7. bab ii wwd harvard ed

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pro gra m Pember anta san Pen yakit Menula r Pengalaman menunjukan bahwa penyakit menular yang terdapat di dalam wil aya h ker ja pus kesmas di Ind one sia dap at dik elom pok an sesu ai sifa t  penyebarannya di dalam masyarakat wilayah tersebut, yaitu: a. Peny akit menular ya ng secara endemi k be rad a di dalam wi lay ah, ya ng  pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, dan dikelompokan dalam  penyaki-penyakit menular potensial wabah, di antaranya: diare, demam  berdarah dengue, malaria (di daerah endemik tinggi), filariasis (di daerah endemik tinggi).  b. Penyakit menular yang berada di dalam wilayah dengan edemisitas yang cuk up tinggi sehing ga jik a tidak dia was i dapat men jadi anca man bag i kesehatan masyara ka t umum. i antaranya: tuberkul osis pa ru, lepra (!orbus "ansen), Patek (#ramboesia), anjing gila (rabies), antraks. c. Peny akit -pe ny akit menular lain ya ng walau pun endemisi tasny a ti dak terlalu tinggi di dalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya dianggap sangat membahayakat masyarakat, maka penyakit-penyakit ini  perlu diawasi keberadaanya, misalnya sifilis (raja singa), gonorhoe (kencing nanah), "I$%&I', hepatitis , I'P& (&war, *++).

Upload: espegeh

Post on 06-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 1/22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Pemberantasan Penyakit Menular

Pengalaman menunjukan bahwa penyakit menular yang terdapat di dalam

wilayah kerja puskesmas di Indonesia dapat dikelompokan sesuai sifat

 penyebarannya di dalam masyarakat wilayah tersebut, yaitu:

a. Penyakit menular yang secara endemik berada di dalam wilayah, yang

 pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, dan dikelompokan dalam

 penyaki-penyakit menular potensial wabah, di antaranya: diare, demam

 berdarah dengue, malaria (di daerah endemik tinggi), filariasis (di daerah

endemik tinggi).

 b. Penyakit menular yang berada di dalam wilayah dengan edemisitas yang

cukup tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat menjadi ancaman bagi

kesehatan masyarakat umum. iantaranya: tuberkulosis paru, lepra

(!orbus "ansen), Patek (#ramboesia), anjing gila (rabies), antraks.

c. Penyakit-penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya tidak 

terlalu tinggi di dalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya

dianggap sangat membahayakat masyarakat, maka penyakit-penyakit ini

 perlu diawasi keberadaanya, misalnya sifilis (raja singa), gonorhoe

(kencing nanah), "I$%&I', hepatitis , I'P& (&war, *++).

Page 2: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 2/22

erbagai cara pencegahan dapat diterapkan salah satunya dengan

membangkitkan kekebalan pada masyarakat melalui pelayanan imunisasi

yang dalam pelaksanaanya diintegrasikan ke dalam program pelayanan

 perorangan seperti I&, /', dan kegiatan imunisasi di luar gedung

 puskesmas (&war, *++0 epkes 1I, 2334).

1. Penyakit menular.

Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent  infeksi atau

toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reser5oir, yang

ditularkan atau ditrasmisikan kepada pejamu atau host   yang rentan

(6otoatmjo, 2337).

2. Kejaian !uar Biasa.

ejadian luar biasa (8) ialah kejadian kesakitan atau kematian yang

menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan

kehebohan%ketakutan di kalangan masyarakat, atau yang menurut

 pengamatan epidemiologi dianggap adanya peningkatan yang berarti

(bermakna) dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut pada

kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. 'ecara operasional

suatu kejadian dapat disebutkan 8 bila memenuhi satu atau lebih

ketentuan-ketentuan berikut:

a. &ngka kesakitan%kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan

menunjukan kenaikan dua kali atau lebih selama tiga minggu berturut-

turut atau lebih.

Page 3: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 3/22

 b. 9umlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di

suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila

dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun

sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut.

c. &ngka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita-penderita

 baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukan

kenaikan dua kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata

 bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama.

d. Case fatality rate dari suatu penyakit menular tertentu dalam suatu

kurun waktu tertentu (hari, minggu, bulan) di suatu kecamatan

menunjukan kenaikan 43 atau lebih bila dibandingkan dengan ;#1 

 penyakit yang sama dalam kurun waktu yang sama periode

sebelumnya di kecamatan tersebut

e.  Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam

satu periode tertentu, dibandingkan dengan  proportional rate

 penderita baru dari penyakit menular yang sama dalam tahun yang

lalu dengan periode yang sama menunjukkan kenaikan dua kali atau

lebih.

f. husus penyakit-penyakit kolera, %''.

i. 'etiap peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut, di suatu

daerah endemik yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.

ii. <erdapatnya satu atau lebih penderita kematian karena penyakit

menular tersebut, di suatu kecamatan yang telah bebas dari

+

Page 4: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 4/22

 penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama = minggu berturut-

turut.

g. &pabila kesakitan%kematian oleh keracunan yang timbul disuatu

kelompok masyarakat.

h. &pabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya tidak 

ada% dikenal. husus untuk kasus &#P (acute flaccid paralysis) dan

tetanus neonatorum ditetapkan sebagai 8 bila ditemukan satu kasus

atau lebih (ustan, 2334).

". #aba$

&dalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat

yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan

yang laim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan

malapetaka sesuai undang-undang 6o.= tahun *+= tentang wabah

 penyakit menular (6otoatmojo, 2337).

%. Program Pen&ega$an

Program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular tidak 

menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan

menberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan imunisasi,

 penyuluhan kesehatan dan pemberantasan 5ector (&war, *++0 epkes

1I, 2334).

*3

Page 5: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 5/22

'. (ara Penularan Penyakit Menular

ikenal beberapa cara penularan penyakit menular, yaitu:

a. Penularan secara kontak, baik secara langsung maupun tidak langsung

 b. Penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar 

c. Penularan melalui 5ektor 

d. Penularan melalui suntikan, transfuse, tindik, tato.

e. Penularan melalui hubungan seksual (6otoatmojo, 23370 epkes 1I,

2334).

). Sur*eilans +,iemiologi Penyakit Menular

'ur5eilans epidemiologi suatu penyakit dapat diartikan sebagai kegiatan

 pengumpulan data%informasi melalui pengamatan terhadap

kesakitan%kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya secara sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk 

 perencanaan suatu program, menge5aluasi hasil program dan sistem

kewaspadaan dini. 'ecara singkat dikatakan pengumpulan data atau

informasi untuk menetukan tindakan (ustan, 2334).

/ntuk dapat memonitor distribusi penyakit menular di dalam masyarakat

wilayah kerja puskesmas, dilakukan pencatatan, peristiwa kesakitan dan

kematian yang diakibatkan oleh penyakit menulat tersebut (ustan, 23340

epkes 1I, 2334).

/ntuk pemantauan penyakit menular tertentu yang menjadi masalah

kesehatan di wilayah puskesmas disajikan dalam P>' !ingguan

Penyakit (contoh P>'?formulir >2@ Penyakit ;ampak, iare, , dll).

**

Page 6: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 6/22

engan penggunaan P>' penyakit secara mingguan ini dapat dikenali

atau diketahui secara dini kenaikan%distribusi suatu penyakit menular 

tertentu menurut tempat (desa), dan waktu adalah minggu (ustan, 23340

epkes 1I, 2334).

B. Program Pen&ega$an an Pemberantasan -iare

1. -einisi -iare

iare adalah perubahan pada konsistensi dan atau frekuensi defekasi

dengan maupun tanpa lendir atau darah. Perubahan yang dimaksud adalah

konsistensi cair atau setengah cair dan peningkatan kandungan air dalam

feses yang lebih banyak dari normal, yaitu lebih dari 233 g atau 233

ml%2= jam pada orang dewasa atau lebih dari *3 g%kg%2= jam pada

anak.  'edangkan yang dimaksud dengan perubahan frekuensi adalah

keluarnya tinja lunak atau cair lebih atau sama dengan 7A%hari (epkes

1I, 23340 epkes 1I, 23**0 'udoyo dkk., 23*3).

iare dapat diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare, mekanisme

 patofisiologi, berat ringannya diare, dan penyebabnya. erdasarkan lama

waktu, diare dibedakan sebagai diare akut, persisten dan kronis. !enurut

>"B diare akut dibedakan dari diare persisten dan diare kronis

 berdasarkan lama berlangsungnya gejala ('etia, 233C0 'udoyo dkk.,

23*3).

iare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari *= hari. iare

 persisten adalah diare akut karena infeksi usus yang karena suatu sebab

 berlangsung lebih atau sama dengan *= hari yang biasa dihubungkan

*2

Page 7: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 7/22

dengan penyakit dasar atau keadaan lain, sedangkan diare kronis adalah

diare yang berlangsung lebih dari *= hari, hilang timbul, yang biasa di

hubungkan dengan infeksi ('etia, 233C0 'udoyo dkk., 23*3).

2. +,iemiologi

iare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di

negara berkembang. Pada tahun 2337 diperkirakan *, juta balita

meninggal karena diare. "al ini menempatkan diare pada peringkat kedua

 penyebab kematian. elapan dari sepuluh kematian akibat diare terjadi

 pada dua tahun pertama kehidupan (epkes 1I, 2334).

i negara berkembang anak berusia di bawah 7 tahun umumnya

mengalami 7 episodik diare setiap tahunnya. &ngka kejadian diare di

Indonesia hingga saat ini masih tinggi yaitu =27 per *333 penduduk untuk 

semua umur, yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. "asil sur5ei

kesehatan rumah tangga ('1<) pada tahun 233= menunjukkan angka

kematian akibat diare adalah 27 per *33 ribu penduduk dan balita sebesar 

4 per *33 ribu balita (epkes 1I, 2334).

". +tio,atogenesis

Penyebab diare dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Infeksi

- Dnteral

*7

Page 8: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 8/22

iare dapat disebabkan oleh bakteri, 5irus, parasit, maupun jamur.

Patogen penyebab diare dapat dirinci seperti pada <abel 2.*.  (Ddi ',

*+++0 epkes 1I, *+++0 'udoyo dkk., 23*3).

<abel 2.*. Patogen yang paling sering ditemukan pada anak diare di negara berkembang

(Ddi ', *+++0 epkes 1I, *+++0 'udoyo dkk., 23*3).

Jenis ,at$ogen S,esies ,at$ogen Persentase kasus

/irus 1ota5irus *4-24

Bakteri Dschericia coli enterotoksigenik 

'higella

;ampylobacter jedesember 

$ibrio cholera

'almonella (non-typi)

Dscherichia coli enteropatogenik 

*3-23

4-*4

*3-*4

4-*3

*-4

*-4

Proto0oa ;ryptosporidium 4-*4

Tiak tera,at

,at$ogen

23-73

- Parenteral

iare dapat disebabkan oleh kuman penyebab otitis media akut,

 pneumonia, tra5elerEs diarrhea, maupun intoksikasi kuman. !akanan

intoksikasi yang dimaksud dapat berupa makanan yang mengandung

toksin Clostridium perfringens,  Bacillus cereu, ataupun beberapa

logam berat. iare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa,

malabsobsi (Ddi ', *+++0 'udoyo dkk., 23*3).

 b. Imunodefisiensi

kondisi imunodefisiensi berupa hipogammaglobulinemia dan

defisiensi Ig & dapat menyebabkan diare (Ddi ', *+++0 'udoyo dkk.,

23*3).

*=

Page 9: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 9/22

c. <erapi obat F <indakan tertentu

<erdapat beberapa obat yang terbukti dapat menyebabkan diare di

antaranya antibiotik, kemoterapi, antasida. 

Gastrektomi dan radiasi

terapi tinggi dapat menimbulkan efek samping berupa diare ('udoyo

dkk., 23*3).

d. 8ain-lain

ondisi lain dapat juga menyebabkan diare, seperti neuropati

anatomik serta faktor psikologis ('udoyo dkk., 23*3).

%. (ara ,enularan iare

iare dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar 

oleh tinja atau cairan muntahan pasien. uman yang terdapat pada feses

dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan

dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang

makanan tanpa dicuci terlebih dahulu. iare pada bayi disebabkan oleh

 puting susu ibu yang kotor. $ektor lalat dapat juga menularkan penyakit

diare (Ddi ', *+++0 6otoatmojo, 23370 ;andra dkk., 23340 'udoyo dkk.,

23*3).

'. Tana -an ejala Klinis -iare

Gejala dan tanda klinis diare dapat ditentukan melalui karakteristik diare

meliputi konsistensi, warna, 5olume, dan frekuensi buang air besar. "al

ini menjadi petunjuk berharga dalam menentukan sumber terjadinya

diare. "ubungan antara karakteristik tinja dengan asal gangguan sumber 

*4

Page 10: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 10/22

diare tercantum pada <abel 2.2. (;andra dkk., 23340 'udoyo dkk., 23*30

epkes 1I, 23**).

<abel 2.2 "ubungan karakteristik tinja dengan sumber diare (;andra dkk., 23340 'udoyo

dkk., 23*3)

Karakter eses Usus $alus Usus besar

Keaaan umum ;air erdarah% mukoid

/olume esar ecil

-ara$ iasanya positif tapi tak kasat

mata

iasanya terlihat secara kasat

mata

Keasaman H 4,4 4,4

Test reuksi apat positif 6egatif  

Sel ara$ ,uti$ H 4 %lapang pandang besar 

 6ormal

*3% lapang pandang besar 

apat leukositosis

rganisme $irus :

1ota5irus

&deno5irus

;alici5irus

&stro5irus

akteri entero toksik 

 E colli

Clostridium perfringens

Cholera sp

Vibrio sp

Parasit :

Giardia sp

Cryptosporidium sp

akteri in5asif :

 E colli

Shigella sp

Salmonella sp

Campylobacter sp

Yersinia sp

 Aeromonas sp

 Plesiominas sp

akteri toksik :

Clostridium difficile

Parasit :

 Entamoeba organisme

). Pemeriksaan Penunjang

/ntuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan

dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini:

a. Pemeriksaan darah tepi: kadar hemoglobin, hematokrit, hitung

leukosit, hitung differensial leukosit. Penting untuk mengetahui berat

ringannya hemokosentrasi darah, dan respons leukosit, contohnya

 pada diare karena Salmonella dapat terjadi neutropenia. Pada diare

karena kuman yang bersifat in5asif dapat terjadi shift to left .

*C

Page 11: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 11/22

 b. Dlektrolit darah, pemeriksaan ini diperlukan untuk mengobser5asi

dampak diare terhadap kadar elektrolit darah.

c. /reum dan kreatinin, diperlukan untuk memonitor adanya gagal ginjal

akut.

d. Pemeriksaan tinja untuk mencari etiologi diare. Pada infeksi bakteri,

ditemukan leukosit pada tinja dapat pula dilakukan pengukuran toksin

Clostridium difficile  pada pasien yang telah mendapatkan terapi

antibiotik dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Pada infeksi parasit

dapat ditemukan telur cacing maupun parasit dewasa. <inja dengan p"

kurang dari sama dengan 4,4 menunjukan adanya intoleransi

karbohidrat yang umumnya terjadi sekunder akibat infeksi 5irus. Pada

infeksi oleh organisme enteroin5asif, leukosit feses yang ditemukan

umumnya berupa neutrofil. <idak ditemukannya neutrofil tidak 

mengeliminasi kemungkinan infeksi organisme enterotoksin dan 5irus.

e. &pabila ditemukan leukosit pada feses, lakukan kultur feses untuk 

menentukan apakah penyebab diare adalah Salmonella, Shigella,

Campilobakter, atau Yersenia.

f. Pemeriksaan serologi untuk mencari amuba.

g. #oto rontgen abdomen untuk melihat morfologi usus yang dapat

membantu diagnosis.

h. 1ectoscopi, sigmoideoscopi dapat dipertimbangkan pada pasien

dengan diare berdarah atau diare akut persisten. Pada pasien &I',

kolonoskopi dipertimbangkan karena ada kemungkinan diare

disebabkan oleh infeksi atau limfoma diarea kolon kanan. iopsi

*

Page 12: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 12/22

mukosa sebaiknya dilakukan bila dalam pemeriksaan tampak 

inflamasi berat pada mukosa.

i. iopsi usus.dilakukan pada diare kronis, atau untuk mencari etiologi

diare pada &I' ('udoyo dkk., 23*3)

3. Tatalaksana

a. Tatalaksana -iare Se&ara Umum

Pada umumnya diare merupakan penyakit swasirna sehingga

dibutuhkan terapi suportif yang dibagi menjadi : tatalaksana penderita

diare di rumah, tatalaksana di sarana pelayanan kesehatan dan

tatalaksana lanjut ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

<atalaksana penderita diare di rumah antara lain:

a. !eningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah sayur,

tajin, larutan garam, dan bila ada berikan oralit

 b. !elanjutkan pemberian makanan lunak yang tidak merangsang

selama diare serta makanan ekstra sesudah diare.

c. 'egera membawa pasien ke puskesmas atau sarana kesehatan lain,

 bila diare tidak membaik dalam tiga hari atau terdapat salah satu

dari tanda berikut:

- uang air besar encer semakin sering dalam jumlah banyak.

- &da muntah yang berulang

- 1asa haus yang nyata

- <idak makan atau minum

- emam yang tinggi

*

Page 13: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 13/22

- &da darah dalam tinja ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

'edangkan tatalaksana di sarana pelayanan kesehatan meliputi :

a. 1ehidrasi oral dengan oralit

 b. !emberikan cairan intra5ena dengan cairan 18 untuk pasien

dengan dehidrasi berat atau tidak dapat minum

c. Penggunaan obat secara rasional

d. 6asihat tentang meneruskan pemberian makanan, rujukan, dan

 pencegahan ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

Pemberian rehidrasi dilakukan secara oral dengan pemberian oralit

dan parenteral dengan cairan laktat. Pemberian obat yang rasional

 pada penderita diare meliputi pengobatan simptomatik dan kausal.

Pengobatan simptomatik yang biasa di berikan adalah antidiare,

antiemetik, dan antipiretik penggunaannya harus mempertimbangkan

risk and benefit  secara matang, karena seringkali mempengaruhi lama

dan perjalanan penyakit ('etia, 233C0 'udoyo dkk., 23*30 epkes 1I,

23**).

Bbat simptomatik antidiare yang masih dianjurkan pada orang dewasa

adalah deri5ate opioid berupa loperamid, di5enoksilat-antropin, dan

tingtur atropine. 8operamid dipilih karena tidak menyebabkan adiksi

dan efek samping minimal. imudsubsalisilat juga dapat digunakan,

namun pada pasien &I' dapat menyebabkan enselopati dismud.

*+

Page 14: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 14/22

Pemberian obat antidiare pada pasien demam harus berhati-hati,

karena bila tidak diikuti pemberian antimikroba, maka akan

memperlama penyembuhan penyakit ('udoyo dkk., 23*3).

'elain deri5at opioid, obat yang mengeraskan konsistensi tinja, seperti

atapulgit, dapat diberikan empat kali per hari, masing-masing dua

tablet. Smectite diberikan tiga kali sehari, masing-masing satu sachet 

setiap pasien diare sampai diare berhenti. Golongan obat lain yang

dapat dipilih adalah antisekretorik berupa hidrasec tiga kali sehari,

masing-masing ('udoyo dkk., 23*3).

Pengobatan kausal dapat diberikan dengan pertimbangan 43-3

diare di Indonesia diakibatkan oleh infeksi. Pemeriksaan leukosit tinja

secara praktis dapat digunakan untuk melihat kemungkinan infeksi

enteral sebagai penyebab diare. 9ika pemeriksaan leukosit tinja

menunjukan jumlah leukosit *3%8P, dapat dianggap penyebab

diare adalah infeksi enteral dan dapat diberikan terapi antibiotika

('udoyo dkk., 23*30 epkes 1i, 23**).

&ntibiotik yang dipilih adalah siproploksasin karena sangat efektif 

mengatasi infeksi campilobakter, shigella, salmonella, yersinia, dan

aeromonas. 'iproploksasin 433 mg diberikan 2 A sehari selama 4

sampai hari. 'ebagai aternatif dapat diberikan kontrimoksaol

(trimetoprim *C3 mg dan sulfametoksaol 33 mg) 2 A sehari. apat

23

Page 15: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 15/22

 pula diberikan eritromisin 243-433 mg = A sehari sedangkan bila

curiga infeksi giardia maka diberikan metronidaol 243 mg 7 A sehari

selama hari ('etia, 233C0 'udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

Patogen spesifik yang harus diterapi dengan antibiotik adalah 5ibrio

colera  dan klostridium dificile. /ntuk mengobati klostridium dificile

diberikan metronidaol per oral 243-433 mg = A sehari selama

sampai *3 hari. 'ebagai alternatif dapat diberikan 5ancomicin, tetapi

lebih mahal ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**)

b. Tatalaksana 4e$irasi ,aa -iare

8angkah-langkah terapi rehidrasi adalah sebagai berikut:

*. <etapkan derajat dehidrasi penderita (lihat <abel 2.7)

2. <etapkan rencana pengobatan sesuai derajat dehidrasi penderita:

i. 1encana terapi & untuk pasien tanpa dehidrasi

ii. 1encana terapi untuk pasien dengan dehidrasi ringan dan

sedang

iii. 1encana terari ; untuk pasien dengan dehidrasi berat ('udoyo

dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

<abel 2.7. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan gejala dan tanda klinis ('udoyo dkk.,

23*3)

Klasiikasi ejala atau tana

-e$irasi berat ua atau lebih tanda-tanda berikut :

8etargi % tidak sadar 

'unken eyes

<idak dapat minum atau sulit minum

'kin pinch sangat lambat kembali ( 2detik)

-e$irasi seang ua atau lebih tanda-tanda berikut :

2*

Page 16: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 16/22

1ewel

'unken eyes

<erlihat kehausan

Skin pinch lambat kembali

-e$irasi ringan <idak cukup tanda-tanda untuk mengklasifikasikannya sebagaidehidrasi sedang atau berat

Pada rencana terapi &, pemberian oralit hanya setiap setelah pasien

 buang air besar saja. anyaknya pemberian cairan setiap buang air 

 besar dapat di lihat pada <abel 2.=

<abel 2.=. 1encana terapi & untuk diare tanpa dehidrasi  ('udoyo dkk., 23*3).

Usia Jumla$ &airan yang iberikan setia, buang air besar

5 1 ta$un 43-*33 ml

16' ta$un *33-233 ml

7' ta$un 233-733 ml

-e8asa 733-=33 ml

Pada rencana terapi , jumlah oralit yang diberikan dalam 7 jam

 pertama disesuaikan dengan berat badan. Bralit yang diberikan

dihitung dengan mengalikan berat badan pasien (kg) dengan 4 ml.

ila berat badan tidak diketahui dan atau memudahkan penggunaan di

lapangan, 5olume pemberian oralit dapat dilihat pada <abel 2.4.

('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

<abel 2.4. 1encana terapi untuk penderita diare ringan dan diare sedang

('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**)

Usia Jumla$ oralit

5 1 ta$un 733 ml

16' ta$un C33 ml

7' ta$un *233 ml

-e8asa 2=33 ml

22

Page 17: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 17/22

Pada rencana terapi ;, hal paling pertama yang harus dilakukan

adalah menentukan bagaimana cairan akan diberikan, yaitu melalui

 jalur oral atau dengan intra5ena jalur pilihan pada pasien dengan

dehidrasi berat sebenarnya adalah jalur intra5ena, karena

membutuhkan waktu rehidrasi yang cepat. ;airan yang paling baik 

adalah 18, jika tidak ada, maka dapat digantikan dengan 6a;l 3,+

('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).

ila pasien tidak bisa diberikan cairan intra5ena, segera berikan

 peroral dengan pipa nasogastrik sebanyak 23 ml%kg%jam selama C

 jam. 9umlah dan lama cairan yang diberikan pada pasien dengan

dehidrasi berat dapat dilihat pada tabel 2.C. ('udoyo dkk., 23*30

epkes 1I, 23**).

<abel 2.C. 1encana terapi ; untuk penderita diare dengan dehidrasi berat

(epkes 1I, 23**)

Umur Pemberian "9 ml:kgBB

alam

Pemberian 39 ml:kg BB

alam

Bayi 5 12 bulan * jam 4 jam

Anak 712 ta$un * jam 7 jam

9ika pasien dapat minum, berikan cairan rehidrasi oral sebanyak 4

ml%kg%jam sambil tetap diberikan cairan intra5ena selama 7-= jam.

'etelah C jam pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan sebanyak 23

ml%kg%jam selama C jam, setelah itu lakukan penilaian ulang derajat

dehidrasi (epkes 1I, 23**).

27

Page 18: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 18/22

;airan rehidrasi oral yang tersedia di pasaran dalam bentuk oralit yang

dikemas dalam bentuk serbuk. <erdapat 2 jenis kemasan serbuk oralit,

satu larutan yang diencerkan dengan larutan 233 cc, dan satu lagi

dengan * liter. 9ika tidak tersedia oralit dapat diberikan cairan rumah

tangga berupa air tajin, sup, dan larutan gula dan garam ('udoyo dkk.,

23*30 epkes 1I, 23**).

>"B (233C) mengeluarkan cairan rehidrasi oral terbaru yang

komposisinya berbeda dengan oralit, cairan rehidrasi oral ini memiliki

kandungan glukosa dan garam yang lebih rendah dari oralit biasa.

Gabungan antara cairan rehidrasi oral baru ini dan suplemantasi inc

yang adekuat terbukti menurunkan mortalitas bayi akibat diare

(epkes 1I, 23**).

<abel 2.. omposisi cairan rehidrasi oral >"B 233C (epkes 1I, 23**)

Kanungan ram:liter ; Kanungan !iter

'odium klorida 2,C *2,C7 sodium 4

Glukosa *7,4 C4,4= lorida C4

Potasium klorida *,4 ,7* Glukosa 4

<risodium sitrat dihidrat 2,+ *=,*=C Potassium 23

'itrat *3

<otal 23,4 *33,33 Bsmolaritas total 2=4

<. Program Pen&ega$an an Pemberantasan Penyakit -iare i

Puskesmas

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit diare (P2iare) adalah

salah satu usaha pokok di puskesmas. 'ecara umum program P2

meliputi penemuan kasus dini, diagnosis, pengobatan, sur5eilans,

2=

Page 19: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 19/22

 penyediaan air bersih, distribusi logistik, komunikasi informasi dan

edukasi dan laboratorium (epkes 1I, *+++0 epkes 1I, 23**).

Program P2 ini dilaksanakan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian serta penanggulangan 8 yang dilaksanakan dengan

mengintensifkan peningkatan mutu pelayanan, meningkatkan kerja sama

lintas program dan lintas sektoral terkait serta meningkatkan partisipasi

masyarakat secara luas anatara lain melalui organisasi profesi dan 8'! di

 pusat maupun daerah (epkes 1I, *+++).

egiatan-kegiatan dalam program P2 adalah sebagai berikut:

*. Pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (ID) yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan

keterampilan masyarakat mengenai penganggulangan penyakit diare

sehingga angka kemartian dan kesakitan karena diare dapat dicegah.

'asaran utama ID adalah masyarakat

a. <atalaksana pasien diare di rumah

i. !eningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah

sayur, air tajin, larutan gula garam atau oralit terutama untuk 

dehidrasi.

ii. !elanjutkan pemberian makanan yang lunak dan tidak 

merangsang serta makanan ekstra sesudah diare

iii. !embawa pasien diare ke sarana kesehatan, bila dalam tiga hari

tidak membaik, atau terdapat tanda berikut: & cair berkali-

24

Page 20: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 20/22

kali, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau

minum sedikit, demam, tinja berdarah.

 b. Pencegahan penyakit

i. !eningkatkan pemberian &'I

ii. !emperbaiki pemberian makanan pendamping &'I

iii. !enggunakan air bersih yang cukup

i5. !encuci tangan dengan sabun

5. !enggunakan jamban dan membuang tinja bayi dengan benar 

5i. Imunisasi campak 

2. <atalaksana diare di sarana kesehatan

a. 1ehidrasi oral dengan oralit

 b. Pemberian cairan intra5ena dengan 18 untuk pasien dengan

dehidrasi berat dan tidak dapat minum

c. Penggunaan antibiotika secara rasional

d. 6asihat tentang meneruskan pemberian makanan, rujukan dan

 pencegahan

7. Penanggulangan 8

a. Pengamatan intensif dan pelaksanaan sistem kewaspadaan dini

(')

 b. Penemuan kasus secara aktif 

c. Pembentukan pusat rehidrasi dan <im Gerak ;epat (<G;)

d. Penyediaan logistik saat 8

e. Penyelidikan terjadinya 8

2C

Page 21: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 21/22

f. Pemutusan rantai penularan penyebab 8

=. Pancatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan golongan umur dan

dilakukan berjenjang dalam kurun waktu harian, bulanan, triwulan,

semesteran dan tahunan. <ujuannya adalah untuk mencatat, menilai,

dan melaporkan hasil kegiatan penangulangan diare yang telah

dilakukan serta sebagai acuan dalam penyusunan rencana kegiatan

tahun berikutnya.

4. Peran serta masyarakat

Peran serta masyarakat dilakukan antara lain melalui pelatihan kader 

tentang pemberantasan diare, hingga kader mampu melakukan

 penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan perorangan,

lingkungan dan air, mendeteksi dini kasus diare, melarutkan oralit dan

memberikannya, mengobati penderita diare dan melakukan rujukan.

Pada program P2, terdapat kebijakan mutu bertujuan untuk 

memberikan arah dalam penanggulangan diare di wilayah kerja

 puskesmas. <erdapat beberapa target yang harus dicapai atau sasaran

mutu seperti di bawah ini: (epkes 1I, *+++)

*. *33 Puskesmas melaporkan kasus diare tepat waktu

2. &ngka kematian 3

7. 8 diare 3

2

Page 22: 7. BAB II Wwd Harvard Ed

8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed

http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 22/22

=. *33 masyarakat terlayani air bersih

4. *33 Puskesmas ecamatan dan elurahan mampu melakukan

rehidrasi intra5ena

C. &ngka kesakitan H* (43%*333 penduduk tahun 2334)

. *33 kader terlatih tentang penanganan penderita diare

. *33 penderita diare tertangani

+. *33 oralit tersedia di kader miminal *3 sachet%233ml

*3. *33 medis dan paramedis melakukan tatalaksana diare (!<')

**. *33 ketepatan diagnosis

*2. *33 cakupan imunisasi campak 

*7. *33 puskesmas memiliki protab tatalaksana diare

*=. *33 penderita diare diobati dan menerima oralit

*4. *33 P&! bebas kuman

*C. *33 Puskesmas ecamatan dan elurahan memiliki pojok oralit

*. *33 Puskesmas ecamatan memiliki klinik sanitas

*. *33 masyarakat menggunakan jamban pada daerah kumuh

Pelaksanaan P2 di Puskesmas kecamatan maupun kelurahan

membutuhkan sumber daya manusia, yaitu dokter umum sebagai

 pemeriksa dan perawat sebagai wasor program dan petugas perawatan

kesehatan masyarakat, dan analis sebagai pemeriksa laboratorium.

Pembiayaan P2 bersumber dari anggaran &P6, &P tingkat I dan

II, 86, 8'!, dan swadana masyarakat (epkes 1I, *+++).

2