6.tinjauan pustaka

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Definisi Osteoporosis Osteoporosis adalah gangguan tulang yang ditandai penurunan massa tulang dan kemerosotan mikro-arsitektur yang menyebabkan tulang menjadi rapuh da mudah patah. Kemerosotan mikroarsitek tampak sebagai spikulum tulang yang semakin sedikit dan tipis serta adanya “topangan” horizontal abnormal yang tidak menyatu untuk membentuk trabekula. Perubahan struktur inilah yang menyebabkan tulang rapuh. (Robbins dkk, 2007).Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. (Aru W. Sudoyo dkk, 2006) 2.3 Epidemiologi Osteoporosis Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskuloskeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara berkembang,termasuk Indonesia. Pada survey kependudukan tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, termasuk fraktur juga akan meningkat. 4

Upload: abang-suprianto

Post on 14-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.2 Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah gangguan tulang yang ditandai penurunan massa tulang dan kemerosotan mikro-arsitektur yang menyebabkan tulang menjadi rapuh da mudah patah. Kemerosotan mikroarsitek tampak sebagai spikulum tulang yang semakin sedikit dan tipis serta adanya topangan horizontal abnormal yang tidak menyatu untuk membentuk trabekula. Perubahan struktur inilah yang menyebabkan tulang rapuh.(Robbins dkk, 2007).Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH) mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah. (Aru W. Sudoyo dkk, 2006)

2.3 Epidemiologi Osteoporosis

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskuloskeletal yang memerlukan perhatian khusus, terutama di negara berkembang,termasuk Indonesia. Pada survey kependudukan tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2%, meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, termasuk fraktur juga akan meningkat.

Departemen Kesehatan tahun 1999 - 2002 mengungkapkan tingkat osteoporosis di Indonesia mencapai tahap yang perlu diwaspadai, yaitu sebesar 19,7% dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 44.035.295 jiwa (Murden, 1994). Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika yang menyerang 44 juta jiwa penduduk (Budisantoro, dan Pradana, 1994). Di Asia seperti dilaporkan oleh WHO (Sankaran, 2000), patah tulang yang disebabkan oleh osteoporosis akan mengalami peningkatan yaitu dari 84.000 orang pada tahun 1986 menjadi 6,26 juta orang pada tahun 2050, dan 71% patah tulang akan terjadi di Negara berkembang. Tingginya kejadian osteoporosis pada wanita menyebabkan kondisi ini menjadi masalah kesehatan masyarakat. (Aru W. Sudoyo dkk, 2006)2.4 Faktor Resiko Osteoporosis

Yang dapat menjadi faktor resiko untuk mengidap osteoporosis adalah

a. umur; setiap peningkatan umur satu Decade berhubungan dengan peningkatanresiko 1,4-1,8.

b. genetik; etnis (kaukasus/ oriental >oranghitam/polinesia),gender (perempuan >laki-laki), riwayat keluarga.

c. Lingkungan; makana,defisiensi kalsium Aktifitasfisik dan pembebanan mekanik,obat-obatan misalnya kortikosteroid, antikonvulsan, heparin, merokok, alcohol, jatuh(trauma).

d. Hormon; endogen dan penyakit kronik, defisiensi esterogen, defisiensi androgen, gastrektomi, sirosis, tirotoksikosis, hiperkortisolisme.

e. Sifat fisik tulang; densitas massa tulang, ukuran dan geometri tulang, mikroarsitektur tulang, komposisi tulang. (Aru W. Sudoyo dkk, 2006)2.5 Klasifikasi Osteoporosis

Osteoporosis dikelompokkan menjadi osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis yang penyebabnya tidak berkaitan dengan penyakit lain,berhubungan dengan berkurangnya dan atau terhentinya produksi hormone (wanita), disamping bertambahnya usia.

Osteoporosis primer tebagi dalam:

a. Osteoporosis tipe 1

Disebut juga osteoporosis idiopatik (post-menopausal osteoporosis), bisa terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik pria maupun wanita. Osteoporosis tipe 1 berkaitan dengan perubahan hormone setelah menopause. Pada osteoporosis tipe ini terjadi penipisan bagian keras tulang paling luar (korteks) dan perluasan rongga tulang (trabekula).

b. Osteoporosis tipe 2

Disebut juga senile osteoporosis (involutional osteoporosis), banyak terjadi pada usia di atas 70 tahun,

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder disebabkan berbagai penyakit tulang (kronik rheumatoid arthritis, tbc spondilitis,osteomalacia,dll),pengobatan menggunakan kortikosteroid untuk waktu yang, astronaut tanpa gaya, paralise otot, tidak bergerak untuk periode yang lama,hiperthiroid,dll.

2.6 Edukasi dan Pencegahan Osteoporosis

1. Anjurkan penderita untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara kekuata,kelenturan dan kordinasi sistem neuromuscular serta kebugaran,sehingga dapat mencegah resiko terjatuh.Berbagai latihan dapat dilakukan seperti berjalan 30-60 menit per hari,berenang atau bersepeda.

2. Jaga asupan kalsium 1000-1500 mg/hari baik melalui asupan makanan atau suplementasi.

3. Hindari merokok dan minum alcohol.

4. Diagnosis dini dan terapi yang tepat terhadap difesiensi testosterone pada laki laki dan menopause pada wanita.

5. Kenali berbagai penyakit dan obat obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis.

6. Hindari mengangkat barang barnag yang berat pada penderita yang sudah pasti osteoporosis.

7. Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita terjatuh.

8. Hindari defisiensi vitamin D,terutama pada orang yang kurang terpajan matahari atau pada penderita dengan fotosensifitas.

9. Hindari peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan natrium sampai 3 gram/hari untuk meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal. (Aru W. Sudoyo dkk, 2006)2.7 Pengaruh Menopause terhadap Osteoporosis

Sesudah menopause, hampir tidak ada estrogen yang disekresi oleh ovarium. Kekurangan estrogen ini akan menyebabkan (1) meningkatnya aktivitas osteoklastik pada tulang,(2) berkurangnya matriks tulang, dan (3) berkurangnya deposit kalsium dan fosfat tulang. Pada beberapa wanita, efek ini sangat hebat hingga menyebabkan osteoporosis. Karena osteoporosis dapat sangat melemahkan tulang dan menyebabkan fraktur tulang, khususnya fraktur tulang vertebra, (Guyton dkk, 2008)Penurunan kepadatan tulang pada wanita pascamenopause terjadi karena indung telur mengalami penurunan dalam produksi hormon estrogen. Penurunan produksi hormon estrogen akan diikuti dengan meningkatnya kalsium yang terbuang dari tubuh seorang wanita (Perry and OHanlan, 2003). Hal ini secara berangsur akan menyebabkan penurunan kepadatan tulang atau terjadi pengurangan dalam massa jaringan tulang per unit volum (g/cm2), sehingga tulang menjadi tipis, lebih rapuh dan mengandung sedikit kalsium atau tulang semakin keropos. Proses pengeroposan tulang ini disebut osteoporosis (Murden, 1994). Penurunan kepadatan tulang dengan risiko osteoporosis pada wanita meningkat secara nyata di usia 50 tahun yaitu sekitar usia menopause (Reitz, 1993).4