7. analisis pengaruh leverage keuangan, profitabilitas dan cash position terhadap devidend payout...

24
ANALISIS PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN, PROFITABILITAS DAN CASH POSITION TERHADAP DEVIDEND PAYOUT RATIO (Studi Empiris pada Perusahan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)/ THE EFFECT OF FINANCIAL LEVERAGE, PROFITABILITY AND CASH POSITION ON DEVIDEND PAYOUT RATIO (An empirical study on the companies which are listed at Indonesian Stock Exchange) Oleh Suryani Paulus Wardoyo Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Abstrak Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari financial leverage, profitabilitas dan posisi kas terhadap deviden payout ratio, dari perusahaan yang melakukan go public dan terdaftar di BEI. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 perusahaan, sedangkan pemilihan responden/sampel dilakukan secara purposive sampling. Dari hasil pengujian terhadap semua variable menunjukan bahwa tidak satupun dari ketiga variable independen yang berpengaruh terhadap DPR. Disamping itu, Koefisien determinasi dari penelitian ini hanya mencapai sebesar 1,5 %. Kata kunci : finasial leverage, profitabilitas, posisi kas dan dividend payout ratio. Abstract The purpose of this study is to analysis the effect of financial leverage, profitability and cash position on devident payout ratio. The object of the study are the companies which are listed in Indonesian Stock Exchange. Total sample is 21 companies and purposive sampling is used. Conclusion of the study shown that all independen variable have no effect to DPR. Keyword : financial leverage, profitability, cash position and dividend payout ratio. Latar Belakang Tujuan utama dari investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa pendapatan deviden (deviden yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Ross (1997) mendefinisikan deviden sebagai pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Pembayaran deviden dalam bentuk tunai (kas) lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran deviden tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya di dalam perusahaan.

Upload: rikaa-santika-yulianti

Post on 21-Oct-2015

116 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jural keuangan

TRANSCRIPT

Page 1: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

ANALISIS PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN, PROFITABILITAS DAN CASH POSITION TERHADAP DEVIDEND PAYOUT RATIO

(Studi Empiris pada Perusahan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)/ THE EFFECT OF FINANCIAL LEVERAGE, PROFITABILITY AND CASH POSITION

ON DEVIDEND PAYOUT RATIO (An empirical study on the companies which are listed at Indonesian Stock Exchange)

Oleh

Suryani Paulus Wardoyo

Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Abstrak

Tujuan studi ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari financial leverage, profitabilitas dan posisi kas terhadap deviden payout ratio, dari perusahaan yang melakukan go public dan terdaftar di BEI. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 21 perusahaan, sedangkan pemilihan responden/sampel dilakukan secara purposive sampling. Dari hasil pengujian terhadap semua variable menunjukan bahwa tidak satupun dari ketiga variable independen yang berpengaruh terhadap DPR. Disamping itu, Koefisien determinasi dari penelitian ini hanya mencapai sebesar 1,5 %. Kata kunci : finasial leverage, profitabilitas, posisi kas dan dividend payout ratio.

Abstract The purpose of this study is to analysis the effect of financial leverage, profitability and cash position on devident payout ratio. The object of the study are the companies which are listed in Indonesian Stock Exchange. Total sample is 21 companies and purposive sampling is used. Conclusion of the study shown that all independen variable have no effect to DPR. Keyword : financial leverage, profitability, cash position and dividend payout ratio.

Latar Belakang

Tujuan utama dari investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk

mencari pendapatan atau tingkat pengembalian investasi (return) baik berupa pendapatan

deviden (deviden yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya

(capital gain). Ross (1997) mendefinisikan deviden sebagai pembayaran kepada pemilik

perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai.

Pembayaran deviden dalam bentuk tunai (kas) lebih banyak diinginkan investor daripada dalam

bentuk lain, karena pembayaran deviden tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor

dalam aktivitas investasinya di dalam perusahaan.

Page 2: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Dalam hubungannya dengan pendapatan deviden, para investor umumnya menginginkan

pembagian deviden yang relatif stabil, karena dengan stabilitas deviden dapat meningkatkan

kepercayaan investor dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan, sehingga mengurangi

unsur ketidakpastian dalam investasi (Ang, 1997). Di sisi lain perusahaan yang akan

membagikan deviden diharapkan pada berbagai macam pertimbangan anatara lain perlunya

menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana

perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan

dengan rasio pembayaran deviden yang berhubungan dengan kebijakan deviden.

Kebijakan deviden kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang

terlibat di masyarakat (Suherli,2004). Bagi para pemegang saham atau investor, deviden kas

merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan

perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, deviden kas merupakan arus kas keluar yang

mengurangi kas perusahaan. Perushaan yang memiliki kemampuan membayar deviden

diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Namun pertimbangan

menjadi semakin rumit apabila kepentingan berbagai pihak diakomodasi. Di satu sisi ada pihak

yang cenderung berharap pembayaran deviden lebih besar atau sebaliknya. Sederhan saja,

umumnya pihak manajemen menahan kas untuk melunasi hutang atau meningkatkan investasi.

Maksudnya pengurangan hutang akan mengurangi cash outflow berupa interest expanse dan

investasi dapat memberikan pengembalian berupa cash inflow bagi perusahaan.

Beberapa penelitian tentang faktor penentu kebijakan deviden telah dilakukan antara lain

Partingthon (1989) (dalam Sunarto dan Andi kartika 2003) dalam penelitiannya menunjukkan

beberapa variable yang mempengaruhi penentuan deviden yaitu profitabilitas, stabilitas deviden

dan earning, likuiditas dan cash flow, investasi dan pembiayaan. Kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba merupkan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar

deviden, sehungga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap deviden (Litner,

1956 dalam Parthington, 1989). Bukti empiris yang menghubungkan profitabilitas dengan dviden

dilakukan oleh Brittain, (1966) (dalam Parthington, 1989) menunjukkan bahwa profit sebagai

proksi variable cash flow secara signifikan berpengaruh positif terhadap deviden. Tetapi hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Damayanti dan Achyani (2006) yang menyatakan

Page 3: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

bahwa tidak ada satu variabelpun yang berpengaruh secara signifikan terhadap Devidend Payout

ratio dan penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sunarto dan Kartika (2003).

Parthington (1989) (dalam Sunarto dan Andi Kartika, 2003) menunjukkan bahwa stabilitas

deviden dan earning merupakan variable yang mempengaruhi preferensi investor untuk

memperoleh deviden dimasa yang akan mendatang. Sementara variable likuiditas dan investasi

berada pada peringkat bawahnya setelah variable stabilitas deviden dan earning yang

berpengaruh terhadap pendapatan deviden dimasa yang akan datang (Brittain, 1966 dalam

parthingtin, 1989). Sedangkan variabel pembiayaan (eksternal finance) dianggap sebagai kendala

para manager terhadap pembayaran deviden sehungga para manajer cenderung tidak

mempertimbangkan pembiayaan pada saat pembayaran deviden.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Sutrisno (2001) menyatakan bahwa variabel

independen cash position dan debt to equity ratio(DER) berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Hal ini disebabkan karena penentu dividend payout ratio secara teoritis sangat erat berhubungan

dengan posisi kas perusahaan, jumlah kewajiban, dan besarnya laba ditahan. Penelitian dilakukan

terhadap variabel cash position, growth potential, firm size, debt to equity ratio, profitability, dan

dividend payout ratio. Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Sudarsi

(2002) dan Lisa Marlina dan Clara Danica (2009) yang menyatakan bahwa Cash Position tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengenai factor-faktor yang mempengaruhi Deviden

Payout Ratio terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian atau Reaserch Gap Berdasarkan

fenomena gap maka perumusan masalah penelitiannya adalah “Apakah Pembiayaan,

Profitabilitas, Cash Position secara signifikan berpengaruh terhadap kebijakan Deviden

Payout Ratio pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2007-2009”. Berdasrkan laporan keuangan variable-variabel tersebut dapat diidentifikasi

sebagai berikut: (1) Pembiayaan ( terutama yang diperoleh dari utang jamgka panjang plus

hutang jangka pendek yang diukur dengan rasio leverage), (2) Profitabilitas (diukur dengan laba

bersih setelah pajak), dan (3) Cash Position.

Page 4: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Kebijakan Deviden

Dividen merupakan pembayaran dari perusahaan kepada para pemegang saham atas

keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan

pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan

dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001).

Robert Ang (1997) menyatakan bahwa deviden merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan

setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai cadangan

bagi perusahaan. Menurut Hanafi (2004), deviden merupakan kompensasi yang diterima oleh

pemgang saham di samping capital gains. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang

saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.. cadangan yang di ambil dari Earning After Tax

(EAT) dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari modal yang

ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal

yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru seperti rights dan warran.

Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan deviden yang akan dibagikan diputuskan

dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurut Brigham (1983) menyebutkan ada tiga teori dari peferensi investor yaitu:

1. Devidend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden

tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini

mengikuti pendapat Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan

tidak ditentukan oleh besar kecilnya Deviden Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh

laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan deviden

sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalan.

Peryataan Modigliani Miller ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah

seperti:

a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.

b. Tidak ada baiaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.

c. Tidak ada pajak.

d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.

11

Page 5: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Dalam kenyataannya:

a. Pasar modal yang sempurna sulit ditemukan.

b. Biaya emisi saham baru pasti ada.

c. Pajak merupakan sesuatu hal yang pasti ada.

d. Kebijakan investasi perusahaan senantiasa berubah.

2. The Bird in the hand theory, Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa biaya modal

sendiri akan naik jika Devidend Payout Ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih

suka menerima deviden daripada capital gains. Menurut mereka, investor memandang

devidend yield lebih pasti daripada capital gain yield. Pertimbangannya adalah Devidend

Yield (D1/Po) adalah lebih pasti daripada capital gain yield (g). perlu diingat bahwa dilihat

dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan yang

disyaratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari deviden (dividend yield)

ditambah keuntungan dari capital gain.

Modigliani dan Miller menganggap bahwa argument Gordon dan lintner ini merupakan

suatu kesalahan menggunakan istilah “The Birtd in the Hand Fallacy”. Menurut Modigliani

Miller, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan deviden uang diterima pada

perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.

Kritik atas teori tersebt dengan menunjukkan bahwa biaya emisi saham baru akan

mempengarui nilai perusahaan. Modal sendiri bias berasal dari laba ditahan, biaya modal

adalah Ks, tapi bila berasal dari emisi saham baru, biaya modal adalah Ke.

D1

Ks = --------------------------- + g

Po

D1

Ke = -------------------------- + g

Po (1 – F)

Page 6: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Dimana: Ks : Biaya modal sendiri dari laba ditahan

Ke : Biaya modal dari emisi saham baru

D1 : Deviden setahun mendatang

Po : Harga saham saat ini

g : Pertumbhan deviden/keuntungan

F : Flotation cost atau biaya emisi saham

Jika D1 = Po = g, maka Ke > Ks artinya perusahaan akan lebih suka menggunakan laba

ditahan daripada saham baru.

3. Tax preference theory, teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka

menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gain

maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.

Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada

saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gain rendah daripada saham yang

dividend yield rendah, capital gain tinggi. Jika pajak atas deviden lebih besar dar pajak atas

capital gain, maka perbedaan akan makin terasa.

Jika manajemen percaya bahwa teori “ Deviden tidak relevan’ dari Modigliani Miller adalah

benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar deviden yang harus dibagi.

Jika mereka menganut teori “The Bird in the Hand” mereka harus membagi seluruh EAT

dalam bentuk deviden. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori perbedaan pajak

(Tax Differential Theory), mereka harus menahan seluruh Eat atau DPR = 0%. Jadi ketiga

teori yang tela dibahan mewakili kurtub_kutub ektrim dari teori tentang kebijakan deniden.

Sayangnya tes secara empiris belum memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana

yang paling benar.

4. Teori “ Signaling Hepotesis”

Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan deviden, sering diikuti dengan kenaikan harga

saham./ sebaliknya penurunan deviden pada umumnya menyebabkan harga saham turun.

Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai deviden

Page 7: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

daripada capital gain. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan deviden yang diatas

diasanya merupakan suatu “sinyal” kepada para investor baha manajemen perusahaan

meramalkan suatu penghasilan yang baik deviden masa mendatang. Sebaliknya, suatu

penurunan deviden atau kenaikan deviden yang dibawah kenaikan nprmal(biasanya)

diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit deviden

waktu mendatang.

Seperti teori deviden yang lain, teori ‘Signaling Hypotesis” ini juga sulit dibuktikan secara

empiris, adalah nyata bahwa perubahan deviden mengandung beberapa informasi. Tapi sulit

dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan

deviden semata-mata disebabkan oleh efek “sinyal” atau disebabkan preferensi terhadap

deviden.

Tujuan pembagian deviden adalah : a) Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para

pemgang saham. Hal ini karena sebagian investor menanamkan danannya dipasar modal untuk

memperolehdeviden dan tingginya deviden yang dibayarka akan mempengaruhi harga saham.

Para investor percaya bahwa tingginya deviden yang dibayarkan berarti bahwa prospek

perusahaan dimasa yang akan dating bagus. b) Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan.

Dengan dibayarkannya deviden, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus. c)

Sebagian investor memandang bahwa resiko deviden lebih rendah disbanding resiko capital gain.

d) Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan

untuk keperluan konsumsi. e) Deviden dapat digunakan sebagai alat komunikasi abtara manajer

dan pemegang saham. Informasi secara keseluruhan tentang kondisi intern perusahaan sering

tidak diketahui oleh investor sehungga melalui deviden pertumbuhan perusahaan dan prospek

perusahaan bisa diketahui.

Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham ditinjau dari bentuknya ada 2 (dua)

macam, yaitu (Ang, 1997) :

1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Merupakan bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan

kepada pemegang saham dalam bentuk cash (tunai). Tujuan dari pemberian dividen dalam

bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham dibursa efek, yang juga merupakan

return dari para pemegang saham. Dividen tunai (cash dividend) umunya lebih menarik

Page 8: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

bagi para pemgang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend). Yang

perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya

dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen

tersebut.

2. Dividen Saham (Stock Dividend) Merupakan bagian keuntungan perusahaan yang

dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham. Pemberian stock dividen

tambahan sering dimaksudkan untuk menahan kas untuk membiayai aktivitas perusahaan

yang dihubungkan dengan pertumbuhan perusahaan.

Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham ditinjau dari jumlah yang

dibayarkan, terdiri dari (Ang, 1997) :

a. Kebijakan Dividen yang Stabil, Artinya jumlah dividen per lembar saham (DPS) yang

dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun laba per

lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. Beberapa alasan yang mendorong perusahaan

menjalankan kebijakan dividen tersebut antara lain karena, (a) akan memberikan kesan

kepada para pemodal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa

mendatang dan (b) adanya golongan pemodal tertentu yang menginginkan kepastian

dividen yang akan dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal Ditambah Dividen Ekstra.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap

tahunnya, dan jika terjadi peningkatan laba secara drastis atau keadaan keuangan yang

lebih baik maka jumlah tersebut ditambah lagi dengan dividen ekstra.

c. Kebijakan Dividen yang Konstan. Berarti jumlah dividen per lembar saham yang

dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan laba bersih

yang diperoleh setiap tahunnya. Hal ini berarti dividen dianggap mempunyai isi informasi

sebagai indikator prospek perusahaan (membaik atau memburuk), maka perubahan

kebijakan dividen akan meningkatkan atau menurunkan harga saham hanya apabila hal

tersebut ditafsirkan sebagai terjadinya perubahan prospek perusahaan. Pembayaran

dividen akan menjadi alat monitoring sekaligus bonding bagi manajemen (Copeland dan

Weston, 1992). Pembagian dividen akan membuat pemegang saham mempunyai

tambahan return selain dari capital gain. Dividen juga membuat pemegang saham

mempunyai kepastian pendapatan dan mengurangi agency cost of equity karena tindakan

18

Page 9: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

perquisites, yaitu tindakan yang memunculkan biaya yang dikeluarkan tidak untuk

kepentingan perusahaan, karena internal cash flow akan diserap untuk membayar dividen

bagi pemegang saham.

Didalam pembayaran dividen oleh emitten, emitten selalu mengumumkan secara resmi

jadwal pelaksanakan pembayaran dividen tersebut, baik dividen tunai maupun dividen saham.

Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan didalam pembayaran dividen adalah (Ang, 1997 ) :

1. Tanggal Deklarasi ( Declaration Date ), Merupakan tanggal resmi pengumuman oleh

emitten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang dilakukan.

2. Tanggal Pencatatan ( Date of Record ), Pada tanggal ini perusahaan melakukan

pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar

pemegang saham diberikan hak sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada

tanggal pendaftaran tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.

3. Tanggal Eks-Dividen ( Ex Dividen Date ), Tanggal dimana perdagangan saham tersebut

tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen.

4. Tanggal Pembayaran ( Payment Date ), Tanggal ini merupakan saat pembagian dividen

oleh perusahaan kepada pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi

pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk

dividen yang telah diumumkan oleh emitten (dividen tunai maupun deviden saham)

Menurut Husnan (1996) kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang

menjadi hak para pemegang saham, dan laba tersebut biasa dibagi sebai deviden atau laba yang

ditahan untuk di investasikan kembali. Sedangkan Riyanto (1995), mendefinisikan kebijakan

deviden bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan

pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai deviden atau untuk digunakan

didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan dalam perusahaan. Menurut Kolb

(1983), kebijakan dividen penting karena 2 (dua) alasan, yaitu: 1) Pembayaran dividen mungkin

akan mempengaruhi harga saham. 2) Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya

merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan

perusahaan.

Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan perusahaan yang agak

kontroversial. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen

Page 10: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan dividen yang harus

dipilih. Kebijakan dividen perlu dianalisa dan diputuskan dengan lebih bijaksana, karena apabila

dividen dibagikan kepada pemegang saham, maka hal ini akan mengurangi besarnya dana

internal yang akan dipakai untuk memperluas operasi perusahaan. Dampak lebih jauh adalah

pertumbuhan perusahaan akan menurun, sedangkan apabila dividen tidak dibagikan bisa jadi

pemegang saham mempersepsikan bahwa perusahaan tersebut kekurangan dana yang selanjutnya

menyebabkan harga sahamnya akan turun.

Dengan demikian, kebijakan dividen harus dibuat dengan lebih bijaksana dalam

kaitannya dengan struktur modal perusahaan. Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai

landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan

pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu.

Beberapa kendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam membagikan dividen adalah:

a. Kas yang Tidak Mencukupi, Dana perusahaan yang likuid harus dikaitkan dengan utang-

utang dan persediaan, jika tidak maka perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas

pada saat perjanjian telah ditetapkan.

b. Hambatan Kontrak, Karena kesulitan likuiditas atau pembiayaan, kreditur mungkin

mensyaratkan pembatasan dividen sehubungan dengan perjanjian utang yang telah dibuat.

Dalam kondisi seperti ini perusahaan akan menyetujui kontrak pembatasan dividen untuk

menahan labanya agar dapat meningkatkan modalnya (Debt to Equity Ratio) dan agar

dapat meningkatkan likuiditas perusahaan dalam pembayaran bunga yang telah ditetapkan.

c. Aspek Legal, Pembayaran dividen dapat dikaitkan dengan persyaratan tertentu, misalnya

batasan laba ditahan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pembayaran dividen agar

perusahaan tidak menyesatkan investor karena informasi yang dikandung oleh dividen

akan memberikan tanda bagi para investor. Informasi tersebut akan digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan transaksi jual beli saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perusahaan dalam menentukan keputusan bahwa perusahaan akan membayarkan dividend

dan tidak akan menahan laba antara lain (Weston dan Copeland, 1997) :

1. Undang- Undang, Mengenai peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa dividen

dapat dibayar dari laba saat ini atau laba tahun lalu. Adanya larangan pengurangan

modal untuk membayar dividen, hal ini dimaksudkan untuk melindungi pemberi

Page 11: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

kredit. Peraturan kepailitan yang menyatakan bahwa jika perusahaan membayar

dividen pada kondisi pailit artinya dana tersebut berasal dari pemberi kredit bukan

dari laba bersih.

2. Posisi Likuiditas, Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang

dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu biasanya sudah

diinvestasikan dalam bentuk pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya,

dengan kata lain laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi meskipun suatu

perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat

membayar dividen karena posisi likuiditasnya.

3. Kebutuhan Pelunasan Hutang, Apabila perusahaan mengambil hutang untuk

membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan lain, perusahaan

menghadapi dua pilihan. Pilihan tersebut adalah perusahaan dapat membayar hutang

itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga lain, atau

perusahaan dapat memutuskan untuk melunasi hutang tersebut. Jika keputusannya

adalah membayar hutang tersebut maka ini biasanya perlu penahanan laba.

4. Pembatasan Dalam Perjanjian Hutang, Dividen pada masa yang akan datang hanya

dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah perjanjian hutang (jadi dividen tidak

dapat dibayar dari laba tahun-tahun lalu). Dividen tidak dapat dibayarkan apabila

modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) dibawah suatu jumlah yang

telah ditentukan. Perjanjian hutang, khususnya hutang jangka panjang seringkali

membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

5. Tingkat Ekspansi Aktiva, Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin

besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Jika kebutuhan dana

dimasa depan semakin besar, maka perusahaan cenderung untuk menahan laba

daripada membayarnya.

6. Tingkat Laba, Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan

relative untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen kepada para pemegang

saham atau menahan laba tersebut yang digunakan untuk keperluan perusahaan.

7. Stabilitas Laba, Suatu perusahaan yang memiliki laba stabil seringkali dapat

memperkirakan berapa besar laba dimasa yang akan datang. Perusahaan seperti ini

biasanya cenderung membayar dividen dengan persentase yang lebih tinggi daripada

23

Page 12: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin

apakah laba yang diharapkan pada tahuntahun yang akan datang dapat tercapai

sehingga perusahaan akan lebih cenderung menahan sebagian besar laba saat ini.

Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah untuk dibayarkan apabila laba menurun

pada masa yang akan datang.

8. Akses ke Pasar Modal, Perusahaan yang besar dan telah berjalan baik serta

mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah

ke pasar modal. Sedangkan perusahaan yang baru, kecil dan bersifat mencoba akan

lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan

perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan

terbatas dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk

membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi

tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau

perusahaan yang baru.

9. Kendali Perusahaan, Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk

mempertahankan kendali perusahaan, akan memperkecil pembayaran dividen.

10. Posisi Pemegang Saham sebagai Pembayar Pajak, Posisi pemilik perusahaan sebagai

pembayar pajak akan sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh dividen.

11. Pajak Atas Laba yang Diakumulasikan Secara Salah, Untuk mencegah pemegang

saham yang hanya menggunakan perusahaan sebagai perusahaan penyimpan uang

yang dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi,

peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap

penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.

Setyawan (1995) mengelompokkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan

pembagian dividen menjadi 2 faktor, yaitu :

a. Faktor Internal, Faktor internal adalah faktor dari dalam perusahaan yang

mempengaruhi kebijakan pembagian dividen, misalnya: likuiditas perusahaan, tingkat

laba, dan kemampuan untuk meminjam dana.

b. Faktor Eksternal, Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar

perusahaan, misalnya: pajak atau capital gain, akses ke pasar modal dan peraturan yang

berlaku.

Page 13: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan anatara dividend per share dengan earning

per share (Ang, 1997). DPR merupakan presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan

kepada para pemegang saham sebagai cash dividend (Riyanto, 1995).

Rasio pembayaran dividen (dividend payot ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi

dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini

menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham yang berupa

dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan

dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil.

Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal

tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun,

dengan lebih memilih membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan

kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan terus menanamkan

sahamnya untuk perusahaan tersebut.

Menurut Yuniningsih (2002) Dividen Payout Ratio (DPR) dapat dirumuskan sebagai

berikut :

DPS

DPR = ------------

EPS

Dimana:

DPS : Dividend Per Share

EPS : Earning Per Share

Leverage Keuangan

Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya (Weston

Copeland, 1996). Struktur keuangan terdiri terdisri dari hutang jangka pendek, hutang jangka

panjang dan modal pemegang saham. Struktur modal adalah pembiayaan permanent yang terdiri

Page 14: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Pembiayaan ini

terutama dana yang diperoleh dari hutang jangka panjang plus hutang jangka pendek yang diukur

dengan rasio leverage (Sunarto dan Kartika, 2003). Laverage merupakan istilah yang digunakan

perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam memenuhi seluruh kewajiban

financial suatu perusahaan. Faktor hutang mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam

pembayaran deviden pada shareholder. Dalam penelitian ini laverage diukur dengan

menggunakan rasio Debt to Total Asset (DTA). DTA merupakan rasio antara total hutang (total

debt) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt)

terhadap total aktiva (total asset) baik aktiva lancer (current asset) maupun aktiva tetap (fixed

asset) dan aktiva lainnya (other asset) (Sunarto dan Kartika, 2003).

Total Hutang

DTA = ------------------------

Total Asset

Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat keuntunag bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada

saat menjalankan operasinya (Srisudarsi, 2002). Faktor ini juga memiliki pengaruh terhadap

kebijakan deviden. Deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan. Oleh

karena itu deviden akan dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah

perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu

deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi Deviden Payout Ratio.

Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin

besar sebagai deviden. Dalam penelitian ini profitalitas di ukur dengan rasio Return On

Invesment (ROI), yaitu rasio perbandingan antara Erning After Tax (EAT) dengan Total

Investasi.

EAT ROA = ------------------------

Total Investasi

Page 15: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Cash Position

Cash position atau posisi kas merupakan rasio akhir tahun dengan earning after tax

(EAT) (Sri Sudarsi, 2002). Sutrisno (2001) menyatkan bahwaa posisikas suatu perusaaan

merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan untuk menentukan

besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Deviden merupakan cash

out flow, dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan semakin besar kemampuan

untuk membayar deviden (Riyanto, 2001:2002). Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan

anatara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (Sutrisno, 2001). Sehingga Cash

Position (CP) dapat di rumuskan sebagai berikut:

Saldo kas akhir

Cash Position = --------------------------------------

EAT

Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Devidend Payout Ratio

Pembiayaan ini terutama dana yang diperoleh dari utang jangka panjang plus utang

jangka pendek, yang diukur dengan rasio leverage ( Sunarto dan Kartika, 2003). Leverage

merupakan istilah yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam

memenuhi seluruh kewajiban financial suatu perusahaan. Faktor hutang mempengaruhi

kebijakan perusahaan dalam pembayaran dividen pada shareholder. Dalam penelitian ini

leverage menggunakan rasio Debt to Total Asset (DTA). DTA merupakan rasio antara total

hutang (total debt) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang

(long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current asset) maupun

aktiva tetap (fixed asset) dan aktiva lainnya (other assets).

Rasio ini menunjukan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang

digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar

rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak

Page 16: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar

oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga makin

besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena

sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar,

maka profitabilitas (Earning After Tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk

membayar bunga), maka hak para pegang saham (deviden) juga semakin berkurang (menurun).

Teori ini didukung oleh Parthington (1989) dalam (Sunarto dan Kartika, 2003) yang

menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran deviden yang

semakin rendah. Dengan kata lain DTA berpengaruh negatif terhadap deviden. Sementara

Pujiono (2002) meneliti tentang ”dampak kebijakan deviden terhadap harga saham pada waktu

ex-devidend day” menunjukkan bahwa leverage yang diukur dengan debt to equity ratio terbukti

bahwa untuk sampel di Indonesia, leverage berpengaruh positif terhadap harga saham pada

waktu ex-deviden day.

Berdasarkan teori dan uraian tersebut maka dapat diajukan hipotesis aternatif kesatu:

H 1 : Pembiayaan memiliki pengaruh negatif terhadap Devidend Payout Ratio.

Pengaruh Pofitabilitas terhadap Devidend Payout Ratio

ROI merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktifa tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI menunjukkan

kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar

(Sunarto dan Kartika, 2003). Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh

investor dapat berupa pendapatan deviden dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya

ROI juga akan meningkatkan pendapatan deviden.

Sebagaiumana lazimnya pengukuran ROI didapat dari Earning After Tax (EAT) dan total

investasi aktiva operasi. Besarnya EAT diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan total

investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aktiva tetap (bersih) yang digunakan

untuk aktivitas operasi yang tercermin dalam laporan neraca (sisi aktiva/asset) (Sunarto dan

Kartika, 2003).

Page 17: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Parthington (1989) dalam (Sunarto dan Kartika(2003) menunjukkan bahwa variabe

investasi yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi dapat digunakan untuk memprediksi

kebijakn deviden kas. Apabila potensi profitabilitas makin meningkat maka kemampuan

perusahaan untuk membayar deviden kepada pemegang saham makin terbatas sehingga rasio

pembayaran deviden semakin rendah (Sri Sudarsi, 2002). Florentina (2001) dalam (Damayanti

dan Achyani, 2006) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap

deviden payout ratio.

Berdasarkan teori dan uraian tersebut maka dapat diajuka hipotesis alternatif kedua:

H 2 : Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap Devidend Payout Ratio.

Pengaruh Cash Positions terhadap Devidend Payout Ratio

Cash position atau posisi kas merupakan rasio akhir tahun dengan earning after tax

(EAT) (Sri Sudarsi, 2002). Sutrisno (2001) menyatkan bahwa posisi kas suatu perusaaan

merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan untuk menentukan

besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Bagi perusahaan yang

memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin kuat kemampuannya untuk membayar

deviden. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga

pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden. Deviden merupakan cash

out flow, dengan demikian makin kuatnya posisi kas perusahaan akan semakin besar

kemampuan untuk membayar deviden.

Sri Sudarsi (2002) menenunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai posisi kas yang

tinggi akan berdampak positif terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar deviden kepda

pemegang saham untuk membayar deviden kepada pemegang saham yang lebih tinggi sehingga

rasio pembayaran deviden juga tinggi. Teori ini juga didukung Sutrisno (2001) yang

menyatakan bahwa semakin tinggi posisi kas suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula

kemampuannya untuk membayarkan deviden.

Berdasarkan teori dan uraian tersebut maka dapat diajuka hipotesis alternatif ketiga:

H 3 : Cash position memiliki pengaruh positif terhadap Devidend Payout Ratio.

Page 18: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Dengan melihat dari dasar teori yang telah diuraikan sebelumnya dan penelitian-

penelitian terdahulu, maka variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

devidend payout ratio, pembiayaan, profitabilitas, dan cash positions. Sehingga kerangka

pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2.1 berikut ini:

GAMBAR 1

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Leverage Keuangan (DTA) H1

Profitabilitas (ROI) H2 Devidend Payout Ratio (DPR)

Cash Position (CP) H3

Sumber: Teori yang di kembangkan untuk penelitia

Page 19: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi

adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat atau kepentingan yang sama (

Hadi, 2001). Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau obyek yang memiliki kesamaan

dalam satu atau beberapa hal dan membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus (Santoso

dan Tjiptono, 2001). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia ( BEI ) dalam periode 2007– 2010 sebanyak 21 perusahaan.

No Variabel Definisi Skala Pengukuran

1 DTA Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi total hutang dari total aktiva yang dimiliki perusahaan

Rasio Total Hutang

Total Aset

2 ROI Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dari total investasi yang digunakan oleh perusahaan.

Rasio EAT

Total Investasi

3 Cash Position

Rasio perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak

Rasio Saldo kas akhir

EAT

4 DPR Rasio perbandingan antara dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas dengan laba per lembar saham.

Rasio DPS EPS

Page 20: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan

anggota sampel dengan berdasarkan pada kriteria – kriteria tertentu. Adapun kriteria–kriteria

yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :

1. Perusahaan go pblic yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) sejak tahun 2007.

2. Perusahaan tersebut selalu menyajikan laporan keuangan setiap periode pengamatan.

3. Perusahaan mengalami keuntungan (profit) setiap periode pengamatan.

4. Perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang secara kontinyu

membagikan deviden pada periode 2007 – 2009.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah

data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer

atau pihak lain (Husein Umar,1999:43). Data ini dapat diperoleh dari berbagai macam sumber

(koran, majalah dan bursa efek). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa

laporan keuangan emiten tahunan perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

yang diambil dari buku Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) tahun 2010

Metode Analisis

Analisis Regresi Berganda

Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui

koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah

model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil

penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien.

Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Page 21: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Dimana :

Y = Dividend payout ratio

bo = Konstanta

b1…b4 = Koefisien Regresi

X1 = Pembiayaan (Laverage (DTA))

X2 = Profitabilitas ( ROI )

X3 = Cash Position

Untuk mengetahui apakah model regresi benar – benar menunjukkan hubungan yang

signifikan dan representative atau disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), maka model

tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi, untuk itu dilakukan uji : normalitas,

heteroskedastisitas dan multikolinearitas.

ANALISIS DATA

Deskriptif Statistik variable Penelitian

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, maka Tabel 2 berikut ini akan ditampilkan

karakreistik sampel yang akan digunakan di dalam penelitian ini meliputi jumlah sampel (N),

rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar devisiasi untuk masing-

masing variable.

Tabel 2 Hasil Analisis Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SQDPR 63 .07 1.55 .5587 .22732

SQDTA 63 .35 .87 .6568 .13454

SQROI 63 .10 .63 .3022 .10672

SQCP 63 .18 3.98 1.3797 .78121

Valid N (listwise) 63

Sumber: data sekunder yang di olah

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 2 diatas diketahui bahwa rasio Deviden

Payout Ratio (DPR) diperoleh rata-rata sebesar 0,5587. hal ini berati bahwa rata-rata kebijakan

pembagian deviden tunai sebesar 0,5587 (55,87%) dari laba perlembar saham yang diperoleh

perusahaan. Nilai maximum sebesar 1,55 (155%) yang berarti bahwa deviden tertinggi dari

Page 22: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

perusahaan sampel dapat mencapai 155% dari laba per lembar saham yang diperoleh perusahaan.

Sedangkan nilai minimum DPR adalah 0,07(7%) dari laba perlembar saham yang diperoleh

Rasio Pembiayaan Debt to Total Asset (DTA) yang merupakan rasio total hutang dengan

total asset perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,6568 (65,68%). Hal ini berati

bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 0,6568 kali lebih besar dari total

asset yang dimiliki perusahaan. Nilai maximumnya sebesar 0,87 kali yang berarti bahwa sampel

tertinggi memiliki hutang sebesar 0,87 kali dari total asset dan nilai minimumnya sebesar 0,35

kali atau dimilikinya hutang sebesar 0,35 kali dari total asset yang dimiliki perusahaan..

Rasio Profitabilitas Return On Invesment (ROI) manunjukan nilai rata-rata sebesar

0,3022 (30,22%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu mendapatkan

laba bersih sebesar 30,22% dari total asset yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai

minimum yaitu sebesar 0,10 (10%) yang berarti sampel terendah hanya mendapatkan laba bersih

dari seluruh total asset yang dimiliki sebesar 10% dan nilai maximum diketahui sebesar 0,63

(63%).

Rasio Cash Position yang merupakan rasio perbandingan antar saldo kas akhir tahun

dengan laba bersih setelah pajak perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar

1,3797(1,3797%). Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki saldo kas akhir

sebesar 1,3797 kali dari EAT yang dihasilkan perusahaan. Nilai maximum sebesar 3,98 kali yang

berati bahwa sampel tertinggi saldo kas akhir sebesar 3,98 kali dari EAT yang di hasilkan

perusahaan dan nilai minimumnya sebesar 0,18 kali.

Uji Normalitas Data

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan telah terdistribusi normal.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode

yang lebih akurat untuk menguji normalitas adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov, yaitu

dengan melihat angka profitabilitas signifikan dimana data dapat disimpulkan berdistribusi

normal jika angka signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Page 23: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Tabel 3 Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Zscore (SQDPR)

Zscore (SQDTA)

Zscore (SQROI)

Zscore (SQCP)

N 57 57 57 57

Normal Parametersa,,b Mean -.0859081 -.0179510 -.0733163 -.0671787

Std. Deviation .77724460 1.03274144 .80734201 .82783889

Most Extreme Differences

Absolute .160 .134 .103 .129

Positive .103 .077 .103 .129

Negative -.160 -.134 -.050 -.088

Kolmogorov-Smirnov Z 1.211 1.013 .780 .976

Asymp. Sig. (2-tailed) .106 .257 .577 .297

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: data sekunder yang di olah

Dari Tabel uji Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat bahwa angka signifikansi uji

Kolmogrov-smirnov Zscore (SQDPR) sebesar 0,106, Zscore (SQDTA) sebesar 0,257, Zscore

(SQROI) sebesar 0,577 dan Zscore(SQCP) sebesar 0,297 diatas nilai signifikan 0,05, sehingga

dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara normal.

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan

adanya kolerasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat diketahui dari nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF) dimana nilai tolerance mendekati 0,1 dan nilai VIF di atas 10

(Ghozali,2001).

Page 24: 7. Analisis Pengaruh Leverage Keuangan, Profitabilitas Dan Cash Position Terhadap Devidend Payout Ratio

Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.071 .104 -.684 .497

Zscore(SQDTA) .101 .115 .134 .882 .382 .759 1.317

Zscore(SQROI) .223 .171 .232 1.303 .198 .556 1.798

Zscore(SQCP) -.055 .156 -.058 -.350 .727 .640 1.562

a. Dependent Variable: Zscore(SQDPR)

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa semua variabel yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki tolerance yang lebih dari 0,1 dan nilai VIF yang kurang

dari 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel penelitian tidak menunjukkan adanya gejala

multikolinearitas dalam model regresi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari

satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2001).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada gambar scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Gambar 2 Grafik Scatterplot