6 analisis sumberdaya perikanan lemuru (ardinella s … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian...

29
6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 6.1 Pendahuluan Secara umum, sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih atau terbarukan, namun pemulihan tersebut memiliki keterbatasan dalam siklus pemulihannya (Tietenberg, 2000) vide (Prihatini, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa laju pemulihan sumberdaya sangat lambat, sehingga membutuhkan waktu dan tidak dapat memulihkan stok atau sediaannya dalam waktu yang singkat secara ekonomis (Conrad, 1999 dan Tietenberg, 2000) vide (Prihatini, 2003). Selat Bali, merupakan selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali dengan bentuk seperti corong. Pada bagian selatan melebar sebesar 35 km dan bagian utara menyempit dengan lebar 2,5 km. Secara geografis, Selat Bali terletak antara 114 ° 20' 115 ° 10' BT dan 8 ° 10' 8 ° 50' LS dengan luas sekitar 2500 km 2 . Kegiatan penangkapan ikan di Selat Bali umumnya menggunakan alat tangkap purse seine untuk melakukan penangkapan ikan lemuru, namun masih ada alat tangkap lain yang dapat digunakan, seperti payang, jaring insang, pukat pantai, bagan, dan lain-lain. Beberapa tahun terakhir ini, produksi lemuru di Selat Bali cenderung menurun. Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan Bali, serta statistik perikanan tangkap Indonesia tahun 2010 dijelaskan bahwa hasil tangkapan lemuru di Selat Bali menurun sebesar 27,09%, dimana hasil tangkapan tahun 2010 (65.720,90 ton) menurun sebesar (24.428,5 ton), bila dibandingkan dengan tahun 2009 (90.149,40 ton). Menurut beberapa ahli, keadaan ini dipicu oleh intensifnya pemanfaatan sumberdaya lemuru yang dilakukan oleh nelayan setempat. Namun para ahli dan peneliti yang lain mengatakan bahwa ini merupakan efek dari global warming atau global changes yang berkepanjangan. Efek ini ditimbulkan oleh pergerakan arus panas dari Samudera Pasifik yang berpengaruh terhadap suhu perairan di Indonesia termasuk perairan Selat Bali. Sebagai sumberdaya yang sangat dominan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, ikan lemuru yang ada di Selat Bali banyak dieksploitasi dan dimanfaatkan

Upload: trandien

Post on 11-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

81

6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (Sardinella

lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

6.1 Pendahuluan

Secara umum, sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih

atau terbarukan, namun pemulihan tersebut memiliki keterbatasan dalam siklus

pemulihannya (Tietenberg, 2000) vide (Prihatini, 2003). Selanjutnya dikatakan

bahwa laju pemulihan sumberdaya sangat lambat, sehingga membutuhkan waktu

dan tidak dapat memulihkan stok atau sediaannya dalam waktu yang singkat

secara ekonomis (Conrad, 1999 dan Tietenberg, 2000) vide (Prihatini, 2003).

Selat Bali, merupakan selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali dengan

bentuk seperti corong. Pada bagian selatan melebar sebesar 35 km dan bagian

utara menyempit dengan lebar 2,5 km. Secara geografis, Selat Bali terletak antara

114°20' – 115

°10' BT dan 8

°10' – 8

°50' LS dengan luas sekitar 2500 km

2.

Kegiatan penangkapan ikan di Selat Bali umumnya menggunakan alat tangkap

purse seine untuk melakukan penangkapan ikan lemuru, namun masih ada alat

tangkap lain yang dapat digunakan, seperti payang, jaring insang, pukat pantai,

bagan, dan lain-lain.

Beberapa tahun terakhir ini, produksi lemuru di Selat Bali cenderung

menurun. Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa

Timur dan Bali, serta statistik perikanan tangkap Indonesia tahun 2010 dijelaskan

bahwa hasil tangkapan lemuru di Selat Bali menurun sebesar 27,09%, dimana

hasil tangkapan tahun 2010 (65.720,90 ton) menurun sebesar (24.428,5 ton), bila

dibandingkan dengan tahun 2009 (90.149,40 ton). Menurut beberapa ahli,

keadaan ini dipicu oleh intensifnya pemanfaatan sumberdaya lemuru yang

dilakukan oleh nelayan setempat. Namun para ahli dan peneliti yang lain

mengatakan bahwa ini merupakan efek dari global warming atau global changes

yang berkepanjangan. Efek ini ditimbulkan oleh pergerakan arus panas dari

Samudera Pasifik yang berpengaruh terhadap suhu perairan di Indonesia termasuk

perairan Selat Bali.

Sebagai sumberdaya yang sangat dominan dan memiliki nilai ekonomis

tinggi, ikan lemuru yang ada di Selat Bali banyak dieksploitasi dan dimanfaatkan

Page 2: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

82

oleh nelayan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana. Alat tangkap

yang digunakan oleh nelayan untuk memanfaatkan sumberdaya ini adalah purse

seine, atau dengan nama daerah lebih dikenal dengan sleret. Namun tidak tertutup

kemungkinan alat tangkap selain purse seine juga dapat menangkap ikan lemuru

antara lain payang, gillnet, bagan dan pukat pantai.

Perikanan lemuru berperan sangat penting bagi masyarakat sekitar pesisir

Selat Bali. Jika pengelolaannya tidak dibenahi dari sekarang, maka tidak tertutup

kemungkinan ketersediaan sumberdaya tersebut akan terus menurun. Penurunan

hasil tangkapan sangat berpengaruh kepada kegiatan perekonomian masyarakat

pengguna. Mengingat intensifnya pemanfaatan sumberdaya lemuru di Selat Bali,

perlu dilakukan pengelolaan secara menyeluruh sehingga antara pemanfaatan dan

kelestarian sumberdaya dapat dipertahankan.

Pengelolaan sumberdaya lemuru di Selat Bali, sudah waktunya untuk

dilakukan dan sangat mendesak. Merta (1992) melakukan pengkajian untuk

mengetahui keadaan stok sumberdaya lemuru yang ada di Selat Bali. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan sumberdaya lemuru sudah berada pada keadaan

lebih tangkap. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru di

Selat Bali, perlu dilakukan analisis terhadap sumberdaya itu sendiri. Analisis ini

menyangkut seberapa tinggi tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya yang

dilakukan oleh pelaku usaha penangkapan.

King (1995) diacu dalam Nurhakim (2004) mengatakan bahwa tujuan

utama dari pengelolaan adalah melakukan konservasi terhadap stok yang ada

disuatu perairan. Namun demikian, dalam pembangunan perikanan akhir-akhir

ini, hal yang perlu dipertimbangkan adalah tujuan ekonomi yaitu berkaitan dengan

kondisi ekonomi, tujuan sosial berkaitan dengan kesejahteraan nelayan itu sendiri

dan tujuan pemeliharaan lingkungan yaitu berkaitan dengan tingkat pemanfaatan

sumberdaya yang diikuti dengan pemeliharaan lingkungan perairan sebagai

habitat ikan target penangkapan.

Wiyono (2001) menyatakan bahwa sampai saat ini kajian tentang

pengelolaan sumberdaya ikan yang mengaitkan faktor biologi, ekologi dan sosial-

ekonomi dalam satu kesatuan kajian masih jarang dilakukan. Selanjutnya

Page 3: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

83

dikatakan bahwa faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap armada

penangkapan baik langsung maupun tidak langsung, dan pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya yang merupakan target utama

penangkapan.

6.2 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menghitung: (1) catch per

unit effort (CPUE), melakukan standarisasi terhadap alat tangkap yang digunakan

oleh nelayan di Selat Bali yaitu nelayan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten

Jembrana. (2) Menghitung kembali pendugaan terhadap potensi lestari lemuru

dan yang lebih penting lagi adalah berapa sebenarnya jumlah effort standar

sehingga pemanfaatan sumberdaya lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan

dan lestari. (3) Analisis kebiasaan makan ikan lemuru, sehingga dapat diketahui

perubahan yang terjadi saat ini. (4) Mengukur panjang, berat dan lebar ikan yang

tertangkap dengan menggunakan kapal purse seine.

6.3 Kebutuhan dan Metode Analisis Data

6.3.1 Kebutuhan data

Data yang dibutuhkan adalah data produksi ikan lemuru. Data produksi

lemuru diambil dari Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dan Kebupaten

Jembrana Provinsi bali. Data dikumpulkan secara time series dari tahun 2005 –

2010. Parameter yang diukur adalah jumlah penangkapan (catch) dan jumlah unit

alat tangkap (effort), untuk melihat keragaan dan pemanfaatan ikan lemuru saat ini

serta untuk keperluan menghitung CPUE dan melakukan standarisasi terhadap alat

tangkap yang ada.

Pengukuran panjang, lebar dan berat ikan lemuru dilakukan untuk melihat

dan mengetahui kecenderungan ukuran ikan lemuru yang tertangkap oleh nelayan.

Pengukuran ini dilakukan secara langsung pada saat ikan lemuru didaratkan di

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan dan Unit Pengelola Pelabuhan

Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar. Jumlah sampel disesuaikan dengan hasil

tangkapan yang diperoleh pada saat itu.

Page 4: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

84

Analisis isi lambung dilakukan untuk mengetahui kecendrungan pola

makan (feeding habits) ikan lemuru, apakah kebiasaan makan ikan lemuru pada

saat berukuran sempenit, protolan, lemuru dan lemuru kucing berbeda satu sama

lain. Pengujian dilakukan di Laboratorium Zoologi, program studi biologi

Fakultas FMIPA pada Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Pengujian

isi lambung ikan lemuru dilakukan berdasarkan ukuran ikan yang tertangkap

selama periode Mei–Oktober 2011.

Keperluan data tentang sebaran daerah penangkapan ikan lemuru

berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan

survey lapangan yaitu mengikuti secara langsung dengan kapal nelayan pada titik-

titik dimana mereka melakukan penangkapan ikan. Pengumpulan data untuk

mengetahui sebaran daerah penangkapan ikan, dilakukan selama 6 (enam) bulan

dari bulan Mei–Oktober 2011, dengan mengikuti kebiasaan nelayan setempat.

6.3.2 Metode analisis data

Metode yang digunakan untuk analisis data dilakukan sesuai

peruntukkannya sebagai berikut:

1) Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru

Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru perlu diketahui

untuk melihat perkembangan hasil tangkapan ikan lemuru di Selat Bali dan

mengetahui perkembangan jumlah alat tangkap yang biasa digunakan oleh

nelayan setempat untuk memanfaatkan sumberdaya lemuru periode 2005–2010.

Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru dilakukan secara

deskriptif kuantitatif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari

gambaran keragaan tersebut dapat diketahui alat tangkap mana yang

menghasilkan lemuru paling tinggi.

2) Analisis produktivitas alat tangkap

Perhitungan nilai Catch per unit effort (CPUE), dilakukan untuk

mengetahui laju upaya penangkapan, dengan melakukan pembagian total hasil

tangkapan (catch) terhadap upaya penangkapan (effort). Formula yang digunakan

untuk menghitung nilai CPUE (Gulland 1983) adalah:

Page 5: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

85

.......................................................................................................(6.1)

dimana,

Ci = hasil tangkapan ke-i (ton)

= upaya penangkapan ke-i

CPUEi = hasil tangkapan per unit upaya penangkapan ke-i (ton/unit).

Dalam perhitungan ini, jumlah armada penangkapan sebagai upaya penangkapan,

dengan asumsi jumlah trip masing-masing armada dalam satu tahun adalah sama.

Untuk mengelola sumberdaya perikanan lemuru ataupun perikanan secara

keseluruhan, jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan (JTB) berlandaskan

kepada nilai optimum hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang digunakan

(Wiyono 2001), dimana nilai tersebut merupakan maximum sustainable yield

(MSY). Pemanfaatan dan penangkapan sumberdaya akan lestari dan hasil

tangkapan akan maksimum pada saat mencapai nilai MSY, sehingga dalam

melakukan pengkajian terhadap nilai upaya penangkapan (Emsy) dan nilai hasil

tangkapan (Cmsy) saat berada pada keadaan MSY merupakan faktor pembatas

dalam pemanfaatan sumberdaya yang tidak boleh terlampaui. Hal ini disebut

dengan fungsi pembatas. Untuk mengetahui Cmsy dan Emsy, ikan lemuru di Selat

Bali digunakan formula sebagai berikut:

=

, =

................................................................................(6.2)

dimana,

: nilai hasil tangkapan optimum

: nilai upaya penangkapan optimum

: konstanta

: koefisien

3) Analisis standarisasi alat tangkap

Standarisasi alat tangkap dilakukan untuk menyeragamkan satuan-satuan

upaya yang berbeda, sehingga upaya penangkapan dan alat tangkap standar dapat

Page 6: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

86

dianggap sama. Gulland (1991) menyatakan, jika pada satu perairan terdapat

lebih dari satu jenis alat tangkap yang dioperasikan untuk memanfaatkan

sumberdaya yang sama, maka salah satu dari alat tangkap tersebut dapat

digunakan sebagai alat tangkap standar, dan jenis alat tangkap lainnya dapat

distandarisasikan terhadap jenis alat tangkap tersebut. Jenis alat tangkap yang

ditetapkan sebagai alat tangkap standar haruslah alat tangkap yang mempunyai

nilai produktifitas tertinggi. Dalam hal ini, dapat diasumsikan bahwa masing-

masing alat tangkap yang distandarisasikan tidak mengalami perubahan yang

berarti, yang mana alat tangkap standar tersebut mempunyai nilai fishing power

index (FPI) sama dengan satu. Spare and Venema (1999) menetapkan formula

untuk perhitungan fishing power index (FPI) sebagai berikut:

:

,

dimana,

.....................................................................................................(6.3)

.....................................................................................................(6.4)

= x ..........................................................................(6.5)

= x .......................................................................(6.6)

dimana,

= hasil tangkapan pertahun alat tangkap standart (ton)

= upaya penangkapan per tahun alat tangkap standar (unit)

= hasil tangkapan per tahun alat tangkap lainnya (ton)

= upaya penangkapan per tahun alat tangkap lainnya (unit)

= hasil tangkapan per upaya penangkapan tahunan alat tangkap

standart (ton/unit)

Page 7: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

87

= hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap lainnya

(ton/unit)

= Faktor daya tangkap alat tangkap lain

= Faktor daya tangkap alat tangkap standart

4) Analisis fungsi produksi ikan lemuru

Fungsi produksi dan pengkajian stok dapat dilakukan dengan

menggunakan surplus production methods (SPM), yaitu dengan mengestimasi

hasil tangkapan lestari (Cmsy) dan upaya penangkapan lestari (Emsy). Terdapat 5

model Surplus Production Methods yang digunakan dalam menghitung Cmsy dan

Emsy, yaitu model Schnute, Walter-Hilborn, DisEquilibrium Schaefer,

Equilibrium Schaefer, dan model Clark Yoshimoto dan Pooley (CYP). Kelima

model ini harus diujikan terlebih dahulu untuk menentukan model yang cocok dan

terbaik. Kriteria model terbaik adalah yang memiliki kesesuaian tanda, dan

penyimpangan (validasi) terkecil.

a. Metode Schnute (1977), dengan formula:

...........................(6.7)

b. Metode Walter Hilbron (1976) dengan formula:

................................................(6.8)

c. Metode Disequilibrium Schaefer dengan formula:

..................................................(6.9)

d. Metode equilibrium Schaefer (1954) dengan formula:

= q K E = ⁄ …………………………………………(6.10)

e. Metode Clark, Yoshimoto, dan Pooley (1992) dengan formula:

.........................(6.11)

2

)()

2(ln 111

tttt

t

t EEq

UU

qK

rr

U

U

)()2(

)ln()2

)2()ln(

2

2)ln( 11

tttt EE

r

qU

r

rqK

r

rU

ttt

tt qEUqK

rr

U

UU

211

ttt

t qEUqK

rr

U

U 11

Page 8: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

88

dimana :

Ut : catch per unit effort (CPUE) pada periode t

Ut+1 : catch per unit effort (CPUE) pada periode t+1

Et : effort pada periode t

Et+1 : effort pada periode t+1

Ht : Hasil tangkapan periode t

K : Konstanta daya dukung

r : Konstanta pertumbuhan alami

q : Koefisien daya tangkap.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan masing-masing

formula di atas, maka dilihat model mana yang memiliki kesesuaian tanda

terhadap konstanta yang dibutuhkan. Jika perhitungan menghasilkan dua metode

pengujian yang memiliki kesesuaian tanda, maka dilakukan uji lanjut dengan

membandingkan antara dua persamaan tersebut untuk memperoleh fungsi

produksi yang paling best-fit yaitu dengan yang memiliki standar deviasi paling

kecil, dengan menggunakan formula:

( )

…………………………………………………………….(6.12)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model penduga

seperti tersebut di atas, maka dilihat model penduga mana yang memiliki standar

deviasi terendah. Model penduga parameter yang baik adalah mempunyai nilai

deviasi (antara nilai duga dan nilai aktual) terendah, dan nilai konstanta yang

bersesuaian. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diduga berapa

sebenarnya potensi lestari sumberdaya lemuru di Selat Bali. Untuk memudahkan

analisis data, digunakan program pengolah data Microsoft Office Excell.

5) Pengukuran panjang, lebar dan berat ikan lemuru hasil tangkapan

nelayan

Dilakukan untuk mengetahui kecenderungan ukuran ikan lemuru yang

berhasil ditangkap oleh nelayan di Selat Bali. Pengukuran dilakukan secara

Page 9: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

89

langsung, dengan mengambil sampel ikan hasil tangkapan dari beberapa kapal

yang mendarat. Pengukuran dilakukan selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Mei –

Oktober 20011. Lokasi pengukuran dilakukan pada 2 (dua) tempat yaitu

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan Bali dan Unit Pengelola

Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Selanjutnya hasil pengukuran dikompilasi

dan dihitung rata-rata ukuran panjang, lebar dan berat ikan, kemudian hasil

tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga jelas terlihat pola

ukuran ikan lemuru yang tertangkap selama observasi.

Panjang ikan, merupakan panjang ikan total yang diukur dari ujung kepala

yang terdepan/termuka dan ujung sirip ekor paling belakang. Tinggi badan atau

lebar, diukur dari tempat yang tertinggi yaitu dari dasar sirip yang melewati garis

punggung, seperti terlihat pada Gambar 22 (Sa‟anin, 1984). Penyelesaian

perhitungan untuk mengetahui rata-rata ukuran ikan hasil tangkapan selama

periode pengukuran, dilakukan dengan program Microsoft Office Excell 2007,

Gambar 22 Cara pengukuran panjang dan lebar ikan sampel dengan

menggunakan kertas grafik

6) Analisis kebiasaan makan (feeding habits) ikan lemuru

Analisis ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pola makan ikan

lemuru berdasarkan ukurannya. Analisis dilakukan di laboratorium Zoologi,

program studi Biologi Fakultas FMIPA pada Institut Teknologi Sepuluh

Page 10: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

90

November Surabaya. Pelaksanaan analisis dilakukan pada bulan Juli - September

2011. Analisis dilakukan terhadap komposisi dan frekuensi (Fp). Kemunculan

dan komposisi ini dibedakan menjadi; (1) kemunculan makanan dominan atau

makanan utama (D), (2) kemunculan makanan sekunder (S), dan (3) kemunculan

jarang (J). Untuk mengetahui nilai frekuensi kemunculan makanan/mangsa

digunakan formula sebagai berikut (Yamashita, 1991).

( )

x 100 .......................................................................................(6.13)

dimana,

= persentase frekuensi kemunculan tiap jenis mangsa (j)

= jumlah lambung yang berisi makanan (j)

= jumlah lambung yang berisi total makanan.

Selanjutnya, untuk mengetahui indeks komposisi nilai makanan yang ada dalam

lambung sampel uji, digunakan formula sebagai berikut (Yamashita, 1991).

( )

x 100, .......................................................................................(6.14)

dimana,

= indeks komposisi nilai makanan

= jumlah tiap jenis makanan j pada lambung ikan sampel (nj)

= jumlah total makanan dalam lambung ikan sampel.

6.4 Hasil Penelitian

6.4.1 Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru

Kegiatan penangkapan ikan lemuru di Selat bali, sangat intensif dilakukan.

Jenis alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan di Selat Bali dalam rangka

pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru adalah purse seine (pukat cincin) atau lebih

dikenal dengan nama slerek/sleret. Alat tangkap lain yang digunakan adalah

payang, bagan, pukat pantai, dan gillnet. Namun alat tangkap yang dominan

digunakan untuk menangkap lemuru adalah purse seine, karena hasil tangkapan

yang diperoleh lebih banyak jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya.

Page 11: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

91

Perkembangan jumlah alat tangkap yang digunakan oleh nelayan dalam

pemanfaatan ikan lemuru dapat dilihat pada Tabel 16.

Pada Tabel 16, dapat dilihat bahwa secara global alat tangkap yang banyak

beroperasi di Selat Bali adalah alat tangkap gillnet sebanyak 75,85%, pukat cincin

sebanyak 11,82%, bagan sebanyak 6,50%, payang sebanyak 2,98% dan pukat

pantai sebanyak 2,85%. Pukat cincin (purse seine), atau masyarakat setempat

mengenal dengan nama sleret lebih banyak dan paling dominan digunakan untuk

pemanfaatan ikan lemuru, mengingat alat tangkap ini memiliki kemampuan lebih

untuk menghasilkan lemuru dalam satu kali hauling.

Tabel 16 Perkembangan jumlah dan jenis alat tangkap yang digunakan untuk

penangkapan lemuru di Selat Bali tahun 2005 – 2010

Perkembangan jumlah alat tangkap

No Tahun Banyuwangi Jembrana

P. Cincin Payang Gillnet Bagan P. Pantai P Cincin Gillnet

1 2005 142 112 276 174 63 74 612

2 2006 166 112 276 174 64 74 1.277

3 2007 185 44 256 129 67 72 1.272

4 2008 185 44 256 129 59 77 1.240

5 2009 203 42 303 129 63 83 1.246

6 2010 203 42 303 129 63 107 1.335

Jumlah 1.084 396 1.670 864 379 487 6.982

Rata-rata 181 66 278 144 63 81 1.163

Sumber: DKP Kabupaten Banyuwangi (2011) dan DPKK Kabupaten Jembrana (2011)

Menurut data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Banyuwangi (2011) terlihat bahwa hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun

2007 yaitu sebesar 53.155,01 ton, sementara hasil tangkapan terendah terjadi

tahun 2005 yaitu sebesar 7.200,33 ton untuk alat tangkap purse seine. Hasil

tangkapan lemuru dengan menggunakan alat tangkap payang, tertinggi terjadi

pada tahun 2006 yaitu sebesar 3.080,19 ton, sedangkan hasil tangkapan terendah

terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 457.56 ton. Untuk alat tangkap gillnet hasil

tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 5.689,92 ton, sedangkan

hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 355,53 ton. Hasil

tangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan terjadi pada

tahun 2006 yaitu sebesar 1.540,09 ton, sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi

pada tahun 2010 yaitu sebesar 179,03 ton. hasil tangkapan lemuru tertinggi

Page 12: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

92

untuk kabupaten Jembrana dengan menggunakan alat tangkap purse seine terjadi

tahun 2009 yaitu sebesar 42.930,80 ton, dan hasil tangkapan terendah terjadi

tahun 2005 yaitu sebesar 4.052,60 ton. hasil tangkapan lemuru tertinggi dengan

menggunakan alat tangkap pukat pantai terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar

196,70 ton dan hasil tangkapan terendah terjadi tahun 2005 yaitu sebesar 26,30

ton. Untuk alat tangkap gillnet terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 388,00 ton,

sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi tahun 2005 yaitu sebesar 1,40 ton

(Tabel 17).

Tabel 17 Produksi lemuru Selat Bali tahun 2005 – 2010

Sumber: DKP Kabupaten Banyuwangi (2011) dan DPKK Kabupaten Jembrana (2011)

1) Purse seine

Purse seine atau pukat cincin, diperkenalkan kepada masyarakat dan

nelayan Muncar pada tahun 1974. Perkembangan alat tangkap ini sangat pesat,

bila dibandingkan dengan alat tangkap lain yang digunakan oleh nelayan

sebelumnya. hasil tangkapan lemuru yang dihasilkan dari Selat Bali, yaitu oleh

nelayan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana dengan menggunakan

alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Tabel 17.

Hasil tangkapan tertinggi di Kabupaten Banyuwangi adalah pada tahun

2007 sebesar 53.155,01 ton, sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi pada

tahun 2005 sebesar 7.200,33 Ton. Hasil tangkapan lemuru tertinggi di Kabupaten

Jembrana terjadi pada tahun 2009 sebesar 42.930,80 ton, dan hasil tangkapan

terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 5.887,20 ton (Gambar 23).

Page 13: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

93

-

10,000.00

20,000.00

30,000.00

40,000.00

50,000.00

60,000.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Has

il ta

ngka

pan

(ton

/thn

)

Tahun

Banyuwangi Jembrana

Perbedaan jumlah tangkapan yang didaratkan di Kebupaten Banyuwangi

dan Kabupaten Jembrana jelas terlihat. Hal ini dapat dipahami, karena rata-rata

jumlah alat tangkap purse seine yang ada di Kabupaten banyuwangi lebih banyak

bila dibandingkan dengan Kabupaten Jembrana (Tabel 17).

Gambar 23 Perkembangan produksi lemuru dengan alat tangkap purse seine di

Selat Bali tahun 2005 – 2010

Berdasarkan data yang diperoleh dari UPPPP Muncar, jumlah purse seine

yang beroperasi tahun 2010 adalah sebanyak 203 unit, sementara itu di Kabupaten

Jembrana jumlah purse seine yang beroperasi untuk tahun 2010 sebanyak 107

unit.

2) Payang

Payang, adalah jenis alat tangkap yang hampir menyerupai purse seine,

dimana alat tangkap ini juga memilik kantong dibagian tengahnya. Secara umum,

alat tangkap ini digunakan oleh masyarakat Banyuwangi atau terutama nelayan

Muncar untuk menangkap ikan tongkol. Namun pada saat sumberdaya lemuru

meningkat jumlahnya, maka alat tangkap ini juga menghasilkan lemuru sebagai

hasil tangkapan mereka. Produksi lemuru hasil tangkapan payang tertinggi terjadi

pada tahun 2007 yaitu sebesar 3.080,19 ton dan terendah terjadi pada tahun 2005

yaitu sebesar 457.06 ton.

Alat tangkap payang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Banyuwangi

untuk menangkap ikan lemuru, sementara nelayan Kabupaten Jembrana tidak

menggunakannya (Gambar 24). Alat tangkap payang ini oleh nelayan di

Page 14: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

94

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

3,500.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Has

il ta

ngk

apan

(to

n/t

hn

)

Tahun

Banyuwangi

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Has

il ta

ngka

pan

(ton

/thn

)

Tahun

Banyuwangi Jembrana

Kabupaten Banyuwangi juga digunakan untuk menangkap ikan selain ikan

lemuru, atau lebih tepatnya alat tangkap ini digunakan sesuai dengan musim ikan.

Gambar 24 Perkembangan produksi lemuru dengan alat tangkap Payang di

Selat Bali tahun 2005 – 2010

3) Gillnet

Hasil tangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap gillnet di

Selat Bali, selama kurun waktu 6 tahun yaitu dari tahun 2005 – 2010 sangat

berfluktuasi. Pada tahun 2009 hasil tangkapan lemuru tertinggi dengan

menggunakan alat tangkap gillnet yaitu 573,58 ton, dan terendah terjadi tahun

2007 yaitu sebesar 201,10 ton (Gambar 25).

Gambar 25 Perkembangan produksi lemuru dengan alat tangkap Gillnet di

Selat Bali tahun 2005 – 2010

Page 15: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

95

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Has

il ta

ngka

pan

(ton

/thn

)

Tahun

Jembrana

Sementara produksi gillnet yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Jembrana,

tertinggi terjadi tahun 2008 sebesar 388,00 ton. Hasil tangkapan terendah terjadi

tahun 1,40 ton.

4) Pukat Pantai

Alat tangkap pukat pantai, merupakan alat tangkap tradisional dan masih

banyak digunakan oleh nelayan di Kabupaten Jembrana, terutama untuk

penangkapan ikan lemuru. Sementara itu nelayan Kabupaten Banyuwangi tidak

menggunakannya. Hasil tangkapan lemuru yang tercatat tidak begitu tinggi bila

dibandingkan dengan alat tangkap lain. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada

tahun 2008 sebesar 196,70 ton dan terendah terjadi tahun 2005 yaitu 26,30 ton.

Grafik pada Gambar 26 memperlihatkan fluktuasi jumlah hasil tangkapan lemuru

dengan menggunakan alat tangkap pukat pantai.

Gambar 26 Perkembangan produksi lemuru dengan alat tangkap pukat pantai

di Selat Bali tahun 2005 – 2010

5) Bagan

Hasil tangkapan lemuru dengan alat tangkap bagan tidak memperlihat

hasil tinggi sebagaimana menggunakan alat tangkap purse seine. Hasil tangkapan

paling tinggi terjadi tahun 2006, yaitu sebesar 1.540,09 ton. Untuk tahun-tahun

berikutnya terjadi penurunan, dan yang paling rendah terjadi tahun 2010 sebesar

178,99 ton (Gambar 27).

Secara garis besar dapat dilihat bahwa hasil tangkapan ikan lemuru selama

kurun waktu 2005 sampai dengan 2010 berfluktuasi. Hasil tangkapan yang lebih

Page 16: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

96

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Has

il ta

ngk

apan

(to

n/t

hn

)

Tahun

Banyuwangi

besar adalah menggunakan alat tangkap purse seine. Seperti kita ketahui bersama

dan sudah diuraikan pada penjelasan terdahulu, bahwa alat tangkap purse seine

merupakan alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan dalam

pemanfaatan sumberdaya lemuru di Selat Bali.

Gambar 27 Perkembangan produksi lemuru dengan alat tangkap Bagan di Selat

Bali tahun 2005 – 2010

6.4.2 Analisis fungsi produksi perikanan lemuru

Setelah dilakukan penghitungan catch per unit effort (CPUE) ikan lemuru

dengan jenis alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di Selat Bali,

maka dapat dilihat bahwa CPUE rata-rata tertinggi adalah dengan menggunakan

alat tangkap purse seine, baik yang mendaratkan hasil tangkapan di UPPPP

Muncar (164,5942 ton/unit) maupun di PPN Pangambengan Bali (311,1950

ton/unit).

Tabel 18 Total tangkapan (catch) CPUEstandar dan Effortstandar ikan lemuru di

Selat Bali tahun 2005 - 2010

Tahun C total CPUE std E std

2005 14.405,22 79,56 181,069

2006 67.627,19 221,47 305,357

2007 81.598,72 368,75 221,284

2008 57.594,10 319,48 180,273

2009 71.866,79 517,24 138,943

2010 56.380,72 360,67 156,322

TOTAL 349.472,75 1.867,17 1.183,248

Rata2 58.245,46 311,19 197,208

Sumber: UPPPP Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Dinas PKK Kabupaten Jembrana (2011),

data diolah

Page 17: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

97

2005

2006

2007

2008

2009

2010

(10,000.000)

-

10,000.000

20,000.000

30,000.000

40,000.000

50,000.000

60,000.000

70,000.000

80,000.000

90,000.000

0 100 200 300 400 500 600

Pe

man

faat

an (

ton

/th

n

Upaya (Effort)

Pemanfaatan ikan lemuru di Selat Bali dilakukan oleh nelayan yang berasal dari

Kabupaten Jembrana dengan tempat pendaratan utama di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Pengambengan (PPN Pengambengan) dan nelayan dari Kabupaten

Banyuwangi dengan tempat pendaratan utama di UPPPP Muncar (Tabel 18).

Berdasarkan uji kelima metode untuk mendapatkan hasil yang lebih best

fit untuk menentukan Cmsy dan Emsy terhadap 5 (lima) metode yaitu Schnute,

Walter Hilbron, Disequilibrium Schaefer, Equilibrium Schaefer dan Clark,

Yoshimoto dan Pooley (CYP) terhadap data, maka metode Clark Yoshimoto dan

Pooley (CYP) memenuhi syarat (Lampiran 9), dengan persamaan:

Berdasarkan persamaan yang diperoleh dengan menggunakan metode

Clark, Yoshimoto dan Pooley (CYP), maka dapat dihitung nilai potensi

maksimum lestari (Cmsy) dan diperoleh hasil sebesar 59.059,61 ton per tahun dan

nilai upaya maksimum lestari (Emsy) diperoleh sebesar 252,47 unit per tahun. Jika

dilihat total pemanfaatan sumberdaya lemuru tertinggi selama periode tahun 2005

– 2010 di Selat Bali terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 81.598,72 ton dan

terendah terjadi tahun 2005 sebesar 14.405,22 ton (Gambar 28). Berpedoman

kepada nilai Cmsy dan Emsy hasil perhitungan, maka pemanfaatan dan pengusahaan

sumberdaya lemuru sudah mengalami lebih tangkap (over fishing).

Gambar 28 Kurva hasil tangkapan lemuru di Selat Bali tahun 2005 – 2010

Page 18: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

98

6.4.3 Standarisasi alat tangkap

Standarisasi terhadap alat tangkap perlu dilakukan, karena berdasarkan

data yang ada ikan lemuru dapat ditangkap dengan menggunakan beberapa alat

tangkap yaitu purse seine (paling dominan), payang, pukat pantai, gillnet dan

bagan. Seperti kita ketahui bersama bahwa kemampuan menangkap dari masing-

masing alat tangkap tersebut berbeda-beda. Tujuan dilakukan standarisasi alat

tangkap ini sebagai alat ukur terhadap tingkat kemampuan pemanfaatan satu jenis

alat tangkap sekaligus sebagai indikator pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru

secara optimal, dengan harapan pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan secara

terus menerus dan lestari.

Berdasarkan kemampuan menangkap yang berbeda tersebut, maka jumlah

upaya penangkapan oleh masing-masing alat tangkap dalam pemanfaatan

sumberdaya lemuru, merupakan penjumlahan dari upaya masing-masing alat

tangkap yang sudah distandarisasi dengan memasukkan nilai FPI. Hasil

perhitungan memperlihatkan bahwa CPUE rata-rata tertinggi dari tahun 2005–

2010 adalah alat tangkap purse seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di

Kabupaten Jembrana. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka alat tangkap

ini terpilih sebagai alat tangkap standar dengan FPI sama dengan satu (Tabel 19).

Tabel 19 Fishing power index (FPI) alat tangkap yang digunakan untuk

menangkap ikan lemuru

Tahun FPI

P bwi PR bwi B bwi GN bwi PP Jemb PR Jemb GN Jemb

2005 0.051 0.637 0.030 0.019 0.005 1 0.000

2006 0.124 1.256 0.040 0.007 0.002 1 0.000

2007 0.058 0.779 0.013 0.002 0.003 1 0.000

2008 0.105 0.508 0.008 0.007 0.010 1 0.001

2009 0.080 0.249 0.004 0.004 0.003 1 0.000

2010 0.059 0.222 0.004 0.003 0.002 1 0.000

Rata2 0.080 0.609 0.016 0.007 0.004 1 0.000

Sumber: Diolah dari data statistik DPK Kabupaten Banyuwangi dan DPKK Kabupaten

Jembrana (2011)

Keterangan:

P bwi : Payang Banyuwangi

PR bwi : Purse seine Banyuwangi

B bwi : Bagan Banyuwangi

Page 19: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

99

GN bwi : Gillnet Banyuwangi

PP Jemb : Pukat pantai Jembrana

PR Jemb : Purse seine Jembrana

GN Jemb : Gillnet Jembrana

Upaya penangkapan standar merupakan upaya yang dilakukan oleh

masing-masing jenis alat tangkap dan merupakan hasil perkalian effort standar

dengan nilai FPI (Tabel 20). Upaya penangkapan (Tabel 20) dengan alat tangkap

purse seine tertinggi adalah yang mendaratkan hasil tangkapan lemuru di

Kabupaten Jembrana, yaitu tahun 2010 sebanyak 107 unit alat tangkap standar,

sedangkan terendah terjadi tahun 2005 dan 2006 yaitu sebanyak 74 unit alat

tangkap standar. Untuk purse seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di

Pelabuhan Perikanan Muncar, upaya penangkapan tertinggi terjadi tahun 2006

sebanyak 142 unit alat tangkap standar, dan terendah tahun 2010 yaitu sebanyak 9

unit alat tangkap standar.

Tabel 20 Nilai upaya penangkapan standar alat tangkap penghasil ikan lemuru

Tahun Upaya penangkapan standar (Estd)

P bwi PR bwi B bwi GN bwi PP Jemb PR Jemb GN Jemb

2005 6 91 5 5 0 74 0

2006 14 208 7 2 0 74 0

2007 3 144 2 1 0 72 0

2008 5 94 1 2 1 77 1

2009 3 51 1 1 0 83 0

2010 2 45 0 1 0 107 0

Rata2 5 105 3 2 0 81 0

Sumber: Diolah dari data statistik DPK Kabupaten Banyuwangi dan DPKK Kabupaten Jembrana

(2011)

Keterangan:

P bwi : Payang Banyuwangi

PR bwi : Purse seine Banyuwangi

B bwi : Bagan Banyuwangi

GN bwi : Gillnet Banyuwangi

PP Jemb : Pukat pantai Jembrana

PR Jemb : Purse seine Jembrana

GN Jemb : Gillnet Jembrana

Page 20: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

100

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00 Muncar

panjang

lebar

berat

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00Pengambengan

panjang

Lebar

berat

Upaya penangkapan alat tangkap payang di Kabupaten Banyuwangi

tertinggi terjadi tahun 2006 sebanyak 14 unit alat tangkap standar, dan terendah

adalah tahun 2005, 2007, dan tahun 2010 masing-masing sebanyak 2 unit alat

tangkap standar. Upaya penangkapan alat tangkap gillnet yang dioperasikan di

Kabupaten Banyuwangi tertinggi terjadi tahun 2008 yaitu sebanyak 2 unit alat

tangkap standar, sedangkan pada tahun 2005-2007 alat tangkap standar tidak

dioperasikan dikabupaten ini. Upaya penangkapan alat tangkap bagan yang

dioperasikan di Kabupaten Banyuwangi tertinggi secara berturut-turut terjadi

tahun 2006 sebanyak 7 unit alat tangkap standar. Upaya penangkapan alat

tangkap pukat pantai yang dioperasikan di Kabupaten Jembrana tertinggi terjadi

tahun 2008 sebanyak 1 unit alat tangkap standar, berikutnya secara berturut-turut

tahun 2005–2007 dan tahun 2008–2009 tidak ada alat tangkap standar yang

dioperasikan di kabupaten ini. Hasil analisis ini digunakan sebagai parameter

untuk analisis model pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali

dengan pendekatan ekosistem (bab 9).

6.4.4 Ukuran panjang, lebar dan berat ikan lemuru hasil tangkapan

nelayan

Pengukuran ikan lemuru dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Mei –

Oktober 20011. Pengukuran dilakukan di dua tempat yaitu di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Pengambengan dan UPPPP Muncar. Kecenderungan ukuran

ikan lemuru yang ditangkap oleh nelayan berdasarkan pengamatan dari bulan Mei

sampai dengan bulan Oktober tertera pada Gambar 29.

Gambar 29 Rata-rata ukuran panjang, lebar dan berat lemuru hasil tangkapan

nelayan bulan Mei – Oktober 2011

Page 21: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

101

Perbedaan ukuran panjang dan berat, hasil tangkapan lemuru yang didaratkan di

UPPPP Muncar dan PPN Pangambengan bisa saja terjadi. Perbedaan hasil

tangkapan dapat terjadi disebabkan oleh perbedaan daerah penangkapan yang

dilakukan oleh nelayan masing-masing wilayah. Pada Gambar 29, terlihat bahwa

ukuran panjang, lebar dan berat lemuru hasil tangkapan nelayan di Muncar dan di

Jembrana berbeda.

Hasil pengukuran yang dilakukan pada bulan Juli 2011 di PPN

Pengambengan menunjukan ikan lemuru yang tertangkap rata-rata berukuran

panjang 12,48 cm, sementara di UPPPP Muncar adalah 13,29 cm. Jika dilihat

dari kisaran ukuran panjang ikan lemuru, pada bulan Juli 2011 ukuran lemuru

yang didaratkan di PPN Pengambengan dan UPPPP Muncar juga berbeda.

Ukuran sempenit yang terdata berada pada kisaran 9,90 – 12,50 cm, sedangkan di

UPPPP Muncar ukuran sempenit berada pada kisaran 10,00 – 12,50 cm. Grafik

pada Gambar 29, memperlihatkan dengan jelas perbedaan ukuran ikan lemuru

yang tertangkap di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan.

6.4.5 Kebiasaan makan (feeding habits) ikan lemuru

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap isi lambung ikan

lemuru, maka diperoleh hasil bahwa makanan utama lemuru adalah plankton,

namun dari hasil analisa terdapat perbedaan komposisi makanan berdasarkan

ukuran ikan lemuru. Saat lemuru berukuran sempenit kecendrungan makanannya

adalah phytoplankton. Pada saat berukuran protolan, kecenderungan komposisi

makanannya adalah zooplankton dan ketika berukuran lemuru, dan lemuru kucing,

kecenderungan komposisi makanannya adalah phytoplankton (Tabel 21).

Kebiasaan makan ikan lemuru sangat tergantung dengan ketersediaan

nutrien di perairan laut Selat Bali. Hasil uji laboratorium yang dilakukan untuk

mengetahui kecenderungan pola makan ikan lemuru menunjukkan bahwa secara

umum ikan lemuru merupakan hewan pemakan plankton (plankton feeder).

Page 22: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

102

Tabel 21 Jenis makanan yang ada dalam lambung ikan lemuru sampel

Tanggal

kode

sampel

Jenis Makanan dalam

Lambung Ikan

NS

Nsj

Fp

frekuensi kumunculan

tiap jenis mangsa

D (%) S (%) J

26 Juli „11 Sempenit phytoplankton 3 3 100.00

zooplankton 3 3 100.00

sisik ikan 3 3 100.00

cacing 3 1 33.30

potongan udang 3 2 66.67

3 Agust „11 Protolan phytoplankton 3 3 100.00

zooplankton 3 3 100.00

Potongan Udang 3 3 100.00

Kulit Ikan 3 3 100.00

Cacing 3 1 33.30

sisik ikan 3 1 33.30

11 Agust „11 Lemuru phytoplankton 3 3 100.00

zooplankton 3 3 100.00

Cacing 3 2 66.67

Sisik Ikan 3 2 66.67

Kulit Ikan 3 3 100.00

potongan udang 3 1 33.30

1 Sept „11 L. kucing Phytoplankton 3 3 100.00

Zooplankton 3 3 100.00

Sisik Ikan 3 2 66.67

Cacing 3 2 66.67

Potongan Udang 3 2 66.67

Potongan Copepode 3 3 100.00

Sumber: Data primer berdasarkan uji laboratorium (2011)

Komposisi plankton yang ditemukan dari hasil bedah lambung (Tabel 22),

diketahui bahwa pada saat lemuru berukuran sempenit, kecenderungan pola

makan dan jenis makanannya adalah phytoplankton, dengan indeks komposisi

nilai makanan sebesar 48,78%. Pada saat berukuran protolan berubah menjadi

pemakan zooplankton (43,75%), namun pada saat berukuran lemuru dan lemuru

kucing indeks komposisi nilai makanan yang ditemukan pada sampel uji adalah

phytoplankton, yaitu 42,86% untuk lemuru dan 45,46% untuk lemuru kucing.

Jenis zooplankton dominan yang terdapat dalam lambung ikan sampel uji adalah

Trichodesmium sp (79), Leptrotintinnus sp (77), dan Triceratium sp (16). Jenis

phytoplankton dominan yang terdapat dalam lambung ikan sampel uji adalah

Cascimodiscus sp (45), Spyrogira sp (28), Volvox sp (20), dan Flagilaria sp (6).

Hasil uji Laboratotium terhadap jenis plankton yang terdapat di lambung ikan

lemuru sampel dapat dilihat pada Lampiran 11.

Page 23: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

103

Tabel 22 Indeks komposisi nilai makanan dalam lambung ikan sampel uji

Sumber: Data primer berdasarkan uji laboratorium (2011)

6.4.6 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan lemuru (fishing ground), terdapat di sepanjang

paparan Jawa dan Bali. Nelayan Banyuwangi dan Jembrana sudah mempunyai

daerah penangkapan mereka masing-masing. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdahulu, dan hasil wawancara dengan nelayan

Banyuwangi dan Jembrana, bahwa daerah penangkapan lemuru adalah; (1) untuk

paparan Jawa: Klosot, Sembulungan, Wringinan, Tanjung Angguk, dan Karang

Ente, serta Grajagan (selatan Jawa); (2) untuk paparan Bali: Pulukan, Seseh, dan

Jimbaran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada bulan Mei – Oktober

2011, bahwa daerah penangkapan lemuru berbeda menurut ukuran ikan. Pada

wilayah paparan Bali, sempenit yaitu lemuru dengan ukuran panjang 10 – 12,5 cm

dan protolan yaitu lemuru dengan ukuran panjang 13 – 14,5 cm lebih banyak

tertangkap di wilayah Pulukan. Lemuru dengan ukuran panjang 15 – 17,5 cm di

Page 24: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

104

wilayah perairan Seseh, dan lemuru kucing dengan ukuran panjang 17,9 – 19 cm

lebih banyak tertangkap di Jimbaran. Pada wilayah paparan Jawa, sempenit dan

protolan banyak tertangkap di Karang Ente, Wringinan. Namun lemuru dan

lemuru kucing, sebagian besar sering tertangkap di Karang Ente dan sebagian

besar di wilayah Jimbaran.

6.5 Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penelitian, dalam bab ini hal-hal yang ingin dibahas

berkaitan dengan (1) keragaan dari masing-masing alat tangkap yang digunakan

oleh nelayan untuk menangkap lemuru, (2) berkaitan dengan fungsi produksi, (3)

berkaitan dengan kebiasaan makan lemuru, dan (4) berkaitan dengan sebaran

daerah penangkapan di perairan Selat Bali.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui tingkat pemanfaatan

sumberdaya lemuru yang dilakukan oleh nelayan Selat Bali sangat intensif.

Produksi lemuru terus meningkat dan pada tahun 2007 adalah produksi tertinggi

untuk Kabupaten Banyuwangi, sedangkan untuk Kabupaten Jembrana produksi

tertinggi terjadi pada tahun 2009. Purse seine atau masyarakat Selat Bali lebih

mengenal dengan nama sleret, yang berarti ditarik, merupakan alat tangkap

dominan yang digunakan oleh nelayan. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap

aktif, dengan cara pengoperasiannya adalah memburu gerombolan ikan.

Kegiatan penangkapan lemuru di Selat Bali merupakan kegiatan ekonomi

yang penting, baik itu untuk Kabupaten banyuwangi dan Kabupaten Jembrana.

Kontribusi yang dihasilkan cukup besar, terutama untuk memenuhi bahan baku

pengalengan. Kegiatan ini memberikan pendapatan daerah yang cukup besar.

Hariyanto et al. (2008) menyatakan bahwa, kegiatan perikanan tangkap sangat

menunjang kegiatan perekonomian daerah dan merupakan penyumbang

pendapatan daerah tertinggi.

Alat tangkap lain yang digunakan oleh nelayan Selat Bali adalah gillnet,

payang, pukat pantai dan bagan. Walaupun alat tangkap ini tidak memberikan

kontribusi terhadap hasil tangkapan yang diperoleh, namun sangat berkaitan

dengan usaha nelayan skala kecil. Berkaitan dengan hal tersebut, prinsip

pengelolaan terhadap sumberdaya lemuru di Selat Bali perlu dilakukan pengaturan

Page 25: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

105

yang sangat selektif, terutama berkaitan dengan kelangsungan hidup nelayan yang

menggantungkan hidup mereka terhadap jenis alat tangkap yang mereka miliki.

Hal yang perlu diperhatikan oleh pembuat kebijakan adalah memperhatikan pola

penangkapan yang dilakukan sehingga pengelolaan sumberdaya dapat dilakukan

secara berkelanjutan.

Pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan, sangat berkaitan dengan

selektifitas alat tangkap yang digunakan dan faktor-faktor lingkungan perairan itu

sendiri sebagai habitat ikan target penangkapan. Selektifitas alat tangkap berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang digunakan. Menurut DeAlteris and Riedel

(1996), bahwa studi tentang karakteristik dan pemilihan ukuran alat tangkap dan

mata jaring untuk penangkapan ikan, sudah mulai dilakukan sejak awal tahun

1900-an, hal ini dilakukan dalam rangka upaya aplikasi ke arah pengelolaan

perikanan yang berkelanjutan.

Melakukan standarisasi terhadap alat tangkap yang digunakan oleh

nelayan bertujuan untuk mewujudkan kemampuan suatu jenis alat tangkap dapat

berfungsi secara optimal (dalam segala aspek). Standarisasi alat tangkap perlu

dilakukan, agar tidak terjadi peningkatan kapasitas dalam pemanfaatan

sumberdaya yang berakibat pada lebih tangkap (over fishing). Berdasarkan hasil

analisis yang telah dilakukan untuk standarisasi terhadap alat tangkap (Tabel 20),

dan nilai Emsy sebesar 252,47 unit per tahun, sementara jumlah alat tangkap purse

seine sebagai alat tangkap standar yang beroperasi di Selat Bali tahun 2010

sebanyak 310 unit dan sudah melebih Emsy. Mengacu kepada SKB Gubernur

Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali tahun 1992 tentang pengaturan jumlah alat

tangkap purse seine yang boleh beroperasi yaitu sebanyak 273 unit dengan

pembagian 190 unit untuk Provinsi Jawa Timur dan 83 unit untuk Provinsi Bali,

maka pengendalian atau pengaturan ulang jumlah alat tangkap yang digunakan

harus dilakukan. Upaya pengendalian tersebut perlu dilakukan secara menyeluruh,

baik itu berupa perbaikan peraturan yang ada, juga perlu dilakukan peningkatan

pemahaman kepada pelaku usaha, sehingga tujuan pengelolaan berkelanjutan

dapat terwujud.

Page 26: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

106

Berdasarkan SKB Gubernur Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali tahun

1992 tentang pengaturan jumlah alat tangkap purse seine yang boleh beroperasi

yaitu sebanyak 273 unit dengan pembagian 190 unit untuk Provinsi Jawa Timur

dan 83 unit untuk Provinsi Bali, sebagaimana sudah dijelaskan pada uraian

terdahulu, maka perlu dilakukan evaluasi ulang atau penyesuaian dengan kondisi

yang ada saat ini. Menurut Kepala Bidang Perikanan-Dinas Pertanian Kehutanan

dan Kelautan Kabupaten Jembrana berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan,

perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap SKB tersebut, karena sudah terlalu

lama dan tidak sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini. Pengaturan

ini berlaku untuk alat tangkap purse seine, sementara pengaturan untuk jenis alat

tangkap lainnya belum dilakukan. Hasil wawancara dengan nelayan gillnet yang

ada Kabupaten Jembrana, sebagian besar dari mereka belum pernah mengetahui

adanya pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat untuk alat

tangkap selain purse seine. Menurut pengamatan kami selama pengumpulan data

di lapangan, memang sangat perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap SKB dua

Gubernur seperti yang sudah diuraikan pada penjelasan terdahulu.

Upaya pengendalian jumlah alat tangkap yang digunakan, perlu dilakukan

secara menyeluruh, baik itu berupa perbaikan peraturan yang ada, juga perlu

peningkatan pemahaman kepada pelaku usaha, sehingga tujuan pengelolaan

berkelanjutan dapat terwujud. Perwujudan pengelolaan berkelanjutan berkaitan

dengan selektivitas alat tangkap yang digunakan. Menurut Sudirman et al (2011),

suatu alat tangkap dikatakan mempunyai selektivitas tinggi jika dalam

pengoperasiannya hanya menangkap target spesies dengan ukuran tertentu.

Secara ekonomi, alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Selat Bali

untuk pemanfaatan sumberdaya lemuru adalah menguntungkan. Namun demikian

hal yang perlu diperhatikan adalah efisiensi alat yang digunakan terhadap hasil

yang didapatkan setiap hari.

Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) merupakan ikan peruaya. Sifat

peruaya ini berkaitan erat dengan upaya mencari makan yang dilakukan oleh ikan

tersebut. Ikan akan mencari dan memilih suatu kombinasi optimum tertentu

terhadap kondisi-kondisi fisik dan biologi lingkungan perairan sebagai habitatnya

Page 27: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

107

(Merta dan Nurhakim, 2004). Menurut Indrawati (2000), ikan lemuru cenderung

berada pada kondisi perairan dengan suhu antara 26,01°-27,00°C.

Kajian dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Burhanudin dan Praseno

(1982), bahwa dari hasil pemeriksaan isi perut, ikan lemuru termasuk pemakan

plankton (zooplankton dan phyitoplankton). Perbandingannya yaitu: zooplankton

berkisar antara 90,52 – 95,54%, sedangkan fitoplankton berkisar antara 4,46 –

9,48% (Burhanudin dan Praseno, 1982). Dalam penelitian tersebut tidak dirinci

secara jelas pada kondisi lemuru berukuran berapa yang merupakan pemakan

fitoplankton dan zooplankton. Keutamaan dalam penelitian ini terutama untuk

pengujian isi lambung sudah dibedakan berdasarkan ukuran ikan lemuru sesuai

dengan penamaan oleh masyarakat pesisir Selat Bali. Berdasarkan hasil yang

diperoleh ternyata lemuru pada saat berukuran sempenit adalah pemakan

fitoplankton. Pada saat lemuru berukuran protolan, pola makannya berubah

menjadi pemakan zooplankton, dan ketika berukuran lemuru dan lemuru kucing

kembali terjadi perubahan pola makan yaitu sebagai pemakan fitoplankton.

Dhulked (1962) menyatakan bahwa Sardinella longiceps dewasa adalah pemakan

phyitoplankton dan diduga bahwa ada perubahan pola dan kebiasaan makan

setelah ikan menjadi besar. Teori yang disampaikan oleh Dhulked (1962) terbukti

dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terhadap sampel uji, bahwa

pada saat lemuru berukuran sempenit, kecenderungan pola makan dan jenis

makanannya adalah phytoplankton sebesar 48.78% (Tabel 22). Pada saat

berukuran protolan berubah menjadi pemakan zooplankton (43.75%), namun pada

saat berukuran lemuru dan lemuru kucing komposisi makanan yang ditemukan

pada sampel uji lebih banyak phytoplankton yaitu 42.86% untuk lemuru dan

45.46% untuk lemuru kucing (Tabel 22). Perubahan pola makan bisa disebabkan

oleh ketersediaan zat hara yang terdapat pada suatu wilayah perairan.

Berkurangnya sumber makanan bagi ikan pelagis terutama ikan lemuru sangat

mempengaruhi ketersediaan biomass sumberdaya dan selanjutnya dapat

mengurangi hasil tangkapan (Campo et al, 2006). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tinggi rendahnya hasil tangkapan, salah satunya dipengaruhi

oleh ketersediaan jumlah zat hara atau sumber makanan yang tersedia di suatu

Page 28: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

108

perairan, karena daerah tersebut menjadi feeding ground ikan. Daerah feeding

ground merupakan daerah penangkapan yang baik bagi nelayan.

Sebagaimana sudah diuraikan di atas bahwa ikan lemuru merupakan ikan

pelagis kecil dan bersifat peruaya. Selama siang hari gerombolan ikan berada

dekat dengan dasar perairan, sedang pada malam mereka bergerak ke lapisan

permukaan membentuk gerombolan yang menyebar. Terkadang gerombolan

lemuru ditemukan di atas permukaan selama siang hari ketika cuaca berawan dan

gerimis. Walaupun sering ditemukan pada siang hari, namun ikan lemuru lebih

gampang ditangkap pada malam hari.

Habitat juvenil lemuru sering ditemukan diperairan dangkal dan menjadi

target dari alat tangkap tradisional, seperti liftnet, gillnet, dan lain lain. Lemuru

ukuran juvenile ini sering tertangkap di teluk Pang-Pang, dekat ujung

Sembulungan dan semenanjung Senggrong di sisi pulau Jawa. Sedangkan sisi

pulau Bali sering tertangkap di Teluk Jimbaran. Ukuran terkecil ikan lemuru

kurang dari 11cm (nama lokal disebut sempenit) secara umum dapat ditemukan

mulai bulan Mei-September dan kadang-kadang meluas sampai bulan Desember.

ikan yang lebih besar menghuni perairan lebih dalam dan secara umum semakin

ke arah selatan ukuran ikan bertambah panjang dan besar.

Daerah penangkapan bisa berubah. Faktor utama yang mempengaruhi

perubahan tersebut karena ikan lemuru sifatnya beruaya. Ruaya terjadi karena

adanya kepentingan untuk mencari makan, pembesaran, proses reproduksi, dan

bisa juga terjadi karena perubahan lingkungan perairan. Perubahan lingkungan

perairan menyebabkan perubahan sebaran suhu, salinitas dan kandungan zat hara

sebagai sumber makanan. Menurut Whitehead (1985), habitat ikan lemuru

menghuni suatu daerah dengan area yang luas, yaitu di sebelah timur Samudera

Hindia, yaitu. Pukhet, Thailand, pantai selatan Jawa Timur dan Bali, Australia

Barat, dan Samudera Pasifik (dari Pulau Jawa sebelah utara sampai Pilipina, Hong

Kong, Taiwan bagian selatan dan Jepang).

Nelayan memberikan nama kepada daerah penangkapan yang ada di

perairan Selat Bali secara turun-temurun. Nama tersebut diberikan berdasarkan

nama daratan yang terdekat pada saat operasi penangkapan berlangsung baik

Page 29: 6 ANALISIS SUMBERDAYA PERIKANAN LEMURU (ardinella S … · berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan survey lapangan yaitu mengikuti secara

109

berupa tanjung, teluk atau tanda-tanda lainnya. Nama daerah penangkapan yang

ada di Selat Bali berdasarkan hasil pencatatan selama penelitian terdapat 8 nama

daerah penangkapan yaitu : Klosot (Wringinan); Senggrong; Tanjung. Angguk;

Karang. Ente; Grajagan, ke lima daerah ini terletak di paparan Jawa, sedangkan

daerah penangkapan Pulukan; Seseh; Ulu watu terletak di paparan Bali. Selain itu

daerah penangkapan lainnya adalah Teluk Pang-pang, Teluk Banyubiru, dan

Teluk Senggrong yang merupakan daerah penangkapan alat bagan tancap dan

bagan apung.

Lemuru (Sardinella Lemuru Bleeker 1853) menghuni perairan tropis yang

ada di daerah Indo-Pacific. Menurut Whitehead (1985), sebagaimana sudah

diuraikan pada penjelasan terdahulu bahwa, habitat ikan lemuru menghuni suatu

daerah dengan area yang luas, yaitu di sebelah timur Samudera Hindia, yaitu.

Pukhet, Thailand, pantai selatan Jawa Timur dan Bali, Australia Barat, dan

Samudera Pasifik (dari Pulau Jawa sebelah utara sampai Pilipina, Hong Kong,

Taiwan bagian selatan dan Jepang). Di sebelah tenggara pulau Jawa dan Bali,

konsentrasi ikan Lemuru sebagian besar berada di Selat Bali.

6.6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas, dapat diambil beberapa

kesimpulan terhadap analisis sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali ini

sebagai berikut:

1. Berdasarkan perhitungan CPUE, maka diperoleh CPUE rata-rata tertinggi

dengan menggunakan alat tangkap purse seine (311,1950 ton per unit)

2. Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi, maka diperoleh nilai Cmsy

sebesar 59.059,63 ton pertahun, sedangkan nilai Emsy adalah 252,47 unit dan

diindikasikan sudah over fishing atau dalam kondisi kehati-hatian.

3. Hasil pengukuran panjang, lebar dan berat lemuru yang dilakukan selama

periode bulan Mei-Oktober 2011, menunjukkan bahwa ukuran lemuru yang

tertangkap tidak mengalami penurunan.

4. Berdasarkan hasil uji bedah lambung terhadap sampel ikan lemuru, terbukti

bahwa lemuru merupakan plankton feeder.