68edb72d83c705e1
TRANSCRIPT
-
i
HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN
EMOSIONAL SERTA KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2
TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Nita Yulianti Rohana Saputri
NPM. 07310343
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP PGRI SEMARANG
2011
-
ii
HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN
EMOSIONAL SERTA KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2
TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Diajukan kepada IKIP PGRI Semarang guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Strata 1 Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh:
Nita Yulianti Rohana Saputri
NPM. 07310343
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP PGRI SEMARANG
2011
-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI
Semarang :
Nama : Nita Yulianti Rohana Spaputri
NPM : 07310343
Fakultas/Jurusan : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan
Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2
Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut di
atas telah selesai dan siap diujikan.
Semarang, 31 Oktober 2011
Pembimbing I
Prof. Dr. Sunandar, M.Pd NIP. 19620815 198703 1 002
Pembimbing II
Drs. Djoko Purnomo, M.M NIP. 19560727 198303 1 006
-
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012, yang disusun:
Nama : Nita Yulianti Rohana Saputri
NPM : 07310343
Jurusan : Pendidikan Matematika
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi jurusan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Semarang.
Pada :.................................
Tanggal : ... November 2011
Panitia Ujian Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Drs. Nizaruddin, M.Si Drs. Rasiman, M. Pd NIP 19680325 199403 1 004 NIP 19560218 198603 1 001
Dosen Penguji:
1. Prof. Dr. Sunandar, M.Pd (.......................................) NIP 19620815 198703 1 002
2. Drs. Djoko Purnomo, M.M (.......................................) NIP 19560727 198303 1 006
3. Drs. Rasiman, M. Pd (.......................................) NIP 19560218 198603 1 001
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan, maka kerjakanlah
suatu urusan dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah SWT
hendaknya kamu berharap
(QS. An Nasr: 6-8)
Jangan biarkan kedua orang tuamu menangis karena kegagalanmu, tapi
biarkanlah kedua orang tuamu menangis karena keberhasilanmu
Jangan sia-siakan waktu yang masih senggang hanya untuk bersantai,
karena itu hanya akan merepotkan dirimu sendiri pada waktunya nanti
Selalu semangat dan optimis dalam menjalani hidup karena kesuksesan
telah menanti di depan
PERSEMBAHAN
Segala pikiran dan dzikir kucurahkan demi karya kecil
ini sebagai wujud bakti yang akan kupersembahalkan
untuk:
Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan
kasih sayang yang tulus, doa, dukungan, dan
bimbingan demi kebahagiaanku
Rekan-rekan seperjuanganku yang selalu
mendukung dalam penyelesaian skripsi ini
Sahabat yang senantiasa memberikan dukungan dan
doa demi kelancaran menyelesaikan skripsi ini
Almamaterku IKIP PGRI Semarang
-
vi
ABSTRAKSI
Penelitian skripsi ini berjudul Hubungan antara Minat Belajar dan Kecerdasan Emosional serta Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012. Judul ini diangkat karena dilatarbelakangi persoalan yang berkaitan dengan matematika, terutama rendahnya nilai matematika karena faktor minat siswa dalam belajar matematika, emosi, dan kemampuan siswa dalam berfikir spasial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 216 siswa yang terdiri dari 6 kelas. Diperoleh kelas sampel sebanyak 36 siswa dengan menggunakan teknik proportional stratified random sampling.
Dari analisis data yang diujikan diperoleh analisis awal, untuk uji normalitas didapat Lo = 0,1286, dimana diketahui = 5%, didapat Ltabel = 0,1477. Karena Lo < Ltabel maka hasil belajar berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Kemudian dari hasil analisis korelasi diperoleh untuk minat belajar matematika ry1 > rtabel yaitu 0,688 > 0,329 dengan persamaan regresi = 1,547 X1 39,388, untuk kecerdaasan emosional ry2 > rtabel yaitu 0,7845 > 0,329 dengan persamaan regresi = 2,443 X2 14,587, untuk kemampuan spasial ry3 > rtabel yaitu 0,336 > 0,329 dengan persamaaan regresi = 42,3004 + 1,77572X3, dan nilai Ry.123hitung > rtabel yaitu 0,786 > 0,329 dengan persamaan regresi ganda = 0,557 X1 + 0,788 X2 + 0,312 X3 34,011, nilai ini akan digunakan untuk menguji keberartian korelasi. Dari nilai koefisien korelasi tersebut dapat diketahui adanya korelasi yang signifikan antara minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika. Sedangkan indeks determinasi antara minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika sebesar 0,61 yang artinya meningkat atau menurunnya prestasi belajar matematika dipengaruhi 61% oleh minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial.
Oleh karena itu peneliti menyarankan agar minat belajar matematika, kecerdasan emosional, dan kemampuan spasial untuk lebih ditingkatkan agar bisa mencapai prestasi yang diinginkan.
-
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program sarjana pendidikan matematika di IKIP PGRI
Semarang.
Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan serta
motivasi, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang dari lembaga
maupun perorangan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat;
1. Muhdi, S. H, M. Hum selaku Rektor IKIP PGRI Semarang.
2. Drs. Nizaruddin, M. Si selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
IKIP PGRI Semarang.
4. Prof. Dr. Sunandar, M. Pd selaku dan Dosen Pembimbing I yang telah ikhlas
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Djoko Purnomo, M. M selaku Dosen Pembimbing II yang telah ikhlas
mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Semarang yang telah memberikan bekal penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Surono, S. Pd selaku kepala sekolah SMP N 2 Tawangsari yang telah
berkenan memberikan ijin penelitian.
8. Bapak Jujuk Slamet Wiyana, S. Pd selaku guru mata pelajaran Matematika
kelas VIII SMP N 2 Tawangsari.
-
viii
9. Siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari yang telah bersedia membantu penulis
dalam proses penelitian ini.
10. Kedua orang tua yang tanpa henti-hentinya menyemangati selama proses
pembuatan skripsi
11. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat
dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat
bagi para pembaca yang budiman.
Semarang, 31 Oktober 2011
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAKSI ............. ................................................................................. . vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Penegasan Istilah ........................................................................... 5
C. Permasalahan ............................................................................... 7
D. Tujuan ........................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
F. Sistematika Skripsi ....................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori .............................................................................. 11
B. Tinjauan Materi ............................................................................. 32
C. Kerangka Berfikir ......................................................................... 33
D. Hipotesis ...................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi ........................................................................................ 38
B. Sampel ......................................................................................... 38
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 39
D. Desain Penelitian ........................................................................... 40
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41
F. Uji Instrumen Penelitian ................................................................. 43
-
x
G. Metode Analisis Data ..................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian ...................................................................... 62
B. Uji Coba Penelitian ....................................................................... 63
C. Hasil Penelitian ............................................................................. 75
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 98
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 105
B. Saran ........................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
REKAPITULASI BIMBINGAN
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN SKRIPSI
1. Lampiran 1 : Kisi-kisi uji coba angket minat belajar
2. Lampiran 2 : Kisi-kisi uji coba tes kecerdasan emosional
3. Lampiran 3 : Kisi-kisi uji coba tes kemampuan spasial
4. Lampiran 4 : Kisi-kisi uji coba tes prestasi belajar
5. Lampiran 5 : Instrumen uji coba (angket minat belajar, tes
kecerdasan
emisional, dan tes kemampuan spasial)
6. Lampiran 6 : Instrumen uji coba tes prestasi belajar
7. Lampiran 7 : Kriteria pensekoran dan penilaian minat belajar
8. Lampiran 8 : Kriteria pensekoran dan penilaian tingkat kecerdasan
emosional
9. Lampiran 9 : Kunci jawaban dan penilaian tes kemampuan spasial
10. Lampiran 10: Kunci jawaban dan penilaian instrumen prestasi belajar
11. Lampiran 11: Daftar nama-nama siswa kelas VIII A, VIIIB, dan VIII C
SMP N 2 Tawangasari semester 1 tahun ajaran 2011/ 2012
12. Lampiran 12: Daftar nama-nama siswa kelas uji coba
13. Lampiran 13: Daftar sampel penelitian
14. Lampiran 14: Tabel analisis validitas dan reabilitas angket minat belajar
kelas uji coba
15. Lampiran 15: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes kecerdasan
emosional kelas uji coba
16. Lampiran 16: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes kemampuan
-
xii
spasial kelas uji coba
17. Lampiran 17: Tabel analisis validitas dan reabilitas tes prestasi belajar
matematika kelas uji coba
18. Lampiran 18: Kisi-kisi angket minat belajar, tes kecerdasan emosional,
dan tes kemampuan spasial kelas korelasi
19. Lampiran 19: Kisi-kisi butir soal prestasi belajar kelas korelasi
20. Lampiran 20: Instrumen uji korelasi
21. Lampiran 21: Instrumen tes prestasi belajar kelas korelasi
22. Lampiran 22: Kriteria pensekoran dan penilaian angket minat belajar dan
tes kecerdasan emosional kelas korelasi
23. Lampiran 23: Kunci jawaban tes kemampuan spasial kelas korelasi
24. Lampiran 24: Kunci jawaban dan penilaian tes prestasi belajar
25. Lampiran 25: Daftar hasil ulangan siswa sebelum penelitian
26. Lampiran 26: Tabel perhitungan normalitas sampel kelas
27. Lampiran 27: Data hasil penelitian tes prestasi belajar
28. Lampiran 28: Data penelitian angket minat belajar
29. Lampiran 29: Uji linieritas dan uji independent X1 dan Y
30. Lampiran 30: Data penelitian kecerdasan emosional
31. Lampiran 31: Uji linieritas dan uji independent X2 dan Y
32. Lampiran 32: Data penelitian kemampuan spasial
33. Lampiran 33: Uji linieritas dan uji independent X3 dan Y
34. Lampiran 34: Tabel perhitungan korelasi
35. Lampiran 35 40 : Analisis perhitungan korelasi sederhana
-
xiii
36. Lampiran 41: Analisis perhitungan korelasi parsial dan ganda
37. Lampiran 42: Tabel perhitungan regresi linier
38. Lampiran 43: Analisis perhitungan regresi linier sederhana
39. Lampiran 44: Tabel perhitungan regresi linier ganda
40. Lampiran 45: Analisis perhitungan persamaan regresi
41. Lampiran 46: Analisis perhitungan indeks determinasi
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN TABEL
1. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
2. Tabel 2 (Chi-Kuadrat)
3. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors
4. Tabel Distribusi F
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah salah satu bidang studi yang diberikan kepada
siswa semenjak duduk di pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendidikan
matematika pada jenjang dasar mengutamakan keterampilan berhitung dan
hafalan. Sedangkan pendidikan pada jenjang menengah, ditekankan pada
penalaran, pemikiran logis dan rasional. Di samping itu juga pendidikan
matematika di sekolah lanjutan bertujuan agar siswa dapat memahami
pengertian-pengertian matematika, maksudnya kemampuan keterampilan
dalam mempelajari matematika bukanlah hanya menghafal yang merupakan
proses mekanis tetapi keterampilan yang merupakan penerapan dari
pengertian yang ada.
Hambatan-hambatan yang mungkin dialami siswa dalam
mempelajari matematika adalah lemahnya penguasaan siswa dalam
melakukan operasi hitung, kurangnya kemampuan siswa dalam
mengklarifikasikan apa yang harus ia tempuh jika dihadapkan pada soal serta
kekurangtepatan dalam menerapkan rumus. Dengan mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa, diharapkan guru mampu meningkatkan penguasaan siswa
terhadap setiap pokok bahasan demi tercapainya keberhasilan proses belajar
mengajar.
-
2
Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari matematika ditandai
dengan prestasi belajar. Prestasi belajar seorang siswa akan dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Salah
satu faktor dari dalam diri siswa adalah minat belajar, apabila seseorang
merasa tidak memiliki minat untuk menguasai ilmu, maka tidak dapat
diharapkan siswa mampu belajar secara tekun dan berhasil. Sebaliknya
seseorang yang berminat terhadap sesuatu, maka ia akan mampu belajar
secara tekun dan tentu hasilnya akan jauh lebih baik. Di samping adanya
faktor minat belajar dari siswa, prestasi belajar yang diperoleh seorang siswa
juga dipengaruhi oleh faktor kecerdasan emosional serta faktor intelegensi,
misalnya kemampuan spasial.
Munculnya karya Goleman, Emotional Intelligence: why it can
matter more than IQ pada tahun 1995, telah membangkitkan minat sangat
besar mengenai peran kecerdasan emosional dalam kehidupan manusia. Sejak
saat itu kecerdasan emosional mulai mendapat perhatian dan mulai
diperhitungkan oleh para pendidik, perilaku bisnis, dan media.
Kecerdasan emosional tampak seperti baru karena sebelumnya selalu
tersingkir oleh obsesi abad ke-20 yang menggunakan data ilmiah dan
rasionalisme, sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa bila seseorang
mempunyai kecerdasan yang tinggi maka ia akan sukses dalam hidup. Namun
dalam kenyatannya sekarang ini, dapat dilihat bahwa orang yang mempunyai
kecerdasan tinggi belum tentu sukses dan hidup bahagia. Kecerdasan emosi
mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi,
-
3
dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan
kognitif murni yang diukur drengan IQ. Meskipun IQ tinggi, tetapi bila
kecerdasan emosi rendah tidak banyak membantu. Banyak orang cerdas,
dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi, ternyata
bekerja menjadi bawahan orang yang IQ-nya lebih rendah tetapi unggul
dalam ketrampilan kecerdasan emosi. Dan orang yang mempunyai IQ tinggi
tetapi karena emosionalnya tidak stabil dan mudah marah, sering kali keliru
dalam menentukan serta memecahkan persoalan hidup karena tidak bisa
berkonsentrasi. Emosional yang tidak berkembang dan tidak terkuasai
mengakibatkan tidak konsisten dalam menghadapi permasalahan hidup dan
bersikap kurang baik terhadap orang lain sehingga berakibat banyak timbul
konflik. Misalkan dalam sebuah forum diskusi kelas ada siswa yang tidak
terima jika pendapatnya kurang memperoleh respon teman-temannya. Karena
siswa tersebut tidak mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi
mengakibatkan ia bersitegang dengan temannya yang pendapatnya lebih bisa
diterima.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional rendah maka
cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah
frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi
lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Dan ini akan
berpengaruh terhadap poses belajar mereka. Kecerdasan emosional pada diri
siswa merupakan faktor penting untuk meraih prestasi akademik.
-
4
Faktor intelegensi juga berpengaruh terhadap prestasi siswa yang
salah satunya adalah kemampuan spasial. Dalam kemampuan spasial
diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-
bentuk geometris, menghubungkan konsep spasial dengan angka dan
kemampuan dalam transformasi mental dari bayangan visual. Pemahaman
tersebut diperlukan dalam belajar matematika.
Sebagian besar siswa yang mengalami penurunan prestasi di sekolah,
mereka mengeluhkan sulitnya memahami pelajaran matematika dan
memperoleh nilai matematika yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai
mata pelajaran lainnya. Nampaknya faktor kemampuan spasial kurang
diperhitungkan sebagai kemungkinan salah satu faktor penyebab.
Pada anak usia sekolah kemampuan spasial ini sangat penting karena
kemampuan spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum.
Pemahaman pengetahuan spasial dapat mempengaruhi kinerja yang
berhubungan dengan tugas-tugas akademik terutama matematika. Di dalam
memecahkan soal cerita matematika juga dibutuhkan kemampuan dalam
berfikir spasial. Oleh karena itu, kemampuan spasial memegang peran
penting dalam mempelajari serta menyelesaikan suatu permasalahan
matematika.
SMP N 2 Tawangsari merupakan sekolah negeri menengah pertama
yang berada di kecamatan Tawangsari, kabupaten Sukoharjo. Terdapat 3
tingkatan kelas dan setiap tingkatan terdiri dari 6 kelas yang rata-rata setiap
kelas terdapat 36 siswa. Setiap siswa memiliki minat belajar, kecerdasan
-
5
emosional, serta kemampuan spasial yang berbeda sehingga prestasi belajar
mereka juga bervariasi. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang tersebut,
peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN
ANTARA MINAT BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL SERTA
KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 SMP N 2
TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2011/ 2012.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari adanya
perbedaan pandangan, penafsiran, serta menghindarkan kekaburan dan
kesamaan arti dalam istilah-istilah yang ada dalam judul ini, maka perlu
ditegaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan rencana skripsi ini:
1. Hubungan
Hubungan adalah ikatan atau pertalian antara subjek dan objek
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 409).
Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya
ikatan atau pertalian minat belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan
spasial dengan hasil belajar matematika.
2. Minat Belajar
Menurut Slameto (2003: 57), minat adalah kecenderungan jiwa
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau
kegiatan.
-
6
Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk melakukan perubahan demi
mencapai hasil belajar optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan
belajar.
3. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan. (http://www.masbow.com/
2009/08/kecerdasan-emosional.html)
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri
dan orang lain sehingga mampu mengatasi permasalahan yang ada.
4. Kemampuan Spasial
Sutanto (2009: 185) berpendapat bahwa kemampuan spasial
adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk
gambar.
Kemampuan spasial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan matematika.
-
7
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya. (http://www.wploan.com/2011/05/
pengertian-prestasi-belajar)
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran
keberhasilan siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari setelah menempuh
proses belajar di sekolah.
6. Menyederhanakan Bentuk Pecahan
Pada penilitian ini untuk mengukur tingkat prestasi siswa, peniliti
menggunakan sub bahasan Menyederhanakan Bentuk Pecahan yang
merupakan salah satu sub bahasan mata pelajaran matematika dan
diajarkan pada siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2011/ 2012.
C. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan,
permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara minat belajar, kecerdasan emosional,
dan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas
VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012?
2. Apakah terdapat hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012?
-
8
3. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012?
4. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dan kecerdasan
emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika
siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/
2012.
2. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun
ajaran 2011/ 2012.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasaan emosional dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
4. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
-
9
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan guru terhadap keadaan para siswanya dimana
siswanya memiliki minat belajar, kecerdasan emosional, dan kemampuan
spasial yang berbeda-beda sehingga perbedaan tersebut tidak
mengahambat kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
a. Diharapkan siswa mampu meningkatkan minat belajarnya tanpa
terpengaruh anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang
sulit dan membingungkan.
b. Diharapkan siswa mampu mengontrol keadaan emosinya sehingga
mampu menciptakan kondisi belajar yang kreatif serta mampu
mengendalikan sikap yang dapat meningkatkan kualitas belajarnya.
c. Diharapkan siswa mampu mengasah kemampuan spasialnya
sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami pelajaran
matematika.
3. Bagi Peneliti
Peneliti bisa mengetahui gambaran seberapa besar hubungan antara
minat belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan spasial dengan
prestasi belajar siswa, sehingga bisa mempersiapkan diri lebih awal
sebagai calon guru nantinya.
-
10
F. Sistematika Skripsi
Sistematika dalam skripsi ini terbagi atas tiga bagian yaitu bagian
awal, bagian isi dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi tentang halaman judul, halaman persetujuan,
halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar
isi, daftar lampiran.
Bagian isi terdiri dari pendahuluan, landasan teori dan hipotesis,
metode panelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan. Dengan
rincian sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan berisi tentang: latar belakang masalah, penegasan
istilah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika skripsi.
2. Bab II Landasan Teori dan Hipotesis berisi tentang: kajian pustaka,
kerangka berpikir, dan hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian berisi tentang: subyek penelitian, variabel
penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, uji instrumen
penelititan, metode analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang: hasil penelitian,
analisis data, pembahasan.
5. Bab V Penutup berisi tentang: simpulan dan saran
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang memberikan informasi
tentang buku sumber dan literatur yang digunkan serta lampiran-lampiran.
-
11
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Minat berperan penting dalam kehidupan peserta didik dan
mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku. Siswa
yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih keras
dibandingkan siswa yang kurang berminat.
Menurut Slameto (2003: 57) minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai
rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat
adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik
pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (Sumadi, 1998:
109). Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja
yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat
dan lingkungan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kecenderungan tertarik pada sesuatu yang relatif tetap
11
-
12
untuk lebih memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus yang
diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu kepuasan dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa
yang dipelajari dapat dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu
perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi
siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan
minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan
secara berkelompok.
Dari uraian di atas yang dimaksud minat belajar dalam
penelitian ini adalah kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk
melakukan perubahan demi mencapai hasil belajar yang optimal yang
dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.
b. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar
Menurut Slameto (2003: 58) siswa yang berminat dalam
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
-
13
1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Ciri-ciri siswa yang mempunyai minat dalam belajar di atas
dapat dimiliki siswa apabila siswa menmpunyai ketertarikan terhadap
suatu mata pelajaran. Minat belajar siswa dapat tumbuh karena
ketertarikan siswa tersebut pada mata pelajaran yang ia sukai, akan
tetapi terkadang minat belajar tumbuh karena pembawaan guru mata
pelajaran yang menyenangkan dalam mengajar.
c. Membangkitkan Minat Belajar Siswa di Sekolah
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena
apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat,
siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya.
Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari
pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dipelajari sehingga dapat mingkatkan prestasi belajar.
-
14
Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk
dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat
akan membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat
terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari
dengan diri sendiri sebagai individu.
Menurut Slameto (2003: 180) proses ini berarti menunjukkan
pada siswa bagaimana penetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar
merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting,
dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan
membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk
mempelajarinya.
Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat
diusahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta
berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari. Minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal
-
15
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh
kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan
cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa
adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan
membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai
dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan
antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan
pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang
akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan
materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui
kebanyakan siswa.
Indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari: adanya
perhatian, adanya ketertarikan, dan rasa senang. Indikator adanya
perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu: perhatian terhadap
bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan menyelesaikan soal-
soal pelajaran. Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap
bahan pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran. Rasa
senang meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar, memahami
bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.
-
16
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa minat belajar
merupakan kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk melakukan
perubahan demi mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat
ditunjukkan dengan kegiatan belajar. Setiap siswa memiliki minat belajar
yang berbeda. Pembentukan minat belajar siswa dipengaruhi beberapa
faktor terutama faktor intern, yaitu dari diri siswa sendiri. Adanya minat
dalam belajar akan sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa nantinya.
Maka dari itu perlu diadakannya kesadaran diri yang tinggi dalam
meningkatkan minat belajar.
2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere yang
berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut
Goleman (2002: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan
untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
-
17
Goleman (2002: 411) mengemukakan beberapa macam emosi,
yaitu: amarah (beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati),
kesedihan (pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
putus asa), rasa takut (cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut
sekali, waspada, tidak tenang, ngeri), kenikmatan (bahagia, gembira,
riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga), cinta (penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kemesraan, kasih), terkejut (terkesiap, terkejut), jengkel (hina, jijik,
muak, mual, tidak suka), malu (malu hati, kesal).
Terdapat lima dimensi dalam kecerdasan emosional,
diantaranya adalah: mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina
hubungan dengan orang lain. Tentu kemampuan orang berbeda-beda
dalam setiap wilayah ini, beberapa orang misalnya sangat terampil
menangani kecemasan dirinya sendiri, tetapi agak kerepotan dalam
meredam kemarahan orang lain. Kekurangan-kekurangan dalam
ketrampilan emosional dapat diperbaiki dengan menampilkan bentuk
kebiasaan dan respon yang tepat untuk setiap kondisi yang berbeda-
beda.
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi
menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi
berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan
respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
-
18
Menurut Mayer (dalam Goleman, 2002: 65) orang cenderung
menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi
mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah.
Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki
kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak
menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon
atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya.
b. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada
tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan
John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan
kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 1998: 8) mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan
bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-
milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing
pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu
-
19
peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau
keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis,
baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ
tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998: 10).
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi hambatan dan tekanan lingkungan. (http://www.masbow.
com/ 2009/08/kecerdasan-emosional.html)
Menurut Goleman (2002: 512), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional merupakan kemampuan siswa untuk memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri serta orang lain sehingga mampu
mengatasi permasalahan yang ada.
c. Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman mengutip Salovey (2002: 58-59) menempatkan
menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang
-
20
kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas
kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1) Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan
ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002:
64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun
merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
2) Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,
2002: 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
-
21
ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
3) Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam
diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
4) Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman (2002: 57) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan
apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang
lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-
orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih
mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002: 136). Nowicki, ahli
psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu
membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus
-
22
menerus merasa frustasi (Goleman, 2002: 172). Seseorang yang
mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri
yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu
mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut
mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
5) Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59). Keterampilan dalam
berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan
orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina
hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil
dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada
orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan
menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002: 59). Ramah tamah, baik hati,
hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.
Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukannya.
-
23
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
memiliki kecerdasan emosional sangatlah penting demi tercapainya
hasil yang memuaskan serta menambah kepercayaan diri. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional yaitu
kemampuan dalam: mengenali emosi diri, mengelola emosi,
memotivasi diri sendiri, membina hubungan, dan mengenali emosi
orang lain.
3. Kemampuan Spasial
Salah satu aspek dari kognisi adalah kemampuan spasial. Piaget
dan Inhelder (dalam Tambunan 2006: 28) menyebutkan bahwa
kemampuan spasial sebagai konsep abstrak yang di dalamnya meliputi
hubungan spasial (kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek
dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai sebagai patokan untuk
menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif (kemampuan
untuk melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak
(kemampuan untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi
spasial (kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spasial dengan
memanipulasi secara kognitif), rotasi mental (membayangkan perputaran
objek dalam ruang).
Sutanto (2009: 185) berpendapat bahwa kemampuan spasial
adalah kemampuan untuk mengenali berbagai hubungan dalam bentuk
gambar. Kemampuan spasial merupakan kemampuan yang hampir boleh
dikatakan bebas dari pengaruh budaya. Sutanto (2009: 185) juga
-
24
menyebutkan bahwa kemampuan spasial dapat dilihat dari kemampuan
menemukan gambar, membedakan gambar, bayangan cermin dan
membentuk bangun tiga dimensi.
Kemampuan spasial bisa mempengaruhi proses belajar anak di
sekolah. Salah satunya, membantu anak memahami soal cerita
matematika. Dalam kemampuan spasial diperlukan adanya pemahaman
kiri-kanan, pemahaman perspektif, bentuk-bentuk geometris,
menghubungkan konsep spasial dengan angka, kemampuan dalam
mentransformasi mental dari bayangan visual. Faktor-faktor tersebut juga
diperlukan dalam belajar matematika. Pada anak usia sekolah kemampuan
spasial ini sangat penting karena kemampuan spasial erat hubungannya
dengan aspek kognitif secara umum.
Studi dari Shermann (dalam Tambunan 2006: 29) menemukan
bahwa matematika dan berpikir spasial mempunyai korelasi yang positif
pada anak usia sekolah, baik pada kecerdasan visual-spasial taraf rendah
maupun taraf tinggi. McGee (dalam Tambunan 2006: 28) menemukan
bahwa perbedaan dalam memecahkan soal-soal matematika antara anak
laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh perbedaan dalam
kemampuan spasial mereka. Kemampuan spasial anak laki-laki lebih baik
daripada anak perempuan.
Kemampuan spasial diperoleh anak secara bertahap, dimulai dari
pengenalan objek melalui persepsi dan aktivitas anak di lingkungannya.
Pada awalnya, kemampuan spasial anak belum menunjukkan pengetahuan
-
25
konseptual dari hubungan spasial. Dalam menentukan letak posisi objek
dan orientasi dalam ruang, anak masih menggunakan patokan diri. Dengan
bertambahnya usia, patokan tersebut berkembang menjadi patokan orang
dan patokan objek. Mulai dari orientasi yang sifatnya egosentris yaitu
menekankan pada dirinya sebagai patokan dalam melihat hubungan
spasial, arah kiri-kanan dari dirinya, berkembang menjadi kerangka acuan
objek pada salib sumbu pasangan titik yaitu salib sumbu utara-selatan dan
timur-barat.
Penggunaan contoh spasial seperti membuat bagan, dapat
membantu anak menguasai konsep matematika. Metode pengajaran
matematika yang memasukkan berpikir spasial seperti bentuk-bentuk
geometris, mainan (puzzle) yang menghubungkan konsep spasial dengan
angka, menggunakan tugas-tugas spasial dapat membantu terhadap
pemecahan masalah dalam matematika (Newman dalam Tambunan 2006:
29). Demikian pula pengertian terhadap konsep pembagian, proporsi
tergantung dari pengalaman spasial yang mendahuluinya (Clements dalam
Tambunan 2006: 29). Penelitian oleh Tambunan pada tahun 2003 yang
dilakukan terhadap 220 anak usia sekolah, berusia 7-11 tahun dengan
memberikan tes kecerdasan visual-spasial yang terdiri dari hubungan
spasial topologi, proyektif, euclidis dan tes matematika. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan visual-spasial
total, topologi dan euclidis dengan prestasi belajar matematika (Tambunan
2006: 30).
-
26
Menurut Tambunan (2006: 30) alat yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian:
a. Tes Kemampuan spasial yang terdiri dari tiga subtes yaitu topologi,
koordinasi perspektif dan euclidis.
1) Subtes topologi terdiri dari :
a) meniru gambar, yaitu meniru garis vertikal atau horisontal
yang mengukur kemampuan persepsi hubungan spasial.
b) posisi spasial yang mengukur kemampuan persepsi posisi
spasial (arah).
2) Subtes koordinasi perspektif yang mengukur kemampuan
mengkoordinasikan sejumlah sudut pandang yang berbeda.
3) Subtes euclidis terdiri dari :
a) Salib sumbu horisontal-vertikal yang mengukur kemampuan
mengkoordinasikan salib sumbu pasangan titik.
b) Rotasi mental yang mengukur kemampuan rotasi gambar
geometrik dua dimensi.
b. Tes matematika
Tes ini merupakan adaptasi dari Green level of Stanford Diagnostic
Mathematics Test (SDMT) dari Beatty dkk (1976). Tes ini terdiri dari
tiga bagian :
1) Bagian pertama adalah sistem Angka dan Penjumlahan, berisikan
seluruh sistem angka dan nilai desimal yaitu membilang, membaca
-
27
dan menafsirkan angka, membandingkan dan mengurut angka,
serta memperkirakan angka.
2) Bagian kedua adalah penghitungan. Soal terdiri dari penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian.
3) Bagian ketiga adalah Aplikasi. Soal terdiri dari pemecahan soal
sederhana, menguraikan soal dalam istilah matematika, membaca
dan menafsirkan tabel dan grafik, pengertian geometri dengan
mengidentifikasikan serta mengkualifkasikan bentuk-bentuk
geometri, pengukuran mengenai satuan ukuran, waktu.
Jadi, di dalam mengujikan tes kemampuan spasial terdapat tiga
subtes yaitu topologi, koordinasi perspektif dan euclidis. Dalam
mengujikan tes kemampuan spasial ini juga harus ditunjang dengan tes
mata pelajaran yang di sini adalah matematika, sesuai materi yang telah
diajarkan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud kemampuan spasial adalah
kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan matematika. Dan dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan spasial sangat diperlukan dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan matematika terutama pada pokok bahasan
geometri. Selain itu kemampuan spasial juga diperlukan dalam
pemahaman serta pemecahan masalah soal cerita matematika.
-
28
4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar,
terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi
berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan
dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 787).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya. (http://www.wploan.com/2011/
05/pengertian-prestasi-belajar.html)
Menurut Purwadarrninto (1987: 767), prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada
waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.
-
29
Jadi, prestasi belajar adalah ukuran belajar yang telah dicapai
menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan
perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat
dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Dan yang
dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah ukuran
keberhasilan siswa kelas VIII SMP N 2 Tawangsari setelah menempuh
proses belajar di sekolah.
b. Faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada
faktorfaktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong
maupun yang menghambat. Menurut Ahmad (1998: 72 ), faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :
1) Faktor internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor lntelegensi
Intelegensi dalarn arti sempit adalah kemampuan untuk
mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan.
Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi
prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi
dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak
-
30
membutuhkan berpikir rasiologi untuk rnata pelajaran
matematika.
b) Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek
untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang
beminat dalam pelajaran tertentu akan rnenghambat dalam
belajar.
c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan,
kesehatan jasmani, keadaan alat alat indera dan lain sebagainya.
Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas mental siswa,
karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif
terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi
rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas
menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, rnembimbing,
melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta
memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus
-
31
memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian
dan kemasyarakatan.
Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu
pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang selalu
disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran,
sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal
mungkin.
b) Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan
hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang
sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan
di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti
kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang
perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya
belajar.
c) Faktor Sumber-sumber Belajar
Salah satu faktor yang rnenunjang keberhasilan dalam
proses belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai.
Sumber belajar itu dapat berupa media/ alat bantu belajar serta
bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat
yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan
perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi
-
32
konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil
yang lebih bermakna.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan ukuran keberhasilan seseorang setelah menempuh proses
balajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
diantaranya faktor internal dan faktor eksternal seperti yang tertera di
atas. Yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah minat
belajar yang termasuk dalam faktor minat, kecerdasan emosional dan
kemampuan spasial yang termasuk dalam faktor intelegensi tergolong
faktor internal.
5. Tinjauan Materi
Menyederhanakan pecahan aljabar
Pecahan dikatakan sederhana jika pembilang dan penyebut pecahan
tersebut tidak lagi memiliki faktor persekutuan, kecuali 1. Dengan kata
lain, jika pembilang dan penyebut suatu pecahan memiliki faktor yang
sama kecuali 1 maka pecahan tersebut dapat disederhanakan. Hal ini juga
berlaku pada pecahan bentuk aljabar.
Menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dapar dilakukan dengan
memfaktorka pembilang dan penyebutnya terlebih dahulu, kemudian
dibagi dengan faktor sekutu dari pembilang dan penyebut tersebut.
Contoh:
Sederhanakan pecahan aljabar berikut!
-
33
Penyelesaian:
=
=
(Nurhaini, 2008: 26-27)
6. Kerangka Berpikir
Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara minat belajar, kecerdasan emosional, serta kemampuan
spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester 1
SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/2012. Sehingga dengan demikian
peneliti berpendapat bahwa keberhasilan siswa dalam belajar disebabkan
oleh variabel minat belajar, variabel kecerdasan emosional, serta variabel
kemampuan spasial. Maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Prestasi Belajar
Minat Belajar
Kecerdasan Emosional
Kemampuan spasial
1
2
3
4
-
34
Maksud dari gambar di atas adalah :
a. Hubungan antara minat belajar dan kecerdasan emosional serta
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.
Apabila seorang siswa berada dalam kondisi mempunyai minat belajar
matematika dan kecerdasan emosional yang tinggi, serta mempunyai
kemampuan spasial yang bagus maka proses belajar matematikanya
akan bagus pula, sehingga prestasi belajarnya akan meningkat.
Dengan demikian, diduga adanya hubungan yang positif antara minat
belajar, kecerdasan emosional dan kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika.
b. Hubungan minat belajar dengan prestasi belajar matematika.
Semakin tinggi tingkat minat belajar semakin giat pula siswa tersebut
belajar matematika, sehingga prestasi belajar matematikanya akan
bagus. Dengan demikian diduga ada hubungan antara minat belajar
dengan prestasi belajar matematika.
c. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar matematika.
Semakin cerdas mengelola emosi semakin cerdas pula siswa tersebut
memotivasi dirinya menguasai permasalahan yang ada dalam
matematika, sehingga prestasi belajar matematikanya akan bagus.
Dengan demikian diduga ada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar matematika.
d. Hubungan kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.
-
35
Semakin mampu berfikir spasial semakin mampu pula siswa tersebut
memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematka, sehingga
prestasi belajar matematikanya akan meningkat. Dengan demikian
diduga ada hubungan antara kemampuan spasial dengan prestasi
belajar matematika.
7. Hipotesis
Dari paparan teoritis di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
a. Hipotesis Mayor
Ha : Terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan
emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
b. Hipotesis Minor
Ha1 : Terdapat hubungan antara minat belajar dan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
Ha2 : Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi
belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Ha3 : Terdapat hubungan antara kemampuan spasial dan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
-
36
Untuk keperluan uji, hipotesis diatas diubah menjadi hipotesis
nol (Ho), yaitu:
a. Hipotesis Mayor
Ho : Tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan kecerdasan
emosional serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
b. Hipotesis Minor
Ho1 : Tidak terdapat hubungan antara minat belajar dan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2 Tawangsari
tahun ajaran 2011/ 2012.
Ho2 : Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Ho3 : Tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII semester I SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Adapun hipotesis statistiknya sebagai berikut:
a. Hipotesis Mayor
H0 : = 0
H1 : 0
b. Hipotesis Minor
-
37
1. H0 : = 0
H1 : 0
2. H0 : = 0
H1 : 0
3. H0 : = 0
H1 : 0
Di mana x1 untuk minat belajar, x2 untuk kecerdasan
emosional, x3 untuk kemampuan spasial, dan y untuk prestasi belajr
matematika. Sementara .
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006:
130). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 216 siswa. Adapun
rinciannya adalah kelas VIII A terdapat 36 siswa, kelas VIII B terdapat
36 siswa, kelas VIII C terdapat 36 siswa, kelas VIII D terdapat 36 siswa,
kelas VIII E terdapat 36 siswa, dan kelas VIII F terdapat 36 siswa.
Seluruh kelas ini dipandang sebagai satu kesatuan populasi,
karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut :
a) Siswa yang terdapat dalam populasi tersebut adalah siswa yang
berada pada kelas dan semester yang sama yaitu kelas VIII dan
semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
b) Seluruh siswa tersebut memperoleh materi pelajaran matematika
dengan silabi yang sama.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006: 131). Dalam penelitian ini terdapat 3 kelas yang
masing-masing kelas terdiri atas 36 siswa, yaitu kelas VIII A, VIII B, dan
VIII C. Atau dengan kata lain, dalam penelitian ini terdapat 108 siswa.
38
-
39
Ketiga kelas tersebut digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu
kelompok uji coba (VIII C) dan kelompok korelasi (VIII A dan VIII B).
Menurut Arikunto (2006: 134), jika objeknya lebih dari 100
dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Di sini
peneliti mengambil sampel 100% untuk kelompok uji coba dan 50%
untuk kelompok korelasi. Pada kelompok uji coba peneliti mengambil
sampel 100% karena jumlah siswa 36 orang dan 50% untuk kelompok
korelasi karena jumlah siswa 92 orang dari dua kelas.
Pengambilan data dilakukan secara random yaitu satu kelas
sebagai kelompok uji coba dan dua kelas sebagai kelompok korelasi.
Dari kelompok korelasi karena terdiri atas 92 siswa, maka sampelnya
adalah 50% dari 92 yaitu 36 siswa. Dari 36 siswa tersebut, setiap kelas
diambil 18 siswa yaitu: 6 dari siswa yang mendapat nilai baik, 6 dari
siswa yang mendapat nilai sedang, dan 6 dari siswa yang mendapat nilai
kurang. Pengambilan sampel dengan teknik ini juga disebut penelitian
dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin,
karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki dan perempuan, berat
badan dan sebagainya (Hadi dalam Arikunto, 2006: 53). Adapun variabel-
variabel dalam penelitin ini adalah :
a. Variabel bebas (X) yaitu variabel yang mempengaruhi/ variabel penyebab
(Arikunto, 2006: 119).
-
40
Terdapat tiga variabel bebas pada penelitian ini yaitu minat belajar (X1),
kecerdasan kecerdasan emosional (X2), dan kemampuan spasial (X3).
b. Variabel terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi/ variabel akibat
(Arikunto, 2006:119).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penulis mencoba
meneliti sejauh mana hubungan antara minat belajar dan kecerdaan emosional
serta kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
semester 1 SMP N 2 Tawangsari Tahun Ajaran 2011/ 2012. Dari penjelasan
mengenai variabel diatas, dapat ditunjukan mengenai hubungan antar variabel
bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dalam desain penelitian sebagai berikut:
Keterangan:
X1 : Minat Belajar
X2 : Kecerdasan Emosional
X3 : Kemampuan Spasial
Y : Prestasi Belajar Matematika
Y
X1
X2
X3
-
41
D. Metode Pengumpulan Data
Ada dua macam data yang mendukung penelitian ini yaitu data
yang berasal dari veriabel bebas dan data yang berasal dari variabel terikat.
Data ini diperoleh menggunakan :
a. Metode dokumenter
Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa kelas VIII
semester 1 SMP N 2 Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
b. Metode angket
Metode ini digunakan untuk memperoleh kondisi minat belajar siswa
terhadap pelajaran matematika siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
Langkah-langkah penysunan angket adalah sebagai berikut:
1) Menentukan indikator
2) Menyusun angket
Angket yang digunakan adalah berbentuk soal pilihan ganda untuk
mengetahui seberapa minat belajar siswa dengan 4 alternatif jawaban
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Item Positif
(1) Jika siswa memberikan jawaban sangat setuju maka diberi
skor 4.
(2) Jika siswa memberikan jawaban setuju maka diberi skor 3.
(3) Jika siswa memberikan jawaban tidak setuju maka diberi
skor 2.
-
42
(4) Jika siswa memberikan jawaban sangat tidak setuju maka
diberi skor 1.
b) Item Negatif
(1) Jika siswa memberikan jawaban sangat setuju maka diberi
skor 1.
(2) Jika siswa memberikan jawaban setuju maka diberi skor 2.
(3) Jika siswa memberikan jawaban tidak setuju maka diberi
skor 3.
(4) Jika siswa memberikan jawaban sangat tidak setuju maka
diberi skor 4.
Setelah item angket tersusun langkah berikutnya adalah
mengujicobakan item tersebut untuk memperoleh item yang valid
dan reliabel. Item yang di ujicobakan sebanyak 25 item kemudian di
analisa mengenai validitas dan reliabilitasnya.
c. Metode tes
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan
spasial dan kecerdasan emosional yang masing-masing terdiri dari 20
soal pilihan ganda. Selain itu untuk mengetahui prestasi belajar siswa
terdapat 5 soal uraian untuk siswa kelas VIII semester 1 SMP N 2
Tawangsari tahun ajaran 2011/ 2012.
E. Uji Instrumen Penelitian
Untuk mengukur minat belajar siswa akan digunakan angket.
Sedangkan untuk mengukur kecerdasan emosional, kemampuan spasial, dan
-
43
prestasi belajar matematika digunakan tes. Tes kecerdasan emosional dan
kemampuan spasial berbentuk Skala Pilihan Ganda, yaitu skala yang
bentuknya pilihan ganda dimana suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah
alternatif pendapat. Sementara untuk tes prestasi belajar berbeutuk uraian.
Sebelum angket dan tes digunakan untuk pengambilan data, maka
angket dan tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada siswa untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas angket, daya pembeda butir soal, dan
tingkat kesukaran soalnya. Suatu angket bisa dikatakan baik bila memenuhi
persyaratan validitas dan reliabilitas. Sedangkan soal tes dikatakan baik bila
memenuhi validitas, reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan tingkat
kesukaran soal.
a. Uji instrumen angket
1) Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006:
168). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiuliki validitas
yang rendah.
Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi
product moment, yaitu : (Arikunto, 2006: 170)
))()()(( 2222 iiii
iiiixy
YYnXXn
YXYXnr
Keterangan:
-
44
xyr = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = jumlah subyek
iX = jumlah skor angket
iY = jumlah skor total
2iX = jumlah kuadrat skor angket
2iY = jumlah kuadrat skor total
iiYX = jumlah perkalian skor angket (X) dan skor total(Y)
Interpretasi mengenai besarnya koefisiensi korelasi adalah:
0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada
0,21 sampai 0,40 korelasi rendah
0,41 sampai 0,60 korelasi sedang
0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi
0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna
(Arikunto, 2006: 72)
2) Reliabilitas
Sebuah instrument dikatakan reliabel apabila instrument
tersebut mempunyai atau dapat memberikan hasil yang tetap dan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data.
Adapun untuk mengukur reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian digunakan
rumus Alpha.
-
45
22
11 11 t
b
kkr
(Arikunto, 2006: 196)
Keterangan :
11r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
2b = jumlah varian skor tiap-tiap butir 2
t = varian total
Sama halnya dengan angket, instrumen buitr soal juga perlu
diuji terlebih dahulu.
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut :
0.800 1.000 = tinggi
0,600 0,799 = cukup
0,400 0,599 = agak rendah
0,200 0,399 = rendah
0,000 0,199 = sangat rendah
(Arikunto, 2007: 75)
b. Uji instrumen tes
1) Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Rumus yang digunakan untuk
-
46
mengetahui kesejajaran ( valid7tidak instrumen) adalah rumus
korelasi product moment, yang dikemukakan oleh Pearson.
))()()(( 2222 iiii
iiiixy
YYnXXn
YXYXnr
Keterangan:
xyr = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = jumlah subyek
iX = jumlah skor soal
iY = jumlah skor total
2iX = jumlah kuadrat skor soal
2iY = jumlah kuadrat skor total
iiYX = jumlah perkalian skor angket (X) dan skor total(Y)
Selanjutnya harga xyr yang diperoleh dari tiap-tiap butir soal
dikonsultasikan dengan tabelr product moment. Harga xyr
menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan.
Setiap nilai korelasi mengandung 3 makna, yaitu:
a) Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang
terdapat dibelakang koma. Jika angkanya terlalu kecil sampai
empat angka dibelakang koma, maka angka korelasi diabaikan.
Artinya tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y.
-
47
b) Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara
nilai variabel X dan nilai variabel Y. Jika tandanya plus (+),
maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (-), maka
arah korelasinya negatif.
c) Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat
tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel
yang diukur korelasinya.
Butir instrumen dikatakan valid apabila mempunyai korelasi
lebih besar atau sama dengan nilai tabelr taraf signifikansi 5%. Jika
xyr < tabelr maka butir angket tidak valid.
Interpretasi mengenai besarnya koefisiensi korelasi adalah:
0,00 sampai 0,20 korelasi hampir tidak ada
0,21 sampai 0,40 korelasi rendah
0,41 sampai 0,60 korelasi sedang
0,61 sampai 0,80 korelasi tinggi
0,81 sampai 1,00 korelasi sempurna
(Arikunto, 2006: 72)
2) Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Arikunto,
1998: 170).
-
48
Untuk menguji reliabilitas tes akan digunakan rumus Alpha
yaitu:
22
11 11 tb
kkr
Keterangan:
11r = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
2b = jumlah varian skor tiap-tiap butir 2
t = varian total
Rumus varian butir soal:
22
2b
Setelah diperoleh 11r kemudian dikonsultasikan dengan harga
r product moment. Instrumen dikatakan reliabel jika tabelrr 11 .
Klasifikasi reliabilitas:
0,81 11r 1,00 = sangat tinggi
0,61 11r 0,80 = tinggi
0,41 11r 0,60 = cukup
0,21 11r 0,40 = rendah
0,01 11r 0,20 = sangat rendah
(Arikunto, 2006: 75)
-
49
3) Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya.
Rumus yang digunakan adalah:
JBBP
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JB = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan klasifikasi:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah
(Arikunto, 2006: 207)
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
-
50
dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk
menentukan daya pembeda untuk tes yang berbentuk uraian
menggunakan rumor uji t.
1
22
21
ii
LH
nnxx
MMt
Keterangan :
t : Uji t
MH : Mean kelompok atas
ML : Mean kelompok bawah
x12
: Jumlah deviasi skor kelompok atas
x12 : Jumlah deviasi skor kelompok bawah
Ni : Jumlah responden pada kelompok atas atau bawah
(27% x N)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan ttabel, dengan taraf
signifikan 5% dan dk = n1 + n2 2. Jika thitung > ttabel maka daya
pembeda soal tersebut signifikan (Arifin, 1991: 141).
F. Metode Analisis Data
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
analisis awal dengan uji homogenitas sampel dan uji normalitas dan
dilanjutkan dengan analisis akhir menggunakan uji regresi linier dan uji
korelasi.
a. Tahap analisis awal
-
51
1) Uji normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah menggunakan uji lillifors
sebagai berikut :
a) Hipotesis
Ho = sampel dari populasi berdistribusi normal
Ha = sampel tidak dari populasi berdistribusi normal
b) Prosedur
(1) Pengamatan 1x , 2x , ..., nx dijadikan bilangan baku 1z , 2z ,
..., nz dengan rumus :
sxx
z ii
( x dan s merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
(2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar
distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
ii zzPzF
(3) Selanjutnya dihitung proporsi 1z , 2z , ..., nz yang iz .
Jika proporsi ini dinyatakan oleh izS , maka :
n
zyangzzzzS ini
..... 21
(4) Menghitung selisih ii zSzF , kemudian tentukan harga
mutlaknya.
(5) Mengambil harga yang paling besar di antara harga-harga
mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini oL .
-
52
Untuk menerima atau menolak Ho, kita bandingkan Lo dengan
nilai kritis L untuk taraf nyata = 5%. Dengan kriteria terima
Ho jika Lo < Ltabel dan tolak Ho jika Lo > Ltabel (Sudjana, 2005:
466-467).
2) Uji homogenitas
Untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang
diambil dari populasi yang sama, maka perlu melakukan pengujian
terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel. Untuk
menguji homogenitas sampel digunakan Uji Bartlett, yang
bentuknya sebagai berikut:
Sampel ke Dk dk1 Si2 Log Si2 dk log Si2
1
2
.
.
K
n1 1
n2 1
nk 1
11
1 n
11
2 n
11kn
S12
S22
Sk2
Log S12
Log S22
Log Sk2
(n1 1) Log S12
(n2 1) Log S22
(nk 1) Log Sk2
Jml 1in
11
in - -
2)1( ki LogSn
Di daftar tersebut kita hitung harga-harga yang diperlukan yaitu:
-
53
a)
11 22
i
ii
nSn
S
b) Harga satuan B dengan rumus:
B = 12 inSLog
Ternyata untuk uji Bartlett digunakan statistika chi kuadrat:
22 110ln ii SLognB
Dengan ln 10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari pada bilangan 10.
Dengan kriteria jika 2 hitung < 2 tabel, dengan taraf signifikansi 5%,
maka dapat dikatakan homogen (Sudjana, 2002: 261).
3) Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk menguji kelinieran regresi, adapun
yang diuji dalam penelitian ini adalah:
Ho = hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah
tidak linier.
Ha = hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah
linier.
Berikut adalah daftar analisis varians yang digunakan untuk menguji
kelinieran regresi. Hipotesisnya adalah:
Ho = model regresi tidak signifikan
Ha = model regresi signifikan
Sumber
Variansi dk
Jumlah kuadrat
(JK) KT F
-
54
Total N Yi2 Yi2 -
Regresi (a)
Regresi (b | a)
Residu
1
1
n-2
nY 2i
abJKJKreg
2ires YYJK
nY 2i
abJKS2reg
2nYY
S2
i2res
2res
2reg
SS
Tuna cocok
Kekeliruan
k-2
n-k
JK (TC)
JK(E)
knJK
S
2kJK
S
TC2E
TC2TC
2E
2TC
SS
Dari daftar diatas didapatkan dua hasil yaitu :
2res
2reg
SS
F untuk uji independen
2E
2TC
SS
F yang akan dipakai untuk menguji tuna cocok regresi linier.
Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika F F(1
)(k 2, n k). Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang
= (k 2) dan dk penyebut = (n k). (Sudjana, 2005: 331-332)
b. Uji Deskripsi
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil perhitungan
ketiga variabel beserta hasil belajarnya dengan menggunakan rata-rata
-
55
(mean), median, modus, serta dibuat diagramnya dengan histogram dan
poligon.
Sebelum mencari rata-rata, median, dan modus diperlukan tabel
distribusi frekuensi guna memudahkan dalam perhitungan. Pertama,
menentukan rata-ratanya dengan menggunakan rumus:
i
ii
fxf
x
Dimana:
x = rata-rata (mean)
if = jumlah frekuensi
ii xf = jumlah dari perkalian antara frekuensi dengan nilai tengah
Selanjutnya menghitung median (nilai tengah) dengan rumus:
f
FnpbM e
)(21
Keterangan:
Me = median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
n = banyak data
F = frekuensi komulatif sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
-
56
Kemudian menentukan modus (data terbanyak) dengan menggunakan
rumus:
21
1
bbb
pbM o
Keterangan:
Mo = modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
Dari hasil perhitungan ketiganya kemudian dideskripsikan sehingga
menghasilkan penjabaran yang jelas.
c. Analisis akhir
1) Koefisien korelasi
Dengan kriteria pengujian Ho diterima pada taraf signifikan = 5%
dan dk = n 1, apabila rhitung < rtabel. Langkah-langkah menetukan
koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
a) Menentukan hubungan antara satu variabel bebas (Xi) dengan
variabel terikat (Y).
2222 )()()(( YYnXXn
YXYXnr
ii
iixy
Misal:
-
57
Menentukan hubungan antara minat belajar (X1) dengan prestasi
belajar matematika siswa (Y) atau .
2221
21
11
)()()(( YYnXXn
YXYXnrxy
Dengan cara yang sama, kita dapat menetukan pula hubungan
antara kecerdasan emosional (X2) dengan prestasi belajar
matematika (Y) atau , hubungan antara kemampuan spasial
(X3) dengan prestasi belajar matematika (Y) atau .
b) Menentukan hubungan antara satu variabel bebas dengan satu
variabel bebas yang lain
Yaitu hubungan antara minat belajar (X1) dengan kecerdasan
emosional (X2) atau , hubungan antara minat belajar (X1)
dengan kemampuan spasial (X3) atau , dan hubungan antara
kecerdasan emosional (X2) dengan kemampuan spasial (X3) atau
.
Misal :
))()()(( 212
12
22
2
121212
XXnXXn
XXXXnr
Dengan cara yang sama, kita dapat menetukan pula dan .
c) Menentukan hubungan minat belajar, kecerdasan emosional dan
kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika siswa.
Sebelum menentukan hubungan antara Y, X1, X2, dan X3
-
58
ditentukan nilai koefisien korelasi parsial dengan variabel-
variabel berikut :
(1) Untuk variabel Y, X1 , dan X2
Misalkan menentukan korelasi parsial antara Y dan X1
dengan menganggap X2 tetap, maka dinyatakan dengan ry1.2
dan koefisien korelasi parsial antara antara Y dan X2 apabila
X1 dianggap tetap dinyatakan dengan ry2.1, yaitu :
21.22y21.2y2y1
y1.2r1r1
rrrr
21.22y11.2y1y2
y2.1r1r1
rrrr
Dengan cara yang sama akan didapatkan ry13 dan ry23
(2) Untuk variabel Y, X1, X2, dan X3
Misalkan menetukan koefisien korelasi parsial antara Y
dengan X3 dan menganggap X1 dan X3 tetap, maka
dinyatakan dengan ry1.23, yaitu :
213.22y3.213.2y3.2y1.2
y1.23r1r1
rrrr
Dengan demikian dapat dikemukakan hubungan antara koefisien
korelasi, koefisien korelasi ganda, dan korelasi korelasi parsial
variabel Y dengan X1 , X2 , dan X3, yaitu :
2Y3.122Y2.12y12y12.3 r1r1r1R1
(Sudjana, 2005: 386)
-
59
2) Persamaan regresi
a) Regresi linier sederhana atau tunggal
Regre