60-102-1-sm(1)

Upload: muzlim-skuzu-ichigo

Post on 08-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

60-102-1-SM(1)

TRANSCRIPT

  • JURNAL PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA VOLUME 35, NO. 2, 194 212 ISSN: 0215-8884

    194 JURNAL PSIKOLOGI

    SubjectiveWellBeingAnakDariOrangTuaYangBercerai

    PracastaSamyaDewi&MuhanaSofiatiUtami

    FakultasPsikologiUniversitasGadjahMada

    Abstract

    This qualitative study aims to knowhowthepsychologicaldynamicofSubjectiveWellBeing (SWB) of children is fromdivorced parents. This research involvedthree children from divorced parents assubject.Thesubjectsageswerebetween1821yearsold.Datawascollectedthroughindepth interview, participative observation,and self report method. Findings indicatedthattherewerethreeconditionsofsubjectivewellbeingofchildrenfromdivorcedparents.Thefirstconditionistheconditionbeforetheparent`s divorced, whereas the second andthethirdaretheconditionaftertheparent`sdivorced. The first condition shows thatchildrenfromdivorcedparentshavelowlevelof subjectivewellbeing before their parentsdivorced.Itismainlybecauseoftheparentalconflictand the low levelof family tospendtime together which araised emotionalattachment.Inthesecondcondition,childrenfromdivorcedparentsstillhave low levelofsubjectivewellbeing thatmainlybecauseoftheparentaldivorced,parentalattitude thatnever told to their childabout thedivorced,and the decrease of parental attachmentfollowing thedivorced.The third condition,children from divorced parents show thehigher level of subjective wellbeing that

    mainlybecauseof theacceptanceofchildrenfor the parents divorced. This acceptanceleads children fromdivorcedparents feelingpositiveaffectandlifesatisfaction.Keywords:subjective wellbeing, children

    fromdivorcedparents

    Perkembangan era globalisasi diIndonesia membawa perubahan dalamberbagai sektor kehidupan manusia,termasukperubahandalamsektorsosialmasyarakatnya. Perubahan tersebutdapat bersifat positif, seperti keterbukaan polapikirmasyarakat terhadapteknologi baru sehingga dapatmenunjang kehidupan. Namun demikian adapula yang bersifat negatif sepertimenurunnya nilainilai normatif dalammasyarakatyangdapatditandaidengantingginyatingkatperceraianyangterjadidi masyarakat. Di Semarang misalnya,pada tahun 2003, perkara perceraianyangmasukkePengadilanAgama (PA)Semarang sebanyak 980 kasus (www.suaramerdeka.com, diakses padatanggal22September2006).Tahun2005di Temanggung ditemukan sebanyak928 kasus perceraian, di mana setiapbulan ratarata terjadi 70 kasus

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 195

    (http://www.kompas.com/kompascetak/0603/14/jateng/32864.htm, diaksespada tanggal 22 September 2006).BahkandiBandung,PengadilanAgamaKota Bandung pada tahun 2002mencatat bahwa ratarata 200 orangmengajukan gugatan cerai setiapbulannya (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0804/12/1104.htm, diaksespadatanggal22September2006).

    Polahidup bebas ala barat sebagaiimbas dari globalisasi membuatperceraianseakansudahmenjadibagiandari budaya. Amerika sebagai negaratonggak globalisasi sendiri, pada tahun2003 dari 7,5 persen pernikahan yangterjadi di masyarakatnya, 3,8 persendiantaranyaberakhirdenganperceraian.Hal tersebut berarti bahwa 50 persenpernikahan yang terjadi di Amerikaberakhir dengan perceraian (http//:www.wikipedia.com/divorce, diaksespadatanggal22September2006).

    Walaupun tingkat perceraian diIndonesia tidak setinggi di Amerika,namun ada kecenderungan meningkatdari tahun ke tahun. Tahun 2003 diSragen, terdapat 954 kasus, sedangkanpada tahun 2004 meningkat menjadi1084 kasus perceraian (http://www.tempointeraktif.com/2005/htm, diaksespada tanggal 22 September 2006).Berdasarkancatatanstatistikpadatahun2004,tingkatperceraiandiJakartadalamlimatahunterakhirnaiksekitar5%pertahun,diSurabayanaiksekitar11%pertahun, dan di Daerah IstimewaYogyakarta terjadi kenaikan sebesar 20

    %pertahun (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0804/12/1104.htm, diaksespadatanggal22September2006).

    Perceraian yaitu perpisahan yanglegal antara sepasang suami istrisebelum kematian salah satu pasangan.Perceraian yang terjadi akanmembawaperubahan dalam kehidupan keluarga,terutama akan membawa perubahandalamkehidupananakhasilperkawinantersebut.Berbagai penelitianmenyebutkan bahwa pada umumnya perceraianakanmembawa resikoyangbesarpadaanak,baikdarisisipsikologis,kesehatanmaupunakademis(Rice&Dolgin,2002).McDermot (dalam Stevenson & Black,1995) mengungkapkan bahwa banyakanak yang secara klinis dinyatakanmengalami depresi seiring denganperceraian orang tua mereka. BahkanHetherington(dalamStevenson&Black,1995)mengungkapkan bahwa setelah 6tahun pasca perceraian orang tuanyaanak akan tumbuh menjadi seseorangyang merasa kesepian, tidak bahagia,mengalami kecemasan, dan perasaantidak aman. Dalam bidang kesehatan,terungkap bahwa anak yang orangtuanya bercerai mempunyai masalahkesehatan yang lebih banyak dan lebihsering menggunakan pelayanan kesehatan dibanding dengan anak yangkeluarganya utuh (Cafferata & Kasper;Jennings& Sheldon;Moreno;Worobey& Angel, dalam Stevenson & Black,1995). Dalam bidang akademikditunjukkan melalui penelitian tentangefek perceraian orang tua terhadapperformansi anak di kelas yang

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 196

    menyimpulkan bahwa anak memilikinilaiperformansiyanglebihrendah jikadibandingkan dengan anak yang orangtuanya tidak bercerai. Hal tersebutdisebabkan oleh stres keluarga yangterjadi akibat perceraian sehinggamempengaruhi performansi anak disekolah(Stevenson&Black,1995).

    Pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap fenomena yang ada dilapangan serta berdasarkan hasilwawancara awal yang dilakukanpeneliti dengan anak dari orang tuayangberceraimenunjukkanbahwaanakmerasakan berbagai afek negatif dantidak merasakan kepuasan dalamhidupnyaakibatperceraianyang terjadipada orang tuanya. Didukung olehpenelitian yang dilakukan oleh Amatodan Keith (dalam Stevenson & Black,1995) yang mengungkapkan bahwaindividu yangmempunyai pengalamanperceraian orang tua dimasa kecilnya,memiliki kualitas hidup yang lebihrendah dimasa dewasanya dibandingkan dengan individu yang tidakmemiliki pengalaman perceraian orangtua.Di sisi lain,penelitianyangdilakukan oleh Sun (2001) mengungkapkanbahwa, perceraian dapat berdampakpositifdanmeningkatkanwellbeinganakjika perceraian tersebut dapatmenyelesaikankonflikyangterjadipadaorang tua sehingga anak terhindardarisuasana keluarga yang penuh ketegangan.

    Subjective WellBeing (SWB) yaituevaluasi yang dilakukan seseorang

    terhadap kehidupannya. Evaluasi tersebutbersifatkognitifdanafektif.Evaluasiyang bersifat kognitif meliputi bagaimana seseorang merasakan kepuasandalamhidupnya.Evaluasiyangbersifatafektif meliputi seberapa sering seseorang merasakan emosi positif danemosi negatif. Seseorang dikatakanmempunyai tingkat subjective wellbeingyang tinggi jika orang tersebutmerasakan kepuasan dalam hidup,sering merasakan emosi positif sepertikegembiraan dan kasih sayang sertajarangmerasakan emosi negatif sepertikesedihandanamarah(Diener,Suh,danOishi,1997).

    Subjective wellbeing merupakansalah satu prediktor kualitas hidupindividu karena subjective wellbeingmempengaruhi keberhasilan individudalam berbagai domain kehidupan(Pavot&Diener,2004).Individudengantingkat subjective wellbeing yang tinggiakan merasa lebih percaya diri, dapatmenjalin hubungan sosial dengan lebihbaik, serta menunjukkan perfomansikerja yang lebih baik. Selain itu dalamkeadaan yang penuh tekanan, individudengan tingkatsubjectivewellbeingyangtinggi dapat melakukan adaptasi dancoping yang lebih efektif terhadapkeadaan tersebut sehingga merasakankehidupan yang lebih baik (Diener,BiswasDiener,&Tamir,2004).

    Berdasarkan pada pengamatanterhadap fenomena yang ada, hasilpenelitian awal dan beberapa referensiyangtelahdiuraikandiatasmemberikan

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 197

    gagasan dalam penelitian ini untukmengetahui proses yang sebenarnyadialami dan bagaimana dinamikapsikologis subjective wellbeing yangterjadi pada anak dari orang tua yangbercerai.

    Metode

    Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan desain penelitiankualitatif, dan fokus penelitian yaituuntukmengetahui dinamika psikologisSubjectiveWellBeinganakdariorangtuayangbercerai.Adaduajenissubjekyangdigunakan dalam penelitian ini, subjekpertamamempunyaikarakteristikutamayaitu merupakan anak dari orang tuayang bercerai yang selanjutnya kemudian disebut sebagai subjek. Subjek kedua yaitu orangorang terdekat subjek(significant person) yang berfungsi sebagai sarana pengkroscek informasi yangselanjutnya disebut sebagai informan.Karakteristiklainsubjekpenelitianyaitusubjekberadadalamrentangusiaantara1821 tahun karenamemiliki pemikiranoperasional formalyang lebihhmatang,sehingga dapat mengorganisasaikanpengalamannya dengan lebih baik.Haltersebut dapat mempermudah dalamprosespengambilandata.Selainitu,jugadicarisubjekyangberdomisilidiYogyakarta untuk efektivitas pengambilandata. Penelitian ini menggunakan tigaorangsebagaisubjekpenelitiandansatuorang informan yangmerupakan significant person dari subjek kedua karenapeneliti tidak berhasil menemukan

    significant person pada subjek pertamadansubjekketiga.

    Wawancara mendalam (indepthinterview) merupakan metode utamayang digunakan dalam penelitian inidandidukungdenganmetodeobservasiyang dilakukan selama wawancaraberlangsung. Wawancara dilakukanberdasarkanpadapedomanwawancarayang telah disusun sebelumnya. Selainitu, juga digunakan selfreport. Metodeself report digunakan jika data yangdihasilkan dari beberapa wawancaradan observasi tidak konsisten sehinggamengesankan bahwa subjekmelakukanfaking. Self report dilakukan denganmemberikan sejumlah pertanyaantertulis untuk kemudian dijawab olehsubjeksecaratertulispulamengenaihalhal yang diperkirakan terjadi fakingberdasarkan data hasilwawancara danobservasi. Teknik pemeriksaan datayang digunakan dalam penelitian iniyaitu dengan metode triangulasi data(menggunakan berbagai sumber datayang berbeda), dan triangulasi metode(menggunakan beberapa metode yangberbeda), pengecekan sejawat sertapengecekanberulangpadasubjekuntukmengungkap kredibilitas, mengorganisasikandatadenganbaik (dependability),dan mengungkapkan seluruh prosedurpenelitiankepadadosenPsikologiUGMdantemansejawat(confirmability)

    Datayangdiperolehdaripenelitianini kemudian dianalisis melalui tigatahapan seperti diungkapkan olehPoerwandari (2005), yaitu open coding,

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 198

    axial coding, dan selective coding. Opencoding memungkinkan peneliti mengidentifikasi kategorikategori, propertipropertidandimensidimensidaridatayang diperoleh. Pada axial coding, datadiorganisasikan dengan cara dikembangkannya hubunganhubungan diantara kategorikategori, atau di antarakategori dengan sub kategori dibawahnya, sedangkan selective codingmerupakan proses pemilihan kategoriinti, pengkaitan kategori inti terhadapkategori lainnya secara sistematis,pengabsahan hubungannya, menggantikategori yang perlu diperbaiki dandikembangkanlebihlanjut.

    Hasil

    Deskripsihasilpenelitianpadatiaptiap subjek diuraikan berdasarkanurutankronologis,yaitupre,post1,danpost 2. Kondisi pre menggambarkankeadaan subjective wellbeing subjeksebelum perceraian orang tuanya, yangmanaditemukanbahwasubjekmemilikitingkat subjective wellbeing yangcenderung rendah (dapat dilihat padaTabel 1).Hal tersebut ditandai denganadanya afek negatif seperti merasasedih,malu,kecewa, sebel,danbahkanbencikarenaadanyapertengkaranorangtuanya. Selain itu anak juga kurangmerasakan kehangatan dalam keluarga.Hal ini juga menyebabkan tidakterjalinnya kedekatan emosional antaraorang tuaanak sehingga membuatsubjektidakmerasakankepuasandalamdomainkeluarga.

    Rendahnya well being subjek dipengaruhi juga oleh strategi coping yangdigunakan anak dalam menghadapisituasikeluargayang tidakmenyenangkan. Penelitian ini menemukan bahwasemua subjek menggunakan strategicoping yang bersifat emotional focusedcoping. Mereka tidak dapat mengungkapkan perasaannya kepada orangtuanya atas pertengkaran yang terjadi.Subjek 2memilih untukmenangis danmenghindar dari situasi konflik orangtua, bahkan subjek 1 dan subjek 3melakukanperilakuagresifdilingkunganpergaulannya sebagai saranapelampiasanatasapayangdirasakannya.

    Kondisi post 1yaitukondisi subjeksetelah perceraian orang tuanya,menggambarkan subjective wellbeingyang masih memiliki kecenderunganrendah (lihat Tabel 2).Hal ini ditandaidengan adanya afek negatif sebagaireaksi atas perceraian orang tuanyasepertimerasaterguncang,sedih,marahterpukul, kecewa, dan tidak nyaman.Afek negatif yang dirasakan anak jugamuncul karena adanya sikap orang tuayang tidak mengkomunikasikan danmemberipemahamankepadaanakberkaitan dengan perceraian yang terjadi.Subjek 1 mengetahui bahwa orangtuanya telah bercerai karena tanpasengaja ia menemukan surat resmiperceraian orang tuanya di laci meja.Tidak adanya penjelasan dan pemahamanyangdiberikanorangtuakepadasubjekmengenaiperceraianyangterjadimembuatsubjeksakithatikarenaorangtua hanyamementingkan kepentingan

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 199

    nyasajatanpamemperhatikanperasaandan kondisi anakanaknya. Subjek 2merasa bingung karena di satu sisiibunyasudahberceritasedangkandisisilain ayahya masih menutupnutupisehingga membuat subjek tidak dapatmenyimpulkan kebenarannya. Subjek 3mengetahuiadanyaperceraianorangtua

    dari perilaku kedua orang tuanya, danlebihjelaslagiketikaayahnyapergidarirumah. Subjek merasakan amarah danjustrumenyalahkan keluarga besar ibuyang menurutnya mempunyai andilyang besar atas perceraian yangmenimpakeduaorangtuanya.

    Tabel1

    DeskripsiSubjectiveWellBeingSubjekSebelumPerceraianOrangTuanya

    Subjek1 Subjek2 Subjek3

    Sikapayahtidakpeduliterhadapkeluarga,judi,menipu,jarangdirumahkebencian(afeknegatif),tidakmerasakankedekatanemosional(tidakpuas)

    Ibujarangdirumahkarenasibukbekerjatidakmerasakankedekatanemosional(tidakpuas)

    Keluargabesaribusukamemintauangpadaibukebencian(afeknegatif)

    Kakeknenekmemberikasihsayangdanperhatianmerasadisayangi(afekpositif)

    Membandingkandiridengantemanyangkeluarganyaharmonisirihati(afeknegatif),tidakpuas

    Copingdenganberperilakuagresifkelegaansementara(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungrendah

    Orangtuabertengkarsedih,sebel(afeknegatif)

    Hubunganorangtuamerenggangsebel(afeknegatif)

    Keluargajarangberkumpuldanberaktivitasbersamatidakmerasakankedekatanemosional(tidakpuas)

    Sifatkepribadiantertutuptidakpuasterhadapdirisendiri

    Copingdenganmenghindartidaklega(afeknegatif)

    Copingdenganmenangiskelegaansementara(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungrendah

    Orangtuabertengkarsedih,malu,kecewa,tidaknyaman(afeknegatif)

    Orangtuatidakmemahamianakmerasatidakdipahami(afeknegatif)

    Ibumengaturdanmendidikdengankerastidaknyaman(afeknegatif),tidakpuas

    Pencapaianprestasiakademkbangga(afekpositif)

    Copingdenganberperilakupasif,diamtidaklega(afeknegatif)

    Copingdenganmenangisdanberperilakuagresifkelegaansementara(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungrendah

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 200

    Tabel2

    Deskripsi Subjective WellBeing Subjek Pada Kondisi Pertama Setelah PerceraianOrangTuanya

    Subjek1 Subjek2 Subjek3

    Perceraianorangtuaterguncang,sedih(afeknegatif)

    Orangtuatidakmemberikanpemahamantentangperceraianyangterjadisakithati(afeknegatif)

    Hubunganorangtuamemburuktidakterjalinkedekatanemosional(tidakpuas)

    Orangtuatidakmaurujukmarah,kecewa(afeknegatif),tidakpuas

    Membandingkandiridengantemanyangkeluarganyaharmonisirihati(afeknegatif),tidakpuas

    Copingdenganmengikutiberbagaikegiatandisekolahtidaklega(afeknegatif)

    Copingdenganmencaridukungansosialpercayadiri(afekpositif)

    Copingdenganberceritakelegaansementara(afekpositif)

    Nilaiakademikbaikbangga(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungrendah

    Perceraianorangtuaterpukul,kecewa(afeknegatif)

    Orangtuatidakmemberikanpemahamantentangperceraianyangterjadibingung,sebel(afeknegatif)

    Hubunganorangtuamemburuk,terutamakarenaibumemutushubungandenganayahtakut(afeknegatif),tidakterjalinkedekatanemosional(tidakpuas)

    Ibubelumdapatmenerimaperceraiandanmenyuruhmemilihsalahsatudiantarakeduaorangtuasebel,marah(afeknegatif)

    Sifatkepribadiantertutuptidakpuasterhadapdirisendiri

    Copingdenganmenulisdiarydanmenangiskelegaansementara(afekpositif)

    Copingdenganmelarutkandiridalamrutinitasbelajartidaklega(afeknegatif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungrendah

    Perceraianorangtuatidaknyaman,kecewa,marah,sedih(afeknegatif)

    Orangtuatidakmemberikanpemahamantentangperceraianyangterjadimarahmenyalahkankeluargabesarygdianggappunyaandil(afeknegatif)

    Hubunganorangtuamemburuk,tidakmauberkomunikasisecaralangsung,subjekmenjadiperantarakomunikasitertekan(afeknegatif),tidakterjalinkedekatanemosional(tidakpuas)

    Membandingkandiridengantemanyangkeluarganyaharmonisirihati(afeknegatif),tidakpuas

    Hutangkeluargabingungbagaimanamelunasi(tidakpuasterhadaphidupnya)

    Copingdenganmengikutiberbagaikegiatandisekolahtidaklega(afeknegatif)

    Copingdenganberceritasenang,kelegaansementara(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungrendah

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 201

    Afek negatif juga dirasakan anakkarena sikap kedua orang tuanya yangmembuat hubungandiantara orang tuamemburuk. Kedua orang tua subjek 1tidak lagi berkomunikasi pasca perceraianwalaupunmasihtinggalsatuatap.Subjekmerasakecewadanmarahketikausahanya untuk merujukkan kembalikeduaorang tuanyagagalkarena sikapibunyayang tidakmau rujukdan tidakmau memaafkan ayah. Pada subjek 2,kedua orang tuanya juga tidakberkomunikasi lagi pasca perceraianbahkan terjadi perang dingin antarakedua orang tuanya. Ibu subjekmelarang subjek untuk berhubunganlagi dengan ayahnya, dan memutussemua hubungan dengan ayah dankeluarga besar ayah. Hal tersebutmenimbulkan ketakutan dalam dirisubjek karena di satu sisi ibunyamelarang untuk berhubungan denganayahnya namun di sisi lain ayahnyamasih terus menghubunginya. Bahkanibu subjek menyuruh subjek untukmemilihsalahsatudiantarakeduaorangtuanya, hal tersebut membuat subjekmarah kepada ibunya. Subjek tidakdapat memilih karena subjek merasamempunyaikeduanya.

    Padasubjek3,ibusubjektidakmaulagi berkomunikasi dengan ayah pascaperceraian. Namun karena ada halhalyang perlu dikomunikasikan, sepertimasalah tanggung jawab finansial, ibumenggunakan subjek sebagai perantarakomunikasi.Haltersebutmembuatsubjekmerasa tidak nyaman dan tertekankarena terkadang harusmenyampaikanpesan yang tidak mengenakkan

    sekaligus juga harusmenjaga perasaankeduaorangtuanya.

    Kondisi orang tuanya yangdirasakan subjek kurang harmonis membuatmereka melakukan pembandingandengan keadaan temantemannya yangmempuyaikeluargaharmonis,sehinggamembuat mereka merasa iri hati dantidak puas terhadap keluarganya. Haltersebut ditemukan pada subjek 1 dansubjek3dalampenelitianini.

    Strategicopingyangdilakukananakketika merasakan emosi negatif akibatperceraian orang tuanya yaitu denganberusaha untuk tidak memikirkanmasalah perceraian, misalnya denganlarut dalam berbagai aktivitas, sepertimengikuti berbagai organisasi di sekolahnya, dan melarutkan diri dalamrutinitas belajar. Selain itu anak jugamencaridukungansosialsebagaistrategi copingmereka, sepertipada subjek 1merasalegaketikamenceritakanpermasalahan keluarganya kepada temannyadan kemudian ia menjadi percaya diriketikabanyak temanyangmendukungnya. Subjek 3 merasakan dukungansosialdarisebuahkeluargayangdianggapnya harmonis, sehingga ia dapatmenceritakan segala keluh kesahnyakepadakeluargatersebut.Padasubjek2,beberapa teman terdekat dan guru disekolahnya jugamemberikandukunganpsikologis kepadanya namun subjektidakmerasadukungan tersebutberartibagikehidupannya.Hal tersebutmungkin dipengaruhi oleh sifat subjek yangtertutup.

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 202

    Tabel.3.Deskripsi Subjective WellBeing Subjek Pada Kondisi Kedua SetelahPerceraianOrangTuanya

    Subjek1 Subjek2 Subjek3 Orangtuatidakmemahami

    keadaansubjekkarenatidakadanyaketerbukaanantarasubjekdengankeduaoranguanya.

    Keuangankeluargamemburuktertekan(afeknegatif)

    Copingdenganmencaripekerjaanagardapathidupmandirinamungagalmendapatkanpekerjaanyangdiinginkansedih(afeknegatif)

    Copingdenganmelihatfilmyangmembangkitkansemangatsemangat(afekpositif)

    Pengalamankesulitankeuangankarenagajiparttimekecilsedih(afeknegatif)

    Copingdenganmengaturkeuanganberhasil,senang(afekpositif)

    Memahamikeadaanorangtuasikappenerimaanterhadapperceraian,menjalinkedekatandenganorangtua(puas)

    Inginmenirusifatibuyangpekerjakerassemangat(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungtinggi

    Pacarmenjadimediasidenganibusehinggaibukemudianbersikapproaktifmemahaminyaman,tenang(afekpositif)

    Sifatkepribadianmulaiterbukapuasterhadapdirisendiri

    Sikapibuyangproaktifmemahamidansifatkepribadianyangmulaiterbukakedekatanemosioanalpuas

    Copingdenganberceritakelegaansementara(afekpositif)

    Copingdenganberpikirpositifmemunculkansikappenerimaanterhadapperceraiandapatmenikmatihidup(afekpositif)

    Keadaankeluargayangsudahdapatmenerimajugamempengaruhimunculnyasikappenerimaanterhadapperceraianmerasalebihkuat(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungtinggi

    Pindahkeasrama,dominasiibuberkurangnyaman,bebas,merasamenjadidirisendiri(afekpositif)

    Ibumulaibersikapmemahaminyaman(afekpositif)

    Merasakandukungansosialdaritemanbahagia(afekpositif)

    Hadirnyawanitayanglebihtuayanginginmenikahitidakbersemangat,tidaknyaman(afeknegatif)

    Copingdenganmenyendiri,merenung,melampiaskan,melupakanmasihmerasakanemosinegatif

    Copingdenganberpikirsolusioptimis(afekpositif)

    Belumpahammengenaialasanmengapaorangtuanyaberceraiberusahamensyukuridanmemaknaiapayangterjadimenerimaadanyaperceraiankarena.

    CopingdenganmensyukurinikmatTuhandapatmemaknai,dapatmengambilhikmah,bangga(afekpositif)

    Kesimpulan:subjectivewellbeingcenderungtinggi

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 203

    Padapost2menggambarkankondisisubjeksetelahperceraianorangtuanyayang mana sudah terjadi peningkatankualitas subjective wellbeing menjadilebih baik (dapat dilihat pada Tabel 3).Padakondisiinianakyangorangtuanyabercerai sudah merasa nyaman ataskeadaannya serta sudahdapatmengendalikan emosinya atasperceraianorangtuanya. Hal yang membuat anakmengalami peningkatan kualitassubjective wellbeing antara lain adanyaketerbukaan antara orang tua dengananak, sehingga muncul sikap salingmemahami antara orang tua dengananak. Pada subjek 2, sikap orang tuayang mulai memahami subjek diawalidarimediasiyangdilakukanolehpacarsubjek yang berusaha mengungkapkanperasaan yang dialami subjek atasperceraianorangtuanyakepadaibunya,sehinggamembuat subjekmerasa lebihtenang. Pada subjek 3, sikap ibu yangmulai memahami subjek membuatsubjek merasa nyaman. Sikap ibutersebut diawali oleh proses dialogisyang dilakukan subjek dengan ibunya.Selain itu juga ibu tidak lagi bersikapkeras dan memaksakan kehendaknyakepada subjek, hal tersebut membuatsubjek tidak lagimerasa terkekangdanmerasa dapat menjadi dirinya sendiri.Namun demikian pada subjek 1, orangtua subjek tidak memahami keadaansubjekkarenatidakadanyaketerbukaanantara subjek dengan kedua orangtuanya untuk membicarakan masalahperceraian.

    Subjective wellbeing anak jugadipengaruhiolehsikappenerimaananakterhadapperceraianorangtuanya.Sikappenerimaan ini membuat anak tidakmudah lagi teringat akan percerainorang tuanya, dan dapat menurunkanintensitas emosi negatif yang dirasakananakatasperceraianorangtuanya.Sikappenerimaan anak terhadap perceraianorang tuanya dipengaruhi oleh pemahaman anak akan perceraian orangtuanya, serta perkembangan kognitifdanspiritualitasdalamdirianak.Subjek1 memahami keputusan orang tuanyauntuk bercerai karena subjek berpendapat bahwa permasalahan keuanganyang menimpa keluarganya. Padasubjek3belumpahammengenaialasanmengapaorang tuanyabercerai,sehingga ia juga belum dapat menerimakeadaanperceraianorangtuanya.Selainitu, juga tidakadausahadariorang tuauntukmemberikanpemahamankepadasubjek tentang perceraian yang terjadi.Walaupun demikian, spritualitas dalamdiri subjek membuatnya berusahamensyukuri dan memaknai apa yangterjadi sehingga pada akhirnya subjekmenerima keadaan orang tuanya yangberceraisebagaisuatutakdirTuhan.

    Pada subjek 2, penerimaan yangmuncul dalam diri subjek juga bukankarenapemahamannyaakanperceraian.Hingga saat penelitian dilakukan (3tahunpascaperceraianorangtua)subjekbelum paham mengapa orang tuanyamemutuskanuntukbercerai,danorangtuasubjekjugatidakberusahamemberikan pemahaman kepada subjek. Sikap

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 204

    penerimaan yang muncul dalam dirisubjek lebih disebabkan oleh spiritualitas dan sikap subjek yang mencobauntuk berpikir positif atas perceraianyangterjadi.Subjekmenganggapbahwaperceraian orang tuanya merupakansalahsatuperistiwayangmemangharusterjadidalamhidupnyadansubjektidakingin terpuruk dengan hal tersebut.Subjek mengakui bahwa terjadi perubahandalamhidupnyapascaperceraianorang tua, namun subjek menganggapbahwa dengan atau tanpa perceraianpun hidupnya pasti akan berubah dansubjek yakin bahwa di kehidupan diaselanjutnya pasti akan terjadi peristiwalainyangakanmengubahhidupnya.Haltersebutpadaakhirnyamembuatsubjekdapatmenerima keadaan orang tuanyayang bercerai sebagai suatu peristiwayangmemang sudah digariskan Tuhanuntuknya, sehingga subjek lebih berusahauntukmengambilhikmahdibalikperceraianyangterjadi.

    Peningkatan subjective well beinganak juga dipengaruhi oleh strategicoping yang bersifat problem focusedcoping sehingga dapat membuat anakmerasa nyaman karena tereduksinyasumbertekanan.Subjek1menggunakancautioness dalam menghadapi masalahyang menimpa dirinya. Ketika keluarganya menghadapi permasalahankeuangan yang menyebabkan subjekselalu terlambat mendapatkan uangkiriman dari orang tua, subjek memikirkancarauntuktidak lagimembebaniorangtua.Akhirnyasubjekmemutuskanuntuk hidup mandiri dan berusaha

    untuk tidak mengandalkan keuanganorang tuanya lagi dengan mencobabekerjaparttime.Subjekkemudianmelamar ke beberapa usaha yang membutuhkan part timer, namun subjek hanyaditerimadisalahsatuusahayanghanyamemberikan gaji yang kecil menurutsubjek. Hal tersebut membuat subjeksedih dan tidak bersemangat sehinggamembuatsubjekberpikirbahwa ternyata prestasi akademik yang diraihnyaselama ini tidak dapat menjaminnyauntukmendapatkankerjaparttimeyangdiinginkannya (dengan gaji besar).Subjek kemudian menggeneralisasikanitu bahwa prestasi akademik yang diraihnyatidakakanmenjaminnyameraihkesuksesan. Subjek berusaha mengembalikan semangatnya kembali denganmelihat filmyang temanyadapatmemberikan inspirasi baginya. Film tersebutbercerita tentang perjuangan seoranglakilaki yang berusaha mempertahankan hidupnya dan membahagiakananaknya dengan bekerja keras danpantang menyerah walaupun berbagaicobaanberatdihadapinya.Filmtersebutakhirnya membuat subjek kembalibersemangat dan kembali berusahamendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Cautioness juga digunakan subjeksaat gaji yang didapatkannya tidakdapat memenuhi kebutuhan hidupnya.Subjek akhirnya melakukan skalaprioritas dan berusaha menekan biayakebutuhan hidupnya dengan mencobahidup sehemat mungkin. Dalam kehidupan keluarga, dengan adanya pemahaman subjek akan perceraian orang

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 205

    tuanyamembuatsubjekberusahauntukmenjalin keterbukaan dan kedekatandengan kedua orang tuanya sehinggadapat mencairkan kebekuan hubungansubjek dengan kedua orang tuanyaselamaini

    Pada subjek 2 dan subjek 3menggunakan strategi negotiation dalammenghadapi permasalahannya. Padasubjek 2, sudah adanya keterbukaanantara subjek dengan ibunyamembuatsubjekdapatmemberimasukankepadaibunyaatasperceraianyang terjadidansubjekdapatmengungkapkanperasaannya kepada ibu ketika ibu mulaimengungkitungkit masalah perceraianyang membuat subjek merasakan afeknegatif sehingga ibu tidak lagimengungkitungkit.Subjek3melakukanproses negosiasi dengan ibunya untukmenjalin keterbukaan sehinggamunculrasa saling memahami antara subjekdengan ibunya.Hal tersebut dilakukansubjek karena afek negatif dan tidakadanya rasa kepuasan yang dirasakansubjek disebabkan oleh sikap ibu yangmenurutsubjek terkadangmemaksakankehendaknya sehingga subjek merasaterkekang.

    Diskusi

    1.PolaDinamikaPsikologisAnakSebelumPerceraianOrangTuanyaPada kondisi sebelum perceraian

    orang tuanya, anakmempunyai tingkatsubjective wellbeing yang rendah yangditandai dengan seringnya afek negatifyang dirasakan dan jarangnya afek

    positif yang dirasakan, serta tidakadanya kepuasan yang dirasakan. Haltersebut dipengaruhi oleh beberapafaktor,yaituadanyakonflikyangberkepanjangan dalam keluarga yang terjadiantarorang tua,keadaankeluargayangjarangberkumpuldanjarangmelakukanaktivitas bersama sehingga membuatanak kurang merasakan kehangatandalam keluarga, adanya dukunganemosional yang dirasakan anak dariorangorang terdekatnya, serta strategicoping yang dilakukan anak yang lebihbersifatemotionalfocusedcoping.

    Folkman&Lazarus (dalamUmam,2006)mengungkapkan bahwa emotionalfocused coping hanya akanmeringankanbeban psikologis yang dirasakanindividu namun tidak menyelesaikanpermasalahan karena tidak mereduksisumber tekanan.Hal tersebutmembuatkelegaan yang dirasakan anak akibatemotionalfocusedcoping(sepertimenangisdanberperilakuagresif)yangdilakukannya hanya bersifat sementara sehinggasecara umum tidak meningkatkankualitas subjectivewellbeingnya.Konflikyang terjadi pada orang tua dapatmenurunkankualitassubjectivewellbeinganak karena menurut Emery, et al;Amato & Keith (dalam Stevenson &Black, 1995) pada konflik yang terjadipada orang tua, di dalamnya terdapatberbagaiemosinegatifsehinggamenyebabkananakmerasa tidakamanberadadalamsituasikonfliktersebut(Davies&CummingsdalamPapp,Cummings,danGoekeMorey,2002).

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 206

    Bagan1.KeadaanSubjectiveWellBeingAnakSebelumPerceraianOrangTuanya

    2. Pola Dinamika Psikologis Anak padaKondisi Pertama Setelah PerceraianOrangTuanya

    Anakmempunyai tingkat subjectivewellbeingyang rendahpascaperceraianorang tuanya yang dipengaruhi olehbeberapa faktor, yaitu terjadinya perceraian orang tua, sikap orang tua yangtidakmemberipemahamankepadaanakatas perceraian yang terjadi, hubunganantarakeduaorangtuayangmemburuk,sifat anak yang membandingkan keadaan dirinya dengan teman di lingkunganpergaulannyayangmempunyaikeluarga harmonis serta strategi copinganak yang bersifat emotional focused

    coping. Bentuk emotional focused copingyangdilakukananakantaralaindenganmenceritakan apa yang dirasakannyakepada orang terdekatnya,mencaridukungan sosial,menangis, sertamelakukanpelariandenganmengikutiberbagaikegiatandisekolahdanmelarutkandiridalam rutinitas belajar. Stevenson &Black (1995) mengungkapkan bahwapada tahuntahun pertama setelahperceraian merupakan masa yangmenimbulkan stres bagi anak. Berbagaiafeknegatifyangdirasakananakketikamengetahuibahwakeduaorang tuanyaberceraimerupakan bentukmanifestasistresyangdialami anak atasperceraian

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 207

    orang tuanya.Wallerstein& Kelly (dalamStevenson&Black,1995)mengungkapkan bahwa orang tua tidakmenyadari stres yang dialami anakanakmereka pasca perceraian. Hal tersebutterjadi karena orang tua memikirkanmasalah perceraian yang terjadi danberkutat pada kondisi stres merekasendiri sehingga menjadi tidak pekaterhadapkondisidisekitarnya,termasukkondisi anakanaknya. Hal inimenyebabkan orang tua tidak sempatterpikiruntukmemberikanpemahamankepada anakmengenaiperceraianyangterjadidan tidak terpikir lebih jauh lagiuntukmenjaga hubungan baik denganmantanpasangandemikebaikananak.

    Sifat anak yang membandingkankeadaan dirinya dengan teman di

    lingkunganpergaulannyayangmempunyai keluarga harmonis merupakansuatu bentuk social comparison yangdilakukan anak terhadap lingkungansekitarnya. Wood (dalam Diener &Lucas, 2002) mendefinisikan socialcomparison sebagai suatu suatu prosesberpikirindividudalammengolahinformasi untuk membandingkan dirinyadengan seseorang atau orangorangyangadayangberkaitandengandirinya.Target pembanding dapat berasal dariorangorang yang dilihat di sekelilingnya atau berasal dari model individuyang terbentukdalampikirannya.Penilaian terhadap kepuasan berdasarkanpadaadanyaperbedaanantarakeadaansaat ini dengan standar tersebut.

    Bagan2.KeadaanSubjectiveWellBeingAnakPadaKondisiPertamaSetelahPerceraianOrangTuanya

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 208

    3. Pola Dinamika Psikologis Anak padaKondisiKedua SetelahPerceraian orangtuanya

    Pada kondisi ke dua setelahperceraian orang tuanya ini, anak yangorang tuanya bercerai sudah merasanyaman atas keadaannya serta sudahdapat mengendalikan emosinya atasperceraian orang tuanya. Hal tersebutmembuat anakmengalami peningkatankualitas subjective wellbeing yangdipengaruhiolehbeberapa faktor,yaituadanya keterbukaan antara orang tuadengan anak sehingga muncul sikapsaling memahami antara orang tuadengananak, adanya sikappenerimaananakterhadapkeadaanperceraian,sertapola strategi coping yang digunakananak lebihbersifatproblem focusedcopingsehingga dapat mereduksi sumber

    tekanan. Strategi coping anak yangbersifat problem focused copingmembuatanak merasa nyaman karena masalahmasalah yangmenjadi sumber tekanandapat diselesaikan. Sikap penerimaananak terhadap perceraian orang tuanyaberpengaruh terhadap subjective wellbeingnya. Hal tersebut terjadi karenasikap penerimaan ini membuat anaktidakmudahlagiteringatakanpercerainorang tuanya, selain itu jugamenurunkan intensitas emosi negatifyang dirasakan anak atas perceraianorang tuanya. Sikap penerimaan anakterhadap perceraian orang tuanyadipengaruhi oleh beberapa hal, yaitupemahamananakakanperceraianorangtuanya serta dipengaruhi olehperkembangankognitifdanspiritualitasdalamdirianak.

    Bagan3.KeadaanSubjectiveWellBeingAnakPadaKondisiKeduaSetelahPerceraianOrangTuanya

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 209

    4. Dinamika Psikologis Subjective WellBeing Anak dari Orang Tua yangBercerai

    Pengaruh perceraian orang tuatidak hanya dirasakan anak setelahperceraian itu terjadi, namun pengaruhtersebut juga sudah dirasakan anaksebelum terjadinyaperceraian.Keadaanpenuh konflik antara kedua orang tuasebelum terjadinyaperceraianmembuatanak merasakan afek negatif. Afeknegatif tersebut muncul dalam bentukperasaan sedih dan tidak nyaman ataspertikaian kedua orang tuanya.Konflikyang terjadi antar orang tua jugamerenggut sumber emosi positif anakkarena konflik tersebut membuatsuasanakeluargapenuhketegangandananak kehilangan suasana kebersamaankeluarga yang dapat membuatnyamerasakanafekpositif.Haltersebutjugamembuat anak tidak merasakankepuasandalamdomainkeluargakarenatidakadanyakedekatanemosionalyangdirasakan anak dengan orang tuanya.Strategi coping yang bersifat emosionalfocused, seperti menangis dan berperilaku agresif digunakan subjek untukmengatasi afek negatif yang dirasakan.Adanya dukungan emosional yangdirasakan subjek dari orangorangdekatnya, seperti kakek nenek, guru,dan teman, jugadapatmengurangiafeknegatif yang dirasakan subjek ataskonflikorangtuanya.

    Terjadinya perceraian membuatsubjek merasa terpukul dan semakinmerasakan afek negatif. Tidak adanyapemahaman yang diberikan orang tuaterhadap anak mengenai perceraianyang terjadi membuat anak mengembangkanpersepsimerekasendirimengenai perceraian tersebut sehingga kemudian muncul kebingungan, perasaansakit hati dan sulit untuk menerimaperceraian yang terjadi. Selain itu,hubungan kedua orang tua yangmemburuk pasca terjadinya perceraianjuga membuat anak merasa kecewa,tertekan,takutdanamarah.Haltersebutmembuat semakin tidak terjalinnyakedekatan emosional antara orang tuaanak sehingga anak semakin tidakmerasakan kepuasan dalam domainkeluarga. Sikap anak yang membandingkan keadaan dirinya dengantemannya yang mempunyai keluargayangharmonismembuatanakmerasairidan jugamembuat anak semakin tidakmerasakan kepuasan dalam domainkeluarga. Dalam fase ini, anak masihmenggunakan strategi coping yangbersifat emotional focused, sepertiberceritadanmenyibukkandiridenganberbagai aktivitas. Hal tersebut dapatmembuatanakdapatmelupakansejenakpermasalahan keluarganya dan dapatmeringankanbebanpsikologisanakataspermasalahantersebut.

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 210

    Bagan4.PerubahandariPrekePost2KomponenSubjectiveWellBeingAnakdariOrangTuayangBercerai

    Anakmulaimerasanyamandengankondisi perceraian orang tuanya ketikaadanya pemahaman anak mengenaiperceraian yang terjadi pada orangtuanya dan ketika orang tua mulaiberusahauntukmemahamianak.Keduahal tersebut diawali dengan adanyaketerbukaan antara anak dengan orangtua sehingga antara orang tuaanakdapatsalingmemahami.Adanyapemahaman anak terhadap perceraian orangtua membuat anak dapat menerimakondisi perceraian tersebut. Perasaannyaman yang dirasakan jugamembuatanak dapat mengendalikan emosinyadalammenghadapi keadaan perceraianorangtuanyasertadapatmembuatanak

    untukberpikirpositifsehinggamenggunakan problem focused coping dalammenghadapi permasalahannya. Problemfocused coping yang dilakukan anak,sepertimelakukandiskusidenganorangtua untuk menjalin keterbukaan dankedekatananakdenganorangtua,dapatmenambah rasa kenyamanan yangdirasakan anak karena tereduksinyasumber tekanan sehingga anak merasakan kepuasan dan afek positif. Haltersebut di atasmembuat anakmengalamipeningkatankualitassubjectivewellbeing

    Berdasarkanberbagaiuraiandiatasmaka dapat disimpulkan bahwa ada

  • SUBJECTIVE WELL-BEING ANAK DARI ORANG TUA YANG BERCERAI

    JURNAL PSIKOLOGI 211

    beberapakondisiyangdapatmeningkatkan dan menurunkan subjective wellbeinganakdariorang tuayangbercerai.Kondisikondisi yangdapatmeningkatkan subjectivewellbeinganakdariorangtua yang bercerai, antara lain sikaporangtuayangmemahamianak,adanyapemahaman anak terhadap perceraianorang tuanya, adanya dukunganemosional yang dirasakan anak darilingkungan sekitarnya, serta strategicopingyanglebihbersifatproblemfocusedcoping. Adapun kondisikondisi yangdapat menurunkan subjective wellbeinganak dari orang tua yang bercerai,antara lain adanya konflik orang tua,situasikeluargayang jarangberkumpuldan jarang beraktivitas bersama,

    perceraian orang tua, sikap orang tuayang tidak memberikan pemahamankepada anak atas perceraian yangterjadi, hubungan orang tua yangmemburuk pasca terjadinya perceraian,serta adanya kondisi pembanding yanglebih baik dari lingkungan sekitar.Emotional focused coping dapat berperandalammeningkatkansubjectivewellbeinganak ketika digunakan dalam situasiyang tidak daapt dikontrol, adapunbentuk emotional focused coping tersebutseperti berusahamemaknai danmengambil hikmah atas perceraian yangterjadi. Faktorfaktor yang mempengaruhisubjectivewellbeinganakyangorangtuanya bercerai dapat dilihat dalambagan5.

    Bagan5.FaktorFaktoryangMempengaruhiSubjectiveWellBeingAnakdariOrangTuayangBercerai

  • DEWI & UTAMI

    JURNAL PSIKOLOGI 212

    DaftarPustaka

    Diener, Suh, dan Oishi. 1997. RecentFindings on Subjective WellBeing.Indian Journal of Clinical Psychology,March,[email protected]

    Diener,BiswasDiener,Tamir.2004ThePsychologyofSubjectiveWellBeing.Daedalus; Spring 2004; 133, 2;Academic Research Library. pg. [email protected]

    Pavot & Diener, 2004. The SubjectiveEvaluation of WellBeing in Adulthood: Findings and Implication.AgeingInternational,Spring2004,Vol.29,No.2,pp.113135

    Poerwandari, E. K. 2005. PendekatanKualitatif Untuk Penelitian KualitatifPerilaku Manusia. Jakarta: LembagaPengembangan Sarana Pengukurandan Pendidikan Psikologi (LPSP3)Fakultas Psikologi UniversitasIndonesia

    Rice, F. P; & Dolgin, K. G. 2002. TheAdolescent: Development, Relationshipand The Culture, 10th edition. USA:Allyn&BaconCompany

    Stevenson, M. R & Black, K. N. 1995.How Divorce Affect Offspring: AResearch Approach. USA: Brown &Benchmark,Inc

    Sun, Y. 2001. Family Environment andAdolescent`sWellBeing Before andAfterParent`sMaritalDisruption:ALongitudinal Analysis. Journal ofMarriageandFamily,63,August2001,697713

    http://www.kompas.com/kompascetak/0603/14/jateng/32864.htm diaksespadatanggal22September2006

    http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0804/12/1104.htm diakses padatanggal22September2006

    www.suaramerdeka.com diakses padatanggal22September2006

    http://www.tempointeraktif.com/2005/htm diakses pada tanggal 22 September2006

    http//:www.wikipedia.com/divorce diakses pada tanggal 22 September2006

    http//:www.wikipedia.org/htm diaksespadatanggal22September2006