Zakat Rikaz
Ibnu Athir menyebutkan dalam An-Nihaya bahwa ma’adin berarti tempat
dari mana kekayaan bumi seperti emas, perak, tembaga dan lain-lainnya keluar,
sedangkan Kanz adalah tempat tertimbunnya harta benda karena perbuatan
manusia. Rikaz mencakup kedua hal di atas, karena rikaz berasal dari kata rakz
yang berarti simpanan, yang kemudian disebut maruz yang berarti disimpan.
Maksud dari benda-benda terpendam di sini ialah berbagai macam harta benda
yang disimpan oleh orang-orang dulu di dalam tanah, seperti emas, perak,
tembaga, dan barang berharga lainnya. Para ahli fikih telah menetapkan bahwa
orang yang menemukan benda tersebut diwajibkan mengeluarkan zakatnya
sebesar seperlima atau 20% (Qardawi, 1996:408-410).
2.1.2.3. Syarat-Syarat Zakat
Menurut pendapat para ulama, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya
ialah harta yang dimiliki seorang muslim yang baligh dan berakal yang dimiliki
serta dapat dipergunakan hasil atau manfaatnya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kewajiban zakat ialah :
1. pemilikan harta yang pasti dan kepemilkan penuh. yaitu harta benda yang akan
dizakatkan berada dalam kekuasaan dan dimiliki oleh si pemberi zakat.
2. Berkembang, yaitu harta tersebut berkembang baik secara alami berdasarkan
sunatullah maupun dikarena usaha manusia.
Universitas Sumatera Utara
3. Melebihi kebutuhan pokok, yaitu harta yang dizakatkan telah melebihi dari
kebutuhan pokok seseorang atau keluarga yang mengeluarkan zakat tersebut
4. Bersih dari utang, yaitu harta yang akan dizakatkan harus bebas dari utang baik
kepada Allah (nazar) maupun utang kepada manusia.
5. Mencapai nishab, yaitu harta tersebut telah mencapai batas jumlah minimal
yang wajib dikeluarkan zakatnya.
6. Mencapai haul, yaitu harta tersebut telah mencapai waktu tertentu untuk
dikeluarkan zakatnya, biasanya berlaku setiap satu tahun.
2.1.2.4. Penerima Zakat
Terdapat delapan asnaf atau golongan yang berhak menerima zakat
(Mustahik), ialah sebagai berikut :
1. Fakir ialah orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya.
2. Miskin ialah orang yang memiliki penghasilan atau pekerjaan namun tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun keluarga yang
ditanggungnya.
3. Amil ialah pengurus zakat baik yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat
dalam melaksanakan penghimpunan zakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat yang membutuhkan.
4. Muallaf ialah orang yang baru memelum agama Islam yang diberikan zakat
untuk memantapkan hati dan keimanan mereka untuk tetap memeluk agama
Islam.
Universitas Sumatera Utara
5. Hamba sahaya ialah orang yang diberikan zakat untuk membebaskan diri
mereka dari perbudakan.
6 Gharim ialah orang yang memiliki utang pribadi yang bukan untuk keperluan
maksiat dan tidak memiliki harta untuk melunasinya.
7. Fisabilillah ialah orang yang melakukan suatu kegiatan yang berada di jalan
Allah, seperti kegiatan dakwah dan sejenisnya.
8. Ibnu sabil ialah orang yang berada dalam perjalanan (Musafir) yang mengalami
kesusahan atau kehabisan bekal dalam perjalanan tersebut.
Adapun yang tidak termasuk ke dalam golongan delapan asnaf tersebut,
termasuk ke dalam golongan yang tidak berhak menerima zakat. Adapun
golongan yang tidak berhak menerima zakat, adalah sebagai berikut :
a. Keturunan atau kerabat keluarga Nabi Muhammad SAW.
b. Kelompok orang kaya yang memiliki harta dengan usaha dan penghasilan .
c. Keluarga Muzakki yakni keluarga orang-orang yang berkewajiban membayar
zakat
d. Orang yang sibuk beribadah sunnah untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi
melupakan kewajiban menafkahi keluarga dan orang-orang yang menjadi
tanggungannya.
e. Orang yang musyrik, tidak mempercayai adanya tuhan, dan menolak ajaran
agama.
2.1.3 Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat
Zakat sebagai sumber dana yang potensial yang dapat digunakan dalam
menunjang kesejahteraan masyarakat, jelas memiliki manfaat dan hikmah
Universitas Sumatera Utara
tersendiri. Menurut Heri Sudarsono (2003:135) dalam bukunya Bank dan lembaga
Keuangan Syariah, manfaat dan hikmah zakat tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Menghindari kesenjangan antara aghniyah dan dhu’afa.
2. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakaan orang jahat.
3. Menjadi unsure penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi.
harta (social distribution) dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam
masyarakat.
4. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip-
prinsif : ummat wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat),
ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan takaful ijti’ma (tanggung jawab
bersama).
5. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan
menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir).
6. Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial
ekonomi dan pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan
solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat
kebersamaan umat dan bangsa sebagai pengikat batin antara golongan kaya
dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang
kuat dengan yang lemah.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Infaq
2.2.1 Pengertian Infaq
Berinfaq merupakan suatu kebiasaan bagi masyarakat muslim di Indonesia
yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi
saja, namun juga dilakukan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah bahkan
masyarakat yang sedang mengalami kesulitan ekonomi.
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)
untuk kepentingan sesuatu. Termasuk kedalam pengertian ini, infaq yang
dikeluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agama. sedangkan menurut
terminologi syariah, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam
(Hafihuddin, 1998:14-15).
Infaq tidak memiliki nishab dan haul seperti zakat, sehingga tidak ada
batasan baik dari segi besaran dan waktu bagi seseorang untuk menginfakkan
hartanya, Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah menunaikan infaq dan
sedekah dengan nilai berapapun juga.
Infaq bukanlah hibah, derma atau anugrah dari orang-orang kaya untuk
orang-orang fakir, tetapi hak dan keutamaan yang besar bagi orang-orang fakir
atas orang-orang kaya, karena mereka adalah sebab pahala yang di dapat oleh
orang-orang kaya (Kartika, 2006:6).
Oleh karena itu, dana yang bersumber dari infaq juga memiliki potensi
yang cukup besar dan dapat dioptimalkan lagi pengelolaannya baik dari segi
Universitas Sumatera Utara
penghimpunan maupun pendayagunaannya untuk kegiatan-kegiatan yang
produktif bagi pembangunan umat atau kesejahteraan masyarakat.
2.3 Sedekah
2.3.1 Pengertian Sedekah
Sedekah merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh individu
atau sekelompok orang dalam bertuk materi atau fisik maupun dalam bentuk non
materi kepada pihak-pihak yang dianggap membutuhkan secara sukarela dengan
mengharapkan keridhoan dari Allah SWT.
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Menurut terminologi
syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq, termasuk hukum dan
ketentuan-ketentuannya. Hanya saja infaq berkaitan dengan materi, sedangkan
sedekah memiliki arti yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmaterial
(Hafihuddin, 1998:15).
Oleh karena itu, sering zakat wajib itu dalam Al-Qur’an disebut sebagai
sedekah, sehingga yang perlu diperhatikan, jika seseorang telah dikenakan
kewajiban untuk membayarkan zakat harta dan kekayaannya, tetapi masih
diharapkan untuk melakukan sedekah dan berinfaq.
2.4 Pelayanan Donatur/Muzakki
2.4.1 Pengertian Donatur/Muzakki
Donatur/Muzakki adalah orang, organisasi atau perusahaan yang pernah,
atau masih menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) kepada organisasi
pengelola zakat (OPZ) untuk disampaikan kepada mustahik. Seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
dapat disebut donatur/muzakki apabila ia pernah mendonasikan dana zakat, infaq,
dan sedekah kepada OPZ untuk digunakan dan disalurkan bagi pemberdayaan
mustahik (Depag RI, 2007 A:82). Menurut UU No. 23 Tahun 2011, Muzakki
adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.
2.4.2 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Pelayanan
Untuk dapat memuaskan donatur, maka langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengetahui profil dan harapan donatur. Pengetahuan profil
donatur berhubungan dengan pengenalan OPZ kepada muzakki. Pengetahuan
tersebut akan bermanfaat dalam memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh muzakki, sehingga tidak melakukan kesalahan dalam
memberikan pelayanan (Depag RI,2007 A:84). Alangkah baiknya lagi pelayanan
yang dapat diberikan lebih dari apa yang diharapkan muzakki. Adapun profil
muzakki pada umumnya adalah :
a. Berusia antara 25-60 tahun
b. Memiliki pemahaman tentang agama Islam yang baik
c. Memiliki penghasilan atau pendapatan menengah keatas
d. Memiliki kepedulian sosial dan kemanusiaan
Sedangkan kebutuhan muzakki adalah :
a. Kesesuain dengan syariat Islam
b. Tanggung jawab dan transparansi pengelolaan
c. Manfaat bagi golongan fakir miskin
e. Pelayanan yang berkualitas
f. Silaturahmi dan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Prinsip-Prinsip Pelayanan
Untuk terus dapat meningkatkan pelayanan organisasi pengelolaan zakat
kepada masyarakat terutama kepada para muzakki, maka harus dilaksanakan dan
dikembangkan prinsip-prinsip pelayanan kepada muzakki pada OPZ, yaitu :
a. Memberikan kemudahan dan tidak dipersulit.
b. Memberikan informasi yang diperlukan sebagaimana yang diketahui.
c. Tidak menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi, kecuali atas keinginan
muzakki.
d. Jangan mendesak muzakki dengan sesuatu yang tidak disukai.
e. Jangan berjanji sesuatu yang diyakini tidak mudah untuk dipenuhi.
f. Jangan lupa mengucapkan terima kasih.
g. Berikan kenangan berupa cendramata atau kartu ucapan terima kasih
kepada muzakki.
h. Berikan fasilitas-fasilitas jika mampu disediakan buat muzakki.
i. Jika berbuat kesalahan segeralah minta maaf.
j. Jika muzakki kecewa atau marah, maka tebuslah dengan sesuatu yang
sangat menyenangkan.
2.5 Lokasi Lembaga Zakat
Masyarakat dalam melaksanakan suatu kegiatan ekonomi maupun sosial
sering memperhatikan keamanan, kenyamanan, serta lokasi yang strategis dan
mudah untuk dijangkau, apalagi kegiatan yang berhubungan dengan suatu
transaksi, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Lokasi sering dijadikan sebagai
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan yang utama bagi masyarakat dalam menentukan tempat suatu
kegiatan yang akan dilakukan.
Menurut Tjiptono (2005:147) baik perusahaan jasa maupun konsumen
akan melakukan pertimbangan cermat dalam menetukan tempat atau lokasi. Bagi
perusahaan jasa, lokasi berpengaruh terhadap dimensi-dimensi pemasaran
strategis, sedangkan bagi konsumen sendiri pemilihan lokasi dimaksudkan untuk
kemudahan akses dalam menjangkau perusahaan jasa tersebut. Faktor-faktor yang
dianggap menjadi pertimbangan bagi kedua belah pihak, yaitu :
Akses, misalnya lokasi yang dilalui mudah dijangkau oleh transportasi umum.
1. Visibilitas, yaitu lokasi dan tempat dapat dilihat dengan jelas dari jarak
pandangan yang normal.
2. Lalu lintas (traffic), misalnya kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang
menjadi hambatan seseorang untuk menjangkau lokasi perusahaan.
3. Tempat parkir yang luas, aman, dan nyaman baik untuk roda dua maupun
roda empat.
4. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat untuk memperluas perusahaan.
5. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.
6. Kompetisi, yaitu kondisi pesaing.
Bagi lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat, seperti halnya
lembaga zakat, semua point di atas sangat baik untuk dijadikan pertimbangan
dalam menentukan lokasi perusahaan yang baik, sedangkan bagi masyarakat point
1 s/d 4 mungkin lebih sesuai dijadikan pertimbangan untuk menentukan lokasi
lembaga zakat.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Peranan Fundraising Zakat
2.6.1 Pengertian Fundraising Zakat
Menurut bahasa fundraising berarti penggalangan dana atau
penghimpunan dana, sedangkan pengertian menurut istilah fundraising merupakan
suatu upaya dan proses kegiatan dalam melakukan penghimpunan dana zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) serta sumber daya lainnya yang diperoleh dari
masyarakat baik secara individu, kelompok, organisasi maupun perusahaan yang
akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik (Depag RI, 2007 A:66).
Inti dari kegiatan fundraising ialah proses mempengaruhi masyarakat
(Muzakki) agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana
atau sumber daya lainnya yang bernilai untuk disampaikan kepada masyarakat
yang membutuhkan (Mustahik). Karena fundraising sangat berhubungan dengan
kemampuan lembaga atau seseorang dalam mengajak dan mempengaruhi
masyarakat sehingga termotivasi serta menimbulkan kesadaran dan kepedulian
untuk membantu masyarakat yang hidup dalam kekurangan.
2.6.2 Metode Fundraising Zakat
Metode yaitu cara, bentuk, atau pola yang dilakukan sebuah lembaga
dalam rangka memperoleh dana dari masyarakat, dalam hal ini metode
fundraising zakat harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, dan
manfaat lebih kepada masyarakat selaku muzakki yang menyalurkan dana melalui
organisasi pengelolaan zakat.
Terdapat dua cara metode fundraising, yaitu sebagai berikut (Depag RI,
2007 A:69) :
Universitas Sumatera Utara
a. Metode fundraising langsung ialah metode yang menggunakan cara-cara
yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung yaitu dalam bentuk
dimana proses interaksi menghasilkan respon langsung oleh muzakki
untuk menyalurkan dananya setelah mendapatkan promosi dari fundraiser
lembaga zakat.
b. Metode fundraising tidak langsung ialah suatu metode yang menggunakan
cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzakki secara langsung, yaitu
bentuk dimana tidak dilakukan dengan langsung mengharapkan respon
donatur seketika, tetapi dilakukan dengan cara promosi yang mengarah
kepada pembentukan citra lembaga zakat yang kuat.
2.6.3 Tujuan Fundraising Zakat
Fundraising zakat memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :
a. Menghimpun dana termasuk barang atau jasa yang memiliki nilai
materil
b. Menghimpun dan memperbanyak muzakki
c. Membangun dan meningkatkan citra lembaga zakat
d. Meningkatkan kepuasan muzakki
e. Menghimpun simpatisan atau pendukung lembaga zakat
2.7 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2011) yang
berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat,
Infaq dan Shoddaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT ”. Metode
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang menunjukkan
bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shoddaqoh mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi
pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia
muzakki. Alasan muzakki lebih memilih membayar zakat, infaq, dan shoddaqoh
di BAZDA Sumatera Utara, karena BAZDA Sumatera Utara adalah institusi yang
resmi atau legal milik Pemerintah. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam berzakat, berinfaq dan bershoddaqoh, BAZDA Sumatera Utara harus terus
melakukan sosialisasi zakat.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Sartika (2012) yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan
Jasa Bazis Dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan ”. Adapun desain
penelitian ini adalah studi deskriptif, dengan hasil analisis menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pengumpulan zakat tersebut adalah persepsi
atau pemahaman agama, pelayanan. Alasan muzakki menggunakan BAZDA
Sumatera Utara ini adalah karena banyak sekali kebaikan yang diperoleh dalam
menggunakan BAZDA Sumatera Utara, serta mudahnya persyaratan menjadi
muzakki pada BAZDA Sumatera Utara ini. Sebagian muzakki menyatakan puas
terhadap pelayanan dan manfaat yang diperoleh, sehingga muzakki tetap
menggunakan lembaga ini dalam penyaluran zakatnya. Untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam berzakat BAZDA Sumatera Utara harus terus
melakukan sosialisasi zakat secara komprehenship melalui kegiatan-kegiatan
sosial dan keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 111
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau informasi empiris yang bertujuan untuk memecahkan
permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Akan tetapi tidak semua
penelitian mempunyai hipotesis sehingga pengujian tersebut tidak diperlukan.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui
BAZDA Sumatera Utara. Dalam penelitian ini masyarakat yang diteliti ialah
masyarakat yang membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) di BAZDASU dan
faktor-faktor pendorong membayar ZIS yang diteliti meliputi faktor pelayanan,
faktor lokasi, dan faktor teknik pengumpulan ZIS (Fundraising). Selain itu juga
diteliti kendala apa saja yang dihadapi BAZDASU dalam menghimpun dana
zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun tempat penelitian ini adalah kantor Badan Amil Zakat Daerah
Sumatera Utara, yang berada di Jalan Williem Iskandar Medan. Juga beberapa
kawasan di kota Medan, dimana muzakki BAZDASU bertempat tinggal atau
melakukan kegiatannya.
3.3 Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari wawancara secara
langsung yaitu kepada para muzakki BAZDASU melalui daftar
Pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, literatur, media
internet, dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian,
serta data yang diperoleh dari pengelola BAZDASU.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Wawancara dan Kuesioner. Wawancara yaitu salah satu tehnik
pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai muzakki
BAZDASU. Dalam hal ini, penulis membuat daftar pertanyaan yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan, kuesioner tersebut ditujukan
kepada muzakki BAZDASU. Jawaban atas pertanyaan tersebut digunakan
sebagai data utama dalam mendukung kebenaran data-data yang ada.
2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek
yang akan diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke BAZDASU,
untuk mengetahui perkembangan data jumlah muzakki, jumlah dana ZIS
yang berhasil dihimpun dan yang disalurkan oleh BAZDASU.
3. Library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data-data melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-
tulisan ilmiah, jurnal, artikel. laporan penelitian, dan data elektronik yang
bersifat online (Internet) yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Populasi dan Pemilihan Sampel
Dalam penentuan sampel dikemukakan bahwa “apabila subjeknya kurang
dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang maka
dapat diambil persentase antara 10%-15%, 20%-25% (Arikunto, 1994:104).
Besarnya populasi dalam penelitian ini berjumlah 235 orang, yaitu merupakan
jumlah rata-rata muzakki potensial di BAZDASU dalam kurun waktu empat tahun
terakhir (Tabel 1.2). Berdasarkan data ini, peneliti mengambil sampel sebesar
15%, sehingga jumlah sampelnya sebanyak 40 orang responden. Dalam
menentukan sampel, digunakan metode pengambilan sampel dengan Simple
Random Sampling yaitu salah satu metode sampel probabilitas dilakukan dengan
cara acak sederhana, sehingga setiap populasi memiliki kemungkinan yang sama
untuk dipilih sebagai sampel (Muhammad Teguh, 1999:160). Dalam penelitian
ini cara memilih sampel adalah dengan menggunakan kelipatan ke-10 pada daftar
muzakki yang tersedia, Sedangkan metode pengumpulan data untuk variable di
atas menggunakan self administered survey, yaitu responden diminta untuk
mengisi kuesioner yang diberikan. Perihal Keterbatasan waktu dan untuk
meringankan beban penulis, populasi yang dipilih oleh penulis yaitu para muzakki
BAZDASU yang tinggal di daerah sekitar Medan.
3.6 Metode Analisis dan Pengelolaan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengelolaan data dengan
menggunakan program komputer SPSS 16,0 descriptive analysis. Metode analisis
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data-data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan cara tabulasi data, sehingga diperoleh
jumlah dan persentase dari variable yang diteliti, kemudian dilakukan juga dalam
bentuk analisis lain seperti : tabulasi silang (cross tab), table, frekuensi, dan
grafik, agar dapat diperoleh gambaran informasi guna mendapatkan kesimpulan
yang menunjukkan faktor-faktor yang pendorong masyarakat membayar zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS) melalui BAZDASU.
3.7 Defenisi Operasional
1. Zakat, infaq, dan sedekah. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan
setiap individu atau badan yang dimiliki seorang muslim apabila telah
mencapai nishab dan haul harta yang dimilikinya, sedangkan infaq dan
sedekah adalah bukan kewajiban dan tidak terikat oleh nishab dan haul.
2. Pelayanan Muzakki adalah tindakan dan kondisi fasilitas yang diterima
oleh donatur/muzakki dalam proses pembayaran zakat, infaq, dan sedekah
(ZIS) melalui BAZDASU.
3. Lokasi adalah jarak dari tempat tinggal/kegiatan muzakki menuju kantor
BAZDASU.
4. Fundraising Zakat adalah suatu proses untuk mempengaruhi masyarakat
agar mau melakukan kegiatan amal dalam bentuk penyerahan dana ZIS
atau bantuan dalam bentuk lainya yang ditujukan kepada masyarakat yang
membutuhkan (Mustahik).
Universitas Sumatera Utara
5. Muzakki adalah seseorang atau pihak yang pernah dan masih menyalurkan
dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) yang disampaikan kepada masyarakat
yang membutuhkan (Mustahik).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.
4.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Badan Amil Zakat Daerah Sumatera
Utara.
Sebelum lahirnya Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sumatera Utara Nomor 119 Tahun
1981 pada tanggal 30 Juni 1981, telah dibentuk satu lembaga yang disebut
Lembaga Harta Agama Islam (LHAI). LHAI ini bertugas sebagai salah satu
jawatan kuasa yang bekerja memimpin dan mengajak umat Islam Sumatera Utara
melaksanakan kewajiban mengeluarkan zakat.
Seterusnya LHAI ini berfungsi dan bertugas memperbaiki nasib fakir
miskin, melaksanakan pembangunan, menjalankan proyek sarana agama Islam,
melaksanakan dakwah dan membina agama Islam, pada saat yang sama juga
menyantuni para amil zakat, petugas agama Islam, yaitu seperti pengurusan
jenazah, penjaga Masjid, dan pengurus wakaf dan sebagainya.
Apabila disimpulkan tugas LHAI begitu besar, di samping berfungsi
sebagai pencatat semua harta agama Islam, memberikan bimbingan, petunjuk
dalam mengatur pemanfaatan, dan pemeliharaan harta agama Islam, juga
mengawasi harta agama Islam diseluruh daerah Sumatera Utara. LHAI kemudian
memiliki fungsi yang sangat penting, oleh karena itu kedudukan lembaga ini
dibina dan diawasi oleh Gubernur Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah dan masyarakat Islam merasakan peranan dan fungsi Lembaga
Harta Agama Islam (LHAI) semakin besar, namun dari awal sampai dengan
sepuluh tahun berdirinya tidak diperoleh data perkembangan penerimaannya.
Oleh karena itu, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 1991. Terbentuklah Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS), yang
keberandaannya dibuktikan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk
I Sumatera Utara Nomor 451.5/532 Tahun 1992. Surat ini bertujuan pembentukan
dan pedoman tata kerja Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS) Provinsi
Sumatera Utara, sekaligus pedoman tentang pembentukan dan penetapan susunan
pengurusnya. Dengan demikian Lembaga Harta Agama Islam (LHAI) berubah
menjadi Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah (BAZIS), berdasarkan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama serta
dilanjutkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur.
Zakat merupakan sumber keuangan yang sangat berpotensi, yang dapat
dimanfaatkan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu diperlukan lagi Undang-undang yang jelas untuk mengatur kedudukan
zakat di Indonesia.
Pada tanggal 23 September 1999 telah disahkannya UU Nomor 38 Tahun
1999 tentang zakat. UU ini bertujuan menyempurnakan pengelolaan zakat pada
UU sebelumnya. Untuk melaksanakan UU No.38 Tahun 1999 tersebut, Menteri
Agama RI mengeluarkan lagi Surat Keputusan (SK) No.581 Tahun 1999 dan
Universitas Sumatera Utara
mulai berlaku pada tanggal 13 Oktober 1999. SK tersebut disempurnakan lagi
dengan SK Menteri Agama RI No.373 Tahun 2003.
Setelah disyahkannya UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat di Indonesia, maka secara yuridis menetapkan adanya proses pengesahan
Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) (pasal 6 dan 7) yakni Badan Amil Zakat
(BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
dibentuk oleh masyarakat dan kemudian dikukuhkan oleh pemerintah. Dalam
rangka mengimplementasikan UU Pengelolaan Zakat tersebut, pemerintah
provinsi Sumatera Utara melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Utara
sejak tahun 2001 telah membentuk Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara
(BAZDASU).
4.1.2 Profil Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara (BAZDASU).
Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara adalah institusi resmi pengelola
zakat yang dibentuk pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan UU
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Kehadiran BAZDASU yang
kepengurusannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera
Utara Nomor : 188.44/530/KPTS/2010 tanggal 31 Agustus 2010 tentang Susunan
Pengurus BAZDASU periode 2010-2013 merupakan mitra pemerintah daerah
Provinsi Sumatera Utara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
meningkatkan daya guna dan hasil guna zakat serta mempermudah pelaksanaan
zakat sesuai dengan syariat Islam.
Dalam pelaksanaan tugasnya yang meliputi pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, maka BAZDASU diharuskan
melaporkan kegiatannya kepada Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Sumatera Utara pada setiap akhir tahun anggaran selambat-lambatnya
bulan Maret tahun berikutnya. Dalam konteks yang demikian itulah laporan
BAZDASU ini disusun, meliputi laporan pelaksanaan penerimaan dan penyaluran
dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) dan dana non zakat, infaq, dan sedekah yang
dikelola.
4.1.3 Visi dan Misi BAZDASU
4.1.3.1 Visi
BAZDASU mempunyai visi “Menjadi lembaga pengelola zakat yang
amanah, profesional, dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
ekonomi umat”. Visi BAZDASU ini sangat baik sehingga perlu mendapat
dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya, baik itu pemerintah,
muzakki, maupun seluruh masyarakat di Sumatera Utara.
4.1.3.2 Misi
BAZDASU mempunyai 5 Misi yang telah ditetapkan untuk mencapai Visi
yang telah disebutkan di atas. Adapun Misi tersebut ialah :
a. Meningkatkan pengumpulan dan penyaluran dana zakat secara merata.
b. Memberikan pelayanan prima dalam penerimaan dan penyaluran dana
zakat.
c. Mengembangkan manajemen modern dalam pengelolaan zakat.
d. Mendorong peningkatan ekonomi umat.
e. Merubah mustahik menjadi muzakki.
Universitas Sumatera Utara
Kelima Misi di atas merupakan cara yang diharapkan dapat tercapai,
sehingga nantinya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya
meningkatkan ekonomi umat di Sumatera Utara.
4.1.4 Landasan Hukum Zakat
4.1.4.1 Landasan Agama Islam
Landasan hukum zakat, dalam hal ini Badan Amil Zakat sebagai OPZ,
memiliki dasar hukum yaitu Al-Qur’an dan Hadist, terjemahannya dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Terjemahan QS.At-
Taubah: 103)”.
b. ”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
(Terjemahan QS.At-Taubah: 60)”.
c. Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi Shallallaahu’alaihi Wa Sallam mengutus
Mu’adz ke Negeri Yaman, ia meneruskan hadist itu dan didalamnya beliau
bersabda : ”Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta
mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
Universitas Sumatera Utara
dibagikan kepada orang-orang yang fakir diantara mereka”. (Terjemahan
HR. Bukhari dan Muslim: 621).
4.1.4.2 Landasan Peraturan Perundang-Undangan
a. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang
telah diamandeman menjadi UU No. 23 Tahun 2011. Undang-Undang
No. 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan
b. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003, tentang
pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
c. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan
Haji Departemen Agama RI Nomor D-291 Tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat.
d. Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara Nomor :
188.44/530/KPTS/2010 tanggal 31 Agustus 2010 tentang Susunan
Pengurus Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara periode 2010-2013.
e. Program kerja penerimaan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah
di BAZDASU.
4.1.5 Kedudukan BAZDASU
a. BAZDASU merupakan lembaga non struktural pemerintah Provinsi
Sumatera Utara yang bergerak dibidang pengadministrasian,
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan
sedekah.
Universitas Sumatera Utara
b. BAZDASU adalah lembaga publik yang dikelola oleh unsur pemerintah
daerah dan masyarakat.
c. BAZDASU dalam aktivitasnya sehari-hari dipimpin oleh seorang ketua
harian dan dibantu oleh beberapa ketua bidang, yang pada setiap akhir
tahun BAZDASU menyampaikan laporan kegiatannya kepada Gubernur
Sumatera Utara dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara.
4.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BAZDASU
4.1.6.1 Tugas Pokok
Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, adapun
yang menjadi tugas pokok BAZDASU adalah :
a. Menyelengarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan.
Pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
b. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan
rencana pengelolaan zakat
c. Menyelenggarakan tugas penelitian, pengembangan, komunikasi dan
informasi, serta edukasi pengelolaan zakat.
d. Membentuk dan mengukuhkan Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) sesuai
dengan wilayah operasional.
Oleh karena itu diharapkan semua tugas pakok tersebut dapat dilaksanakan
secara berkesinambungan, khususnya penguatan dan optimalisasi UPZ yang telah
dibentuk maupun UPZ yang akan dibentuk, guna meningkatan pengumpulan ZIS
yang lebih optimal lagi.
Universitas Sumatera Utara
4.1.6.2 Fungsi
Adapun fungsi BAZDASU sebagai LPZ milik pemerintah, adalah sebagai
berikut :
a. Melaksanakan pengumpulan segala jenis zakat, infaq, dan sedekah dari
masyarakat terutama PNS, TNI, dan POLRI.
b. Mendayagunakan hasil pengumpulan ZIS kepada mustahik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat secara berkesinambungan
guna menimbulkan kesadaran berzakat, berinfaq, dan bersedekah yang
pada akhirnya meningkatkan penerimaan ZIS.
d. Melakukan pembinaan pemanfaatan ZIS secara berkesinambungan
kepada para mustahik agar lebih produktif dan lebih terarah.
e. Pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan pengumpulan dan
pendayagunaan ZIS.
f. Mengadministrasikan penerimaan, pengeluaran, pendayagunaan ZIS, asset
dan kewajiban BAZDASU dengan berpedoman pada standar keuangan
yang berlaku secara professional dan tranparan.
Untuk itu diharapkan BAZDASU dapat lebih giat lagi menjalankan
pengelolaan ZIS sesuai dengan fungsi yang telah dijelaskan di atas. Terutama
pengoptimalan pengumpulan ZIS dikalangan PNS, TNI, dan POLRI,
mengingat jumlah jumlah dan potensi zakat mereka cukup besar di Sumatera
Utara, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengumpulan ZIS yang lebih
besar lagi kedepannya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.7 Tujuan dan Prinsif Pengelolaan BAZDASU
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pengelolaan ZIS oleh BAZDASU,
ialah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk menunaikan zakat,
infaq, dan sedekah sesuai tuntutan agama.
b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan dan daya guna zakat, infaq, dan sedekah.
Pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah dilaksanakan dengan beberapa prinsif,
adapun prinsif-prinsif tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Prinsif syariah, bermakna bahwa pengelolaan ZIS didasarkan kepada
syariah dan moral agama.
b. Prinsif kesadaran, bermakna bahwa pengumpulan ZIS diharapkan
mempunyai dampak positif dalam menumbuh kembangkan kesadaran bagi
pengelola, muzakki, dan mustahik untuk melaksanakan kewajibannya.
c. Prinsif manfaat, bermakna bahwa ZIS diharapkan dapat memberi manfaat
terhadap kemaslahatan umat.
d. Prinsif integrasi, bermakna bahwa pengelolaan ZIS terintegrasi antar
berbagai institusi pemerintah, swasta dan masyarakat.
e. Prinsif produktif bermakna bahwa pendayagunaan zakat, infaq, dan
sedekah senantiasa diharapkan secara produktif dan selektif.
Universitas Sumatera Utara
4.1.8 Program Bantuan dan Pendayagunaan BAZDASU
Adapun program-program bantuan dan pendayagunaan dana zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) di BAZDASU, adalah sebagai berikut (www.bazdasumut.or.id) :
A. Bina Sumut Peduli, yaitu seperti :
1. Bantuan individu dan keluarga miskin untuk sesaat / konsumtif.
2. Bantuan kepada lembaga atau ormas Islam.
3. Bantuan musibah atau bencana alam kebakaran, banjir, gempa bumi,
longsor, dsb.
B. Bina Sumut Sehat, yaitu seperti :
1. Unit kesehatan klinik (LKD) melayani & membantu kaum dhu'afa,
pengobatan gratis di Jl.Bilal No. 150 Medan.
2. Klinik kesehatan Dhu'afa dengan pengobatan gratis.
3. Sunat Massal.
C. Bina Sumut Cerdas, yaitu seperti :
1. Beasiswa bagi siswa-siswi tingkat SD, SMP, SMU.
2. Bantuan penulisan Skripsi/Tesis bagi mahasiswa S1/S2 yang kurang
mampu.
3. Perpustakaan BAZDA terutama tentang Zakat.
4. Perpustakaan di Mesjid-Mesjid.
D. Bina Sumut makmur, yaitu seperti :
1. Modal bergulir bagi usaha kecil.
2. Usaha ternak di Desa Mesjid - Batang Kuis.
3. Tani Desa Makmur - Tanjung Morawa.
Universitas Sumatera Utara
E. Bina Sumut Taqwa, yaitu seperti:
1. Program bantuan Da'i di desa terpencil minoritas Islam (Da'i
setempat).
2. Biaya Studi bagi calon Da'i sebagai bentuk kaderisasi bagi calon Da'i.
3. Pembinaan Muallaf.
4.1.9 Struktur Organisasi Pengurus BAZDASU
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Sumatera Utara Nomor
188.44/530/KPTS/2010, tanggal 31 Agustus 2010 tentang Susunan Pengurus
Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara Periode 2010-2013, adalah sebagai
berikut :
A. Dewan Pertimbangan
1. Ketua : Gubernur Sumatera Utara
2. Wakil Ketua : Kakanwil Kementrian Agama Prov. SU
3. Sekretaris : Asisten Kesejahteraan Sosial Setda Prov. SU
4. Wakil Sekretaris : Kabag Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. SU
5. Anggota : 1. Prof. DR. H. Abdullah Syah, MA
2. Prof. DR. H. M. Yasir Nasution, MA
3. Drs. H. Nizar Syarif
4. Drs. H. Dalail Ahmad, MA
5. H. Ashari Tambunan
Universitas Sumatera Utara
B. Komisi Pengawasan
1. Ketua : DR. H. Maratua Simanjuntak
2. Wakil Ketua : Drs. H. Jhon Tafbu Ritonga, M.EC
3. Sekretaris : H. Nurdin Lubis,SH,MM
4.Wakil Sekretaris : H. Suhwardi K Lubis, SH, SPN, MH
5.Anggota : 1. H. Gus Irawan, SE, AK, MM
2. Ir. H. Husna Harahap, MBA
3. Drs. H. Dharma Effendy
4. Drs. H. Ashari Tambunan
5. Drs. H. Dalail Ahmad, MA
6. H. Prabudi Said
C. Badan Pelaksana
1. Ketua : Drs. H. Amansyah Nasution, MSP
2. Wakil Ketua : 1. Drs. Hasbullah Lubis, M.SI
2. DR. H. Saparuddin Siregar, SE, Ak, MA
3. Sekretaris : Kabid HAZAWA Kanwil Kemenag Prov. SU
4. Wakil Sekretaris : 1. Drs. H. Syu'aibun, M.Hum
2. Drs. H. Amin Husin Nasution, MA
5. Bendahara : Ir. H. Syahrul Jalal, MBA
6. Wakil Bendahara : Drs. H. Ilyas Halim, M.Pd
Universitas Sumatera Utara
D. Bidang – Bidang :
I. Bidang Pengumpulan
Kepala : Drs. Nisful Khoiri, M.Ag
Anggota : 1. Muhammad Fendi Leong
2. Drs.H. Musaddad Lubis, MA
II. Bidang Pendistribusian
Kepala : Drs. H. Milhan Yusuf, MA
Anggota : 1. Drs. H. Abdul Hamid Ritonga, MA
2. Drs. H. Bukhori Muslim Nasution, MA
III. Bidang Pendayagunaan
Kepala : Drs. H. Agus Thahir Nasution
Anggota : 1. H. Kamaluddin Siregar, MA
2. H. M. Arifin Umar
IV. Bidang Pengembangan
Kepala : Drs. H. Eddy Syofian, MAP
4.2 Analisis Data dan Pembahasan
Responden penelitian ini berjumlah 40 orang. Responden merupakan
Muzakki BAZDASU. Dimana, responden yang diberikan kuesioner merupakan
muzakki BAZDASU yang tinggal di sekitar Kota Medan. Penulis memperoleh
profil responden dengan mendatangi rumah atau tempat kegiatan/kerja mereka
masing-masing. Muzakki yang menjadi responden diberikan beberapa pertanyaan
dalam bentuk kuesioner dimana nantinya jawaban-jawaban dari pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut akan disajikan dalam bentuk tabulasi silang (cross tab), tabel, frekuensi,
dan grafik.
4.2.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian ini dapat terlihat perbandingan antara tingkat usia
dengan jenis kelamin responden. Perbandingan Usia dengan jenis kelamin ini
digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara tingkat usia
laki-laki dan usia perempuan sebagai muzakki di BAZDASU. Dalam Tabel 4.1 ini
diuraikan data responden menurut perbandingan usia dengan jenis kelamin.
Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Usia Keterangan Jenis Kelamin Total Laki-Laki Perempuan
21 tahun-30 tahun Jumlah 0 1 1 % dari total 0,0 2,5 2,5
31 tahun-40 tahun
Jumlah 4 5 9 % dari total 10,0 12,5 22,5
41 tahun-50 tahun Jumlah 11 5 16 % dari total 27,5 12,5 40,0
51 tahun-60 tahun Jumlah 10 3 13 % dari total 25,0 7,5 32,5
>60 tahun Jumlah 1 0 1 % dari total 2,5 0,0 2,5
Total Jumlah 26 14 40 % dari total 65,0 35,0 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan data antara usia dan jenis kelamin, dapat terlihat bahwa
jumlah muzakki laki-laki lebih banyak dari pada jumlah muzakki perempuan. Hal
ini dapat terlihat dari tabel yang telah disajikan di atas. Jumlah muzakki yang
paling banyak adalah berusia antara 41 tahun-50 tahun, dengan jumlah responden
laki-laki sebanyak 11 orang (27,5%) dan perempuan sebanyak 5 orang (12,5%).
Kemudian disusul dengan responden usia 51 tahun-60 tahun, dengan rincian 10
Universitas Sumatera Utara
orang (25,0%) responden laki-laki dan sebanyak 3 orang (7,5%) responden
perempuan. Responden Usia 31 tahun-40 tahun sebanyak 4 orang (10,0%)
responden laki-laki dan sebanyak 5 orang (12,5%) responden perempuan.
Muzakki usia 21 tahun-30 tahun yang merupakan responden perempuan
berjumlah 1 orang (2,5%), dan responden laki-laki usia >60 tahun juga sebanyak
1 orang (2,5%).
Tingkat usia di atas merupakan golongan usia produktif, yang jelas
memiliki kewajiban untuk mengeluarkan zakatnya baik dari pendapatan maupun
dari harta yang dimilikinya. Dimana pada penelitian ini usia responden yang
mendominasi sebagai muzakki BAZDASU berusia 41-50 tahun dan berjenis
kelamin laki-laki, namun ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu terdapat 1
responden perempuan yang berusia 21-30 tahun tetapi sudah memiliki kesadaran
yang tinggi untuk mau membayar zakat ke LPZ.
4.2.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dengan pendidikan manusia akan mampu meningkatkan kesejahteraan hidup
baik, serta mampu mempengaruhi pekerjaaan dan pendapatannya yang dimiliki
seseorang. Pada Tabel 4.2 diuraikan data responden berdasarkan tingkat
pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber : Data Primer (2012).
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan muzakki
yang membayar dana ZIS didominasi oleh tingkat pendidikan strata (S1, S2, S3)
dengan jumlah muzakki sebanyak 35 orang (87,5%). Kemudian tingkat
SMA/sederajat dengan jumlah responden sebanyak 3 orang (7,5%). Untuk tingkat
Diploma (D1, D2, D3) dipilih sebanyak 2 responden dengan persentase 5%. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan Strata (S1, S2, S3)
memiliki jumlah yang paling banyak sebagai tingkat pendidikan responden.
Tingkat pendidikan berpengaruh besar terhadap pekerjaan yang dijalani, serta
nantinya akan berdampak pada tingkat pendapatan yang dihasilkan muzakki,
sebagai faktor muzakki menyalurkan dana ZIS melalui LPZ. Pada penelitian ini,
dari total responden yang diteliti dapat dikatakan seluruhnya memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, hampir 90% responden berpendidikan sarjana baik itu S1,
S2, dan S3.
4.2.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan
Setiap muzakki di BAZDASU pasti memiliki pekerjaan dan pendapatan.
Pekerjaan dan tingkat pendapatan yang mereka miliki juga bermacam-macam.
Pekerjaan dan tingkat pendapatan diyakini berpengaruh terhadap besar dana ZIS
yang disalurkan muzakki ke lembaga zakat. Berikut ini akan ditampilkan data
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SMA/Sederajat 3 7,5
Diploma (D1,D2,D3) 2 5.0 Strata (S1,S2,S3) 35 87,5
Total 40 100,0
Universitas Sumatera Utara
responden berdasarkan pekerjaan dan pendapatan yang akan diuraikan pada Tabel
4.3.
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Pendapatan
Pekerjaan
Keterangan
Pendapatan Total Rp 1 Juta-
3 Juta Rp 3 Juta- 5Juta
Rp 5 Juta- 10Juta
Rp 10 Juta -50 Juta
PNS/ BUMN
Jumlah 3 15 8 0 26 % dari total 7,5 37,5 20,0 0,0 65,5
TNI/POLRI Jumlah 1 0 1 0 2 % dari total 2,5 0,0 2,5 0,0 5,0
Pegawai Swasta
Jumlah 2 1 2 0 5 % dari total 5,0 2,5 5,0 0,0 12,5
Wiraswasta/ Pengusaha
Jumlah 0 0 3 3 6 % dari total 0,0 0,0 7,5 7,5 15,0
Lainnya
Jumlah 0 1 0 0 1 % dari total 0,0 2,5 0,0 0,0 2,5
Total
Jumlah 6 17 14 3 40 % dari total 15,0 42,5 35,0 7,5 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui sebanyak 26 responden (65,5%)
memiliki pekerjaan sebagai PNS/BUMN dengan tingkat pendapatan terbanyak Rp
3 juta-Rp 5 juta per bulan sebesar 15 responden (37,5%). Terdapat 2 responden
(5,0%) yang memiliki pekerjaan sebagai TNI/POLRI yang masing-masing
pendapatannya Rp 1 juta-3 juta dan Rp 5 juta-10 juta, sehingga dapat dikatakan
jumlah TNI/POLRI yang membayar ZIS di BAZDASU sangat sedikit, tidak
sebanding dengan jumlah mereka yang ada di Sumatera Utara khususnya di
Medan. Ini bermakna kesadaran TNI/POLRI untuk membayar zakat di
BAZDASU masih rendah, dan hal ini menjadi tantangan bagi pengelola
BAZDASU meningkat kesadaran mereka terutama bagi yang sudah layak
berzakat. Kemudian responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 5 orang (12,5%), memiliki tingkat pendapatan yang bermacam-macam,
yaitu masing-masing sebanyak 2 responden berpendapatan Rp 1 juta-3 juta dan
Rp5 juta-10 juta, serta 1 responden berpendapatan Rp 3 juta-5 juta. Terdapat 6
responden (15,0) yang memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta/Pengusaha untuk
pendapatan Rp. 5 juta-10 juta dan Rp. 10 juta-50 juta memiliki jumlah responden
yang sama masing-masing berjumlah 3 orang dengan persentase masing-masing
7,5 %. Terakhir 1 responden memiliki pekerjaan lainnya, sebagai dokter memiliki
pendapatan Rp 3 juta–5 juta dengan persentase 2,5%. Dalam penelitian ini tidak
ditemukan responden yg bekerja sebagai petani, nelayan atau peternak. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar sebagai
PNS/BUMN dan memiliki pendapatan rata-rata Rp 3 juta-5 juta.
4.2.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU
Kepercayaan muzakki terhadap suatu lembaga pengelolaan zakat terlihat
pada lamanya seseorang atau badan tersebut menjadi muzakki di lembaga
pengelolaan zakat tersebut. Ketika seseorang sebagai muzakki merasa yakin
dengan lembaga pengelolaan zakat yang mampu memberikan apa yang diinginkan
dan kepuasan bagi muzakki, maka muzakki tersebut tidak akan berpindah ke
lembaga pengelolaan zakat lainnya.
Pada Tabel 4.4 di bawah ini akan terlihat mengenai data responden
berdasarkan lama menjadi muzakki.
Tabel 4.4 Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU
Lama Menjadi Muzakki Frekuensi Persentase 1 tahun 0 0,0 2 tahun 2 5,0 3 tahun 5 12,5
Universitas Sumatera Utara
4 tahun 10 25,0 Lainnya 23 57,5 Total 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Jika dilihat dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih tahun lainnya, mereka telah lama menjadi muzakki di BAZDASU yang
rata-rata mencapai 10-20 tahun. Responden tersebut berjumlah 23 orang dengan
persentase sebesar 57,5%. Kemudian selanjutnya lama menjadi muzakki adalah 4
tahun dengan total responden berjumlah 10 orang (25,0%), Sedangkan untuk lama
responden menjadi muzakki kategori 3 tahun dengan total responden sebanyak 5
orang (12,5%). Untuk kategori lama responden menjadi muzakki 2 tahun, jumlah
responden yang menjadi muzakki di BAZDASU adalah 2 orang dengan
persentase sebesar 5,0%. Oleh karena itu diharapkan BAZDASU dapat
mempertahankan para muzakki yang sudah lama membayarkan zakatnya melalui
lembaga ini, karena pada masa sekarang ini telah terjadi persaingan LPZ untuk
memperoleh muzakki sebagai mitra untuk menyalurkan dana ZIS melalui LPZ
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1
Lama Responden Menjadi Muzakki BAZDASU
4.2.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden
Ketika seorang muzakki memilih menyalurkan dana ZIS melalui suatu
lembaga pengelolaan zakat, pasti juga akan memilih salah satu bentuk donasi atau
jenis dana yang ingin disalurkannya kepada mustahik, dalam hal ini melalui
BAZDASU. Ada beberapa jenis dana yang dapat dipilih untuk disalurkan melalui
BAZDASU, diantaranya seperti zakat fitrah, zakal maal/harta, infaq, dan sedekah.
Pada Tabel 4.5 di bawah ini akan dilihat jenis dana yang pernah atau
paling sering disalurkan responden melalui BAZDASU.
Tabel 4.5 Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden
Dana yang Disalurkan Frekuensi Persentase Zakat Fitrah 3 7,5
Zakat Maal/Harta 18 45,0 Infaq 16 40,0
Sedekah 3 7,5
Universitas Sumatera Utara
Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan pada Tabel 4.5 dapat dilihat jenis dana yang pernah atau
paling sering di salurkan responden bervariasi. Jenis dana yang pernah atau paling
sering disalurkan responden ialah zakat maal/harta sebanyak 18 orang (45,0%).
Kemudian disusul oleh responden yang memilih infaq sebanyak 16 orang dengan
persentase sebesar 40,0%. Responden yang memilih zakat fitrah dan sedekah
mempunyai jumlah responden yang sama masing-masing sebanyak 3 orang
(7,5%), atau bila digabungkan total responden yang memilih zakat fitrah dan
sedekah sebanyak 6 orang atau dengan persentase sebesar 15,0%.
Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dana jenis dana yang
paling sering disalurkan responden sebagai muzakki ialah zakat maal/harta,
kemudian disusul oleh infaq yang memiliki selisih sedikit. Hal tersebut lebih
jelasnya dapat terlihat pada Gambar 4.2 di bawah ini :
Gambar 4.2
Dana yang Pernah atau Paling Sering Disalurkan Oleh Responden
Universitas Sumatera Utara
4.2.6 Hasil Analisis Data dan Deskriptif Penelitian
Pada bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mendorong
masyarakat selaku muzakki menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) melalui
BAZDASU. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor apakah yang dominan
sehingga masyarakat mau menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Sama
halnya dengan sub bab yang sebelumnya, berdasarkan data hasil kuesioner di
bawah ini juga diolah melalui program komputer SPSS 16,0 yang disajikan dalam
bentuk tabel, frekuensi, persentase, dan gambar (grafik). Untuk lebih
memudahkan dalam menganalisis suatu penelitian. Berikut ini adalah beberapa
faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS)
melalui BAZDASU.
4.2.6.1 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU
Lokasi merupakan faktor penting dalam menentukan letak suatu lembaga
publik/nirlaba seperti lembaga pengelolaan zakat (LPZ), yang bertujuan guna
menghimpun dana dari masyarakat. Oleh karena itu sebelum mendirikan suatu
lembaga pengelolaan zakat harus diperhatikan strategis tidaknya lokasi dan letak
kantor LPZ tersebut didirikan. Syarat untuk mendirikan suatu lembaga zakat pun
pada dasarnya hampir sama dengan badan/lembaga publik pada umumnya yaitu
berada pada lokasi yang strategis, berdekatan dengan pusat kota, mudah terlihat
dan mudah dijangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, berikut tanggapan
muzakki terhadap lokasi BAZDASU yang diuraikan pada Tabel 4.6 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU
Tanggapan Responden Terhadap Lokasi
Frekuensi Persentase
Sangat baik dan sangat strategis 2 5,0 Baik dan strategis 19 47,5
Cukup baik dan cukup strategis 13 32,5 Kurang baik dan kurang strategis 6 15,0
Sangat tidak baik dan tidak strategis
0 0,0
Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012).
Data menunjukkan lokasi BAZDASU. Berdasarkan hasil penelitian dapat
terlihat bahwa Sebesar 47,5% dari total responden mengatakan bahwa lokasi
BAZDASU baik dan strategis. Kemudian untuk tanggapan lokasi cukup baik dan
cukup strategis dipilih sebanyak 13 orang (32,5%) dari total responden yang ada.
Untuk tanggapan lokasi kurang baik dan kurang strategis dipilih oleh 6 respoden
dengan persentase sebesar 15,0%. Tanggapan responden yang menyatakan lokasi
BAZDASU sangat baik dan sangat strategis hanya dipilih 2 orang saja dengan
persentase 5.0%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan lokasi BAZDASU
sudah sesuai dengan syarat lokasi berdirinya suatu lembaga publik/nirlaba, yaitu
lokasi yang baik dan strategis sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat..Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat melalui Gambar 4.3 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3
Tanggapan Responden Terhadap Lokasi BAZDASU 4.2.6.2 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU
Setiap masyarakat yang memiliki kesadaran untuk membayarkan dana ZIS
melalui LPZ yang terbaik, dan dianggap amanah untuk menyalurkan dana ZIS
kepada masyarakat yang membutuhkan (Mustahik). Selain itu pelayanan selama
proses pembayaran yang dirasakan muzakki dengan rasa aman, nyaman, serta
kualitas pelayanan yang sangat baik juga sebagai faktor pendorong yang dirasakan
muzakki nantinya untuk kembali membayarkan dana ZIS ke lembaga zakat
tersebut. Oleh karena itu, sebelumnya muzakki pasti akan melihat dan
membandingkan keunggulan-keunggulan serta kelemahan-kelemahan dari LPZ,
baik itu BAZ maupun LAZ. Cara seperti inilah, maka muzakki akan merasa yakin
dengan keputusan mereka memilih LPZ tersebut. Dalam Tabel 4.7 diuraikan
beberapa alasan responden sebagai faktor pendorong responden selaku muzakki
membayar ZIS melalui BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU
Alasan Membayar ZIS Frekuensi Persentase Tehnik transaksi dan cara pembayaran
ZIS yang mudah 5 12.5
Pelayanan yang baik dan memuaskan 3 7,5 Lokasi yang strategis dan terjangkau 5 12,5 Lembaga zakat resmi milik pemerintah 26 65,0
Lainnya 1 2,5 Total 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Hal yang menjadi dasar bagi muzakki memilih BAZDASU ialah karena
BAZDASU merupakan lembaga zakat resmi milik pemerintah. Hal ini dapat
terlihat dengan jumlah responden sebanyak 26 orang dengan persentase sebesar
65,0%. Kemudian faktor tehnik transaksi dan cara pembayaran ZIS yang mudah.
Hal ini dijadikan sebagai alasan responden membayar ZIS di BAZDASU. Untuk
ini sebanyak 5 orang responden memilihnya dengan persentase sebesar 12,5%.
Sama juga dengan alasan faktor lokasi yang strategis dan terjangkau, sebanyak 5
responden (12,5%) memilih alasan tersebut. Faktor pelayanan yang baik dan
memuaskan juga dipilih responden sebanyak 3 orang (7,5%) sebagai alasan
memilih BAZDASU. Alasan lainnya dipilih 1 responden, yaitu dengan alasan
seperti terdapat keluarga atau teman yang bekerja di BAZDASU, juga menjadi
alasan responden memilih BAZDASU, yang persentasenya hanya 2,5%.
Dari data Tabel 4.7 tersebut, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50%
muzakki memilih BAZDASU dikarenakan faktor status BAZDASU sebagai
lembaga zakat resmi milik pemerintah. Dalam hal ini keberadaan BAZDASU di
bawah wewenang pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4
Alasan Responden Membayar ZIS di BAZDASU
4.2.6.3 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU
Lokasi merupakan faktor penting dalam menentukan letak suatu lembaga
publik/nirlaba seperti lembaga pengelolaan zakat (LPZ), yang bertujuan guna
menghimpun dana dari masyarakat. Oleh karena itu sebelum mendirikan sebuah
LPZ harus diperhatikan strategis tidaknya lokasi dan letak kantor LPZ tersebut
didirikan. Syarat untuk mendirikan suatu lembaga zakat pun pada dasarnya
hampir sama dengan badan/lembaga publik pada umumnya yaitu berada pada
lokasi yang strategis, berdekatan dengan pusat kota, mudah terlihat dan mudah di
jangkau oleh masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden tentang jarak tempat
tinggal dengan lokasi BAZDASU, diuraikan pada Tabel 4.8 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU
Jarak Tempat Tinggal Dengan Lokasi BAZDASU
Frekuensi Persentase
<1 Km 2 5,0 1,1 Km-5 Km 17 42,5
5,1 Km-10 Km 13 32,5 10,1 Km-15 Km 7 17,5
> 15 Km 1 2,5 Total 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan data di atas yang menunjukkan jarak tempat tinggal
responden dengan lokasi BAZDASU. Responden yang jarak tempat tinggalnya
kurang dari 1 Km ialah sebanyak 2 orang dengan persentase 5,0%. Kemudian
reponden yang jarak tempat tinggal dengan lokasi BAZDASU dipilih paling
banyak oleh responden ialah jarak 1,1 Km- 5 Km sebanyak 17 orang (42,5%) dari
total responden yang ada. Untuk jarak 5,1 Km-10 Km dipilih oleh 13 respoden
dengan persentase sebesar 32,5%. Responden yang jarak tempat tinggalnya paling
jauh dengan lokasi BAZDASU yaitu dipilih oleh 1 orang saja dengan persentase
hanya 2,5%. Responden tersebut berdomisili di Kota Binjai, namun dia tidak
membayarkan langsung zakatnya ke kantor BAZDASU melainkan melalui UPZ
dimana tempat responden tersebut bekerja.
Dari data di atas dapat disimpulkan jarak yang dipilih sebagai ukuran
perbandingan jauh dekatnya tempat tinggal responden dengan lokasi BAZDASU.
Mayoritas responden memilih jarak 1,1 Km-5 Km, yang merupakan jarak yang
masih terjangkau oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat melalui
Gambar 4.5 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5
Jarak Tempat Tinggal Responden Dengan Lokasi BAZDASU
4.2.6.4 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU
Dalam menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU, para muzakki
diberikan kemudahan, mulai dari proses menjadi muzakki sampai dengan cara
penyaluran dana ZIS ke BAZDASU, guna meningkatkan jumlah penerimaan ZIS.
Oleh karena itu, BAZDASU harus dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi, dan tehnik-tehnik pengumpulan yang dapat digunakan
masyarakat ketika mendonasikan dana ZIS yang akan disalurkanya melalui
BAZDASU.
Berikut ini dapat dilihat cara penyaluran dana ZIS oleh responden melalui
BAZDASU pada Tabel 4.9 beikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU
Cara Penyaluran Dana ZIS Frekuensi Persentase Dibayar langsung ke kantor BAZDASU 14 35,0
Transfer via ATM/Bank 5 12,5 Pegawai BAZDASU menjemput
dana ZIS 7 17,5
Dibayar melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) 12 30,0
Lainnya 2 5,0 Total 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan pada Tabel 4.9 dapat dilihat cara responden menyalurkan
dana ZIS pun bervariasi. Mulai dengan cara dibayarkan langsung ke kantor
BAZDASU sebanyak 14 responden (35,0%). Responden yang melakukan transfer
via ATM/Bank sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 12,5%. Kemudian
dengan cara Pegawai BAZDASU menjemput dana ZIS dipilih sebanyak 7
responden (17,5%). Kemudian ada juga responden yang membayar ZIS melalui
Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) yang dimiliki BAZDASU dengan total responden
sebanyak 12 orang atau dengan persentase sebesar 30,0%. Sedangkan responden
yang memilih cara lainya, diantaranya menjawab dengan cara dipotong langsung
dari gaji muzakki tiap bulannya, sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar
5,0%.
Berdasarkan urain di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
4.6 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6
Cara Penyaluran Dana ZIS Oleh Responden Melalui BAZDASU 4.2.6.5 Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU.
Lembaga publik seperti halnya lembaga pengelolaan zakat, yang banyak
dipilih oleh masyarakat adalah LPZ yang memberikan kemudahan dalam setiap
kegiatan pembayaran atau penyaluran ZIS melalui lembaga tersebut. Dengan
kemudahan yang diberikan oleh LPZ tersebut akan membuat masyarakat tertarik
untuk kembali menyalurkan dana ZIS ke LPZ tersebut. Dalam hal ini kemudahan
yang diberikan BAZDASU akan membuat banyak muzakki menyalurkan ZIS nya
di BAZDASU. Berikut ini akan diuraikan dalam Tabel 4.10 dan Gambar 4.7 yang
menunjukkan tanggapan responden terhadap prosedur penyaluran dana ZIS di
BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Prosedur Penyaluran Dana ZIS di BAZDASU
Prosedur Penyaluran Dana ZIS Frekuensi Persentase Sangat mudah 4 10,0
Mudah 22 55,0 Cukup mudah 14 35,0 Cukup sulit 0 0,0
Sulit 0 0,0 Total 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa prosedur penyaluran dana
ZIS di BAZDASU sangat mudah dipilih responden sebanyak 4 orang (10,0%).
Untuk prosedur penyaluran mudah dipilih sebanyak 23 responden dengan
persentase 55,0%. Sedangkan untuk prosedur penyaluran yang menyatakan cukup
mudah dipilih sebanyak 14 responden (35,0%). Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa prosedur penyaluran dana ZIS di BAZDASU, yang dirasakan oleh para
muzakki adalah mudah.
Apabila data di atas dicrosstab dengan jarak tempat tinggal responden
dengan lokasi BAZDASU, maka dapat diketahui responden yang paling banyak
memilih tanggapan prosedur yang mudah adalah responden yang jarak tempat
tinggalnya dengan lokasi BAZDASU berjarak 1,1 Km-5 Km, dengan jumlah 8
orang (20%). Ada hal yang menarik dalam penelitian ini dikarenakan terdapat 1
responden (2,5%) yang jarak tempat tinggalnya dengan lokasi BAZDASU
>15Km, memiliki tanggapan terhadap prosedur penyaluran dana ZIS yang mudah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7
Prosedur Penyaluran Dana ZIS yang Dirasakan Responden di BAZDASU
4.2.6.6 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU
Kegiatan menyalurkan ZIS oleh muzakki BAZDASU telah menjadi
kewajiban yang secara rutin harus dilakukan. Frekuensi muzakki melakukan
penyaluran ZIS pun bervariasi yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan
atau pendapatan muzakki itu sendiri. Pada Tabel berikut menunjukkan jumlah
frekuensi respoden menyalurkan dana ZIS di BAZDASU, yang akan diuraikan
pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU
Frekuensi Penyaluran Dana ZIS Frekuensi Persentase 1 Kali 0 0,0 2 Kali 3 7,5 3 Kali 3 7,5 4 Kali 10 25,0
Lainnya 24 60,0 Total 40 100,0
Sumber: Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada Tabel 4.11 responden memilih frekuensi lainnya sebagai
pilihan terbanyak dalam jumlah frekuensi menyalurkan dana ZIS. sebanyak 24
orang dengan persentase 60,0%. Jumlah frekuensinya pun bervariasi ada yang
menjawab lebih dari 10 kali, berkali-kali, dan ada yang menjawab rutin setiap
bulannya. Kemudian untuk jumlah frekuensi 4 kali dipilih sebanyak 10 responden
dengan persentase sebesar 25,0%. Untuk jumlah frekuensi 3 kali dan 2 kali,
masing-masing dipilih sebanyak 3 responden dengan persentase masing-masing
pilihan sebesar 7,5%.
Jika data di atas dicrosstab dengan tingkat pendapatan muzakki, maka
dalam penelitian ini dapat diketahui muzakki yang memiliki tingkat penghasilan
menengah ke bawahlah yang paling sering membayarkan ZIS nya melalui
BAZDASU, yaitu muzakki yang berpenghasilan Rp. 3 juta-5 juta sebanyak 11
responden (27,5%) dan muzakki yang berpenghasilan Rp. 5 juta-10 juta sebesar 9
orang, dengan persentase sebesar 22,5%. Begitu juga dengan 3 responden (7,5%)
yang memiliki pendapatan paling tinggi sebesar Rp. 10 juta-50 juta ternyata
memilih jumlah frekuensi lainnya, karena mereka telah berkali-kali
memebayarkan dana ZIS melalui BAZDASU.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
memilih jumlah frekuensi lainnya, karena telah berkali-kali melakukan penyaluran
dana ZIS di BAZDASU. Untuk itu agar lebih jelasnya, akan ditampilkan juga
pada Gambar 4.8 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8
Frekuensi Responden Menyalurkan Dana ZIS di BAZDASU
4.2.6.7 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU
Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) yang banyak dipilih oleh masyarakat
adalah LPZ yang dapat memberikan pelayanan yang baik serta memuaskan dalam
setiap kegiatan pembayaran ZIS ke lembaga tersebut. Dengan pelayanan yang
prima yang diberikan oleh sebuah LPZ akan membuat masyarakat tertarik untuk
kembali lagi menyalurkan dana ZIS ke LPZ tersebut.. Berikut ini akan diuraikan
dalam Tabel 4.12 dan Gambar 4.9 di bawah ini yang menunjukkan tanggapan
responden terhadap pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU.
Tabel 4.12 Pelayanan yang Diperoleh Responden dari BAZDASU
Pelayanan yang Diperoleh dari BAZDASU
Frekuensi Persentase
Sangat memuaskan 0 0,0 Memuaskan 24 60,0
Cukup memuaskan 15 37,5 Kurang memuaskan 1 2,5 Tidak memuaskan 0 0,0
Total 40 100,0 Sumber: Data Primer (2012) .
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui tanggapan yang paling banyak
dipilih oleh resposden terhadap pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU ialah
memuaskan, sebanyak 24 orang (60,0%). Untuk tanggapan cukup memuaskan
dipilih sebanyak 15 responden dengan persentase 37,5%. Sedangkan tanggapan
kurang memuaskan terhadap pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU hanya
dipilih sebanyak 1 responden (2,5%). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
pelayanan yang diperoleh dari BAZDASU, yang dirasakan oleh para muzakki
adalah memuaskan.
Apabila data di atas dicrosstab dengan frekuensi responden menyalurkan
dana ZIS di BAZDASU, maka dapat diketahui hasilnya total 15 responden dengan
persentase sebesar 37,5% memilih tanggapan memuaskan, dikarenakan ternyata
para responden tersebut telah berkali-kali menyalurkan dana ZIS di BAZDASU.
Terdapat hal yang menarik dalam penelitian ini, ternyata ada 1 responden (2,5%)
yang menjawab kurang memuaskan terhadap pelayanan yang diperolehnya
melalui BAZDASU, tetapi telah berkali-kali melakukan pembayaran ZIS melalui
lembaga tersebut, namun tidak diketahui alasan apa yang menjadi sebab
responden tersebut merasa kurang puas terhadap pelayanan yang diperolehnya
dari BAZDASU, padahal dia telah sering menyalurkan ZIS melalui lembaga
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9
Pelayanan yang Diperoleh Responden Dari BAZDASU
4.3 Analisis Data Perkembangan Pengumpulan ZIS dan Deskriptif Penelitian
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun oleh penulis dari pihak
BAZDASU, sehingga diketahui sejumlah data mengenai perkembangan
pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS). Data yang diperoleh yang
kemudian dapat disajikan ialah data 11 tahun terakhir yaitu data dari tahun 2001
sampai tahun 2011. Data tersebut antara lain yaitu data perkembangan jumlah
donatur/muzakki, jumlah penerimaan, dan penyaluran dana ZIS. Adapun data
pendukung tersebut ialah sebagai berikut :
4.3.1 Perkembangan Jumlah Muzakki BAZDASU
Pada bagian ini akan dijelaskan dalam tabel tentang jumlah
donatur/muzakki BAZDASU. Adapun donatur/muzakki BAZDASU terbagi
menjadi 3 golongan yaitu muzakki zakat, donatur infaq dan donatur sedekah. Data
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh bersumber dari laporan pertanggung jawaban tahunan dari
pengelola BAZDASU. merupakan data perkembangan dari 11 tahun terakhir.
Dengan pertimbangan data jumlah donatur/muzakki 11 tahun terakhir tersebut
masih tercatat, dan sebagian besar donatur/muzakki tersebut masih aktif dalam
menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU. Berikut akan diuraikan dalam tabel
4.13 dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Jumlah Donatur/Muzakki BAZDASU Tahun 2001-2011
Tahun
Zakat Infaq Sedekah Frekuensi %
Perubahan %
Jumlah Frekuensi %
Perubahan %
Jumlah Frekuensi %
Perubahan %
Jumlah 2001 182 - 8,11 - - - - - -
2002 180 Turun sebesar
0,84
8,02 - - - - - -
2003 175 Turun sebesar
2,1
7,79 - - - - - --
2004 170 Turun sebesar
2,1
7,57 - - - - - -
2005 172 Naik sebesar
0,84
7,66 - - - - - -
2006 223 Naik sebesar
25,4
9,94 - - - - - -
2007 268 Naik sebesar 18,75
11,94 - - - - - -
2008 216 Turun sebesar
21,8
9,62 - - - - - -
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data Primer (2012).
2009 220 Naik sebesar
1,56
9,8 - - - - - -
2010 224 Naik sebesar
1,56
9,98 - - - - - -
2011 214 Turun sebesar
4,16
9,54 - - - - - -
Jumlah 2244 - 100,0 - - - - - -
Rata-Rata Jumlah
204 - 9,1 - - - - - -
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.13 tentang uraian perkembangan jumlah
donatur/muzakki di atas. Pada jumlah muzakki yang menyalurkan dana zakat
adalah sebanyak 2244 orang dengan jumlah rata-rata sebesar 204 pertahun.
Jumlah muzakki zakat mulai tahun 2001-2005 mengalami perubahan kenaikan
dan penurunan yang relatif kecil, yang persentase perubahannya di bawah 2%.
Dengan rincian jumlah 182, 180,175, 170, 172 orang dan persentase masing-
masing dari total persentase keseluruhan ialah (8,11%), (8,02%), (7,79%),
(7,57%), dan (7,66%). Untuk tahun 2006-2008 mengalami perubahan kenaikan
dan penurunan yang relatif besar, dengan besaran persentase di atas sekitar 20%,
dengan rincian 223, 268, 216 orang dan jumlah persentase muzakki masing-
masing ialah (9,94%), (11,94%), (9,62%). Kemudian pada tahun 2009-2011,
perubahan jumlah muzakki baik kenaikan dan penurunannya juga relative kecil,
dengan persentase perubahan sekitar 4%-2%, dengan jumlah rincian 220,224,214
orang, dan besaran persentase masing-masing ialah (9,8%), (9,98%), (9,54%).
Untuk data perkembangan jumlah donatur yang mendonasikan dana infaq
dan sedekah tidak dapat diuraikan pada tabel 4.13 di atas. Hal tersebut
dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas pihak-pihak yang menyalurkan
infaq dan sedekah secara rapi, terperinci dan sistematis. Salah satu alasannya
dikarenakan sebagian besar para donatur dana infaq dan sedekah menyalurkannya
melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ) serta pada kotak-kotak infaq yang
tersedia di tempat-tempat tetentu yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq
dan sedekah dengan BAZDASU. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui data
identitas donatur secara keseluruhan, lengkap, dan terperinci.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS di BAZDASU.
BAZDASU sebagai Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) di bawah naungan
pemerintah provinsi Sumatera Utara pasti memiliki keunggulan tersendiri
dibanding (LPZ) lainnya. Salah satunya dalam pengumpulan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) dari masyarakat, di mana dalam pengumpulan tersebut BAZDASU
selain memperoleh penerimaan dari dana ZIS, juga memperoleh dana non ZIS
yang bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Utara yang diterima tiap tahunnya.
Guna untuk membiayai kegiatan operasional dalam pengumpulan ZIS. .
Pada bagian ini akan dijelaskan tabel mengenai jumlah penerimaan dana
ZIS dan dana Non ZIS. Data-data dalam tabel tersebut merupakan data selama 11
tahun terakhir mulai dari tahun 2001-2011, yang diperoleh dari pengelola
BAZDASU. Data ini dijadikan sebagai data tambahan untuk lebih
menyempurnakan penulisan ini. Untuk mengetahui lebih jelas tentang jumlah
dana ZIS dan Non ZIS yang terhimpun setiap tahunnya, akan disajikan dalam
Tabel 4.14 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Jumlah Penerimaan Dana ZIS DAN Non ZIS BAZDASU Tahun 2001-2011.
Tahun
Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS Jumlah Dana Terhimpun (Rp)
(A+B+C+D)
%
Perubahan
Zakat (A)
(Rp)
%
Perubahan
Infaq (B)
(Rp)
%
Perubahan
Sedekah (Rp) (B)
%
Perubahan
Non ZIS
(Rp) (C)
%
Perubahan
2001 402.208.200 - 338.416.489 - 18.210.000 - 120.000.000 - 1.878.834.689 -
2002 1.541.780.290 Naik sebesar 90,59
459.679.139 Naik sebesar 23,91
27.646.055 Naik sebesar 17,31
135.000.000 Naik Sebesar
4,46
2.164.105.484 Naik sebesar 12,69
2003 1.536.385.700 Turun sebesar
0,42
499.727.910 Naik sebesar
7,89
9.687.250 Turun sebesar 32,94
250.000.000 Naik sebesar 34,22
2.295.800.860 Naik sebesar
5,86
2004 1.274.977.450 Turun sebesar 20,78
642.274.860 Naik sebesar 28,11
57.664.025 Naik sebesar
88,0
269.696.975 Naik Sebesar
5,86
2.244.613.310 Turun sebesar
2,27
2005 1.082.774.500 Turun sebesar 15,28
631.587.770 Turun sebesar
2,11
164.813.950 Naik sebesar 196,54
271.039.865 Naik Sebesar
0,34
2.150.216.085 Turun sebesar
4,20
2006 1.204.994.681 Naik sebesar
9,71
665.000.000 Naik sebesar
6,58
100.000.000 Turun sebesar 118,88
300.000.000 Naik Sebesar
8,61
2.269.994.681 Naik sebesar
5,33
2007 1.649.540.150 Naik sebesar
433.545.700 Turun sebesar
49.983.350 Turun sebesar
400.000.000 Naik Sebesar
2.533.069.200 Naik sebesar
Universitas Sumatera Utara
35,34 45,64 91,74 29,76 11,71
2008 1.721.948.800 Naik sebesar
5,75
140.364.970 Turun sebesar 57,81
21.161.625 Turun sebesar 52,86
400.000.000 Naik sebesar 00,00
2.283.475.395 Turun sebesar 11,11
2009 1.079.985.288 Turun sebesar 51,03
228.222.495 Naik sebesar 17,32
107.701.920 Naik sebesar 158,73
400.000.000 Naik Sebesar 00,00
1.815.909.709 Turun sebesar 20,81
2010 1.259.213.823 Naik sebesar 14,24
384.259.190 Naik sebesar 30,77
- Turun sebesar 197,55
400.000.000 Naik Sebesar 00,00
2.043.473.013 Naik Sebesar 10,12
2011 1.082.339.010 Naik sebesar 14,06
1.161.720.733 Naik sebesar 153,32
42.830.507 Naik sebesar 78,56
750.000.000 Naik Sebesar 104,17
3.036.890.250 Naik Sebesar 44,21
Jumlah 13.836.147. 892 - 5.584.799.256 - 599.698.682 - 3.695.736. 840
- 24.716.381.670 -
% dari Jumlah
55,98 - 22,60 - 2,50 - 15,00 - 100,0 -
Jumlahrata-rata
1.257.831.626 - 507.709.023 - 54.518.062 - 335.976.076 - 2.246.943.788 -
Sumber: Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan
dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) serta dana Non ZIS oleh BAZDASU. Mulai
awal terbentuknya BAZDASU sejak 11 tahun terakhir, dari tahun 2001-2011
yaitu untuk zakat sebesar Rp 13.836.147.892, dengan persentase sebesar 55,98%,
dan jumlah rata-rata sebesar Rp 1.257.831.626 setiap tahunnya. Perubahan
persentase kenaikan dan penurunan penerimaan dana zakat terjadi tiap tahunnya.
Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi pada 11 tahun terakhir ini
terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.649.540.150, yang pada tahun 2006 hanya
Rp. 1.204.994.681, dengan persentase kenaikannya sebesar 35,34%. Untuk
persentase perubahan penurunan dana zakat yang paling tinggi tercatat pada tahun
2009 sebesar Rp.1.079.985.288, mengalami penurunan dengan persentase hingga
51,03%, yang pada tahun sebelumnya jumlah penerimaan zakat sebesar
Rp.1.721.948.800. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dana zakat yang
dihimpun oleh BAZDASU sering mengalami perubahan peningkatan dan
penurunan penerimaan zakat disetiap tahunnya.
Bila dibandingkan dengan dana zakat yang dihimpun oleh BAZDASU,
dana infaq jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan dana zakat. Hal ini
terlihat pada Tabel 4.14 di atas. Penerimaan Dana infaq 11 tahun terakhir mulai
tahun 2001-2011 ialah sebesar Rp 5.584.799.256. Dengan persentase sebesar
22,60% dan rata-rata jumlah sebesar Rp 507.709.023 setiap tahunnya. Untuk
penerimaan dana infaq juga mengalami persentase perubahan kenaikan dan
penurunan setiap tahunnya. Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi
pada 11 tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.161.720.733 yang
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2010 hanya sebesar Rp. 384.720.733, mengalami persentase kenaikan
sebesar 153,32%. Untuk persentase perubahan penurunan dana infaq yang paling
tinggi tercatat pada tahun 2008 sebesar Rp.140.364970, mengalami penurunan
dengan persentase hingga 57,81%, yang pada tahun sebelumnya jumlah
penerimaan infaq sebesar Rp.433.545.700. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa jumlah dana infaq juga mengalami kenaikan dan penurunan disetiap tahun.
Untuk penerimaan dana sedekah untuk 11 tahun terakhir mulai tahun
2001-2011 ialah sebesar Rp 599.698.682. Dengan persentase hanya sebesar
2,50% dari seluruh total penerimaan, dan rata-rata jumlah sebesar Rp 54.518.062
pada setiap tahunnya. Untuk penerimaan sedekah juga mengalami persentase
perubahan kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Persentase perubahan
kenaikan yang paling tinggi pada 11 tahun terakhir ini terjadi pada tahun 2005
sebesar Rp. 164.813.950, yang pada sebelumnya yaitu tahun 2004 sebesar Rp.
57.664.025, mengalami persentase kenaikan sebesar 88,0%. Untuk persentase
perubahan penurunan sedekah yang paling tinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar
Rp. 0,00 mengalami penurunan dengan persentase hingga 197,55%, yang pada
tahun sebelumnya jumlah penerimaan infaq sebesar Rp.107.701.920
Penerimaan dana Non ZIS yang bersumber dari alokasi bantuan APBD
provinsi Sumatera Utara, yang diterima setiap tahunnya. Sejak tahun 2001-2012
dana Non ZIS yang diterima BAZDASU sebesar Rp 3.695.736.840, dengan
persentase sebesar 15,0%, dan rata-rata jumlah sebesar Rp 335.976.076 pada
setiap tahunnya. Untuk penerimaan dana Non ZIS berbeda dengan penerimaan
zakat, infaq, dan sedekah, yang setiap tahunnya terus mengalami jumlah serta
Universitas Sumatera Utara
persentase kenaikan. Persentase perubahan kenaikan yang paling tinggi pada 11
tahun ini tercatat pada tahun 2011 sebesar Rp. 750.000.000, yang pada 4 tahun
sebelumnya berturut yaitu sejak tahun 2007-2010 sebesar Rp. 400.000.000,
mengalami persentase kenaikan sebesar 104,17%. Oleh karena dapat di simpulkan
dana Non ZIS sebagai dana yang berasal dari bantuan APBD Provinsi Sumatera
Utara terus ditingkatkan guna mendukung kinerja BAZDASU setiap tahunnya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 4.10 berikut
ini :
Gambar 4.10
Jumlah Penerimaan Dana ZIS dan Non ZIS yang Terhimpun Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011.
4.3.3 Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) di BAZDASU.
Penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) kepada mustahik terbagi
menjadi 2 jenis bantuan yaitu bantuan produktif dan bantuan konsumtif. Bantuan
Universitas Sumatera Utara
produktif biasanya digunakan untuk membantu modal bergulir usaha kecil yang
berkembang, program bantuan desa binaan, seperti bantuan peternakan dan
pertanian serta bantuan lainnya. Sedangkan untuk bantuan konsumtif biasanya
digunakan untuk membantu fakir miskin dan yang termasuk ke dalam golongan 8
asnaf lainnya, seperti bantuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta
pembinaan Da’i dan lain-lain. Distribusi penyaluran dana ZIS ini sangat
membantu mustahik yang membutuhkan guna meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat yang kurang mampu.
Pada bagian ini juga akan dijelaskan dalam bentuk tabel mengenai data
perkembangan jumlah penyaluran dana ZIS yang terbagi ke dalam 2 jenis bantuan
yaitu bantuan produktif dan bantuan konsumtif yang telah disalurkan oleh
BAZDASU. Sama seperti data yang diambil sebelumnya merupakan data 11
tahun terakhir mulai dari tahun 2001-2011. Untuk lebih jelasnya berikut akan
diuraikan dalam Tabel 4.15 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Jumlah Penyaluran Dana Zakat, Infaq, dan sedekah (ZIS) Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011
Tahun
Penyaluran Dana ZIS Jumlah Dana ZIS yang disalurkan
(A+B) (Rp)
% Perubahan
Bantuan Produktif (A)
(Rp)
% Perubahan
Bantuan Konsumtif (B)
(Rp)
% Perubahan
2001 208.272.250 - 535.927.734 - 774.199.984 - 2002 323.300.000 Naik
sebesar 44,8
905.540.550 Naik sebesar 26,72
1.228.840.550 Naik sebesar 27,66
2003 539.109.500 Naik sebesar 84,07
1.289.131.150 Naik Sebesar 27,73
1.882.240.650 Naik sebesar 39,75
2004 383.450.372 Turun sebesar 60,64
1.321.998.900 Naik sebesar
2,37
1.705.449.272 Turun sebesar 10,75
2005 176.174.900 Turun sebesar 80,75
1,638.758.950 Naik sebesar 22,89
1.814.933.850 Naik sebesar
6,66 2006 150.333.750 Turun
sebesar 10,06
1.695.251.350 Naik sebesar
4,08
1.845.585.100 Naik sebesar
1,86 2007 103.328.000 Turun
sebesar 18,31
1.932.244.475 Naik sebesar 17,13
2.035.572.475 Naik sebesar 11,55
2008 142.525.783 Naik sebesar
2.245.115.350 Naik sebesar
2.388.641.133 Naik sebesar
Universitas Sumatera Utara
15,27 22,61 21,48 2009 119.930.000 Turun
sebesar 8,81
1.546.429.095 Turun sebesar 50,51
1.666.359.095 Turun sebesar 43,94
2010 147.402.600 Naik sebesar 10,71
1.143.666.940 Turun sebesar 29,11
1.291.069.540 Turun sebesar 22,83
2011 474.625.800 Naik sebesar 127,48
961.773.650 Turun sebesar 13,14
1.436.399.450 Naik sebesar
8,84 Jumlah 2.823.452.955 - 15.215.838.144 - 18.079.291.099 - Rata-Rata
Jumlah
256.677.541 - 1.383.258.013 - 1.643.571.917 -
% dari Jumlah
15,84 - 84,16 - 100,00 -
Sumber: Data Primer (2012).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa jumlah bantuan
produktif yang disalurkan pada 11 tahun terakhir, sejak tahun 2001-2011
sebanyak Rp 2.823.452.955 dengan jumlah rata-rata untuk setiap tahunnya
sebesar Rp 256.677.541. dan besar persentasenya dari total seluruh bantuan ZIS
yang disalurkan ialah 15,84%. Berdasarkan data di atas bantuan produktif juga
mengalami persentase perubahan kenaikan dan penurunan yang relatif tidak
terlalu besar setiap tahunnya. Untuk jumlah penyaluran bantuan konsumtif juga
pada 11 tahun terakhir, sejak tahun 2001-2011 sebanyak Rp 15.215.834.144
dengan jumlah rata-rata untuk setiap tahunnya sebesar Rp 1.383.258.013 dan
besar persentasenya dari total seluruh bantuan ZIS yang disalurkan ialah 84,16%.
Untuk itu, total dana bantuan produktif dan bantuan konsumtif yang disalurkan
dari penerimaan ZIS selama 11 tahun terakhir ialah sebesar Rp. 18.079.291.099,
dengan rata-rata jumlah dana yang disalurkan tiap tahunnya sebesar Rp. 1.643.
571.917.
Berdasarkan data 11 tahun terakhir dari tahun 2001-2011 seperti uraian
tabel di atas, dapat disimpulkan bantuan produktif dan bantuan konsumtif yang
disalurkan dari penerimaan dana ZIS, selalu mengalami persentase perubahan
kenaikan dan penurunan yang relatif tidak terlalu besar setiap tahunnya. Karena
bantuan yang disalurkan sangat tergantung dengan besar dana ZIS yang berhasil
dikumpulkan dari Muzakki untuk di sampai kepada mustahik atau masyarakat
yang membutuhkan. Guna meningkat kualitas hidup dan kesejahteraan ekonomi
masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11
Perbandingan Penerimaan dan Penyaluran ZIS Oleh BAZDASU Tahun 2001-2011
Pada Gambar 4.11 di atas dapat dilihat, Perbandingan jumlah penerimaan
BAZDASU yang berhasil dikumpulkan setiap tahunnya lebih besar dibanding
jumlah penyaluran dana ZIS yang disalurkan kepada masyarakat, baik dalam
bentuk bantuan produktif dan konsumtif. Dapat dilihat hanya terjadi satu kali saja
dana ZIS yang di salurkan lebih besar dibanding jumlah penerimaannya, yaitu
pada tahun 2008, sedangkan tahun-tahun lainnya jumlah penerimaan dana ZIS
lebih besar dibanding jumlah dana ZIS yang disalurkan. Bahkan dapat dilihat pada
tahun 2011 dana yang disalurkan hanya mencapai 50% saja dari total penerimaan
BAZDASU. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis, sisa dana
penerimaan setiap tahunnya tersebut dialokasikan untuk berbagai jenis program
bantuan dan pembinaan lainnya, alokasi dana promosi dan sosialisasi, honor dan
Universitas Sumatera Utara
gaji pengurus serta pegawai BAZDASU, dan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
BAZDASU lainnya.
4.4 Kendala-kendala yang Dihadapi BAZDASU Dalam Menghimpun Dana
Zakat, Infaq, Dan sedekah (ZIS).
Keberadaan BAZDASU sebagai salah satu lembaga publik/nirlaba di bawah
naungan pemerintah provinsi Sumatera Utara, pasti memiliki keunggulan
tersendiri dibanding Lembaga pengelolaan Zakst (LPZ) lainnya. Namun dapat
diyakini BAZDASU juga memiliki kelemahan yang menjadi kendala-kendala
tersendiri dalam melaksanakan tugas dan fungsi utama dalam menghimpun dana
ZIS dari masyarakat yang ada di Sumatera Utara.
Adapun yang menjadi kendala-kendala tersebut biasanya berasal dari 2 pihak,
yaitu kendala dari pihak internal maupun kendala dari pihak eksternal. Untuk
lebih lengkapnya akan diuraikan sebagai berikut :
4.4.1 Kendala Internal
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada pengelola
BAZDASU, terdapat tiga kendala internal yang dihadapi BAZDASU dalam
menghimpun dana ZIS. Adapun yang menjadi kendala internal tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Keberadaan Sumber daya manusia (SDM) yang kurang berkompetensi
dalam mengelola BAZDASU.
b. Keterbatasan alokasi atau pos dana untuk promosi dan sosialisasi ZIS yang
dimiliki BAZDASU.
Universitas Sumatera Utara
c. Belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) yang kuat dan mengikat
masyarakat untuk membayar dana ZIS melalui BAZDASU.
Untuk itu perlu dilakukannya evaluasi internal BAZDASU secara
berkesinambungan, untuk mengatasi kendala yang terjadi khususnya keberadaan
SDM yang dapat mengelola BAZDASU dengan baik, berpengalaman dan
memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya, serta meninjau alokasi jumlah dana
promosi dan sosialisasi yang telah digunakan selama ini sudah efektif terhadap
pengumpulan dana ZIS. Menyangkut adanya PERDA ditakutkan terjadinya
pertentangan, yang pada akibatnya masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk
melakukan kewajiban zakat, dan sekaligus bertentangan dengan ajaran Islam.
4.4.2 Kendala Eksternal
Sama halnya dengan kendala internal yang telah diuraikan di atas, yang
diperoleh dari hasil wawancara peneliti kepada pengelola BAZDASU, terdapat
tiga kendala eksternal yang dirasakan BAZDASU dalam melakukan pengumpulan
dana ZIS, ialah sebagai berikut :
a. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap BAZ.
b. Masih melekatnya budaya masyarakat, dalam hal ini sebagai muzakki
yang membayar zakat secara langsung kepada Mustahik.
c. Masih dominanya perilaku masyarakat Muslim di Indonesia yang
mengutamakan kewajiban membayar pajak dibandingkan kewajiban
membayar zakat, sehingga pajak lebih menjadi prioritas, yang menjadikan
zakat sebagai beban ganda bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, diharapkan BAZDASU dapat membuktikan kinerja yang
dilakukan LPZ ini berhasil dan mampu mengelola dana ZIS yang dihimpun
dengan dengan baik, serta berhasil mendayagunakan dana ZIS yang dihimpun
tersebut untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi umat, sehingga
kepercayaan masyarakat dapat terbangun kembali untuk mau membayarkan
zakatnya melalui BAZ.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 4 faktor pendorong atau alasan yang paling menpengaruhi masyarakat
untuk membayar ZIS melalui BAZDASU, yakni yang menjadi faktor pendorong
pertama adalah status BAZDASU sebagai lembaga zakat resmi milik pemerintah,
faktor pendorong kedua adalah Teknik transaksi dan cara pembayaran ZIS yang
mudah, kemudian faktor pendorong ketiga ialah pelayanan yang baik dan
memuaskan, dan untuk faktor pendorong keempat ialah lokasi yang strategis dan
mudah dijangkau. Untuk menentukan faktor yang paling dominan dalam
mendorong masyarakat sehingga memutuskan menyalurkan dana ZIS melalui
BAZDASU, ialah dengan cara meminta responden untuk memberi rangking pada
pilihan faktor-faktor tersebut.
2. Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola BAZDASU, dapat
diketahui bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS),
ditinjau dari jumlah muzakki, jumlah penerimaan, dan jumlah penyaluran dana
ZIS mengalami pasang surut baik perubahan dalam hal peningkatan maupun
penurunan yang terjadi setiap tahunnya, tetapi masih didominasi peningkatannya
pada beberapa tahun belakangan ini dibanding pada awal-awal tahun
terbentuknya. Jika dilihat dari jumlah muzakki pada 11 tahun terakhir berdirinya
BAZDASU. Diketahui bahwa jumlah muzakki yang menyalurkan dana zakat
adalah sebanyak 2244 orang dengan jumlah rata-rata sebesar 204 pada tiap
tahunnya, sedangkan. Untuk data perkembangan jumlah donatur yang
Universitas Sumatera Utara
mendonasikan dana infaq dan sedekah tidak dapat diperoleh jumlah
perkembangannya. Hal tersebut dikarenakan BAZDASU tidak mendata identitas
pihak-pihak yang menyalurkan infaq dan sedekah secara rapi, terperinci dan
sistematis. Salah satu alasannya dikarenakan sebagian besar para donatur dana
infaq dan sedekah menyalurkannya melalui unit-unit pengumpulan zakat (UPZ)
serta pada kotak-kotak infaq yang tersedia di lokasi atau tempat-tempat tertentu
yang berkerja sama dalam pengumpulan infaq dan sedekah dengan BAZDASU.
Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui data identitas donatur secara keseluruhan,
lengkap, dan terperinci.
3. BAZDASU sebagai publik/nirlaba milik pemerintah, yang rentan akan
kepercayaan publik, juga memiliki kendala-kendala dalam pengumpulan dana
ZIS. Kendala – kendala tersebut terdapat dari pihak internal maupun pihak
eskternal. Kendala eksternal tersebut diantaranya ialah: 1. Keberadaan sumber
daya manusia (SDM) yang kurang berkompetensi dalam mengelola BAZDASU.
2. Keterbatasan alokasi atau pos dana untuk promosi dan sosialisasi ZIS yang
dimiliki BAZDASU. 3. Belum adanya Peraturan Daerah (PERDA) yang kuat dan
mengikat masyarakat untuk membayar dana ZIS melalui BAZDASU. Untuk
kendala eksternal ialah: 1. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap
BAZDASU. 2. Masih melekatnya budaya masyarakat, dalam hal ini sebagai
muzakki yang membayar zakat secara langsung kepada Mustahik. 3. Masih
dominanya perilaku masyarakat Muslim yang mengutamakan kewajiban
membayar pajak dibandingkan kewajiban membayar zakat, sehingga pajak lebih
menjadi prioritas, yang menjadikan zakat sebagai beban ganda bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. BAZDASU sebagai LPZ di bawah naungan pemerintah, yang menurut
pengamatan penulis, merupakan LPZ yang lebih terprogram, terencana,
transparan, amanah, obyektif serta akuntabilitas, dibanding dengan beberapa
Lembaga Amil Zakat yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan program kerja dan
sangat potensial sebagai salah satu LPZ yang paling besar di bawah naungan oleh
pihak pemerintah. Terbukti dengan tidak adanya data yang missing dalam
pengumpulannya sesuai Laporan pertanggung jawaban tahunan yang diaudit
setiap tahunnya oleh akuntan publik sejak tahun 2007..
5.2 Saran
1. Keberadaan BAZDASU mampu memberikan kontribusi positif dalam kehidupan
masyarakat, khususnya masyarakan Muslim di Sumatera Utara. Untuk itu
BAZDASU dapat dijadikan sebagai LPZ yang dapat dipercaya dan
mengedepankan transparansi dan akuntabilitas dalam pengumpulan zakat, infaq,
dan sedekah (ZIS) khususnya di Kota Medan, dan pada umumnya secara
menyeluruh di Sumatera Utara
2. Kepada pengurus dan pengelola BAZDASU agar terus berupaya dalam
meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program
unggulannya. Guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepannya,
untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat sehingga lebih mendorong
masyarakat untuk lebih terpanggil menyalurkan dana ZIS melalui BAZDASU.
3. Kepada instansi-instansi terkait seperti pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
Kementerian Agama, Badan/Lembaga mitra BAZDASU, Unit Pengumpulan
Universitas Sumatera Utara
Zakat (UPZ), dan lainnya. Untuk dapat membuat kebijakan yang strategis, guna
membantu BAZDASU dalam meningkatkat jumlah penerimaan dana ZIS setiap
tahunnya. Sampai membantu menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang
benar-benar membutuhkan, serta melakukan pengawasan agar dana tersebut dapat
digunakan sebaik-baiknya oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al-Qur’an
Al-Zuhayly, Wahbah, 2000. Zakat Kajian Berbagai Mahzab, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Dirjen Bimas Islam Dan Haji, 2007 a. Manajemen Pengelolaan Zakat, Departemen Agama RI, Jakarta. Dirjen Bimas Islam Dan Haji, 2007 b. Pedoman Pengelolaan Zakat, Departemen Agama RI, Jakarta. Dirjen Bimas Islam Dan Haji, 2008. Panduan organisasi pengelolaan Zakat, Departemen Agama RI, Jakarta. Hafihuddin, Didin, 1998. Panduan Praktis tentang zakat Infaq dan Sedekah, Gema Insani, Jakarta. Hasan, Ali Muhammad, 2006. Zakat dan Infaq: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, Kencana Predana Media Group, Jakarta. Hasbi Ash Shiddieqy, Muhammad Tengku, 2006. Pedoman Zakat, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang.
Khoiri, Nisful, 2010. Seharusnya Lembaga Zakat Pemerintah Dipercaya. http://bazdasumut.or.id/index.php/component/content/article/14-artikel/25 seharusnya-lembaga-zakat-pemerintah-dipercaya.
Sari, Kartika Elisa, 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, PT.Grasindo, Jakarta.
Simanjuntak, Maratua, 2006. Buku Profile Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara, Medan.
Sudarsono, Heri, 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta Pres, Yogyakarta.
Shihab, Quraish Muhammad, 2000. Wawasan Al-Quran, Mizan, Bandung.
Teguh, Muhammad, 1999. Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Tjiptono, Fandy, 2005. Pemasaran Jasa, Bayumedia Publishing, Jawa Timur.
Qaradhawy, Yusuf, 2009. Kitab Zakat, Bina Ilmu, Yogyakarta.
Qardawi, Yusuf, 1996. Hukum Zakat, Litera Antar Nusa Dan Mizan, Jakarta.
SKRIPSI
Rahmadhani, Niken Fidyah, 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shoddaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT. Medan: FE-USU.
Sartika, Dewi, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Menggunakan Jasa Bazis Dalam Penyaluran Zakat di Kota Medan. Medan: FE-USU.
WEBSITE
http;//www.zisindosat.com/menatap-pengelolaan-zakat-setelah-ada-uu baru/.
http://www.zisindosat.com/outlook-pembangunan-zakat-2012.
www.bps.go.id
www.bazdasumut.or.id
www.justanotherwordpress.com
www.waspadaonline.com
Universitas Sumatera Utara
Medan, Juni 2012
Kepada Yth :
Bapak/Ibu Muzakki BAZDASU
Di Medan.
Perihal : KUESIONER PENELITIAN
Dengan hormat, saya sampaikan kepada Bapak/Ibu bahwa saya: Andy Riswan Ritonga adalah mahasiswa Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi USU – Medan. Sebagaimana Bapak/Ibu ketahui bahwa salah satu tugas akhir seorang mahasiswa adalah melakukan penelitian akademik guna menulis skripsi.
Sehubungan dengan itu, saya memohon kepada Bapak/Ibu kiranya bersedia membantu untuk menjadi responden penelitian saya tentang “Analisis Faktor-Fakter Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Melalui Bazda Sumatera Utara”. Saya jelaskan kepada Bapak/Ibu bahwasanya penelitian ini semata-mata hanya untuk keperluan akademik saja.
Besar harapan saya agar kiranya Bapak/Ibu bersedia mengisi kuesioner ini. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat
ANDY RISWAN RITONGA
NIM: 080501013
Universitas Sumatera Utara
Isilah titik-titik di bawah ini atau beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.
Identifikasi Responden:
1. Nama :
2. Usia : a. 21 tahun - 30 tahun
b. 31 tahun - 40 tahun
c. 41 tahun - 50 tahun
d. 51 tahun - 60 tahun
e. > 60 tahun
3. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan
4. Tingkat Pendidikan : a. SD d. Diploma (D1,D2,D3)
b. SMP/Sederajat e. Strata (S1,S2,S3)
c. SMA/Sederajat
5. Pekerjaan : a. PNS/BUMD/BUMN
b. TNI/POLRI
c. Pegawai Swasta
d. Wiraswasta/Pengusaha
e. Lainnya..........
6. Pendapatan perbulan : a. Rp.1 juta – Rp.3 juta
b. Rp.3 juta – Rp.5 juta
c. Rp.5 juta – Rp.10 juta
d. Rp.10 juta – Rp.50 juta
e. > Rp.50 juta
7. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menjadi muzakki di BAZDASU ?
Universitas Sumatera Utara
a. 1 Tahun b. 2 Tahun c. 3 Tahun d. 4 Tahun e. Lainnya.................
8. Dari manakah Bapak/Ibu mengetahui tentang BAZDASU ?
a. Surat Kabar/Majalah b. Radio/Televisi c. Pengurus/Pegawai BAZDASU d. Teman/keluarga e. Lainnya……
9. Jenis dana apa yang pernah atau paling sering Bapak/Ibu salurkan melalui BAZDASU ?
a. Zakat Fitrah
b. Zakat Maal/Harta
c. Infaq
d. Sedekah
10. Mengapa Bapak/Ibu memilih membayar zakat, infaq, dan sedekah di BAZDASU ?
a. Teknik transaksi dan cara pembayaran ZIS yang mudah b. Pelayanan yang baik dan memuaskan c. Lokasi yang strategis dan terjangkau d. Lembaga zakat resmi milik pemerintah e. Lainnya………
11. Bagaimana menurut Bapak/Ibu lokasi BAZDASU ?
a. Sangat baik dan sangat strategis b. Baik dan Strategis c. Cukup baik dan cukup strategis d. Kurang baik dan kurang strategis e. Sangat tidak baik dan tidak strategis
12. Berapakah jarak tempat tinggal atau kegiatan Bapak/Ibu dengan lokasi kantor BAZDASU ?
a. < 1 Km
b. 1,1 Km-5 Km
c. 5,1 Km-10Km
d. 10,1 Km-15 Km
e. > 15 Km
Universitas Sumatera Utara
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu menyalurkan dana zakat, infaq, dan sedekah melalui BAZDASU ?
a. Dibayar langsung ke kantor BAZDASU b. Transfer via ATM/Bank c. Pegawai BAZDASU menjemput dana ZIS d. Dibayar melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) e. Lainya………..
14. Bagaimana prosedur atau cara penyaluran dana zakat, infaq, dan sedekah yang Bapak/Ibu rasakan melalui BAZDASU ?
a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Cukup Sulit e. Sulit
15. Apakah Bapak/ibu pernah diingatkan untuk membayar zakat, infaq, dan sedekah oleh Pengelola BAZDASU ?
a. Iya b. tidak
16. Jika pernah, dengan cara apakah Bapak/Ibu diingatkan ?
a. Di telepon
b. Di surati
c. Di kunjungi langsung
d. Lainnya……….
17. Sudah berapa kali Bapak/ibu menyalurkan dana zakat, infaq, atau sedekah di BAZDASU ?
a. 1 Kali b. 2 Kali c. 3 Kali d. 4 Kali e. Lainnya……..
18. Bagaimana pelayanan yang Bapak/Ibu peroleh dari BAZDASU ?
a. Sangat memuaskan b. Memuaskan c. Cukup memuaskan d. Kurang memuaskan e. Tidak memuaskan
19. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan pembayaran dana zakat, infaq, dan sedekah, selain di BAZDASU ?
Universitas Sumatera Utara